FE Termodinamika2

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 26

TF-ITB

BAB 2 PROPERTI
SUBSTANSI MURNI
Lecture Note

Nugraha, Dr.Eng
12/8/2011
DAFTAR ISI
BAB 2 PROPERTI SUBSTANSI MURNI................................................................................. 15
2.1 OBJEKTIF ............................................................................................................ 15
2.2 PENDAHULUAN .................................................................................................. 15
2.3 FASA SUBSTANSI MURNI........................................................................................ 15
2.4 PERUBAHAN FASA SUBSTANSI MURNI ..................................................................... 16
2.5 DIAGRAM PERMUKAAN P-V-T ................................................................................ 17
2.6 TABEL SATURASI.................................................................................................. 20
2.7 CAMPURAN CAIR-UAP.......................................................................................... 20
2.8 PERSAMAAN KEADAAN (STATE FUNCTION PROPERTIES) .......................................... 25
2.8.1 GAS IDEAL .................................................................................................... 25
2.8.2 FAKTOR KOMPRESIBILITAS Z................................................................................. 26
2.9 ENERGI DALAM, ENTALPI & KALOR SPESIFIK GAS IDEAL ............................................ 28
2.9.1 RELASI KALOR SPESIFIC GAS IDEAL ........................................................................... 28
2.10 ENERGI DALAM, ENTALPI & KALOR SPESIFIK ZAT CAIR & PADAT............................... 29

BAB 2 PROPERTI SUBSTANSI MURNI | 12/8/2011

Nugraha, TF-ITB 14
Bab 2 PROPERTI SUBSTANSI MURNI

2.1 OBJEKTIF
 Mengenal konsep substansi murni.
 Mendiskusikan proses fisik perubahan fasa.
 Mengillustrasikan diagram properti P-v, T-v, dan P-T serta permukaan P-v-T dari substansi murni.
 Memperlihatkan prosedur untuk menentukan properti termodinamik substansi murni dari tabel data
properti.
 Menjelaskan konsep gas ideal persamaannya.
 Menerapkan persamaan gas ideal dalam menyelesaikan persoalan.
 Mengenal faktor kompressibilitas

2.2 PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dibahas hubungan antara tekanan, volume spesifik dan temperatur untuk substansi murni. Substansi
murni adalah substansi yang memiliki properti termodinamik yang homogen dan dapat berwujud lebih dari satu fasa,
tapi masing-masing fasa memiliki komposisi kimia yang sama. Air adalah contoh dari substansi murni. Air dapat
berwujud padat (es), cair dan gas (uap air). Sistem yang akan dibicarakan disini adalah sistem sederhana (simple system),
yaitu sistem yang tidak memiliki efek gerak, viskositas, fluid shear, kapilaritas, tegangan anisotropik, dan medan gaya
luar. Contoh lain dari substansi murni adalah CO2, N2, dsb.

2.3 FASA SUBSTANSI MURNI


Fasa substansi yang umum kita kenal adalah fasa padat, cair dan gas. Akan tetapi karena perilaku substansi mengikuti
berbagai macam aturan, maka akan lebih baik jika kita definisikan fasa substansi sebagai berikut

 Padat (solid) adalah substansi dimana bentuknya tidak mengikuti bentuk serta volume wadahnya karena jarak
antara atomnya tidak berubah terhadap waktu. Air pada tekanan 1 atm dan temperatur dibawah 0oC berada
BAB 2 PROPERTI SUBSTANSI MURNI | 12/8/2011

pada keadaan padat es.

 Cair jenuh (saturated liquid) : adalah cairan yang berada pada batas penguapan (ada pada kesetimbangan
antara cair dan uap) penambahan kalor akan menyebabkan penguapan air tanpa merubah temperatur.
Misalnya air pada tekanan 1 atm 100oC adalah contoh substansi pada keadaan cair jenuh.

 Cairan bawah jenuh (subcooled liquid) : adalah cairan yang tidak berada pada titik jenuhnya. Air pada
tekanan 1 atm dan temperature ruang adalah contoh cairan dibawah jenuh

 Campuran cair dan uap (liquid vapor mixture) : adalah cairan dan uap dari substansi yang sama yang dapat
eksis pada temperature dan tekanan yang sama, keadaan ini disebut keadaan campuran 2 fasa.

 Gas sempurna (perfect gas) : adalah gas ideal yang memiliki kalor jenis konstan

Nugraha, TF-ITB
15
 Uap jenuh (saturated vapor) : adalah uap yang berada pada batas kondensasi, jika kalor dikurangi sedikit saja
maka akan ada uap yang terkondensasi tanpa penurunan temperatur. Misalnya uap air pada 1 atm 100oC.

 Uap superheated (superheated vapor) : adalah uap yang menyerap melebihi energi yang diperlukan untuk
penguapan. Uap superheated tidak akan terkondensasi jika ada pengurangan sedikit kalor.

 Gas ideal (ideal gas) : adalah gas yang sangat superheated dan berperilaku mengikuti hukum gas ideal
pv=nRT.

 Gas nyata (real gas) : adalah gas yang tidak perperilaku sebagai gas ideal.

 Campuran gas (gas mixture) : campuran dua atau lebih gas menjadi satu. Misalnya udara yang merupakan
campuran dari berbagai gas seperti nitrogen, oksigen, dsb.

 Campuran uap-gas (vapor-gas mixture) : adalah campuran uap dengan gas misalnya atmosfir disekitar kita
merupakan campuran udara dengan uap air.

2.4 PERUBAHAN FASA SUBSTANSI MURNI


Keadaan (state) dari suatu substansi murni dapat berubah dari suatu fasa ke fasa yang lain, dan sering kita jumpai dua
fasa dari substansi murni ada secara bersamaan, misalnya air dengan uap air. Untuk memberikan gambaran tentang
bagaimana terjadinya perubahan fasa, mari kita tinjau air sebagai substansi yang yang kita kenal sebagai contoh. Pada
illustrasi ini, perhatian hanya akan dipusatkan pada fasa cair dan fasa uap berserta fasa campuran keduanya. Illustrasi
perubahan fasa air ini dapat dilihat pada animasi Gambar 2-1 dibawah ini.

