Isi Modul Lengkap
Isi Modul Lengkap
Isi Modul Lengkap
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu:
1.1 Menjelaskan ruang lingkup ilmu ekonomi.
1.2 Menganalisis definisi dan perkembangan singkat ilmu ekonomi.
1.3 Menganalisis kebutuhan masyarakat.
1.4 Menjelaskan sifat-sifat teori ekonomi.
1.5 Membedakan mikro ekonomi dan makro ekonomi.
1.6 Mengenal pelaku-pelaku kegiatan ekonomi.
B. URAIAN MATERI
Tujuan pembelajaran 1.1:
Menjelaskan ruang lingkup ilmu ekonomi.
Salah satu perkataan yang mungkin sering kita ucapkan waktu masih
kecil (bahkan mungkin sampai saat ini) adalah ”saya ingin/minta” makan.
Seperti halnya orang lain tentu anda juga menginginkan barang atau jasa
tertentu, seperti makan, pakaian, perumahan, kesehatan dan rekreasi. Karena
uang/pendapatan anda mungkin tidak mencukupi untuk memenuhi semua
kebutuhan/keinginan tersebut, terpaksa saudara harus membuat pilihan mana
yang terlebih dahulu dipenuhi. Seperti halnya anda, negara juga menghadapi
masalah pilihan tersebut karena ketidakmampuannya menyediakan barang dan
jasa yang diinginkan/dibutuhkan masyarakat. Keinginan/kebutuhan saudara,
dan juga masyarakat, dapat dipenuhi melalui upaya mental dan fisik. Ilmu
ekonomi pada dasarnya mempelajari tentang upaya manusia baik sebagai
individu maupun masyarakat dalam rangka melakukan pilihan penggunaan
1
sumberdaya yang terbatas guna memenuhi kebutuhan (yang pada dasarnya
tidak terbatas) akan barang dan jasa.
Pada dasarnya semua orang terlibat dalam kegiatan ekonomi, jadi
setiap orang perlu mempelajari ilmu ekonomi baik secara formal maupun non
formal. Di Universitas/Pendidikan Tinggi, pengajaran ilmu ekonomi dibagi 3
yaitu:
a. Ilmu ekonomi teori atau ilmu ekonomi murni antara lain:
- Pengantar Ekonomi
- Teori Ekonomi Makro
- Teori Ekonomi Mikro
b. Ilmu Ekonomi Terapan antara lain:
- Ekonomi Internasional
- Ekonomi Pertanian
- Ekonomi Tehnik
- dll
c. Kelompok yang bersifat penunjang antara lain:
- Matematika
- Statistika
2
Tujuan pembelajaran 1.2:
Menganalisis definisi dan perkembangan singkat ilmu ekonomi.
Economics is the study of how individuals and societies choose to use the
scarce resources that nature and previous generations have provided
3
pengembangannya oleh Alfred Marshal dalam tahun 1870-an dengan
bukunya: "Principle of Economics".
Dari definisi di atas dapat dikutip kesimpulan: Pertama, Sumber
pemuas manusia itu terbatas adanya, sebab kebutuhan itu sendiri relatif
jumlahnya. Tidak ada manusia yang bisa memenuhi kebutuhannya sendiri
tanpa bantuan orang lain.
Kedua, bagaimana cara yang terbaik untuk menetapkan pikiran
diantara berbagai alternatif yang ada dengan mengamati aktivitas dan interaksi
di antara “Economic Agents “ ( yaitu konsumen, produsen, dan pemerintah ).
KEBUTUHAN MASYARAKAT
Apabila kita amati kegiatan di pagi hari, kita melihat hampir seluruh
warga masyarakat berangkat menuju tempat kerja untuk mencari nafkah guna
memenuhi kebutuhan keluarganya. Pegawai menuju ke kantor, pedagang ke
pasar, ke toko atau siap menjajakan dagangannya, petani membajak sawah, dan
banyak lagi kegiatan masyarakat lain.
Mereka sibuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Untuk hidup pantas, memang banyak sekali yang kita butuhkan. Tentunya tidak
hanya makanan, pakaian, tempat tinggal, masih banyak lagi yang lain,
misalnya: buku, obat-obatan, alat transportasi, TV dan lain-lain.
Kebutuhan masyarakat adalah keinginan masyarakat untuk
mengkonsumsi barang dan jasa. Dimana keinginan untuk memperoleh barang
dan jasa dapat dibedakan 2 bentuk, yaitu:
1. Keinginan yang disertai oleh kemampuan untuk membeli (permintaan
efektif).
2. Keinginan yang tidak disertai oleh kemampuan untuk membeli.
4
Kebutuhan manusia banyak dan beraneka ragam, bahkan tidak hanya
beraneka ragam tetapi bertambah terus tidak ada habisnya sejalan dengan
perkembangan peradaban dan kemajuan ilmu dan teknologi. Satu kebutuhan
telah Anda penuhi, tentu akan datang lagi kebutuhan yang lainnya. Namun
demikian, kita dapat menggolongkan kebutuhan-kebutuhan sebagaimana bagan
berikut ini:
1) Kebutuhan menurut intensitasnya
Kebutuhan ini dipandang dari urgensinya, atau mendesak tidaknya
suatu kebutuhan. Kebutuhan ini dikelompokkan menjadi tiga: kebutuhan
primer, kebutuhan sekunder, dan kebutuhan tertier.
a. Kebutuhan Primer : kebutuhan ini mutlak harus dipenuhi agar kita
tetap hidup, seperti kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat tinggal,
dan sebagainya.
b. Kebutuhan Sekunder : kebutuhan ini disebut juga kebutuhan kultural,
kebutuhan ini timbul bersamaan meningkatnya peradaban manusia
seperti: pendidikan, tamasya, olah raga, dan sebagainya..
c. Kebutuhan Tertier : kebutuhan ini ditujukan untuk kesenangan manusia,
seperti kebutuhan akan perhiasan, mobil mewah, rumah mewah, dan
sebagainya.
5
3) Kebutuhan menurut waktu
Kebutuhan ini dibedakan menurut waktu sekarang dan waktu masa
yang akan datang. Kebutuhan sekarang, adalah kebutuhan yang harus
dipenuhi sekarang juga, seperti: makan di saat lapar, atau obat-obatan pada
saat sakit. Kebutuhan masa depan, yaitu pemenuhan kebutuhan yang dapat
ditunda untuk waktu yang akan datang, misalnya: tabungan hari tua,
asuransi kesehatan, dan sebagainya.
4) Kebutuhan menurut wujud
Kebutuhan ini meliputi kebutuhan material, yaitu kebutuhan berupa
barang-barang yang dapat diraba dan dilihat. Misalnya: buku, sepeda, radio,
dan sebagainya.
5) Kebutuhan menurut subyek
Kebutuhan ini dibedakan menurut pihak-pihak yang membutuhkan.
Kebutuhan ini meliputi:
a. Kebutuhan individu, yaitu kebutuhan yang dapat dilihat dari segi orang
yang membutuhkan, misalnya: kebutuhan petani berbeda dengan
kebutuhan seorang guru.
b. Kebutuhan masyarakat, disebut juga kebutuhan kolektif atau
kebutuhan bersama, yaitu alat pemuas kebutuhan yang digunakan
bersama, misalnya: telepon umum, jalan umum, WC umum, rasa aman,
dan sebagainya.
6
Tujuan pembelajaran 1.4:
Menjelaskan sifat-sifat teori ekonomi.
7
b. Hubungan terbalik, yaitu apabila nilai-nilai variabel yang dibicarakan
bergerak ke arah yang bertentangan.
4) Membuat Ramalan
Teori ekonomi dapat pula meramalkan keadaan yang akan berlaku.
Peramalan tersebut dapat digunakan sebagai landasan dalam merumuskan
langkah-langkah untuk memperbaiki keadaan dalam perekonomian.
8
mikro menganalisa kegagalan pasar, yaitu ketika pasar gagal dalam
memproduksi hasil yang efisien; serta menjelaskan berbagai kondisi teoritis
yang dibutuhkan bagi suatu pasar persaingan sempurna. Bidang-bidang
penelitian yang penting dalam ekonomi mikro, meliputi pembahasan mengenai
keseimbangan umum (general equilibrium), keadaan pasar dalam informasi
asimetris, pilihan dalam situasi ketidakpastian, serta berbagai aplikasi ekonomi
dari teori permainan. Juga mendapat perhatian ialah pembahasan mengenai
elastisitas produk dalam sistem pasar.
Analisis dalam teori ekonomi mikro dibuat berdasarkan pemikiran
bahwa :
a. Kebutuhan dan keinginan manusia adalah tidak terbatas.
b. Kemampuan faktor-faktor produksi menghasilkan barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat adalah terbatas.
2) Teori Makrokonomi
Suatu bidang dalam ilmu ekonomi yang menganalisis mengenai
keseluruhan kegiatan perekonomian. Analisis bersifat umum dan tidak
memperhatikan kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh unit-unit kecil dalam
perekonomian.
Ekonomi makro membahas aktivitas ekonomi secara keseluruhan,
terutama mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, pengangguran, berbagai
kebijakan perekonomian yang berhubungan, serta dampak atas beragam
tindakan pemerintah (misalnya perubahan tingkat pajak) terhadap hal-hal
tersebut.
9
Jadi dalam teori ekonomi makro:
a. Analisis kegiatan pembeli (konsumen) yang dianalisis bukan perilaku
seorang pembeli, tetapi keseluruhan pembeli yang ada dalam
perekonomian.
b. Analisis perilaku produsen yang dianalisis bukan perilaku seorang
produsen, tetapi kegiatan keseluruhan produsen yang ada dalam
perekonomian.
1) Rumah Tangga
Rumah tangga adalah pemilik berbagai faktor produksi yang tersedia
dalam perekonomian, sektor ini menyediakan tenaga kerja dan tenaga
usahawan, barang-barang model, kekayaan alam dan harta tetap lainnya.
2) Perusahaan
Perusahaan adalah organisasi yang dikembangkan oleh seorang atau
sekumpulan orang dengan tujuan untuk menghasilkan berbagai jenis barang
dan jasa yang dibutuhkan masyarakat. Kegiatan mereka dalam perekonomian
ialah mengorganisasikan faktor-faktor produksi sedemikian rupa sehingga
kebutuhan rumah tangga berupa barang dan jasa dapat diproduksi dengan
sebaik-baiknya.
3) Pemerintah
Pemerintah adalah badan-badan pemerintah yang bertugas untuk
mengatur kegiatan ekonomi, termasuk didalamnya adalah departemen
pemerintah, badan yang mengatur penanaman modal, bank sentral, pemerintah
daerah, angkatan bersenjata dan sebagainya.
10
C. LATIHAN/TUGAS
Kerjakan soal di bawah ini dengan benar:
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ilmu ekonomi!
2. Jelaskan secara singkat sejarah ilmu ekonomi!
3. Jelaskan perbedaan ilmu ekonomi mikro dan makro!
4. Kelompokkan jenis kebutuhan anda sehara-hari!
5. Beri contoh pelaku ekonomi yang ada disekitar anda!
D. DAFTAR PUSTAKA
Akhmad. 2014. Ekonomi Mikro Teori dan Aplikasi di Dunia Usaha.
Yogyakarta: CV Andi Offset.
Lipsey, R. G, dkk. 1987. Economics 8th Edition. Mc Graw Hill, Inc. (L)
Mandala Manurung & Pratama Raharja. 2000. Teori Ekonomi Mikro Suatu
Pengantar Edisi Kedua. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI.
Mankiw, N. Gregory. 2000. Teori Makro Ekonomi Edisi Kelima. Jakarta:
Erlangga.
Mankiw N, Gregory. 2003. Pengantar Ekonomi Edisi Kedua Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Murni, asfia. 2013. Ekonomika Makro Edisi Revisi. Bandung: Refika Aditama.
Nicholson, Walter. 2004. Mikro Ekonomi Intermediate dan aplikasinya Edisi
Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Nopirin. 2000. Pengantar Ekonomi Makro dan Mikro. Yogyakarta : BPFE
UGM.
Parkin, Michael. 2008. Economics 8th Edition. Perason Education, Inc (P)
Samuelson P.A and Nordhaus W.D., Economics, Eighteenth Edition,
Mc.Graw Hill Company, Irwin 2001
Sudarso. 2010. Pengantar Ekonomi Makro, Jakarta: Badan Penerbit P4M
STIE IPWIJA.
Suherman Rosyidi, 1984, Pengantar Teori Ekonomi, Edisi Pertama Jakarta -
Erlangga.
Sukirno, Sadono. 1994. Pengantar Teori Ekonomi, Edisi Pertama Jakarta, FE
UI.
11
Sukirno, sadono. 1998. Pengantar Teori Mikroekonomi Edisi Kedua. Jakarta:
PT Raja Grafindo.
Sukirno, Sadono. 2002. Pengantar Teori Makroekonomi Edisi Ketiga. Raja
Grafindo Persada.
12
PERTEMUAN 2:
MASALAH POKOK EKONOMI
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu:
1.7 Menganalisis permasalahan pokok ekonomi.
1.8 Menganalisis sistem perekonomian.
1.9 Mengganalisis pola kegiatan perekonomian
B. URAIAN MATERI
13
Masalah Pokok Ekonomi Klasik
Pada tahun 1870 berkembang teori ekonomi klasik yang di perintis
oleh Adam Smith. Para penganut teori tersebut mengutarakan bahwa
permasalahan ekonomi adalah satu kesatuan proses yang terdiri dari produksi,
distribusi, konsumsi.
Menurut teori klasik, tiga masalah pokok ekonomi meliputi masalah
produksi, masalah distribusi, dan masalah konsumsi. Ketiganya akan dijelaskan
secara singkat sebagai berikut:
1. Masalah Produksi
Produksi adalah menghasilkan barang atau jasa yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Masalah produksi berkaitan erat dengan
produk (barang dan jasa) apa yang akan diproduksi. Untuk siapa barang itu
diproduksi dan menggunkan berapa tenaga kerja. Proses untuk memproduksi
barang/jasa memerlukan sumber-sumber ekonomi, baik sumber daya alam,
sumber daya manusia, maupun sumber daya modal serta keterampilan
pengusaha (entrepreneurship).
2. Masalah Distribusi
Distribusi adalah menyalurkan barang/jasa hasil produksi kepada
konsumen. Masalah distribusi adalah bagaimana cara menyalurkan barang dan
jasa dari produsen sampai ke konsumen. Distribusi dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu sebagai berikut.
a) Distribusi langsung, artinya menyalurkan barang dari produsen langsung
kepada konsumen tanpa melewati perantara. Contohnya seorang penjual
martabak memproduksi sendiri dan langsung menjual dagangannya kepada
pembeli (konsumen).
b) Distribusi tidak langsung, artinya menyalurkan barang dari produsen
kepada konsumen melalui perantara. Misalnya melalui pedagang besar
(grosir), pedagang kecil (retailer), agen, makelar, komisioner, eksportir,
importir, dan penyalur-penyalur yang lainnya.
14
3. Masalah Konsumsi
Konsumsi adalah menggunakan atau memanfaatkan barang yang
dihasilkan oleh produsen. Setiap kepentingan manusia dan masyarakat didesak
oleh kebutuhan-kebutuhan atau kepentingannya dalam menentukan jenis
barang-barang dan jasa
Untuk melakukan kegiatan konsumsi dipengaruhi oleh dua faktor,
yaitu:
a) faktor intern, meliputi sikap, kepribadian, motivasi diri, pendapatan
seseorang, selera, dan watak (karakter).
b) faktor ekstern, meliputi kebudayaan, adat istiadat, lingkungan masyarakat,
status sosial, keluarga, dan pemerintah.
15
Sebelum membuat keputusan dalam menentukan apa yang akan
diproduksi, maka suatu negara terutama para produsennya harus
mempertimbangkan dua hal berikut ini:
a) Memastikan jenis barang dan jasa apa saja yang sebenarnya dibutuhkan
masyarakat.
b) Menentukan dan memastikan bagaimana tingkat ketersediaan sumber daya
untuk memproduksi barang atau jasa yang diperlukan.
16
Beberapa pertimbangan dan pertanyaan mendasar dalam membuat
proses produksi lebih baik, antara lain: Apakah cara produksi yang digunakan
bisa menyebabkan pencemaran lingkungan? Sudahkah melakukan analisis
tentang dampak produksi terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut juga harus dijawab produsen saat menentukan
cara berproduksi. Ilmu ekonomi memandang teknologi sebagai faktor penting
dalam proses produksi. Namun, masih banyak faktor penting yang harus
dipertimbangkan, seperti skala produksi, kemampuan manajerial, iklim,
kemampuan finansial, dan sikap mental.
3. Untuk siapa barang dan jasa tersebut dihasilkan (for whom).
Masalah ini bukan hanya menyangkut kepada pihak siapa saja barang
produksi tersebut dipasarkan, tetapi siapa saja yang akan ikut menikmati
hasilnya. Dalam kegiatan produksi, ternyata masih banyak pihak lain yang
diuntungkan. Dengan adanya kegiatan produksi, para pekerja akan menerima
upah, para pemilik bahan baku akan menerima uang penjualan bahan baku,
pemilik modal akan menerima bunga modal, pihak pemilik gedung dan tanah
akan menerima uang sewa, dan pengusaha akan menerima laba dari penjualan
produknya.
Jadi, yang dimaksud dengan “untuk siapa barang dan jasa diproduksi”
sangat berkaitan dengan siapa saja yang akan menikmati pendapatan dan hasil
dari kegiatan produksi. Hal ini juga terkait bagaimana cara mendistribusikan
hasil atau pendapatan tersebut secara adil agar tidak terjadi kesenjangan dan
kecemburuan antarpemilik faktor produksi. Di Indonesia sendiri, pembagian
pendapatan itu sudah diatur dalam sebuah regulasi yang mengatur cara
mengupah tenaga kerja hingga bisa dianggap adil. Salah satu aturan tersebut
adalah penetapan UMR (upah minimum regional) di setiap daerah.
Dari ketiga masalah pokok dalam ekonomi modern tersebut dapat
dirangkum menjadi satu masalah inti yang disebut inti masalah ekonomi.
Adapun masalah inti dalam ekonomi modern adalah bagaimana cara
memenuhi kebutuhan masyarakat yang tidak terbatas dengan menggunakan
sumber daya yang serba terbatas. Dalam upaya memecahkan masalah-masalah
tersebut, kita dapat melakukan berbagai cara, antara lain: menyesuaikan
17
kebiasaan/tradisi; insting; dan komando (paksaan/perintah). Sementara itu
bagi masyarakat modern, pemecahan masalah mengandalkan mekanisme
harga di pasar. Adapun mekanisme harga itu sendiri adalah proses yang
berjalan atas dasar daya tarik-menarik antara konsumen dengan produsen yang
bertemu di pasar.
Gerak harga yang terjadi di pasar akan dapat memecahkan ketiga
masalah pokok ekonomi di masyarakat, dengan jalan sebagai berikut.
a) Masalah What
Ada dan berapa banyak barang yang akan diproduksi sangat
dipengaruhi oleh permintaan masyarakat. Jika permintaan masyarakat
meningkat, maka harga akan cenderung naik dan produsen memperoleh
keuntungan, sehingga akan memperbesar produksinya. Sebaliknya jika
permintaan masyarakat menurun, maka harga akan cenderung turun,
sehingga keuntungannnya sedikit dan produsen akan mengurangi
produksinya.
b) Masalah How
Bagaimana sumber-sumber ekonomi (faktor-faktor produksi) yang
tersedia harus dipergunakan untuk memproduksi barang-barang,
tergantung pada gerak harga faktor produksi tersebut. Bila harga faktor
produksi naik, maka produsen akan menghemat penggunaan faktor
produksi tersebut dan menggunakan faktor produksi yang lain. Jadi gerak
harga faktor produksi menentukan kombinasi yang digunakan produsen
dalam produksinya.
c) Masalah for Whom
Untuk siapa barang-barang tersebut diproduksi, sangat dipengaruhi
oleh distribusi barang tersebut. Barang hasil produksi dijual kepada
konsumen. Konsumen membayar harga barang tersebut dari
penghasilannya atas penggunaan faktor-faktor produksi. Jadi gerak harga
barang dan harga faktor produksi akan menentukan distribusi barang yang
dihasilkan.
18
Tujuan pembelajaran 1.2:
Menganalisis sistem perekonomian.
SISTEM PEREKONOMIAN
Setiap negara menghadapi masalah ekonomi di atas, hanya saja cara
pemecahannya berbeda, tergantung sistem ekonomi yang dianut oleh negara
tersebut. Pada dasarnya sistem ekonomi dapat diklasifikasikan menjadi:
b. Sistem ekonomi tradisional
Dalam sistem ini kehidupan ekonomi didasarkan pada adat, tradisi,
kebiasaan dan agama. Biasanya negara yang menganut sistem seperti ini
sifatnya turun temurun. Masalah yang dipecahkan dengan menggunakan dasar
pola yang telah dijalankan masa lalu. Misalnya, tanah pertanian yang ditanami
tanaman seperti yang selalu ditanam masa lalu secara turun temurun.
c. Sistem komando (sosialis-komunis)
Dalam sistem ini masalah ekonomi yang ada (what, how dan for whom)
dipecahkan oleh penguasa pusat atau pemerintah. Pemerintah pusat dalam hal
ini menentukan alokasi penggunaan sumberdaya, penentuan jenis dan jumlah
barang yang diproduksi. Individu tidak mempunyai hak dan kebebasan dalam
penggunaan sumberdaya.
d. Sistem ekonomi pasar
Dalam sistem ini, keputusan dalam penggunaan sumberdaya ditentukan
sendiri oleh individu atau produsen, karena hak milik individu diakui. Produsen
akan menggunakan sumberdaya seefisien mungkin sehingga biaya yang
digunakan serendah-rendahnya untuk menghasilkan sejumlah tertentu barang.
e. Sistem campuran
Dalam sistem ini ada unsur sistem komando (terpusat), yaitu ada
campur tangan pemerintah dan sistem ekonomi pasar. Memang tidak ada satu
sistem yang murni komando atau murni sistem ekonomi pasar. Yang banyak
dijumpai, terutama di negara berkembang adalah sistem campuran. Indonesia
pada dasarnya juga menggunakan sistem ekonomi campuran, yang sering
dikenal dengan sistem ekonomi pancasila atau merupakan sistem skonomi
pasar terkendali. Dalam hal ini sistem ekonomi Indonesia ada kepemilikan
19
kekayaan oleh swasta/pribadi tetapi dalam rangka memenuhi fungsi sosial.
Artinya hak pemilik perorangan diakui tetapi tidak boleh dilepaskan dari fungsi
sosialnya, harus digunakan untuk kesejahteraan bersama. Sistem ekonomi
Indonesia berdasarkan UUD pasal 33 ayat 1, 2 dan 3 serta Pancasila.
20
Tingkat produktivitas relatif rendah dan tingkat produksi hanya
kehidupan yang sederhana. Jarang sekali terdapat kelebihan (surplus)
produksi yang dapat dijual di pasar. Kegiatan menghasilkan barang
industri sangat terbatas. Dalam perekonomian subsisten, kegiatan
perdagangan sudah berlaku, tetapi dalam skala yang terbatas.
b) Perdagangan barter
Perdagangan barter adalah perdagangan secara pertukaran
barang dengan barang. Dalam perdagangan barter harus ada dua
keinginan yang bersesuaian (double coincidence of wants atau
kesesuaian ganda dari keinginan). Misalnya, seorang ingin menukar
barang yang dihasilkannya dengan barang lain, dan orang yang
memproduksi barang yang diingini oleh orang yang pertama. Syarat ini
menyebabkan perdagangan barter tidak dapat dilaksanakan seperti
perdagangan dalam perekonomian modern yang menggunakan uang
sebagai alat perantara tukar-menukar.
c) Pola perdagangan perekonomian subsisten
Pada jenis ini, barter tidak banyak lagi dilakukan. Uang telah
digunakan sebagai alat perantara tukar-menukar. Dengan uang, cara
memperoleh suatu barang menjadi lebih sederhana. Para petani,
misalnya, menjual hasil produksinya di pasar, dan uang yang
diperolehnya dapat digunakan untuk membeli barang yang
dibutuhkannya. Dengan demikian, “kesesuaian ganda dari keinginan”
bukan lagi syarat yang perlu untuk mewujudkan perdagangan.
2. Perekonomian uang
a. Definisi Uang
Secara etimologi, definisi uang (Al-Naqdu) yaitu tunai, lawan tunda,
yakni memberikan bayaran segera. Definisi uang dalam istilah Fuqaha, uang
adalah apa yang digunakan manusia sebagai standar ukuran nilai harga dan
media transaksi pertukaran.
Definisi uang menurut para ahli Ekonomi, masih belum ada kata
sepakat tentang definisi uang yang spesifik. Definisi-definisi mereka berbeda-
beda disebabkan perbedaan cara pandang mereka terhadap hakikat uang.
21
1) Menurut Dr. Fuad Dahman, definisi-definisi uang yang diajukan sangat
banyak dan berbeda-beda. Semakin bertambah seiring perbedaan para
penulis dalam memandang hakikat uang dan perbedaan pengertiannya
dalam pandangan mereka.
2) Menurut Dr. Muhammad zaki Syafi’i mendefinisikan uang sebagai:
“Segala sesuatu yang diterima khalayak untuk menunaikan kewajiban-
kewajiban.”
3) J.P Coraward mendefinisikan uang sebagai: “segala sesuatu yang diterima
secara luas sebagai media pertukaran, sekaligus berfungsi sebagai standar
ukuran nilai harga dan media penyimpana kekayaan.”
4) Boul dan Gandlre berkata: “Uang mencakup seluruh sesuatu yang diterima
secara luas sebagai alat pembayaran, diakui secara luas sebagai alat
pembayaran utang-utang dan pembayaran harga barang dan jasa.”
5) Dr. Nazhim al-Syamry berkata: “Setiap sesuatu yang diterima semua pihak
dengan legalitas tradisi (‘Urf) atau undang-undang, atau nilai sesuatu itu
sendiri, dan mampu berfungsi sebagai media dalam proses transaksi
pertukaran yang beragam terhadap komoditi dan jasa, juga cocok untuk
menyelesaikan utang-piutng dan tanggungan, adalah termasuk dalam
lingkup uang.”
6) Menurut Dr. Sahir Hasan, “Uang adalah pengganti materi terhadap segala
aktivitas ekonomi, yaitu media atau alat yang memberikan kepada
pemiliknya daya beli untuk memenuhi kebutuhannya, juga dari segi
peraturan perundangan menjadi alat bagi pemiliknya untuk memenuhi
segala kewajibannya.”
Dari sekian definisi yang diutarakan, kita bisa membedakan dalam tiga
segi:
Pertama, definisi uang dari segi fungsi-fungsi ekonomi sebagai standar
ukuran nilai, media pertukaran, dan alat pembayaran yang tertunda (deferred
payment). Kedua, definisi uang dengan melihat karakteristiknya, yaitu segala
sesuatu yang diterima secara luas oleh tiap-tiap individu. Ketiga, defiisi uang
dari segi peraturan perundangan sebagai segala sesuatu yang memiliki
kekuatan hukum dalam menyelesaikan tanggungan kewajiban.
22
b. Ciri-ciri Perekonomian Uang
Suatu perekonomian yang menggunakan uang sebagai perantara dalam
kegiatan tukar menukar (perdagangan) di kenal sebagai perekonomian uang.
Dalam perekonomian subsisten uang tidaklah terlalu penting peranannya
karena kegiatan perdagangan masih sangat terbatas. Sedangkan negara-negara
maju seperti Amerika Serikat dan Jepang uang penting sekali peranannya.
Secara umum dapt dikatakan bahwa Kemajuan Perekonomian akan
menyebabkan peranan uang menjadi semakin penting dalam perekonomian.
Mengapa uang menjadi bertambah penting peranannya apabila perekonomian
menjadi bertambah maju? Alasannya adalah karena makin maju suatu
perekonomian maka makin penting peranan kegiatan perdagangan dalam
perekonomian tersebut.
c. Spesialisasi perdagangan
Perdagangan di dalam suatu perekonomian uang, yang perlu dilakukan
adalah melakukan spesialisasi dalam memproduksi barang-barang sehingga
dapat dihasilkan dengan cara yang paling efisien. Dalam spesialisasi
perdagangan dapat disimpulkan bahwa: (i) wujudnya uang sebagai alat untuk
tukar menukar akan melancarkan perdagangan; dan (ii) perdagangan yang
bertambah lancar akan memberikan perangsang kepada masyarakat untuk
meningkatkan spesialisasi dalam pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan
keahlian mereka.
Spesialisasi berkembang sebagai akibat penggunaan uang dan sebagai
akibat perkembangan perdagangan. Spesialisasi penting untuk perkembangan
ekonomi disebabkan oleh beberapa sumbangannya berikut:
1) Mempertinggi efisiensi penggunaan faktor produksi
Dalam spesialisasi seseorang pekerja atau tenaga ahli akan
digunakan pada kegiatan sesuai dengan keahliannya. Ia tidak perlu lagi
mengerjakan semua pekerjaan yang diperlukan untuk memenuhi segala
kebutuhannya. Ini berarti bahwa suatu daerah atau negara tidak perlu lagi
menghasilkan seluruh barang yang dibutuhkannya tetapi cukup melakukan
spesialisasi dalam kegiatan yang paling menguntungkan negara atau
wilayah tersebut.
23
2) Mempertinggi efisiensi produksi
Efisiensi memproduksi yang semakin tinggi tersebut dikenal
sebagai “economies of scale” atau skala ekonomi. Maksudnya, apabila
produksi ditingkatkan, misalnya menjadi dua kali lipat, biaya produksi
tidak akan meningkat sebesar peningkatan produksi yang berlaku.
3) Mendorong perkembangan teknologi
Spesialisasi menyebabkan pasaran berbagai barang menjadi
bertambah luas. Untuk kegiatan-kegiatan tertentu, hal tersebut berarti
produksi harus ditambah dengan cepat. Untuk memenuhi kebutuhan ini
para pengusaha akan berusaha menggunakan teknologi produksi yang
lebih baik dan lebih tinggi produktivitasnya
C. LATIHAN/TUGAS
Kerjakan soal di bawah ini dengan benar:
6. Analisis masalah perekonomian di tempat tinggal anda masing-masing!
7. Bagaimana peran pemerintah untuk mengatasi permasalahan ekonomi pada
soal no 1?
8. Jelaskan kelebihan dan kelemahan sistem ekonomi!
9. Jelaskan pentingnya uang dalam perekonomian uang!
10. Gambarkan bentuk spesialisasi dalam suatu produksi barang sehingga efisien!
D. DAFTAR PUSTAKA
Ahmad. 2005. Mata Uang Islami. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Fatoni Siti Nur. 2014. Pengantar Ilmu Ekonomi. Bandung: Pustaka Setia Hasan.
Paul A.Samuelson dan William D.Nordhaus. 1992. Economics, Fourteenth
Edition, McGraw-Hill., Inc, Singapore.
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung. 2004. Teori Ekonomi Mikro: suatu
pengantar, Buku Seri Teori Ekonomi, Edisi ketiga. Jakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
R. Abdul Maqin dan Lili Masli. 2002. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Bandung:
Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung.
24
Sukirno, Sadono. 2002. Pengantar Teori Mikro Ekonomi, Edisi Ketiga. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Sukirno, Sadono. 2005. Mikro Ekonomi teori pengantar/Sadono Sukirno- Ed 1, -
21. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sukirno Sadono. 2013. Mikroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
25
PERTEMUAN 3:
KONSEP PERMINTAAN
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu:
1.1 Menganalisis teori permintaan.
1.2 Mendeskripsikan jenis-jenis permintaan.
1.3 Memahami dan mengaplikasikan skedul permintaan dan kurva permintaan.
1.4 Memahami dan mengaplikasikan fungsi permintaan
B. URAIAN MATERI
TEORI PERMINTAAN
Kita mulai pembahasan mengenai pasar dengan meneliti perilaku
pembeli. Pada pembahasan ini, kita akan membahas apa yang menentukan
kuantitas yang diminta (quantity demanded) terhadap sebuah barang, yaitu
jumlah barang yang ingin dan mampu dibeli oleh pembeli. Sedangkan
permintaan dapat diartikan sebagai sejumlah kuantitas suatu barang tertentu di
mana seorang konsumen ingin dan mampu membelinya pada berbagai tingkat
harga tertentu, dengan asumsi faktor lain dianggap tetap (cateris paribus).
