SKRIPSI

Unduh sebagai rtf, pdf, atau txt
Unduh sebagai rtf, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 89

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ABEPANTAI


JAYAPURA

HASIL PENELITIAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

IRAWATI TANDUNG
20160711014185

PEMINATAN ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN


JURUSAN/PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
TAHUN 2020LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal ini telah disetujui untuk diajukan ada ujian proposal program studi strata
satu (S1) Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Cenderawasih Jayapura.
Disetujui
Hari/Tanggal :
Tempat/ruang : Ruang Sidang Fakultas Kesehatan Masyarakat

Tim Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Marthapina Anggai, SE, MM, M.Kes Asriati, SKM., MPH


NIP.196003251981012001 NIP. 199112302019032018

MENGETAHUI
Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Yulius Sarungu,SKM, M.Kes


NIP. 19770717200811017

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul
“Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas Abepantai Jayapura”. Dalam penulisan proposal ini,
penulis mendapatkan bantuan, dorongan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh
karena itu pada kesempatan ini dengan penuh ikhlas dan hormat, penulis
menghaturkan penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selesainya Hasil Penelitian ini berkat
bantuan dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati, penulis juga ingin
menyampaikan terima kasih serta penghargaaan yang setinggi tingginya kepada:
1. Dr.Ir. Apollo Safanpo,ST.,MT, Sebagai Rektor Universitas Cenderawasih atas
kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di
Universitas Cenderawasih.
2. Dr.Arius Togodly, S.Pd ,M.Kes sebagai Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Cenderawasih yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat.
3. Yulius Sarungu, SKM. M,Kes Selaku Ketua Jurusan Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Cenderawasih.
4. Maxsi Irmanto, Skm,M.Gizi Selaku Ketua program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Cenderawasih.
5. Melkior Tappy, S.KM, MPH, Selaku penguji 1 yang telah banyak
memberikan masukan kepada penulis dalam penulisan Hasil Penelitian ini.
6. Helen Try Juni Asti, S.Kep,Ns.,MPH, Selaku penguji 2 yang telah banyak
memberikan masukan kepada penulis dalam penulisan Hasil Penelitian ini.
7. Lisda O. M Pamangin, S.KM, M.Kes Selaku penguji 3 yang telah banyak
memberikan masukan kepada penulis dalam penulisan Hasil Penelitian ini.
8. Dr. Marthapina Anggai, SE, MM,MKes Selaku Dosen Pembimbing 1 yang
selalu membimbing penulis dalam penulisan Hasil Penelitian ini.

ii
9. Asriati.SKM.,MPH. selaku dosen pembimbing 2 yang selalu membibing
penulis dalam penulisan Hasil Penelitian.
10. Bapak dan Ibu Dosen penganjar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Cenderawasih yang telah memberikan ilmu kepada penulis hingga pada
Proses penyusunan Hasil Penelitian.
11. Kedua orang tua tercinta, terimakasih atas seluruh doa, motivasi dan materi
kepada penulis.
Penulis menyadari Hasil Penelitian ini jauh dari kesempurnaan apabila
nantinya terdapat kekeliruan dalam penulisan Hasil Penelitian ini penulis sangat
mengharapkan kritik dan saranya. Akhir kata semoga Hasil Penelitian ini dapat
memberikan banyak manfaat bagi kita semua.

Jayapura, Februari 2021


Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................... i


Halaman Persetujuan...................................................................................... ii
Kata Pengantar............................................................................................... iii
Daftar Isi......................................................................................................... v
Daftar Tabel ................................................................................................... vi
Abstrak .......................................................................................................... vii
Abstract ......................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
E. Keaslian Penelitian ..................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjuan Pustaka .......................................................................... 10
1. Tinjauan Tentang Diare .......................................................... 10
2. Tinjauan Tentang Pemberian Asi Eksklusif............................ 23
3. Tinjauan Tentang Pengetahuan............................................... 27
4. Tinjauan Umum Tentang Sikap ............................................. 33
5. Tinjauan Umum Tentang balita .............................................. 36
B. Kerangka Teori ........................................................................... 37
C. Kerangka Konsep ....................................................................... 38
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian................................................... 39
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 39
C. Populasi, Sampel dan Instrumen ................................................ 39
D. Hipotesis ..................................................................................... 41
E. Instrumen Penelitian ................................................................... 41
F. Definisi operasional..................................................................... 42
G. Metode pengumpulan data ......................................................... 43
H. Pengolahan analisis dan pengajian data...................................... 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran umum Lokasi Penelitan ............................................ 47
B. Hasil Penelitian ........................................................................... 47
C. Pembahasan ................................................................................ 51
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ..................................................................................... 56

iv
B. Saran ........................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 58
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Analisis distribusi frekuensi karakteristik responden


di puskesmas Abepantai .................................................................. 47
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi Variabel Penelitian ........................................... 48
Table 4.3 Analisis hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada
balita di puskesmas Abepantai tahun 2021 ..................................... 48
Tabel 4.4 Analisis hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada
Balita di puskesmas Abepantai tahun 2021 ..................................... 48
Tabel 4.5 Analisis hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian
diare pada di puskesmas Abepantai tahun 2021 .............................. 50

v
FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
DIARE PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS
ABEPANTAI JAYAPURA

Oleh
IRAWATI TANDUNG
20160711014185

ABSTRAK

Diare menyebabkan kematian pada bayi (31,4%) dan anak balita (25,2%).
Sekitar 162.000 balita meninggal akibat diare setiap tahun atau sekitar 460 balita
per hari. Sedangkan dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di
Indonesia dalam Depkes RI diare merupakan penyebab kematian nomor dua pada
balita, nomor tiga bagi bayi, dan nomor lima bagi semua umur.
Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor diare pada balita di wilayah
puskesmas Abepantai. Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik
dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 819
balita dan sampel sebanyak 90 responden.
Hasil penelitian ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare
pada anak balita di puskesmas Abepantai dengan nilai p = 0,000 < α = 0,05, ada
hubungan antara sikap ibu dengan kejadian diare pada anak balita di puskesmas
Abepantai dengan nilai p = 0,000 < α = 0,05, Ada hubungan antara riwayat
pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian diare pada anak balita di puskesmas
Abepantai dengan nilai p = 0,008 < α = 0,05. Perlu lebih aktifnya tenaga
kesehatan di daerah untuk memberikan penyuluhan dan penyampaian informasi
tentang kesehatan terutama penyakit diare melalui posyandu.

vi
Kata Kunci : Diare, Pengetahuan, Sikap, ASI Eksklusif

FACTORS RELATED TO THE INCIDENCE OF DIARRHEA IN


CHILDREN UNDER FIVE IN THE WORK AREA OF THE
ABEPANTAI JAYAPURA PUBLIC HEALTH CENTER

By

IRAWATI TANDUNG
20160711014185

ABSTRACT

Diarrhea causes of death in infants (31.4%) and children under five


(25.2%). About 162,000 children under five die from diarrhea every year or
around 460 children under five per day. Meanwhile, from the results of the
Household Health Survey (SKRT) in Indonesia in the Indonesian Ministry of
Health, diarrhea is the second leading cause of death for children under five,
number three for babies, and number five for all ages.
The research objective was to determine the factor of diarrhea in children
under five in the Abepantai puskesmas area. Research using analytical research
with a cross sectional approach.. The population in this study amounted to 819
children and a sample of 90 respondents.
The results of the study there was a relationship between maternal
knowledge and the incidence of diarrhea in children under five at Abepantai

vii
puskesmas with a value of p = 0.000 <α = 0.05, there was a relationship between
maternal attitudes and the incidence of diarrhea in children under five at
Abepantai puskesmas with a value of p = 0.000 <α = 0.05, There is a relationship
between the history of exclusive breastfeeding and the incidence of diarrhea in
children under five at Abepantai puskesmas with a value of p = 0.008 <α = 0.05.
There needs to be more active health personnel in the regions to provide
counseling and delivery of information about health, especially diarrhea disease
through posyandu.
.

Keywords: Diarrhea, Knowledge, Attitude, Exclusive Breastfeeding

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang paling sering
menyerang anak-anak di seluruh dunia. Diare adalah kehilangan cairan dan
elektrolit melalui buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair
lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lender (Sudarti,2010).
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan
dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya 3 kali atau
lebih (Depkes RI, 2011). Penyebab kematian terbesar kedua pada balita di
dunia setelah penyakit pneumonia adalah diare. Data dari The United Nations
Chilldern’s Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO), hampir
dari satu lima kematian anak balita di dunia di sebab kan karena diare. Angka
kematian balita yang disebabkan karena diare mencapai 1,5 juta per tahun.
Insiden terbersarnya terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan kehidupan dan
menurun seiring dengan pertumbuhan anak (Kemenkes RI,2017).
Kejadian diare dapat disebabkan karena infeksi bakteri virus dan
parasit, malabsorbsi, alergi, keracunan bahan kimia maupun keracunan oleh
racun yang diproduksi oleh jasad renik, ikan, buah, dan sayur-sayuran (faktor
langsung) dan keadaan gizi, hygiene dan sanitasi, kepadatan penduduk, sosial
ekonomi (faktor tidak langsung). Faktor ibu juga berperan dalam kejadian
diare pada balita. Ibu adalah sosok yang paling dekat dengan balita. Jika
balita terserang diare maka tindakan-tindakan yang ibu ambil akan 4
menentukan perjalanan penyakitnya. Tindakan tersebut dipengaruhi berbagai
hal, salah satunya adalah pengetahuan dan sikap tentang diare. Faktor
langsung yang dapat menyebabkan diare adalah pengetahuan ibu, sikap ibu,
riwayat pemberian ASI eksklusif, perilaku cuci tangan, dan hygiene sanitasi
(IDAI, 2015).

1
Kematian pada bayi dan balita paling banyak disebabkan karena kekurangan
nutrisi yaitu sebesar 58% (WHO, 2012). Menyusui tidak
optimalmenyumbang 45% kematian karena penyakit menular neonatal, 30%
kematian akibat diare, dan 18% kematian akibat gangguan pernafasan akut
pada balita. Kematian 30.000 anak di Indonesia setiap tahunnya dapat
dicegah dengan pemberian ASI (Air Susu Ibu) eksklusif yang dapat menekan
angka kematian bayi hingga 13% (kemenkes RI, 2014). Bayi yang tidak
mendapatkan ASI eksklusif tidak mendapatkan nutrisi optimal, lebih mudah
sakit, IQ yang lebih rendah dibandingkan bayi yang diberi ASI aksklusif,
selain itu diperlukan biaya untuk pembelian susu formula, serta ibu tidak
mendapatkan manfaat KB alami dari proses menyusui (Kristiyanisari, 2009).
Pemberian ASI dapat menurunkan angka kematian anak secara global sebesar
10% setiap tahun. Promosi ASI eksklusif adalah upaya intervensi yang efektif
untuk mengurangi kematian (Gultie and Sebsible, 2016).
ASI merupakan minuman bayi dengan gizi yang ideal dengan
komposisi seimbang, disesuaikan dengan kebutuhan bayi dan merupakan
minuman yang paling sesuai, bersih, dan bebas kuman. ASI eksklusif adalah
bayi yang hanya diberi ASI saja tanpa bahan tambahan cairan lainnya seperti
susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa bahan tambahan
makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dam
tim (Roesli, 2010). ASI eksklusif adalah bayi hanya menerima ASI saja,
termasuk ASI perah atau bayi menyususi dari orang lain. Bayi hanya
diperbolehkan menerima oralit, obat, mineral atau vitamin berbentuk tetes
atau sirup (WHO, 2002).
Pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh faktor perilaku. Perilaku
merupakan suatu kegiatan manusia yang dapat diamati langsung ataupun
tidak dapat diamati pihak luar. Perilaku kesehatan menurut Bloom yaitu suatu
kegiatan yang dapat diamati langsung ataupun tidak dapat diamati langsung
yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan seseorang
(Notoatmodjo, 2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku akan
mempengaruhi gaya hidup serta lingkungan, kemudian akan mempengaruhi

