Kerusakan JLN
Kerusakan JLN
Kerusakan JLN
Disusun Oleh :
DAVID KURNIAWAN
1431502860
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum
Kerusakan jalan disebabkan antara lain karena beban lalu lintas berulang yang berlebihan
(overloaded), panas/suhu udara,air dan hujan,serta mutu awal produk jalan yang jelek. Oleh sebab
itu disamping direncanakan secara tepat jalan harus dipelihara dengan baik agar dapat melayani
pertumbuhan lalulintas selama umur rencana. Pemeliharaan jalan rutin maupun berkala perlu
dilakukan untuk mempertahankan keamanan dan kenyamanan jalan bagi pengguna dan menjaga
daya tahan /keawetan sampai umur rencana. (Suwardo & Sugiharto, 2004).
1. Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah dasar
2. Efisiensi penggunaan material.
3. Mengurangi tebal lapisan diatasnya yang lebih mahal.
4. Lapis perkerasan.
5. Lapisan pertama agar pekerjaan dapat berjalan lancar.
6. Lapisan untuk partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapisan pondasi atas.
2.3.4 Lapisan Tanah Dasar
Lapisan tanah dasar adalah tanah permukaan semula, permukaan tanah galian ataupun tanah
timbunan yang dipadatkan dan merupakan permukaan dasar untuk perletakan bagian bagian perkerasan
yang lain. Ditinjau dari muka tanah asli, maka tanah dasar dibedakan atas:
a. Lapisan tanah dasar berupa tanah galian.
b. Lapisan tanah dasar berupa tanah timbunan.
c. Lapisan tanah dasar berupa tanah asli.
Level :
L = Aspal meleleh dengan tingkat rendah dengan indikasi tidak lengket pada sepatu.
M = Lelehan semakin meluas dengan indikasi aspal menempel disepatu.
H = Lelehan semakin meluas dan mengkhawatirkan.
Level :
L =Retak rambut yang membentuk kotak-kotak besar.
M =Pengembangan lebih lanjut dari retak rambut
H= Retak sudah membentuk bagian-bagian kotak dengan celah besar
2.4.4 Cekungan (Bumb and Sags)
Bendul kecil yang menonjol keatas, pemindahan pada lapisan perkerasan itu disebabkan perkerasan
tidak stabil. Bendul juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Bendul atau tonjolan yang dibawah PCC slab pada lapisan AC.
2. Lapisan aspal bergelombang (membentuk lapisan lensa cembung).
3. Perkerasan yang menjumbul keatas pada material disertai retakan
Level : L = Cekungan dengan lembah yang kecil.
M = Cekungan dengan lembah yang kecil yang disertai dengan retak.
H = Cekungan dengan lembah yang agak dalam disertai retakan dan celah yang agak lebar.
2.4.5 Keriting (Corrugation)
Kerusakan ini dikenal juga dengan istilah lain yaitu, Ripples. Bentuk kerusakan ini berupa
gelombang pada lapis permukaan, atau dapat dikatakan alur yang arahnya melintang jalan, dan sering
disebut juga dengan Plastic Movement. Kerusakan ini umumnya terjadi pada tempat berhentinya kendaraan,
akibat pengereman kendaraan.
Level :
L = Lembah dan bukit gelombang yang kecil
M = Gelombang dengan lembah gelombang yang agak dala
H = Cekungan dengan lembah yang agak dalam disertai dengan retakan dan celah yang agak lebar
Kondisi perkerasan seperti tersebut diatas digunakan untuk semua jenis kerusakan. Dalam
penelitian ini kerusakan jalan dapat dibagi menjadi 19 macam kerusakan dan dalam setiap macam
kerusakan dibagi lagi menjadi 3 tingkat kerusakan, yaitu:
L = Rusak ringan
M = Rusak sedang
H = Rusak parah
Density adalah presentase luas kerusakan terhadap luas sampel unit yang ditinjau, density diperoleh dengan
cara membagi luas kerusakan dengan luas sampel unit.