Hukum permintaan (the law of demand) pada hakikatnya merupakan
suatu hipotesis yang menyatakan hubungan antara barang yang diminta dengan
harga barang tersebut, dimana hubungan tersebut beranding terbalik, yaitu
ketika harga meningkat atau naik maka jumlah barang yang diminta akan turun
dan sebaliknya apabila harga turun jumlah barang yang diminta meningkat.
26
Untuk lebih memfokuskan pemikiran kita mengenai pembahasan ini,
kita andaikan barang tertentu misalnya, es krim.
a. Faktor yang menentukan permintaan individu
Coba pertimbangkan permintaan anda sendiri terhadap es krim.
Selanjutnya muncul pertanyaan, bagaimana cara anda menentukan berapa
jumlah es krim yang akan dibeli per hari atau bahkan per bulan? Faktor
apa saja yang dapat memepengaruhi keputusan anda tersebut? Inilah
beberapa jawaban yang mungkin dapat anda berikan.
Harga barang itu sendiri (Px). Jika harga es krim meningkat menjadi
$20 per mangkuk, anda akan membeli lebih sedikit es krim. Anda
mungkin akan beralih membeli Yogurt beku. Begitu pula sebaliknya.
Sehingga, hubungan diantara harga dengan kuantitas yang diminta
berhubungan negatif (-).
Pendapatan konsumen (I). Apa yang akan terjadi terhadap permintaan
anda akan es krim ketika anda kehilangan pekerjaan sehingga
menyebabkan pendapatan anda menurun? Maka kemungkinan besar yang
akan terjadi adalah permintaan anda terhadap es krim pun akan turun.
Apakah ketika pendapatan sesorang meningkat menyebabkan permintaan
terhadap suatu barang meningkat secara keseluruhan? Maka untuk
menjawab pertanyaan tersebut anda harus mengetahui sifat dari suatu
barang. Ada tiga jenis barang disini, antara lain sebagai berikut. Jika
permintaan terhadap sebuah barang berkurang ketika pendapatan
berkurang, maka barang tersebut dinamakan barang normal (normal
good). Tidak semua barang bersifat barang normal. Contoh barang normal
adalah barang kebutuhan pokok. Apabila pendapatan menurun tetapi
permintaan terhadap suatu barang justru meningkat, barang tersebut
dinamakan barang inferior (inferior good). Contoh barang inferior adalah
kendaraan umum. Sementara itu, apabila permintaan terhadap suatu
barang meningkat drastis ketika pendapatan seseorang meningkat, maka
barang tersebut dinamakan barang superior (superior good). Contoh
barang inferior adalah barang mewah.
27
Harga barang lain yang terkait (Py). Apabila penurunan harga suatu
barang menurunkan permintaan terhadap barang lain, maka kedua barang
tersebut dinamakan barang substitusi (substituties). Misalnya harga
Yogurt dingin menurun. Konsumen akan lebih memilih mengkonsumsi
Yogurt dingin apabila harga es krim meningkat. Karena konsumen
beranggapan bahwa Yogurt memenuhi keinginan yang serupa. Jika
penurunan harga sebuah barang meningkatkan permintaan barang lainnya,
maka keduanya dinamakan barang komplemen/ komplementer
(complement). Misalnya permintaan sepeda motor turun apabila harga
bensin meningkat.
Selera konsumen (S). Penentu yang paling jelas dari permintaan
konsumen adalah selera. Apabila anda suka es krim, maka anda akan
membeli es krim lebih banyak. Bisanya para ekonom tidak mencoba
menjelaskan tentang selera konsumen. Karena selera konsumen lebih
menekankan kepada kekuatan psikologis dan historis yang ranah
pembahasannya di luar bidang ilmu ekonomi. Akan tetapi, ekonom masih
tetap meneliti dan menggali apa yang akan terjadi dengan permintaan
konsumen apabila selera mengalami perubahan.
Eskpektasi konsumen (E). Yang dimaksud ekspektasi disini adalah
harapan, ramalan, atau dugaan mengenai masa yang akan datang. Tentu ini
mempengaruhi permintaan konsumen terhadap barang dan jasa yang akan
dibelinya saat ini. Apabila konsumen meramalkan bahwa harga es krim
akan turun keesokan harinya, maka konsumen tersebut mungkin kurang
bersedia untuk memebeli es krim berdasarkan harga yang berlaku hari ini.
Dengan demikian, persamaan fungsi permintaan dapat ditulis:
Qd = F(Px, Py, I, S, E)
28
JENIS-JENIS PERMINTAAN
Secara sederhana maka dalam definisi permintaan terdapat tiga poin
penting yang melekat yaitu poin pertama adalah jumlah produk (barang atau
jasa) yang diminta, yang kedua adanya tingkat harga dan yang ketiga terjadi
dalam periode waktu tertentu. Permintaan dapat dikelompokkan berdasarkan
daya beli dan Jumlah konsumen.
1. Jenis Permintaan berdasarkan daya Beli
Jenis permintaan berdasarkan daya beli terdiri dari tiga macam,
yaitu permintaan absolut, permintaan potensial, dan permintaan efektif
secara lebih lengkap tentang jenis permintaan dapat dipahami dalam uraian
berikut ini:
1) Permintaan absolut
Merupakan permintaan yang tidak disertai daya beli atau permintaan
yang tidak disertai dengan kemampuan membeli. Jadi, hanya sekedar
menginginkan tapi tidak mampu membeli.
Contoh permintaan absolut misalnya Almeera menginginkan mobil,
akan tetapi dia tidak mempunyai uang untuk membeli mobil seperti
yang diinginkannya.
2) Permintaan potensial
Merupakan permintaan yang disertai daya beli, tetapi belum digunakan
untuk membeli barang atau jasa yang diinginkan. Contoh permintaan
potensial, Cahaya mempunyai uang Rp 15.000.000 dan dia
mempunyai keinginan untuk memiliki sepeda motor, sehingga Cahaya
pada hari minggu pergi ke deler untuk membeli sepeda motor, namun
setelah sampai dideler dan melihat-lihat sepeda motor yang dijual
disana ternyata tidak ada sepeda motor seperti yang diinginkan Cahaya
sehingga Cahaya tidak jadi membeli sepeda motor.
3) Permintaan efektif
Merupakan permintaan yang disertai daya beli dan sudah digunakan
untuk membeli barang atau jasa yang diinginkan.
Contoh permintaan efektif, misalnya Zahra merasa sangat lapar
29
sehingga pada saat jam istirahat disekolahnya Zahra memutuskan
membeli kue dikantin sekolah dengan uang saku yang dimilikinya.
30
Tujuan pembelajaran 1.3:
Skedul permintaan dan kurva permintaan
Harga
3,00
2,00
1,00
Kuantitas
0 1 2 3
31
Pergeseran kurva permintaan
Setiap perubahan yang dapat meningkatkan kuantitas yang dibeli konsumen pada suatu
tingkat harga tertentu akan menggeser kurva permintaan ke kanan. Sebaliknya apabila perubahan
harga justru mengurangi permintaan individu, maka kurva permintaan akan bergeser ke kiri.
Penurunan
permintaan
Kuantitas
0
FUNGSI PERMINTAAN
Fungsi permintaan adalah suatu fungsi yang menunjukkan hubungan
antara kuantitas barang atau jasa yang diminta oleh konsumen dengan harga
barang atau jasa tersebut. fungsi permintaan juga menunjukkan hubungan
antara jumlah suatu barang yang diminta dengan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Fungsi permintaan merupakan kajian matematis yang
digunakan untuk menganalisa perilaku konsumen dan harga barang atau jasa
tersebut.
32
Fungsi permintaan mengikuti hukum permintaan yaitu apabila harga
suatu barang naik maka permintaan akan barang tersebut juga menurun dan
sebaliknya apabila harga barang turun maka permintaan akan barang tersebut
meningkat. Dengan demikian, hubungan antara harga dan jumlah barang yang
diminta oleh konsumen memiliki hubungan yang terbalik, sehingga gradien
dari fungsi permintaan (b) akan selalu negatif.
Fungsi permintaan apabila dinyatakan dalam bentuk matematis dapat
ditulis:
Qd = F(Px, Py, I, S, E)
Dari fungsi di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi permintaan
merupakan sebuah representasi yang menyatakan bahwa kuantitas yang
diminta tergantung pada harga barang itu sendiri, harga barang lain,
pendapatan, selera dan ekspektasi.
Bentuk fungsi permintaan adalah:
Q=a–bP
Keterangan :
Q= Jumlah barang yang diminta
P= Harga barang per unit
a= Konstanta (Berupa angka)
b= Slope (Angka/Nilai yang selalu bersama
dengan variabel P)
33
Keterangan:
Q : jumlah barang yang diminta
P : harga barang
P1 : harga awal atau harga mula-mula
P2 : harga setelah mengalami kenaikan atau penurunan
Q1 : jumlah permintaan awal
Q2 : jumlah permintaan setelah mengalami kenaikan atau penurunan
C. LATIHAN/TUGAS
Kerjakan soal di bawah ini dengan benar:
11. Analisis proses terjadinya permintaan!
12. Hukum permintaan (the law of demand) berlaku dengan asumsi faktor lain
dianggap tetap (cateris paribus). jelaskan alasannya!
13. Amati disekitar tempat tinggal anda masing-masing, lalu kelompokkan barang
berdasarkan jenisnya (normal, inferior dan superior)!
14. Bagaimana pengaruh perubahan harga barang substitusi dan komplementer
terhadap jumlah barang yang diminta?
15. Perhatikan data berikut:
Harga ($) Jumlah Permintaan (Unit)
10 200
20 150
Apabila harga yang tertera pada soal dikalikan dengan dua angka terakhir NIM
anda, maka tentukan:
a. Fungsi permintaan
b. Harga tertinggi
c. Apabila sepatu yang dibeli sebanyak 100 unit, berapa tingkat harganya?
d. Apabila tingkat harga sepatu $25, berapa jumlah permintaan sepatu?
e. Kurva permintaan
34
D. DAFTAR PUSTAKA
Akhmad. 2014. Ekonomi Mikro Teori dan Aplikasi di Dunia Usaha. Yogyakarta:
CV Andi Offset.
Mai, Candra dan Fitria Amalia. 2011. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: Esis.
Mankiw N, Gregory. 2003. Pengantar Ekonomi Edisi Kedua Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Nicholson, Walter. 2004. Mikro Ekonomi Intermediate dan aplikasinya Edisi
Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Nuraini, Ida. 2001. Pengantar Ekonomi Mikro. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang.
Sukirno Sadono. 2013. Mikroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Sumarsono, Sonny. 2012. Pengantar Ekonomi Mikro. Jember: Laboratorium
Kewirausahaan Fakultas Ekonomi Universitas Jember.
Sunarwo, Hendri. 2013. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Yogyakarta: Caps.
35
PERTEMUAN 4:
KONSEP PENAWARAN
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu:
1.1 Menganalisis teori penawaran.
1.2 Memahami dan mengaplikasikan skedul penawaran dan kurva penawaran.
1.3 Memahami dan mengaplikasikan fungsi penawaran.
1.4 Memahami dan mengaplikasikan penentuan harga dan jumlah yang
diperjualbelikan.
B. URAIAN MATERI
PENGERTIAN PENAWARAN
Permintaan dan penawaran adalah dua kata yang senantiasa digunakan
oleh para ahli ekonomi. Hal tersebut disebabkan karena kekuatan permintaan
dan penawaran yang membuat ekonomi pasar bekerja dengan baik. Keduanya
menentukan jumlah barang yang dihasilkan dan sekaligus menentukan harga
barang itu. Apabila anda ingin mengetahui suatu kejadian atau kebijakan
dalam mempengaruhi perekonomian, maka anda harus terlebih dahulu
membayangkan bagaimana pengaruhnya terhadap penawaran dan permintaan.
Sebelumnya kita sudah membahas tentang permintaan yang
merupakan egiatan ekonomi dari sudut konsumen. Sekarang kita belajar
tentang penawaran. Penawaran datang dari produsen/penjual sebagai pihak
yang menyediakan barang dan jasa dalam perekonomian. Dari sudut pandang
produsen, jumlah barang yang dijual pada umumnya berhubungan positif
36
dengan harga barang tiersebut, artinya semakin tinggi harga suatu barang,
tentu saja sesnaidn banyak barang yang akan dijual oleh produsen.
Sebaliknya, semakin rendah harga suatu barang, maka jumlah barang
yang akan dijual oleh produsen akan semakin sedikit. Dari penjelasan tersebut
dapat ditarik kesimpulan bahwa penawaran (supply) adalah jumlah barang
atau jasa yang akan dijual (ditawarkan) pada tingkat harga tertentu.
Dalam teori ekonomi, penawaran dapat diartikan sebagai keseluruhan
jumlah barang dan jasa yang ditawarkan dalam berbagai kemungkinan harga
yang berlaku di pasar dalam satu periode. Dari pemahaman tersebut, terdapat
dua variabel ekonomi yaitu jumlah barang dan jasa yang ditawarkan atau
dijual dan tingkat harga barang dan jasa itu sendiri. Dalam pendekatan ini
variabel waktu diabaikan atau dianggap konstan.
Variabel jumlah barang dan tingkat harga dalam konsep penawaran ini
menunjukkan adanya saling keterkaitan satu dengan lainnya. Variabel harga
merupakan variabel yang mempengaruhi jumlah barang dan jasa yang
ditawarkan, biasa disebut sebagai variabel bebas, atau independent variabel.
Sedangkan jumlah barang dan jasa merupakan variabel yang dipengaruhi oleh
tingkat harga, biasa disebut variabel terikat atau dependent variabel.
37
Karena kuantitas yang ditawarkan meningkat ketika harga meningkat
dan menurun apabila harga juga mengalami penurunan, maka dapat
disimpulkan bahwa antara harga dan kuantitas yang ditawarkan berhubungan
positif. Ini dinamakan hukum penawaran (law of supply). Dengan asumsi hal
lainnya tetap, ketika harga barang meningkat, maka kuantitas yang ditawarkan
pun akan meningkat.
Harga input (Pi). Apabila salah satu atau lebih harga input untuk
membuat es krim meningkat, maka memproduksi es krim dirasa kurang
menguntungkan, tentu perusahaan tersebut akan menawarkan lebih sedikit es
krim. Dengan demikian, kuantitas barang yang ditawarkan berhubungan
negatif (negatively related) dengan harga input untuk membuat barang
tersebut.
Teknologi (T). teknologi untuk memproses input menjadi es krim juga
merupakan salah satu penentu dari kuantitas yang ditawarkan. Penemuan
mekanisasi mesin pengolah es krim, dapat mengurangi jumlah pekerja yang
tentu sangat membutuhkan untuk membuat es krim. Melalui penurunan biaya
perusahaan, perkembangan teknologi tentu akan menaikkan kuntitas es krim
yang ditawarkan.
Ekspektasi (E). Tentunya kuantitas es krim yang ditawarkan
tergantung pada pada eskpektasi atau harapan terhadap masa depan. Misalnya,
produsen berharap bahwa harga es krim di masa yang akan datang akan
meningkat, maka produsen akan menyimpan sejumlah es krim yang
diproduksi saat ini di dalam gudang penyimpanan dan tentu hal ini akan
mengurangi penawaran ke pasar pada saat ini.
38
faktor, yaitu harga barang itu sendiri. Mari kita bahas bagaimana harga
tersebut dapat mempengaruhi kuantitas barang yang ditawarkan.
Gambar 4-1 berikut menjelaskan tentang penawaran seorang
konsumen. Harga barang berada dalam sumbu vertikal, dan kuantitas barang
yang ditawarkan berada pada sumbu horisontal. Garis kemiringan dari kiri
bawah ke kanan atas menghubungkan harga dan kuantitas barang yang
diminta, yang disebut sebagai kurva penawaran (supply curve).
Tabel 4-1 Skedul Penawaran Barang X
Harga Barang X ($) Kuantitas barang X yang
ditawarkan (Unit)
0,00 0
1,00 1
2,00 2
3,00 3
Harga
3,00
2,00
1,00
Kuantitas
0 1 2 3
39
Tabel 4-2 Skedul Penawaran Individu dan Pasar
Harga Barang X Produsen A Produsen B Pasar
($)
0,00 0 0 0
1,00 1 2 3
2,00 2 4 6
3,00 3 6 9
Kenaikan
penawaran
Penurunan
penawaran
Kuantitas
0
40
Tujuan pembelajaran 1.3:
Memahami dan mengaplikasikan fungsi penawaran
FUNGSI PENAWARAN
Dari penjelasan sebelumnya, fungsi penawaran apabila dinyatakan
dalam bentuk matematis dapat ditulis:
Qs = F(Px, Pi, T, E)
Dari fungsi di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi penawaran merupakan
sebuah representasi yang menyatakan bahwa kuantitas yang ditawarkan
tergantung pada harga barang itu sendiri, harga input, teknologi dan
ekspektasi.
Bentuk Fungsi Penawaran
Q = a + bp
Keterangan :
Q= Jumlah barang yang ditawarkan
P= Harga barang per unit
a= Konstanta (Berupa angka)
b= Slope (Angka/Nilai yang selalu bersama
dengan variabel P)
Keterangan:
Q : jumlah barang yang ditawarkan
P : harga barang
P1 : harga awal atau harga mula-mula
P2 : harga setelah mengalami kenaikan atau penurunan
41
Q1 : jumlah penawaran awal
Q2 : jumlah penawaran setelah mengalami kenaikan atau penurunan
42
membagi kedalam tiga jangka waktu yaitu jangka waktu sangat pendek,
jangka pendek dan jangka panjang.
Pada periode jangka sangat pendek tidak akan terjadi tanggapan
penawaran, kuantitas yang ditawarkan secara absolut tetap. Pada jangka
pendek, perusahaan dapat mengubah kuantitas yang ditawarkan, tetapi tidak
ada perusahaan baru yang dapat memasuki pasar. Sedangkan pada jangka
panjang perusahaan dapat mengubah kuantitas yang ditawarkannya dan
perusahaan perusahaan baru dapat sepenuhnya memasuki industri, hal ini
menghasilkan tanggapan penawaran yang fleksibel.
Dengan demikian, harga suatu barang atau jasa sangat tergantung
kepada bentuk pasar yang dihadapi. Ada dua bentuk pasar dalam ekonomi,
yaitu pasar persaingan sempurna (perfect competition) dan pasar persaingan
tidak sempurna(inperfect competition). Untuk lebih dalam pembahasan
mengenai pasar akan dibahas pada penjelasan lain tentang bentuk-bentuk
pasar.
C. LATIHAN/TUGAS
Kerjakan soal di bawah ini dengan benar:
1. Dalam hukum penawaran, bagaimana hubungan antara harga dengan jumlah
barang yang ditawarkan?
2. Kalau anda berada pada posisi produsen saat ini. Contohkan bagaimana
ekspektasi anda tentang ekonomi dimasa mendatang!
3. Mengapa teknologi sangat berpengaruh dalam kegiatan penawaran di era
sekarang ini?
4. Perhatikan data berikut:
Harga ($) Jumlah Penawaran (Unit)
20 200
25 250
Apabila harga yang tertera pada soal dikalikan dengan dua angka terakhir NIM
anda, maka tentukan:
a. Fungsi penawaran
b. Harga terendah
c. Apabila sepatu yang dijual sebanyak 185 unit, berapa tingkat harganya?
43
d. Apabila tingkat harga sepatu $85, berapa jumlah penawaran sepatu?
e. Kurva penawaran
5. Mengapa harga suatu barang atau jasa sangat tergantung kepada bentuk pasar
yang dihadapi?
D. DAFTAR PUSTAKA
Akhmad. 2014. Ekonomi Mikro Teori dan Aplikasi di Dunia Usaha. Yogyakarta:
CV Andi Offset.
Fatoni Siti Nur. 2014. Pengantar Ilmu Ekonomi. Bandung: Pustaka Setia.Hasan
Mankiw N, Gregory. 2003. Pengantar Ekonomi Edisi Kedua Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Nicholson, Walter. 2004. Mikro Ekonomi Intermediate dan aplikasinya Edisi
Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Sukirno Sadono. 2013. Mikroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
44
PERTEMUAN 5:
KESEIMBANGAN PASAR
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu:
1.1 Memahami dan mengaplikasikan pengaruh perubahan permintaan dan
penawaran terhadap keseimbangan.
1.2 Menganalisis surplus produsen dan konsumen
1.3 menghitung keseimbangan pasar setelah pajak dan subsidi
B. URAIAN MATERI
45
menggambarkan tentang sejumlah permintaan dan penawaran pada suatu
tingkat harga tertentu.
Tabel 5-1 Skedul Permintaan dan Penawaran
Harga Kuantitas yang Dibeli Kuantitas yang Ditawarkan
Barang X (Unit) (Unit)
($)
0,00 4 0
1,00 3 1
2,00 2 2
3,00 1 3
Harga
Demand (D) Supply (S)
3,00
2,00
Ekuilibrium
1,00
Kuantitas
0 1 2 3
Qd = Qs Atau Pd = Ps
46
Tujuan pembelajaran 1.2:
Menganalisis surplus produsen dan konsumen
47
Gambar 5-2 Kurva Pasar yang tidak Berada dalam Ekuilibrium
(a) Kelebihan penawaran
Harga
Surplus
3,00
2,00
Ekuilibrium
1,00
Kuantitas
0 1 2 3
Kuantitas Kuantitas
yang diminta yang
ditawarkan
Harga
3,00
2,00
Ekuilibrium
1,00
Kekurangan
Kuantitas
0 1 2 3
Kuantitas Kuantitas
yang yang diminta
ditawarkan
48
Dengan demikian, aktivitas dari banyak penjual maupun pembeli
secara otomatis dapat mendorong harga kepada kondisi ekuilibrium.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, pada kondisi ekuilibrium semua
penjual dan pembeli terpuaskan, tidak ada tekanan ke atas maupun ke
bawah terhadap harga. Namun demikian, pada sebagian besar pasar,
surplus dan kekurangan hanya bersifat sementara karena nantinya harga
akan bergerak kearah ekuilibrium kembali. Fenomena itu begitu kuat,
sehingga kadang-kadang disebut sebagai hukum permintaan dan
penawaran (law of supply and demand). Harga barang pun akan
menyesuaikan diri untuk membawa penawaran dan permintaan pada
tingkat keseimbangan. Seberapa cepat ekuilibrium dapat tercapai, ini akan
berbeda antara pasar yang satu dengan lainnya, tergantung pada seberapa
cepat harga menyesuaikan diri.
PENGARUH PAJAK
Pajak penjualan merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah pada
saat terjadi penjualan suatu produk. Pajak penjualan ini dapat berbentuk suatu
persentase tertentu yang dikenakan untuk setiap unit produk yang dijual oleh
produsen. Seperti yang kita tahu, bahwa besarnya pajak penjualan tidak
sepenuhnya ditanggung oleh pihak penjual, akan tetapi sebagian juga ditanggung
oleh pembeli. Dengan adanya pajak penjualan ini, maka menyebabkan harga jual
dari produk di pasar menjadi lebih tinggi. Secara otomatis adanya pajak penjualan
akan berpengaruh terhadap keseimbangan pasar yang baru.
49
Keseimbangan setelah Pajak
Pajak selalu menambah harga barang yang ditawarkan. Seperti yang dapat
kita lihat berikut ini.
Keseimbangan Sebelum Pajak (tax)
Pd = Ps Menghasilkan ME = (P,Q)
Di mana:
Pd : Fungsi permintaan
Ps : Fungsi penawaran
tax (t) : besarnya pajak per unit
ME : Keseimbangan pasar awal (market equilibrium)
ME' : Keseimbangan pasar setelah mengalami perubahan dengan adanya pajak
P : Harga awal (mula-mula) sebelum mengalami perubahan
Q : Kuantitas awal (mula-mula) sebelum mengalami perubahan
Pt : Harga setelah setelah mengalami perubahan dengan adanya pajak
Qt : Kuantitas setelah setelah mengalami perubahan dengan adanya pajak
50
Gambar 5-3 Kurva Pengaruh Pajak terhadap Keseimbangan Pasar
P Demand (D)
St
(Qt,Pt)
S
Pt
P (Q,P)
Qd,Qs
0 Qt Q
Keterangan:
P : Harga awal (mula-mula) sebelum mengalami perubahan
Pt : Harga setelah setelah mengalami perubahan dengan adanya pajak
Q : Kuantitas awal (mula-mula) sebelum mengalami perubahan
Qt : Kuantitas setelah setelah mengalami perubahan dengan adanya pajak
Qd : Kuantitas permintaan (quantity of demand)
Qs : Kuantitas penawaran (quantity of supply)
D : Kurva permintaan
S : Kurva penawaran awal (mula-mula) sebelum mengalami perubahan
St : Kurva penawaran setelah mengalami perubahan dengan adanya pajak
51
Contoh:
1. PT jarum telah merumuskan persamaan permintaan dan penawaran rokok,
yaitu:
P = 1500 - Q dan fungsi penawaran P = 0,5Q + 300.
Terhadap produk ini pemerintah mengenakan pajak sebesar Rp 200
per unit.
Dengan menggunakan data di atas, maka jawablah pertanyaan berikut.
a. Berapa harga dan jumlah keseimbangan pasar sebelum dan sesudah kena
pajak ?
b. Berapa besar pajak per unit yang ditanggung oleh konsumen ?
c. Berapa besar pajak per unit yang ditanggung oleh produsen ?
d. Berapa besar penerimaan pajak total oleh pemerintah ?
e. Gambarkan Kurva keseimbangan sebelum dan setelah adanya pajak!
Langkah Penyelesian:
a. Keseimbangan pasar sebelum kena pajak:
Pd = Ps
Di mana:
Pd : Fungsi permintaan
Ps : Fungsi Penawaran
Di mana:
Ps' : Fungsi penawaran yang berubah setelah adanya pajak
tax (t) : Besarnya pajak per unit
Di mana:
tk = (PE' - PE)
52
tk : pajak yang ditanggung konsumen
PE : Harga ekuilibrium sebelum pajak
PE' : Harga ekuilibrium setelah pajak
tp = t - tk
Di mana:
tp : Pajak yang ditanggung produsen
t : Pajak per unit
T = t x QE‘
Di mana:
T : Pajak yang diterima pemerintah
t : Pajak per unit
QE‘ : Kuantitas ekuilibrium setelah pajak
Pengaruh Subsidi
Subsidi merupakan bantuan yang diberikan oleh pemerintah kepada para
produsen untuk meringankan beban biaya produksi perusahaan. Adanya subsidi
dapat membuat biaya produksi lebih kecil dari sebelumnya, sehingga hal ini
berdampak langsung terhadap keseimbangan pasar. Dampak subsidi merupakan
kebalikan dari pengenaan pajak penjualan yang dibebankan pemerintah. Dengan
demikian, adanya subsidi akan selalu megurangi harga barang yang ditawarkan
atau hanya mempengaruhi fungsi penawaran, sedang fungsi permintaannya tetap.
53
Adanya subsidi selalu mengurangi harga barang yang ditawarkan. Seperti
yang dapat kita lihat berikut ini.
Pd = Ps Menghasilkan ME = (P,Q)
Di mana:
Pd : Fungsi permintaan
Ps : Fungsi penawaran
Subsidi (s) : besarnya subsidi per unit
ME : Keseimbangan pasar awal (market equilibrium)
ME' : Keseimbangan pasar setelah mengalami perubahan dengan
adanya subsidi
P : Harga awal (mula-mula) sebelum mengalami perubahan
Q : Kuantitas awal (mula-mula) sebelum mengalami perubahan
Pt : Harga setelah setelah mengalami perubahan dengan adanya
subsidi
Qt : Kuantitas setelah setelah mengalami perubahan dengan adanya
subsidi
54
Pengaruh adanya subsidi juga dapat digambarkan secara grafis oleh gambar 5-4
berikut ini.
Gambar 5-4 Kurva Pengaruh Subsidi terhadap Keseimbangan Pasar
P Demand (D)
Ss
(Qs,Ps)
S
Ps
P (Q,P)
Qd,Qs
0 Qs Q
Keterangan:
P : Harga awal (mula-mula) sebelum mengalami perubahan
Ps : Harga setelah setelah mengalami perubahan dengan adanya subsidi
Q : Kuantitas awal (mula-mula) sebelum mengalami perubahan
Qs : Kuantitas setelah setelah mengalami perubahan dengan adanya subsidi
Qd : Kuantitas permintaan (quantity of demand)
Qs : Kuantitas penawaran (quantity of supply)
D : Kurva permintaan
S : Kurva penawaran awal (mula-mula) sebelum mengalami perubahan
55
Contoh soal:
1. Informasi fungsi permintaan dan penawaran adalah:
P = 3000 - Q dan fungsi penawaran P = 0,10Q + 1000.
Besarnya subsidi yang diberikan pemerintah sebesar Rp 500 per unit.
Dengan menggunakan informasi di atas, maka jawablah pertanyaan berikut.
a. Carilah keseimbangan harga dan kuantitas di pasar sebelum dan sesudah
ada subsidi!
b. Berapa total subsidi yang dinikmati konsumen?
c. Berapa total subsidi yang dinikmati produsen?
d. Berapa total subsidi yang ditanggung pemerintah?
e. Gambarkan Kurva keseimbangan sebelum dan setelah adanya subsidi!
Langkah Penyelesian:
a. Keseimbangan pasar sebelum kena subsidi:
Pd = Ps
Di mana:
Pd : Fungsi permintaan
Ps : Fungsi Penawaran
Di mana:
Ps' : Fungsi penawaran yang berubah setelah adanya subsidi
subsidi (s) : Besarnya subsidi per unit
sk = (PE -PE')
Di mana:
56
sk : Subsidi yang ditanggung konsumen
PE : Harga ekuilibrium sebelum subsidi
PE' : Harga ekuilibrium setelah subsidi
sp = s - sk
Di mana:
sp : Subsidi yang ditanggung produsen
s : Subsidi per unit
S = s x QE‘
Di mana:
S : Subsidi yang ditanggung pemerintah
s : Subsidi per unit
QE‘ : Kuantitas ekuilibrium setelah subsidi
C. LATIHAN/TUGAS
Kerjakan soal di bawah ini dengan benar:
1. Berikan gambaran tentang market clearing price!
2. Apabila diketahui PT Jhonson dalam hal ini terhadap produknya Baygon
merumuskan fungsi permintaan P = 2000 - Q dan fungsi penawaran P = 0,20Q
+ 250. Maka tentukan keseimbangan (equilibrium)!
3. Apa yang terjadi apabila terjadi surplus permintaan dan penawaran?
4. Mengapa pada sebagian besar pasar, surplus dan kekurangan hanya bersifat
sementara?
5. Perhatikan data berikut:
57
Harga ($) Jumlah Permintaan (Unit) Jumlah Penawaran (Unit)
30 4.000 2.000
40 1.500 3.000
Apabila harga yang tertera pada soal dikalikan dengan tiga angka terakhir
NIM anda dan besarnya subsidi sebesar $50/unit, maka tentukan:
a. Keseimbangan harga dan kuantitas di pasar sebelum dan sesudah ada
subsidi
b. Total subsidi yang dinikmati konsumen
c. Total subsidi yang dinikmati produsen
d. Total subsidi yang ditanggung pemerintah
e. Kurva sebelum dan setelah subsidi
D. DAFTAR PUSTAKA
Akhmad. 2014. Ekonomi Mikro Teori dan Aplikasi di Dunia Usaha. Yogyakarta:
CV Andi Offset.
