21 AMBANG Dan PENUTUPAN PALKA
21 AMBANG Dan PENUTUPAN PALKA
21 AMBANG Dan PENUTUPAN PALKA
Ambang Palka adalah bukaan yang cukup besar bahkan terbesar diantara bukaan-2
yang adaa di geladak.
Bukaan pada geladak harus memiliki pelat hadap (face bar) yang luas
penampangnya tidak kurang dari harga Af menurut rumus berikut:
Af = 0,25.d.t [cm2]
d = diameter dari bukaan [cm]
t = tebal pelat geladak [cm].
Pelat geladak disudut-sudut bukaan harus diperkuat lebih dari satu jarak-gading ke
sekelilingnya, dengan ketentuan sebagai berikut:
Di daerah 0,5 L tengah kapal, penguatan dilakukan dengan tebal pelat geladak di daerah
lubang palka ditambah tebal pelat antar lubang palka,
Di luar 0,5 L tengah kapal, penguatan dilakukan dengan tebal pelat geladak tidak perlu
lebih dari 1,6 tebal pelat geladak di daerah tersebut.
Radius kelengkungan di sudut-sudut lubang tidak boleh kurang dari;
r = n . b (1 – b/B)
rmin = 0,1 m
n = ℓ/200 nmin = 0,1 nmax = 0,25
ℓ = panjang lubang palka [m],
b = lebar [m], dari lubang palka atau jumlah lebar lubang palka (jika lebih dari
satu).
b/B > 0,4
Untuk kapal dengan bukaan yang lebar radius kelengkungan harus di hitung khusus,
r > c1· c2
rmin = 0,15 m untuk bukaan di geladak kekuatan,
ℓ
= 0,10 m untuk bukaan ditempat lain.
= + .
750
untuk sudut lubang palka pada penumpu geladak sepanjang sisi lubang
palka, bersebelahan dengan daerah geladak tertutup
= 0,4·bQ untuk sudut lubang palka pada bidang geladak melintang antara
lubang palka bersebelahan dengan daerah geladak tertutup
ℓ .
= + .
750 +
untuk sudut lubang palka bersebelahan dengan bidang geladak melintang
fD = koefisien untuk konfigurasi geladak
= 0,25 +
2000
untuk sudut lubang palka geladak kekuatan dan untuk geladak dan ambang
diatas geladak kekuatan
= 0,20 +
1800
untuk geladak kekuatan, geladak dan ambang diatas geladak kekuatan dan
untuk geladak dalam jarak bL maksimum dibawah geladak kekuatan, jika
geladak lainnya dengan jari-jari sudut lubang palka yang sama terletak pada
jarak kurang dari bL dibawah geladak kekuatan.
= 0,1 untuk geladak bawah bila jaraknya dari geladak kekuatan melebihi bL
ℓ = panjang bukaan geladak besar yang relevan [m] didepan dan/atau dibelakang
bangunan atas
Lmin = 100 m
Lmax= 300 m
bL = lebar pelat geladak sepanjang sisi lubang palka [m]
bQ = lebar lajur geladak antara lubang palka [m]
Untuk sudut lubang palka diatas atau dibawah geladak kekuatan, bL dan bQ diambil
selebar bagian konstruksi membujur atau melintang yang bersebelahan dengan sudut
lubang palka.
| − | % )
= . . '(&
!" . 175. 10 . $ %&
#
1≥ > 0,625
%&
MT = momen lengkung memanjang total [kNm], sesuai Bab 5, B.1. pada tepi depan
atau tepi belakang dari bidang geladak melintang yang relevan atau daerah
geladak tertutup yang relevan
Iy = momen inersia penampang [m4], sesuai Bab 5, A.5. pada sudut lubang palka
tanpa pelat sisipan yang dipertebal.
cs = sesuai Bab 5, C.1.1 untuk geladak kekuatan
= 1,0 untuk geladak bawah
z0 = jarak sumbu netral penampang melintang lambung dari garis dasar [m]
zD = jarak sudut lubang palka yang bersangkutan dari garis dasar [m]
ki = faktor bahan sesuai Bab 2, B. dari sudut lubang palka yang bersangkutan.