1
kesehatan dan kualitas hidup seseorang (Green and Kreuter, 2000).
Karakteristik seseorang merupakan sikap yang membedakan seseorang
dengan orang yang lainnya. Perilaku pemberian ASI eksklusif yaitu tindakan
seorang ibu dalam memberikan ASI kepada bayinya tanpa tambahan cairan
atau makanan dalam bentuk apapun kecuali vitamin atau obat dalam bentuk
tetes atau sirup hingga bayi berusia enam bulan. Terdapat hubungan antara
sikap dan pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif (Estuti, 2012).
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
pemberian ASI eksklusif selain karakteristik. Pengetahuan berpengaruh
terhadap pemberian ASI eksklusif OR=5,949 (Astuti, 2013).
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-
nya yang masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare,
Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan
insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun
2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000
penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa
(KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan Case Fatality Rate (CFR) yang
masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah
kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi
KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian
100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33
kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR
1,74 %.) (Kemenkes RI, 2017).
WHO (World Health Organazation) melaporkan bahwa penyebab
utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14% dan Pneumonia
(Post neo-natal) 14% kemudian malaria 8 % penyakit tidak menular (post
neonatal) 4% injuri (post neonatal) 3% HIV (Human Imunodefficiency
virus)/AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) 2% Campak 1%, dan
lainnya 13% dan kematian pada bayi <1bulan (Newborns death) 41%
kematian pada bayi umur <1 bulan akibat diare yaitu 2% terlihat bahwa diare

2
sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka kematian anak di dunia
(Kemenkes RI, 2011).
Hasil survei Demografi kesehatan Indonesia (SDKI) 2017
menunjukkan tingginya angka kematian anak balita di Indonesia. Angka
kematian anak balita di Indonesia pada periode lima tahun sebelum survei
diperoleh,hasil angka kematian anak di Indonesia pada periode lima tahun
sebelum survei diperoleh. Hasil angka kematian neonatum sebesar 15 per
seribu kelahiran hidup, angka angka kematian bayi sebesar 24 pe rseribu
kelahiran hidup,dan angka kematian balita sebesar 32 per seribu kelahiran
hidup. Berdasarkan hasil suvei, tingginya angka kematian anak balita rata-rata
2 disebabkan sejumlah penyakit, seperti ISPA (infeksi saluran pernapasan
akut), panas tinggi hingga diare. Penanganan diare bagi balita jadi yang
terparah. Sebab, dari 2.328 balita penderita diare, hanya 74 persen di
antaranya yang telah mendapatkan pengobatan (Kemenkes RI, 2017).
Diare menyebabkan kematian pada bayi (31,4%) dan anak balita
(25,2%). Sekitar 162.000 balita meninggal akibat diare setiap tahun atau
sekitar 460 balita per hari. Sedangkan dari hasil Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) di Indonesia dalam Depkes RI diare merupakan penyebab
kematian nomor dua pada balita, nomor tiga bagi bagi bayi, dan nomor lima
bagi semua umur. Setiap anak di Indonesia mengalami episode diare
sebanyak 1,6–2 kali pertahun (Kemenkes RI, 20011). Diare menyebabkan
kematian pada bayi (31,4%) dan anak balita (25,2%). Sekitar 162.000 balita
meninggal akibat diare setiap tahun atau sekitar 460 balita per hari.
Sedangkumah tan dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di
Indonesia dalam Depkes RI diare merupakan penyebab kematian nomor dua
pada balita, nomor tiga bagi bagi bayi, dan nomor lima bagi semua umur.
Setiap anak di Indonesia mengalami episode diare sebanyak 1,6 – 2 kali
pertahun (kemenkes RI, 20011).
Analisis Word Health Organization (1980) berdasarkan pada data dri
survey memperkirakan setiap tahunnya lebih dari 1,3 miliar diare pada
golongan umur balita (terjadi 57.533 kematian tiap minggu, 8.219 kematian

3
tiap hari, 342 kematian setiap jam, atau 6 kematian setiap menitnya), sekitar
80% kematian terjadi pada golongan umur di bawah 2 tahun (Depkes RI,
2000).
Berdasarkan laporan dari Dinas Kota Jayapura tahun 2019 melaporkan
bahwa data dari keseluruhan data tentang cakupan diare dari seluruh
puskesmas yang ada di kota Jayapura, Puskesmas Abepantai ada diposisi 11
terbanyak khasus diare dengan jumlah keseluruhan 281 orang. Jadi penduduk
di wilayah Puskesmas Abepantai sebagian sudah memperhatikan kebersihan
sekitar dan menjaga pola makan/kebersihan makanan.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan kejadian diare pada balita
seperti adanya infeksi yang disebabkan bakteri, virus, parasit, atau adanya
gangguan absorbsi makanan pada usus, alergi, keracunan bahan kimia atau
adanya racun yang terkandung dalam makanan. Kejadian diare dapat
disebabkan karena faktor langsung dan faktor tidak langsung. Faktor ibu juga
berperan dalam kejadian diare pada balita. Ibu adalah sosok yang paling dekat
dengan balita. Jika balita terserang diare maka tindakan-tindakan yang ibu
ambil akan menentukan perjalanan penyakitnya. Tindakan tersebut
dipengaruhi berbagai hal, salah satunya adalah pengetahuan dan sikap tentang
diare. Faktor langsung yang dapat menyebabkan diare adalah pengetahuan
ibu, sikap ibu, riwayat pemberian ASI eksklusif, perilaku cuci tangan, dan
hygiene sanitasi (IDAI, 2015).
Di wilayah kerja puskesmas Abepantai jumlah balita yang terkena
diare pada tahun 2017 sebanyak 263 balita, pada tahun 2018 sebanyak 155
balita, pada tahun 2019 sebanyak 100 balita, pada tahun 2020 sebanyak 207
balita.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti
tertarik melakukan penelitian dengan judul “ faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja puskesmas Abepantai
Jayapura”.

4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumusan masalah
dalam penelitian adalah faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan
kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Abepantai Jayapura.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada
balita di wilayah kerja Puskesmas Abepantai Jayapura.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui Kejadian Diare pada balita di puskesmas Abepantai
b. Mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada
balita di puskesmas Abepantai.
c. Mengetahui hubungan sikap ibu tentang diare pada balita di puskesmas
Abepantai.
d. Mengetahui hubungan riwayat pemberian ASI esklusif dengan kejadian
diare pada balita di puskesmas Abepantai.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Menambah pengetahuan dan wawasan serta mengasah kemampuan
dalam rangka memperdalam dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
kemampuan serta memberikan pengalaman langsung dalam pelaksanaan
dan penulisan penelitian serta menyusun hasil penelitian.
2. Manfaat bagi Responden
Agar responden dapat mengetahui dan mencegah kejadian diare
pada balita.
3. Bagi puskesmas Abepantai
Sebagai informasi dan evaluasi pelaksanaan program P2M. Temuan
pada penelitian ini dapat dijadikan indikator bagi petugas kesehatan

5
puskesmas dalam hal ini perawat untuk dapat meningkatkan pelayanan
kesehatan, meningkatkan aspek edukatif yang ditujukan kepada keluarga
melalui berbagai proses seperti penyuluhan (peran perawat sebagai
pendidik dan pembimbing/konseling).
4. Bagi keluarga dan masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan peningkatan
pengetahuan, sikap serta perilaku ibu yang mendukung dalam memberikan
perawatan di rumah pada balita yang menderita diare.
5. Manfaat bagi pemerintah
Sebagai bahan masukan untuk pemerintah melakukan penyuluhan
tentang diare pada balita.

6
7

E. Keaslian Penelitian

No Judul Penelitian Tahun Jenis Penelitian Hasil Penelitian

1 Pengaruh manajemen 2017 Dalam penelitiannya, peneliti Manajemen diare ditatanan rumah tangga menunjukkan
diare ditatanam rumah menggunakan metode Quansi terdapat perbedaan yang di signifikasikan pengetahuan
tangga dalam Ekspriment Pretest Desig with dan keterampilan antara kelompok perlakuan dan kontrol
meningkatkan kontrol group dengan teknik dari respon. Hal ini membuktikan manajemen diare di
pengetahuan da sampling purposive sampling. tatanan rumah tangga perpengaruh meningkatkan
keterampilan penanganan pengetahuan keterampilan dalam penanganan diare pada
diare anak (Rahmawati, anak. Perbedaan penelitian dengan penulis terletak pada
E, dkk). variabel yang diteliti dan metode penelitian yaitu peneliti
menggunakan Quasi eksperiment pretestposttest design
with kontrol group, sedangkan penulis metode survei
deskriptif.

2 Perilaku ibu dalam 2013 Rancangan penelitian ini Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah
mengasuh balita dengan adalah analitik dengan menggunakan teknik quota sampling dengan jumalah
kejadian diare (Andreas) pendekatan cross sectional sampel sebanyak 60 responden. Perbedaan penelitian
dengan penulis yaitu terletak pada metode penelitian,
penelitian ini menggunakan metode penelitian dengan
penulis terletak pada perilaku ibu yang diteliti.

3 Persepsi, sikap, dan 2006 Dalam penelitiannya, peneliti Persepsi ibu terhadap diare pada balita menunjukkan sikap
perilaku ibu dalam menggunakan metode yang berbeda terhadap kejadian diare. Sebanyak (45%)
merawat balita dengan fenomenologi deskriptif. partisipan menunjukkan sikap tenang, (20%) cemas dan
8

diare tidak peduli, dan (15%) menunjukkan sikap panik. Hasil


(Masdiana, dkk) penelitian ini juga menemukan kesalahan pahaman iu
dalam merawat balita dengan diare seperti mengurangi
asupan makanan/minuman dan menghentikan pemberian
ASI saat anak mengalami diare. Hal ini mungkin
disebabkan karena perbedaan ditingkat pendidikan ibu,
kurangnya pengalaman dan sifat ikut-ikutan ibu melihat
orang lain atau faktor orang tua dirumah yang lebih
dominan mengambil keputusan. Perbedaan peelitian
dengan penulis yaitu terletak pada metode penelitian,
penelitian ini menggunakan metode fenomenologi
deskriptif, sementara persamaan penelitian dengan
penelitian dengan penulis terletak pada variabel yang akan
diteliti.
4 Faktor-faktor yang 2020 Dalam penelitiannya, peneliti Hasil penelitian ada hubungan antara pengetahuan ibu
berhubungan dengan menggunakan jenis penelitian dengan kejadian diare pada anak balita di puskesmas
kejadian diare pada balita analitik korelasi dengan Abepantai dengan nilai p = 0,000 < α = 0,05, ada
(Irawati) pendekatan cross sectional. hubungan antara sikap ibu dengan kejadian diare pada
anak balita di puskesmas Abepantai dengan nilai p = 0,000
< α = 0,05, Ada hubungan antara riwayat pemberian ASI
Eksklusif dengan kejadian diare pada anak balita di
puskesmas Abepantai dengan nilai p = 0,008 < α = 0,05.
BAB II
TINJUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang Diare
a. Pengertian Diare
Pengertian diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih
dari 4x pada bayi dan lebih dari 3x pada anak, konsistensi cair, ada
lendir atau darah dalam faeces. Definisi Diare adalah kehilangan cairan
dan elektrolit secara buang air besar dengan bentuk tinja yang encer
atau cair. Diare adalah defekasi lebih dari 3x sehari dengan atau tanpa
darah atau lendir. Diare adalah suatu peningkatan frekuensi, keenceran
dan volume tinja serta diduga selama 3 tahun pertama kehidupan,
seorang anak akan mengalami 1 – 3x episode akut diare (IDAI, 2015).
b. Etiologi
Adapun faktor penyakit diare yang dibagi menjadi 4 (empat)
faktor antara lain :
1) Faktor Infeksi
a) Infeksi eksternal adalah infeksi saluran pencernaan makanan
- Infeksi bakteri : vibrio, E coli, rotavirus
- Infeksi virus : intervirus, adenovirus, rotavirus
- Infeksi parasit : cacing, protozoa, jamur
b) Infeksi parental adalah infeksi di luar alat pencernaan makanan
- Tonsilitis
- Bronkopneumonia
- Ensefalitis
2) Faktor Malabsorbsi
- Malabsorbsi karbohidrat
- Malabsorbsi lemak
- Malabsorbsi protein

9
3) Faktor Makanan
- Makanan beracun
- Makanan basi
- Alergi terhadap makanan
4) Faktor psikologis Rasa takut dan cemas ( jarang terjadi pada anak
yang lebih besar) (Purnamaningrum, 2012)
c. Penyebab Diare
Penyebab diare berkisar dari 70% sampai 90% dapat diketahui
dengan pasti, penyebab diare dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Penyebab tidak langsung
Penyakit tidak langsung atau faktor-faktor yang mempermudah
atau mempercepat terjadinya diare seperti: keadaan gizi, hygiene dan
sanitasi, kepadatan penduduk, sosial ekonomi.
2) Penyebab langsung
Termasuk dalam penyakit langsung antara lain infeksi bakteri
virus dan parasit, malabsorbsi, alergi, keracunan bahan kimia
maupun keracunan oleh racun yang diproduksi oleh jasad renik,
ikan, buah dan sayur-sayuran. Ditinjau dari sudut patofisiologi,
penyakit diare akut dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
a) Diare sekresi
Disebabkan oleh infeksi golongan bakteri seperti shigella,
salmonella, E. coli, bacillus careus, clostridium. Golongan virus
seperti protozoa, entamoeba histolitica, giardia lamblia, cacing
perut, ascaris, jamur.
Hiperperistaltic usus halus yang berasal dari bahan-bahan
makanan kimia misalnya keracunan makanan, makanan pedas,
terlalu asam, gangguan psikis, gangguan syaraf, hawa dingin,
alergi.
b) Diare osmotik yaitu malabsorbsi makanan, kekurangan kalori
protein dan berat badan lahir rendah (Satyanegara, 2010).