Rumus mencari nilai kerapatan (Density):
𝑨𝒅
Kerapatan (density) (%) = 𝑨𝒔
x100…………………(2.2)
Atau
𝑳𝒅
Kerapatan (Density) (%) = x100………………….(2.3)
𝑨𝒔
Dimana:
Ad = Luas total jenis kerusakan untuk tiap tingkat kerusakan (m²).
Ld = Panjang total jenis kerusakan untuk tiap tingkat kerusakan (m).
As = Luas total unit segmen (m²).
2. Menentukan Deduct Value
Setelah nilai density diperoleh, kemudian masing-masing jenis kerusakan diplotkan ke grafik sesuai degan
tingkat kerusakannya untuk mencari nilai deduct value.
3. Mencari Nilai q
Syarat untuk mencari nilai q adalah nilai deduct value lebih besar dari 2 dengan menggunakan interasi.
Nilai deduct value diurutkan dari yang besar sampai yang kecil. . Sebelumnya dilakukan pengecekan nilai
deduct value dengan rumus:
Mi = 1+ ( 9/98 )*( 100 – HDVi )……………..(2.4)
Dimana:
Mi = Nilai koreksi untuk (deduct value).
HDVi = Nilai tersebar deduct value dalam satu sampel unit
Jika semua nilai deduct value lebih besar dari nilai Mi maka dilakukan pengurangan terhadap nilai
deduct value dengan nilai Mi tapi jika nilai deduct value lebih kecil dari nilai Mi maka tidak dilakukan
pengurangan terhadap nilai deduct value tersebut.
4. Mencari Nilai CDV
Nilai CDV dapat dicari setelah nilai q diketahui dengan cara menjumlah nilai deduct value selanjutnya
mengeplotkan jumlah deduct value tadi pada grafik CDV sesuai dengan nilai q.
Grafik CDV dapat dilihat pada gambar 2.23
Gambar 2.23 Grafik CDV
(Sumber: Shanin M.Y, Army Corp of Engineers USA 1994)
N
Dimana:
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rencana Bagan Alir Penelitian
Secara garis besar, prosedur atau langkah-langkah yang ditempuh peneliti dalam menganalisa
kerusakan jalan tersebut melalui proses yang tergambar dalam bagan alir (flow chart) sebagai berikut:
Penelitian dilakukan langsung dan pengambilan data direncanakan selamaa kurang lebih 2 minggu
guna untuk mengidentifikasi jenis dan tingkat kerusakan yang terjadi di ruas jalan Wadungasri Waru
Sidoarjo.
a. Meteran untuk mengukur panjang dan luas kerusakan serta panjang persegmen penelitian.
b. Penggaris untuk mengukur kedalaman, kerusakan alur, lubang amblas, dsb.
c. Form survai, untuk data hasil survei penelitian kondisi jalan.
d. Cat semprot, untuk menulis setiap satuan setasiun.
e. Kamera, untuk menggambil foto dokumentasi.
f. Manual kerusakan PCI
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Penilaian Kondisi Perkerasan
Berdasarkan hasil pengamatan secara virtual yang telah dilakukan dilapangan maka diperoleh jenis-
jenis kerusakan yang terjadi beserta dimensi kerusakan yang terdiri dari panjang kerusakan, lebar
kerusakan dan celah /kedalaman kerusakan yang mana data-data tersebut bisa digunakan untuk
menentukan tingkat keparahan kerusakan jalan. Jenis dan dimensi kerusakan yang telah diperoleh
tersebutdimasukan kedalam table catatan kondisi kerusakan jalan yang berguna untuk memudahkan
saat memasukan data-data kerusakan jalan kedalam table perhitungan nilai PCI nantinya. Adapun data
kerusakan yang telah diperoleh dan dimasukan kedalam tabel catatan kerusakan. untuk contoh tabel
catatan kerusakan perkerasan jalan diantaranya seperti yang ditunjukan pada table 4.1.