BAB 2 PROPERTI SUBSTANSI MURNI | 12/8/2011

G AMBAR 2-1 I LLUSTRASI PERUBAHAN FASA AIR

Misalkan air ada di dalam perkakas piston-silider pada temperatur 20oC dan tekanan tetap 1 atm. Pada keadaan ini air
berada pada keadaan fasa cair atau disebut cairan bawah jenuh (subcooled liquid) atau cairan terkompresi (compressed
liquid) yaitu air yang tidak akan segera menguap. Jika kalor ditransfer ke sistem maka temperatur air akan naik tetapi
fasa air tetap, misalnya temperatur air naik sampai 50oC. Kenaikan temperatur secara mikroskopik akan menyebabkan
amplitudo getaran molekul akan membesar sehingga volume air sedikit membesar sehingga piston sedikit bergerak
keatas. Tapi pada keadaan ini air masih tetap dalam fasa cair.

Nugraha, TF-ITB 16
Sampai temperature air naik menjadi 100 oC, penambahan kalor tidak akan merubah fasa air tapi hanya akan menaikan
temperatur saja serta sedikit penambahan volume. Pada temperatur 100 oC dan tekanan 1 atm, walaupun air tetap
pada fasa cair tapi penambahan kalor sedikt saja akan menyebabkan terjadinya penguapan. Fasa air pada keadaan ini air
disebut fasa cair jenuh.

Penambahan kalor berikutnya tidak akan menaikan temperatur tapi hanya akan merubah fasa air dari cair menjadi uap.
Pada keadaan ini terdapat dua fasa di dalam silinder, yaitu fasa cair dan fasa uap. Keadaan ini disebut fasa campuran
jenuh.

Pada keadaan fasa campuran, penambahan kalor tidak akan menaikan temperatur maupun tekanan sampai pada suatu
keadaan dimana tetes air terakhir menjadi uap. Pada keadaan ini air berada pada fasa uap jenuh.

Penambahan kalor berikutnya akan menaikan temperatur uap dan karena tekanan dijaga konstan 1 atm, maka volume
akan bertambah. Pada keadaan ini air berada pada fasa uap superheated.

2.5 DIAGRAM PERMUKAAN P -v-T


Substansi nyata yang berubah tidak dapat dianggap sebagai gas ideal memiliki hubungan P, V dan T atau persamaan
keadaannya sangat komplek. Secara teoritis dimungkinkan untuk mengembangkan permukaan tiga dimensi yang dapat
memprediksi fasa substansi berdasarkan properti tekanan, volume spesifik dan temperatur. Gambar 2-2 dibawah ini
mengillustrasikan bahwa subsansi dapat memiliki berbagai fasa dan dapat sekaligus memiliki lebih dari satu fasa. Air
dapat berada pada keadaan padat, cair dan uap
BAB 2 PROPERTI SUBSTANSI MURNI | 12/8/2011

G AMBAR 2-2 P ERMUKAAN P- V -T DALAM TIGA DIMENSI

Namun biasanya untuk memudahkan penggambaran dilakukan dalam dua dimensi dengan cara membuat salah satu
properti konstan. Misalnya untuk temperatur konstan kita dapatkan diagram dua dimensi tekanan-volume spesifik
seperti pada Gambar 2-3 dibawah ini yang biasa disebut juga sebagai diagram kesetimbangan atau diagram fasa.

Nugraha, TF-ITB
17
G AMBAR 2-3 D IAGRAM P- V -T DALAM DUA DIMENSI

Pada termodinamika kebanyakan diagram fasa umumnya hanya menampilkan daerah cairan-uap yang biasa juga disebut
dengan kubah uap seperti ditampilkan pada Gambar 2-4 dibawah ini.

G AMBAR 2-4 K UBAH UAP

Daerah kubah uap dapat di gambarkan dengan menggunakan berbagai variabel sebagai sumbunya. Misalnya kita dapat
menggunakan temperatur atau tekanan sebagai sumbu vertikal, sedangkan untuk sumbu horisontal kita dapat
menggunakan variabel energi dalam, entalpi, entropi atau volume spesifik. Akan tetapi semua kombinasi diatas
memiliki prinsip yang sama, yaitu :

BAB 2 PROPERTI SUBSTANSI MURNI | 12/8/2011


Garis dibagian sebelah kiri kubah memisahkan fasa cair dengan fasa campuran cair-uap. Garis ini biasa disebut sebagai
garis cair jenuh (saturated liquid line). Sedangkan bagian kubah sebelah kanan memisahkan fasa cair-uap dengan fasa
uap, karena itu garis sebelah kanan disebut sebagai garis uap jenuh (saturated vapor line).

Garis tekanan konstan (isobar) atau temperature konstan (isotermis) dapat di gambarkan pada kubah uap. Garis isobar
atau isotermis akan berbentuk horizontal pada daerah fasa cair-uap yang menggambarkan tekanan dan temperature
yang konstan selama perubahan fasa terjadi.

Pada bagian atas kubah tidak terdapat garis pembatas antara fasa cair dan fasa gas, dan pada bagian diatas kubah hanya
ada fasa gas. Garis batas implisit antara fasa cair dan fasa gas adalah garis isobar/isotherm yang melalui bagian paling
atas dari kubah uap. Garis isobar/isotherm tersebut disebut garis isobar kritis (critical isobar)/isotermis kritis (critical
isotherm) dan bagian kubah paling atas disebut sebagai titik kritis (critical point).

Nugraha, TF-ITB 18
Garis isobar kritis (critical isobar)/isotermis kritis (critical isotherm) juga menjadi pembatas antara fasa uap dan fasa
gas pada bagian sebelah kanan kubah uap. Daerah dibawah garis isobar kritis (critical isobar)/isotermis kritis (critical
isotherm) pada bagian itu adalah fasa uap, sedang daerah diatasnya adalah fasa gas.

Titik kritis (critical point) dari suatu substansi adalah properti yang unik, karena pada titik tersebut fasa padat, cair dan
gas dapat berada secara bersamaan. Misalnya air memiliki titik kritis pada tekanan 22,09 MPa dan temperatur 647,3
K.