10
3) Faktor umum atau secara langsung
a) Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan manusia, yakni
indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba di
mana sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga. Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan
merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata (penglihatan) dan telinga
(pendengaran). Pengetahuan sebagai sesuatu yang diketahui oleh
seseorang dengan jalan apapun dan sesuatu yang diketahui orang
dari pengalaman yang didapat. Kurangnya pengetahuan atau
pemahaman diare dan penanganannya menjadi salah satu faktor
meningkatnya kejadian terjadinya diare pada anak balita.
Pengetahuan tentang pencegahan diare penting disebarluaskan
karena sangat membantu dalam penanganan pertama pada anak
yang mengalami diare.
b) Sikap
Sikap merupakan reaksi yang masih tertutup, tidak dapat
dilihat langsung. Sikap hanya dapat ditafsirkan dari perilaku yang
nampak (Cuwin, 2009). Sikap merupakan kesiapan untuk
bereaksi terhadap suatu objek dengan cara tertentu, bentuk
reaksinya dapat positif dan negatif. Sikap meliputi rasa suka dan
tidak suka, mendekati dan menghindari situasi benda, orang,
kelompok dan kebijakan sosial.
Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan
mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak
mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek
tersebut. Sikap, keyakinan dan tindakan dapat diukur, sikap tidak

11
dapat diamati secara langsung tetapi sikap dapat diketahui dengan
cara menanyakan terhadap yang bersangkutan. Sikap mencakup
tiga komponen yaitu kognisi, afeksi dan konasi.
c) Perilaku cuci tangan
Kebersihan pada ibu dan balita terutama dalam hal perilaku
mencuci tangan setiap makan, merupakan sesuatu yang baik.
Sebagian besar kuman infeksi diare ditularkan melalui jalur fecal-
oral. Dapat ditularkan dengan memasukan ke dalam mulut, cairan
atau benda yang tercemar dengan tinja misalkan air minum dan
makanan. Kebiasaan dalam kebersihan adalah bagian penting
dalam penularan kuman diare, dengan mengubah kebiasaan
dengan tidak mencuci tangan menjadi mencuci tangan dapat
memutuskan penularan. Penularan 14-18% terjadinya diare
diharapkan sebagai hasil pendidikan tentang kesehatan dan
perbaikan kebiasaan (Depkes, 2013).
d) Riwayat pemberian ASI esklusif
Pemberian ASI Ekslusif adalah pemberian ASI sedini
mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dantidak
diberi makanan lain, walaupun hanya air putih sampai bayi
berumur 6 bulan. Kemudian setelah 6 bulan, bayi dikenalkan
dengan makanan lain dan tetap diberi ASI sampai berumur dua
tahun.Bayi yang baru lahir tidak memiliki sistem kekebalan tubuh
yang baik sepertiorang dewasa. Tubuh bayi belum mampu untuk
melawan bakteri atau virus penyebab penyakit. Pada umumnya,
tubuh bayi dilindungi oleh antibodi yang diterima melalui air susu
ibu. Bayi yang diberi ASI secara penuh mempunyai daya lindung
4 kali lebih besar terhadap diare dari pada pemberian ASI yang
disertai dengan susu formula. Hal ini dikarenakan ASI
mengandung zat antibodi yang bisa meningkatkan sistem
pertahanan tubuh anak. Pemberian ASI secara eksklusif mampu
melindungi bayi dari berbagai macam penyakit infeksi. Namun,

12
sebagian besar ibu yang menjadi responden tidak memberikan
ASI secara eksklusif pada anaknya dengan alasan bekerja atau
karena ASI tidak keluar (Surya, 2010).
e) Hygiene sanitasi
Hygiene adalah suatu usaha kesehatan masyarakat yang
mempengaruhi kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia,
upaya mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh lingkungan
kesehatan serta membuat kondisi lingkungan sedemikian rupa
sehingga terjamin pemeliharaan kesehatan. Termasuk upaya
melindungi, memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan
manusia (perorangan atau masyarakat). Sedemikian rupa sehingga
berbagai faktor lingkungan yang menguntungkan tersebut tidak
sampai menimbulkan gangguan kesehatan.
Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitik-
beratkan pada pengawasan terhadap faktor yang mempengaruhi
derajat kesehatan manusia, lebih mengutamakan pencegahan
terhadap berbagai faktor lingkungan sedemikian rupa sehingga
munculnya penyakit dapat terhindari. Sanitasi lingkungan berupa
adanya jamban umum, MCK (Mandi, Cuci, Kakus), tempat
sampah. Perilaku masyarakat khususnya ibu balita yang dalam
pemanfaatannya kurang terpelihara, hal ini berhubungan dengan
pendidikan kesehatan pada ibu balita yang berdampak pada
tingkat kesadaran atau pengetahuan dalam menjaga sanitasi
lingkungannya.
Perilaku kesehatan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-
hari misalnya membuang sampah sembarangan hal ini akan
menimbulkan pencemaran pada sumber air, udara serta bau yang
menyengat yang tidak sehat dan mengganggu dalam segi
kesehatan (Notoatmodjo, 2010). Adapun macamnya antara lain:

13
1. Kualitas Sumber Air
Bagi manusia minum merupakan kebutuhan utama bagi
manusia yang menggunakan air untuk berbagai keperluan
seperti mandi, mencuci, kakus, produksi pangan, pangan dan
sandang. Berbagai penyakit dapat dibawa oleh air pada saat
memanfaatkannya, maka tujuan penyediaan air bersih atau air
minum bagi masyarakat adalah mencegah penyakit bawaan air.
Demikian diharapkan semakin banyak pengetahuan
masyarakat yang menggunakan air bersih maka akan semakin
turun modifitas penyakit akibat bawaan air. Sumber air minum
merupakan sarana sanitasi yang penting berkaitan dengan
kejadian diare. Pada prinsipnya sumber air dapat diproses
menjadi air minum, sumbersumber air ini dapat digambarkan
sebagai berikut : air hujan, di mana air hujan dapat ditampung
dan kemudian dijadikan air minum. Air sungai dan danau,
kedua sumber air ini sering disebut air permukaan. Mata air
yaitu air yang keluar dan berasal dari tanah yang muncul
secara alamiah. Air sumur dangkal yaitu air yang berasal dari
lapisan air di dalam tanah yang dangkal biasanya berkisar
antara 5-15 meter. Air sumur dalam yaitu air berasal dari
lapisan air kedua di dalam tana, dalamnya dari permukaan
tanah biasanya di atas 15 meter.
Sebagian besar air sumur dalam ini adalah kurang sehat
untuk dijadikan air minum langsung. Sebagian besar kuman-
kuman infleksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fecal-
oral yang dapat ditularkan dengan dimasukkan ke dalam mulut
cairan atau benda yang tercemar dengan tinja. Sumber air yang
bersih baik kualitas maupun kuantitasnya akan dapat
mengurangi tertelannya kuman penyebab diare oleh balita.
Kualitas air minum hendaknya diusahakan memenuhi
persyaratan kesehatan, diusahakan mendekati persyaratan air

14
sehat yaitu persyaratan fisik yang tidak berasa, bening atau
tidak berwarna. Secara bakteriologi air harus bebas dari segala
bakteri terutama bakteri pathogen. Dari sisi kimiawi air minum
yang sehat itu harus mengandung zat-zat tertentu di dalam
jumlah tertentu di dalam jumlah tertentu seperti flour, chlor,
besi (Notoatmodjo, 2010)
2. Kebersihan jamban
adanya jamban dalam rumah mempengaruhi kesehatan
lingkungan sekitar. Untuk mencegah atau mengurangi
kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka tinja harus
dibuang pada tempat tertentu agar menjadi jamban yang sehat
untuk daerah pedesaan harus memenuhi persyaratan yaitu tidak
mengotori permukaan air di sekitarnya, tidak terjangkau oleh
serangga, tidak menimbulkan bau, mudah digunakan dan
dipelihara, sederhana desainnya, murah, dapat diterima oleh
pemakainya (Notoatmodjo, 2010).
4) Faktor Pendukung atau tidak langsung
a) Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya
seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka
peroleh. Dari kepentingan keluarga itu sendiri amat diperlukan
seseorang lebih tanggap adanya masalah kesehatan terutama
kejadian diare di dalam keluarganya dan biasa mengambil
tindakan secepatnya. Berdasarkan tingkat pendidikan ibu,
prevalensi diare berbanding terbalik dengan tingkat pendidikan
ibu, semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka semakin rendah
prevalensi diarenya.
Lamanya menderita diare pada balita yang ibunya
berpendidikan rendah atau tidak sekolah adalah lebih panjang
dibandingkan dengan anak dari ibu yang berpendidikan baik.
Insiden diare lebih tinggi pada anak yang ibunya tidak pernah

15
sekolah menengah. Pendidikan yang rendah, adat istiadat yang
ketat serta nilai dan kepercayaan akan takhayul di samping tingkat
penghasilan yang masih rendah merupakan penghambat dalam
pembangunan kesehatan.
Pendidikan rata-rata penduduk yang masih rendah,
khususnya ibu balita merupakan salah satu masalah kesehatan
yang berpengaruh terhadap cara penanganan diare, sehingga sikap
hidup dan perilaku yang mendorong timbulnya kesadaran
masyarakat masih rendah. Semakin tinggi pendidikan ibu maka
mortalitas (angka kematian) dan mordibilitas (keadaan sakit)
semakin menurun, hal ini tidak hanya akibat kesadaran ibu balita
yang terbatas, karena kebutuhan status ekonominya yang belum
terkurangi.
b) Status Pekerjaan Ibu
Status pekerjaan ibu mempunyai hubungan yang bermakna
dengan kejadian diare pada anak balita. Pada pekerjaan ibu atau
keaktifan ibu dalam berorganisasi sosial berpengaruh pada
kejadian diare pada balita. Dengan pekerjaan tersebut diharapkan
ibu mendapat informasi tentang pencegahan diare. Terdapat 9,3%
anak balita menderita diare pada ibu yang bekerja, sedangkan ibu
yang tidak bekerja sebanyak 12%.
c) Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluarga menentukan ketersediaan fasilitas
kesehatan yang baik. Semakin tinggi pendapatan keluarga,
semakin baik fasilitas dan cara hidup mereka yang terjaga akan
semakin baik. Pendapatan merupakan faktor yang menentukan
kualitas dan kuantitas fasilitas kesehatan di suatu keluarga.
Demikian ada hubungan yang erat antara pendapatan dan kejadian
diare yang didorong adanya pengaruh yang menguntungkan dari
pendapatan yang meningkatkan, perbaikan sarana atau fasilitas
kesehatan serta masalah keluarga lainnya, yang berkaitan dengan

16
kejadian diare, hampir berlaku terhadap tingkat pertumbuhan
pendapatan. Tingkat pendapatan seseorang untuk memenuhi
kebutuhan hidup, di mana status ekonomi orang tua yang baik
akan berpengaruh pada fasilitasnya yang diberikan (Notoatmodjo,
2010).
Apabila tingkat pendapatan baik, maka fasilitas kesehatan
mereka khususnya di dalam rumahnya akan terjamin, masalahnya
dalam penyediaan air bersih, penyediaan jamban sendiri atau jika
mempunyai ternak akan diberikan kandang yang baik dan terjaga
kebersihannya. Rendahnya pendapatan merupakan rintangan yang
menyediakan orang tidak mampu memenuhi fasilitas kesehatan
sesuai kebutuhan. Pada ibu balita yang mempunyai pendapatan
kurang akan lambat dalam penanganan diare karena ketiadaan
biaya berobat ke petugas kesehatan yang akibatnya dapat terjadi
diare yang lebih parah.
d) Status Gizi Balita
Status gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh
konsumsi makanan, penyimpanan dan penggunaan makanan.
Status gizi adalah tanda-tanda atau penampilan yang diakibatkan
oleh keadaan keseimbangan di satu pihak dengan pengeluaran
oleh organisme dan pihak lain yang terlihat melalui variabel
tertentu disebut indikator misalnya Berat Badan dan Tinggi
Badan. Kurang gizi juga berpengaruh terhadap diare. Pada anak
yang kurang gizi karena pemberian makanan yang kurang, diare
akut yang lebih berat, yang berakhir lebih lama dan lebih sering
terjadi pada diare persisten juga lebih sering dan disentri lebih
berat. Resiko meninggal akibat diare persisten atau disentri sangat
meningkat, apabila anak sudah kurang gizi secara umum hal ini
sebanding dengan derajat kurang gizinya dan paling parah jika
anak menderita gizi buruk (Depkes,2013).