Table 4.1 Cacatan kondisi kerusakan pada permukaan perkerasan jalan berdasarkan hasil survei
lapangan.
Posisi Ukuran
Tingkat
STA/ d atau c
kr kn kerusakan p(m) l(m) A(m²) Keteranagn
KM (m)
0+010 - L 1 1,5 - 1,5 Tambalan
0+017 - L 1,2 0,7 0,02 0,84 Amblas
0+024 - L 8,2 0,45 0,01 3,69 R.Memanjang
0+037 - L 3,8 0,45 0,01 1,71 R.Memanjang
0+039 - M 5 0,3 0.4 1,3 Permukaan turun
0+060 - L 7 0,10 0.01 0,7 R.Memanjang
0+068 - L 3,1 2 0.025 6,2 Gelombang
0+085 - L 4,2 1.5 0,01 6,3 R.Memanjang
0+111 - L 2,2 0,50 - 1,1 Tambalan
0+127 - L 1,7 0,65 0,045 1,105 R.Kulit buaya
0+129 - L 2,5 0,98 0,025 2,45 R.Memanjang
0+135 - M 3,4 1,25 0,030 4,25 Gelombang
0+170 - L 2,7 0,25 0,01 0,675 R.Memanjang
0+225 - L 4,5 0,75 0,01 3,375 Gelombang
0+231 - L 2 1 - 2 Tambalan
0+280 - L 9,2 1,5 - 13,8 Tambalan
0+394 - L 3 0,5 0.025 1,5 R.Memanjang
0+422 - L 1,5 1,5 - 2,25 Tambalan
0+445 - M 8,3 1,4 0,02 11,62 Gelombang
0+447 - L 2,5 3,4 8,5 Tambalan
0+512 - M 0,8 0,5 0,025 0,4 Lubang
0+671 - L 1,4 1 1,4 Tambalan
0+684 - L 3 2,5 0,01 7,5 R.Kulit buaya
0+991 - L 5 2,2 0,01 11 Gelombang
1+010 - L 15 0,90 0,4 13,5 P.Turun
1+025 - L 9 1,2 10,8 Tambalan
1+057 - M 0,8 0,24 0,025 0,19 Lubang
1+084 - L 14 0,40 0,025 5,6 R.Memanjang
1+112 - L 4,5 0,5 2,25 Tambalan
1+175 L 0,7 0,70 0,025 0,49 Lubang
1+200 - L 3,2 2 0,1 6,4 R.Kulit buaya
1+207 - L 0,5 0,6 0,025 0,3 Lubang
1+211 - L 0,2 0,5 0,025 0,1 Lubang
1+275 - L 5,4 5,7 0,4 30,7 P.Turun
1+313 - L 15 2,3 0,4 34,5 P.Turun
1+475 - L 8,3 0,70 0,020 5,51 R.Kulit buaya
1+555 - L 2,8 1,5 4,2 Tambalan
1+675 - L 5,5 0,5 0,04 2,75 R.Memanjang
1+680 - L 1,5 1 1,5 Tambalan
1+775 - L 2 2 4 Tambalan
1+779 - L 7 1,5 10,5 Tambalan
1+850 - L 5 0,3 0,025 1,5 R.Kulit buaya
1+864 - L 3,2 1,3 0,01 4,16 Gelombang
1+873 - L 3 0,7 0,01 2,1 R.Memanjang
1+892 - L 3,3 0,5 0,025 1,65 Gelombang
1+991 - L 2 0,2 0,010 0,4 R.Kulit buaya
Keterangan
p = panjang kr = kiri
l = lebar kn = kanan
d = kedalaman
c = celah
A= luasan (hasil penjumlahan panjang (m) dan lebar (m)
Sumber: Hasil Penelitian
a. Untuk mencari tingkat kerusakan adalah dengan melakukan survei pada daerah yang mengalami
kerusakan dengan level/tingkatan untuk L(low), M(medium), H(high) berdasarkan nilai atau
tingkat kerusakan dan jenis kerusakan. Contoh pada STA 0+017 terdapat jenis kerusakan pada
amblas dengan level P(panjang)=1,2 dan L(lebar)=0,7 dan kedalaman 20mm.berada pada level
L(low) karena kedalaman 0,5-1 inch (13-25mm).untuk selanjutnya dapat dilihat pada bab 2 pada
tugas akhir ini
b. Nilai untuk P(panjang) berdasarkan hasil survei dilapangan dengan mengukur panjang kerusakan
pada jenis kerusakan yang terjadi