Sebagai konvensi pada termodinamika biasa digunakan subscript f untuk menyatakan cair jenuh (saturated liquid),
subscript g untuk menyatakan uap jenuh (saturated vapor) dan subscript fg untuk menyatakan selisih properti pada
keadaan saturasi. Misalnya hf : entalpi cair jenuh, hg : entalpi uap jenuh dan hfg=hg-hf .

Kubah uap merupakan alat bantu yang baik untuk illustrasi, namun tidak dapat digunakan untuk menentukan fasa
suatu substansi. Penentuan fasa substansi harus dibuat berdasarkan tekanan dan temperatur substansi sesuai dengan
aturan berikut :

Aturan 1 : substansi berada pada fasa cairan bawah jenuh (subcooled liquid) jika temperaturnya lebih kecil dari
temperature saturasi pada tekanan yang sama
Aturan 2 : substansi berada pada fasa cair-uap jika temperaturnya sama dengan temperatur saturasi pada tekanan
yang sama
Aturan 3 : substansi berada pada fasa uap superheated jika temperaturnya lebih besar dari temperatur saturasi pada
tekanan yang sama
Aturan 4 : substansi berada pada fasa cairan bawah jenuh (subcooled liquid) jika tekanannya lebih besar dari
tekanan saturasi pada temperatur yang sama
Aturan 5 : substansi berada pada fasa cair-uap jika tekanannya sama dengan tekanan saturasi pada temperatur yang
sama
Aturan 6 : substansi berada pada fasa uap superheated jika tekanannya lebih kecil dari tekanan saturasi pada
temperatur yang sama
Aturan diatas diperlihatkan pada Gambar 2-5 dibawah ini
BAB 2 PROPERTI SUBSTANSI MURNI | 12/8/2011

G AMBAR 2-5 A TURAN PENENTUAN FASA SUBSTANSI MURNI

Nugraha, TF-ITB
19
2.6 TABEL SATURASI
Setelah fasa substansi dapat ditentukan, harga properti-properti substansi lainnya, seperti volume spesifik (v), energi
dalam (u), entalpi (h) dan entropi (s), dapat dilihat pada tabel substansi murni sesuai dengan fasanya. Biasanya tabel
yang tersedia dibagi berdasarkan fasa yang mungkin ada untuk substansi tersebut. Misalnya untuk air, tabel dibagi
kedalam tabel saturasi, tabel superheated, tabel cairan terkompresi (subcooled liquid) dan tabel es-uap air. Tabel-tabel
substansi tersebut dapat dilihat pada bagian tabel. Pada buku-buku referensi tabel-tabel tersebut biasanya berada pada
bagian appendix.

Berdasarkan postulat keadaan (state) yang menyatakan bahwa keadaan (state) termodinamika sistem kompresible
sederhana dapat di gambarkan secara komplit oleh dua properti intensif yang independen. Jadi berdasarkan postulat
tersebut, penentuan fasa dapat juga dilakukan dari dua properti intensif yang independen selain temperatur dan
tekanan, misalnya fasa dapat ditentukan dari harga temperatur dan entalpi atau dari data tekanan dan entalpi, dsb.

Jika kita menggunakan T/P dan u/h/s/v untuk menentukan keadaan fasa dari substansi murni, maka harus
ditambahkan aturan sebagai berikut.

Aturan 7 : substansi berada pada fasa uap superheated jika properti intensif u/h/s/v lebih besar dari harga
ug/hg/sg/vg pada tekanan atau temperatur yang sama dengan tekanan atau temperatur saturasinya
Aturan 8 : substansi berada pada fasa cairan bawah jenuh (subcooled liquid) jika properti intensif u/h/s/v lebih
kecil dari harga uf/hf/sf/vf pada tekanan atau temperatur yang sama dengan tekanan atau temperatur
saturasinya
Aturan 9 : substansi berada pada fasa cair-uap jika properti intensif u/h/s/v berada diantara harga uf/hf/sf/vf dan
ug/hg/sg/vg pada tekanan atau temperatur yang sama dengan tekanan atau temperatur saturasinya

2.7 CAMPURAN CAIR -UAP


Pada campuran antara cair dan uap dikenal istilah kualitas uap (quality), x, yang didefinisikan sebagai

m vapor mg
x   2-1
m v a p o r  m liq u id mg  mf

BAB 2 PROPERTI SUBSTANSI MURNI | 12/8/2011


Keadaan (state) termodinamik di dalam kubah uap memiliki hubungan satu ke satu antara temperatur saturasi dengan
tekanan saturasi, artinya jika temperatur diketahui maka tekanan dapat ditentukan, begitu juga sebaliknya. Keadaan
termodinamik biasanya ditentukan oleh dua propertis yang independen (temperatur dan kualitas, tekanan dan
kualitas, tekanan dan entalpi, entropi dan kualitas, dst.). Contoh tabel saturasi dapat dilihat pada Gambar 2-6.

Jika kualitas campuran cair-uap diketahui, maka seluruh properti termodinamik primer dapat dihitung. Jika properti
termodinamik memiliki nilai antara cair jenuh dan uap jenuh (misal h antara hf dan hg) maka persamaan-persamaan
dibawah ini dapat diselesaikan untuk mendapatkan x

h  hf  x  hg  hf  h f  x h fg 2-2

s  s f  x s fg 2-3

Nugraha, TF-ITB 20
u  u f  x u fg 2-4

v  v f  x v fg 2-5

G AMBAR 2-6 T ABEL SATURASI AIR

Untuk tabel cairan (air) tertekan (compressed liquid), data properti intensif y (u, h, s dan v) hanya ada mulai dari
tekanan 5 MPa, untuk tekanan dibawah 5MPa dapat didekati dengan harga untuk cair jenuh pada temperatur yang
sama.

y  y f @T 2-6

Untuk tabel saturasi uap-es, jika T < T triple point, maka fasa padat jenuh dan cair jenuh ada dalam kesetimbangan.
Pada campuran padat-uap, properti intensif y (u, h, s dan v) dihitung berdasarkan persamaan

y  y i  x ( y g  y i )  y i  x y ig 2-7

mg
x 
m g
 mi  2-8

jika u tidak ada pada tabel, maka dapat u dihitung dengan persamaan
BAB 2 PROPERTI SUBSTANSI MURNI | 12/8/2011

u  h  Pv 2-9
CONTOH SOAL 2.1

Tentukan entalpi 1,5 kg air pada volume 1,2 m3 dan tekanan 200 kPa.