Fatoni Siti Nur. 2014. Pengantar Ilmu Ekonomi. Bandung: Pustaka Setia.Hasan
Joesron, Tati Suharti dan M. Fathorrazi. 2012. Teori Ekonomi Mikro. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Mankiw N, Gregory. 2003. Pengantar Ekonomi Edisi Kedua Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Nicholson, Walter. 2004. Mikro Ekonomi Intermediate dan aplikasinya Edisi
Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Sadjono, Sigit. 2010. Pengantar Teori Ekonomi Mikro. Surabaya: Tiga N.
Sukirno Sadono. 2013. Mikroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
58
PERTEMUAN 6:
ELASTISITAS PERMINTAAN
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu:
1.4 Memahami konsep elastisitas permintaan.
1.5 Menghitung elastisitas permintaan.
1.6 Menganalisis manfaat dari menaksir elastisitas permintaan
B. URAIAN MATERI
59
PENGERTIAN ELASTISITAS PERMINTAAN
Ketika kita membahas determinan-determinan (faktor penentu atau
berbagai hal yang mempengaruhi) permintaan, kita telah mengetahui bahwa
biasanya seorang pembeli akan meminta lebih banyak barang ketika harga
turun, atau ketika pendapatan bertambah, atau ketika harga barang substitusi
atau penggantinya naik, atau jika harga barang komplemen/pelengkap turun.
Pembahasan kita hanya bersifat kualitatif bukan secara kuantitatif. Artinya,
kita hanya membicarakan arah perubahannya saja (naik atau turun). Tetapi
tidak memerinci seberapa banyak kenaikan atau penurunananya. Untuk
menghitung sejauh mana permintaan bereaksi terhadap perubahan determinan-
determinannya kita harus memahami satu konsep ekonomi, yaitu tentang
elastisitas.
Elastisitas permintaan mengukur seberapa besar kepekaan perubahan
jumlah permintaan barang terhadap perubahan harga. Ketika harga sebuah
barang turun, jumlah permintaan terhadap barang tersebut biasanya naik
semakin rendah harganya, semakin banyak benda itu dibeli. Elastisitas
permintaan ditunjukan dengan rasio persen perubahan jumlah permintaan dan
persen perubahan harga.
Beberapa azaz umum yang dapat kita kedepankan sebagai hal-hal yang
menentukan elastisitas harga dari permintaan, antara lain sebagai berikut.
a. Kebutuhan versus kemewahan
Permintaan atas barang-barang kebutuhan pokok umumnya
inelastis, sedangkan permintaan atas barang mewah lazimnya elastis.
Karena itu, walaupun ongkos dokter melonjak, permintaan akan jasa
dokter tidak akan melonjak drastis. Mungkin, kita hanya akan mengurangi
frekuensi kita ke dokter, tidak sesering sebelumnya.
b. Ketersediaan substitusi
60
Barang-barang yang substitusinya banyak cenderung memiliki
permintaan yang elastis, karena konsumen mudah meninggalkannya untuk
mengganti ke barang substitusi tersebut. Sebagai contoh, margarin dan
mentega mudah dipertukarkan. Karena itu jika harga mentega naik,
sedangkan harga margarine tetap, konsumen akan mengganti konsumsi
menteganya dengan margarin sehingga permintaan mentega pun turun
drastis.
c. Definisi pasar
Elastisitas permintaan di setiap pasar juga tergantung pada batas
pasarnya. Sebagai contoh, jika pasarnya kecil atau terbatas, permintaan
akan cenderung lebih elastis ketimbang jika pasarnya besar karena dalam
pasar yang kecil konsumen lebih mudah menemukan barang substitusi.
d. Rentang waktu
Dalam rentang waktu yang lebih panjang, permintaan berbagai
barang cenderung elastis. Kalau harga bensin naik, permintaan bensin
hanya turun sedikit pada bulan-bulan pertama. Namun pada waktu-waktu
selanjutnya, orang akan membeli mobil yang lebih hemat bensin, berganti
ke kendaraan umum, atau pindah rumah ke tempat yang lebih dekat
dengan kantor. Dalam beberapa kuantitas permintaan bensin akan turun
drastis.
61
1. Elastisitas Harga (barang sendiri) atau lengkapnya elastisitas harga dari
permintaan atau elastisitas permintaan terhadap harga.
Elastisitas harga dari permintaan (price elastisity of demand) adalah
ukuran yang menunjukkan seberapa banyak jumlah yang diminta atas suatu
barang berubah mengikuti perubahan harga barang tersebut. Ukuran ini
dinyatakan sebagai persentase perubahan kuantitas yang diminta dibagi
persentase perubahan harga.
1) Penghitungan Elastisitas Harga dari Permintaan
Sebagai contoh, umpamakan saja suatu ketika terjadi kenaikan harga segelas
es krim sebesar 10 persen sehingga menyebabkan konsumsi es krim anda pun
turun 20 persen. Kita kalkulasikan terlebih dahulu elastisitas harga dari
permintaan sebagai berikut:
Dalam contoh ini, elastisitasnya sama dengan 2. Angka ini menunjukkan bahwa
perubahan kuantitas yang diminta dua kali lebih besar daripada perubahan
harganya.
Dalam contoh di atas, persentase perubahan harga harganya adalah +10
persen (mencerminkan peningkatan), sedangkan persentase kuantitas yang
diminta -20 persen (mencerminkan penurunan). Oleh karena itu, angka elastisitas
kadang-kadang dinyatakan sebagai bilangan negatif. Namun, kita mengikuti
praktek umum yang berlaku dalam penyebutan besaran elastisitas, yakni tanda
negatifnya dihilangkan begitu saja sehingga yang ditampilkan adalah bilangan
positif (dalam matematika, angka ini seperti disebut sebagai angka/nilai absolut).
Dengan konvensi ini, semakin besar elastisitas harganya, kuantitas yang diminta
semakin responsive terhadap perubahan harganya.
62
Kalau anda mencoba menghitung elastisitas harga dari permintaan antara
dua titik pada kurva permintaan, anda akan langsung dihadapkan pada persoalan
yang menjengkelkan: elastisitas dari titik A ke titik B tampak berbeda dari
elastisitas dari titik B ke titik A. sebagai contoh, silahkan simak angka-angka
berikut:
Titik A: Harga: $4 Kuantitas: 120
Titik B: Harga: $6 Kuantitas: 80
Jika terjadi perubahan dari titik A ke titik B, itu berarti harganya meningkat 50
persen, sedangkan kuantitas yang diminta turun 33 persen. Itu berarti, elastisitas
harga dari permintaan sebesar 33/50 = 0,66. Tetapi, seandainya kita bertolak dari
titik B ke titik A, maka harga turun 33 persen, sedangkan kuantitas yang diminta
naik 50 persen, sehingga elastisitas harga dari permintaannya terhitung 50/33 =
1,5.
Untuk menghindari persoalan yang membingungkan itu, kita dapat
menerapkan metode nilai tengah (midpoint method) dalam penghitungan
elastisitas. Metode nilai tengah dapat dinyatakan dengan rumus elastisitas harga
dari permintaan antara dua titik berikut ini, dengan notasi (Q1, P1) dan (Q2, P2):
63
2) Variasi Kurva Permintaan
a. Permintaan inelastis sempurna: elastisitas sama dengan 0
Gambar 6.1 Kurva Permintaan Inelastis Sempurna
Harga
Permintaan
$5
4
1. Suatu
kenaikan
harga
0 100 Kuantitas
Harga
$5
4
1. kenaikan Permintaan
harga sebesar
22 persen
0 90 100 Kuantitas
2. . . . Mengakibatkan perubahan kuantitas yang diminta sebesar 11 persen.
64
c. Permintaan elastis uniter: elastisitas sama dengan 1
Gambar 6.3 Kurva Permintaan elastis uniter
Harga
$5
4
1. kenaikan Permintaan
harga sebesar
22 persen
0 80 100 Kuantitas
2. . . . Mengakibatkan penurunan kuantitas yang diminta sebesar 22 persen.
Harga
$5
4 Permintaan
1. Kenaikan
harga sebesar
22 persen.
0 50 100 Kuantitas
65
Gambar 6.5 Kurva Permintaan Elastis Sempurna
Harga
$4 Permintaan
0 Kuantitas
3. Jika harga kurang dari $4,
kuantitas yang diminta tidak terbatas
Dimana :
Qx : Kuantitas barang X
Py : Harga barang lain
∆Py : perubahan harga barang lain.
66
Barang yang tidak saling berhubungan (netral)
3. Elastisitas Pendapatan
Elastisitas pendapatan yaitu Kecenderungan perubahan permintaan yang
disebabkan oleh perubahan pendapatan masyarakat. Dapat disimpulkan pula
elastisitas pendapatan merupakan derajat kepekaan permintaan barang X terhadap
perubahan pendapatan atau anggaran belanja konsumen.
Secara matematis elastisitas titik pendapatan sebagai berikut.
Qdx / Qx Qdx I
eI atau
I / I I Qx
Dimana :
Qx : Kuantitas barang X
I : Income atau Pendapatan konsumen
∆I : Perubahan pendapatan konsumen
67
Tujuan pembelajaran 1.3:
Menganalisis manfaat dari menaksir elastisitas permintaan
68
beban pajak (sebab tidak semua atau sebagian besar beban pajak yang
dikenakan oleh pemerintah akan dibebankan kepada konsumen).
3. Kebijakan/Strategi Penetapan Harga atas Barang
Produsen dalam rangka meningkatkan hasil penjualan akan berusaha
menempuh dengan cara semaksimal mungkin agar keuntungan tercapai. Salah
satu strategi yang digunakan adalah kebijakan harga.
Secara teori, apabila suatu produk bersifat elastis, maka kebijakan
menaikkan harga merupakan langkah yang kurang tepat karena akan
menurunkan penerimaan. Sebaliknya bila bersifat inelastis, maka menaikkan
harga pada tingkat yang moderat/wajar akan meningkatkan penerimaan.
Adapun ringkasan hubungan elastisitas permintaan terhadap strategi
penetapan harga produk adalah sebagai berikut:
a. Apabila permintaan bersifat elastis, maka menurunkan harga jual akan
cenderung menaikkan tingkat pendapatan (dalam batas penurunan harga
masih menguntungkan) .
b. Apabila permintaan bersifat inelastis, maka maka menaikkan harga jual
akan cenderung menaikkan tingkat pendapatan (dalam batas kenaikan
harga tidak menyebabkan permintaan = 0) .
c. Apabila permintaan bersifat elastis uniter menaikkan atau menurunkan
harga adalah tindakan yang mubazir, karena penerimaan relatif tidak
berubah.
69
C. LATIHAN/TUGAS
Kerjakan soal di bawah ini dengan benar:
6. Jelaskan faktor penentu elastisitas harga dari permintaan!
7. Kuantitas steak yang diminta konsumen naik dari 5 pon (Q1) menjadi 10 pon
(Q2) ketika harga turun dari $3 menjadi $2. Dengan menggunakan metode nilai
tengah, hitunglah elastisitas harga dari permintaan steak tersebut!
8. Diketahui permintaan pasar es krim yang dari titik A sampai E ditunjukkan
dalam tabel seperti di bawah ini:
Titik Px ($) Qx
A 60 0
B 50 100
C 40 150 Keterangan : Harga (P) + tiga
D 30 200
E 20 250 angka terakhir NIM anda
a. Tentukan elastisitas dari titik A-B, B-C, C-D, dan D-E!
b. Lengkapi jawaban saudara dengan grafik!
9. Apabila harga tiket bus Rp 40.000, maka harga tiket KA dengan jurusan yang
sama berada dibawah harga tiket bus. Dan permintaan rata-rata tiket KA
tersebut sebanyak 2000. Jika harga tiket bus naik menjadi Rp 45.000,
sementara harga tiket KA tetap, maka permintaan tiket KA tersebut akan
mengalami kenaikan menjadi 2300. Berapakah besarnya koefisien elastisitas
silangnya?
10. Dari manfaat menaksir elastisitas permintaan, apakah sudah optimal (studi
kasus di Indonesia)
D. DAFTAR PUSTAKA
Akhmad. 2014. Ekonomi Mikro Teori dan Aplikasi di Dunia Usaha. Yogyakarta:
CV Andi Offset.
Fatoni Siti Nur. 2014. Pengantar Ilmu Ekonomi. Bandung: Pustaka Setia.Hasan
Joesron, Tati Suharti dan M. Fathorrazi. 2012. Teori Ekonomi Mikro. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Mankiw N, Gregory. 2003. Pengantar Ekonomi Edisi Kedua Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Nicholson, Walter. 2004. Mikro Ekonomi Intermediate dan aplikasinya Edisi
Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
70
Putong, Iskandar. 2013. Economics: Pengantar Mikro dan Makro: Edisi 5.
Jakarta: Mitra Wacana Media.
Sadjono, Sigit. 2010. Pengantar Teori Ekonomi Mikro. Surabaya: Tiga N.
Sukirno Sadono. 2013. Mikroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
71
PERTEMUAN 7:
ELASTISITAS PENAWARAN
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu:
1.7 Memahami konsep elastisitas penawaran.
1.8 Menghitung elastisitas penawaran.
1.9 Menganalisis manfaat elastisitas penawaran.
B. URAIAN MATERI
72
dan harga, mungkin kita sering mendengar adanya istilah penawaran dan
permintaan. Istilah penawaran dan permintaan biasanya sering kita temui dalam
kegiatan ekonomi yang bersifat jual beli atau perdagangan. Dalam
perdagangan, kita juga mengenal yang namanya harga. Harga dalam kegiatan
ekonomi jual beli atau perdagangan memiliki pengaruh yang cukup besar
terhadap perubahan permintaan dan penawaran. Pengaruh perubahan harga
terhadap permintaan dan penawaran dalam kegiatan ekonomi jual beli atau
perdagangan inilah yang dikenal dengan elastisitas. Jadi, konsep ekonomi
elastisitas ialah konsep dimana pengaruh perubahan harga cukup memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap perubahan jumlah atau kuantitas dari
permintaan dan penawaran suatu produk atau barang-barang.
Elastisitas harga dari penawaran (price elastisity of supply) mengukur
seberapa banyak kuantitas yang ditawarkan atas suatu barang mengikuti
perubahan harga barang tersebut. Dalam ilmu ekonomi, elastisitas
penawaran didefinisikan sebagai ukuran kepekaan jumlah penawaran suatu
barang dengan harga barang itu sendiri. Elastisitas penawaran mengukur
persentase perubahan jumlah penawaran yang terjadi akibat persentase
perubahan harga. Sebagai contoh, jika harga sebuah barang naik 10%, jumlah
penawarannya naik 20%, maka koefesien elastisitas permintaannya adalah
20%/10% = 2.
73
apabila kuantitas yang ditawarkan itu sedikit saja berubah ketika harganya
berubah. Secara prinsip pengukuran ratio perubahan yang terjadi dalam
elastisitas penawaran akan sama dengan metode pengukuran dalam elastisitas
permintaan.
74
a) Biaya produksi untuk menaikkan jumlah penawaran besar. Misalnya
jika produksi saat ini telah mencapai skala ekonomis dan biaya rata-
rata minimal, maka penambahan satu unit produksi akan menambah
biaya rata-rata dan mengakibatkan produksi berada dalam skala tidak
ekonomis.
b) Atau kapasitas produksi telah terpakai penuh, sehingga penambahan
kapasitas akan memerlukan pabrik/mesin baru, misalnya, yang
membutuhkan investasi besar.Sementara penawaran akan cenderung
elastis jika yang terjadi adalah sebaliknya.
2. Stok persediaan
Semakin besar persediaan, semakin elastis persediaan. Ini karena
produsen dapat segeramemenuhi kenaikan permintaan dengan persediaan
yang ada.
3. Kemudahan substitusi faktor produksi/input
Semakin tinggi mobilitas mesin (atau kapital lainnya) dan tenaga
kerja, semakin elastis penawaran. Semakin elastis mobilitas kapital dan
tenaga kerja, semakin mudah produsenmemenuhi perubahan permintaan
yang terjadi. Ini karena kapital dan tenaga kerja lebih fleksibel,sehingga
dapat ditambah atau dikurangi sewaktu-waktu dibutuhkan.
75
Tujuan pembelajaran 1.2:
Menghitung elastisitas penawaran.
76
Variasi kurva penawaran
a. Penawaran inelastis sempurna: elastisitas sama dengan 0
Gambar 7-1 Kurva Penawaran Inelastis Sempurna
Harga
Penawaran
$5
4
1. Suatu
kenaikan
harga
0 100 Kuantitas
Harga
Penawaran
$5
4
1. Kenaikan
harga sebesar
22 persen . . .
77
c. Penawaran elastis uniter: elastisitas sama dengan 1
Gambar 7-3 Kurva Penawaran Elastis Uniter
Harga
Penawaran
$5
4
1. Kenaikan
harga sebesar
22 persen
Harga
Penawaran
$5
4
1. Kenaikan
harga sebesar
22 persen . . .
78
e. Penawaran elastis sempurna: elastisitas tidak terbatas
Gambar 7-5 Kurva Penawaran Elastis Sempurna
Harga
$4 Penawaran
0 Kuantitas
3. Jika harga kurang dari $4,
kuantitas yang ditawarkan nol.
Namun, dalam dunia nyata, elastisitas yang terjadi hanya ada dua macam
yaitu inelastis sempurna dan inelastis. Hal tersebut dikarenakan supply atau
penawaran terkait erat dengan fungsi produksi. Salah satu unsur utama dalam
fungsi produksi yang akhirnya mempengaruhi kurva penawaran adalah biaya
produksi. Apabila biaya produksi untuk barang rendah, maka akan
menguntungkan bagi produsen untuk menawarkan dalam jumlah yang banyak.
Apabila biaya produksi tinggi, perusahaan akan memproduksi sedikit. Biaya
produksi sendiri sangat ditentukan oleh harga input, seperti tenaga kerja, energi
atau mesin yang jelas mempunyai pengaruh sangat kuat terhadap biaya untuk
memproduksi suatu tingkat produksi tertentu. Sehingga dalam jenis
elastisitas supply, hanya ada 2 jenis yang mungkin terjadi dalam dunia nyata.
Sebab, seberapa pun besar tingkat perubahan harga tidak akan banyak
mempengaruhi jumlah barang ditawarkan dikarenakan sebuah proses
penambahan produk memerlukan penambahan biaya produksi yang juga besar
dan biaya produksi tersebut tidak dapat dipenuhi dengan mudah sehingga tidak
akan mempengaruhi prosentase perubahan jumlah produk seperti digambarkan
pada kurva inelastis sempurna, kalaupun dapat dipenuhi prosentase perubahan
jumlah produk yang ditawarkan tidak akan terlalu besar dan relatif lebih rendah
dari presentase perubahan harga, seperti yang tergambar dalam kurva inelastis.
79
Tujuan pembelajaran 1.3:
Menganalisis manfaat elastisitas penawaran
80
C. LATIHAN/TUGAS
Kerjakan soal di bawah ini dengan benar:
1. Dalam jangka panjang, jumlah barang yang ditawarkan dianggap sama dengan
jumlah barang yang diproduksi. Jelaskan mengapa demikian!
2. Jelaskan faktor penentu elastisitas penawaran dari sisi jangka waktu analisis
dilengkapi dengan contoh kasus!
4. DAFTAR PUSTAKA
Akhmad. 2014. Ekonomi Mikro Teori dan Aplikasi di Dunia Usaha. Yogyakarta:
CV Andi Offset.
Gaspersz, Vincent. 1999. Ekonomi Manajerial : Pembuatan Keputusan Bisnis
Edisi Revisi dan Perluasan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Gilarso, T. 2003. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro Edisi Revisi. Yogyakarta :
Kanisius.
Mankiw, Gregory. 2002. Principles of Economics: Pengantar Ekonomi
Mikro. Jakarta : Penerbit Salemba Empat
81
Mankiw N, Gregory. 2003. Pengantar Ekonomi Edisi Kedua Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Nicholson, Walter. 2004. Mikro Ekonomi Intermediate dan aplikasinya Edisi
Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Sukirno, Sadono. 2010. Pengantar Teori Ekonomi Mikro. Jakarta : Lembaga
Penerbit FE UI.
Sukirno Sadono. 2013. Mikroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
82
PERTEMUAN 8:
TEORI PERILAKU KONSUMEN
(PENDEKATAN KARDINAL)
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu:
1.1 Mendeskripsikan konsep perilaku konsumen.
1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen.
1.3 Mendeskripsikan pendekatan kardinal
B. URAIAN MATERI
83
Perilaku konsumen adalah perilaku yang konsumen tunjukkan dalam
mencari menukar, menggunakan, menilai, mengatur barang atau jasa yang
mereka anggap untuk memuaskan kebutuhan mereka. Definisi lainnya adalah
bagaimana konsumen mau mengeluarkan sumber dayanya yang terbatas,
seperti: uang, waktu, tenaga untuk mendapatkan barang atau jasa yang
diinginkan demi kepuasan mereka.
Perilaku konsumen berlaku pada beberapa tahap, yaitu pada tahap
awal sebelum pembelian, saat pembelian dan setelah pembelian. Sebelum
melakukan pembelian para konsumen menggali informasi tentang produk yang
mereka inginkan.sedangkan pada tahap pembelian, konsumen akan melakukan
transaksi dengan produsen, membayar produknya. Dan pada tahap setelah
pembelian, konsumen menggunakan dan menikmati produk yang dibelinya,
melakukan evaluasi serta melepas atau membuang produknya ketika mereka
sudah bosan.
Dilihat dari pengkonsumsian suatu produk perilaku konsumen
dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Perilaku konsumen rasional
Suatu kegiatan konsumsi bisa dikatakan rasional jika beberapa hal di
bawah ini diperhatikan:
a. Produk tersebut bisa memberikan kepuasan dan nilai guna yang
optimal.
b. Produk tersebut memang benar-benar dibutuhkan oleh konsumen.
c. Kualitas atau mutu produk tersebut terjamin atau baik.
d. Harga suatu produk sesuai dan setara dengan kemampuan yang
dimiliki oleh konsumen.
2. Perilaku konsumen irasional
Perilaku irasional adalah kebalikan dari perilaku rasional. Suatu perilaku
yang dilakukan oleh konsumen bisa dikatakan irasional apabila konsumen
melakukan pembelian produk tanpa memperkirakan kegunaan dari produk
tersebut, contoh perilaku irasional antara lain:
a. Tertarik dan terpukau pada promosi dan iklan dari suatu produk baik
melalui media cetak, elektronik atupun sosial.
84
b. Merk yang dimiliki hanya merk terkenal.
c. Mengutamakan gengsi atau prestise
Pertanyaan yang muncul bagaimana mengukur kepuasan
individu/konsumen. Para ekonom merumuskan model preferensi individu
dengan menggunakan konsep kepuasan (utility), yang menunjukkan kepuasan
yang diterima oleh seorang akibat kepuasan dalam aktivitas ekonomi yang
dibuatnya.
Untuk mengukur kepuasan individu dapat digunakan dua pendekatan,
yakni: (1) pendekatan marginal utility (kardinal) dan (2) pendekatan
indifference curve (ordinal). Pada pembahasan ini kita fokuskan pada
pendekatan pendekatan marginal utility (kardinal).
85
Walaupun seluruh faktor itu dapat berdampak besar pada
pilihan konsumen, dampk faktor-faktor itu terhadap pembelian aktual
beberapa produk menjadi sangat lemah atau dapat diabaikan. Beberapa
konsumen, misalnya, memperlihatkan loyalitas terhadap merek (Brand
Loyalty) tertentu, yang berarti mereka secara rutin membeli produk-produk
karena mereka puas atas kinerja merek produk itu.
86
a. Hukum Gossen I: menyatakan bahwasannya kepuasan konsumen akan
menurun ketika kebutuhan mereka dipenuhi terus-menerus.
b. Hukum Gossen II: menyatakan bahwasannya seorang konsumen akan
terus menerus memnuhi kebutuhannya sampai mencapai intensitas yang
sama. Maksud dari intensitas yang sama adalah rasio antara marginal
utility dan harga dari produk yang satu dengan rasio marginal utility dan
harga produk yang lainnya.
87
a. Daya guna yang dipandang hanya dari segi subjektif membuat tidak
adanya alat ukur yang tepat dan sesuai dengannya.
b. Memiliki konsep constan marginal utility of money, yang membuat
anggapan nilai uang akan menurun ketika jumlah uang semakin banyak.
c. Konsep diminishing marginal utility merupakan permasalah yang sangat
sukar dari segi psikologis dan sulit diterima sebagai aksioma.
0 0 …
1 12 12
2 18 6
3 22 4
4 24 2
5 24 0
6 22 -2
Tabel 8-1 menunjukkan bahwa kepuasan total individu terus bertambah sampai
apel ke-4. Pada sisi lain, Marginal Utility (MU) bertambah dalam posisi menurun hingga
88
unit ke-5, Marginal Utility (MU) adalah nol. Dengan demikian TotalUtility (TU) sudah
maksimal. Pada posisi tersebut, individu sudah jenuh sehingga disebut sebagai titik jenuh.
Demikian halnya yang ditunjukkan oleh tabel 8.2 dan gambar 8.1 berikut.
Tabel 8-2 Total Utility and Marginal Utility of Trips to the Club Per Week
Trips to Club Total Utility Marginal Utility
1 12 12
2 22 10
3 28 6
4 32 4
5 34 2
6 34 0
Tabel 8-2 menunjukkan bahwa kepuasan total terus bertambah sampai trip ke-5.
Pada sisi lain, Marginal Utility (MU) bertambah dalam posisi menurun hingga trip ke-6,
Marginal Utility (MU) adalah nol. Dengan demikian TotalUtility (TU) sudah maksimal.
Pada posisi tersebut, individu sudah jenuh sehingga disebut sebagai titik jenuh. Tabel 8-2
dapat dijabarkan lebih lanjut dalam gambar 8-1.
89
Gambar 8-1 Total Utility and Marginal Utility of Trips to the Club Per Week
Perhatikan bahwa dengan pendekatan Marginal Utility ini, kurva Marginal Utility
(yang diukur dengan uang) tidak lain adalah Kurva Permintaan Konsumen, karena
90
menunjukkan tingkat pembeliannya (atau jumlah yang ia minta) pada berbagai tingkat
harga.
Pertanyaan yang muncu bahwa apakah kepuasan dapat dihitung secara pasti,
jewabannya tentu tidak. Oleh karena itu, metode cardinal dewasa ini sudah tidak umum
lagi digunakan dalam mengukur kepuasan konsumen dalam ilmu ekonomi modern
dewasa ini.
ASUMSI UTILITY
Dalam menentukan preferensi individu digunakan beberapa asumsi, antara lain:
Asumsi perbandingan. Dalam hal ini, setiap dua keranjang (bundle) yang
berbeda, masing-masing berisi barang A dan B, dan kedua barang tersebut dibandingkan
semacam preferensi dari individu. Setiap perbandingan semacam itu pasti mengarah pada
salah satu alternative, yaitu (1) keranjang A lebih disukai dari keranjang B atau (2)
keranjang B lebih disukai daripada atau (3) A dan B sama saja. Asumsi inii merupakan
gambar ideal dari keadaan yangs ebenarnya, dimana kita menganggap bahwa individu
tidak pernah mengatakan bahwa, “Saya sesungguhnya tidak dapat membandingkan antara
A dan B.” ia juga dianggap tidak pernah mengatakan bahwa dua per tiga waktu saya
menyukai A dan sepertiga waktu menyukai B.
Asumsi transivitas. Misalkan ada tiga keranjang barang, yaitu A, B, dan C.
apabila barang A lebih disukai daripada barang B dan B lebih disukai daripada barang C.
maka tentulah barang A lebih disukai dari barang C. demikian halnya barang A tidak
berbeda dengan barang B, barang B tidak berbeda dengan barang C, maka pastilah barang
A tidak berbeda dengan barang C.
Lebih banyak lebih baik (more is better). Dalam hal ini seseorang lebih
menyukai barang yang lebih banyak daripada sedikit. Pada dasarnya untuk barang
normal, lebih banyak barang berarti lebih bermanfaat, meskipun tambahan manfaat
semakin kecil. Asumsi ini mengabaikan barang jelek seperti polusi udara, sampah, dan
lainnya yang tentunya tidak diinginkan oleh konsumen.
91
C. LATIHAN/TUGAS
Kerjakan soal di bawah ini dengan benar:
1. Bagaimanakah pendekatan kardinal menjelaskan perilaku konsumen?
2. Bagaimanakah konsumen dalam pendekatan kardinal mencapai tingkat
kepuasan yang maksimum?
3. Jelaskan perbedaan antara nilai guna total dan marginal dalam sebuah
contoh ilustrasi yang pernah anda alami dalam kehidupan sehari-hari!
4. Lengkapi jawaban no 3 dengan kurva nilai guna total dan marginal!
5. Jelaskan kelebihan pendekatan kardinal dilengkapi dengan contoh!
D. DAFTAR PUSTAKA
Akhmad. 2014. Ekonomi Mikro Teori dan Aplikasi di Dunia Usaha. Yogyakarta:
CV Andi Offset.
Eko Suprayitno. 2008. Ekonomi Mikro Perspektif Islam. Malang: UIN-
MALANG PRESS.
Lukman. 2007. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Jakarta: UIN Jakarta Press.
Gilarso, T. 2003. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro Edisi Revisi. Yogyakarta :
Kanisius.
Mankiw, Gregory. 2002. Principles of Economics: Pengantar Ekonomi
Mikro. Jakarta : Penerbit Salemba Empat
Mankiw N, Gregory. 2003. Pengantar Ekonomi Edisi Kedua Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Sukirno Sadono. 2013. Mikroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
92
PERTEMUAN 9:
TEORI PERILAKU KONSUMEN
(PENDEKATAN ORDINAL)
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu:
1.1 Memahami dan mengaplikasikan pendekatan indifference curve
(ordinal).
1.2 Memahami dan mengaplikasikan keterbatasan anggaran.
1.3 Memahami dan mengaplikasikan keseimbangan konsumen.
B. URAIAN MATERI
93
Pendekatan indifference curve (ordinal) yaitu besarnya nilai guna bagi
seorang konsumen tidak perlu diketahui. Jadi pendekatan nilai guna adalah
tingkat kepuasan seseorang dapat mengkonsumsi barang atau jasa tidak dapat
diukur dengan uang atau angka tetapi dapat dikatakan lebih tinggi atau lebih
rendah (ke1, ke2, ke3, dan seterusnya).
Asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut.
a. Konsumen akan selalu memilih kombinasi barang yang akan dikonsumsi
yang akan mendatangkan kepuasan maksimum.
b. Konsumen dianggap mempunyai informasi yang sempurna atas uang yang
tersedia baginya serta informasi tentang harga pasar.
c. Konsumen perlu mempunyai preferensi yang disusun atas besarnya nilai
guna, walaupun besarnya nilai guna itu secara absolute tidak perlu
diketahui.
94
KURVA INDEFFERENT (INDEFFERENT CURVE)
Kurva indiferen digagas pertama kali oleh ekonom kelahiran Irlandia,
Francis Edgeworth (1845-1926) dan ekonom kelahiran Italia, Vilfredo Pareto
(1848-1923). Mereka berdua menyatakan bahwa pendekatan ordinal
seharusnya membentuk basis analisis ekonomi ketimbang pendekatan kardinal.
Edgeworth dan juga Pareto mengembangkan perangkat analisis yang sekarang
disebut kurva indeferen (indifference curve).
Kurva indefferent merupakan kurva yang menunjukkan kombinasi
konsumsi dua macam barang dari seorang konsumen yang memberikan tingkat
kepuasan yang sama. Dengan kata lain kurva indiferen adalah kurva yang
menggambarkan kombinasi beberapa barang yang sama-sama disukai oleh
konsumen, yaitu tidak ada pilihan untuk satu kombinasi dengan barang lain
karena semuanya memiliki tingkat utilitas yang sama (atau jumlah utilitas yang
sama) untuk konsumen. Dalam teori ini terdapat asumsi yang menyatakan
bahwa konsumen dapat memilih kombinasi konsumsi tanpa harus mengatakan
bagaimana ia memilihnya.
