Makalah Dakwah Pencerahan Keluarga Indonesia
Makalah Dakwah Pencerahan Keluarga Indonesia
Makalah Dakwah Pencerahan Keluarga Indonesia
Oleh :
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini
semester ganjil tahun akademik 2021/2022. Makalah ini juga bertujuan untuk memberikan
informasi mengenai dakwah pencerahan yang bisa dilakukan untuk membangun keluarga
Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Toto Tohari
selaku dosen Mata Kuliah Kemuhammadiyahan yang telah membantu penulis dalam
penyusunan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak
dalam pembuatan makalah ini. Tentunya ini tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari penyusunan hingga
tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis dengan rendah hati
menerima kritik dan saran dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah ini mampu memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca terutama yang berkaitan dengan dakwah pencerahan untuk
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................... 2
C. Tujuan Masalah .......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Analisa Kasus Konversi Agama Karena Kemiskinan .................................. 4
B. Persoalan Akut Bangsa Indonesia Saat Ini................................................... 4
C. Akar Persoalan Bangsa Indonesia adalah Persoalan Keluarga ..................... 6
D. Konsep Keluarga Ideal (Sakinah) Menurut Islam (Aisyiyah) ....................... 9
E. Potret Keluarga Indonesia ........................................................................... 11
F. Konsep dan Strategi Dakwah Penceramahan ............................................... 12
G. Dakwah Pencerahan Adalah Sebagai Solusi Strategis Untuk Keluarga
Indonesia Yang Berkemajuan ..................................................................... 14
H. Potret dan Masalah Keluarga Dhuafa .......................................................... 15
I. Pendekatan Dakwah Pencerahan Untuk Keluarga Dhuafa ........................... 15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan dan Saran .................................................................................. 17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dakwah secara konseptual merupakan usaha mengajak pada Islam secara demokratis,
bukan paksaaan. Dakwah berasal dari akar kata “da‟a-yad‟u-da‟wata”, artinya
“memanggil”, “menyeru”, dan “menjamu”. Yakni memanggil, menyeru, dan menjamu
orang agar mau berada di jalan Allah menuju keselamatan hidup di dunia dan akhirat.
Artinya, dakwah dalam pandangan apapun meniscayakan pendekatan, strategi, dan cara
yang berproses secara terbuka dan timbal-balik, bukan yang tertutup. Dakwah itu harus
cerdas-bijaksana (bil-hikmah), edukatif yang baik (wal al-mauidhat al- hasanah), dan
dialogis yang unggul (wa jadil-hum bi-latiy hiya ahsan) sebagaimana dititahkan Allah (QS
Al-Nahl: 125).
Dakwah pencerahan sendiri ialah usaha-usaha menyebarluaskan dan mewujudkan
ajaran Islam sehingga melahirkan perubahan ke arah yang lebih baik, unggul, dan utama
dalam kehidupan pemeluknya dan menjadi rahmat bagi masyarakat luas di semesta alam.
Dakwah pencerahan dalam setiap usahanya bersifat membebaskan, memberdayakan, dan
memajukan kehidupan di segala bidang dan lingkup agar terwujudnya peradaban ya ng
utama. Dakwah yang demikian memerlulan pembaruan terus menerus sehingga bersifat
unggul dan alternatif.
Indonesia sebagai negeri muslim terbesar di dunia yang didalamnya terdapat berbagai
macam jenis keluarga Indonesia merupakan ladang subur bagi gerakan- gerakan Islam
untuk menyemai benih-benih ajaran yang mencerahkan sehingga melahirkan peradaban
yang berkemajuan. Indonesia yang penduduknya di masa lampau mayoritas beragama
Hindu dan kepercayaan lokal berubah total menjadi berpenduduk terbesar umat Islam. Hal
itu tidak terlepas dari strategi berdakwah yang mampu memikat hati dan menawarkan
jalan hidup yang member harapan lebih baik bagi masyarakat di negeri kepulauan ini.
Kini misi gerakan-gerakan Islam sesungguhnya masih menghadapi tantangan besar,
yakni bagaimana membebaskan, memberdayakan, dan memajukan umat Islam maupun
masyarakat Indonesia dari berbagai ketertinggalan menuju kehidupan yang
berkemajuan di segala bidang. Tantangan gerakan Islam menjadi lebih berat. Karenanya
meninjau ulang dan memperbarui pesan, pendekatan, strategi, dan langkah- langkah
gerakan Islam lewat dakwah pencerahan agar selain dapat merawat jumlah kepemelukan
umat secara kuantitas, sekaligus secara kualitas mampu menjadikan pemeluk Islam sebagai
1
umat terbaik di negeri ini.