Solusi:
Seuai dengan postulat state, kita memerlukan 2 besaran intensif, yaitu P dan v.

P = 200 kPa, v = V/m = 1,2 m3/1,5 kg = 0,8 m3/kg

Dari tabel saturasi uap pada tekanan 200 kPa diperoleh harga

vf = 0,001061 m3/kg, vg = 0,8857 m3/kg

Nugraha, TF-ITB
21
Dari data diatas vg > v > vf sehingga keadaan air ada pada daerah 2 fasa atau daerah jenuh

v  v f  x v fg

 0 ,8 - 0 ,0 0 1 0 6 1  m /k g
3
v  vf
x    0, 9 0 3
 0 ,8 8 5 7 - 0 ,0 0 1 0 6 1  m /k g
3
vg  vf

Dari tabel saturasi uap pada tekanan 200 kPa diperoleh harga

hf = 504,7 kJ/kg, hfg = 2201,9 kJ/kg

h  h f  x h fg  5 0 4, 7 k J / k g  0, 9 0 3  2 2 0 1, 9 k J / k g  2 4 9 3, 3 k J / k g

CONTOH SOAL 2.2

Misalkan kontener air yang kokoh seperti gambar dibawah ini. Tekanan 700 kPa, masa saturasi liquid 1,78 kg, dan
mass saturasi uap 0,22 kg. Kalor ditambahkan kedalam air sampai tekanan naik menjadi 8 MPa. Cari temperatur,
enthalpi, dan energi dalam air akhir. Apakah permukaan air naik atau turun.

Solusi:
Sistem : kontener kokoh

Tabel : tabel uap air

Proses : volume tetap sehingga v2=v1

Keadaan awal P1=700 kPa, x1=mg/(mf+mg)= 0,22 kg/(1,78 kg +0,22 kg)=0,11

Pada P1=700 kPa dari tabel saturasi uap diperoleh vf1=0,001108m3/kg, vg1=0,2729m3/kg

Sehingga diperoleh

BAB 2 PROPERTI SUBSTANSI MURNI | 12/8/2011


v 1  v f 1  x 1  v g 1  v f 1   0, 0 0 1 1 0 8  0,1 1  ( 0, 2 7 2 9  0, 0 0 1 1 0 8 )  0, 0 3 1m
3
/ kg

v2 = v1 = 0,031 m3/kg

Pada keadaan tekanan P2 = 8 MPa

Dari tabel saturasi uap pada tekanan 8 MPa diperoleh harga

vf = 0,001384 m3/kg, vg = 0, 002352 m3/kg

Dari data diatas v > vg sehingga fasa air pada keadaan 2 adalah superheated.

Dari interpolasi pada tabel superheated untuk P2 = 8 MPa dan v2 = 0,031 m3/kg diperoleh

T2 = 362 oC, h2 = 3024 kJ/kg, u2 = 2776 kJ/kg


Karena keadaan 2 superheated maka permukaan liquid akan turun

Nugraha, TF-ITB 22
CONTOH SOAL 2.3
Tentukan tekanan dalam MPa dan perubahan volume dalam m3 jika 4 kg air dalam keadaan cair jenuh
berubah seluruhnya menjadi air dalam keadaan uap jenuh pada 120 oC.
Solusi:
Dari tabel saturasi uap air diperoleh data untuk temperatur saturasi 120oC, tekanan saturasi adalah 198,53
kPa.

V = m(vg – vf) = 4kg*(0,8919-0,001060) m3/kg = 3,56 m3

CONTOH SOAL 2.4


4 kg substansi air berada dalam 0,2 m3 tangki kokoh pada 150oC. Tentukan (a) tekanan dalam kPa, (b)
entalpi spesifik dalam kJ/kg, (c) masa dan volume uap dalam tangki.
Solusi:
v = V/m = 0,2 m3/4 kg = 0,05 m3/kg
dari tabel untuk temperatur saturasi 150oC diperoleh
vf = 0,001091 m3/kg, vg = 0,3928 m3/kg
Dari data diatas vg > v > vf sehingga keadaan air ada pada daerah 2 fasa atau daerah jenuh

v  v f  x v fg

 0 ,0 5 - 0 ,0 0 1 0 9 1  m /k g
3
v  vf
x    0 ,1 2 5
 0 ,3 9 2 8 - 0 ,0 0 1 0 9 1  m /k g
3
vg  vf
BAB 2 PROPERTI SUBSTANSI MURNI | 12/8/2011

(a) dari tabel saturasi uap air, untuk temperatur saturasi 150oC, tekanan saturasi adalah 475,8 kPa.

(b) h  h f  x h fg  6 3 2 ,2 0 k J / k g  0,1 2 5  2 1 1 4 ,3 k J / k g  8 9 6,1 9 3 k J / k g

(c) masa uap = x mtot = 0,125*4 kg = 0,5 kg


volume uap = mg*vg = 0,5 kg * 0,3928 m3/kg = 0,196 m3

CONTOH SOAL 2.5


Berapa entalpi R-134a, pada 0.4 MPa dan kualitas 85%?
(A) 241 kJ/kg
(B) 261 kJ/kg

Nugraha, TF-ITB
23
(C) 333 kJ/kg
(D) 375 kJ/kg
Solusi:
baca harga-harga perdekatan hf dan hg dari HFC 134a, dari diagram ph (pada ujung bab ini) pada 0.4 MPA.

h  h f  x h fg

 h f  x  h f  hg 
 1  x  h f  x h g

kJ kJ
 1  0 , 8 5   2 1 2  0,85  404
kg kg
kJ
 3 7 5, 2
kg

CONTOH SOAL 2.6

Fluida memiliki masa 5 kg dan memenuhi volume 1 m3 pada tekanan 150 kPa. Jika energi dalam adalah
2500 kJ/kg, Berapa entalpi total?
(A) 2,5 MJ.
(B) 9,8 MJ
(C) 12,5 MJ
(D) 12, MJ
Solusi:

BAB 2 PROPERTI SUBSTANSI MURNI | 12/8/2011


3
V 1m
v    0, 2 m
3
kg
m 5kg

h  u  pv
3
kJ kN m
 2500  150 2
 0, 2
kg m kg
 2530 kJ kg

H  m h  5kg  2530 kJ kg
 12650 kJ  12, 7 M J

Jawab D.