A
Y1
Y2 B
D C
Y3 IC
0 X1 X2 X3
Gambar 9-1 Kurva Indifferen
95
Gambar 9-1 menunjukkan kurva indifferen yang digambarkan oleh IC
meliputi berbagai kombinasi barang X dan Y yang memberikan kepuasan sama
bagi konsumen. Misalkan, barang X adalah makanan dan barang Y pakaian.
Kurva tersebut menunjukkan bahwa seseorang akan memperoleh kepuasan
sama dengan mengkonsumsi X1 makanan dan Y1 pakaian (titik A) dengan X2
makanan dan Y2 pakaian (titik B), dan X3 makanan dan Y3 pakaian (titik C).
titik pada IC semua memberikan kepuasan yang sama bagi seseorang, dan tidak
memiliki alasan khusus untuk memilih di IC daripada titik lainnya.
Sebaliknya kombinasi makanan dan pakaian yang terletak di bawah
atau di sebelah kiri IC pada sisi lain, kurang disukai oleh seseorang kerena
menawarkan kepuasan yang lebih rendah, titik D menawarkan jumlah kedua
barang tersebut lebih rendah. Jadi D juga lebih tidak disukai disbanding titik A,
B dan C yang ada di kurva garis Indefferent Curve (IC).
Beberapa ciri dari Kurva indefferent (Indefferent Curve) adalah sebagai
berikut.
a. Kurva indeferent mempunyai kemiringan negatif (dari kiri atas ke kanan
bawah). Hal ini menunjukkan apabila dia ingin mengkonsumsi barang X lebih
banyak maka harus mengorbankan konsumsi terhadap barang Y.
b. Kurva indeferent yang lebih tinggi kedudukannya menunjukkan tingkat
kepuasan yang semakin tinggi. Ketika kurva bergeser ke kanan akan
menunjukkan kombinasi barang X dan Y yang bisa dikonsumsi oleh seseorang
semakin banyak. Hal inilah yang menyebabkan semakin bertambahnya
kepuasan dengan pergeseran kurva ke kanan.
c. Kurva indeferent tidak pernah berpotongan dengan kurva indefferent lainnya.
Ini berakitan dengan asumsi bahwa masing-masing kurva indiferent
menunjukkan tingkat kepuasan yang sama. Dengan pengertian apabila A = B
dan A = C maka otomatis C = B padahal yang terjadi tidak demikian.
d. Kurva indefferent cembung ke titik asal ( titik 0 ). Derajat penggantian antar
barang konsumsi semakin menurun. Hal ini masih berkaitan dengan hukum
Gossen, di mana apabila pada titik tertentu semakin banyak mengkonsumsi
barang X akan mengakibatkan kehilangan atas barang X tidak begitu berarti
dan sebaliknya atas barang Y.
96
Tujuan pembelajaran 1.2:
Memahami dan mengaplikasikan keterbatasan anggaran.
KETERBATASAN ANGGARAN
A 600 0 6.000.000
D 0 300 6.000.000
97
Y
D
300
C
200
A
X
0 100 200 300 400 500 600
98
Tujuan pembelajaran 1.3:
Memahami dan mengaplikasikan keseimbangan konsumen.
KESEIMBANGAN KONSUMEN
Untuk mengetahui bagaimana konsumen mengalokasikan
pendapatannya di antara dua produk, perlu digabungkan pengertian tentang apa
yang ingin diperbuat dan apa yang dapat diperbuat oleh konsumen. Ini
dilakukan dengan menggabungkan peta indiferen dan kurva garis anggaran
konsumen. Penggabungan peta indiferen dan kurva garis anggaran konsumen
tampak pada kurva 9-3 berikut.
99
hitungan karena diasumsikan bahwa anda akan membelanjakan seluruh
pendapatan sebesar Rp 500.000,00. Jadi posisi manakah yang akan anda pilih?
Oleh karena anda ingin memaksimumkan utilitas, anda ingin mencapai
kurva indiferen tertinggi yang dapat dicapai. Dengan mengamati kurva 9-3, anda
akan mencapai utilitas maksimum pada saat garis anggaran menyinggung kurva
indiferen tertinggi yang dapat dicapai. Keadaan ini disebut dengan
keseimbangan konsumen. Dari kurva 9-3, kombinasi barang yang paling disukai
dan dapat dicapai dengan anggaran yang ada terletak pada titik E. Pada titik E
tersebut, Anda akan mencapai utilitas maksimum dengan anggaran terbatas.
Artinya, anda dalam mencapai utilitas maksimum dibatasi oleh tingkat
pendapatan anda. Keterbatasan di sini merupakan satu kenyataan bahwa
seseorang tidak akan dapat mengkonsumsi barang yang nilainya melebihi
pendapatannya.
C. LATIHAN/TUGAS
Kerjakan soal di bawah ini dengan benar:
2. Bagaimana seorang konsumen memaksimalkan kepuasannya, gambarkan
dengan kurva indiferen dan kurva anggaran dalam satu grafik untuk
menjawab pertanyaan ini!
3. Jelaskan kenapa dua kurva indiferen tidak boleh saling berpotongan.
Asumsi apa yang dilanggar apabila kedua kurva tersebut berpotongan?
4. Misalkan Diva mempunyai uang Rp 400.000, yang mau digunakan untuk
membeli manga dan anggur. Harga manga Rp 20.000 per kg sementara
anggur Rp 40.000 per kg.
a. Jika Diva hanya membeli manga, berapa banyak manga yang dapat
dibeli?
b. Apabila Diva hanya membeli Anggur berapa banyak anggur yang
dapat dibeli?
c. Apabila Diva mengurangi konsumsi 1 kg anggur, berapa banyak
tambahan manga yang dapat dibeli?
d. Gambarkan kurva kendala anggaran Diva tersebut dengan
menunjukkan titik-titik pada pertanyaan di atas!
100
5. Kapan tercapainya keseimbangan ekonomi menurut pendekatan ordinal?
6. Analisis studi kasus di bawah ini!
PERILAKU KONSUMEN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI
Mengganti nomor dan hand phone (HP) sudah menjadi hal biasa.
Alasannya bisa bermacam-macam. Untuk HP, pergantian dilakukan karena
alasan hilang atau sekadar ingin mengganti model baru agar bisa dikatakan
canggih. Sedangkan pergantian nomor, bisa karena ingin sekadar
menelpon lebih hemat. Mengingat, di beberapa outlet penjualan harga
nomor perdana lebih murah di bandingkan harga isi ulang untuk nilai
pulsa yang sama.
101
Untuk pulsa isi ulang, sebesar 97,6 persen responden melakuan
pengisian di Outlet. Hal ini sangat wajar, karena kemudahan akses.
Dimana lokasi outlet sangat mudah ditemui dimana-mana. Tentunya, akan
banyak sekali perilaku konsumen di industri ini yang menarik untuk
diketahui. Lebih detail, kita dapat menemukannya dalam ICP 2008 yang
memang memuat perilaku konsumen dalam industri ini. Dengan begitu,
maka kita akan memiliki modal besar untuk menjadi pemenang di industri
telekomunikasi yang memiliki nilai pasar sangat menggiurkan
Sumber : KOMPAS, SELASA, 20 OKTOBER 2009
D. DAFTAR PUSTAKA
Akhmad. 2014. Ekonomi Mikro Teori dan Aplikasi di Dunia Usaha. Yogyakarta:
CV Andi Offset.
Gilarso, T. 2003. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro Edisi Revisi. Yogyakarta :
Kanisius.
Sudarman, Ari. 2000. Teori Ekonomi Mikro Buku 1. Yogyakarta: BPFE.
Sukirno Sadono. 2013. Mikroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Widjajanta, B. dan A. Widyaningsih. 2009. Mengasah Kemampuan Ekonomi 1:
Untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/Mandrasah Aliyah Program Ilmu
Pengetahuan Sosial. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional.
102
PERTEMUAN 10:
PERILAKU PRODUSEN
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu:
B. URAIAN MATERI
KONSEP PRODUKSI
Sekarang tiba waktunya untuk mengalihkan perhatian kepada persoalan
penawaran, yaitu melihat dan mempelajari sikap para produsen dalam
menawarkan barang yang diproduksinya. Untuk melihat seluk-beluk kegiatan
perusahaan dalam memproduksi dan menawarkan barangnya diperluas analisis
ke atas berbagai aspek kegiatan memproduksinya. Pertama-tama harus
dianalisis sampai di mana faktor-faktor produksi akan digunakan untuk
menghasilkan barang yang diproduksikan. Sesudah itu perlu pula dilihat biaya
produksi untuk menghasilkan barang-barang tersebut. Dan akhirnya perlu dianalisis
bagaimana seorang pengusaha akan membandingkan hasil penjualan produksinya dengan
biaya produksi yang dikeluarkan, untuk menentukan tingkat produksi yang akan memberikan
keuntungan yang maksimum kepadanya. Berbagai aspek dari kegiatan perusahaan ini
tidaklah dapat dibahas secara lengkap di dalam satu bagian dalam pembahasan ini.
103
Diperlukan bagian untuk menguraikannya. Pada bagian ini analisis dibatasi pada fungsi
produksi, teori produksi dengan satu faktor dan dua faktor yang berubah.
Teori produksi menyebutkan bahwa kepuasan produsen diperoleh
dengan memaksimumkan keuntungan produksi (maksimation of profit).
Proses produksi : rangkaian dari kegiatan-kegiatan produksi.
Proses distribusi : rangkaian dari kegiatan-kegiatan distribusi
Proses konsumsi : rangkaian dari kegiatan-kegiatan konsumsi
Kegiatan produksi : kegiatan menciptakan/meningkatkan kefaedahan
104
1) Teori Produksi dengan Satu Faktor Berubah
FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI
Faktor-faktor produksi (sumber-sumber daya) adalah benda-benda yang
disediakan oleh alam atau diciptakan oleh manusia yang dapat digunakan untuk
memperoduksi barang-barang dan jasa-jasa. Faktor-faktor produksi yang
tersedia dalam perekonomian akan menentukan sampai dimana suatu negara
105
dapat menghasilkan barang dan jasa. Faktor produksi yang tersedia dalam
perekonomian dibedakan dalam 4 jenis, yaitu:
1) Tanah dan Sumber Alam
Faktor produksi yang disediakan alam, meliputi : tanah, berbagai jenis
barang tambang, hasil hutan dan sumber alam lainnya yang dapat dijadikan
modal. Kekayaan alam meliputi : (1) tanah dan keadaan iklim; (2) kekayaan
hutan; (3) kekayaan di bawah tanah (bahan pertambangan); (4) kekayaan air,
sebagai sumber tenaga penggerak, untuk pengangkutan, sebagai sumber bahan
makanan (perikanan), sebagai sumber pengairan dan lain-lain.
Keadaan alam, khusus tanah dipengaruhi oleh: luas tanah, mutu tanah
dan keadaan iklim. Sumber-sumber alam merupakan dasar untuk kegiatan
disektor pertanian, kehewanan, perikanan dan di sektor pertambangan. Sektor-
sektor itu lazim disebut produksi primer (industri pabrik dipandang sebagai
produksi sekunder).
2) Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah semua yang bersedia dan sanggup bekerja.
Golongan ini meliputi yang bekerja untuk kepentingan sendiri, baik anggota-
anggota keluarga yang tidak menerima bayaran berupa uang maupun mereka
yang bekerja untuk gaji dan upah. Juga yang menganggur, tetapi yang
sebenarnya bersedia dan mampu untuk bekerja.
Berdasarkan umur tenaga kerja dibagi tiga:
a. Penduduk dibawah usia kerja : dibawah 15 tahun
b. Golongan antara 15 - 64 tahun
c. Golongan yang sebenarnya sudah melebihi umur kerja, diatas 65 tahun.
106
b. Tenaga kerja terampil, adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dari
pelatihan atau pengalaman kerja (contoh: montir mobil, tukang kayu,
perbaikan TV dan lain-lain).
c. Tenaga kerja terdidik, adalah tenaga kerja yang memiliki pendidikan
cukup tinggi dan ahli dalam bidang tertentu (contoh: dokter, akuntan,
insinyur dan lain-lain).
3) Modal
Faktor produksi berupa benda yang diciptakan manusia akan
digunakan untuk memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang mereka
butuhkan (contoh: bangunan pabrik, mesin-mesin dan peralatan pabrik, alat-
alat angkutan dan lain-lain). Setiap waktu ada persediaan barang-barang yang
ditanam di gudang-gudang atau toko-toko dan sudah siap untuk dijual. Semua
bahan-bahan mentah dan barang-barang selesai yang ada dalam persediaan
tadi disebut stock (inventory).
107
Berhubungan dengan keahlian yang khusus bersifat ekonomis teknis yang
diperlukan untuk kegiatan ekonomi dan produksi.
c. Organizational skills
Kecerdasan untuk mengatur berbagai usaha. Hal ini bertalian dengan hal-
hal didalam lingkungan sebuah perusahaan (hal-hal intern dari perusahaan)
maupun dengan kegiatan-kegiatan di dalam rangka masyarakat seperti
usaha menyusun koperasi, bank-bank dan sebagainya.
FUNGSI PRODUKSI
Fungsi produksi, yaitu suatu hubungan mathematis yang
menggambarkan suatu cara dimana jumlah dari hasil produksi tertentu
tergantung dari jumlah input tertentu yang digunakan. Suatu fungsi produksi
memberikan keterangan mengenai jumlah output yang mungkin diharapkan
apabila input-input dikombinasikan dalam suatu cara yang khusus. Macam-
macam kombinasi ini banyak macamnya. Macam hasil produksi dan
banyaknya hasil produksi yang akan diperoleh tergantung pada (merupakan
fungsi dari pada) macam dan jumlah input yang digunakan.
Fungsi produksi umumnya ditulis sebagai Y = f (X), dimana Y
menunjukkan hasil produksi; f sebelum tanda kurung menyatakan :
"tergantung" yaitu "suatu fungsi dari"; dan huruf X menunjukkan suatu input
yang digunakan. Apabila jumlah input yang digunakan lebih dari 1 maka
fungsi produksi tersebut dapat dituliskan : Y = f(X1, X2, ...., Xn); dimana X1,
X2, ..., Xn merupakan jenis input yang digunakan.
Asumsi-asumsi dari fungsi produksi tersebut adalah :
Fungsi produksi bersifat kontinyu
Fungsi produksi bernilai tunggal dari masing-masing variabel di dalamnya
Derivasi I dan II fungsi ini tetap kontinyu
Fungsi produksi harus relevan (bernilai positip) baik untuk input X
maupun output Y
108
Penggunaan tehnologi adalah maksimal pada tingkatnya.
JENIS-JENIS FUNGSI PRODUKSI
b. Constant return, hubungan yang menunjukkan jumlah hasil produksi
meningkat dengan jumlah yang sama untuk setiap kesatuan tambahan
input.
109
Tujuan pembelajaran 1.4:
Menganalisis dan mengaplikasikan teori produksi dengan satu faktor yang berubah
Gabungan A menunjukkan bahwa 1 unit tenaga kerja dan 6 unit modal dapat
menghasilkan produksi yang diinginkan tersebut. Gabungan B menunjukkan bahwa yang
110
diperlukan adalah unit tenaga kerja dan 3 unit modal. Gabungan C menunjukkan bahwa
yang diperlukan adalah tenaga kerja dan 2 unit modal. Akhirnya gabungan D menunjukkan
bahwa yang diperlukan adalah 6 unit tenaga kerja dan 1 unit modal.
Modal
6 A
B D = 4.000 unit
3
C C = 3.000 unit
2
D B = 2.000 unit
1
A = 1.000 unit
0
Tenaga Kerja
1 2 3 6
Kurva IQ dalam gambar 10.4 dibuat berdasarkan gabungan tenaga kerja dan modal
yang terdapat dalam tabel 8.1. Kurva tersebut dinamakan kurva produksi sama atau isoquant. Ia
menggambarkan gabungan tenaga kerja dan modal yang akan menghasilkan satu tingkat
produksi tertentu. Dalam contoh yang dibuat tingkat produksi terebut adalah 1000 unit. Di
samping itu didapati kurva IQ 1, IQ2, dan IQ3 yang terletak di atas kurva IQ. Ketiga kurva-
kurva lain tersebut menggambarkan tingkat produksi yang berbeda-beda, yaitu berturut-turut
sebanyak 2000 unit, 3000 unit, dan 4000 unit ( semakin jauh dari titik 0 letaknya kurva, semakin
tinggi tingkat produksi yang ditunjukkan). Masing-masing kurva yang baru tersebut
menunjukkan gabungan-gabungan tenaga kerja dan modal yang diperlukan untuk menghasilkan
tingkat produksi yang ditunjukkannya.
111
GARIS BIAYA SAMA ( ISOCOST)
Untuk menghemat biaya produksi dan memaksimumkan keuntungan, perusahaan
harus meminimumkan biaya produksi. Untuk membuat analisis mengenai peminimuman biaya
produksi perlulah dibuat garis biaya sama atau isocost. Garis ini menggambarkan gabungan
faktor-faktor produksi yang dapat diperoleh dengan menggunakan sejumlah biaya tertentu.
Untuk menentukan garis biaya sama data berikut diperlukan :
Harga faktor-faktor produksi yang digunakan.
Jumlah uang yang tersedia untuk membeli faktor-faktor produksi.
6 TC3
5 TC2
TC2
4 TC
0
4 8 10 12 14
10
Tenaga Kerja
Contoh yang dibuat diatas misalkan upah tenaga kerja adalah Rp. 10.000 dan biaya
modal per unit dan biaya modal per unit adalah Rp. 20.000; sedangkan jumlah uang yang
tersedia Rp. 80.000. Garis TC dalam Gambar 10.5 menunjukan gabungan -gabungan tenaga
kerja dan modal yang dapat diperoleh dengan menggunakan Rp. 80.000 apabila upah tenaga
kerja dan biaya modal per unit adalah seperti yang dimisalkan di atas. Uang tersebut, apabila
digunakan untuk memperoleh “modal” saja akan memperoleh 80.000/20.000 = 4 unit, dan kalau
digunakan untuk memperoleh tenaga kerja saja akan memperoleh 80.000/10.000 = 8 unit.
Seterusnya titik A pada TC menunjukkan dana sebanyak Rp. 80.000 dapat digunakan untuk
memperoleh 2 unit modal dan 4 pekerja. Dalam Gambar 8.2 ditunjukkan beberapa garis biaya
112
sama yang lain yaitu TC1, TC2, dan TC3. Garis-garis itu menunjukkan garis biaya sama apabila
jumlah uang yang tersedia adalah Rp. 100.000, Rp. 120.000, dan Rp. 140.000.
C. LATIHAN/TUGAS
Kerjakan soal di bawah ini dengan benar:
1. Peningkatan produksi bisa dilakukan secara kuantitatif maupun kualitatif.
Jelaskan alasan dilakukannya peningkatan hasil produksi!
2. Sebutkan tahap-tahap yang ada dalam hukum hasil lebih yang semakin
berkurang dalam menyatakan hubungan antara tingkat produksi, dengan
jumlah tenaga kerja yang digunakan!
3. Hukum hasil lebih yang semakin berkurang berlaku manakala perusahaan
kurang menggunakan tenaga ahli dan tenaga kerja terdidik. Benarkah
pernyataan tersebut? Jelaskan alasan anda!
4. Suatu perusahaan usaha tani mempunyai pilihan kombinasi barang modal dan
tenaga kerja seperti ditunjukkan dalam tabel berikut untuk menghasilkan 100
ton beras.
Modal (Unit) Tenaga Kerja (Unit)
1 120
2 70
3 40
4 25
5 15
f. Upah tenaga kerja Rp 1.000 x dua angka terakhir NIM dan harga modal
seunit adalah Rp 2.000 x dua angka terakhir NIM. Hitunglah biaya yang
harus dibelanjakan perusahaan untuk menggunakan kombinasi tenaga
kerja dan barang-barang modal di atas. Yang manakah kombinasi modal
dan tenaga kerja yang paling murah?
g. Gambarkan kurva isoquant dan isoqost dari jawaban anda!
5. Peredaran gula ilegal semakin menjamur di Indonesia. Tentu saja. Siapa yang
tidak tertarik bermain dengan “si manis”? Komoditas ini mendatangkan
keuntungan sangat besar. Dengan bea masuk resmi saja, importir gula dapat
meraup untung hingga Rp200 per kilogram. Belum lagi, apabila didatangkan
melalui cara ilegal, ‘pemain’ bisnis gula dapat untung hingga Rp700,- per kg.
113
Akhirnya sudah bisa ditebak. Negara ditaksir menanggung kerugian hingga
triliunan rupiah setiap bulan. Tim Sigi SCTV mencoba menelisik lika-liku
penyelundupan gula ke Indonesia, baru-baru ini. Pada saat daerah lain di
Indonesia kesulitan karena gula pasir langka di pasaran, penduduk Kalimantan
Barat justru tenang-tenang saja. Hal ini karena pasokan gula pasir sangat
melimpah dan harganya juga relatif murah. Bagaimana bisa begitu?
Kalimantan Barat ternyata dibanjiri oleh gula impor asal Malaysia dan
Thailand. Penduduk di provinsi yang berbatasan langsung dengan Malaysia,
ini nyaris tidak dapat memperoleh pasokan gula pasir dari Pulau Jawa sebagai
sentra penghasil gula nasional. Sumber. www.liputan 6.com
a. Mengapa orang tertarik untuk mendatangkan gula secara ilegal?
b. Mengapa gula gampang diselundupkan ke Indonesia?
c. Menurut kalian cara apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya penyelundupan gula?
D. DAFTAR PUSTAKA
Akhmad. 2014. Ekonomi Mikro Teori dan Aplikasi di Dunia Usaha. Yogyakarta:
CV Andi Offset.
Alam, S. 2007. EKONOMI. Jakarta: Erlangga.
Gilarso, T. 2003. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro Edisi Revisi. Yogyakarta :
Kanisius.
Mai, Candra dan Fitria Amalia. 2011. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: Esis.
Sudarman, Ari. 2000. Teori Ekonomi Mikro Buku 1. Yogyakarta: BPFE.
Sukirno, Sadono. 2011. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Sukirno Sadono. 2013. Mikroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
114
PERTEMUAN 11:
BIAYA PRODUKSI
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu:
1.1. Menganalisis teori biaya produksi.
1.2. Menghitung dan mengaplikasikan biaya produksi.
1.3. Menganalisis biaya peluang (opportunity cost).
B. URAIAN MATERI
115
yang digunakan meskipun tetap penggunaan tenaga kerja dibutuhkan untuk
melayani mesin tersebut.
Dengan kata lain, satu faktor produksi pada umumnya dapat digantikan
dengan yang lain, tetapi apakah produsen akan melakukan penggantian atau
tidak bergantung tingginya biaya tenaga kerja relatif terhadap mesin.
Kombinasi dua faktor produksi atau lebih tidak selamanya tetap, dipengaruhi
oleh teknologi juga.
Upaya untuk mencari biaya terendah untuk tingkat/jumlah produksi
terssebut tidak hanya berlaku bagi perusahaan yang mencari untung, akan
tetapi hal ini juga berlaku bagi kegiatan lain yang sifatnya tidak mencari untung
(nonprofit organization), seperti pendidikan, badan pemerintah atau bahkan
organisasi keagamaan. Dapat disimpulkan bahwa prinsip least cost
combination sangat luas sekali penggunaannya.
BIAYA PRODUKSI
Biaya produksi dapat didefinisikan sebagai semua pengeluaran yang
dilakukan oleh produsen untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan
mentah yang akan digunakan untuk menghasilkan barang yang diproduksi oleh
produsen tersebut.
Biaya produksi yang dikeluarkan oleh produsen dapat dibedakan
menjadi dua jenis, antara lain biaya eksplisit dan biaya tersembunyi (input
cost). Ongkos eksplisit merupakan pengeluaran perusahaan yang berupa
pembayaran dengan uang untuk mendapatkan faktor-faktor peoduksi dan bahan
mentah yang dibutuhkan untuk kegiatan produksi. Sedangkan biaya
tersembunyi (input cost) merupakan taksiran pengeluaran atas faktor-faktor
produksi yang dimiliki oleh perusahaan itu sendiri. Pengeluaran tersebut antara
lain pembayaran untuk keahlian keusahawanan produsen tersebut, modal
sendiri yang digunakan dalam perusahaan, dan bangunan perusahaan yang
dimilikinya. Cara menaksir biaya tersebut adalah dengan menaksir pengelaran
116
seperti itu dengan melihat pendapatan yang paling tinggi diperoleh apabila
produsen itu bekerja di perusahaan lain, modalnya dipinjamkan atau
diinvestasikan dalam kegiatan lain, dan bangunan disewakan kepada pihak lain.
Analisis biaya produksi perusahaan dibedakan dalam dua jangka,
yaitu:
a. Biaya Produksi Dalam Jangka Pendek
Jangka pendek merupakan jangka waktu di mana sebagian faktor
produksi tidak dapat ditambah jumlahnya.
b. Biaya Produksi Dalam Jangka Panjang
Jangka panjang merupakan jangka waktu di mana semua faktor
produki yang digunakan dapat mengalami perubahan. Apabila jumlah
suatu faktor produksi yang digunakan selalu berubah-ubah, maka biaya
produksi yang dikeluarkan juga berubah-ubah. Sebaliknya apabila jumlah
faktor produksi yang digunakan tetap, maka biaya produksi yang
digunakan untuk memperolehnya juga tetap nilainya. Dengan demikian
keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan produsen dapat
dibedakan menjadi biaya tetap dan biaya yang selalu berubah-ubah.
Analisis kita mengenai biaya produksi juga akan memperhatikan
tentang (i) biaya produksi rata-rata, yang meliputi: biaya produksi total
rata-rata, biaya produksi tetap rata-rata, dan biaya produksi berubah rata-
rata; dan (ii) biaya produksi marginal, yaitu tambahan biaya produksi yang
harus dikeluarkan untuk menambah satu unit produksi. Berikut lebih rinci
penjelasan mengenai biaya produksi.
1. Biaya total (Total Cost / TC). Biaya total merupakan keseluruhan
jumlah biaya produksi yang dikeluarkan(. Biaya total dapat diperoleh
dari menjumlahkan antara biaya tetap total (Total Fixed Cost / TFC)
dan biaya berubah total (Total Variabel Cost / TVC). Dengan
demikian biaya total dapat dihitung dengan menggunakan rumus
berikut.
TC = TFC + TVC
2. Biaya tetap total (Total Fixed Cost / TFC). Biaya tetap total adalah
keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi
117
yang jumlahnya tidak dapat diubah jumlahnya. Misalnya, supaya
perusahaan aman produsen menggaji tenaga keamanan, supaya
perusahaan tidak gelap gulita meskipun tidak ada kegiatan produksi
maka produsen tetap mengeluarkan biaya listrik kantor, supaya
perusahaan tetap bersih perusahaan mengeluarkan honor tenaga
kebersihan. Besarnya TFC tidak dipengaruhi oleh banyak sedikitnya
jumlah produksi. Dengan demikian, ada kegiatan produksi ataupun
tidak ada kegiatan produksi seorang produsen tetap mengeluarkan TFC.
3. Biaya berubah total (Total Variabel Cost / TVC). Biaya berubah total
merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh
faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya. Contoh biaya tetap
adalah tenaga kerja bagian produksi yang besarnya tergantung
banayaknya tenaga kerja yang digunakan, biaya bahan baku besarnya
dipengaruhi oleh benyaknya bahan baku yang digunakan untuk kegiatan
produksi, dan biaya listrik pabrik yang berkaitan dengan seberapa
banyak mesin yang digunakan. Semakin banyak produksi dan
penggunaa mesin, maka semakin banyak pula besarnya TVC.
4. Biaya tetap rata-rata (Average fixed cost / AFC). Apabila biaya tetap
total (TFC) untuk memproduksi sejumlah tertentu (Q) dibagi dengan
jumlah produksi yang dihasilkan, maka nilai yang diperoleh merupakan
biaya tetap rata-rata (Average fixed cost / AFC). Dengan demikian
rumus untuk menghitung biaya tetap rata-rata adalah sebagai berikut.
TFC
AFC
Q
5. Biaya berubah rata-rata (Average variabel cost / AVC). Apabila
biaya berubah total (TVC) untuk memproduksi sejumlah tertentu (Q)
dibagi dengan jumlah produksi yang dihasilkan, maka nilai yang
diperoleh merupakan biaya berubah rata-rata (Average variabel cost /
AVC). Dengan demikian rumus untuk menghitung biaya tetap rata-rata
adalah sebagai berikut.
TVC
AVC
Q
118
6. Biaya total rata-rata (average cost / AC). Apabila biaya (TC) untuk
memproduksi sejumlah tertentu (Q) dibagi dengan jumlah produksi
tersebut, maka nilai yang diperoleh adalah biaya total rata-rata (Average
cost / AC). Dengan demikian rumus untuk menghitung biaya total rata-
rata adalah sebagai berikut.
TC
AC atau AC = AFC + AVC
Q
7. Biaya marginal (marginal cost / MC). Kenaikan ongkos produksi
yang dikeluarkan utntuk menambah satu unit output tertentu dinamakan
biaya marginal. Dengan demikian, biaya produksi marginal dapat dicari
dengan menggunakan rumus berikut.
MCn = TCn – TCn-1
Di mana MCn adalah biaya marginal produksi ke-n, TCn adalah biaya
total pada waktu jumlah produksi adalah n, dan TCn-1 adalah ongkos
produksi total pada waktu jumlah produksi n-1. Lebih mudah dipahami,
jumlah produksi n adalah jumlah produksi saat ini. Sedangkan jumlah
produksi n-1 adalah jumlah produksi sebelumnya. Persamaan yang
sering banyak digunakan untuk menghitung biaya marginal adalah:
MCn = ΔTC/ΔQ
Di mana:
MCn : Biaya marginal produksi ke-n
ΔTC : Pertambahan jumlah produksi total
ΔQ : Pertambahan jumlah produksi
119
BENTUK KURVA BIAYA PRODUKSI JANGKA PENDEK
Gambar 11.1 Kurva Biaya Produksi Jangka Pendek
TC
TVC
TFC
120
Keuntungan adalah perbedaan di antara hasil penjualan total dengan biaya
total. Dengan demikian, keuntungan maksimum apabila perbedaan di antara
dua faktor di atas mencapai maksimum.
2. Dengan memproduksi barang pada tingkat di mana hasil penjualan marginal =
biaya marginal (MR = MC).
Misalkan seorang pengusaha sudah memproduksi 10 unit produksinya, dan
memikirkan untuk menaikkan produksi satu unit lagi. Biaya tambahan
(marginal cost / MC) yang ahrus dikeluarkan adalah Rp 900 dan hasil
penjualannya akan bertambah sebanyak Rp. 1.300. karena ia ingin
memaksimumkan keuntungan, produksi akan ditambah satu unit lagi. Langkah
ini menyebabkan keuntungannya bertambah sebanyak (Rp. 1300 - Rp 900)
yaitu Rp 400.
Sekarang dimisalkan produsen tersebut telah memproduksi 15 unit, dan
memikirkan untuk menambah produksi satu unit lagi. Biaya produksi
tambahan adalah Rp. 900. Produksi tambahan menambah hasil penjualan
sebanyak Rp. 900, apakah tindakan pengusaha? Tidak ada salahnya kalau
pengusaha itu meneruskan rencananya, tetapi untungnya tidak akan bertambah
atau berkurang, karena biaya produksi tambahan yang dibayarkannyabadalah
sama dengan tambahan hasil penjualan yang diperolehnya.
Keadaan di mana biaya produksi marginal adalah sama dengan hasil penjualan
marginal, tingkat produksi yang dicapai adalah tingkat produksi yang akan
menghasilkan keuntungan yang paling maksimum.
BIAYA PELUANG
Walaupun biaya peluang (opportunity cost) terkadang sulit untuk
dihitung, efek dari biaya peluang sangatlah universal dan nyata pada tingkat
perorangan. Bahkan, prinsip ini dapat diaplikasikan kepada semua keputusan,
dan bukan hanya bidang ekonomi. Sejak kemunculannya dalam karya seorang
121
ekonom Jerman bernama Freidrich von Wieser, sekarang biaya peluang dilihat
sebagai dasar dari teori nilai marjinal.