Kehadiran Muhammadiyah melalui gerakan tajdid atau pembaruannya tidak lain
sebagai wujud gerakan pencerahan. Gerakan mengembalikan umat pada sumber ajaran Al-
Quran dan Sunnah Nabi yang murni dengan mengembangkan ijtihad di banyak bidang
kehidupan merupakan aktualisasi dari gerakan pencerahan. Kehadiran Muhammadiyah
sebagai gerakan Islam yang mengemban misi dakwah dan tajdid selama perjalanan satu
abad lebih, sungguh dituntut untuk memberi pencerahan sekaligus mengubah jalan
kehidupan umat dan bangsa ke arah yang lebih berkemajuan. Di sinilah pentingnya gerakan
dakwah pencerahan yang menyinari keluarga Indonesia, sehingga Indonesia menjadi
negara dan bangsa yang berkemajuan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, berikut ini dipaparkanrumusan
masalah dalam makalah.
1. Bagaimana analisa kasus konversi agama karena kemiskinan ?
2. Apa persoalan akut bangsa Indonesia saat ini ?
3. Bagaimana persoalan keluarga menjadi akar persoalan bangsa Indonesia ?
4. Bagaimana konsep keluarga ideal (sakinah) menurut Islam (Aisyiyah) ?
5. Bagaimana potret keluarga indonesia ?
6. Bagaimana konsep dan strategi dakwah pencerahan ?
7. Apa solusi strategis untuk keluarga Indonesia yang berkemajuan ?
8. Bagaimana potret dan masalah keluarga dhuafa ?
9. Bagaimana pendekatan dakwah pencerahan untuk keluarga dhuafa ?
C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, berikut ini dipaparkan tujuan dalam makalah.
1. Memaparkan analisa kasus konversi agama karena kemiskinan.
2
6. Mendeskripsikan konsep dan strategi dakwah pencerahan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
5
C. Akar Persoalan Bangsa Indonesia Adalah Persoalan Keluarga
Penyelesaian berbagai permasalahan bangsa Indonesia harus dimulai dari keluarga,
mengingat permasalahan tersebut seringkali juga berasal dari keluarga. Apabila keluarga
sebagai lingkup terkecil masyarakat dapat menyebarkan kebaikan, maka negara juga dapat
terimbas.
Hal ini diungkapkan oleh psikolog dari Universitas Diponegoro Semarang Hastaning
Sakti "Seringkali persoalan bangsa ini berawal dari permasalahan keluarga," kata
Hastaning. Dengan demikian, menurut dia, negara akan baik jika keluarga sebagai
lingkaran terkecil dalam masyarakat ini juga baik. Ia menuturkan masih banyak hal yang
bisa dikaji dari psikologi bangsa, terutama masalah keluarga.
Dalam kehidupan nyata, kita dapatkan orang yang bergelimang dengan harta, tetapi
hidupnya merasa tidak bermakna karena jauh dari agama. Pada saat yang sama ada orang
yang hidup sederhana, tetapi merasa bahagia karena mengamalkan ajaran agama. Begitu
pula banyak orang yang merasa hampa dan tidak berguna karena kehidupan keluarganya
tidak harmonis. Tetapi banyak juga orang yang merasa bahagia dan bersemangat kerja,
karena keadaan keluarganya rukun. Juga banyak anak-anak yang terlantar, merana, dan
menjadi korban narkoba, karena keadaan keluarganya berantakan. Dengan demikian,
agama dan keluarga merupakan instrumen penting dalam membangun kehidupan agar lebih
bermakna dan bahagia.
Oleh karena itu, Islam sebagai agama yang sempurna sangat memperhatikan
pembinaan agama dalam keluarga. Islam sangat menekankan pendidikan agama dalam
keluarga. Karena keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama dan utama dalam
mempersiapkan generasi-generasi terbaik bangsa. Sementara agama menjadi fondasi dan
bekal utama bagi generasi muda dalam mengarungi kehidupan yang penuh dinamika.