Nugraha, TF-ITB 24
CONTOH SOAL 2.7

Lengkapilah tabel uap air dibawah ini

2.8 PERSAMAAN KEADAAN (STATE FUNCTION PROPERTIES)


Persamaan keadaan adalah hubungan antara variabel-variabel keadaan (temperatur, tekanan, volume spesifik).Untuk
uap/gas sistem kompressibel sederhana berlaku persamaan keadaan

F  P,T , v   0 2-10

2.8.1 GAS IDEAL


Gas dapat dianggap sebagai gas ideal pada tekanan yang sangat rendah atau pada temperatur yang lebih tinggi dari
temperatur kritisnya. Pada kondisi ini, ukuran molekul tidak begitu penting dibandingkan jarak antar molekul dan
molekul tidak berinteraksi. Secara definisi, gas ideal berperilaku mengikuti hukum-hukum gas ideal.

Persamaan keadaan adalah hubungan yang memprediksi keadaan (yaitu, properti seperti tekanan, temperatur,
volume, dsb.) dari kumpulan dua properti independen lainnya.

Hukum Avogadro menyatakan bahwa volume yang sama untuk berbagai gas pada temperatur dan tekanan yang sama
memiliki jumlah molekul yang sama. Bilangan Avogadro, NA = 6.022 x 1023 adalah jumlah molekul gas ideal dalam 1
mol. Untuk satu mol gas, hukum Avogadro dapat dinyatakan sebagai persamaan keadaan gas ideal.
BAB 2 PROPERTI SUBSTANSI MURNI | 12/8/2011

Untuk sistem gas ideal berlaku persamaan

P V  N RuT 2-11

dimana :

Ru adalah konstanta gas universal

N adalah jumlah mol.

Harga konstanta gas universal, Ru sama untuk semua gas dan nilai konstanta gas universal untuk berbagai satuan adalah
sbb
8.314 kJ/(kmol.K)
8.314 kPa.m3/(kmol.K)
Bentuk lain dari persamaan gas ideal yang biasa dipakai adalah sbb :

Nugraha, TF-ITB
25
P v  RuT 2-12

PV  mRT 2-13
dimana :
R adalah konstanta gas

m adalah massa substansi

Hubungan konstanta gas R dengan konstanta gas universal Ru adalah sbb:

Ru
R  2-14
BM

dimana BM adalah masa molar dalam gr/mol atau biasa juga disebut sebagai berat molekul.

Persamaan gas ideal dapat diturunkan dari persamaan keadaan untuk gas pada kondisi
1. Gaya intermolekul kecil
2. Ruang yang di kuasai partikel kecil

Persamaan gas ideal digunakan pada kondisi


1. P << Pcr atau
2. T> 2Tcr dan P < 10 Pcr
indek cr menyatakan critical point yang dapat dilihat pada tabel

2.8.2 Faktor Kompresibilitas Z


Faktor kompresibilitas adalah faktor untuk mengukur penyimpangan gas nyata dari keadaan idealnya. Persamaan
keadaan untuk gas nyata adalah

PV  ZmRT 2-15

BAB 2 PROPERTI SUBSTANSI MURNI | 12/8/2011


Untuk gas ideal Z = 1. Harga Z sama untuk semua gas pada TR dan PR yang sama.

Penyimpangan terbesar dari keadaan ideal terjadi pada daerah titik kritis.
Untuk uap air daerah gas ideal digambarkan pada gambar disebelah ini

Gambar 2.6 memperlihatkan grafik hubungan antara faktor kompresibilitas Z dengan tekanan PR dimana PR adalah
tekanan gas dibagi tekanan kritisnya.

Nugraha, TF-ITB 26
G AMBAR 2-7 F AKTOR KOMPRESIBILITAS UNTUK GAS NYATA

CONTOH SOAL 2.8

Hitung volum spesifik nitrogen pada 300 K dan 8.0 Mpa serta bandingkan hasilnya dengan data dari tabel v =
0.011133 m3/kg.

Solusi :

Dari Tabel A-1 pada buku Changel diperoleh Tcr = 126.2 K, Pcr = 3.39 Mpa, R = 0.2968 kJ/kg-K.

T 300 K P 8, 0 M P a
TR    2 .3 8 , PR    2 .3 6
Tcr 1 2 6 .2 K Pc r 3, 3 9 M P a

Karena TR> 2 dan PR<10, maka gas nitrogen pd keadaan ini dapat didekati dengan persamaan gas ideal.

Pv  RT
kJ
0, 2968  300 K
BAB 2 PROPERTI SUBSTANSI MURNI | 12/8/2011

3 3
RT k g .K m M Pa m
v   3
 0, 01113
P 8M Pa 10 kJ kg

Dari hasil tersebut terlihat bahwa gas nitrogen pada keadaan tersebut betul-betul berlaku sebagai gas ideal.

CONTOH SOAL 2.9

Gas ideal memiliki temperatur awal 25 oC mengalami proses sbb :


Proses 1-2 : Volume tetap, Tekanan menjadi 2 kali
Proses 2-3 : Tekanan tetap, Volume menjadi 1/3 kali
Berapa temperatur setelah proses

Solusi :

Nugraha, TF-ITB
27
Proses 1-2 : V2 = V1, P2 = 2P1
Proses 2-3 : V3 = 1/3 V2, P3 = P2

Shg : P3 = 2P1, V3 = 1/3 V1, dan m1 = m2 = m3

m1  m 3

P1V 1 P3V 3

T1 T3

1 V
P3 V 3 2 P1 3 1
T 3  T1  T1  2
3
T1  2
3
 25  2 7 3, 1 5  K  1 9 8 , 7 K   7 4 , 3  C
P3 V 1 P3 V1

2.9 ENERGI DALAM, ENTALPI & KALOR SPESIFIK GAS IDEAL


Ada 3 cara untuk menentukan u dan h gas ideal :