Pada sudut selubung kamar mesin, penguatan sesuai dengan 3.2 dapat juga disyaratkan,
tergantung pada posisi dan ukuran selubung kamar mesin.
B. Tutup Palka
1. Beban rancang
Penilaian konstruksi tutup palka dan ambang palka dilakukan sesuai dengan beban
rancang (design load) berikut:
1.1 Kasus beban A:
Tidak ada beban tambahan yang berada diatas tutup palka.
Beban rancang yang diperhitungkan adalah: Beban vertikal pH untuk tutup palka
geladak cuaca diambil dari Tabel 17.2 kecuali jika beban yang lebih besar
disyaratkan oleh pemilik, dan beban rancang horizontal pA untuk penumpu tepi luar
tutup palka, yang besarnya tidak boleh kurang dari pAmin.
Tabel 17.1 Marjin korosi ambang palka dan tutup palka
σx = tegangan lengkung [N/mm2] dari penumpu utama pada jarak a/2 dari
bilah penumpu, lihat Bab 3, F.
Untuk pelat berflens yang mengalami kompresi, kecukupan kekuatan tekuk harus
diverifikasi sesuai dengan Bab 3, F. Untuk tutup palka yang mendapat beban roda,
tebal pelat tidak boleh kurang dari tebal sesuai Bab 7, B.2.
4.1.2 Pelat bawah dari tutup ponton dan penumpu kotak
Tebal pelat diperoleh dari perhitungan sesuai dengan 3. Tebal pelat tidak boleh lebih
kecil dari yang terbesar dari nilai-nilai berikut:
t = 8· a [mm]
tmin = 6,0 mm
Pelat bawah dari tutup palka untuk ruangan yang akan diisi cairan harus dirancang
untuk tekanan cairan dan tebal pelat ditentukan sesuai dengan 4.1.1.
Penegar yang sejajar dengan bilah penumpu utama dan ditempatkan didaerah lebar
efektif sesuai dengan Bab 3, E. harus menerus pada penumpu lintang dan boleh
diperhitungkan dalam perhitungan besaran-besaran penampang lintang dari penumpu
utama. Harus diverifikasi bahwa tegangan yang dihasilkan oleh penumpu utama dan
penegar tutup palka tidak melebihi tegangan yang diizinkan sesuai 2.
Tebal pelat tutup palka pada ujung-ujung penegar yang ditirus tidak boleh kurang
dari tebal sesuai dengan Bab 3, D.3.
Penegar tutup palka yang mengalami kompresi harus diverifikasi atas keamanan
yang cukup terhadap tekukan melintang dan tekukan torsi sesuai dengan Bab 3, F.
Untuk tutup palka yang terkena beban roda, ukuran konstruksi penegar ditentukan
dengan perhitungan langsung.
4.5 Tumpuan tutup palka
4.5.1 Tutup palka, yang direncanakan untuk dimuati muatan harus diberi pengaman
tambahan terhadap pergeseran pada arah memanjang dan arah melintang akibat gaya
berat yang diuraikan pada 1.8
Untuk penyaluran gaya tumpuan yang dihasilkan dari kasus beban-beban yang
diuraikan pada 1.2-1.7, harus ada tumpuan yang dirancang sedemikian rupa sehingga
tekanan permukaan nominal secara umum tidak melebihi nilai berikut:
pn max = d . pn [N/mm2]
d = 3,75 – 0,015 . L
dmaks = 3,0
dmin = 1,0 secara umum
dmin = 2,0 untuk kondisi pembebanan sebagian (lihat 1.4)
pn lihat Tabel 17.3
Untuk permukaan tumpuan dari logam yang tidak mengalami perpindahan relatif,
hal-hal berikut berlaku untuk tekanan permukaan nominal maksimum:
pn max = 3 . pn [N/mm2]
Untuk menjamin agar tutup palka tidak bergeser dan kedap cuaca, maka tutup palka
dilengkapi dengan penahan, pengedap dan pengunci, yang disetujui oleh klasifikasi.