Ternyata sejarah telah membuktikan, bahwa generasi-generasi yang berhasil dan tangguh
adalah mereka yang berasal dari keluarga yang dari sejak dini menanamkan pendidikan
agama pada anak-anaknya.
Alquran sebagai kitab suci umat Islam banyak menceritakan tentang kisah-kisah sukses
keluarga yang mampu mendidik anak-anaknya sehingga menjadi generasi-generasi yang
tangguh, unggul, dan shaleh. Seperti kisah Nabi Ibrahim as yang sukses membina
keluarganya sehingga anak keturunannya semuanya diangkat menjadi nabi dan rasul.
Alquran pun mengabadikan keluarga Imran menjadi nama surat dalam Alquran, yakni
Surat Ali-„Imran (keluarga Imran), karena keluarga ini sudah menunaikan janjinya untuk
mengajari putrinya (Maryam) dengan pendidikan agama di bawah asuhan Nabi Zakaria as.
6
Sehingga kelak dari wanita suci Maryam ini lahirlah seorang rasul, yakni Nabi Isa as.
Alquran juga mengabadikan keluarga Luqman al-Hakim yang bukan nabi dan rasul
menjadi Surat Luqman. Karena ia telah berhasil mendidik anaknya dan meletakkan dasar-
dasar pengajaran agama dalam keluarga untuk mempersiapkan generasi-generasi yang
shaleh.
Akan tetapi Alquran pun memberikan sinyalemen, bahwa setelah generasi terbaik akan
datang generasi yang sangat jelek dari segi akhlak dan moralnya. Ciri-cirinya adalah
generasi yang menyia-nyiakan perintah agama untuk melaksanakan shalat dan mereka pun
dalam kehidupannya selalu memperturutkan hawa nafsu dengan banyak berbuat kejahatan
dan kemaksiatan. Akibatnya kehidupan menjadi rusak dan ancaman kehancuran sudah
berada di depan mata. Allah SWT berfirman: Artinya: “Maka datanglah sesudah mereka,
pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya,
maka mereka kelak akan menemui kesesatan” (QS. Maryam [19]:59).
Apa yang disampaikan Alquran ini tentunya harus menjadi perhatian kita semua.
Sejalan dengan fenomena generasi sekarang ini yang berada di ambang ancaman dekadensi
moral dengan merajalalelanya tindakan-tindakan kriminal yang dilakukan generasi muda,
seperti terjerat narkoba, tawuran, pergaulan bebas, tindakan kekerasan, dan perbuatan
kriminal lainnya. Jelas fenomena ini sangat mengkhawatirkan, karena dapat dibayangkan
bagaimana nasib bangsa ke depan apabila generasi mudanya tak dapat diandalkan. Maka
semua elemen bangsa harus terpanggil dan ikut memikirkan, bagaimana solusinya untuk
memperbaiki moral dan mental anak-anak bangsa? Di antara solusinya adalah kita harus
memperkuat pendidikan agama dalam keluarga.
Karena dari sejak awal Alquran sudah mewanti-wanti, bahwa kita harus bisa menjaga
keluarga dari ancaman siksaan neraka. Asosiasi kita tentang siksaan neraka adalah kelak di
akhirat. Padahal, itu hanya akibat dari kejahatan-kejahatan yang dilakukan di dunia. Oleh
karena itu, sebagai tindakan preventifnya kita selaku orangtua harus membina mental dan
moral generasi muda dengan pendidikan agama sejak dini di lingkungan keluarga.
Allah SWT berfirman: Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu
dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (QS.
At-Tahrim [66]:6).
Ternyata yang mesti dikhawatirkan dari anak-anak kita itu bukan masalah perut atau
material. Karena secara naluri manusia diberi kemampuan untuk memenuhi hajat hidupnya
7
dan Allah SWT juga sudah menyediakan sumber daya alamnya. Tinggal manusia mencari
akal dan bekerja keras untuk menggali dan mengolahnya demi sebesar-besarnya
kesejahteraan hidupnya. Tetapi yang perlu dikhawatirkan dari generasi kita adalah masa
depan moral spiritualnya. Ini karena apabila moralnya sudah rusak tentu akan sulit
memperbaikinya dan akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Bahkan, akan berakibat
patal dengan menghancurkan semua sendi-sendi kehidupan manusia.
Oleh karena itu, Allah SWT juga sudah menegaskan: Artinya: “Dan perintahkanlah
kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami
tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu. Dan akibat (yang
baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa” (QS. Thaahaa [20]:132).