1. Menggunakan data u dan h (paling akurat) tapi data yang ada hanya untuk beberapa temperatur

2. Menggunakan Cv atau Cp sbg fungsi T lalu mengintegrasinya memerlukan perhitungan yang memakan waktu
(sangat akurat)

C p 0 (T )  a  b T  c T  dT
2 3
k J / k m o l .K (2.1)

3. Menggunakan kalor spesifik rata-rata (akurasi sangat tergantung dari T)

BAB 2 PROPERTI SUBSTANSI MURNI | 12/8/2011


2.9.1 Relasi kalor spesific gas ideal
h  u  Pv

dh  du  d (RT )

C P dT  CV dT  R dT

R  C P  CV   k  1 CV (2.2)

CP
k  ; k :r a s io k a lo r s p e s if ik (2.3)
CV

Nugraha, TF-ITB 28
2.10 ENERGI DALAM, ENTALPI & KALOR SPESIFIK ZAT CAIR & PADAT
Zat cair dan zat padat dianggap sebagai zat yang tak terkompresi (incompressible) yaitu diasumsikan volume spesifik
konstan selama proses, sehingga

C p
 Cv  C (2.4)

Perubahan energi dalam d u  C V d T  C d T

Jika kita asusmsikan kalor spesifik konstan, maka perubahan energi dalam menjadi

 u  C  T  C  T 2  T1 

Perubahan entalpi: h  u  P v  d h  d u  P d v  v d P

untuk zat yang tak terkompresi : d v  0  d h  d u  v d P

Jika kita asusmsikan kalor spesifik konstan:  h   u  v  P  C  T  v  P

Untuk zat Padat :

v ≈ 0,  h s o lid   u s o lid  v  P   u s o lid  C  T


0

Untuk zat cair :

- Proses tekanan konstan :  h c a ir   u c a ir  C  T


BAB 2 PROPERTI SUBSTANSI MURNI | 12/8/2011

Proses tekanan konstan :  h c a ir   u c a ir  v  P  C  T  v  P  v  P


0
-

CONTOH SOAL 2.10

2kg udara dipanaskan dari 300 ke 500K pada tekanan konstan, hitung perubahan entalpy dengan menggunakan
a. Data kalor spesifik empirik pada tabel A-2(c)
b. Data udara pada tabel A-17
c. Kalor spesifik pada temperatur rata-rata dari tabel A-2(c)
d. Menggunakan harga kalor spesifik pada 300K dati tabel A-2(a)

Solusi
a. Dari tabel A-2(c) diperoleh kalor spesifik empirik untuk udara
Nugraha, TF-ITB
29
2 5 9 kJ
 2 8,1 1  0 ,1 9 6 7  1 0 T  0, 4802  10  1, 9 6 6  1 0
2 3
C p
T T
km ol  K

Perubahan entalpi permol  h  h 2  h1   C p ( T ) d T


1

500 K

  2 8,1 1  0 ,1 9 6 7  1 0 d T
2 5 9
h  T  0, 4802  10  1, 9 6 6  1 0
2 3
T T
300 K

500 K
2 5 9
 0 ,1 9 6 7  1 0 0, 4802  10 1, 9 6 6  1 0 
 h   2 8 , 1 1T   
2 3 4
T T T 
 2 3 4  300 K

kJ
 h  5909, 49
km ol

kJ
5909, 49
h km ol kJ
h    2 0 3, 9
M kg kg
2 8, 9 7
km ol

kJ
 H  m  h  2 k g  2 0 3, 9  407, 98kJ
kg

b. Menggunakan tabel A-17 (udara), pd T1 = 300K, h1 = 300,19 kJ/kg dan


T2 = 500K, h2 = 5003,02 kJ/kg

kJ
 H  m  h  2 k g   5 0 3, 0 2  3 0 0 ,1 9   4 0 5, 6 6kJ
kg

BAB 2 PROPERTI SUBSTANSI MURNI | 12/8/2011


c. Menggunakan kalor specifik pada temperatur rata-rata
Tav = (300+500)K/2 = 400K, dari tabel A-2 Cp(400K) = 1.013 kJ/(kg.K)

kJ kJ
 h  h 2  h1  C p ,av
( T 2  T1 )  1, 0 1 3 500  300  K  202, 6
k g .K kg
kJ
 H  m  h  2 kg  202, 6  4 0 5, 2 kJ
kg

d. Menggunakan kalor specifik pada temperatur 300 K


dari tabel A-2 Cp(300K) = 1.005 kJ/(kg.K), anggap Cp konstant

kJ kJ
 h  h 2  h1  C p ( T 2  T1 )  1, 0 0 5 500  300  K  2 0 1, 0
k g .K kg
kJ
 H  m  h  2 k g  2 0 1, 0  402, 0 kJ
kg

Nugraha, TF-ITB 30
CONTOH SOAL 2.11

Tentukan entalpi air pada 100oC, 15 MPa


a. Dengan menggunakan tabel compressed liquid
b. Didekati dengan pendekatan sbg cairan jenuh (liquid saturated)
c. Menggunakan faktor koreksi

Solusi :

a. Dari tabel A-7 diperoleh h = 430.28 kJ/kg (ini adalah nilai yang eksak)

b. Dengan pendekatan saturated liquid h=hf@100C=419.04 kJ/kg (%error=2.6%)

c. Dengan menggunakan faktor koreksi

 h a ir  v  P

h @ P ,T  h f @ T  v f P  Ps a t 
h @ P ,T   419, 04 kJ / k g    0 , 0 0 1 m / k g    1 5 0 0 0  1 0 1, 3 3  k P a   1 k J / 1 k P a . m 
3 3

h @ P , T  4 3 4 , 6 k J / k g ( % e r r o r s e k ita r 1 % )

CONTOH SOAL 2.12

Uap air dipanaskan dari 327ºC ke 427ºC pada tekanan 100, 600, 800 kPa. Tentukan perubahan energi dalam
(kJ/kmol). a.Jika dianggap sebagai has ideal. B. jika menggunakan tabel gas nyata.
BAB 2 PROPERTI SUBSTANSI MURNI | 12/8/2011