6.2.2.3 Pada umumnya, tinggi bilah tidak boleh kurangdari 150 mm.
6.2.2.4 Lebar pelat hadap balok harus cukup untuk memberikan permukaan tumpuan
minimum tutup palka sebesar 65 mm.
6.2.2.5 Pada balok yang menahan ujung tutup palka pelat bilah harus diterukan 50 mm
diatas tepi atas flens atas atau batang rata dengan tinggi 50 mm harus dilas pada flens
atas.
6.2.2.6 Pelat hadap atas harus diteruskan sampai ke ujung balok. Untuk balok geser yang
ditumpu pada tepi ambang, pada geladak atau pada siku geser, maka pelat hadap
bawah harus juga diteruskan ke ujung balok.
6.2.2.7 Pada ujungnya pelat hadap harus dihubungkan dengan las sudut menerus ke bilah
dengan panjang yang sama dengan 1,5 kali tinggi bilah.
6.2.2.8 Pada ujung balok berbaut yang ditumpu oleh siku ganda, pelat bilah yang
dipertebal harus dipasang dengan lebar minimum 180 mm.
6.2.2.9 Lubang peringan atau lubang pengangkat tidak boleh dibuat didalam jarak 0,5 m
dari kedua ujung.
6.3 Momen inersia, modulus penampang, luas geser
6.3.1 Modulus penampang balok palka baja dan penegar tutup palka yang dapat dianggap
ditumpu sederhana pada kedua ujungnya tidak boleh kurang dari:
Momen inersia balok palka baja dan penegar tutup palka pada palka di posisi 1 dan 2
yang dapat dianggap ditumpu sederhana tidak boleh kurang dari:
6.3.2 Didalam 0,1 R dari tumpuan luas penampang bilah tidak boleh kurang dari:
C. Ambang Palka dan Penumpu
1. Umum
1.1 Ambang palka yang merupakan bagian dari konstruksi memanjang lambung harus
dirancang sesuai dengan Bab 5. Untuk bagian-bagian konstruksi yang dilaskan ke
ambang dan untuk bukaan pada bagian atas ambang harus dilakukan verifikasi atas
kecukupan kekuatan lelah sesuai dengan Bab 20. Dalam hal ambang lintang kapal-
kapal dengan bukaan geladak besar Bab 5, F. agar diperhatikan.
1.2 Ambang dengan tinggi 600 mm atau lebih harus diperkuat pada bagian atasnya
dengan penegar horizontal.
Bila tinggi tidak ditumpu ambang melebihi 1,2 m, maka penegar lainnya harus
dipasang pada setengah tinggi ambang.
Penegar tambahan dapat ditiadakan jika hal ini dibenarkan oleh operasi kapal dan
jika kekuatan yang cukup diverifikasi (misalnya dalam kasus kapal peti kemas).
Ambang palka memanjang harus ditumpu secukupnya dengan penopang atau braket.
Pengamanan yang cukup terhadap tekuk harus dibuktikan untuk ambang memanjang
yang merupakan bagian konstruksi memanjang lambung.
1.3 Ambang palka yang terbuka terhadap sapuan air laut harus dirancang untuk beban
sesuai dengan B.
1.4 Pada kapal yang membawa muatan diatas geladak seperti kayu, batu bara atau kokas,
penopang harus berjarak tidak lebih dari 1,5 m. Untuk peti kemas diatas geladak,
lihat juga Bab 21, G.3.4.
1.5 Pelat ambang harus diteruskan sampai ke tepi bawah balok geladak; pelat ambang
harus diflens atau diberi pelat hadap atau batang setengah bundar.
1.6 Sambungan ambang ke geladak pada sudut palka harus dilakukan dengan penanganan
khusus. Untuk kapal curah, lihat juga Bab 23, B.9. Untuk pembundaran sudut palka,
lihat juga Bab 7, A.3.