Di sinilah pentingnya penguatan pendidikan agama dalam keluarga. Sehingga
diharapkan dapat menyelamatkan anak-anak kita dari jurang kehancuran dan kehinaan.
Berdasarkan petunjuk Alquran, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan dalam rangka
penguatan pendidikan agama dalam keluarga, yaitu:
Pertama, memberikan dorongan dan nasihat yang baik kepada anak. Sehingga mereka
senantiasa mendapatkan motivasi untuk berbuat baik dan segera kembali pada jalan yang
benar sesuai dengan tuntunan agama apabila melakukan kesalahan. Sebagaimana nasihat-
nasihat Luqman yang diberikan kepada anak-anaknya (lihat QS. Liqman [31]:12-19).
Kedua, membimbing melakukan pembiasaan-pembiasaan pengamalan agama di
lingkungan keluarga. Misalnya membiasakan selalu berdoa, mengucapkan salam, mencium
tangan orangtua, melaksanakan shalat di awal waktu, berbuat baik kepada saudara dan
tetangga, serta pembiasaan-pembiasaan sikap dan perbuatan baik lainnya yang diajarkan
agama.
Ketiga, menerapkan reward and punishment; yaitu hukuman dan penghargaan yang
sesuai dengan tahap perkembangan jiwa anak. Sehingga anak selalu terdorong untuk
melakukan kebaikan dan takut untuk melakukan keburukan. Dalam sebuah hadits Nabi pun
disebutkan, “Perintahkanlah anak-anakmu untuk mengerjakan shalat ketika sudah berusia
tujuh tahun; dan pukullah mereka apabila tidak melaksanakannya ketika sudah menginjak
usia sepuluh tahun”. Tentu pukulan pendidikan dan kasih sayang supaya anak mengenali
kewajiban dan tanggung jawabnya.
Keeempat, memberikan keteladanan; sebagai orangtua tentunya harus menjadi teladan
baik bagi anak-anaknya. Sehingga pendidikan agama dalam keluarga menjadi efektif
karena keteladanan yang diperlihatkan oleh orangtua. Jadi dalam melaksanakan perintah-
perintah agama, selaku orangtua bukan hanya pandai menyuruh, tetapi mengajak dengan
8
mengatakan, “Mari Nak! melakukan bersama-sama”.
Kelima, memanjatkan doa demi kebaikan dan keshalehan anak-anak kita. Selaku
manusia yang namanya orangtua pasti memiliki keterbatasan, karena itu jangan lupa selalu
berdoa kepada Allah SWT untuk kebaikan dan kemaslahatan keluarga serta keturunan kita.
Ada doa yang diajarkan Alquran, "Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri
kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi
orang-orang yang bertakwa” (QS. Al-Furqaan [25]:74).
8) Masyarakat memiliki kehidupan kesenian dan kebudayaan yang Islami yang tidak
bertentangan dengan ajaran Islam.
9) Masyarakat mampu memanfaatkan teknologi dan informasi yang ada untuk
kemajuan dan kemakmuran masyarakat.
10
E. Potret Keluarga Indonesia
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada Maret 2017 jumlah penduduk miskin,
yakni penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan
di lndonesia mencapai 27,77 juta orang (10,64% dari jumlah total penduduk). Ditenggarai
bahwa angka tersebut bertambah 690 ribu orang dibandingkan dengan kondisi September
2016 yang sebesar 27,76 juta orang (10,70%). Meski secara presentase angka kemiskinan
mengalami penurunan, namun secara jumlah angka tersebut mengalami kenaikan. Di
samping kemiskinan yang makin tinggi kesenjanganpun turut melebar ekstrim. Penguasaan
ekonomi kini makin terkonsentrasi pada kelompok super kaya, yang jumlahnya sangat
kecil. Pada tahun 2010 kekayaan 40 orang terkaya sebesar 680 triliun (US$ 71,3 miliar)
atau setara dengan 10,3% PDB Indonesia. Jumlah kekayaan 40 orang itu setara dengan
kekayaan sekitar 15 juta keluarga atau 60 juta jiwa yang paling miskin.
Sebagai contoh dari kemiskinan di Semarang ada Keluarga dengan kepala rumah
tangga berinisial AG dan istrinya berinisial AF yang tinggal di rumah yang tidak layak.