Solusi :

a. Perubahan energi dalam gas ideal tidak tergantung pada tekanan, sehingga dari tabel gas ideal untuk uap air
diperoleh :

u 2  u1 1 8 2 6 8 - 1 5 4 1 3  k J / km ol
u    1 5 8, 5 kJ / kg
M 1 8, 0 1 5 kg / km o l

b. Dari tabel untuk superheated water diperoleh

pada 100 kPa: u = (3012,099-2852,925)kJ/kg = 159,174 kJ/kg

pada 600 kPa: u = (3006,785-2844,497)kJ/kg = 162,288 kJ/kg

pada 800 kPa: u = (3004,601-2841,075)kJ/kg = 163,526 kJ/kg

Nugraha, TF-ITB
31
SOAL TIPE FUNDAMENTALS OF ENGINEERING (FE) EXAM

1. Tangki kokoh berisi 7 kg gas ideal pada 5 atm dan 30 oC. Sekarang katup dibuka serta 1/2 masa gas dibiarkan
keluar. Jika tekanan akhir tangki adalah 1,5 atm maka temperatur akhir tangki menjadi

(a) -91oC (b) 18 oC (c) -182 oC (d) 91 oC (e) 15 oC

2. Tekanan tangki penyimpan udara terukur 250 kPa (gage) pada pagi hari, dan 270 kPa (gage) pada siang hari
sebagai hasil pemanasan matahari. Tekanan atmosfir adalah 100 kPa. Jika temperatur udara pada tangki di pagi
o
hari sebesar 15 C, maka temperatur udara pada tangki di siang hari adalah :

(a) 15.9 oC (b) 31.5 oC (c) 304.5 oC (d) 16.2 oC (e) 15 oC

3. Silinder piston bebas gesekan dan tanki kokoh keduanya berisi 5 kg gas helium pada temperatur, tekanan dan
volume yang sama. Jika diinginkan temperatur kedua-duanya naik sebesar 12 oC, Berapa tambahan jumlah kalor
yang harus diberikan kepada silinder agar keadaan diatas terpenuhi ?

(a) 125 kJ (b) 0 kJ (c) 312 kJ (d) 187 kJ (e) 499 kJ

4. Dua buah benda A dan B pada temperatur yang sama di panasi dengan jumlah kalor yang sama. Berat benda B dua
kali berat benda A, Setelah dipanasi temperatur benda A naik 15oC, benda B naik 10oC. Maka Cp,B adalah :

a. 1.5xCp,A b. 3.0xCp,A c. 0.75xCp,A d. 0.3xCp,A

BAB 2 PROPERTI SUBSTANSI MURNI | 12/8/2011


5. 2 m3 Tangki kokoh berisi gas nitrogen pada 500 kPa dan 300K. Kemudian kalor di ditransfer ke tangki sehingga
tekanan gas Nitrogen naik menjadi 800 kPa. Berapa kerja yang dilakukan selama proses ini?

(a) 600 kJ (b) 1000 kJ (c) 0 kJ (d) 500 kJ (e)1600 kJ

SOLUSI :

1. Persamaan gas Ideal

PV = mRT

Karena R dan V konstan, maka

P1 m 1T1 5 a tm m1k g * (3 0  2 7 3) K
 ; 
P2 m 2T 2 1 ,5 a tm 0 , 5 m1k g * T2

Nugraha, TF-ITB 32
T 2  1 8 1, 8 K   9 1, 2 C

2. Persamaan gas Ideal

PV = mRT

Karena R dan V konstan, maka

P1 T1 250kPa  100kPa (1 5  2 7 3 ) K
 ; 
P2 T2 270kPa  100kPa T2

T 2  3 0 4 , 5 K  3 1, 5  C

3. Untuk sistem silinder piston (tekanan konstan) : Q s  m  C p   T

Untuk sistem tangki kokoh (volume konstan) : Q t  m  C v   T

karena untuk keduanya m dan T sama, maka

Q  Qs  Qt  m  C p
 Cv  T  m  R  T

= 5 kg * 2.0769 kJ/kg.K * 12K=124,6 kJ

4. Karena A dan B pada temperatur yang sama di panasi dengan jumlah kalor yang sama, maka :

QA  QB

m B C PB  TB  m AC PA  T A

2 m AC PB 1 0  m AC PA1 5
BAB 2 PROPERTI SUBSTANSI MURNI | 12/8/2011

C PB  0, 7 5C PA

5. Karena sistem berada pada tangki kokoh  V  0 sehingga

W  W o th e r  W b  W b   PdV  0

2.11 Soal Essay


1. Udara berada dalam ban mobil dengan volume 0.015 m3 pada 30oC dan 150 kPa(gage). Tentukan jumlah udara
yang harus ditambahkan untuk menaikan tekanan menjadi 200 kPa(gage). Asumsikan tekanan atmosfir = 98 kPa
serta volume dan temperature dianggap tetap

Nugraha, TF-ITB
33
JAWAB :

Sistem : udara dalam ban mobil

Proses : volume dan temperature tetap

Table properti : untuk udara Tcr =132oC, Pcr =3.77Mpa

T=(30+273)K=303K>2xTcr dan P=200kPa<10x Pcr,

udara dapat dianggap sbg gas ideal sehingga berlaku PV=mRT

m1 m
K a re n a V d a n T k o n s ta n t m a k a b e rla k u  2

P1 P2

(1 5 0  9 8 ) k P a * 0 , 0 1 5 m
3
P1V 1 kJ
m1   3
 0, 043kg
R T1 0 , 2 8 7 0 k J / k g .K * 3 0 3 K m k P a

P2 (200  98)kP a
m2  m1  0 , 0 4 3 k g  0 .0 5 2 k g
P1 (1 5 0  9 8 ) k P a

 m  m 2  m 1  0 .0 5 2 k g  0 , 0 4 3 k g  0 , 0 0 9 k g

2. Pressure cooker dengan diameter dalam 20 cm diisi dengan air dan ditutup dengan penutup seberat 4 kg. jika
tekan atmosfir ditempat tersebut 101 kPa. Tentukan berapa temperatur air ketika mulai mendidih ?

