Laporan p7 Farmakologi I - Nurul Husna Rosalinda
Laporan p7 Farmakologi I - Nurul Husna Rosalinda
Laporan p7 Farmakologi I - Nurul Husna Rosalinda
PERCOBAAN 7
DISUSUN OLEH:
NAMA : Nurul Husna Rosalinda
KELAS : Reguler 2A
NIM : PO.71.39.1.20.029
DOSEN PEMBIMBING:
1. DEWI MARLINA, S.F., Apt., M.Kes
2. ADE AGUSTIANINGSIH, , S.Farm, Apt
Paraf Nilai
B. Tujuan Percobaan
Setelah menyelesaikan percobaan ini, mahasiswa dapat Mengamati respon geliat
atau writhing reflex pada mencit akibat induksi kimia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendahuluan
Analgetika atau obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau
menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (perbedaan dengan anestetika
umum) (Tjay, 2007). Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman,
berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan. keadaan psikis sangat mempengaruhi
nyeri, misalnya emosi dapat menimbulkan sakit (kepala) atau memperhebatnya, tetapi
dapat pula menghindarkan sensasi rangsangan nyeri. nyeri merupakan suatu perasaan
seubjektif pribadi dan ambang toleransi nyeri berbeda-beda bagi setiap orang. batas nyeri
untuk suhu adalah konstan, yakni pada 44-45oC (Tjay, 2007). Ambang nyeri
didefinisikan sebagai tingkat (level) pada mana nyeri dirasakan untuk pertama kalinya.
Dengan kata lain, intensitas rangsangan yang terendah saat orang merasakan nyeri.
Untuk setiap orang ambang nyerinya adalah konstan (Tjay, 2007). Rasa nyeri dalam
kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala yang berfungsi melindungi tubuh. Nyeri
harus dianggap sebagai isyarat bahaya tentang adanya ganguan di jaringan, seperti
peradangan, infeksi jasad renik, atau kejang otot. Nyeri yang disebabkan oleh rangsangan
mekanis, kimiawi atau fisis dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan. Rangsangan
tersebut memicu pelepasan zat-zat tertentu yang disebut mediator nyeri. Mediator nyeri
antara lain dapat mengakibatkan reaksi. Radang dan kejang-kejang yang mengaktivasi
reseptor nyeri di ujung saraf bebas di kulit, mukosa dan jaringan lain. Nocireseptor ini
terdapat diseluruh jaringan dan organ tubuh, kecuali di SSP. Dari sini rangsangan
disalurkan ke otak melalui jaringan lebat dari tajuk-tajuk neuron dengan amat benyak
sinaps via sumsumtulang belakang, sumsum lanjutan, dan otak tengah. Dari thalamus
impuls kemudian diteruskan ke pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan
sebagai nyeri (Tjay, 2007).
B. Jenis-Jenis Analgetik
a. Analgetika perifer (non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat
narkotik dan tidak bekerja sentral. Analgetika antiradang termasuk kelompok ini
b. Analgetika narkotik khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti
pada fractura dan kanker (Tjay, 2007).
Secara kimiawi analgetika perifer dapat dibagi dalam beberapa kelompok, yakni :
1. parasetamol
2. salisilat : asetosal, salisilamida, dan benorilat
3. penghambat prostaglandin (NSAIDs) : ibuprofen, dll
4. derivat-antranilat : mefenaminat, glafenin
5. derivat-pirazolon : propifenazon, isopropilaminofenazon, dan metamizol
6. lainnya : benzidamin (Tantum) (Tjay, 2007).
Sensasi nyeri, tak perduli apa penyebabnya, terdiri dari masukan isyarat
bahaya ditambah reaksi organisme ini terhadap stimulus. Sifat analgesik opiat
berhubungan dengan kesanggupannya merubah persepsi nyeri dan reaksi pasien
terhadap nyeri. Penelitian klinik dan percobaan menunjukkan bahwa analgesik
narkotika dapat meningkatkan secara efektif ambang rangsang bagi nyeri tetapi
efeknya atas komponen reaktif hanya dapat diduga dari efek subjektif pasien.
Bila ada analgesia efektif,
Nyeri mungkin masih terlihat atau dapat diterima oleh pasien, tetapi
nyeri yang sangat parah pun tidak lagi merupakan masukan sensorik destruktif
atau yang satu-satunya dirasakan saat itu (Katzung, 1986).
Analgetik narkotik, kini disebut juga opioida (=mirip opioat) adalah obat-
obat yang daya kerjanya meniru opioid endogen dengan memperpanjang
aktivasi dari reseptor-reseptor opioid (biasanya µ-reseptor) (Tjay, 2007).
Efek utama analgesik opioid dengan afinitas untuk resetor μ terjadi pada
susunan saraf pusat; yang lebih penting meliputi analgesia, euforia, sedasi, dan
depresi pernapasan. Dengan penggunaan berulang, timbul toleransi tingkat
tinggi bagi semua efek (Katzung, 1986).