Biaya peluang merupakan salah satu cara untuk melakukan perhitungan
dari sesuatu biaya. Bukan saja untuk mengenali dan menambahkan biaya ke
proyek, tetapi juga mengenali cara alternatif lainnya untuk menghabiskan suatu
jumlah uang yang sama. Keuntungan yang akan hilang sebagai akibat dari
alternatif terbaik lainnya; adalah merupakan biaya peluang dari pilihan
pertama.
Sebuah contoh umum adalah seorang petani yang memilih mengolah
pertaniannya dibandingkan dengan menyewakannya ke tetangga. Maka, biaya
peluangnya adalah keuntungan yang hilang dari menyewakan lahan tersebut.
Dalam kasus ini, sang petani mungkin mengharapkan untuk mendapatkan
keuntungan yang lebih besar dari pekerjaan yang dilakukannya sendiri. Begitu
juga dengan memasuki universitas dan mengabaikan upah yang akan diterima
jika memilih menjadi pekerja, yang dibanding dengan biaya pendidikan, buku,
dan barang lain yang diperlukan (sebagai biaya total dari kehadirannya di
universitas). Contoh lainnya ialah biaya peluang dari melancong ke Bahamas,
yang mungkin merupakan uang untuk pembayaran cicilan rumah.
Perlu diingat bahwa biaya peluang bukanlah jumlah dari alternatif yang
ada, melainkan lebih kepada keuntungan dari suatu pilihan alternatif yang
terbaik. Biaya peluang yang mungkin dari keputusan sebuah kota membangun
rumah sakit di lahan kosong, merupakan kerugian dari lahan untuk gelanggang
olahraga, atau ketidakmampuan untuk menggunakan lahan menjadi sebuah
tempat parkir, atau uang yang bisa didapat dari menjual lahan tersebut, atau
kerugian dari penggunaan-pengguaan lainnya yang beragam, tapi bukan
merupakan agregat dari semuanya (ditotalkan). Biaya peluang yang
sebenarnya, merupakan keuntungan yang akan hilang dalam jumlah terbesar
diantara alternatif-alternatif yang telah disebutkan tadi.
Satu pertanyaan yang muncul dari ini ialah bagaimana menghitung
keuntungan dari alternatif yang tidak sama. Kita harus menentukan sebuah nilai
uang yang dihubungkan dengan tiap alternatif untuk memfasilitasi
pembandingan dan penghitungan biaya peluang, yang hasilnya lebih-kurang
122
akan menyulitkan untuk dihitung, tergantung dari benda yang akan kita
bandingkan. Contohnya, untuk keputusan-keputusan yang melibatkan dampak
lingkungan, nilai uangnya sangat sulit untuk dihitung karena ketidakpastian
ilmiah. Menilai kehidupan seorang manusia atau dampak ekonomi dari
tumpahnya minyak di Alaska, akan melibatkan banyak pilihan subyektif
dengan implikasi etisnya.
C. LATIHAN/TUGAS
Kerjakan soal di bawah ini dengan benar:
1. Jelaskan mengapa kenaikan biaya produksi dapat menyebabkan inflasi?
2. Apa yang harus dilakukan produsen apabila kasus soal no 1 terjadi (studi
kasus di Indonesia)?
3. Supaya terjadi keseimbangan maksimum seorang produsen harus berada
dalam posisi MR > MC. Benarkah pernyataan tersebut? Berikan alasannya!
4. Perhatikan data berikut:
0 0 3000 0 5
Dengan mengalikan FC, VC, dan P dengan tiga angka NIM terakhir masing-
masing, maka jawablah pertanyaan berikut:
a.Tentukan nilai TC, TR, MC dan MR! (lengkapi dengan kurvanya)
b.Apakah produksi tersebut mengalami laba/rugi? Jelaskan!
5. Sebuah pabrik Sandal dengan Merk " Idaman" mempunyai biaya tetap (FC) =
2.000.000; biaya untuk membuat sebuah sandal Rp 500; apabila sandal
tersebut dijual dengan harga Rp 1.000, maka:
123
Ditanya:
a. Fungsi biaya total (C), fungsi penerimaan total ( TR) dan Variable Cost.
b. Pada saat kapan pabrik sandal mencapai BEP.
c. Untung atau rugikah apabila memproduksi 9.000 unit.
D. DAFTAR PUSTAKA
Abdulrasul, Agung. 2013. Ekonomi Mikro. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Aicholas, Walter. 1995. Teori Mikro Ekonomi. Jakarta Barat: Bima Pusara
Aksara.
Akhmad. 2014. Ekonomi Mikro Teori dan Aplikasi di Dunia Usaha. Yogyakarta:
CV Andi Offset.
Gilarso, T. 2003. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro Edisi Revisi. Yogyakarta :
Kanisius.
Mai, Candra dan Fitria Amalia. 2011. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: Esis.
Rosyidi, Suherman. 2005. Pengantar Teori Ekonomi. Surabaya: PT Raja
grafindo Persada.
Salvatore, Dominick. 1994. Mikro Ekonomi. Jakarta: Erlangga.
Sudarman, Ari. 2000. Teori Ekonomi Mikro Buku 1. Yogyakarta: BPFE.
Sukirno, Sadono. 2008. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Sumarsono, Sonny. 2012. Pengantar Ekonomi Mikro. Jember: Laboratorium
Kewirausahaan Fakultas Ekonomi Universitas Jember.
Sunarwo, Hendri. 2013. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Yogyakarta: Caps.
124
PERTEMUAN 12:
PASAR PERSAINGAN SEMPURNA
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu:
B. URAIAN MATERI
125
terwujudnya kegiatan memproduksi barang atau jasa yang tinggi (optimal)
efisiensinya. Perekonomian merupakan pasar persaingan sempuma. Akan tetapi
dalam prakteknya tidaklah mudah untuk menentukan jenis industri yang
struktur organisasinya digolongkan kepada persaingan sempurna yang murni,
yaitu yang ciri-cirinya sepenuhnya bersamaan dengan dalam teori. Yang ada
adalah yang mendekati ciri-cirinya, yaitu struktur pasar dari berbagai kegiatan
disektor pertanian. Namun demikian, walaupun pasar persaingan sempurna
yang murni tidak wujud di dalam praktek.
Pasar persaingan sempurna dapat didefinisikan sebagai struktur pasar
atau industri dimana terdapat banyak penjual dan pembeli. Dan setiap penjual
ataupun pembeli tidak dapat mempengaruhi keadaan di pasar. Contoh pasar
persaingan sempurna antara lain pasar di bursa efek atau pasar modal atau
pasar uang.
126
i. Setiap perusahaan menghasilkan barang yang sama
Artinya bahwa barang yang dihasilkan berbagai perusahaan tidak
mudah untuk dibeda-bedakan. Pembeli tidak dapat membedakan yang mana
dihasilkan oleh produsen A atau B.
j. Banyak perusahaan dalam pasar
Artinya karena jumlah perusahan sangat banyak dan relatif kecil jika
dibandingkan dengan jumlah produksi dalam industri tersebut. Menyebabkan
kenaikan atau penurunan harga, sedikitpun tidak mempengaruhi harga yang
berlaku dalam pasar tersebut.
k. Pembeli mempunyai pengetahuan yang sempurna tentang keadaan di
pasar
Artinya bahwa pembeli mengetahui tingkat harga yang berlaku dan
perubahanperubahan ke atas harga tersebut. Sehingga produsen tidak dapat
menjual barangnya dengan harga yang lain lebih tinggi dan pada yang berlaku
di pasar.
127
Persaingan sempurna tidak mendorong inovasi.
Persaingan sempurna adakalanya menimbulkan biaya sosial.
Membatasi pilihan konsumen.
Biaya produksi dalam persaingan sempurna mungkin lebih tinggi.
Distribusi pendapatan tidak selalu merata.
Macam-Macam Penerimaan
a. Total Penerimaan (Total Revenue)
Total Revenue di singkat TR atau juga bisa disebut dengan total
penerimaan yaitu penerimaan dari hasil penjualan.
TR = P x Q
b. Penerimaan Rata-rata (Avarage Total Revenue)
Average Total Revenue yang disingkat AR atau yang lebih dikenal
sebagai penerimaan rata-rata yaitu adalah rata-rata penerimaan dari per satuan
produk yang dijual atau yang dihasilkan, dan yang diperoleh dengan jalan
membagi hasil total penerimaan dengan jumlah satuan barang yang dijual.
Dengan demikian rumus untuk menghitung penerimaan rata-rata adalah
sebagai berikut.
TR
ATR
Q
c. Penerimaan Marginal (Marginal Revenue)
Marginal Revenue yang disingkat MR atau juga bisa disebut dengan
penerimaan marginal adalah suatu penambahan penerimaan atas TR sebagai
akibat penambahan satu unti output.
MRn = TRn – TRn-1
128
penerimaan total pada waktu jumlah produksi n-1. Lebih mudah dipahami,
jumlah produksi n adalah jumlah produksi saat ini. Sedangkan jumlah produksi
n-1 adalah jumlah produksi sebelumnya. Persamaan yang sering banyak
digunakan untuk menghitung biaya marginal adalah:
MRn = ΔTR/ΔQ
Di mana:
MRn : Penerimaan marginal produksi ke-n
ΔTR : Pertambahan penerimaan total
ΔQ : Pertambahan jumlah produksi
KEUNTUNGAN MAKSIMUM
a. Permintaan dan Hasil Jualan
Didalam menganalisis usaha sesuatu perusahaan untuk memaksimumkan
keuntungan ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu:
Biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan
Hasil penjualan dari barang yang dihasilkan perusahaan itu.
b. Permintaan Pasar dan Perusahaan
Hasil penjualan marginal, rata-rata dan total, terbagi menjadi beberapa
bagian yaitu diantaranya adalah:
Hasil pendekatan total
Hasil pendekatan marginal
Hasil pendekatan rata-rata
Pendekatan Total
Q P TR TC LABA
MAKSIMUM
0 30 0 50 -50
10 30 300 400 -100
20 30 600 600 0
30 30 900 825 75
40 30 1200 1100 100
50 30 1500 1300 200
60 30 1800 1500 300
70 30 2100 2000 100
80 30 2400 2500 -100
129
Gambar 12.1 Kurva Mencari Keuntungan Maksimum dengan Pendekatan Total
Pendekatan Marginal
Q TR TC AC MR MC LABA
MAKSIMUM
0 0 50
30 35
10 300 400 40
30 20
20 600 650 32,5
30 22,5
30 900 875 29,2
30 15
40 1200 1025 25,6
30 20
50 1500 1225 24,5
30 30 Keuntungan
60 1800 1525 25,4 Maksimum
30 40
70 2100 1925 27,5
30 50
80 2400 2425 30,3
130
Gambar 12.2. Kurva Mencari Keuntungan Maksimum dengan Pendekatan Marginal
Contoh soal:
Dari kurva di atas, misalnya diketahui:
Harga di pasar (P) = $30.
Average Cost (AC) = $22,5
Kuantitas (Q) = 55
Maka berapa keuntungan/kerugian yang diterima oleh produsen?
Jawaban:
Dari data diketahui bahwa P > AC menunjukkan produsen mengalami
keuntungan. Syarat keseimbangan masimum MR = MC. Maka cara mengetahui
keuntungan maksimum berikut langkahnya.
a. Langkah 1 mencari besarnya total penerimaan (Total Revenue/TR)
TR = P x Q
TR = 30 x 55
TR = 1.650
b. Langkah 2 mencari besarnya (Total Cost/TC)
TC
C
Q
131
TC
22,5
55
TC = 1.237,5
c. langkah 3 menentukan laba maksimum
TR > TC = laba (Л)
laba (Л) = TR – TC
laba (Л) = 1.650 - 1.237,5
laba (Л) = 412,5
jadi segi empat yang diarsir dari kurva di atas dapat diketahui bahwa
laba/keuntungan yang diterima produsen sebesar 412,5.
132
keduanya adalah maksimum. Maka dengan cara yang pertama ini keunntungan
yan maksimum akan dicapai apabila perbedaan nilai antra hasil penjualan total
dengan biaya total adalah yang paling maksimum.
Cara yang kedua adalah dengan menggunakan bantuan kurva atau data
biaya rata-rata dan biaya marginal. Pemaksimuman keuntungan dicapai pada
tingkat produksi dimana hasil penjualan marginal (MR) sama dengan biaya
marginal (MC) atau MR=MC. Suatu perusahaan akan menambah keuntungan
apabila menambah produksi pada ketika MR>MC yaitu hasil penjualan marginal
(MR) melebihi biaya marginal (MC). Dalam keadaan ini pertambahan produksi
dan penjualan akan menambah keuntungan. Dalam keadaan sebaliknya, yaitu
apabila MR < MC, mengurangi produksi dan mpenjualan akan menambah untung.
Maka keuntungan maksimum dicapai dalam keadaan dimana MR=MC berlaku.
C. LATIHAN/TUGAS
Kerjakan soal di bawah ini dengan benar:
1. Mengapa kurva permintaan perusahaan dalam pasar persaingan sempurna
berbentuk horisontal?
2. Didalam pasar persaingan sempurna, pasar tidak berkembang karena
kurangnya inovasi. Benarkah pernyataan tersebut? Berikan alasannya!
3. Jika harga produk yang dihasilkan perusahaan di pasar persaingan sempurna
lebih kecil daripada biaya rata-rata, tetapi harga produk lebih besar daripada
biaya variabel rata-rata. Apa saran anda kepada perusahaan tersebut. Lebih
baik menutup usahanya atau tetap berproduksi? Jelaskan disertai argumentasi!
4. Dalam pasar persaingan sempurna, distribusi pendapatan tidak selalu merata.
Jelaskan mengapa demikian disertai peran pemerintah meminimalisir
permasalahan tersebut!
5. Diketahui data sebagai berikut:
Harga (P) = $50
Total Variabel Cost (TVC) = $10
Total Fixed Cost (TFC) = $15
Kuantitas (Q) = 20
133
Dengan mengalikan besarnya P, TVC, TFC dan Q di atas dengan tiga angka
NIM terakhir masing-masing maka tentukan:
a. Besarnya TR, TC dan AC
b. Besarnya keuntungan atau kerugian perusahaan
c. Kurva keuntungan atau kerugian perusahaan
D. DAFTAR PUSTAKA
Abdulrasul, Agung. 2013. Ekonomi Mikro. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Akhmad. 2014. Ekonomi Mikro Teori dan Aplikasi di Dunia Usaha. Yogyakarta:
CV Andi Offset.
Gilarso, T. 2003. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro Edisi Revisi. Yogyakarta :
Kanisius.
Mai, Candra dan Fitria Amalia. 2011. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: Esis.
Nuraini, Ida. 2001. Pengantar Ekonomi Mikro. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang.
Rosyidi, Suherman. 2005. Pengantar Teori Ekonomi. Surabaya: PT Raja grafindo
Persada.
Sukirno, Sadono.2005.Mikroekonomi Teori Pengantar (edisi ketiga). Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Sumarsono, Sonny. 2012. Pengantar Ekonomi Mikro. Jember: Laboratorium
Kewirausahaan Fakultas Ekonomi Universitas Jember.
Sunarwo, Hendri. 2013. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Yogyakarta: Caps.
134
PERTEMUAN 13:
PASAR MONOPOLI
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu:
B. URAIAN MATERI
Pada bagian ini kita akan menganalisis perilaku seorang monopoli karena
monopoli adalah satu-satunya produsen atas suatu produk, dan kurva permintaan
135
yang dihadapinya adalah kurva permintaan pasar. Kurva permintaan pasar dalam
hal ini menghubungkan harga yang diterima oleh pelaku monopoli dengan jumlah
produk yang akan ditawarkan untuk dijual. Jadi bagian ini akan melihat
bagaimana pemain monopoli dapat memanfaatkan pengendalian harga dan jumlah
yang memaksimalkan keuntungan, berbeda dengan yang seharusnya terjadi pada
pasar persaingan sempurna.
Pada umumnya, jumlah produk yang ditawarkan oleh perusahaan
monopoli lebih sedikit dan harganya lebih tinggi disbanding dengan jumlah dan
harga pada pasar persaingan sempurna. Oleh karena itu, dalam konteks monopoli
masyarakat akan terbebani biaya karena lebih sedikit konsumen membeli produk
tertentu, dan konsumen membeli dengan harga yang lebih mahal. Hal itulah yang
menyebabkan pada beberapa negara membuat undang-undang anti monopoli yang
melarang perusahaan untuk melakukan monopoli pada sebagian besar pasar.
136
ada, maka tidak aka nada perusahaan monopoli karena tanpa adanya halangan
yang besar, maka perusahaan lain akan turut dalam industri tersebut.
d. Menguasai penentuan harga.
Artinya karena perusahaan monopoli merupakan satu-satunya penjual didalam
pasar, maka penentuan harga dapat dikuasai.
e. Mempromosikan penjualan secara iklan kurang diperlukan.
Artinya karena perusahaan monopoli merupakan satu-satunya perusahaan di
dalam industri, maka perusahaan tersebut tidak perlu melakukan promosi
penjualan secara iklan.
137
bagaimana pemerintah menciptakan monopoli dalam upaya untuk memenuhi
kebutuhan publik.
Monopoli karena hak paten dan hak cipta memiliki dampak positif dan
negatif. Sisi positif atas hak paten dan hak cipta adalah adanya insentif yang lebih
tinggi utuk mendorong kreativitas. Sementara sisi negatif muncul akibat yang
ditentukan monopoli tersebut mungkin memberatkan konsumen.
Di Indonesia, Perusahaan Listrik Negara (PLN) adalah satu bentuk
perusahaan monopoli yang diciptakan oleh negara. Perusahaan-perusahaa lain
sangat sulit untuk memasuki industri listrik karena adanya hambatan (barrier to
entry) dimana PLN diberi hak monopoli berdasarkan Undang-Undang.
c. Monopoli alamiah
Monopoli alamiah terjadi apabila suatu perusahaan dapat menyediakan
barang atau jasa pada seluruh pasar yang membutuhkannya dengan biaya yang
lebih rendah dari perusahaan lain yang ada disekitarnya. Sebagai contoh monopoli
alamiah adalah Perusahaa Air Minum Daerah (PDAM). Untuk mendistribusikan
air bersih kepada penduduk kota, suatu perusahaan harus membangun jaringan
pipa pada seluruh wilayah yang ada dalam kota itu. Masing-masing perusahaan
harus menanggung biaya tetap berupa pembangunan jaringan pipa air. Oleh
karena itu, biaya total rata-rata atas penyediaan air ini akan minimal apabila hanya
ada satu perusahaan yang melayani kebutuhan air pada satu kota.
138
dan karakteristik pasar merupakan faktor yang sangat menentukan keputusan
ekonomi suatu pelaku monopoli.
PENDAPATAN MONOPOLI
Misalkan suatu kota yang hanya memiliki satu produsen yang
menyediakan air bersih. Tabel 13.1 menunjukkan bahwa pendapatan pelaku
monopoli penyediaan air tergantung dari jumlah air yang disalurkannya kepada
konsumen.
Tabel 13.1 Pendapatan Total, Rata-rata, dan Marjinal Pelaku Monopoli
Jumlah air Harga Pendapatan Pendapatan Pendapatan
total rata-rata marjinal
0 kubik 30.000 0 - -
1 28.000 28.000 28.000 28.000
2 26.000 52.000 26.000 24.000
3 24.000 72.000 24.000 20.000
4 22.000 88.000 22.000 16.000
5 20.000 100.000 20.000 12.000
6 18.000 108.000 18.000 8.000
7 16.000 112.000 16.000 4.000
8 14.000 112.000 14.000 0
9 12.000 108.000 12.000 -4.000
10 10.000 100.000 10.000 -8.000
11 8.000 88.000 8.000 -12.000
Tabel 13.1 menunjukkan bahwa kolom pertama dan kedua (jumlah barang
dan harga) menunjukkan skedul permintaan atas pelaku monopoli. Apabila pelaku
monopoli hanya menjual 1 kubik air, harganya adalah Rp. 28.0000,- namun
apabila memproduksi 2 kubik maka harganya harus diturunkan menjadi Rp.
26.000,- Supaya kedua kubik air tersebut laku terjual, dan seterusnya. Apabila kita
membuat grafik pada angka – angka yang ada pada kolom 1 dan 2, maka kita akan
mendapatkan suatu kurva permintaan yang menurun sebagaimana kurva
permintaan pada sebelumnya.
Kolom ke 3 pada tabel 13.1 menunjukkan pendapatan total perusahaan
monopoli. Jumlah ini sama dengan jumlah barang yang dijual (kolom 1) dikali
harga barang yang dijual (kolom 2). Kolom ke 4 merupakan pendapatan rata-rata
pelaku monopoli. Pendapatan rata – rata perusahaan monopoli dihitung dengan
cara membagi kolom total pendapatan (kolom 3) dibagi dengan kolom jumalah
139
(kolom 1). Pendapatan rata- rata suatu produk selalu sama dengan harga barang.
Hal seperti ini juga berlaku untuk perusahaan monopoli.
Kolom terakhir adalah kolom penerimaan marjinal (kolom 5) perusahaan
monopoli, yaitu jumlah pendapatan yang diterima perusahaan monopoli atas
setiap tambahan satu unit barang yang dijual. Untuk menghitung pendapatan
marjinal, kita mengambil perubahan pada pendapatan total apabila jumlah
penjualan meningkat satu unit. Misalnya ketika perusahaan memproduksi 2 kubik
air, pendapatan totalnya adalah Rp. 52.000,- , naiknya produksi menjadi 3, maka
penerimaan total menjadi Rp. 72.000,-, jadi pendapatan marjinal adalah
Rp.72.000-Rp.20.000 = Rp.20.000.
Tabel 13.1 sangat penting untuk menjelaskan dasar perilaku perusahan
monopoli. Terlihat bahwa pendapatan marjinal pelaku monopoli selalu lebih kecil
dari harga barang yang dijualnya. Pendapatan marjinal untuk perusahaan
monopoli sangat berbeda dengan pendapatan marjinal perusahaan bersaing.
Ketika suatu perusahaan monopoli meningkatkan volume penjualannya, terdapat
dua dampak pada pendapatan total (PxQ), yaitu (1) efek output (lebih banyak
barang yang dijual sehingga Q lebih besar) dan (2) efek harga (harga akan turun
jadi P lebih rendah dari sebelumnya).
MAKSIMALISASI KEUNTUNGAN
Kita telah mempelajari pendapatan perilaku monopoli, maka selanjutnya
pada bagian ini kita akan membahas tentang bagaimana perusahaan monopoli
memeksimalkan keuntungan. Untuk memaksimalkan output suatu perusahaan,
kita telah jelaskan bada bagian 11 bahwa maksimalisasi keuntungan dapat dicapai
apabila penerimaan marjinal sama dengan biaya marjinal (MR = MC). Konsep ini
pula yang digunakan oleh perusahaan monopoli dalam memaksimalkan
keuntungan.
140
Gambar 13.1 Kurva Maksimalisasi Keuntungan Perusahaan Monopoli
141
Tujuan pembelajaran 1.4:
Menganalisis kebijakan pemerintah tentang monopoli.
142
Pemerintah tidak Melakukan Apa-apa
Tiga jenis kebijakan yang dijelaskan untuk mengatasi masalah akibat
monopoli memiliki kelemahan masing – masing. Hasilnya adanya sebagian
ekonom berpendapat bahwa ada kalanya pemerintah lebih baik tidak melakukan
tindakan apa – apa. Suatu teorema popular dalam ekonomi meyatakan bahwa
perekonomian yang kompetitif akan menghasilkan pendapatan yang sebesar –
besarnya dari sumber daya yang ada.
C. LATIHAN/TUGAS
Kerjakan soal di bawah ini dengan benar:
1) Dalam pasar monopoli perusahaan tidak dapat menetapkan harga tertinggi
akan tetapi dapat melakukan diskriminasi harga. Setujukah dengan pernyataan
tersebut disertai argument anda?
2) Mempromosikan penjualan secara iklan kurang diperlukan dalam pasar
monopoli. Bagaimana cara perusahaan menaikkan hasil penjualannya?
3) Dari berbagai peran pemerintah dalam pasar monopoli, sudah efektifkah peran
pemerintah? Studi kasus di Indonesia!
4) Sebuah perusahaan monopoli mempunyai data hubungan antara tingkat harga
dengan jumlah barang yang dimingta serta biaya yang dikeluarkan seperti
terlihat dalam tabel:
Jumlah diminta (unit) Harga (ribuan rupiah) Biaya total (jutaan rupiah)
240 1 22
200 2 18
160 3 14
120 4 10
80 5 6
20 6 2
143
b. Besarnya keuntungan perusahaan monopoli tersebut pada berbagai tingkat
harga yang ada!
5) Analisa kasus berikut:
PT Telkom Melanggar
UU Perlindungan Konsumen
Sang Saka – Hampir seluruh konsumen Indonesia saat ini semakin tidak
berdaya karena PT Telekomunikasi Indonesia Tbk sebagai penyedia fasilitas
telekomunikasi ternyata selama ini tetap saja melakukan monopoli dan
manipulasi dalam menjalankan bisnisnya.
Lebih menyedihkan lagi, ada beberapa produk dari PT Telkom yang juga
semakin “menyiksa” dan “memeras” sebagian besar kosumen/pelanggannya.
Otomatis tindakan yang melanggar serta tidak sesuai dengan suasana
globalisasi masih saja dilakukan secara nyata tetapi terlihat wajar
ibarat siluman. Apalagi PT Telkom sudah “dianggap” sebagai perusahaan
publik dan telah lama tercetak global submit alias tercokol sahamnya
di electronic board milik NYSE (New York Stock Exchange), salah satu pasar
bursa paling bergengsi dan berpengaruh di dunia.
Menangis rasanya melihat salah satu perusahaan BUMN yang diandalkan oleh
bangsa dan negara telah menjadi perusahaan yang sesungguhnya bobrok,
kacau, dan menjadi ajang “mencari duit panas raksasa” oleh para petinggi PT
Telkom maupun “orang-orang” di pemerintahan (pusat maunpun daerah) yang
berkaitan langsung dengan aktivitas bisnis dan industri PT Telkom itu sendiri.
Sang Saka telah banyak melakukan penelitian bahwa PT Telkom masih
dianggap tetap melakukan praktek monopoli. Setelah PT Telkom tidak
diberikan “hak-hak istimewa” oleh pemerintah pusat dalam bisnis
telekomunikasi seiring dengan bertambahnya intensitas arus menuju pasar
bebas, tetap saja PT Telkom masih menjadipemain tunggal dalam bisnis
jaringan telepon permanen atau dikenal sebagai PSTN (public switch
telephony network).
144
PT Indosat saja masih mikir panjang untuk terlibat dalam pengadaan PSTN
karena memang biaya investasi per-unitnya sangat mahal. Artinya, para
pelanggan (konsumen) telepon permanen yang baru akan tetap memilih
jaringan PSTN milik PT Telkom, karena sekarang masih merupakan penyedia
satu-satunya dalam ruang bisnis telekomunikasi di Indonesia. Hal krusial
seperti ini merupakan hasil/dampak negatif selama 40 tahun lebih usaha
monopoli bisnis telekomunikasi PT Telkom sebelum era globalisasi (terutama
ketika Dinasti Soeharto berkuasa). Akibat terbiasa menikmati usaha monopoli
selama berpuluh-puluh tahun tersebut, orientasi bisnis PT Telkom tetap saja
akan mengarah kepada strategi monopoli baru,pencuri start dan pemain
licik yang “unggul”.
Paling Nyata
145
Contoh saat ini yang paling nyata adalah kasus manipulasi jaringan
PSTN dalam layanan akses internet. Jangan dibantah lagi, ketika hasil
survei Sang Saka membuktikan bahwa produk layanan akses internet
TelkomNet Instant berbasis dial-up adalah produk sampah (used junkies) bagi
seluruh pelanggan internet PT Telkom.
146
tersebut”. Artinya beberapa pun tagihan telepon yang keluar, harus
dibayar oleh para konsumen. Indikasi monopoli dan manipulasi tersebut,
menjadikan PT Telkom sesungguhnya melakukan tindakan lebih dari sekedar
melanggar UU Perlindungan Konsumen Indonesia yang telah disepakati –
juga menjadi tanggung-jawab Departemen Perhubungan serta Departemen
Perindustrian dan Perdagangan tersebut – tetapi juga melanggar hukum
bisnis, hakekat globalisasi, dan pasar bebas. Sang Saka takut dan khawatir
jika masalah ini tidak ditanggapi oleh para petinggi PT Telkom maupun
pemerintah pusat, maka dipastikan pihak internasional akan merespons kasus
ini, dan bisa jadi menjadi topik masalah serta antipati publik yang besar kelak.
Apakah PT Telkom tidak merasa kasihan melihat para pelanggannya yang
tertatih-tatih hidupnya untuk mendapatkan penghasilan agar tagihan
teleponnya tetap terbayar?
D. DAFTAR PUSTAKA
Abdulrasul, Agung. 2013. Ekonomi Mikro. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Akhmad. 2014. Ekonomi Mikro Teori dan Aplikasi di Dunia Usaha. Yogyakarta:
CV Andi Offset.
Mai, Candra dan Fitria Amalia. 2011. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: Esis.
147
Murni, Asfia. 2013. Ekonomika Mikro Edisi Kedua. Bandung: PT Refika
Aditama.
Nicholson, Walter. 2004. Mikro Ekonomi Intermediate dan aplikasinya Edisi
Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Nopirin. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro. 2000. Yogyakarta: BPFE
UGM.
Nuraini, Ida. 2001. Pengantar Ekonomi Mikro. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang.
Putong, Iskandar. 2000. Pengantar Ekonomi Mikro & Makro. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Rosyidi, Suherman. 2005. Pengantar Teori Ekonomi. Surabaya: PT Raja
grafindo Persada.
Sukirno Sadono. 2013. Mikroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Sumarsono, Sonny. 2012. Pengantar Ekonomi Mikro. Jember: Laboratorium
Kewirausahaan Fakultas Ekonomi Universitas Jember.
Sunarwo, Hendri. 2013. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Yogyakarta: Caps.
148
PERTEMUAN 14:
PASAR OLIGOPOLI
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu:
B. URAIAN MATERI
149
Istilah Oligopoli berasal dari bahasa Yunani, yaitu: Oligos Polein yang
berarti: yang menjual sedikit atau beberapa penjual. Beberapa penjual dalam
konteks ini, maksudnya di mana penawaran satu jenis barang di kuasai oleh
beberapa perusahaan, beberapa dapat berarti paling sedikit 2 dan paling banyak 10
atau 15 perusahaan.
Pasar oligopoli adalah suatu bentuk persaingan pasar yang didominasi oleh
beberapa produsen atau penjual dalam satu wilayah area. Pasar Oligopoli adalah
suatu pasar dimana terdapat beberapa produsen yang menghasilkan barang-barang
yang saling bersaingan. Ini merupakan sifat utama dari pasar oligopoli Pasar
Oligopoli merupakan salah satu jenis dari pasar persaingan tidak sempurna.
Dimana pasar Oligopoli merupakan pasar yang hanya terdapat beberapa
perusahaan atau penjual yang memproduksi barang sejenis.
Dalam pasar oligopoli, setiap perusahaan memosisikan dirinya sebagai
bagian yang terikat dengan permainan pasar, di mana keuntungan yang mereka
dapatkan tergantung dari tindak-tanduk pesaing mereka. Sehingga semua usaha
promosi, iklan, pengenalan produk baru, perubahan harga, dan sebagainya
dilakukan dengan tujuan untuk menjauhkan konsumen dari pesaing mereka.
Praktik oligopoli umumnya dilakukan sebagai salah satu upaya untuk menahan
perusahaan-perusahaan potensial untuk masuk ke dalam pasar, dan juga
perusahaan-perusahaan melakukan oligopoli sebagai salah satu usaha untuk
menikmati laba normal di bawah tingkat maksimum dengan menetapkan harga
jual terbatas, sehingga menyebabkan kompetisi harga di antara pelaku usaha yang
melakukan praktik oligopoli menjadi tidak ada.