JAWAB :

Sistem : Volume konstant

BAB 2 PROPERTI SUBSTANSI MURNI | 12/8/2011


Tabel properti : Uap air

F ma
P  P a tm   P a tm 
 (d / 2)
2
A

2
4 k g * 9 , 8 1m / s
P  101000 Pa  2
 102249, 68 P a  102, 25kP a
3,1 4 ( 0 , 2 / 2 )

Karena air mulai mendidih maka air ada dalam keadaan saturasi dengan tekanan saturasi 102,25 kPa, sehingga dari
o
tabel diperoleh temperatur saturasinya 100,2 C

3. Tentukan volume spesifik gas Nitrogen pada 10 MPa dan 150 K berdasarkan pada : (a) persamaan gas ideal
(b) generalized compressibility chart

Nugraha, TF-ITB 34
Bandingkan dengan hasil eksperiment 0,002388 m3/kg serta hitung %erro-nya

JAWAB :

gas Nitrogen P=10 MPa T= 150 K R=0,2968 kJ/kg.K;

Pcr = 3,39 MPa, Tcr = 126,2 K

(a) persamaan gas ideal

PV = mRT atau Pv = RT shg v = RT/P

v = (0,2968 kJ/kg.K* 150 K)/10000 kPa = 0,004452 m3/kg

jika dibandingkan dengan hasil eksperiment

%error = (0,004452 - 0,002388)*100%/0,002388= 86,4%

(b) generalized compressibility chart

PR=P/Pcr = 10 MPa/3,39 MPa = 2,95

TR=T/Tcr = 150 K/126,2 K = 1,19

Dari generalized compressibility chart diperoleh Z = 0,54

v = ZRT/P = 0,54 * 0,004452 m3/kg = 0.0024 m3/kg

jika dibandingkan dengan hasil eksperiment

%error = (0,0024 - 0,002388)*100%/0,002388= 0,7%

4. Tentukan perubahan entalpi h gas nitrogen dlm kJ/kg ketika dipanasi dari 600 K ke 1000 K dengan
menggunakan
(a) persamaan kalor spesifik emfirik (tabel A-2c)
BAB 2 PROPERTI SUBSTANSI MURNI | 12/8/2011

(b) harga Cp pada temperatur rata-rata (tabel A-2b)


(c) harga Cp pada temperatur ruang (tabel A-2a)

JAWAB :

(a) dari Tabel A-2c


2 5 9
 2 8 , 9  0 , 1 5 7 1 x1 0 T  0 , 8 0 8 1 x1 0  2 , 8 7 3 x1 0
2 3
C p
T T ( k J / k m o l. K )
T 2 T 2
2 5 9
h   C pdT   ( 2 8 , 9  0 , 1 5 7 1 x1 0 T  0 , 8 0 8 1 x1 0  2 , 8 7 3 x1 0
2 3
T T ) d T ( k J / k m o l.K )
T1 T1

1000
2 5 9
 h  2 8 , 9 T  0 , 0 7 8 5 5 x1 0  0 , 2 6 9 4 x1 0  0 , 7 1 8 2 5 x1 0
2 3 4
T T T ( k J / k m o l.K )
600

1 2 5 4 3, 9 5 k J / k m o l .K
 h  1 2 5 4 3, 9 5 ( k J / k m o l.K )   4 4 7 , 7 9 k J / k g .K
2 8, 0 1 3kg / km o l

Nugraha, TF-ITB
35
(b) Trata2 = (1000+600)/2=800K,

dari tabel A-2b diperoleh Cp = 1,121 kJ/kg.K

h = CpT = 1,121 kJ/kg.K* (1000-600)K = 448,4 kJ/kg.K

(c) dari tabel 2-a Cp=1,039 kJ/kg.K

h = CpT = 1,039kJ/kg.K* (1000-600)K = 415,6 kJ/kg.K

5. Hitung perubahan entalpi udara yang dipanasi pada tekanan rendah dari 300 K menjadi 500 K dengan
menggunakan :
a. persamaan empirik
b. table entalpi untuk udara
c. Kalor spesifik udara pada temperatur rata-rata

JAWAB :

Sistem : udara dipanasi

Relasi Properti : table udara, Cp

Proses : perubahan temperatur

a. Menggunakan persamaan empirik


kJ
Untuk udara C P  a  b T  c T 2  d T 3
k m o l .K

a = 28.11, b = 0.1967x10-2, c = 0.4802x10-5, d = -1.966x10-9

kJ
 h   C P dT    C P  a  bT  cT  dT

BAB 2 PROPERTI SUBSTANSI MURNI | 12/8/2011


 dT
2 3

km ol
500
 b c d  kJ kJ
h   aT  T    5 9 0 9 .5
2 3 4
T T 
 2 3 4  300
km ol km ol

kJ
5 9 0 9 .5
h km ol kJ
h    2 0 3 .9 9
M kg kg
2 8 .9 7
km ol

b. Dari table A-17 didapat

Nugraha, TF-ITB 36
kJ
 h 5 0 0 K  5 0 3 .0 2
kg
kJ
 h 3 0 0 K  3 0 0 .1 9
kg -
kJ
 h   h 5 0 0 K   h 3 0 0 K  2 0 2 .8 3
kg

c.

500 K  300K
T   400 K
2
kJ
d a r i _ ta b e l _ A  2 : C p ,400 K
 1 .0 1 3
k g .K
kJ kJ
 h  C p .  T  1 .0 1 3 500  300  K  2 0 2 .6
k g .K kg
BAB 2 PROPERTI SUBSTANSI MURNI | 12/8/2011

Nugraha, TF-ITB
37
2.12 Buku Acuan
1. Cengel, Y.A. and Boles,M.A. , Thermodynamics – An Engineering Approach, 1998 5th Ed,
McGraw-Hill, New York.
2. Kenneth W and Donnald E.R, Thermodynamics, 1999 6th Ed, McGraw-Hill, New York.
3. Schaum series, Thermodynamics with Mathcad, 2000, Schaum
Lindeburg, Engineering

BAB 2 PROPERTI SUBSTANSI MURNI | 12/8/2011

Nugraha, TF-ITB 38

Anda mungkin juga menyukai