Keluarga ini merupakan warga Kampung Gunung Brintik, Semarang, dan ini merupakan
potret kemiskinan di Kota Semarang. Rumah AG dan UF masih dapat dilewati oleh sepeda
motor walaupun kesempitan gang rumahnya tidak sampai satu meter. Tidak beraspal,
hanya tanah basah dan kotoran ayam yang berserakan. Rumah yang tidak berpagar dan
terletak dipojokan merupakan hasil jeri payah AG dan juga UF, walaupun bukan milik
pribadi. Tanah atau rumah di Gunung Brintik sangat murah, disebabkan karena struktur
tanah daerah bukit yang tidak rata. AG dan juga AF bekerja sebagai penjual Koran, kadang
mereka ngamen dan mengemis. Mereka memiliki 4 orang anak dengan inisial DS, DM, DN
dan DR. Anak-anak mereka pun suka membantu mereka dalam mencari nafkah. Misalnya
saja DS, DM, dan DN suka berjualan Koran, ngamen, atau bahkan mengemis di jalanan
agar bisa menghidupi kehidupannya.
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Semarang, Pada tahun 2008
hingga 2009, Kota Semarang pernah menjadi daerah dengan ketimpangan masyarakat
terbesar di Indonesia saat terjadi krisis ekonomi. Terjadi penurunan angka kemiskinan dari
tahun 2013 sebesar 5,25 persen menjadi 4,62 persen di tahun 2017. Bahkan indeks
keparahan kemiskinan di Kota Semarang tercatat sangat kecil di angka 0,12 persen yang
menggambarkan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin dan kaya semakin kecil.
Namun walaupun demikian, jumlah penduduk miskin di Kota Semarang makin bertambah
misalnya saja ditahun 2017 jumlah penduduk miskinnya adalah 402.297 orang dan
11
mengalami kenaikan di tahun 2018 menjadi 427.511 orang.
14
pembangunan dan penyebarluasan ajaran Islam, berarti dakwah merupakan proses untuk
mengubah kehidupan manusia atau masyarakat dari kehidupan yang tidak Islami menjadi
suatu kehidupan yang Islami. Dakwah pencerahan bertujuan untuk mencerahkan akidah
Islamiyah, diharapkan akidahnya bersih dari kekufuran, kemusyrikan, tahayyul dan
khurafat serta terhindar dari taklid dan fanatisme. Dakwah pencerahan juga untuk
mencerahkan peribadatan, sehingga ibadah seorang muslim hendaknya sesuai dengan
syariat Allah dan Rasulnya, dan terhindar dari praktik bidah. Di samping dakwah
pencerahan juga mesti berdampak kepada perbaikan akhlak dalam skala pribadi, keluarga,
masyarakat, dan negara. Lebih dari itu dakwah pencerahan juga seyogianya dapat
mencerahkan kehidupan keduniaan. Yaitu kehidupan yang berkemajuan dalam aspek
sosial, ekonomi, pendidikan dll.
16
BAB III
PENUTUP
Amila, Fitria Rochimah. (2020.) Dampak Kuliah Daring Terhadap Kesehatan Mental
Mahasiswa Ditinjau dari Aspek Psikologi. Kalimantan Selatan.
Asmaya, Enung. (2012). Implementasi Agama Dalam Mewujudkan Keluarga Sakinah.
Jurnal Dakwah dan Komunikasi. Vol.6 No.1. ISSN: 1978-1261. Purwokerto.
Retrieved from
http://ejournal.iainpurwokerto.ac.id/index.php/komunika/article/view/341
Aziz, Moh.Ali. (2017). Ilmu Dakwah Edisi Revisi. Jakarta: Kencana. Retrieved
from https://bit.ly/3ozRmeC
Masyhadi, Anisia Kumala dan Yulistin Tresnawaty. (2019). Keluarga Sakinah dan
Konstruksi Alat Ukurnya. Jurnal Ilmiah Psikologi: Kajian Empiris & Non-
Empiris. Vol.5 No.1. Jakarta. Retrieved from
https://jipp.uhamka.ac.id/index.php/jipp/article/view/46
Susanty, Ria. (2019). Anak Jalanan Penjual Koran dan Pengemis di Kota Semarang.
Skripsi.Program Studi Antrpologi Sosial. Fakultas Ilmu Budaya. Universitas
Diponegoro. Semarang. Retrieved from http://eprints.undip.ac.id/81081/