c. Nilai untuk L(lebar) berdasarkan hasil survei dilapangan dengan mengukur lebar kerusakan pada
jenis kerusakan yang terjadi
d. Nilai untuk D atau C(kedalaman atau celah) berdasarkan hasil survei dilapangan dengan
mengukur kedalaman kerusakan pada jenis kerusakan yang terjadi
e. Untuk mencari nilai A(luasan) dengan cara mengalikan panjang dan lebar dengan satauan
M²(meter persegi)
4.2 Perhitungan dan Luasan Kerusakan
Berdasarkan hasil pengamatan secar virtual dilapangan yang telah dilakukan tersebut,maka
diketahui bahwa pada ruas jalan wadungasri km 0+000 – 2+000 terdapat 7 jenis kerusakan yang terjadi
pada permukaan perkerasan jalan.adapun hasil rekapitulasi jenis, luasan, panjang dan jumalah kejadian
kerusakan yang terjadi dapat dilihat pada table 4.2 seperti yang ditunjukan dibawah ini.
Table 4.2 Hasil penjumlahan luasan (m) untuk semua jenis-jenis kerusakan pada permukaan perkerasan
yang terjadi dapat dilihat pada tabel 4.1.
Setelah diketahui dimensi-dimensi kerusakan yang ada dilapangan seperti yang telah ditunjukan
pada table 4.1 mengenai catatan kerusakan, maka selanjutnya dimensi kerusakan tersebut yang berupa
luasan maupun panjang dimasukan kedalam table perhitungan PCI, misal untuk km 0+050 – 0+100 dapat
dilihat pada tabel 4.3 dan untuk hasil masing-masing sampel unit selengkapnya bisa dilihat dalam lampiran
2 yang terdapat pada tugas akhir ini.
Untuk menentukan nilai pengurang (Deduct Value) maka dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-
langkah seperti yang ditunjukan dibawah ini:
1. Menjumlahkan setiap tipe kerusakan dan tingkat keparahannya pada kolom “Total” dalam formulir
perhitungan. Contoh Pada Tabel 4.2 ditunjukkan bahwa terdapat kerusakan tambalan dengan
tingkat keparahan “ringan” (Low,L) ditulis 11L.Dan untuk mencari kuantitas jika terdapat 2
masukkan untuk tipe kerusakan, maka kedua nilai tersebut dijumlahkan sehingga panjang total
diketahui kerusakannya.Satuan kerusakan bisa berupa meter panjang (m), meter persegi (m2), atau
angka kejadian tergantung pada tipe kerusakannya. Pada km. 0+000 s/d 0+050 nilai total kerusakan
tiap masing-masing jenis kerusakan adalah sebagai berikut :
2. Mencari nilai kerapatan kerusakan (Density) dengan cara membagi nilai total dari kuantitas
kerusakan tiap masing-masing jenis kerusakan dengan luasan total dari unit sampel lalu dikalikan
dengan angka 100 untuk memperoleh nilai kerapatan tiap jenis kerusakan. Contoh pada Tabel 4.2,
dalam kolom “Kerapatan %” pada jenis kerusakan permukaan turun dengan kode kerusakan 11L,
panjang total kerusakan adalah 1 m dan luas unit sampel adalah 250 m2 ( 5 m x 50 m = 250 m2).