17
Diare dan muntah merupakan gejala khas pada penyakit
gastrointestinal, gangguan pencernaan atau penyerapan maka
terjadinya diare. Pemberian diet pada penderita diare khususnya
balita diusahakan makanan yang tidak mengandung banyak serat.
Pada diare yang menahun harus diwaspadai karena akan terjadi
penurunan berat badan yang selanjutnya akan mempengaruhi
status gizi balita. Pada diare menahun di samping makanan yang
tidak mengandung banyak serat, juga memperhatikan banyaknya
energi dan zat gizi esensial yang bertujuan mempertahankan
pertumbuhan yang normal.
Penilaian status gizi balita secara antropometri, metode ini
didasarkan atas pengukuran keadaan fisik dan komposisi tubuh
pada umur dan tingkat gizi yang baik. Dalam penilaian status gizi
khususnya untuk keperluan klasifikasi, maka harus ada ukuran
baku atau referensi. Baku antropomertri yang digunakan NCHS
(National Center Of Healt Statistic USA) adalah grafik
perbandingan yang merupakan data baru yang dikatakan lebih
sesuai dengan perkembangan jaman.
Perkembangan berat badan sesuai dengan pertambahan
tinggi badan dengan percepatan tertentu. Indeks berat badan
menurut tinggi badan (BB/TB) merupakan indikator yang baik
untuk mengetahui status gizi saat ini, terlebih data umur yang
sangat sulit diperoleh. Indeks BB/TB adalah indeks yang 25
independen terhadap umur dan merupakan indicator yang baik
untuk menilai gizi saat ini atau sekarang.
d. Patogenesis
Mekanisme yang menyebabkan timbulnya diare adalah:
1. Gangguan osmotik yaitu yang disebabkan adanya makanan atau zat
yang tidak diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam
rongga usus meningkat dan penggeseran air dan elektrolit berlebihan
akan merangsang usus dan mengeluarkannya sehingga timbul diare.

18
2. Gangguan sekresi yang menyebabkan adanya rangsangan tertentu
(misalnya: foksin) pada dinding usus yang akan terjadi suatu
peningkatan sekresi, selanjutnya menimbulkan diare karena
peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus yaitu hiperstaltik yang mengakibatkan
kurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan yang
menimbulkan diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang menimbulkan diare
e. Tanda dan gejala
1. Cengeng, gelisah
2. Suhu tubuh meningkat
3. Nafsu makan berkurang
4. Timbul diare, tinja encer, mungkin disertai lender atau lendir darah
5. Warna tinja kehijau-hijauan
6. Anus dan daerah sekitar lecet karena seringnya defekasi
7. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare
8. Banyak kehilangan cairan dan elektrolit sehingga menimbulkan
dehidrasi
9. Berat badan menurun, turgor kurang, mata dan ubun-ubun besar,
menjadi cekung (pada bayi) selaput lendir dan mulut serta kulit
tampak kering.
f. Cara penularan
Kuman penyakit diare ditularkan melalui fecal – oral antara lain
melalui makanan dan minuman yang tercemar tinja dan kontak
langsung dengan tinja penderita (Depkes, 2013).
g. Pencegahan diare
Pencegahan diare dapat dilakukan dengan memberikan ASI,
memperbaiki makanan pendamping ASI, membuang sampah pada
tempatnya dan menjaga kebersihan lingkungan, menggunakan air
bersih untuk kebutuhan sehari-hari, mencuci tangan sebelum makan,

19
menutup makanan atau menjaga kebersihan makanan, menggunakan
jamban, membuang tinja anak pada tempat yang tepat (Depkes, 2013).
h. Pengobatan
Ada tiga patokan untuk pengobatan diare pada anak yang dapat
dilakukan oleh ibu atau keluarga di rumah antara lain:
1. Memberikan cairan lebih banyak dari pada biasa.
Memberikan cairan atau makanan cair yang direkomen-
dasikan untuk pengobatan diare di rumah seperti bubur cair, sup atau
air tajin, larutan gula garam (cairan rumah tangga). Jika bayi minum
ASI maka teruskan memberi ASI dan dapat melakukan lebih sering
dari pada yang normal (paling kurang setiap 3 jam). Jika bayi tidak
minum ASI maka encerkan susu dua kali lipat dari yang biasa
(paling kurang 3 jam sekali). Sedangkan bagi anak usia di bawah 2
tahun berikan sekitar 50 – 100 ml cairan tiap kali menceret.
2. Meneruskan pemberian makan.
Pada anak usia di atas 4–6 bulan memberikan makanan dengan
jumlah zat gizi dan kalori yang tinggi. Makanan ini harus merupakan
campuran serealia dan kacang - kacangan yang mudah didapat, atau
campuran serealia dan daging atau ikan. Tambahan minyak dalam
maka nan ini membuatnya lebih kaya tenaga. Produk susu dan telor
dapat diberikan. Sari buah segar dan pisang sangat bermanfaat,
karena membantu menggantikan kalium yang hilang selama diare.
Memberi dorongan kepada anak agar makan sebanyak yang
dinginkan, menawarkan makanan setiap 3 atau 4 jam sedangkan
pada anak kecil lebih sering lagi. Cara terbaik adalah memberi
makanan sedikit -sedikit dan sering, karena dengan cara ini makanan
akan lebih mudah dicerna. Setelah diare berhenti, berikan anak
makanan tambahan tiap hari selama seminggu. Makanan tambahan
ini membantu anak meningkatkan kembali berat badannya yang
hilang selama diare.

20
3. Membawa anak ke petugas kesehatan jika tidak membaik.
Jika anak sangat haus, mata cekung, dan mengeluarkan banyak
tinja mungkin telah dehidrasi. Anak biasanya memerlukan
pengobatan lebih lanjut dari yang dapat diberikan ibu di rumah. Ibu
seharusnya dapat membawa anak ke petugas kesehatan, jika anak
memperlihatkan salah satu dari tanda-tanda seperti: mengeluarkan
banyak tinja cair, sangat haus, mata cekung, demam, tidak makan
atau tidak minum secara normal dan anak tampak tidak membaik.
Setiap kali anak diare, ibu harus memberikan cairan oralit atau
larutan gula garam paling sedikit sejumlah tinja atau muntah yang
keluar. Jika anak muntah, ibu harus menunggu kira- kira 10 menit,
kemudian larutan oralit diberikan lagi sedikit- sedikit. Dehidrasi
akibat muntah dan diare ini merupakan komplikasi berat yang dapat
menimbulkan asidosis, hipoglikemia, dan mengakibatkan kematian.
Pada anak yang kekurangan gizi diare bisa menjadi lebih
serius, karena dapat memperburuk keadaan kurang gizi yang ada,
sebab selama diare zat gizi hilang dari tubuh. Pada saat diare anak
bisa tidak merasa lapar, bahkan beberapa ibu mungkin menunda
pemberian makanan pada anaknya selama beberapa hari walaupun
diare telah membaik. Kebiasaan menghentikan pemberian makan
dan perilaku pemberian minum yang kurang tepat selama anak
mengalami diare sering dilakukan oleh ibu - ibu, hal ini disebabkan
karena k urangnya pemahaman ibu akan akibat diare terutama pada
bayi dan anak balita. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa,
kebiasaan menghentikan ASI ketika anak diare umumnya dijumpai
pada ibu- ibu, hal ini berlangsung sampai beberapa hari dengan
maksud agar berak anak tidak semakin encer sehingga diare cepat
mampet. Penelitian lain juga mengemukakan, bahwa perilaku
masyarakat dalam kaitannya dengan penanggulangan diare melalui
upaya rehidrasi oral (URO) kurang positif.

21
2. Tinjauan tentang Pemberian ASI Eksklusif
a. Pengertian ASI Eksklusif
Pemberian ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara
eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain
seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan
makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi
dan tim. Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan sampai bayi
berumur 6 bulan dan setelah bayi berumur 6 bulan, ia harus
diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan
sampai bayi berusia 2 tahun atau bahkan lebih dari 2 tahun (Roesli,
2009).
WHO menekankan bahwa pemberian ASI eksklusif pada bayi
yaitu dimulai pada 6 bulan pertama setelah kelahiran, dan setelah itu
dapat diberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang menkurangi
kuantitas dan kualitasnya serta teruskan pemberian ASI sekurangnya
sampai anak berusia 2 tahun (Masoara, 2008).
b. Fisiologi Menyusui
ASI diproduksi atas hasil kerja gabungan antara hormon dan
refleks. Selama kehamilan, terjadilah perubahan pada hormon yang
berfungsi mempersiapkan jaringan kelenjar susu untuk memproduksi
ASI. Segera setelah melahirkan, akan terjadi perubahan pada hormon
yang menyebabkan payudara mulai memproduksi ASI (Roesli, 2005).
Pada saat laktasi akan terjadi dua refleks yang akan meyebabkan ASI
keluar pada saat yang tepat dengan jumlah yang tepat pula, yaitu :
1) Refleks Produksi Air Susu (Milk Production Reflex)
Kelenjar hipofisa bagian depan yang berada didasar otak
menghasilkan prolaktin. Prolaktin akan merangsang kelenjar
payudara untuk memproduksi ASI dan prolaktin ini akan keluar
kalau terjadi pengosongan ASI dari gudang ASI. Makin banyak
ASI dikeluarkan atau dikosongkan dari payudara maka akan
semakin banyak ASI akan diproduksi. Bila bayi menghisap

22
putting susu, maka ASI akan dikeluarkan dari gudang ASI.
Proses pengisapan ini akan merangsang ujung saraf disekitar
payudara dan selanjutnya saraf ini akan membawa pesan
kebagian depan kelenjar hipofisa untuk memproduksi prolaktin.
Prolaktin kemudian akan dialirkan oleh darah ke kelenjar
payudara guna merangsang pembuatan ASI. Jadi, pengosongan
gudang ASI merupakan perangsang diproduksinya ASI.
Kejadian dari perangsangan payudara sampai pembuatan ASI
disebut Refleks Produksi Air Susu atau Refleks Prolaktin.
2) Refleks Pengeluaran Air Susu (Let Down Reflex)
Setelah diproduksi oleh pabrik susu, ASI akan dikeluarkan
dari pabrik susu dan dialirkan ke gudang susu. Pengeluaran ASI
ini terjadi karena sel otot halus disekitar kelenjar payudara
mengerut sehingga memeras ASI keluar yang disebabkan oleh
hormon oksitosin. Hormon oksitosin berasal dari bagian
belakang kelenjar hipofisa dan dihasilkan bila ujung saraf
sekitar payudara dirangsang oleh isapan. Oksitosin masuk
kedalam darah menuju payudara. Kejadian ini disebut Refleks
Pengeluaran Air Susu atau Refleks Oksitosin (Hubertin, 2008).
Dengan keluarnya oksitosin maka hormon ini juga memacu
kontraksi otot rahim sehingga involusi rahim makin cepat dan
makin baik. Tidak jarang perut ibu terasa mulas yang sangat
pada harihari pertama menyusui dan ini adalah mekanisme
alamiah yang baik untuk kembalinya rahim ke bentuk semula
(Masoara, 2006). Tiga refleks yang penting dalam mekanisme
hisapan bayi, yaitu:
a) Refleks menangkap (rooting reflex)
Refleks menangkap adalah refleks yang terjadi bila bayi
baru lahir tersentuh pipinya akan menoleh kearah sentuhan. Bila
bibirnya dirangsang dengan papilla, maka bayi akan membuka
mulut dan berusaha untuk menangkapnya.