Struktur pasar oligopoli umumnya terbentuk pada industri-industri yang
memiliki capital intensive yang tinggi, seperti, industri semen, industri mobil, dan
industri kertas. Dalam Undang-undang No. 5 Tahun 1999, oligopoli
dikelompokkan ke dalam kategori perjanjian yang dilarang, padahal umumnya
oligopoli terjadi melalui keterkaitan reaksi, khususnya pada barang-barang yang
bersifat homogen atau identik dengan kartel, sehingga ketentuan yang mengatur
mengenai oligopoli ini sebaiknya digabung dengan ketentuan yang mengatur
mengenai kartel.
150
FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERBENTUKNYA PASAR
OLIGOPOLI
1. Efisiensi Skala Besar (Efficiency Of Big Scale)
Dalam dunia nyata, perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam
industri mobil, semen, kertas, pupuk, dan peralatan mesin, umumnya
berstruktur oligopoly. Tekhnologi padat modal (capital intensive) yang
dibutuhkan dalam proses produksi menyebabkan efisiensi (biaya rata-rata
minimum) baru tercapai bila output diproduksi dalamskala sangat besar.
Keadaan diatas merupaka hambatan untuk masuk (barriers to entry) bagi
perusahaan pesaing. Tidak mengherankan jika dalam pasar oligopoly hanya
terdapat sedikit produsen.
B. Kompleksitas Manajemen
Berbeda dengan tiga struktur pasar lainnya (persaingan sempurna,
monopoli,dan pasar monopolistik), struktur pasar oligopoli ditandai dengan
kompetisi harga dan non harga. Perusahaan juga harus cermat
memperhitungkan setiap keputusan agar tidak menimbulkan reaksi yang
merugikan dari perusahaan pesaing. Karena dalam industri oligopoli,
kemampuan keungan yang besar saja tidak cukup sebagai modal untuk
bertahan dalam industri. Perusahaan juga harus mempunyai kemampuan
manajemen yang sangat baik agar mampu bertahan dalam struktur industri
yang persaingannya lebih kompleks. Tidak banyak perusahaan yang memilki
kemampuan tersebut, sehingga dalam pasar oligopoli akhirnya hanya terdapat
sedikit produsen.
151
(concentration ratio). Rasio konsentrasi menghitung berapa persen output
dalam pasar oligopoli dikuasai oleh perusahaan-perusahaan yang dominan
(empat sampai dengan delapan perusahaan). Jika rasio konsentrasi empat
perusahaan (four firms concentration ratio atau CR4) adalah 60%, berarti 60%
output dalam industri dikuasai oleh empat perusahaan terbesar. CR4 yang
semakin kecil mencerminkan struktur pasar yang semakin bersaing sempurna.
Pasar suatu industri dinyatakan berstruktur oligopolistik apabila CR4 melebihi
40%. Dapat juga diukur delapan perusahaan (CR8) atau jumlah lainnya. Jika
CR8 80, berarti 80% penjualan output dalam industri dikuasai oleh delapan
perusahaan terbesar.
152
industri oligopoli dengan produk diferensiasi sangat berkaitan dengan loyalitas
konsumen terhadap produk (merek) tertentu.
153
Tujuan pembelajaran 1.2:
Menganalisis hubungan antara perusahaan-perusahaan dalam pasar
oligopoly
154
dengan pesaingnya, maka biasanya langkah ini akan diikuti oleh pesaing
dengan menurunkan harga jual produknya.
2) Bila satu perusahaan mulai menurunkan harga jual produknya tanpa
menambah jumlah produksinya dengan maksud untuk menguasai pangsa
pasar, maka langkahnya akan diikuti oleh perusahaan lain, baik dengan
cara menurunkan harganya semata atau menurunkan harga dengan cara
menjual lebih banyak produknya di pasar.
3) Bila satu perusahaan menaikkan harga jual produknya, baik dengan cara
langsung pada penurunan harga ataupun dengan cara mengurangi jumlah
produksinya, maka perusahaan lain relatif tidak akan mengikutinya.
155
penjual.
4) Adanya penerapan teknologi baru
b. Kekurangan pasar oligopoli
1) Menciptakan ketimpangan distribusi pendapatan.
2) Harga yang stabil dan terlalu tinggi bisa mendorong timbulnya inflasi.
3) Bisa timbul pemborosan biaya produksi apabila ada kerjasama antar
oligopolis karena semangat bersaing kurang.
4) Bisa timbul eksploitasi terhadap pembeli dan pemilik faktor produksi.
5) Sulit ditembus/dimasuki perusahaan baru.
6) Bisa berkembang ke arah monopoli.
156
Gambar 14.1 kurva permintaan terpatah (Kingked Demand Curve Model)
Keseimbangan Asal
Pada kurva Df menggambarkan permintaan suatu perusahaan oligopoli
apabila dimisalkan perusahaan-perusahaan lainnya tidak melakukan perubahan
harga, walaupun perusahaan pertama melakukan perubahan harga. Sedangkan,
kurva Di adalah permintaan yang dihadapi oleh perusahaan oligopoli dimisalkan
melakukan perubahan harga dan perusahaan lainnya mengikuti hal yang sama.
Misalkan titik keseimbangan yang awalnya harga pasar pada titik P, maka jumlah
permintaan yang ditunjukkan oleh titik A, yaitu sebanyak Q.
157
2. Segolongan konsumen membatalkan konsumsinya ke atas barang pengganti
dan menambah konsumsinya ke atas barang yang mengalami penurunan harga
barang tersebut.
C. LATIHAN/TUGAS
Kerjakan soal di bawah ini dengan benar:
1. Anda seorang pelaku baru dalam pasar oligopoli. Apa yang akan anda lakukan
supaya produk yang anda hasilkan dapat bersaing dipasaran?
2. Dalam pasar oligopoli, analisis keseimbangan oligopoli tidak menekan
dimensi waktu melainkan kompetisi. Perusahaan seimbang atau tidak bukan
saja dilihat dari kemampuan mengatur harga dan output, tetapi juga
kemampuan memprediksi perilaku pesaing.
a. Jelaskan mengapa demikian!
b. Berilah contoh pasar oligopoli yang sering anda jumpai!
3. Apa yang seharusnya ditempuh oleh pelaku usaha dalam pasar oligopoli
supaya tidak saling merugikan dan bersaing secara sehat?
158
4. Salah satu kelemahan pasar oligopoli adalah Sulit ditembus/dimasuki
perusahaan baru. Bagaimana cara anda untuk bisa masuk ke dalam pasar
tersebut?
5. Banyak sekali dampak negatif yang ditimbulkan dari pasar oligopoli. Jelaskan
dampak negatif tersebut dan berikan argument bagaimana seharusnya upaya
pemerintah untuk meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan!
D. DAFTAR PUSTAKA
Abdulrasul, Agung. 2013. Ekonomi Mikro. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Akhmad. 2014. Ekonomi Mikro Teori dan Aplikasi di Dunia Usaha. Yogyakarta:
CV Andi Offset.
Mai, Candra dan Fitria Amalia. 2011. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: Esis.
Murni, Asfia. 2013. Ekonomika Mikro Edisi Kedua. Bandung: PT Refika
Aditama.
Nopirin. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro. 2000. Yogyakarta: BPFE.
Nuraini, Ida. 2001. Pengantar Ekonomi Mikro. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang.
Putong, Iskandar. 2000. Pengantar Ekonomi Mikro & Makro. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Rosyidi, Suherman. 2005. Pengantar Teori Ekonomi. Surabaya: PT Raja
grafindo Persada.
Soeratno. 2003. Ekonomi Mikro Pengantar. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi YKPN.
Sukirno Sadono. 2013. Mikroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Sumarsono, Sonny. 2012. Pengantar Ekonomi Mikro. Jember: Laboratorium
Kewirausahaan Fakultas Ekonomi Universitas Jember.
Sunarwo, Hendri. 2013. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Yogyakarta: Caps.
Tri Kunawangsih Pracoyo dan Antyo Pracoyo. 2006. Aspek Dasar Ekonomi
Mikro. Jakarta: PT Grasindo.
159
PERTEMUAN 15:
PASAR MONOPOLISTIK
E. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu:
F. URAIAN MATERI
160
Pada dasarnya, struktur pasar persaingan monopolistic mirip dengan pasar
persaingan sempurna, di mana dalam industri terdapat banyak perusahaan yang
babas keluar masuk, tetapi produk yang dihasilkan tidak homogen melainkan
terdiferensiasi. Akan tetapi, perbedaan antara satu merk produk dengan produk
lain tidak terlalu jauh. Meskipun produk yang dihasilkan telah terdiferensiasi,
namun antara produk satu dengan yang lain sangat mungkin menjadi saling
substitusi.
Karakteristik ini merupakan ciri yang sangat penting untuk membedakan
antara pasar persaingan monopolistik dengan pasar persaingan sempurna. Berikut
beberapa karakteristik dari pasar persaingan monopoli.
a. Terdapat banyak penjual
Terdapat cukup banyak penjual didalam pasar persaingan monopolistis,
namun demikian ia tidaklah sebanyak seperti dalam pasar persaingan
sempurna. Perusahaan dalam pasaran monopolistis mempunyai ukuran yang
relatif sama besarnya. Keadaan ini menyebabkan produksi sesuatu perusahaan
adalah sedikit kalau dibandingkan dengan keseluruhan produksi dalam
keseluruhan pasar.
b. Barang produksinya bersifat berbeda corak
Produksi perusahaan-perusahaan dalam pasar persaingan monopolis berbeda
coraknya, sehingga secara fisik mudah dibedakan di antara produksi sesuatu
perusahaan dengan produksi perusahaan lainnya. Perbedaan di sini antara lain
bentuk fisik barang, pembungkusannya, bentuk jasa perusahaan setelah
penjualan dan perbedaan dalam cara membayar barang yang dibeli.
c. Perusahaan mempunyai sedikit kekuatan dalam menentukan dan
mempengaruhi harga.
Perusahaan dalam pasar persaingan monopolistis dapat mempengaruhi harga,
dan ini bersumber dari sifat produksi yang dihasilkannya, yaitu yang bersifat
berbeda corak. Perbedaan ini menyebabkan para pembeli bersifat memilih,
yaitu lebih menyukai produksi sesuatu perusahaan menaikkan harga
barangnya, ia masih dapat menarik pembeli walaupun jumlah pembelinya
tidak sebanyak seperti sebelum kenaikan harga.
d. Pemasukan kedalam industri relatif mudah.
161
Perusahaan yang akan masuk dan menjalankan usaha di dalam pasar
persaingan monopolistis tidak akan banyak mengalami kesukaran, hambatan
yang dihadapi tidaklah seberat seperti di dalam oligopoli dan monopoli.
162
Permintaan yang di hadapi perusahaan dalam pasar persaingan
monopolistik tidaklah elastis sempurna walaupun sangat elastis. Dengan demikian,
Secara grafis, kurva permintaan yang dihadapi perusahaan mempunyai slope
negatif namun tidak securam seperti pada pasar monopoli. Sekilas, kurva
keseimbangan perusahaan pada pasar persaingan monopolistik sama dengan
keseimbangan pada pasar monopoli. Akan tetapi sesungguhnya tidak sama. Bentuk
kurvanya memang serupa, tetapi tidak sama. Perbedaan pokok antara kurva
keseimbangan pada pasar persaingan monopolistik dan pada pasar monopoli
adalah terletak pada kemiringan kurva.
Gambar 15.1 Kurva Keseimbangan Jangka Pendek dalam Pasar Persaingan Monopolistik
163
menjual barang (Q) yang dihasilkan seharga P sedangkan ATC = C, yaitu pada titik
B. Berarti total biaya melebihi harga, sehingga perusahaan mengalami kerugian.
Perusahaan dapat memeinimumkan kerugian apabila P > AVC.
Gambar 15.2 Kurva Keseimbangan Jangka Panjang dalam Pasar Persaingan Monopolistik
Gambar 15.2 menunjukkan keseimbangan jangka panjang pada pasar
persaingan monopolistic. Produksi yang dihasilkan perusahaan adalah sebesar QL
dengan harga sebesar PL. Pada saat harga sebesar PL sama dengan biaya total
rata-rata, hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan hanya memperoleh
keuntungan normal.
Kaarkteristik perusahaan dalam pasar persaingan monopolistik ketika
memperoleh keuntungan normal, berbeda dengan perusahaan pada pasar
164
persaingan sempurna. Perbedaan itu antara lain: (1) harga dan biaya produksi pada
pasar monopolistic lebih tinggi dan (2) kegiatan produksi dalam pasar persaingan
monopolistik belum mencapai tingkat yang optimal dalam arti bahwa biaya
produksi per unit perusahaan adalah minimal.
C. Diferensiasi Produk
Setiap perusahaan dalam persaingan monopolistis akan berusaha untuk
memproduksikan barang yang mempunyai sifat yang khusus, dan yang dapat
dibedakan dengan jelas dari produksi perusahaan- perusahaan lainnya. Maka di
dalam pasar akan terdapat berbagai barang yang dihasilkan suatu industri yang
mempunyai corak, mutu, desain, mode dan merk yang berbeda-beda. Terapatnya
berbagai variasi dari suatu jenis barang adalah sifat istimewa dari pasar
persaingan monopolistis yang tidak terdapat dalam pasar persaingan sempurna.
Dengan demikian diferasiasi produksi dapat menciptakan suatu bentuk kekuasaan
monopoli.
D. Periklanan
Dalam perusahaan modern kegiatan mempersiapkan dan membuat iklan
adalah suatu bagian penting dari usaha untuk memasarkan hasil produksinya.
Tujuan perusahaan-perusahaan melakukan kegiatan pengiklanan adalah sebagai
berikut: (1) memberikan penerangan kepada konsumen-konsumen mengenai
barang yang diproduksikannya; (2) menekankan bahwa barang yang
dihasilkannya adalah merupakan barang yang sangat baik; (3) memelihara
hubungan baik dengan para konsumen.
165
Dari ketiga jenis iklan ini yang biasa di gunakan dalam pasar pesaingan
monopolistik adalah jenis iklan pertama dan kedua. Iklan pertama digunakan
pada waktu perusahaan memperkenalkan hasil-hasil produksinya yang baru.
Sedangkan iklan jenis kedua digunakan perusahaan untuk mempertahankan
kedudukannya di pasar.
E. Merk Dagang
Dalam perkembangan terakhir, paar ekonom mendukung adanya merk
dagang. Hal tersebut disebabkan karena mereka memandang sebagai cara yang
bermanfaat bagi konsumen untuk memastikan bahwa barang yang mereka beli
memiliki kualitas yang tinggi. Erdapat dua pandangan dalam kaitannya tentang
hal ini. Pertama, merek dagang memberikan informasi kepada konsumen
mengenai kualitas barang, ketika kualitas tidak daapt ditentukan dengan mudah
sebelum dilakukan pembelian. Kedua, merk dagang memberi insentif kepada
perusahaan untuk menjaga kualiats produknya, karena dengan merk dagang
mereka mempertaruhkan reputasi perusahaannya.
166
Adapun kekurangan pasar monopolistik adalah sebagai berikut.
1. Pasar monopolistik memiliki tingkat persaingan yang tinggi, baik dari segi
harga, kualitas maupun pelayanan. Sehingga produsen yang tidak memiliki
modal dan pengalaman yang cukup akan cepat keluar dari pasar.
2. Dibutuhkan modal yang cukup besar untuk masuk ke dalam pasar
monopolistik, karena pemain pasar di dalamnya memiliki skala ekonomis
yang cukup tinggi.
3. Pasar ini mendorong produsen untuk selalu berinovasi, sehingga akan
meningkatkan biaya produksi yang akan berimbas pada harga produk yang
harus dibayar oleh konsumen.
C.LATIHAN/TUGAS
Kerjakan soal di bawah ini dengan benar:
1. Pada umumnya, perusahaan dengan merk dagang atau produk terkenal tidak
perlu menghabiskan lebih banyak untuk iklan dan menjual produknya juga
dengan lebih murah. Benarkah demikian? Jelaskan alasan anda!
2. Dewasa ini banyak sekali menjamur perusahaan yang keberadaannya
mengancam kelangsungan usaha toko-toko kecil. Misalnya keberadaan
hypermart dan lain-lain.
a. Langkah apa yang seharusnya ditempuh oleh kedua belah pihak supaya
keduanya tidak saling merugikan?
b. Terkait dengan jawaban 2A, bagaimana seharusnya peran pemerintah
supaya keduanya saling berjalan beriringan untuk meningkatkan ekonomi
negara?
3. Jelaskan bagaimana dalam jangka panjang, keuntungan ekonomis terkikis
pada suatu sektor industri bersaing monopolistic!
4. Jelsakan dengan kurva berbagai kemungkinan keseimbangan perusahaan pada
persaingan monopolistik dalam jangka pendek!
5. Tabel berikut ini menunjukkan harga jual produk, biaya produksi total pada
berbagai tingkat produksi, serta permintaan produk dari suatu perusahaan
dalam persaingan monopolistic:
Permintaan (Q) Harga (P) Biaya Produksi Total (TC)
0 12 4
167
1 11 11
2 10 14
3 9 18
4 8 21
5 7 23
6 6 24
7 5 26
8 4 30
9 3 36
10 2 44
D.DAFTAR PUSTAKA
Abdulrasul, Agung. 2013. Ekonomi Mikro. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Akhmad. 2014. Ekonomi Mikro Teori dan Aplikasi di Dunia Usaha. Yogyakarta:
CV Andi Offset.
Mai, Candra dan Fitria Amalia. 2011. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: Esis.
Murni, Asfia. 2013. Ekonomika Mikro Edisi Kedua. Bandung: PT Refika
Aditama.
Raharja, Pratama dan Manurung Mandala. 2010. Teori Ekonomi Mikro Suatu
Pengantar Edisi Keempat. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Rosyidi, Suherman. 2005. Pengantar Teori Ekonomi. Surabaya: PT Raja
grafindo Persada.
Sarnowo, Henry & Danang Sunyoto. 2011. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro.
Jakarta: CAPS.
Soeratno. 2003. Ekonomi Mikro Pengantar. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi YKPN.
Sukirno, Sadono.2012. Mikro Ekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
168
Sukirno Sadono. 2013. Mikroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Sumarsono, Sonny. 2012. Pengantar Ekonomi Mikro. Jember: Laboratorium
Kewirausahaan Fakultas Ekonomi Universitas Jember.
Sunarwo, Hendri. 2013. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Yogyakarta: Caps.
Tri Kunawangsih Pracoyo dan Antyo Pracoyo. 2006. Aspek Dasar Ekonomi
Mikro. Jakarta: PT Grasindo.
169
PERTEMUAN 16:
PASAR INPUT
(PENENTU UPAH DI PASAR TENAGA KERJA)
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu:
B. URAIAN MATERI
170
Pada pembahasan ini dengan lebih mendalam akan dianalisis pembayaran
tenaga kerja, yaitu faktor produksi yang sangat penting artinya dalam kegiatan
memproduksi. Sehingga, nantinya dapat menerangkan lebih lanjut tentang
beberapa aspek penting yang berhubungan dengan upah dalam pengertian teori
ekonomi, yaitu pembayaran yang diperoleh berbagai bentuk jasa yang disediakan
dan diberikan oleh tenaga kerja kepada pengusaha.
Pembayaran kepada tenaga kerja dapat dibedakan kepada dua pengertian:
gaji dan upah. Dalam pengertian sehari-hari gaji diartikan sebagai pembayaran
kepada pekerja tetap dan tenaga kerja profesionel, seperti pegawai pemerintah,
dosen, guru, manager dan akuntan. Pembayaran tersebut biasanya sebulan sekali.
Sedangkan upah dimaksudkan sebagai pembayaran kepada pekerja-pekerja kasar
yang pekerjaannya selalu berpindah-pindah, seperti misalnya pekerja pertanian,
tukang kayu, tukang batu dan buruh kasar.
Di dalam teori ekonomi upah diartikan sebagai pembayaran ke atas jasa-
jasa fisik maupun mental yang disediakan oleh tenaga kerja kepada para
pengusaha. Dengan demikian dalam teori ekonomi tidak dibedakan di antara
pembayaran ke atas jasa-jasa pekerja tetap dan profesionel dengan pembayaran ke
atas jasa-jasa pekerja kasar dan tidak tetap.
171
Untuk tujuan tersebut ahli ekonomi membuat perbedaan di antara dua pengertan
upah : upah uang dan upah riil. Upah uang adalah jumlah uang yang diterima
para pekerja dari para pengusaha sebagai pembayaran ke atas tenaga mental atau
fisik para pekerja yang digunakan dalam proses produksi. Upah riil adalah
tingkat upah pekerja yang yang diukur dari sudut kemampuan upah tersebut
membeli barang-barang dan jasa-jasa yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan para pekerja.
Contoh di bawah ini akan memperjelas perbedaan di antara pengertian
upah uang dan upah riel. Misalkan di dalam tahun 1980 seorang pekerja di suatu
industri tekstil menerima pendapatan sebanyak Rp 20.000 sebulan. Pada tahun
1990 pekerja itu masih melakukan pekerjaan yang sama dengan mendapat Rp
60.000 sebulan. Diantara tahun 1980-90 dimisalkan harga-harga telah menjadi
dua kali lipat. Dengan demikian, pendapatan pada tahun 1990, kalau diukur dari
kemampuannya membeli barang-barang, nilai rielnya hanyalah Rp 30.000, yaitu
setengah dari upah uang yang diterima. Gambaran yang sederhana ini
menunjukkan upah uang telah naik menjadi tiga kali lipat tetapi upah rielnya
hanyalah naik menjadi satu setengah kali lipat.
172
perekonomian dari tahun ke tahun. Ini selanjutnya menyebabkan upah riil dari
tahun ke tahun sukar untuk di hitung.
Setiap negara biasanya menggambarkan perubahan harga- harga di dalam
perekonomiannya dengan menciptakan indeks kerja, yaitu suatu indeks yang
memberikan gambaran tentang tingkat rata- rata dari perubahan harga-harga dari
waktu ke waktu. Salah satu dari indeks harga tersebut adalah indeks harga barang
konsumen. Indeks harga ini dapat digunakan untuk menaksir upah riil para
pekerja dari tahun ke tahun.
Tabel 16.1 Menghitung Upah Riel Para Pekerja
Tahun (1) Upah uang (2) Indeks Harga (3) Upah Riel (4)
1980 Rp 700 100 100/100 x Rp 700 = Rp 700
1985 1.050 105 100/105 x Rp 1.050 = Rp 1.000
1990 1.800 150 100/150 x Rp 1.800 = Rp 1.200
1993 2.080 160 100/160 x Rp 2.080 = Rp 1.300
173
suatu tungkat produksi tertentu dapat dihasilkan dalam waktu yang lebih singkat.
Upah sangat tergantung pada tingkat produktivitas, semakin tinggi produktivitas
maka semakin tinggi upah yang diterima. Kenaikan prodiuktivitas disebabkan
oleh beberapa faktor, yang terpenting adalah:
a. Kemajuan teknologi memproduksi
b. Pertambahan kepandaian dan keterampilan tenaga kerja
c. Perbaikan dalam organisasi perusahaan dan masyarakat
174
Dengan demikian permintaan atas tenaga kerja bersifat: semakin
tinggi/rendah upah tenaga kerja, semakin sedikit/banyak permintaan atas
tenaga kerja. Penawaran atas tenaga kerja; semakin tinggi upah, semakin
banyak tenaga kerja yang bersedia menawarkan tenaganya. Jadi upah
ditentukan oleh besar kecilnya permintaan/penawaran tenaga kerja.
b. Pasar Tenaga Kerja Monopsoni
Monopsoni berarti hanya terdapat satu pembeli di pasar sedangkan
penjual jumlahnya banyak. Maka pasar tenaga kerja yang bersifat monopsoni,
seperti telah dinyatakan sebelum ini, berarti di dalam pasar hanya terdapat satu
perusahaan yang akan menggunakan tenaga kerja yang ditawarkan. Pasar
tenaga kerja yang seperti ini terwujud apabila di suatu tempat/daerah tertentu
terdapat satu perusahaan yang sangat besar, dan ia merupakan satu-satunya
perusahaan modern di tempat tersebut.
Dalam pasar ini upah tenaga kerja bertambah tinggi apabila lebih
banyak tenaga yang digunakan. Jadi upah ditentukan oleh pengusaha yang
membayar pekerja tersebut.
c. Pasar Tenaga Kerja Monopoli di Pihak Pekerja
Dengan tujuan agar pekerja memperoleh upah dan fasilitas bukan
keuangan yang lebih baik, maka mereka menyatukan diri di dalam serikat
buruh atau persatuan pekerja. Tindakan seperti itu menyebabkan tenaga kerja
mempunyai kekuasaan monopoli ke atas tenaga kerja yang ditawarkannya.
Di pihak perusahaan kekuasaan monopoli tersebut tidak terdapat. Ini
berarti perusahaan-perusahaan datang ke pasar tenaga kerja tanpa terlebih
dahulu mengadakan persepakatan diantara mereka. Permintaan mereka ke atas
tenaga kerja didasarkan kepada efisiensi perusahaan mereka masing-masing
dan kepentingan mereka masing-masing. Para pekerja dapat menuntut upah
yang mereka inginkan.
Penentuan upah dalam pasar pasar tenaga kerja yang bersifat monopoli
pihak pekerja dibedakan pada tiga keadaan antara lain sebagai berikut.
Menuntut upah yang lebih tinggi dari yang dicapai pada keseimbangan
permintaan dan penawaran.
Membatasi penawaran tenaga kerja.
175
Menjalankan usaha-usaha yang bertujuan menaikan permintaan tenaga
kerja.
176
a. Perbedaan corak permintaan dan penawaran dalam berbagai jenis
pekerjaan. Di dalam suatu pekerjaan di mana terdapat penawaran tenaga
kerja yang cukup besar tetapi tidak banyak permintaannya, upah cenderung
mencapai tingkat yang rendah dan begitupula sebaliknya.
b. Perbedaan dalam jenis-jenis pekerjaan. Kegiatan ekonomi meliputi
berbagai jenis pekerjaan. Ada di antara pekerjaan tersebut merupakan
pekerjaan yang ringan dan sangat mudah dikerjakan. Tetapi ada pula
pekerjaan yang harus dikerjakan dengan mengeluarkan tenaga fisik yang besar
dan adapula pekerjaan yang dilakukan dalam lingkungan yang kurang
menyenangkan. Dengan demikian, penentuan upah diantara berbagai jenis
pekerjaan juga berbeda-beda.
c. Perbedaan kemampuan, keahlian dan pendidikan. Secara lahiriah
segolongan pekerja mempunyai kepandaian, ketekunan, dan ketelitian yang
lebih baik. Sifat tersebut menyebabkan mereka mempunyai produktivitas yang
lebih tinggi. Maka para pengusaha biasanya tidak segan-segan memberikan
upah yang lebih tinggi kepada pekerja yang seperti itu.
d. Terdapatnya pertimbangan bukan keuangan dalam memilih pekerjaan.
Ada tidaknya perumahan yang tersedia, jauh dekatnya kepada rumah pekerja,
apakah ia dikota atau di tempat terpencil, dan adakah pekerja ersebut harus
berpisah dari keluarganya atau tidak sekiranya ia menerima tawaran sesuatu
pekerjaan, adalah ebberapa pertimbangan tambahan yang harus dipikirkan.
Juga harus dipertimbangkan suasana kerja di dalam perusahaan yang
dimasuki. Seseorang seringkali bersedia menerima upah yang lebih rendah
apabila beberapa pertimbangan buka keuangan sesuai dengan keinginanya.
e. Ketidaksempurnaan dalam mobilitas tenaga kerja. Dalam konteks
mobilitas tenaga kerja kalau daalm pasar tenaga kerja terjadi perbedaan upah,
maka tenaga kerja akan mengalir ke pasar tenaga kerja yang upahnya lebih
tinggi. Perpindahan tersebut akan berlangsung sehingga tidak lagi terdapat
perbedaan upah. Pemisalan ini adalah sangat berbeda dengan kenyataan yang
wujud praktek. Upah dari suatu pekerjaan di berbagai wilayah dan bahkan di
dalam suatu wilayah tidak selalu sama. Salah satu faktor yang menimbulkan
perbedaan tersebut adalah ketidaksempurnaan dalam mobilitas tenaga kerja.
177
f. Faktor geografis. Faktor ini merupakan salah satu penyebab yang
menimbulkan ketidaksempurnaan dalam mobilitas tenaga kerja. Ada kalanya
di tempat-tempat tertentu terdapat masalah kekurangan buruh walaupun
tingkat upah lebih tinggi, sedang di tempat lain terdapat pengangguran dan
tingkat upah yang relatif rendah.
g. Faktor institusional. Di pekerjaan-pekerjaan tertentu terdapat organisasi
profesionel yang berusaha membatasi kemasukan tenaga profesionel yang
baru. Tujuannya adalah untuk menjamin supaya pendapatan mereka tetap
berada pada tingkat yang tinggi. Sebagai contoh, Amerika Serikat serikat-
serikat buruh adakalanya menuntuk kepada majikan untuk tidak mengambil
pekerja yang tidak menjadi anggota serikat buruh.
C. LATIHAN/TUGAS
Kerjakan soal di bawah ini dengan benar:
6. Di negara kita faktor institusional bukan merupakan faktor yang penting
dalam menghambat mobilitas tenaga kerja. Benarkah demikian? Jelaskan
alasannya!
7. Misalkan anda seorang pengusaha salah satu perusahaan.
a. Bagaimana anda memandang peranan dari produktivitas pekerja dalam
menentukan upah riel?
b. Keputusan apa yang akan anda ambil untuk meningkatkan produktivitas
pekerja?
c. Selain dari sisi produktivitas, faktor utama apa yang anda perhatikan
dalam menentukan upah?
8. Perhatikan data berikut ini.
Tahun Upah uang Indeks Harga
2000 $ 1.000 125
2001 1.250 130
2002 1.700 160
Dengan mengalikan upah uang dan indeks harga Q di atas dengan tiga angka
NIM terakhir masing-masing maka tentukan upah riel para pekerja dari tahun
ke tahun!
9. Analisis dampak dari pemberian upah, indeks harga, upah riel dan juga tingkat
kesejahteraan masyarakat!
178
10. Bagaimana seharusnya peran pemerintah dalam menstabilkan tingkat upah
dalam berbagai pasar? Studi kasus perbandingan dua bentuk pasar input yang
menarik perhatian anda!
D. DAFTAR PUSTAKA
Abdulrasul, Agung. 2013. Ekonomi Mikro. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Akhmad. 2014. Ekonomi Mikro Teori dan Aplikasi di Dunia Usaha. Yogyakarta:
CV Andi Offset.
Gilarso. 2001. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Yogyakarta: PT Kanisius
Mai, Candra dan Fitria Amalia. 2011. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: Esis.
Murni, Asfia. 2013. Ekonomika Mikro Edisi Kedua. Bandung: PT Refika
Aditama.
Paul A.Samuelson dan William D.Nordhaus. 1992. Economics, Fourteenth
Edition, McGraw-Hill., Inc, Singapore.
Raharja, Pratama dan Manurung Mandala. 2010. Teori Ekonomi Mikro Suatu
Pengantar Edisi Keempat. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Sarnowo, Henry., Sunyoto, Danang. 2013. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro
(Teori & Soal) Edisi Terbaru. Yogyakarta: CAPS (Center for Academic
Publishing Service).
Sukirno, Sadono.2012. Mikro Ekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sumarsono, Sonny. 2012. Pengantar Ekonomi Mikro. Jember: Laboratorium
Kewirausahaan Fakultas Ekonomi Universitas Jember.
Sunarwo, Hendri. 2013. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Yogyakarta: Caps.
Tri Kunawangsih Pracoyo dan Antyo Pracoyo. 2006. Aspek Dasar Ekonomi
Mikro. Jakarta: PT Grasindo.