1.7 Untuk ambang palka yang dirancang berdasarkan perhitungan kekuatan, demikian
juga untuk penumpu palka, kantilever dan pilar, lihat Bab 10.
1.8. Ambang palka memanjang dengan panjang melebihi 0,1 . L harus diberi braket yang
ditirus atau transisi setara dan sub-konstruksi yang sesuai pada kedua ujungnya. Pada
ujung braket, ambang palka memanjang harus dihubungkan pada geladak dengan las
penetrasi penuh dengan panjang 300 mm.
2. Ukuran konstruksi
2.1 Pelat
Tebal ambang palka geladak cuaca tidak boleh kurang dari yang terbesar diantara
nilai-nilai berikut:
t = tnet + tK [mm]
/0
= 16,1 . . . + %4
123
%5&6 = 6 + + %4 [88]
100
L tidak perlu diambil lebih besar dari 300 m
tmin = 9,5 + tK [mm] untuk kapal curah sesuai dengan Bab 23.
Untuk pengoperasian cengkeram lihat juga Bab 23, B.9.1.
2.2 Penopang ambang
2.2.1 Penopang ambang harus dirancang untuk beban dan tegangan izin sesuai dengan B.
526
2.2.2 Modulus penampang penopang ambang yang tingginya hs < 1,6 m dan yang ha
:62; = . < . ℎ$ . /0 [ 8# ]
123
e = jarak antara penopang ambang [m]
Lebar efektif dari pelat ambang tidak boleh lebih besar daripada lebar efektif pelat
sesuai dengan Bab 3, F.2.
Penopang ambang harus ditumpu oleh sub-konstruksi yang cukup.
2.2.3 Tebal bilah pada titik akar tidak boleh kurang dari:
tW = tnet + tK [mm]
2 < . ℎ$ . /0
= > + %4
123 ℎ?
hw = tinggi bilah penopang ambang pada titik akar [m]
Bilah harus dihubungkan ke geladak dengan las sudut pada kedua sisi dengan
a = 0,44 . tw. Untuk kaki bilah penopang didaerah 0,15 . hw tebal leher las harus
ditambah menjadi a = 0,7 . tw untuk tw ≤ 10 mm. Untuk tw < 10,0 mm pengelasan
didaerah tersebut harus las tirus ganda penetrasi dalam.
2.2.4 Untuk penopang ambang yang menyalurkan gaya gesek pada penumpu tutup palka
harus dilakukan verifikasi atas kecukupan kekuatan lelah sesuai dengan Bab 20.
2.3 Penegar horizontal
Penegar harus menerus pada penopang ambang. Untuk penegar yang kedua ujungnya
dijepit, modulus penampang elastis Wnet dan luas geser Asnet, yang dihitung
berdasarkan tebal bersih, tidak boleh kurang dari:
75 . . . ℓ . /0
:62; = . [ 8# ]
1
@ . 23
10 . . . ℓ . /0
A62; = . [ 8 ]
123
fp = rasio modulus penampang elastis dengan modulus penampang
plastis
fpmax = Rm/ReH
= 1,16 bila tidak ada evaluasi yang lebih teliti Untuk penegar yang
ditirus pada sudut-sudut ambang modulus penampang dan luas
geser pada tumpuan tetap harus ditambah 35%.
Tebal pelat ambang pada ujung penegar yang ditirus tidak boleh kurang dari
perhitungan sesuai Bab 3, E.3. Penegar horizontal pada ambang palka yang
merupakan bagian dari konstruksi memanjang lambung harus dirancang sama
dengan pembujur-pembujur sesuai dengan Bab 9.
2
3
1
5 4
10 11 7 4
6 9 HATCH CORNER
12
13
1 2 3 4
A 5 6
A-A
B
B-B
8 5 3 4 8 5
Hatch end
coaming
Hatch end girder
Hatch end
girder
Penutup Palka dari pelat
dibuka ke ujung lubang palka
Roda No. 2
Roda No. 3
Penutup Palka dari pelat
pengunci