Maka nilai kerapatan (Density) kerusakan = (1/250) x 100% = 0,4%. Pada km. 0+000 s/d 0+050
nilai kerapatan (Density) kerusakan tiap masing-masing jenis kerusakan adalah sebagai berikut :
1
a.Tambalan (11) = 250 𝑥100% = 0,4%
1,2
b.Amblas (6L) = 250 𝑥100% = 0,48%
12
c.Retak memajang (10L) = 250 𝑥100% = 4,8%
5
d.Permukaan turun (4M)=250 𝑥100% = 2%
3. Menentukan nilai pengurang DV (Deduct Value) untuk setiap jenis tipe kerusakan dengan tingkat
keparahan masing-masing berdasarkan kurva nilai pengurang kerusakan. Adapun cara untuk
menentukan nilai pengurang tersebut adalah dengan memasukkan nilai persentase dari kerapatan
kerusakan tiap masing-masing jenis kerusakan kedalam kurva nilai pengurangnya masing-masing,
lalu menarik garis ke arah vertikal sampai memotong garis tingkat kerusakan (Low, Medium,
High). Setelah itu menarik garis yang telah memotong sumbu tingkat kerusakan tersebut ke arah
horizontal sehingga didapatkan nilai pengurang DV (Deduct Value), setelah itu nilai tersebut
dimasukkan kedalam kolom “Nilai DV”. Adapun nilai pengurang DV pada masing-masing jenis
kerusakan yang terjadi pada km. 0+000 s/d 0+050 adalah dapat dilihat pada Gambar 4.2 s/d Gambar
4.5 sebagai berikut :
a. Tambalan (11L)
Aspal 11
11
Aspal 10
STA/
KM No. Nilai Pengurang (Deduct Value) TDV q CDV
# 18 5 5 0
1. 18 5 5 0 28 4 11
2. 18 5 2 0 25 3 15
0+000 -0+050
3. 18 2 2 0 22 2 16
4. 18 2 2 0 22 1 22
2. Menentukan jumlah pengurang ijin (m) dengan menggunakan persamaan m = 1 + (9/98) x (100 - HDV),
dimana HDV adalah nilai DV yang tertinggi yaitu adalah 18 seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.4,
sehingga nilai m yaitu:
m = 1 + (9/98) x (100 - 18) = 8,52 > 4 (4 adalah jumlah data nilai pengurang DV).
3. Mengurangkan Jumlah data dari nilai pengurang sampai jumlahnya m, jika jumlah data kurang dari m,
maka keseluruhan nilai dari jumlah data tersebut dapat dipakai. Contoh pada km. 0+000 s/d 0+050
seperti yang ditunjukan pada Tabel 4.4, semua nilai DV yang berjumlah 4 angka harus digunakan karena
jumlah ini kurang dari 8,52 (m = 8,52, sedangkan jumlah data nilai DV = 4).
4. Menentukan nilai pengurang DV yang nilainya lebih besar dari 2. Contoh seperti yang ditunjukkan pada
Tabel 4.4 terdapat 4 nilai DV yang lebih besar dari 2 yaitu 18, 5, 5, 0. Jadi q = 4, dengan q adalah nilai-
nilai DV yang lebih besar dari 2 lalu nilai tersebut dimasukkan kedalam kolom ”q” pada tabel.
5. Menentukan nilai pengurang total TDV (Total Deduct Value) dengan menjumlahkan seluruh nilai
pengurang DV. Pada contoh dalam Tabel 4.4, nilai pengurang total, TDV = 18 + 5 + 5 + 0 = 28.
6. Melakukan iterasi sampai mendapatkan nilai q = 1, dengan cara mengurangi nilai- nilai pengurang DV
yang nilainya lebih besar dari 2 menjadi 2. Untuk mendapatkan nilai q = 1 (yaitu saat TDV = CDV) maka
langkah 4 dan 5 harus diulangi.