23
b) Refleks mengisap
Refleks ini mulai apabila langit-langit mulut bayi tersentuh,
biasanya oleh papilla. Supaya sentuhan ini sempurna mencapai
bagian belakang palatum, maka sebagian besar areola harus
tetangkap mulut bayi. Dengan cara demikian, maka sinus
laktiferus yang berada dibawah areola akan tertekan antara gusi,
lidah dan palatum sehingga pemerasan ASI lebih sempurna.
c) Refleks menelan
Bila mulut bayi terisi, ASI ia akan menelannya (Depkes,
2007).
c. Komposisi ASI
Gizi pokok yang terkandung dalam ASI adalah :
1) Protein
Protein dibutuhkan untuk pertumbuhan bayi. Protein dipecah
menjadi kasein dan air dadih. ASI terutama terdiri atas air dadih
sedangkan susu sapi mengandung lebih banyak kasein. Disamping
air dadih, ASI mengandung protein terpilih lain yang secara alamiah
tidak terdapat dalam susu yang dikandung oleh sapi atau formula,
seperti taurin, laktoferin, lisosim dan nukleotida.
2) Karbohidrat
Hampir semua karbohidrat didalam ASI adalah laktosa.
Laktosa penting untuk pertumbuhan otak, dan otak bayi pada
umumnya sangat besar dan tumbuh dengan cepat.
3) Lemak
Lemak dibutuhkan untuk membuat energi (kalori) serta
meningkatkan kecerdasan karena didalam ASI terdapat asamasam
lemak esensial berantai panjang yang terbukti sangat penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan otak bayi. Asam lemak ini tidak
ada secara alami didalam susu sapi atau susu formula. Lemak dalam
ASI sangat mudah dicerna dan nyaris tanpa bahan sisa
4) Vitamin, Mineral dan Zat Besi

24
Vitamin, mineral dan zat bezi yang terkandung dalam ASI
memiliki manfaat yang tinggi bagi tubuh. Sebagian besar gizi yang
sangat berguna yang ada dalam ASI masuk ke jaringan bayi dan
hanya sedikit sekali yang terbuang percuma dibanding dengan susu
pabrik atau susu sapi (Sears dan Marta, 2006).
d. Manfaat Pemberian ASI
Menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi, tetapi ada sederet
keuntungan dan manfaat yang akan diperoleh ibu dengan menyusui si
kecil, khususnya dengan memberikan ASI Eksklusif. Manfaat
memberikan ASI Eksklusif bagi bayi yaitu menerima nutrisi terbaik
baik kualitas maupun kuantitas, meningkatkan daya tahan tubuh,
meningkatkan kecerdasan, dan meningkatkan jalinan kasih sayang
(Bonding), sedangkan manfaat memberikan ASI Eksklusif bagi ibu
yaitu : mengurangi perdarahan post partum (pasca melahirkan),
mengurangi kemungkinan terjadinya anemia kekurangan zat besi,
mengurangi kemungkinan menderita kanker payudara dan kanker
indung telur, menjarangkan kelahiran, mengembalikan lebih cepat berat
badan dan besarnya rahim keukuran normal, ekonomis, hemat waktu,
tidak merepotkan, dapat 30 dibawah kemana-mana dengan mudah dan
memberikan rasa bahagia bagi ibu (Supriadi, 2007).
Dalam ASI terkandung nilai-nilai komponen yang tidak dapat
digantikan oleh susu formula, misalnya perlindungan terhadap infeksi,
alergi dan merangsang sistem kekebalan tubuh bayi. ASI sangat
bermanfaat bagi bayi sehingga pemberian ASI sangat dianjurkan
terlebih saat 6 bulan pertama yang disebut dengan ASI eksklusif
dilanjutkan sampai 2 tahun. Hal ini karena ASI mengandung zat-zat gizi
yang dibutuhkan oleh bayi untuk pertumbuhan dan perkembangannya,
termasuk untuk kecerdasan bayi.
Manfaat ASI bagi bayi diantaranya adalah :
1. Merupakan makanan alamiah yang sempurna, bersih dan higienis.

25
2. Mengandung zat gizi sesuai kebutuhan bayi untuk pertumbuhan
yang sempurna.
3. Mengandung zat gizi untuk kecerdasan bayi.
4. Mengandung zat kekebalan untuk mencegah bayi agar tidak terkena
penyakit infeksi (diare, batuk pilek, radang tenggorokan dan
gangguan pernafasan).
5. Melindungi bayi dari alergi.
6. Aman dan terjamin kebersihannya, karena langsung disusukan
kepada bayi dalam keadaan segar.
7. Tidak akan pernah basi, mempunyai suhu yang tepat dan dapat
diberikan kapan saja dan dimana saja.
8. Membantu memperbaiki refleks menghisap, menelan dan pernafasan
bayi.
Manfaat pemberian ASI ternyata tidak hanya untuk bayi, tetapi
juga bermanfaat bagi ibu. Berikut ini beberapa manfaat pemberian ASI
bagi ibu :
1. Menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dengan bayi.
2. Mengurangi perdarahan setelah persalinan
3. Mempercepat pemulihan kesehatan ibu.
4. Menunda kehamilan.
5. Mengurangi resiko terkena kanker payudara.
6. Ibu dapat memberikan ASI setiap saat bayi membutuhkan.
7. Lebih praktis karena ASI lebih mudah diberikan. Menumbuhkan rasa
percaya diri ibu untuk menyusui (Muchtar, 2008).

3. Tinjauan tentang Pengetahuan


a. Definisi
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu yang menjadi
telaah seseorang setelah melakukan pengindraan terhadap obyek
tertentu. Penginderaan tersebut melalui panca indera manusia yaitu
indera penglihatan, pendengaran, penciuman rasa dan raba. Sebagian

26
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui penglihatan dan
pendengaran. Pengetahuan diperoleh melalui belajar yang merupakan
suatu proses mencari tahu yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, konsep
mencari tahu mencakup berbagai metode dari konsep, baik melalui
proses pendidikan maupun pengalaman. Pengetahuan adalah sebagian
ingatan atas bahan-bahan yang telah dipelajari, mengingat kembali
sekumpulan bahan yang luas dari hal-hal terperinci untuk teori tetapi
apa yang diberikan telah menggunakan ingatan akan keterangan yang
sesuai (Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan adalah segala yang telah diketahui dan mampu
diingat oleh setiap orang setelah mengalami, menyaksikan, mengamati
atau diajarkan semenjak ia lahir sampai menginjak dewasa khususnya
setelah diberi pendidikan baik melalui pendidikan formal maupun non
formal dan diharapkan dapat mengevaluasi terhadap suatu materi atau
obyek tertentu untuk melaksanakannya sebagai bagian dalam kehidupan
sehari – hari (Notoatmodjo, 2010).
Manusia pada dasarnya selalu ingin tahu yang benar. Untuk
memenuhi rasa ingin tahu ini, manusia sejak jaman dahulu telah
berusaha mengumpulkan pengetahuan. Pengetahuan pada dasarnya
terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang
untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan
tersebut diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun melalui
pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2010).
b. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang mencakup di dalamnya domain kognitif
mempunyai 6 tingkatan, yakni :
1. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya.
2. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai
kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang

27
diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar.
3. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi
riil (sebenarnya).
4. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk
menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-
komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut
dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan
untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam
suatu bentuk keseluruhan.
6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau pemikiran terhadap suatu materi atau obyek.
(Notoatmodjo, 2010).
c. Sumber Pengetahuan
Pengetahuan dapat diperoleh langsung ataupun melalui
penyuluhan baik individu maupun kelompok. Untuk meningkatkan
pengetahuan kesehatan perlu diberikan penyuluhan yang bertujuan
untuk tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga maupun
masyarakat, dalam membina dan memelihara hidup sehat serta berperan
aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
Pengetahuan adalah proses kegiatan mental yang dikembangkan
melalui proses kegiatan pada umunya sebagai aktifitas kognitif.
Proses adopsi adalah perilaku menurut Notoatmodjo (2010),
Sebelum seseorang mengadopsi perilaku didalam diri orang tersebut
terjadi suatu proses yang berurutan yang terdiri dari:
1. Kesadaran (awareness) Individu menyadari adanya stimulus.
2. Tertarik (Interest) Individu mulai tertarik pada stimulus.

28
3. Menilai (Evaluation) Individu mulai menilai tentang baik dan
tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Pada proses ketiga ini subjek
sudah memiliki sikap yang lebih baik lagi.
4. Mencoba (Trial) Individu sudah mulai mencoba perilaku yang baru.
5. Menerima (Adoption) Individu telah berprilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, sikap dan kesadarannya terhadap stimulus.
d. Pengukuran
Pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin
diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan
yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-
tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2010). Pertanyaan (test) yang dapat
dipergunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum dapat
dikelompokkan menjadi dua jenis:
1. Pertanyaan Subjektif; bentuk pertanyaannya berupa essay.
2. Pertanyaan Objektif; jenis pertanyaan berupa pilihan ganda,
betul/salah dan pertanyaan menjodohkan (Arikunto, S, 2008).
Pengukuran pengetahuan dilakukan dengan wawancara atau
kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari
subjek penelitian. Menurut Budiman dan Riyanto (2013) pengetahuan
seseorang ditetapkan menurut hal-hal berikut :
1. Bobot I : tahap tahu dan pemahaman.
2. Bobot II : tahap tahu, pemahaman, aplikasi dan analisis
3. Bobot III: tahap tahu, pemahaman, aplikasi, analisis sintesis dan
evaluasi
Menurut Arikunto (2006) terdapat 3 kategori tingkat pengetahuan
yang didasarkan pada nilai presentase sebagai berikut:
1. Tingkat Pengetahuan kategori Baik jika nilainya ≥ 75%.
2. Tingkat pengetahuan kategori Cukup jika nilainya 56 – 74%
3. Tingkat pengetahuan kategori Kurang jika nilainya < 55%

29
Menurut Budiman dan Riyanto (2013) tingkat pengetahuan
dikelompokkan menjadi dua kelompok apabila respondennya adalah
masyarakat umum, yaitu :
1. Tingkat pengetahuan kategori Baik nilainya > 50%
2. Tingkat pengetahuan kategori Kurang Baik nilainya ≤ 50%
e. Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan
Faktor - faktor yang mempengaruhi pengetahuan Notoatmodjo
(2010) :
1) Faktor Internal
a) Pendidikan
Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan,
dan bantuan yang diberikan kepada anak yang tertuju kepada
kedewasaan. Sedangkan GBHN Indonesia mendefinisikan lain,
bahwa pendidikan sebagai suatu usaha dasar untuk menjadi
kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan
berlangsung seumur hidup
b) Minat
Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau
keinginan yang tinggi terhadap sesuatu dengan adanya
pengetahuan yang tinggi didukung minat yang kurang dari
seseorang sangatlah mungkin seseorang tersebut akan berperilaku
sesuai dengan apa yang diharapkan.
c) Pengalaman
Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami seseorang,
mengatakan bahwa tidak adanya suatu pengalaman sama sekali.
Suatu objek psikologis cenderung akan bersikap negatif terhadap
objek tersebut untuk menjadi dasar pembentukan sikap pengala-
man pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu
sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi
tersebut dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan,
pengalaman akan lebih mendalam dan lama membekas.

30
d) Usia
Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat
berulang tahun. Semakin kurang umur tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.
Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa
akan lebih dipercaya daripada orang yang belum kurang tinggi
kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan
kematangan jiwanya, makin tua seseorang maka makin kondusif
dalam menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi.
2) Faktor Eksternal
a) Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuahan primer ataupun sekunder,
keluarga dengan status ekonomi baik lebih mudah terkurangi
dibanding dengan keluarga dengan status ekonomi rendah, hal ini
akan mempengaruhi kebutuhan akan informai termasuk
kebutuhan sekunder. Jadi dapat disimpulkan bahwa ekonomi
dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang berbagai hal.
b) Informasi
Informasi adalah keseluruhan makna, sebagai pemberita-
huan seseorang adanya informasi baru mengenai suatu hal
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap
terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif dibawa oleh informasi
tersebut apabila arah sikap tertentu. Pendekatan ini biasanya
digunakan untuk menggunakan kesadaran masyarakat terhadap
suatu inovasi yang berpengaruh perubahan perilaku, biasanya
digunakan melalui media masa.
c) Kebudayaan/Lingkungan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai
pengaruh besar terhadap pengetahuan kita. Apabila dalam suatu
wilayah mempunyai budaya untuk selalu menjaga kebersihan

31
lingkungan maka sangat mungkin berpengaruh dalam pembentuk-
an sikap pribadi atau sikap seseorang.