179
PERTEMUAN 17:
PASAR INPUT
(SEWA EKONOMI, MODAL DAN TINGKAT BUNGA)
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu:
B. URAIAN MATERI
DEFINISI LAIN
Segolongan ahli ekonomi mendefinisikan sewa ekonomi secara berikut:
sewa ekonomi adalah bagian pembayaran ke atas sesuatu faktor produksi yang
melebihi dari pendapatan yang diterimanya dari pilihan pekerjaan lain yang
terbaik yang mungkin dilakukannya. Definisi ini mengandung pengertian yang
180
agak berbeda dengan definisi yang telah dibuat terlebih dahulu. Di dalam definisi
ini sesuatu faktor produksi dipandang sebagai mempunyai beberapa kegunaan.
Pendapatan yang dibayar kepada sesuatu faktor produksi dapat dibedakan dalam
dua bagian. Bagian pertama dinamakan pendapatan pindahan atau transfer
earnings, yaitu bagian dari pendapatan tersebut yang digunakan untuk mencegah
faktor produksi tersebut digunakan untuk kegiatan ekonomi yang lain. Bagian
kedua dinamakan sewa ekonomi, yaitu bagian dari pendapatan yang merupakan
perbedaan diantara pendapatan pindahan. Hal ini akan dijelaskan lebih lanjut
dalam bagian yang kemudian dari uraian mengenai sewa ekonomi.
R1 E1
R0 E0 D1
D0
E2
R2
D2
Jumla
h
Gambar 17.1 Kurva Penentuan Sewa Tanah
Berdasarkan kepada produksi yang harus dicapai pada harga tersebut,
keinginan petani untuk menggunakan tanah adalah seperti yang di tunjukkan oleh
181
gambar 17.1 di atas di mana D0 D0. Maka sewa tanah mencapai sebesar R0.
Misalnya secara mendadak, mungkin karena permintaan dari luar negeri yang
bertambah besar, harga jagung mengalami kenaikan yang sangat tinggi. Lebih
banyak orang yang mau menanam jagung. Maka permintaan ke atas tanah
bergeser menjadi D1 D1, sebagai akibatnya sewa tanah naik dari R0 menjadi R1.
Sekiranya keadaan yang sebaliknya yang berlaku, yaitu harga jagaung sangat
merosot, permintaan ke atas tanah untuk di tanami jagung akan merosor juga.
Katakanlah permintaan ke atas tanah menurun dari D0 D0 menjadi D2 D2, sebagai
akibatnya sewa tanah akan turun dari R0 menjadi R2.
182
definisi tersebut keatas dipandang dari sudut yang seperti itu, pembayaran keatas
penggunaan tanah perlu dibedakan menjadi dua macam pembayaran, yaitu sewa
ekonomi dan pendapatan pindahan.
Dalam pengertiannya yang sudah lebih disempurnakan, sewa ekonomi
juga dinikmati oleh faktor-faktor produksi lain yang penawarannya semakin
bertambah banyak apabila harganya naik. Tenaga kerja, sebagai contoh juga akan
memperoleh sewa ekonomi.
Upah
D S
W E
D=
W1 S MRP
L Jumlah Pekerja
Keterangan:
Menggambarkan bahwa tenaga kerja sebelum L (di antara O dan L) bersedian
menerimah upah yang lebih rendah dari W. makin mendekati O kedudukan tenaga
kerja tersebut, maka rendah upah yang di mintanya. Namun demikian, setiap
tenaga kerja tersebut masing-masing memperoleh upah sebanyak W, yang berarti
mereka menerima lebih banyak dari pada yang mereka tuntut.
Pembayaran ke atas modal yang dipinjam dari pihak lain dinamakan bunga. Ia
biasanya dinyatakansebagai persentasi dari modal yang dipinjam, seperti misalnya
183
10 persen, 12 persen atau 15 persen. Bunga yang dinyatakan sebagai persentasi
dari modal dinamakan suku bunga. Pada umumnya persentasi yang dinyatakan
menunjukkan suku bunga dari sejumlah modal di dalam satu tahun. Dengan
demikian kalau dinyatakan suku bunga 15 persen, artinya adalah: modal yang
dipinjamkan memperoleh suku bunga sebanyak 15 persen setahun.
PRODUKTIVITAS MODAL
Permintaan dana modal yang akan digunakan untuk investasi tergantung
kepada produktivitas dari dana modal tersebut. Dengan demikian, seperti juga
dengan tenaga kerja, faktor yang terutama yang menentukan permintaan ke atas
dan modal adalah produktivitasnya. Produktivitas dari modal dihitung dengan cara
menentukan besarnya pendapatan rata-rata tahunan neto (yaitu setelah dikurangi
dengan penyusutan modal yang digunakan) dan dinyatakan sebagai persentasi dari
modal yang ditanamkan. Produktivitas modal tersebut dinamakan tingkat
pengembalian modal atau rate of returns. Di bawah ini digambarkan suatu contoh
sederhana untuk menghitung tingkat pengembalian modal.
Misalkan seorang hartawan atau seorang pemilik modal membeli sebuah
angkot (bus angkutan kota) dengan harga Rp 100 juta dan dalam setahun biaya
operasi yang dikeluarkannya adalah Rp 25 juta. Sejak permulaan dia berniat untuk
menggunakan angkot itu selama setahun. Pada akhir tahun angkot tersebut
dijualkan dengan harga Rp 75 juta. Apabila dalam setahun tersebut seluruh
pembayaran dari penumpang yang diperolehnya adalah sebanyak RP 75 juta,
berapakah tingkat pengembalian modal yang diterimanya?
184
Modal dan biaya pengurusan angkot tersebut adalah Rp 100 juta + Rp 25
juta = Rp 125 juta. Dari jumlah ini pada akhir tahun dia mendapat kembali Rp 75
juta, maka pengeluaran neto berjumlah Rp 125 juta – Rp 75 juta = Rp 50 juta.
Telah dimisalkan sewa penumpang berjumlah Rp 75 juta.
Dengan demikian pendapatan bersih pemilik modal tersebut adalah: Rp 75
juta - Rp 50 juta = Rp 25 juta. Berdasarkan data di atas tingkat pengembalian
modal angkot tersebut dapat ditentukan, yaitu seperti ditunjukkan dalam
perhitungan berikut:
25 Juta
X 100 25 persen
100 Juta
X1 X2 X3 Xn A
Nilai Investasi = ...
(1 R) (1 R) (1 R) (1 R) (1 R)n
2 3 n
185
pengembalian modal perusahaan tersebut. Perusahaan akan dapat mengetahui
nilaiinvestasi yang dilakukannya, dan di samping itu dapat meramalkan X1, X2, X3
….. Xn dan A. dengan demikian nilai R dapat dihitung. Ia dinyatakan sebagai
persentasi dari nilai investasi.
186
TEORI-TEORI SUKU BUNGA
a. Teori Suku Bunga Klasik
Menurut kaum klasik, suku bunga menentukan besarnya tabungan maupun
investasi yang akan dilakukan dalam perekonomian yang menyebabkan tabungan
yang tercipta pada penggunaan tenaga kerja penuh akan selalu sama yang
dilakukan oleh pengusaha. beranjak dari teori ekonomi mikro, teori klasik
mengatakan bahwa tingkat bunga merupakan nilai balas jasa dari modal. Dalam
teori klasik, stok barang modal dicampuradukkan dengan uang dan keduanya
dianggap mempunyai hubungan subtitusif. Semakin langka modal, semakin tinggi
suku bunga. Sebaliknya, semakin banyak modal semakin rendah tingkat suku
bunga.
Investasi juga merupakan fungsi dari suku buga. Makin tinggi suku bunga,
keinginan masyarakat untuk melakukan investasi juga semakin kecil. Alasannya,
seorang pengusaha akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan
yang diharapkan dari investasi lebih besar dari suku bunga yang harus dibayar
untuk dana investasi tersebut merupakan ongkos untuk penggunaan dana (Cost of
Capital). Makin rendah suku bunga, maka pengusaha akan lebih terdorong untuk
melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dana juga makin kecil.
187
tingkat upah maupun tingkat harga. Dengan menurunkan tingkat bunga, investasi
dapat dirangsang untuk meningkatkan produk nasional. Dengan demikian
setidaknya untuk jangka pendek, kebijaksanaan moneter dalam teori Keynes
berperan untuk meningkatkan produk nasional.
Pertama, Keynes menyatakan bahwa masyarakat mempunyai keyakinan
bahwa ada suatu tingkat bunga yang normal. Jika memegang surat berharga pada
waktu tingkat bunga naik (harga turun) mereka akan menderita kerugian. Mereka
akan menghindari kerugian ini dengan cara mengurangi surat berharga yang
dipegangnya dan dengan sendirinya menambah uang yang dipegang.
Kedua, sehubungan dengan biaya memegang uang kas. Makin tinggi
tingkat bunga, makin besar pula biaya memegang uang kas, sehingga keinginan
memegang uang kas juga semakin rendah sehingga permintaan akan uang kas
naik. Dari kedua penjelasan diatas, dijelaskan adanya hubungan negatif antara
tingkat bunga dengan permintaan akan uang tunai. Permintaan uang ini akan
menetukan tingkat bunga. Tingkat bunga berada dalam keseimbangan apabila
jumlah uang kas yang diminta sama dengan penawarannya.
c. Teori Suku Bunga Hicks
Hicks mengemukakan teorinya bahwa tingkat bunga berada dalam
keseimbangan pada suatu perekonomian bila tingkat bunga ini memenuhi
keseimbangan sektor moneter dan sektor rill. Pandangan ini merupakan gabungan
dari pendapat klasik dan Keynesian, dimana mashab klasik mengatakan bahwa
bunga timbul karena uang adalah produktif artinya bahwa bila seseorang memiliki
dana maka mereka dapat menambah alat produksinya agar keuntungan yang
diperoleh meningkat. Jadi uang dapat meningkatkan produktivitas sehingga orang
ingin membayar bunga. Sedangkan menurut keneysian bahwa uang bisa produktif
dengan metode spekulasi di pasar uang dengan kemungkinan memperoleh
keuntungan, dan keuntungan inilah sehingga orang ingin membayar bunga.
Dari beberapa konsep tentang tingkat bunga, maka dapat kita hubungkan
antara tingkat suku bunga tabungan dengan tingkat bunga kredit, dimana sektor
perbankan menghimpun dana melalui giro, deposito dan tabungan lalu disalurkan
melalui berbagai fasilitas kredit. Jelaslah bahwa penawaran kredit perbankan
188
ditentukan oleh adanya akumulasi modal dalam bentuk deposito dan tabungan
sebagai salah satusumber dana perbankan dalam menyalurkan kredit.
Adanya tabungan masyarakat tidaklah berarti dana hilang dari peredaran,
tetapi dipinjam/dipakai oleh pengusaha untuk membiayai investasi. Penabung
mendapatkan bunga atas tabungannya, sedangkan pengusaha bersedia membayar
bunga tersebut selama harapan keuntungan yang diperoleh dari investasi lebih
besar dari bunga tersebut. Adanya kesamaan antara tabungan dengan investasi
adalah sebagai akibat bekerjanya mekanisme tingkat bunga. Besarnya tingkat
suku bunga yang ditetapkan oleh bank juga dipengaruhi oleh besarnya cost of
money. Tingkat bunga kredit yang ditetapkan untuk seluruh nasabah harus labih
besar dari jumlah cost of money dan biaya operasionalnya.
189
b. Jangka Waktu Pinjaman
Semakin lama sejumlah modal dipinjamkan, semakin besar tingkat bunga
yang harus dibayar. Salah satu sebab dari keadaan ini adalah karena resiko yang
ditanggung peminjam akan menjadi semakin besar apabila jangka waktu
peminjaman bertambah panjang, sebab lain adalah karena pemilik
modalkehilangan kebebasan untuk menggunakan modalnya dalam jangka waktu
yang lebih lama. Di sampingitu para peminjam bersedia membayar tingkat bunga
yang lebih tinggi karena mereka mempunyai waktu yang lebih panjang untuk
mengembalikan pinjamannya.
c. Biaya Administrasi Pinjaman
Jumlah dana yang dipinjam sangat berbeda, sedangkan biaya administrasi
untuk proses pinjaman tidak banyak berbeda. Apakah sesuatu perusahaan
meminjam Rp. 100 juta atau Rp. 10 juta, biaya administrasinya adalah sama.
Maka diukur dari sudut biaya administrasi untuk pinjaman per rupiah, pinjaman
sebesar Rp. 10 juta akan menelan biaya yang lebih tinggi dari pinjaman sebesar
Rp. 100 juta. Dengan demikian, berdasarkan kepada pertimbangan biaya
administrasi, pinjaman yang relative lebih kecil jumlahnya akan membayar suku
bunga yang lebih tinggi.
SUKU BUNGA NOMINAL DAN SUKU BUNGA RIIL
Di dalam meminjamkan uang pemilik modal bukan saja memperhatikan
suku bunga yang diterima, tetapi juga tingkat inflasi (presentasi tahunan kenaikan
harga-harga) yang berlaku. Apabila tingkat inflasi adalahlebih tinggi dari suku
bunga, pemilik modal akan mengalami kerugian dalam meminjamkan
uangnyakarena modal ditambah bunganya, nilai riilnya adalah lebih rendah dari
nilai riil modal sebelumdibungakan.Karena kenaikan harga-harga merupakan
keadaan yang sering berlaku disetiap perekonomian, didalam membicarakan
mengenai suku bunga perlulah dibedakan di antara suku bunga nominal dan
sukubunga riil.
Kalau kita baca di surat kabar atau majalah bahwa suku bunga deposito
berjangka satu tahundi suatu bank adalah 15 persen per tahun, maka suku bunga
ini dinamakan suku bunga nominal. Ia adalah suku bunga yang digunakan sebagai
ukuran untuk menentukan besarnya bunga yang harus dibayar oleh pihak
190
peminjam dana modal. Sedangkan tingkat bunga riil menunjukkan presentasi
kenaikan nilai riil modal ditambah bunga dalam setahun, dinyatakan sebagai
persentasi dari nilai riil modal sebelum dibungakan. Sebagai contoh, kalau pada
waktu yang sama harga-harga naik sebesar 10 persen, nilai riil modal ditambah
bunganya bukan mengalami kenaikan sebesar 15 persen. Kenaikan nilai riil modal
hanyalah sebanyak (15-10) persen atau 5 persen. Dengan demikian suku bunga riil
adalah 5 persen.
h. LATIHAN/TUGAS
Kerjakan soal di bawah ini dengan benar:
1. Analisis sebuah kasus yang menggambarkan sewa ekonomi lengkapi dengan
contoh kurva!
2. Permintaan dana modal yang akan digunakan untuk investasi tergantung
kepada produktivitas dari dana modal tersebut. Jelaskan mengapa demikian
disertai contoh kasus di Indonesia!
3. Tuan Fendi memiliki sebuah mobil dipergunakan untuk usaha Grab Car
dengan harga Rp 250 juta dan dalam setahun biaya operasi yang
dikeluarkannya adalah Rp 100 juta. Sejak permulaan dia berniat untuk
menggunakan mobil itu selama setahun. Pada akhir tahun mobil tersebut
dijualkan dengan harga Rp 200 juta. Apabila dalam setahun tersebut seluruh
pembayaran dari penumpang yang diperolehnya adalah sebanyak RP 150
juta, berapakah tingkat pengembalian modal yang diterimanya?
4. Analisis kelebihan dan kelemahan dari teori suku bunga yang ada!
5. Ada tiga faktor penyebab perbedaan suku bunga. Jelaskan bagaimana
nasabah mengatasi hal tersebut!
i. DAFTAR PUSTAKA
Abdulrasul, Agung. 2013. Ekonomi Mikro. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Ahmad. 2005. Mata Uang Islami. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Akhmad. 2014. Ekonomi Mikro Teori dan Aplikasi di Dunia Usaha. Yogyakarta:
CV Andi Offset.
Fatoni Siti Nur. 2014. Pengantar Ilmu Ekonomi. Bandung: Pustaka Setia Hasan.
191
Gilarso. 2001. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Yogyakarta: PT Kanisius
Mai, Candra dan Fitria Amalia. 2011. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: Esis.
Murni, Asfia. 2013. Ekonomika Mikro Edisi Kedua. Bandung: PT Refika
Aditama.
Paul A.Samuelson dan William D.Nordhaus. 1992. Economics, Fourteenth
Edition, McGraw-Hill., Inc, Singapore.
Raharja, Pratama dan Manurung Mandala. 2010. Teori Ekonomi Mikro Suatu
Pengantar Edisi Keempat. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Sarnowo, Henry., Sunyoto, Danang. 2013. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro
(Teori & Soal) Edisi Terbaru. Yogyakarta: CAPS (Center for Academic
Publishing Service).
Sukirno, Sadono. 2012. Mikro Ekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sumarsono, Sonny. 2012. Pengantar Ekonomi Mikro. Jember: Laboratorium
Kewirausahaan Fakultas Ekonomi Universitas Jember.
Sunarwo, Hendri. 2013. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Yogyakarta: Caps.
192
PERTEMUAN 18:
EKSTERNALITAS DAN KEGAGALAN PASAR
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu:
B. URAIAN MATERI
PENGERTIAN EKSTERNALITAS
Eksternalitas (eksternality) muncul ketika seseorang terlibat dalam
kegiatan yang mempengaruhi kesejahteraan orang lain, namun tidak membayar
dan atau menerima kompensasi atas dampak tersebut. Apabila dampak yang
ditimbulkan oleh kegiatan itu buruk, maka disebut eksternalitas negatif.
Sebaliknya apabila dampak yang ditimbulkan dari kegiatan tersebut adalah baik,
maka disebut eksternalitas positif.
Dengan demikian, eksternalitas (ekternality) dapat disimpulkan merupakan
dampak aktivitas satu pelaku ekonomi terhadap kesejahteraan pelaku ekonomi
lainnya, seperti debu beterbangan di udara atau bahan kimia beracun yang muncul
di air minum. Definisi tersebut tidak termasuk pengaruh yang terjadi melalui pasar
jika saya membeli suatu jenis barang yang dijual sebelum anda membelinya, saya
mungkin menyebabkan anda gagal membelinya dan oleh karenanya akan
mempengaruhi akan mempengaruhi kesejahteraan anda. hal tersebut bukanlah
merupakan eksternalitas dalam pengertian kita karena efeknya terjadi dalam
193
tatanan pasar. Kejadian tersebut tidak mempengaruhi kemampuan pasar untuk
mengalokasikan sumberdaya secara efisien. Eksternalitas sesungguhnya dapat
terjadi antara dua pelaku ekonomi.
BENTUK EKSTERNALITAS
Di sini, pertama kali kita mengilustrasikan eksternalitas yang negatif
(merugikan) dan positif (menguntungkan) di antara dua perusahaan. Kemudian
kita membahas eksternalitas antara orang dan perusahaan dan menyimpulkannya
dengan mempelajari eksternalitas antar orang.
a. Eksternalitas antar Perusahaan
Andaikan terdapat dua perusaaan satu memproduksi kecamata, dan
perusahaan yang lain memproduksi arang (hal ini merupakan contoh actual dari
hokum Inggris pada abad 19). Perusahaan yang memproduksi arang dikatakan
mempunyai efek eksternal terhadap produksi kacamata jika output kacamata tidak
hanya tergantung pada jumlah input yang dipilih oleh perusahaan kacamata tetapi
juga pada tingkat produksi arang. Misalkan kedua perusahaan tersebut lokasinya
saling berdekatan, dan perusahaan kacamata berada dalam arah angin dari
perusahaan arang. Dalam kasus ini, output kacamata mungkin tergantung tidak
hanya dari input kacamata yang digunakan perusahaan, tetapi juga pada jumlah
arang yang terbawa oleh udara, yang mempengaruhi ketelitian mesin
penghalusnya. Tingkat polusi, selanjutnya, ditentukan oleh output dari perusahaan
arang. Meningkatnya output arang akan menyebabkan menurunnya jumlah
kacamata yang berkualitas tinggi yang diproduksi meskipun perusahaan kacamata
tidak berkuasa untuk mengendalikan efek negatif ini.
Hubungan antara dua perusahaan mungkin juga saling menguntungkan.
Kebanyakan contoh dari eksternalitas positif agak berbau tradisional. Mungkin
contoh yang paling terkenal, adalah yang diajukan oleh James Meade, yang
melibatkan dua perusahaan, satu memproduksi madu dengan memelihara lebah,
dan perusahaan lain memproduksi apel. Karena makanan lebah ada pada bunga
apel, kenaikan produksi apel akan meningkatkan produktivitas pada industri
madu. Efek yang saling menguntungkan, berupa lebah yang diberi makanan
dengan baik, adalah eksternalitas positif bagi peternak lebah. Begitu juga halnya,
194
lebah menyerbuki apel dan peternak lebah memberikan keuntungan eksternal
kepada para pemilik lahan perkebunan.
195
Karakteristik Timbal balik dari Eksternalitas
Meskipun contoh-contoh eksternalitas ini menggambarkan suatu pelaku
sebagai penyebab masalah dan pelaku lainnya sebagai korban yang tak berdaya
(atau pihak yang diuntungkan), hal tersebut bukanlah suatu cara yang sangat
berguna untuk menjelaskan masalah tersebut. Berdasarkan definisi eksternalitas
membutuhkan (paling tidak) dua pihak dan salah satunya harus diberlakukan
sebagai “penyebab”. Jika produsen kacamata tidak menempatkan pabriknya di
dekat pabrik pembakaran arang, dia tidak akan terkena efek negatif pada roda
pengasahannya. Jika para individu tidak tinggal di bawah zona penerbangan,
kebisingan akan menjadi masalah kecil. Dan jika anda berada di luar jarak
pendengaran, tidak akan bermasalah apabila orang lain membunyikan radio
dengan keras.
Pengenalan hubungan yang saling timbal balik ini tidak bermaksud untuk
membebaskan para pembuat dari tuntutan, tapi hanya untuk mengklarifikasi sifat
dari masalah tersebut. Dalam semua kasus ini, dua pelaku ekonomi berusaha
untuk menggunakan sumberdaya yang sama.
196
swasta dari para produsen nikel ditambah biaya bagi orang-orang lain yang
terkena dampak buruk polusinya.
Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana perusahaan mencapai hasil yang
optimal. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengenakan pajak
kepada produsen nikel untuk setiap kilogram nikel yang diproduksi. Manfaat
pajak yang dikenakan semacam ini disebut internaliasi eksternalitas (internalizing
an externality) karena pajak tersebut memberi intensif kepada konsumen dan
penjual di pasar untuk memperhitungkan dampak eksternal atas tindakan-tindakan
mereka. Produsen nikel akan memperhitungkan danpak dan biaya atas polusi pada
saat memutuskan berapa banyak nikel yang harus diproduksi karena mereka harus
membayar biaya-biaya eksternal tersebut melalui pajak.
b. Eksternalitas Positif
Sudah diuraikan bahwa bebrapa jenis kegiatan dapat menimbulkan biaya-
biaya bagi pihak lain, namun beberapa kegiatan yang lain menghasilkan manfaat.
Contoh kegiatan yang menghasilkan eksternalitas positif adalah pendidikan.
Pendidikan menghasilkan eksternalitas yang positif karena dengan pendidikan
membuat masyarakat lebih terdidik. Pendidikan akan menciptakan kehidupan
yang lebih baik dan dapat menguntungkan semua orang. Misalnya manfaat
pendidikan terhadap produktivitas tidak dengan sendirinya menciptakan
eksternalitas. Konsumen pendidikan mendapatkan manfaat dalam bentuk upah
yang tinggi, dan apabila sebagian dari manfaat produktivitas atas pendidikan
tersebut menguntungkan pihak-pihak lain, maka dampak tersebut juga disebut
sebagai eksternalitas positif.
Dalam kondisi semacam ini, pemerintah dapat mengintervensi untuk
memperbaikinya dengan mendorong semua pihak yang terlibat dalam pasar untuk
menginternalisasikan eksternalitas ini. Tindakan yang wajar atas kasus
eksternalitas positif ini adalah kebalikan atas kasus eksternalitas negatif. Untuk
menggeser keseimbangan pasar agar mendekati titik optimum secara sosial, maka
eksternalitas positif harus disubsidi. Dalam kenyataannya, pemerintah melakukan
subsidi untuk pendidikan. Subsidi pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah
Indonesia dewasa ini antara lain pembangunan sekolah-sekolah negeri, beasiswa
pendidikan di dalam maupun di luar negeri.
197
Tujuan pembelajaran 1.2:
1.2 Menganalisis solusi perusahaan untuk eksternalitas.
198
Pasar sering kali dapat menyelesaikan eksternalitas dengan mengandalkan
kepentingan-kepentingan pribadi dari pihak-pihak yang terkait. Kadangkala solusi
ini berbentuk integrasi dari berbagai jenis bisnis. Sebagai contoh, seorang petani
apel dan peternak lebah hidup bertetangga. Masing-masing bisnis memberikan
eksternalitas positif bagi yang lain. Lebah membantu menyerbukkan bunga dari
pohon-pohon apel. Dengan demikian, maka lebah tersebut membantu petani apel
dalam menghasilkan apel, dan pada saat yang bersamaan lebah-lebah ersebut
menggunakan sari bunga dari pohon apel tersebut untuk menghasilkan madu.
Ketika petani apel menentukan berapa banyak pohon yang akan ditanam dan
peternak lebah menentukan berapa banyak lebah yang harus dipelihara, mereka
mengabaikan eksternalitas positif ini. Dampaknya adalah petani apel menanam
apel terlalu sedikit dan peternak lebih memelihara lebah terlalu sedikit.
Eksternalitas ini pada dasarnya dapat diinternalisasi seandainya si peternak lebih
memilih membeli kebun apel tersebut atau petani apel membeli peternakan lebah
tersebut. Kedua kegiatan ini akan berjalan dalam satu perusahaan dan perusahaan
tunggal yang ada dapat menentukan jumlah pohon apel yang harus dipelihara dan
jumlah lebah yang harus diternak agar hasil yang diperoleh optimal. Internalisasi
eksternalitas ini menjadi alasan bagi banyak pengusaha terlibat dalam banyak
bisnis yang berbeda.
Cara lain perusahaan dalam menghadapi dampak eksternalitas adalah
pihak-pihak yang mempunyai kepentingan menandatangani suatu kontrak.
Misalnya petani apel dan peternak lebah dapat menyelesaikan masalah jumlah
pohon dan lebah. Dalam kontrak dapat dinyatakan dengan jelas jumlah tanaman
apel dan laba serta mungkin jumlah harus dibayarkan antara pihak petani apel dan
pihak peternak lebah. Dengan mengatur jumlah pohon apel dan jumlah lebah yang
diternak dengan tetap, maka kontrak tersebut dapat menyelesaikan masalah
ketidakefisienan yang umumnya muncul dari eksternalitas tersebut dan membuat
keduanya lebih diuntungkan.
199
cost) yng harus dikeluarkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan untuk
melakukan tawar-menawar dan mencapai kesepakatan. Dalam contoh yang
realistis, biaya-biaya transaksi adalah pengeluaran untuk membayar para
pengacara.
Dalam kondisi yang lain, tawar-menawar tidak dapat dilakukan. Dilakukan
pemogokan oleh serikat buruh, menunjukkan bahwa untuk mencapai kesepakatan
adalah sesuatu yang sulit dilakukan, dan kegagalan dalam mencapai kesepakatan
dapat menjadi sesuatu yang sangat merugikan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan. Dalam kenyataannya, seringkali masing-masing pihak saling
menahan diri guna memperoleh kesepakatan yang lebih baik dari sudut pandang
mereka.
Mencapai kesepakatan yang efisien sangatlah sulit dilakukan terutama
apabila jumlah yang berkepentingan sangat banyak karena mengoordinasikan
orang-orang dalam jumlah besar membutuhkan biaya yang tidak sedikit, misalnya
pabrik gula membuang polusinya pada sungai yang ada di sekitarnya. Polusi
tersebut menghasilkan eksternalitas negatif bagi semua warga yang ada di hilir
sungai tersebut. Akan tetapi, apabila jumlah masyarakat di hilir sangat banyak,
maka mengoordinasikan mereka untuk melakukan tawar-menawar dengan pabrik
tersebut mungkin tidak dapat dilakukan.
Apabila tawar menawar antara swasta tidak berhasil dilakukan, maka
pemerintah dapat memainkan satu peran. Pemerintah dapat bertindak atas nama
masyarakat. Oleh karena itu, bagian berikutnya akan menguraikan peranan
pemerintah dalam mengatasi masalah eksternalitas.
Tujuan pembelajaran 1.3:
1.3 Menganalisis campur tangan pemerintah atas eksternalitas.
200
menjadi lebih kecil daripada biaya masyarakat (social cost), sehingga output
pabrik menjadi terlalu besar.
Dalam perhitungan biaya produksinya, pabrik tersebut tidak memasukkan
kerugian masyarakat yang diakibatkan karena pencemaran udara yang
ditimbulkan. Karena itu, harga output pabrik tersebut menjadi terlalu rendah,
karena tidak memperhitungkan kerugian masyarakat. Polusi udara yang
ditimbulkan tidak hanya merugikan masyarakat selaku konsumen, tetapi juga
terhadap masyarakat selaku produsen barang lainnya. Misalnya, menurunnya
produksi madu di peternakan lebah di sekitar pabrik, yang diakibatkan oleh
kotornya udara.
Dengan demikian, biaya-biaya pribadi (private cost), yang dihitung oleh
pabrik, untuk membayar semua faktor produksi yang digunakan, menjadi terlalu
kecil karena tidak memperhitungkan kerugian masyarakat. Akibatnya, volume
barang yang dihasilkan oleh pabrik tersebut cenderung terlalu banyak.
Dalam kasus semacam ini, peranan pemerintah adalah mengatur produksi
pabrik tersebut, dengan membuat regulasi, agar biaya internal yang dikalkulasikan
pabrik sama dengan biaya yang dikeluarkan masyarakat. Regulasi tersebut
misalnya, pemerintah mengharuskan pembangunan pengolah limbah (water
treatment) kepada pabrik yang akan membuang limbahnya ke sungai. Implikasi
dari peraturan ini adalah, biaya internal menjadi lebih tinggi, sehingga jumlah
output yang dihasilkannya pun menjadi lebih kecil.
Dalam kasus eksternalitas negatif, biaya produksi yang dikalkulasikan
oleh pengusaha (internal cost) yang lebih kecil daripada biaya yang diderita
masyarakat (social cost). Sedangkan dalam kasus eksternalitas positif, biaya
internal lebih besar daripada biaya sosial, sehingga output yang dihasilkan lebih
kecil daripada volume yang dianggap efisien oleh masyarakat.
Campur tangan pemerintah dalam perekonomian dimaksudkan untuk
menyamakan biaya internal dengan biaya sosial, sehingga alokasi sumber-sumber
ekonomi menjadi efisien. Kadar polusi berada pada tingkat di mana biaya marjinal
pengurangan polusi sama dengan manfaat marjinal masyarakat atas pengurangan
polusi.
201
Untuk mengendalikan eksternalitas negatif tersebut, maka pemerintah
dapat menanggapinya dengan dua cara, yaitu kebijakan pemerintah dan
kendalikan (command and control policy), yaitu kebijakan mengatur perilaku
secara langsung dan kebijakan yang berorientasi pasar (market based policy),
yaitu pemerintah menyediakan insentif sehingga pimpinan perusahan memilih
untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri.
Pengendalian Langsung
Kebijakan pengendalian langsung merupakan bentuk kebijakan
lingkungan yang paling sering digunakan oleh pemerintah pada beberapa Negara
dewasa ini. Standar emisi kendaraan bermotor merupakan pengendalian langsung
yang dikenal baik di kalangan pemerhati lingkungan. Standar ini harus dipenuhi
oleh semua kendaraan bermotor baru yang dijual. Standar ini mensyaratkan bahwa
emisi per mil atas sejumlah gas beracun dan pencemaran lain lebih rendah
daripada jumlah tertentu. Standar ini berlaku di mana pun kendaraan dijalankan.