BAB III
METODE KERJA
Alat yangdigunakan
1. Spuit (alat suntik)
2. Sonde
3. Beker Gelas
4. Timbangan
5. Sarung Tangan
Bahan yangdigunakan
1. Asam Asetat Glasial 3%
2. NaCl
3. Tablet Antalgin (20mg/ml)
Hewan yangdigunakan
1. Tikus Jantan
2. Mencit Jantan
Ditimbang Masing-
masing tikus dan mencit
C. Pembuatan Bahan
1. Pembuatan Na-CMC
a. Buat 250 ml susp Na-CMC 1%
b. Timbang Na-CMC (1% x 250 ml) = 2,5 gr
c. Masukkan air panas (20 x 2,5 g = 50 ml) kedalam mortir
d. Taburkan Na-CMC diatas air panas, tunggu hingga mengembang
e. Gerus hingga berbentuk gel
f. Masukkan dalam labu takar ad 250 ml
65 mg x
x
10.000 mg 14,286
x = 92,85 mg ≈ 100 mg
Tambahkan serbuk sebanyak 100 mg
Masukkan larutan Na-CMC 1% ad 10 ml
Gerus ad homogen
Masukkan kedalam labu takar 10 ml
Diketahui :
Massa Jenis Asam Asetat Glasial = 1,05 gr/ml
Berat Molekul (BM) = 60,05 gr/mol
Kemurniannya = 98 %
Perhitungan Pembuatan (Cara 1)
a. Mencari Molaritas Asam Asetat Glasial dengan rumus
Massa jenis x 10 x %
M1 =
BM
1,05 x 10 x 98
=
60,05
1,029
= = 17,1 ml
60,05
Massa jenis x 10 x %
M2 =
BM
1,05 x 10 x 3
=
60,05
31,5
= = 0,52 ml
60,05
Dengan Rumus Pengenceran
M1 x V1 = M2 x V2
17,5 ml x V1= 0,52 M x 25 ml
V1 = 13/17,1 ml
= 0,76 ml
Volume Asam Asetat Glasial yang dibutuhkan untuk membuat Asam Asetat
3% adalah 0,76 ml
V1 x K1 = V2 x K2
V1 x 98 = 25 x 3
V1 = 75/98
= 0,76 ml
Keterangan:
K1 = Konsentrasi Asam Asetat Glasial
K2 = Konsentrasi Asam Asetat yang di inginkan
V1 = Volume Asam Asetat Glasial yang dibutuhkan
V2 = Volume Asam Asetat Glasial yang diinginkan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
B. Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan uji efek analgetik pada hewan coba. Hewan coba yang
digunakan adalah tikus dan mencit. Digunakan bahan uji suspensi antalgin sebagai obat
analgetik (pereda nyeri) dan asam asetat glasial sebagai agent perangsang nyeri.
Uji efek analgetik pada tikus satu dan dua yang diberi suspensi antalgin dengan selang
waktu 10 menit diberi asam asetat glasial tidak menghasilkan geliat. Untuk tikus 3 dan 4
diberi larutan asam asetat glasial dengan selang waktu 10 menit diberi suspensi antalgin, pada
tikus 3 menghasilkan geliat sebanyak 9 kali dan pada tikus 4 menghasilkan geliat sebanyak 7
kali. Untuk tikus 5 yang hanya diberi larutan asam asetat glasial tidak menghasilkan geliat.
Uji efek analgetik pada mencit dengan kelompok perlakuan yang diberi larutan asam
asetat dan suspensi antalgin didapatkan total geliat pada kelompok 1 (23 geliat), kelompok 2
(37 geliat), kelompok 3 (1 geliat ), kelompok 4 (18 geliat), kelompok 5 tidak menghasilkan
geliat. Untuk mencit dengan kelompok perlakuan yang diberi suspensi antalgin dan larutan
asam asetat glasial didapatkan total geliat pada kelompok 1 (22 geliat), kelompok 2 (17
geliat), kelompok 3 (57 geliat), kelompok 4 (35 geliat), kelompok 5 (1 geliat). Untuk
mencheat dengan kelompok perlakuan yang hanya diberi larutan asam asetat glasial
didapatkan total geliat pada kelompok 1 (53 geliat), kelompok 2 (47 geliat), kelompok 3 (54
geliat), kelompok 4 (51 geliat), kelompok 5 (53 geliat).
BAB V
Kesimpulan
Katzung, B.G. & Trevor, A.J., 2015. Basic and Clinical Pharmacology, 13th edition, USA:
McGraw Hill Education.
Lullman, H., Mohr, K., Hein, L., & Bieger, D., 2004. Color Atlas of Pharmacology, 3
rd edition, New York: Thieme.
Rang, H.P., Dale, M.M., Ritter, J.M., Flower, R.J., & Henderson, G., 2012. Rang and Dale’s
Pharmacology, 7th edition, China: Elsevier.
Sulistia, G.G., 2017. Farmakologi dan Terapi, edisi 6. Departemen Farmakologi dan Terapi,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
LAMPIRAN
Pada Saat Penimbangan Mencit 1, 2, dan 3
Bahan
o Mencit 2 Mencit 3