7. Menentukan nilai pengurang terkoreksi CDV (Corrected Deduct Value) dengan menggunakan kurva
hubungan antara nilai TDV dan nilai q dengan cara memasukkan nilai TDV kedalam kurva lalu menarik
garis kearah vertikal sampai memotong garis nilai q, setelah itu menarik lagi garis kearah horizontal
hingga didapatkan nilai CDV lalu nilai tersebut dimasukkan kedalam kolom “CDV” pada Tabel 4.4.
Adapun nilai pengurang CDV masing-masing hasil iterasi pada km. 0+000 s/d 0+050 adalah dapat dilihat
pada Gambar 4.8 s/d Gambar 4.12 sebagai berikut:
8. Jika masing-masing nilai CDV telah didapatkan, maka nilai CDV yang tertinggi digunakan sebagai
pengurang untuk mendapatkan nilai PCI. Contoh pada Tabel 4.4 untuk unit sampel nomor 1 yaitu km.
0+000 s/d 0+050 diketahui nilai CDV tertinggi yaitu 22, maka nilai tersebut digunakan sebagai nilai
pengurang untuk mendapatkan nilai PCI unit sampel.
9. Nilai pengurang DV yang dipakai adalah nilai yang lebih besar dari 2, jika hanya ada 1 nilai pengurang
DV (atau tidak ada) maka nilai pengurang total TDV digunakan sebagai nilai pengurang. Jika ada lebih
dari satu nilai pengurang, maka langkah- langkah yang telah dijelaskan sebelumnya harus
diikuti agar bisa didapatkan nilai maksimum CDV.
a. TDV = 28; q = 4
b. TDV = 25 ; q =3
d. TDV = 22 : q =1
Tabel 4.5 Rekapitulasi Nilai PCI Masing-Masing Sampel Unit Secara Keseluruhan
No.
Unit STA/KM Nilai PCI Keterangan
1 0+000 - 0+050 78 Sangat baik (very good)
2 0+050 - 0+100 96 Sempurna (excellent)
3 0+100 - 0+150 81 Sangat baik (very good)
4 0+150 - 0+200 100 Sempurna (excellent)
5 0+200 - 0+250 97 Sempurna (excellent)
6 0+250 - 0+300 92 Sempurna (excellent)
7 0+300 - 0+350 100 Sempurna (excellent)
8 0+350 - 0+400 100 Sempurna (excellent)
9 0+400 - 0+450 72 Sangat baik (very good)
10 0+450 - 0+500 99 Sempurna (excellent)
11 0+500 - 0+550 85 Sempurna (excellent)
12 0+550 - 0+600 100 Sempurna (excellent)
13 0+600 - 0+650 100 Sempurna (excellent)
14 0+650 - 0+700 89 Sempurna (excellent)
15 0+700 - 0+750 100 Sempurna (excellent)
16 0+750 - 0+800 100 Sempurna (excellent)
17 0+800 - 0+850 100 Sempurna (excellent)
18 0+850 - 0+900 100 Sempurna (excellent)
19 0+900 - 0+950 100 Sempurna (excellent)
20 0+950 - 1+000 96 Sempurna (excellent)
21 1+000 - 1+050 87 Sempurna (excellent)
22 1+050 - 1+100 84 Sangat baik (very good)
23 1+100 - 1+150 96 Sempurna (excellent)
24 1+150 - 1+200 86,5 Sempurna (excellent)
25 1+200 - 1+250 92 Sempurna (excellent)
26 1+250 - 1+300 94 Sempurna (excellent)
27 1+300 - 1+350 88 Sempurna (excellent)
28 1+350 - 1+400 100 Sempurna (excellent)
29 1+400 - 1+450 100 Sempurna (excellent)
30 1+450 - 1+500 75 Sangat baik (very good)
31 1+500 - 1+550 100 Sempurna (excellent)
32 1+550 - 1+600 96 Sempurna (excellent)
33 1+600 - 1+650 100 Sempurna (excellent)
34 1+650 - 1+700 91 Sempurna (excellent)