Manfaat marjinal mengurangi emisi di pedesaan sama di mana terdapat
pencemaran udara relative kurang, dibanding dengan manfaat marjinal di kota-
kota besar, di kawasan gas emisi sudah sangat banyak di udara. Akan tetapi,
standar ini berlaku sama untuk kota besar dan desa.
202
Pemerintah dapat menetapkan bahwa setiap perusahaan yang melakukan
pencemaran harus mengurangi pencemarannya dengan persentase yang sama.
Atau setiap perusahaan diperintahkan untuk memastikan bahwa setiap liter air
yang dibuang ke saluran air memenuhi mutu tertentu. Meskipun ketentuan-
ketentuan tersebut kelihatannya wajar, namun apabila perusahaan-perusahaan
yang melakukan pencemaran tidak menanggung biaya pengurangan pencemaran
yang sama, ketentuan-ketentuan tersebut menjadi tidak efisien.
Masalah lain yang timbul dalam pengendalian langsung dalam praktik ini
yaitu cara semacam ini sangat mahal untuk dipantau dan dilaksanakan. Lembaga
yang mengurus harus memeriksa begitu banyak pabrik demi pabrik dan
banyaknya jenis pencemaran yang dilepaskan. Di samping itu, lembaga tersebut
membutuhkan suatu mekanisme untuk menghukum perusahaan yang melanggar.
Pemantauan yang akurat atas semua sumber pencemaran yang potensial
membutuhkan sumberdaya yang jauh lebih besar disbanding sumberdaya yang
dimiliki oleh lembaga tersebut. Dewasa ini sistem denda dan hukuman
diberlakukan oleh pemerhati lingkungan untuk membuat para pelanggar jera.
Misalkan apabila perusahaan yang melakukan pencemaran diwajibkan membatasi
emisi pencemaran sampai batas tertentu per hari, perusahaan tersebut akan
memperhitungkan biaya untuk memenuhi standard an biaya apabila mereka
dipergoki dan denda apabila ditemukan melanggar ternyata relative kecil. Maka
pengendalian langsung tidak banyak berdampak.
203
pencemaran dari usahanya. Jadi dalam konteks ini perusahaan sendiri yang harus
mencari teknik pengurangan yang paling efisien. Dengan tujuan memaksimalkan
keuntungan akan membuat perusahaan berusaha mengurangi pencemaran yang
ditimbulkan karena mereka tidak ingin menanggung pajak pencemaran yang
besar.
Efektivitas pengenaan pajak emisi hanya dapat berjalan dengan baik
apabila jumlah emisi dapat diukur dengan tetap. Dalam beberapa jenis
pencemaran, alat pengukur pencemaran yang akurat untuk dipasang dengan biaya
yang wajar belum ditemukan. Dengan demikian pengenaan pajak emisi masih
sulit dilakukan. Misalkan kasus pencemaran yang ditimbulkan oleh mobil. Akan
sangat mahal untuk memasang alat pemantau yang baik pada setiap mobil dan
menetapkan pajak terutang berdasarkan data yang terekam oleh alat tersebut.
Masalah lain dari pengenaan pajak emisi adalah penetapan besarnya tarif
pajak. Secara ideal lembaga yang menangani pencemaran mendapatkan perkiraan
tentang besarnya kerusakan sosial marjinal yang ditimbulkan per unit bahan
pencemar, dan menetapkan jumlah pajak sama dengan jumlah tersebut. Apabila
hal tersebut dapat dilakukan dengan baik, maka dengan sendirinya internalisasi
eksternalitas berjalan dengan baik. Akan tetapi, informasi yang dibutuhkan untuk
menentukan kerusakan sosial marjinal umumnya sulit dilakukan.
Apabila pemerintah menetapkan tarif pajak emisi yang terlalu tinggi, maka
terlalu banyak sumber daya yang disediakan untuk mengendalikan pencemaran.
Sebaliknya apabila tarif pajak yang dikenakan terlalu rendah, maka akan
menimbulkan pencemaran yang terlalu besar. Dalam praktiknya, lembaga yang
bertugas menangani pencemaran mungkin memiliki pengetahuan yang jauh lebih
baik mengenai tingkat pencemaran yang dapat diterima, dibanding besarnya tarif
pajak yang dikenakan, terutama apabila teknologi pengurangan pencemaran
berubah, maka tarif pajak juga harus diubah, dan pemerintah umumnya sangat
lambat untuk menyesuaikan tarif pajak yang sudah ditetapkan.
204
suatu perusahaan melampaui batas tersebut, maka perusahaan tersebut akan
dikenakan hubungan dalam bentuk denda uang atau pidana. Standar emisi yang
dibuat bertujuan untuk memastikan bahwa perusahaan berproduksi dengan efisien
karena dalam beroperasi perusahaan menggunakan alat pengendali polusi.
Kenaikan biaya untuk mengurangi polusi akan menyebabkan biaya rata-rata
produksi perusahaan naik. Perusahaan akan memperoleh keuntungan apabila
harga jual produk mereka berada di atas biaya rata-rata setelah memperhitungkan
biaya polusi. Sementara yang dimaksud dengan biaya emisi adalah biaya yang
dikenakan terhadap setiap unit polusi yang ditibulkan oleh suatu perusahaan.
205
adanya distorsi-distorsi yang menyebabkan kegagalan mekanisme pasar
menjalankan fungsinya, yakni mengalokasikan sumber-sumber ekonomi secara
efisien dalam menghasilkan barang dan jasa. Penyebab kegagalan pasar adalah
hal-hal berikut ini:
(1) Ketidaksempurnaan pasar
(2) Barang pubik
(3) Pasar tidak lengkap (incomplete market)
(4) Kegagalan informasi
(5) Eksternalitas
1. Ketidaksempurnaan Pasar
Dalam bentuk pasar persaingan sempurna, mekanisme harga dapat
berfungsi secara efisien dalam mengalokasikan sumber-sumber ekonomi. Dalam
bentuk pasar persaingan tidak sempurna, misalnya monopoli, alokasi yang efisien
tidak pernah terjadi, karena tidak ada keserasian antara keinginan produsen (yaitu
keuntungan maksimal) dengan efisiensi produksi. Volume produksi pada pasar
monopoli lebih kecil dibandingkan pada pasar persaingan sempurna, namun pada
tingkat harganya lebih tinggi.
Dalam beberapa kasus tertentu, ada jenis barang yang hanya efisien bila
diproduksi oleh satu produsen, karena pasarnya terlalu kecil atau investasinya
sangat besar. Dalam kasus ini, skala ekonomi yang efisien (economies of scale)
baru akan terjadi pada tingkat produksi yang besar. Contohnya, jasa kereta api,
telepon, listrik. Keadaan ini disebut monopoli alamiah (natural monopoly).
Biaya rata-rata dalam kasus monopoli alamiah selalu menurun. Situasi
semacam ini banyak dialami oleh perusahaan-perusahaan yang melayani
kepentingan umum (oublic utilities), misalnya perusahaan air minum, listrik,
telepon, jasa pos. untuk jenis-jenis perusahaan ini, adanya persaingan (sempurna)
hanya akan menyebabkan inefisiensi karena investasi mahal di sini tidak banyak
membuka peluang melakukan “perang harga”. Secara alamiah, adanya persaingan
pada akhirnya menyebabkan hanya ada satu perusahaan yang tetap mampu
bertahan. Perusahaan yang tetap survive ini merupakan monopolis alamiah.
206
Konsekuensinya, usaha seperti ini memerlukan pengaturan pemerintah, agar tidak
merugikan konsumennya.
2. Barang Pubik
Barang publik (public goods) dalam banyak hal sangat dibutuhkan oleh
masyarakat, namun tidak seorang pun yang bersedia menghasilkannya. Kalaupun
ada pihak swasta yang menyediakannya, jumlah tertentu terbatas.
Suatu jenis barang dinamakan barang publik murni, bila mengandung dua
karakteristik utama, yaitu penggunaannya tidak menimbulkan persaingan (non-
rivalry), serta tidak dapat diterapkannya prinsip pengecualian (non-excludability).
Biasanya, pihak swasta enggan untuk menghasilkan barang publik murni, dengan
demikian tugas ini harus dibebankan kepada pemerintah.
Ketika pihak swasta memproduksi mobil, maka otomatis yang diperlukan
adalah tersedianya prasarana jalan raya yang dibangun oleh pemerintah. Kalau
prasyarat ini tidak dipenuhi, maka kesejahteraan masyarakat pun tidak mencapai
titik optimal.
3. Pasar Tidak Lengkap (Incomplete Market)
Pasar dikatakan lengkap apabila menghasilkan semua barang dan jasa,
dengan biaya produksi yang lebih kecil daripada harga yang sanggup dibayar oleh
masyarakat. Ada beberapa jenis jasa yang tidak dapat diusahakan oleh pihak
swasta dalam jumlah yang cukup, meskipun biaya penyediaannya lebih kecil
daripada kemauan membayar masyarakat. Kondisi seperti inilah yang disebut
pasar yang tidak lengkap (Incomplete Market). Yang termasuk dalam ketegori ini,
misalnya asuransi khusus untuk menghadapi suatu resiko tertentu yang sangat
berat. Dalam kasus ini, maka biasanya pemerintahlah yang harus menyediakan
jasa ini.
4. Kegagalan Informasi
Dalam beberapa kasus, masyarakat sangat membutuhkan informasi yang
tidak dapat disediakan oleh pihak swasta, misalnya informasi prakiraan cuaca.
Para petani, pelaut, sangat membutuhkan informasi tersebut, tetapi masih jarang
ada pihak swasta yang menyediaknnya, karena pertimbangan komersial. Maka
dalam hal ini, pemerintahlah yang harus menyediakannya.
5. Eksternalitas
207
Masalah lain yang menyebabkan terjadinya kegagalan pasar dalam alokasi
faktor produksi secara efisien, adalah timbulnya dampak baik positif maupun
negatif yang disebut dengan eksternalitas. Eksternalitas timbul karena tindakan
konsumsi (atau produksi) dari satu pihak, yang berpengaruh terhadap pihak yang
lain tanpa adanya kompensasi pembayaran. Jadi, dalam hal ini ada dua syarat bagi
terjadinya eksternalitas:
(1) Adanya dampak tertentu dari suatu tindakan
(2) Tidak adanya kompensasi yang dibayarkan atau diterima oleh pihak-pihak
yang bersangkutan.
208
gelas keenam, ketujuh, dan seterusnya, mungkin sudah tidak memberi kepuasan
sama sekali.
Sebaliknya, semakin banyak barang dan jasa publik, semakin besar biaya
yang dibutuhkan, dan konsekuansinya semakin besar pula pajak yang dipungut
dari masyarakat. Keadaan ini menyebabkan meningkatnya ketidakpuasan
masyarakat. Secara teoretis, penyediaan barang dan jasa publik akan optimal,
apabila kepuasan masyarakat yang diperolehnya sama dengan ketidakpuasan
masyarakat dari pemungutan pajak.
Kesulitan dari analisis ini adalah, bahwa kepuasan dan ketidakpuasan
merupakan sesuatu yang tidak dapat diukur secara kuantitatif, karena analisisnya
didasarkan pada rasa ketidakpuasan marginal masyarakat dalam membayar pajak,
dan rasa kepuasan marginal terhadap barang publik.
Teori yang dikemukakan oleh Bowen, Lindahl, Samuelson dan teori
anggaran, berusaha memberi jawaban mengenai beberapa jumlah barang publik
yang harus disediakan pemerintah, sehingga kepuasan masyarakat terhadap
alokasi sumber ekonomi antara barang publik dan barang swasta mencapai tingkat
optimal. Teori yang dikemukakan Bowen mengenai penyediaan barang publik,
didasarkan pada teori harga seperti dalam penentuan harga pada barang swasta.
Lindahl mengemukakan analisisnya yang mirip dengan Bowen, dengan
perbedaan pada bentuk harga yang digunakannya. Bowen menggunakan harga
absolut, sementara Lindahl menggunakan harga relatif, yaitu persentase dari
pembiayaan pemerintah total.
Sedangkan Samuelson juga mengemukakan teorinya dengan
menggunakan pendekatan keseimbangan umum (general equilibrium). Ia
menyimpulkan, bahwa adanya barang publik tidak menghambat masyarakat untuk
mencapai kesejahteraan masyarakat yang optimal (pareto optimality).
Teori Samuelson mengenai pengeluaran pemerintah merupakan teori yang
paling baik, karena sederhana, jelas, dan komprehensif. Namun, ini pun juga
mengandung beberapa kelemahan, misalnya pada anggapan bahwa konsumen
dapat mengemukakan kesukaan mereka terhadap barang publik, yang menjadi
dasar pengenaan biaya untuk menghasilkan barang publik. Hal ini merupakan
kelemahan yang mendasar dari analisis pengeluaran pemerintah, karena masalah
209
utamanya adalah, bagaimana pemerintah memungut pembayaran dari konsumen
barang publik. Tidak seorangpun yang mau dengan suka rela mengemukakan
kesukaannya akan barang sosial, karena kesukaan ini akan menjadi dasar bagi
pemerintah dalam mengenakan tarif. Selain itu, apabila barang publik sudah
tersedia, mereka tidak dapat dikecualikan dari penggunaan barang tersebut.
Kelemahan berikutnya adalah, barang publik yang dibahas memiliki sifat
kebersamaan, yang dapat digunakan konsumen dalam jumlah yang sama. Barang-
barang publik yang memiliki sifat tersebut praktis sangat terbatas, misalnya
pertahanan, kehakiman. Sementara itu, sebagian besar dari barang publik tidak
mengandung sifat-sifat itu, seperti misalnya rumah sakit, dan sekolah.
Teori lain yang menerangkan tentang penyediaan barang-barang publik
adalah teori alokasi barang sosial melalui anggaran. Teori ini didasarkan pada
suatu analisis, bahwa setiap orang harus membayar penggunaan barang publik
dalam jumlah yang sama, sesuai dengan sistem harga untuk barang swasta.
Semua teori ekonomi mengenai penyediaan barang publik di atas, secara
konseptual sangat baik. Sayangnya, semua itu kurang bermanfaat untuk
diterapkan dalam praktek. Oleh karena itu, untuk mendapatkan cara mengenai
penentuan jumlah barang publik, perlu “meminjam” teori yang dikembangkan
dalam ilmu politik, yaitu pemungutan suara (voting).
Pemungutan suara dapat dilakukan dengan berbagai cara, tetapi cara yang
terbaik adalah dengan aklamasi, di mana suatu program pemerintah akan
dilaksanakan hanya apabila semua orang menyatakan setuju. Hasil yang diperoleh
dengan cara aklamasi, akan sama dengan mekanisme pasar, sehingga bisa dicapai
hasil yang terbaik.
Namun demikian, cara aklamasi ini pun dalam praktek juga sering sulit
direalisasikan, sehingga muncul alternatif lain mengenai jumlah suara minimal
yang diperlukan dalam suatu pemungutan suara. Pada awalnya, teori ini
dikemukakan oleh Knut Wickell. Ia berpendapat, bahwa sistem yang baik adalah
apabila 2/3 suara menyatakan persetujuannya. Yang menjadi pertanyaan, mengapa
2/3? Buchanan-Tulock kemudian mencoba memberikan jawaban, bahwa
pemungutan suara harus dilakukan dengan cara meminimalkan biaya pemungutan
suara.
210
Dalam sistem pemungutan suara dengan siste mayoritas sederhana (simple
majority), dalam memilih dua atau lebih program pemerintah, dapat menjadi
kegagalan dalam mencapai kesepakatan, karena adanya Arrow’s Paradox. Untuk
menghindarinya, maka dapat ditempuh dengan beberapa cara alternatif, misalnya,
plural voting, point voting, dan sebagainya.
Pemungtan suara dengan cara pemilihan langsung sulit dilakukan di
negara-negara yang berpenduduk sangat banyak, kerena faktor pembiayaan. Maka
dalam hal ini, pemungutan suara untuk memilih program pemerintah dilakukan
secara demokratis melalui perwakilan rakyat. Tapi masalahnya adalah, apakah
dengan cara ini dapat dijamin bahwa suara wakil rakyat selaras dengan kehendak
rakyat yang diwakilinya? Schumpeter dan A. Down menunjukkan, bahwa karena
adanya motivasi dan rasa individualistik dari rakyat dan wakil rakyat, maka akan
ada jaminan keserasian antara pilihan wakil rakyat dan kehendak rakyat.
211
penggunaan oleh seseorang tidak akan mengurangi kenikmatan orang lain yang
juga sedang memanfaatkannya pada saat bersamaan.
Hal ini berbeda dengan barang swasta, misalnya saksofon. Apabila
seseorang sedang memainkan saksofon, maka pada saat itu orang lain tidak
mungkin memainkan saksofon yang sama. Barang yang mempunyai kedua sifat di
atas, disebut barang swasta. Sedangkan barang yang hanya mempunyai saah satu
sidat saja, disebut barang kuasi publik.
Dalam kasus barang swasta, seorang konsumen akan membeli suatu
barang dengan harga yang sesuai dengan kepuasannya. Misalnya, bila Bambi
membeli pensil dengan harga Rp 500, berarti kepuasannya atas pensil tersebut
sebesar Rp 500. Dalam kasus barang publik, karena semua ingin menjadi free
riders, maka tidak terjadi harga yang dapat ditetapkan oleh pemerintah.
Apabila pemerintah akan membangun jalan raya dengan biaya Rp 3
milyar, bagaimana cara mengalokasikannya kepada masyarakat? Jawabannya, tetu
dengan pajak. Tetapi bagaimana dengan prinsip alokasi beban barang publik
tersebut? Pengenaan beban pajak untuk membiayai barang publik didasarkan pada
dua prinsip, yaitu prinsip manfaat (benefit principle), dan prinsip pengorbanan
(sacrifice principle). Menurut prinsip manfaat, pajak sebagai pembayaran atas
penyediaan barang publik harus didsarkan pada besar kecilnya manfaat yang
diterima masyarakat. Orang yang menikmati manfaat besar harus membayar
dalam jumlah yang besar, demikian pula sebaliknya.
Selanjutnya, bagaimana cara mengukur utilitas seseorang dari adanya
barang publik? Inilah yang menjadi masalah, karena tidak pada semua barang
publik dapat diterapkan prinsip manfaat. Kesulitan dalam mengukur utilitas
(manfaat) pemakaian barang dan jasa publik merupakan hal yang sering terjadi.
Yang dapat diukur manfaatmya, biasanya adalah barang kuasi publik, misalnya
rumah sakit, sekolah, dan sebagainya. Sedangkan barang publik murni, yang
mempunyai karakteristik non-exclusionary dan non-rivalry, tidak dapat diterapkan
prinsip manfaat, sehingga harus digunakan prinsip pengorbanan.
Dengan asumsi adanya penurunan utilitas marginal bagi semua orang,
maka ketiga pendekatan ini di atas semuanyamemberi kesimpulan, bahwa orang
kaya harus membayar pajak dalam jumlah lebih besar daripada orang miskin.
212
Namun demikian, hal tersebut tidak otomatis berarti bahwa struktur pajak yang
dikenakan pemerintah harus bersifat progresif.
INTERVENSI PEMERINTAH
Banyak ahli ekonomi, terutama dari Negara-negara barat, yang
menyebutkan bahwa peranan pemerintah dalam mengatur jalannya perekonomian
sangatlah besar. Bahkan di Amerika Serikat, yang selalu menjadi kiblat
pandangan ekonomi klasik, peran pemerintah Federal jauh lebih besar
dibandingkan dengan konsep yang dulu dikemukakan oleh Adam Smith.
Para ekonom pada umumnya bisa melakukan kesalahan dalam
mengintepretasikan pandangan Smith, sehingga seolah-olah peranan pemerintah
teramat sempit dalam mengatur perekonomian. Di satu sisi, Smith memang
berpendapat bahwa peranan pemerintah hanya sebatas pelengkap kegiatan yang
tidak dilaksanakan oleh pihak swasta. Berikut ini ada kutipan dari bukunya yang
terkenal, Wealth of Nations (1776).
The role of the state must be minimal in a system which depends
wholly on the self-regarding actions of individuals. The sovereign is
expected to refain from interfering with the individual enterprise. The state
must provide exact administration of justice. The state must provide
defense. The state should provide such public works as may be necessary
to facilitate economic activity… 1
Dari sini dapat disimpulkan, bahwa dalam hal penyediaan barang publik,
sikap Smith terlihat sangat konservatif.
The state has a responsibility for reform, a responsibility for for
removing various institutional and legal impediment to the system of
natural liberty, such as the laws of successions and entail, the privilege of
corporations…
Pandangan Smith mengenai peranan pemerintah, tidak sebatas
menyediakan barang dan jasa publik semata-mata, tetapi memiliki perspektif yang
lebih luas.
Sementara Musgrave dan Musgrave (1984), mengelompokkan aktivitas
Negara ke dalam tiga fungsi, yaitu alokasi, stabilisasi, dan distribusi sumber-
213
sumber ekonomi. Tidak ada seorang ekonom pun yang meragukan peranan
Negara dalam mengatasi masalah stabilisasi dan distribusi pendapatan. Teori-teori
ekonomi misalnya mikro, makro, dan pembangunan telah menerangkan,
bagaimana pemerintah mampu mengatasi kedua masalah tersebut. Peranan
pemerintah dalam alokasi inilah yang sering kali kurang dipahami, terutama bagi
mereka yang tidak mendalami ekonomi publik. Dalam beberapa teks ekonomi
mikro, secara eksplisit telah diketengahkan analisis terhadap masalah-masalah
yang memerlukan campur tangan pemerintah.
214
C. LATIHAN/TUGAS
Kerjakan soal di bawah ini dengan benar:
1. Menurut anda, kapan eksternalitas membutuhkan intervensi dari pemerintah
dan kapan suatu eksternalitas tidak perlu adanya campur tangan pemerintah?
2. Analisis ketersediaan barang publik tempat tinggal anda masing-masing.
Bagaimana pendapat anda tentang intervensi pemerintah dalam penyediaan
barang publik tersebut?
3. Seiring dengan berkembangnya perekonomian, dalam alokasi sumber
ekonomi peranan pemerintah jauh lebih penting dari hanya sekedar
“pelengkap” aktivitas swasta. Jelaskan mengapa demikian!
4. Amati tempat disekitar anda, berikan contoh eksternalitas positif maupun
negatif. Analisis penyebab dampak dan solusi bagi eksternalitas negatif!
5. Terdapat lima perusahaan yang berlokasi pada titik yang berbeda di sepanjang
sungai Walanae dan mereka membuang limbah cair dengan jumlah yang
berbeda-beda ke dalamnya. Limbah cair tersebut telah merugikan masyarakat
di hilir sungai. Perusahaan yang ada pada prinsipnya dapat membeli alat
menyaring untuk menghilangkan zat kimia berbahaya pada limbah yang
dibuang pada sungai tersebut. Misalkan anda sebagai penasihat kebijakan di
daerah tersebut, bagaimana anda membandingkan dan mencari perbedaan
pilihan berikut untuk mengatasi dampak yang merugikan dari limbah cair
tersebut?
a. Mengenakan biaya limbah dengan tingkat yang sama bagi perusahaan
yang berlokasi pada pinggir sungai tersebut.
b. Standar yang sama per perusahaan untuk tingkat limbah cair yang dibuang
oleh masing-masing perusahaan.
c. Sistem izin limbah cair yang dialihkan, di mana tingkat keseluruhan
limbah cair ditetapkan oleh semua perusahaan penerima izin yang sama.
215
D. DAFTAR PUSTAKA
Abdulrasul, Agung. 2013. Ekonomi Mikro. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Adiwarman A.Karim. 2010. Ekonomi Mikro Islam, Jakarta: PT. Raja Gerafindo
Persada.
Akhmad. 2014. Ekonomi Mikro Teori dan Aplikasi di Dunia Usaha. Yogyakarta:
CV Andi Offset.
Joesron, Tati Suharti dan M. Fathorrazi. 2012. Teori Ekonomi Mikro.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Lukman Hakim. 2012. Prinsip-prinsip Ekonomi Islam. Jakarta: Erlangga.
Mai, Candra dan Fitria Amalia. 2011. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: Esis.
Mandala Manurung & Pratama Raharja, 2000, Teori Ekonomi Mikro Suatu
Pengantar, Edisi Kedua, Lembaga Penerbit FE UI.
Murni, Asfia. 2013. Ekonomika Mikro Edisi Kedua. Bandung: PT Refika
Aditama.
Raharja, Pratama dan Manurung Mandala. 2010. Teori Ekonomi Mikro Suatu
Pengantar Edisi Keempat. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Sadjono, Sigit. 2010. Pengantar Teori Ekonomi Mikro. Surabaya: Tiga N.
Samuelson P.A and Nordhaus W.D., Economics, Eighteenth Edition, Mc.Graw
Hill Company, Irwin 2001.
Sarnowo, Henry. Sunyoto, Danang. 2013. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro (Teori
& Soal) Edisi Terbaru. Yogyakarta: CAPS (Center for Academic Publishing
Service).
Sukirno, Sadono.2012. Mikro Ekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sumarsono, Sonny. 2012. Pengantar Ekonomi Mikro. Jember: Laboratorium
Kewirausahaan Fakultas Ekonomi Universitas Jember.
Sunarwo, Hendri. 2013. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Yogyakarta: Caps.
216
GLOSARIUM
Economic Agents:
Konsumen, produser, dan pemerintah.
Produksi Padat Karya (Labour Intensive):
Kegiatan pembangunan proyek yang lebih banyak menggunakan tenaga manusia
jika dibandingkan dengan tenaga mesin.
Cateris Paribus:
Hal-hal lainnya tetap sama.
Barang Komplemen/ Komplementer (Complement):
Barang yang kegunaannya saling melengkapi satu sama lain.
Surplus (Surplus):
Istilah bisnis yang sering dipakai untuk melukiskan situasi berbeda.
Barang Normal:
Semua barang yang permintaannya akan bertambah ketika pendapatan masyarakat
bertambah (yang juga berarti bahwa barang tersebut memiliki elastisitas
permintaan positif.
Barang Inferior:
Barang yang jumlah permintaannya akan turun seiring dengan peningkatan
pendapatan masyarakat.
Hipotesis:
Jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih
harus dibuktikan kebenarannya.
Preferensi:
Sebuah konsep, yang digunakan pada ilmu sosial, khususnya ekonomi. Ini
mengasumsikan pilihan realitas atau imajiner antara alternatif-alternatif dan
kemungkinan dari pemeringkatan alternatif tersebut, berdasarkan kesenangan,
kepuasan, gratifikasi, pemenuhan, kegunaan yang ada.
Absolute:
Sesuatu yang tidak dibatasi oleh pembatasan atau pengecualian.
217
Produksi Primer:
Kegiatan atau proses menghasilkan bahan-bahan baku atau bahan mentah dengan
cara mengambil langsung dari alam.
Produksi Sekunder:
Kegiatan yang dilakukan untuk memproses bahan mentah atau bahan baku
menjadi bahan setengah jadi. contohnya: bijih besi diolah menjadi frofil-frofil besi
atau lembaran-lembaran baja, benang diolah menjadi kain.
Stock (Inventory):
stock bahan yang digunakan untuk memudahkan produksi atau untuk memuaskan
pelanggan yang meliputi bahan baku (raw materials), barang dalam proses (in-
process goods), dan barang jadi (finished goods).
Skills:
Kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang sifatnya spesifik, focus
namun dinamis yang membutuhkan waktu tertentu untukmempelajarinya dan
dapat dibuktikan.
Least Cost Combination:
Menentukan kombinasi input mana yang memerlukan biaya terendah apabila
jumlah produksi yang ingin dihasilkan telah ditentukan.
Capital Intensive:
Sebuah proses atau industri yang membutuhkan sumber daya financial dalam
jumlah besar untuk menghasilkan produk yang bagus.
Law of Diminishing Marginal Utility Returns:
Setiap penambahan barang yang sama dan sejenis, akan memberikan tambahan
kepuasan (marginal) yang diperoleh dari penggunaan barang tersebut (utility)
dimana penambahan kepuasan tersebut akan terus menurun nilainya
(diminishing).
Kondisi Pareto Optimality:
Sebuah kondisi di manasudah tidak mungkin lagi mengubah alokasi sumber daya
untuk meningkatkan kesejahteraan pelaku ekonomi (better off) tanpa
mengorbankan pelaku ekonomi yang lain (worse off). Dengan kata lain, kondisi
pareto terjadi ketika semua pelaku ekonomi dalam kondisi kesejahteraan yang
optimum.
218
DAFTAR PUSTAKA
219
Murni, asfia. 2013. Ekonomika Makro Edisi Revisi. Bandung: Refika Aditama.
Nicholson, Walter. 2004. Mikro Ekonomi Intermediate dan aplikasinya Edisi
Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Nopirin. 2000. Pengantar Ekonomi Makro dan Mikro. Yogyakarta : BPFE UGM.
Nuraini, Ida. 2001. Pengantar Ekonomi Mikro. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang.
Parkin, Michael. 2008. Economics 8th Edition. Perason Education, Inc (P)
Paul A.Samuelson dan William D.Nordhaus. 1992. Economics, Fourteenth
Edition, McGraw-Hill., Inc, Singapore.
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung. 2004. Teori Ekonomi Mikro: suatu
pengantar, Buku Seri Teori Ekonomi, Edisi ketiga. Jakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Putong, Iskandar. 2013. Economics: Pengantar Mikro dan Makro: Edisi 5.
Jakarta: Mitra Wacana Media.
R. Abdul Maqin dan Lili Masli. 2002. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Bandung:
Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung.
Raharja, Pratama dan Manurung Mandala. 2010. Teori Ekonomi Mikro Suatu
Pengantar Edisi Keempat. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Rosyidi, Suherman. 2005. Pengantar Teori Ekonomi. Surabaya: PT Raja
grafindo Persada.
Sadjono, Sigit. 2010. Pengantar Teori Ekonomi Mikro. Surabaya: Tiga N.
Samuelson P.A and Nordhaus W.D., Economics, Eighteenth Edition, Mc.Graw
Hill Company, Irwin 2001
Salvatore, Dominick. 1994. Mikro Ekonomi. Jakarta: Erlangga.
Sarnowo, Henry & Danang Sunyoto. 2011. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro.
Jakarta: CAPS.
Soeratno. 2003. Ekonomi Mikro Pengantar. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi YKPN.
Sudarman, Ari. 2000. Teori Ekonomi Mikro Buku 1. Yogyakarta: BPFE.
Sudarso. 2010. Pengantar Ekonomi Makro, Jakarta: Badan Penerbit P4M STIE
IPWIJA.
220
Suherman Rosyidi, 1984, Pengantar Teori Ekonomi, Edisi Pertama Jakarta -
Erlangga.
Sukirno, Sadono. 1994. Pengantar Teori Ekonomi, Edisi Pertama Jakarta, FE UI.
Sukirno, sadono. 1998. Pengantar Teori Mikroekonomi Edisi Kedua. Jakarta: PT
Raja Grafindo.
Sukirno, Sadono. 2002. Pengantar Teori Mikro Ekonomi, Edisi Ketiga. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Sukirno, Sadono. 2005. Mikro Ekonomi teori pengantar/Sadono Sukirno- Ed 1, -
21. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sukirno, Sadono. 2008. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Sukirno, Sadono. 2010. Pengantar Teori Ekonomi Mikro. Jakarta : Lembaga
Penerbit FE UI.
Sukirno, Sadono. 2011. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Sukirno, Sadono.2012. Mikro Ekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sukirno Sadono. 2013. Mikroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Sumarsono, Sonny. 2012. Pengantar Ekonomi Mikro. Jember: Laboratorium
Kewirausahaan Fakultas Ekonomi Universitas Jember.
Sunarwo, Hendri. 2013. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Yogyakarta: Caps.
Tri Kunawangsih Pracoyo dan Antyo Pracoyo. 2006. Aspek Dasar Ekonomi
Mikro. Jakarta: PT Grasindo.
Widjajanta, B. dan A. Widyaningsih. 2009. Mengasah Kemampuan Ekonomi 1:
Untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/Mandrasah Aliyah Program Ilmu
Pengetahuan Sosial. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional.
221