4. Tinjauan Umum Tentang Sikap


a. Definisi
Sikap adalah evaluasi atau reaksi perasaan seseorang terhadap
suatu objek dengan perasaan mendukung atau memihak (favorable)
dengan perasaan tidak mendukung atau tidak memihak. Sikap adalah
pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak
sesuai dengan sikap yang dituju. Jadi sikap senantiasa terarah terhadap
objek yang dimaksud. Sikap mungkin terarah terhadap benda-benda,
orang tetapi juga peristiwaperistiwa, pandangan-pandangan, lembaga-
lembaga terhadap norma-norma, nilai-nilai dan lain-lain. Sikap juga
diartikan sebagai kesiapan, kesediaan dan kecenderungan untuk
bertindak terhadap suatu objek tertentu.
Adapun ciri-ciri sikap adalah :
1) terbentuk sesuai dengan yang dipelajari jadi bukan dibawa sejak
lahir,
2) sikap bisa berubah karena hasil dari belajar,
3) sikap tidak berdiri sendiri tetapi berhubungan dengan objek tertentu,
4) sikap mempunyai segi motivasi dan segi perasaan.
5) Sikap merupakan suatu pandangan, tetapi dalam hal itu masih
berbeda dengan suatu pengetahuan yang dimiliki orang.
Pengetahuan mengenai suatu obyek baru menjadi sikap apabila
pengetahuan itu disertai kesiapan untuk bertindak sesuai dengan
pengetahuan terhadap obyek tersebut. Sikap mempunyai segi
motivasi, berarti segi dinamis menuju suatu tujuan. Sikap dapat
merupakan suatu pengetahuan, tetapi pengetahuan yang disertai
kecenderungan bertindak sesuai dengan pengetahuan itu. Sikap ini
dapat bersifat positif dan dapat pula bersikap negatif.

32
b. Pembentukan Sikap
Sikap terbentuk dan berubah sejalan dengan perkembangan
individu atau dengan kata lain sikap merupakan hasil belajar individu
dengan interaksi sosial. Hal ini berarti bahwa sikap dapat dibentuk dan
diubah melalui pendidikan. Sikap positif dapat berubah menjadi negatif
jika tidak mendapatkan pembinaan dan sebaliknya sikap negatif dapat
berubah menjadi positif jika mendapatkan pembinaan yang baik.
Karena sikap mempunyai valensi/tingkatan, maka sikap positif dapat
juga ditingkatkan menjadi sangat positif. Di sinilah letak peranan
pendidikan dalam membina sikap seseorang. Sikap mempunyai tiga
komponen pokok yaitu kognitif yaitu yang berhubungan dengan
pengetahuan, afektif berhubungan dengan perasaan dan psikomotoris
berhubungan kecenderungan untuk bertindak.
Struktur kognisi merupakan pangkal terbentuknya sikap
seseorang. Struktur kognisi ini sangat ditentukan oleh pengetahuan atau
informasi yang berhubungan dengan sikap, yang diterima seseorang
(Azwar, 2010). Pembentukan sikap tidak terjadi demikian saja,
melainkan melalui suatu proses tertentu, melalui kontak sosial yang
terus menerus antara individu dengan yang lain di sekitarnya. Dalam
hubungan ini, faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap adalah,
pertama faktor intern yaitu faktor yang terdapat dalam diri orang yang
bersangkutan sendiri, seperti selektivitas. Manusia tidak dapat
menangkap seluruh rangsang-rangsang mana yang akan kita dekati
mana yang harus dijauhi. Pilihan ini ditentukan oleh motif dan
kecenderungan yang ada pada manusia. Karena itu harus memilih,
disinilah kita menyusun sikap positif terhadap satu hal dalam
membentuk sikap negatif terhadap hal lainnya. Kedua adalah faktor
ekstern yang merupkan faktor diluar manusia yaitu: Sikap objek yang
dijadikan sasaran sikap, kewibawaan orang yang mengemukakan suatu
sikap, sifat orang -orang atau kelompok yang mendukung sikap

33
tersebut, media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan
sikap, situasi pada saat sikap dibentuk.
c. Perubahan Sikap
Beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan sikap, yaitu
1) Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal yang memberikan
landasan kognitif baru terbentuknya sikap terhadap hal tersebut
(Azwar, 2010), dengan kata lain informasi yang baru akan
mengakibatkan perubahan dalam komponen kognitif, yang
selanjutnya akan meng akibatkan perubahan komponen afektif
dan konatif,
2) Perubahan sikap dapat terjadi karena pengalaman langsung
individu,
3) hukum undang - undang yang memberi sanksi atau hukuman.
Sikap yang positif akan dapat mengarahkan pada penyelesaian
yang baik, terutama dalam hubungan heteroseksual. Sikap remaja
terhadap seks juga merupakan hasil belajar. Hubungan seks yang terjadi
pada remaja belasan tahun cenderung kurang di rencanakan dan lebih
bersifat spontan. Hal ini di pengaruhi oleh tingkat kematangan kognitif
dan emosional. Jika seseorang merasa bahwa out put dari penampilan
sebuah perilaku adalah positif, setiap individu akan memiliki sikap
yang positif yang mengarah pada penampilan perilaku tersebut.
Kebalikannya juga dapat terjadi jika perilaku tersebut menjadi negatif.
Perilaku yang diharapkan dari seorang individu jika memiliki
penampilan perilaku yang positif dan individu tersebut akan termotivasi
dengan hal - hal yang bersikap positif pula maka akan terjadi norma
subjektif yang positif, dan bisa juga terjadi kebalikannya jika memiliki
penampilan perilaku yang negatif maka individu tersebut akan
termotivasi dengan hal - hal yang bersifat negatif sehingga akan terjadi
norma subjektif yang negatif.

34
5. Tinjauan Umum Tentang Balita
Balita merupakan singkatan bawah lima tahun. Anak balita adalah
anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular
dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun. Batasan anak balita
adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur 12-59 bulan (Kemenkes
RI., 2017). Masa balita merupakan usia penting dengan perkembangan
secara pesat. Perkembangan usia balita menjadi penentu keberhasilan
perkembangan anak di periode selanjutnya. Usia balita merupakan periode
kritis. Periode kritis merupakan kondisi dimana lingkungan memiliki
dampak paling besar terhadap perkembangan individu.

35
B. Kerangka Teori

Faktor Langsung:
Pengetahuan Ibu
Sikap Ibu
Riwayat Pemberian ASI Esklusif
Perilaku Cuci Tangan
Hygiene Sanitasi

Terjadinya Diare Pada Anak Balita

Faktor Tidak Langsung


Tingkat Pendidikan
Status Pekerjaan Ibu
Pendapatan Keluarga
Status Gizi

Sumber: Modifikasi IDAI (2014), Depkes (2013), dan Notoadmodjo (2010)

36
C. Kerangka Konsep

Variabel
Pengetahuan
Indenpenden
Ibu Variabel dependen

Kejadian Diare Pada Balita

Sikap Ibu

Riwayat Pemberian Asi Esklusif

Keterangan :
: Variabel Indenpenden
: Variabel Dependen

37
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Desain Penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah analitik
korelasi. Desain penelitian analitik korelasi merupakan suatu penelitian yang
menggunakan penelaah hubungan antar dua variabel pada satu situasi atau
sekelompok subjek kemudian dianalisis untuk mengetahui dari hubungan
antar variabel independen dan variabel dependen (Notoadmodjo, 2010).
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini ialah pendekatan cross
sectional. Pendekatan penelitian cross sectional yaitu jenis penelitian yang
lebih menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data variabel
independen dan dependen hanya satu kali pada suatu saat tertentu (Nursalam,
2017).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Abepantai Kota Jayapura waktu
penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2020.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek peneliti atau objek yang akan
diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua
balita berusia 0-60 bulan yang ada di wilayah kerja puskesmas Abepantai
berjumlah 819 responden.
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2002), sampel merupakan bagian populasi yang
akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh
populasi.
Maka untuk menemukan besarnya sampel diperoleh dengan
menggunakan rumus Slovin, yaitu sebagai berikut:

38
N
n=
N ( d )2 +1
Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Besar populasi
d = presisi (sebesar 90% atau d= 0,1)
Cara menghitung sampel sebagai berikut:
819
n= 2
819 ( 0,1 ) +1
819
n=
9,19
n=¿ 89,11 responden, dibulatkan menjadi 90.
Jadi besar sampel yang didapat dalam penelitian ini sebanyak 90.
3. Teknik Pengambilan
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Purposive
Sampling. Purposive Sampling adalah suatu teknik penetapan sampel
dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang
dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel
tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal
sebelumnya (Nursalam, 2016).
Besar sampel yang didapat dalam penelitian ini sebanyak 90
responden yang memenuhi kriteria pengambilan sampel sebagai berikut.
1. Kriteria Inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003:96)
- Balita yang berusia 0-60 bulan dengan atau tanpa penyakit Diare.
- Ibu atau pengasuh yang memiliki balita menderita penyakit Diare
dan tidak menderita diare.
2. Kriteria Eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek yang
memenuhi kriteria inklusi dari penelitian karena sebab-sebab tertentu
(Nursalam, 2003:97).
- Ibu atau pengasuh yang tidak tinggal di wilayah kerja puskesmas
Abepantai

39
D. Hipotesis Penelitian
1 H1 Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada
. anak balita di puskesmas Abepantai
H0 Tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare
pada anak balita di puskesmas Abepantai
2 H1 Ada hubungan antara sikap ibu dengan kejadian diare pada anak
. balita di puskesmas Abepantai
H0 Tidak ada hubungan antara sikap ibu dengan kejadian diare pada
anak balita di puskesmas Abepantai
3 H1 Ada hubungan antara riwayat pemberian ASI Eksklusif dengan
. kejadian diare pada anak balita di puskesmas Abepantai
H0 Tidak ada hubungan antara riwayat pemberian ASI Eksklusif dengan
kejadian diare pada anak balita di puskesmas Abepantai

E. Instrumen Peneliti
Instrumen peneliti yang digunakan dalam penelitian ini peralatan yang
digunakan untuk pengambilan data beserta pendukungnya adalah:
a. Kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan informasi yang
memungkinkan analis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan
karakteristik beberapa orang utama di dalam organisasi yang bisa
terpengaruhi oleh sistem yang diajukan atau oleh sistem yang sudah ada.
b. Kamera hp vivo y12 adalah alat untuk mengambil dokumentasi dan
merekam suatu bayangan potret pada lembaran sebagai bukti penelitian
selama penelitian berlangsung.
c. Alat tulis yaitu untuk mencatat hasil pengisian data saat berlangsung.

40
F. Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Alat ukur Kriteria Objektif Skala

1. Kejadian diare Diare adalah buang air besar dengan Kuesioner 1. Diare bila nilai > 3 Ordinal
konsistensi lembek atau cair, bahkan 2. Tidak Diare bila nilai ≤ 3
dapat berupa air saja dengan frekuensi
lebih sering dari biasanya 3 kali atau
lebih.
2. . Pengetahuan ibu Pengetahuan ibu tentang kandungan ASI, Kuesioner 1. Baik, jika jawaban benar > 50% Ordinal
IMD, kolostrum, kegunaan pemberian 2. Kurang, jika jawaban benar ≤ 506%
ASI eksklusif dan menyusui serta (Budiman dan Riyanto, 2013)
perbedaan dengan pemberian susu
formula kepada bayi.
3. Sikap ibu Ibu bersedia memberikan ASI eksklusif Kuesioner 1. Positif : Skor ≥ 50% Ordinal
pada bayinya dan tidak bersedia 2. Negatif : Skor < 50%
memberikan susu formula. (Azwar, 2010)
4. Riwayat Diberikannya ASI pada bayi oleh ibunya Kuesioner 1. ASI eksklusif Ordinal
pemberian ASI sendiri selama 6 bulan pertama tanpa 2. Tidak ASI eksklusif
eksklusif memberikan makanan atau minuman
tambahan, termasuk air putih, kecuali
obat-obatan dan vitamin atau mineral tetes
dan ASI perah menurut pengakuan
ibunya.

41
G. Metode Pengumpulan Data
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diambil secara langsung oleh
peneliti di lokasi peneliti. Data primer pada penelitian ini adalah hasil
pengambilan data diare pada balita di lokasi puskesmas serta data
responden berupa umur, jenis kelamin, pekerjaan ibu, pendidikan ibu dan
pendapatan ibu.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pencatatan atau
dokumen bagian pendaftaran pasien balita di puskesmas.