35 1+700 - 1+750 100 Sempurna (excellent)
36 1+750 - 1+800 91 Sempurna (excellent)
37 1+800 - 1+850 84 Sangat baik (very good)
38 1+850 - 1+900 100 Sempurna (excellent)
39 1+900 - 1+950 90 Sempurna (excellent)
3639,5/39
Nilai rata-rata PCI (Σ Total) Sempurna (excellent)
93,3
Sumber: Hasil Perhitungan
Berdasarkan hasil tersebut, didapatkan nilai PCI secara keseluruhan pada jalan Raya Wadungasri
Waru Sidoarjo km. 0+000 s/d km. 2+000 adalah sebagai berikut :
PCIf = Σ PCIs / N
PCIf = Σ 3639,5 / 39 = 93,3
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap kondisi pada permukaan
perkerasan jalan raya Wadung asri Waru Sidoarjo km, 0 + 000 s/d km, 2+000, maka dapat disimpulakan
bahwa:
1. Pada permukaan perkerasan yang disurvei sepanjang 2 kilometer, terdapat 7 jenis kerusakan yang
terjadi yaitu adalah Retak kulit buaya seluas 22,415 m², permukaan turun seluas 80 m², gelombang
seluas 42,225 m², amblas seluas 0,84 m², retak memanjang/melintang seluas 27,475 m², tambalan
seluas 63,4 m², lubang dengan jumlah 5 kejadian.
2. Berdasarkan analisa perhitungan yang telah dilakukan maka nilai PCI pada masing-masing unit
sampel adalah sebagai berikut: pada
3. Nilai rata-rata Pavement Condition Index (PCI) yang diperoleh berdasarkan analisis perhitungan
terhadap kondisi pada permukaan perkerasan jalan raya Wadungasri Waru Sidoarjo km, 0 + 000
s/d 2 + 000 yaitu Nilai rata-rata PCI (Σ Total) adalah 3639,5/ 39 = 93,3 dengan rating sempurna
(excellent) dan pada permukaan perkerasan yang mengalami kerusakan bisa dilakukan perbaikan
bersifat secara lokal pada titik-titik dimana kerusakan terjadi.
5.2 Saran
Setelah dilakukan studi pengamatan terhadap kondisi pada permukaan perkerasan jalan raya
Wadungasri Waru Sidoarjo km, 0+000 s/d km, 2+000 maka dilakukan berbagai saran sebagai berikut:
1. Perlu dilakukan penanganan terhadap kerusakan pada titik-titik dimana kerusakan terjadi agar dapat
meningkatkan keamanan dan kenyamanan bagi pengguna jalan serta agar kerusakan jalan yang
terjadi tidak menyebar lebih luas.
2. Bagi instansi yang berwenang agar dapat melakukan survei terhadap kondisi permukaan jalan
manapun secara rutin setiap tahunnya. Supaya jika terjadi kerusakan pada perkuaan perkerasan
jalan maka dapat segera terdeteksi sehingga bisa dilakukan penanganan yang sesuai nantinya
tingkat pelayanan jalan dapat bertahan sesuai dengan umur yand telah direncanakan.
3. Studi analisis yang dilakukan pada skripsi ini hanya membahas pada kondisi permukaan perkerasan
jalan saja, sehingga untuk studi-studi selanjutnya agar dapat dilakuakan survei yang lebih kompleks
lagi, yang meliputi survei kondisi perkerasan jalan, system drainase dan bahu jalan agar nantinya
didapatkan suatu system pemeliharaan jalan yang lebih tepat, lebih ekonomis dan lebih efisien lagi.