H. Pengolahan, Analisis, dan Pengajian Data


a. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan bantuan komputer menggunakan
program SPSS (Statistical Product and Service Solution) dan dibantu
program Microsoft Excel.
Setelah data dikumpulkan berdasarkan kuesioner dan wawancara,
maka tahap selanjutnya (Notoatmodjo, 2012) adalah:
1) Editing dimaksudkan untuk melihat apakah data yang diperoleh sudah
terisi lengkap atau kurang lengkap.
2) Coding yaitu mengklasifikasikan jawaban dari responden menurut
macamnya.
3) Scoring yaitu melakukan penilaian terhadap kuesioner yang diberikan.
4) Processing, setelah data diberi kode, selanjutnya melakukan entry data
dari kuesioner kedalam program computer menggunakan excel.
5) Cleaning data (pembersih data) merupakan kegiatan pengecekan data
yang sudah dientri apakah ada kesalahan atau tidak.
b. Analisis Data
Setelah semua data terkumpul, maka dilakukan analisis data
sehingga data tersebut dapat ditarik kesimpulannya. Adapun data pada

1
penelitian ini akan dianalisis dengan bantuan program komputer yang
meliputi:
1) Analisis Univariat
Analisis univariat adalah uji yang dilakukan bersifat distribusi
untuk mengetahui persentase pada kelompok variabel (Sugiyono, 2013)
dengan rumus sebagai berikut:
F
P= x 100%
n
Keterangan :
P : persentase
f : Frekuensi
n : Jumlah sampel
Pengukuran variabel univariat untuk mengetahui umur, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap.
2) Analisis Bivariat
Analisis bivariat bertujuan melihat besar resiko variabel
responden terhadap variabel indenpenden. Mengingat rancangan
penelitian ini adalah studi Cross sectional, maka analisis hubungan
dilakukan dengan menggunakan perhitungan cross sectional yang
dilakukan dengan menggunakan tabulasi silang antar variabel.
c. Penyajian Data
Dalam melakukan penelitian penulis perlu mendapat adanya
rekomendasi dari institusinya atas pihak lain dengan mengajukan
permohonan ijin kepada institusi atau lembaga tempat penelitian dalam
pelaksanaan penelitian tetap memperhatikan masalah etik meliputi:
1. Informed Concent (lembar persetujuan menjadi responden)
Responden yang diteliti diberi lembar persetujuan menjadi
responden yang berisi informasi mengenai tujuan peneliti yang akan
dilaksanankan. Responden diberikan kesempatan membaca isi lembar
persetujuan tersebut selanjutnya mencantumkan tanda tangan sebagai
bukti kesediaan menjadi responden atau objek peneliti dan apabila

2
responden menolak untuk diteliti maka penulis tidak akan memaksa dan
tetap menghormati hak-hak subjek.
2. Confildentialy (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin
oleh peneliti, hanya data yang dipaparkan untuk kepentingan analisa
data. Semua informasi yang telah dikumpulkan di jamin kerahasiaan
oleh penulis, hamya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada
hasil penelitian.
3. Anoymity (tanpa nama)

3
Penulis memberikan jaminan dalam pengunaan subyek penelitian dengan cara
tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat dan
hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran umum Lokasi Penelitan


a. Data Situasi Umum
Nama Puskesmas : Puskesmas Abepantai
Alamat : Jalan Raya Abepantai RT 001/RW 007
Kelurahan : Abepantai
Kampung : Nafri, Koya Koso, Enggros
Distrik : Abepura

b. Data Wilayah
1) Luas Wilayah :
Kelurahan Abepantai : 96 KM²
Kampung Nafri : 74,08 KM²
Kampung Enggros : 19,05 KM²
2) Batas Wilayah Kerja Puskesmas Abepantai :
a) BagianTimur : Berbatasan dengan Distrik Jayapura Selatan
b) Bagian Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Keerom
c) Bagian Utara : Berbatasan dengan Kelurahan Asano Distrik Abepura
d) Bagian Selatan : Berbatasan dengan Koya Barat

1
4.2 Secara Geografis Puskesmas Abepantai (Gedung Puskesmas Indukdan Pustu
Enggros, Nafri, Koya Koso, Abepantai) mempunyai letak pada lokasi yang
strategis, yaitu terletak pada jalur utama.Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
1.1 Karakteristik Responden
Pengambilan data dilakukan di puskesmas Abepantai dan
jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 90 balita. Karakteristik
responden dalam penelitian ini meliputi, umur anak, jenis kelamin
anak, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pendapatan ibu.
Tabel 4.1 Analisis distribusi frekuensi karakteristik responden di
puskesmas Abepantai
Karakteristik Ibu Frekuensi (n) Persen (%)
Usia Anak
0-23 Bulan 36 40
23-35 Bulan 37 41.1
36-60 Bulan 17 18.9
Jenis Kelamin Anak
Laki-laki 58 64.4
Perempuan 32 35.6
Pendidikan Ibu
SD 8 8.9
SMP 29 32.2
SMA 27 30
D3/S1 26 28.9
Pekerjaan Ibu
Petani 21 23.3
IRT 30 33.3
Swasta 23 25.6
PNS 16 17.8
Pendapatan Ibu
> 3 Juta 32 35.6
≤ 3 Juta 58 64.4
Total 90 100
Sumber data:Primer tahun 2021
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi karakteristik responden
umur balita 0-23 bulan lebih banyak yaitu 36 (40%) balita, jenis
kelamin anak lebih banyak laki-laki yaitu 58 (64,4%) balita, tingkat
pendidikan ibu D3/S1 lebih banyak yaitu 26 (28,9%) orang, pekerjaan

2
ibu paling banyak IRT yaitu sebanyak 30 (33,3%) orang, sebagian
besar pendapatan ibu ≤ 3 Juta sebanyak 58 (64,4%) orang.
1.2 Distribusi Frekuensi Variable Yang Diteliti
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi Variabel Penelitian
Karakteristik Ibu Frekuensi (n) Persen (%)
Kejadian Diare
Diare 33 36.7
Tidak Diare 57 63.3
Pengetahuan Ibu
Kurang 19 21.1
Baik 71 78.9
Sikap Ibu
Negatif 28 31.1
Positif 62 68.9
Riwayat ASI Eksklusif
Tidak ASI Eksklusif 20 22.2
ASI Eksklusif 70 77.8
Total 90 100
Sumber: Data primer 2021
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi variable diatas diketahui
bahwa balita yang mengalami diare sebanyak 33 (36,7%) balita dan
balita yang tidak mengalami diare sebanyak 57 (63,3%) balita.
Pengetahuan ibu sebagian besar dalam kategori baik sebanyak 71
(78,9%) orang, sikap ibu sebagian besar bersikap positif yaitu 62
(68,9%) orang dan sebagian besar ibu memberikan ASI Eksklusif
kepada balita sebanyak 70 (77,8%) orang.

2. Analisis Bivariat
a. Hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita di
puskesmas Abepantai.
Table 4.3 Analisis hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian diare
pada balita di puskesmas Abepantai
Kejadian Diare
Jumlah
Diare Tidak Diare P-Value
n % n % n %
Pengetahuan Kurang 14 73.68 5 26,34 19 100 .000
Baik 19 26,76 52 73,24 71 100

3
Total 33 36,7 57 63.3 90 100
Sumber: Data primer 2021
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 19 (100%) ibu
yang berpengetahuan kurang, terdapat 14 orang (73,68%) anak balita
mengalami diare dan 5 orang (26,34%), anak balitanya tidak mengalami
diare. Sedangkan dari 71 (100%) Ibu yang berpengetahuan baik,
terdapat 19 orang (26,76%) anak balita mengalami diare, dan 52 orang
(73,24%) anak balitanya tidak mengalami diare.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,000 < α = 0,05, Karena p =
0,000 < α = 0,05, maka H0 ditolak artinya ada hubungan yang signifikan
antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada anak balita di
puskesmas Abepantai.

b. Hubungan sikap ibu dengan kejadian diare pada balita di


puskesmas Abepantai.
Table 4.4 Analisis hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian
diare pada balita di puskesmas Abepantai
Kejadian Diare
Jumlah
Diare Tidak Diare P-Value
n % n % n %
Sikap Negatif 19 67,86 9 32,14 28 100
Positif 14 22,58 48 74,42 62 100 .000
Total 33 36,7 57 63.3 90 100
Sumber: Data primer 2021
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 28 (100%) orang
ibu yang bersikap negatif terdapat 19 (67,86%) anak balitanya
mengalami diare dan 9 (32,14%) balitanya tidak mengalami diare.
Sedangkan dari 62 (100%) ibu yang bersikap positif terdapat 14
(22,58%) anak balitanya mengalami diare dan 48 (74,42%) anak
balitanya tidak mengalami diare.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,000 < α = 0,05, Karena p =
0,000 < α = 0,05, maka H0 ditolak artinya ada hubungan yang signifikan

4
antara sikap ibu dengan kejadian diare pada anak balita di puskesmas
Abepantai.

c. Hubungan riwayat pemberian ASI esklusif dengan kejadian diare


pada balita di puskesmas Abepantai.
Table 4.5 Analisis hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan
kejadian diare pada balita di puskesmas Abepantai
Kejadian Diare
Tidak Jumlah
Diare P-Value
Diare
n % n % n %
ASI Tidak ASI Eksklusif 17 85 3 15 20 100
Eksklusif ASI Eksklusif 16 22,85 54 77,15 70 100 .000
Total 33 36,7 57 63.3 90 100
Sumber: Data primer 2021
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 20 (100%) ibu
yang tidak memberikan ASI Eksklusif terdapat 17 (85%) anak balita
mengalami diare dan 3 (15%) anak balitanya tidak mengalami diare.
Sedangkan dari 70 (100%) ibu balita yang memberikan ASI eksklusif
terdapat 16 (22,85%) anak balitanya mengalami diare dan 54 (77,15%)
anak balitanya tidak mengalami diare.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,008 < α = 0,05, Karena p =
0,008 < α = 0,05, maka H0 ditolak artinya ada hubungan yang signifikan
antara riwayat pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian diare pada
anak balita di puskesmas Abepantai.

5
4.3 Pembahasan
1. Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Abepantai
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa balita yang mengalami
diare sebanyak 33 (36,7%) balita dan balita yang tidak mengalami diare
sebanyak 57 (63,3%) balita. Beberapa faktor yang menyebabkan balita
menderita diare di wilayah kerja puskesmas Abepantai seperti faktor umur
balita, status gizi, status imunisasi, pengetahuan ibu dan sikap ibu.
Banyak factor yang dapat menyebabkan kejadian diare pada balita
seperti adanya infeksi yang disebabkan bakteri, virus, parasit, atau adanya
gangguan absorbsi makanan pada usus, alergi, keracunan bahan kimia atau
adanya racun yang terkandung dalam makanan. Kejadian diare dapat
disebabkan karena faktor langsung dan faktor tidak langsung. Faktor ibu
juga berperan dalam kejadian diare pada balita. Ibu adalah sosok yang
paling dekat dengan balita. Jika balita terserang diare maka tindakan-
tindakan yang ibu ambil akan menentukan perjalanan penyakitnya.
Tindakan tersebut dipengaruhi berbagai hal, salah satunya adalah
pengetahuan dan sikap tentang diare. Faktor langsung yang dapat
menyebabkan diare adalah pengetahuan ibu, sikap ibu, riwayat pemberian
ASI eksklusif, perilaku cuci tangan, dan hygiene sanitasi (IDAI, 2015).

2. Hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita di


puskesmas Abepantai
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 19 (100%) ibu yang
berpengetahuan kurang, terdapat 14 orang (73,68%) anak balita
mengalami diare dan 5 orang (26,34%), anak balitanya tidak mengalami
diare. Sedangkan dari 71 (100%) Ibu yang berpengetahuan baik, terdapat
19 orang (26,76%) anak balita mengalami diare, dan 52 orang (73,24%)
anak balitanya tidak mengalami diare. Hasil uji statistik diperoleh nilai p =

6
0,000 < α = 0,05, Karena p = 0,000 < α = 0,05, maka H0 ditolak artinya
ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan kejadian
diare pada anak balita di puskesmas Abepantai.
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
perilaku seseorang dan berpengaruh terhadap praktek baik secara langsung
atau tidak langsung melalui perantara sikap. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa mayoritas ibu anak balita yang memiliki pengetahuan
baik, anak balitanya tidak mengalami diare. Sedangkan ibu anak balita
yang memiliki pengetahuan kurang mayoritas anak balitanya mengalami
diare. Dengan tingkat pengetahuan yang rendah tentang diare bagi seorang
ibu, cenderung kesulitan untuk melindungi dan mencegah balitanya dari
penularan diare. Pengetahuan yang rendah ini menyebabkan masyarakat
mempunyai pandangan tersendiri dan berbeda terhadap penyakit diare,
sehingga mereka seringkali melakukan tindakan yang keliru terhadap
pencegahan maupun penanganan penyakit diare itu sendiri.
Derajat kesehatan dipengaruhi oleh perilaku atau gaya hidup serta
lingkungan. Perilaku atau gaya hidup dan lingkungan dipengaruhi oleh tiga
factor utama yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin danfaktor
penguat. Pengetahuan sebagai salah satu faktor predisposisi dapat
mempengaruhi derajat kesehatan secara tidak langsung atau secara
bersamaan dengan faktor lain baik faktor pemungkin maupun faktor
penguat (Notoadmojo, 2010).
Pengetahuan ibu-ibu balita sangat penting dalam keberhasilan
pencegahan diare. Pengetahuan akan berpengaruh terhadap hal-hal yang
mereka ketahui dan yang mereka terima secara intelektual. Dengan
pengetahuan yang baik dapat memungkinkan mempengaruhi perilaku yang
baik pula dan juga dapat membuat para ibu dapat membedakan mana yang
baik dan mana yang tidak baik bagi kesehatan balitanya. Jika pengetahuan
baik maka kejadian diare pada balita dapat di cegah, dari hasil tabel
pengetahuan ibu tentang diare menunjukkan bahwa responden yang
mempunyai pengetahuan baik lebih banyak tidak diare dibandingkan

7
dengan yang terkena diare. Hal ini sesuai dengan teori yang ada, bahwa
pengetahuan ibu sangat berpengaruh untuk mencegah terjadinya diare pada
balita.
3. Hubungan sikap ibu terhadap kejadian diare pada balita di
puskesmas Abepantai
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 28 (100%) orang ibu yang
bersikap negatif terdapat 19 (67,86%) anak balitanya mengalami diare dan
9 (32,14%) balitanya tidak mengalami diare. Sedangkan dari 62 (100%)
ibu yang bersikap positif terdapat 14 (22,58%) anak balitanya mengalami
diare dan 48 (74,42%) anak balitanya tidak mengalami diare. Hasil uji
statistik diperoleh nilai p = 0,000 < α = 0,05, Karena p = 0,008 < α = 0,05,
maka H0 ditolak artinya ada hubungan yang signifikan antara sikap ibu
dengan kejadian diare pada anak balita di puskesmas Abepantai.
Sikap merupakan reaksi atau respons seorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau obyek. Sikap merupakan keteraturan
perasaan, pemikiran perilaku seseorang dalam interaksi sosial. sikap
merupakan evaluasi terhadap berbagai aspek dalam dunia sosial (Priyoto
2015).
Ibu yang kurang baik sikapnya dalam penatalaksanaan diare tidak
mendukung praktik ibu dalam penatalaksanaan diare. Sikap adalah
merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi
adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan
sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus
sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi
adalah merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap itu masih
merupakan reaksi tertutup bukan merupakan reaksi terhdap obyek di
lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek.
Namun dalam tabulasi silang hubungan sikap ibu dengan kejadian
diare, terdapat responden yang memiliki sikap baik masih mengalami
kejadian diare, ini disebabkan responden bependapat hygiene perorangan

8
tidaklah penting dalam pencegahan diare hal ini didapatkan melalui
kuesioner sikap. Dan responden memiliki sikap baik dan tidak mengalami
kejadian diare artinya ibu balita telah menjaga dan memelihara kebersihan
lingkungan sehingga dapat mencegah terjadinya penularan diare.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Mohamad Septian
Noor (2020) yang berjudul faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian diare pada balita di wilayah kerja puskesmas beruntung baru
kabupaten banjar tahun 2020. Hasil Penelitian menunjukan bahwa ibu
dengan sikap negatif sebagian besar balita yang mengalami diare ada 45
(91,8%). Hasil uji Chi square diperoleh p-value 0,000 dimana p < 𝛼 (𝛼
=0,05) yang artinya ada hubungan antara sikap dengan kejadian diare pada
anak balita.
Semakin positifnya sikap ibu menyebabkan semakin sedikit bayi
yang mengalami kejadian diare dan dengan semakin negatifnya sikap ibu
menyebabkan semakin banyak pula bayi yang mengalami kejadian diare.
Hal ini dikarenakan dengan negatifnya sikap ibu menyebabkan ibu tidak
memperdulikan cara pencegahan terjadinya diare pada bayinya.

4. Hubungan riwayat pemberian ASI esklusif dengan kejadian diare


pada balita di puskesmas Abepantai
Hasil penelitian menunjukkan dari 20 (100%) ibu yang tidak
memberikan ASI Eksklusif terdapat 17 (85%) anak balita mengalami diare
dan 3 (15%) anak balitanya tidak mengalami diare. Sedangkan dari 70
(100%) ibu balita yang memberikan ASI eksklusif terdapat 16 (22,85%)
anak balitanya mengalami diare dan 54 (77,15%) anak balitanya tidak
mengalami diare.
Pemberian ASI Ekslusif adalah pemberian ASI sedini mungkin
setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dantidak diberi makanan lain,
walaupun hanya air putih sampai bayi berumur 6 bulan. Kemudian setelah
6 bulan, bayi dikenalkan dengan makanan lain dan tetap diberi ASI sampai
berumur dua tahun. Bayi yang baru lahir tidak memiliki sistem kekebalan

9
tubuh yang baik sepertiorang dewasa. Tubuh bayi belum mampu untuk
melawan bakteri atau virus penyebab penyakit. Pada umumnya, tubuh bayi
dilindungi oleh antibodi yang diterima melalui air susu ibu. Bayi yang
diberi ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar
terhadap diare dari pada pemberian ASI yang disertai dengan susu
formula. Hal ini dikarenakan ASI mengandung zat antibodi yang bisa
meningkatkan sistem pertahanan tubuh anak. Pemberian ASI secara
eksklusif mampu melindungi bayi dari berbagai macam penyakit infeksi.
Namun, sebagian besar ibu yang menjadi responden tidak memberikan
ASI secara eksklusif pada anaknya dengan alasan bekerja atau karena ASI
tidak keluar (Surya, 2010).
Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,008 < α = 0,05, Karena p =
0,008 < α = 0,05, maka H0 ditolak artinya ada hubungan yang signifikan
antara riwayat pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian diare pada anak
balita di puskesmas Abepantai.
Penelitian ini sejalan dengan Inggarwati (2018) yang menunjukkan
adanya hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada
balita (p= 0,047; OR= 2,778). Menurut penelitian tersebut, bayi yang
diberi ASI eksklusif akan memperoleh semua kandungan ASI dan
kebutuhan gizinya dapat terpenuhi sehingga anak lebih sehat dan tahan
terhadap infeksi.
Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif otomatis mendapatkan
kekebalan yang bersifat anti infeksi. ASI juga memberikan proteksi pasif
bagi tubuh anak untuk menghadapi patogen yang masuk ke dalam tubuh.
Pemberian ASI sebagai makanan alamiah terbaik yang dapat diberikan ibu
kepada anaknya, dimana komposisi ASI sesuai untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi serta pelindung bayi dari berbagai penyakit infeksi.

10
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Faktor- Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas Abepantai Jayapura dapat disimpulkan bahwa:
1. Balita yang mengalami diare sebanyak 33 (36,7%) balita dan balita yang
tidak mengalami diare sebanyak 57 (63,3%) balita.
2. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan kejadian
diare pada anak balita di puskesmas Abepantai.
3. Ada hubungan yang signifikan antara sikap ibu dengan kejadian diare pada
anak balita di puskesmas Abepantai.
4. Ada hubungan yang signifikan antara riwayat pemberian ASI Eksklusif
dengan kejadian diare pada anak balita di puskesmas Abepantai.

5.2 Saran
1. Bagi Ibu Balita
Diharapkan untuk lebih memperhatikan asupan gizi serta aktif dalam
kegiatan posyandu untuk memperoleh iminisasi bagi balita.
2. Bagi tenaga kesehatan
Perlu lebih aktifnya tenaga kesehatan di daerah untuk memberikan
penyuluhan dan penyampaian informasi tentang kesehatan terutama
penyakit diare melalui posyandu. Tidak harus mengandalkan peran kader
kesehatan di posyandu tetapi tenaga kesehatan harus juga berperan aktif.
Dengan demikian diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan dan
kematian akibat diare.
3. Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat lebih pro aktif dalam menyikapi kebutuhan
akan kesehatannya dimana kesehatan tidak hanya ditunjang dari satu dua

11
faktor saja tetapi banyak faktor guna menunjang kesehatan pada diri
seseorang tersebut.

12
DAFTAR PUSTAKA

Andreas (2013). Perilaku Ibu Dalam Mengasuh Balita Dengan Kejadian Diare.

Astuti, I. 2013. Determinan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Menyusui. Journal
Health Quality, 4(1).

Azwar S, 2010. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar


Yogyakarta.

(Depkes RI,2000). Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).


Jakarta:Departemen Kesehatan RI.

Departemen Kesehatan RI, 2011, Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare pada


Balita, Jakarta, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

Depkes RI. 2013. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
Jakarta :Departemen Kesehatan RI.

Estuti, A. 2012. Karakteristik Ibu yang Berhubungan dengan Pemberian ASI


Eksklusif pada anak usia 7-24 Bulan diwilayah Kerja Puskesmas Liwa
Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat Tahun 2012.

Green, L. W and Kreuter, M. W. 2000. Health Promotion Planing: An Education


and Environment Aprroach. United States: Mayfield publishing Company.

Gultie and Sebsible, G. 2016. Determiants of Suboptimal Breastfreeding practice


in Debre Berhan Town, Ethiopia: A Cross Sectional Study. International
Breastfeeding Journal.

IDAI. 2015. Tinja Bayi Normal atau Tidak . Diakses tanggal 1 Juni 2018.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014 Situasi dam Analisis ASI


Eksklusif tahun 2014. Jakarta Selatan: Pusat Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Susenas Tahun 2014. Diunduh


10 Januari 2021 dari http://microdata.bps.go.id.

13
Kementerian Kesehatan RI. 2017. Profil data Kesehatan Indonesia. Jakarta :
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

14
. 2017. Kesehatan Dalam Kerangka Sustainable Development Goals (SDGs).
Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.Kristiyanisari, W.
2009. ASI, Menyusui dan Sadari. Yogyakarta: Nuha Medika. Modifikasi
IDAI (2014), Depkes (2013), dan Notoadmodjo (2010).

Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Jakarta : Rineka


Cipta.

Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka


Cipta.

. 2012, Kesehatan Masyarakat. Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.

. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

. 2012. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rieneka Cipta.

Priyoto. 2015. Perubahan Dalam Perilaku Kesehatan. Graha Ilmu : Yogyakarta

Purnamanigrum. 2012. Penyakit Pada Neonatus, Bayi dan Balita Yogyakarta:


Fitramaya.

Rahmawati, E, dkk (2017). Pengaruh Manajemen Diare Ditatanan Rumah


Tangga Dalam Meningkatkan Pengetahuan Dan Keterampilan
Penanganan Diare Anak.

Masdiana, dkk (2016). Persepsi, Sikap, Dan Perilaku Ibu Dalam Merawat Balita
Dengan Diare.

Roesli, Utami (2009) . Inisiasi Menyusui ASI. Jakarta : Pustaka Bunda.

IDAI . 2014 . Bagaimana Menangani Diare pada Anak. Diakses tanggal 10


Januari 2021. Dari http://idai.go.id
.
Roesli. 2010. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda.

Satyanesgara Surya, dkk. 2010. Panduan Lengkap Perawatan Untuk Bayi dan
Balita. Jakarta: Arca.

15
World Health Organization. 2002. The Optimal Duration Of Exclusive
Breastfeeding. Diunduh 10 Januari 2021.

World Health Organization. 2012. Riset Word Health Organization 2012. Diunduh
10 Januari 2021 dari www.who.int/publications.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


DIARE PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS
ABEPANTAI JAYAPURA

A. IDENTITAS RESPONDEN
1. No Responden :
2. Hari/tanggal penelitian :
3. Nama :
4. Jenis Kelamin :
5. Umur :
6. Pendidikan Terakhir :
7. Pekerjaan :
8. Pendapatan :

PETUNJUK PENGISIAN
Berilah tanda ( x ) pada kolom jawaban disamping sesuai dengan pernyataan yang
benar.
B. Pengetahuan
a. Kejadian Diare
1. Apakah dalam 1 bulan terakhir ini bayi ibu mengalami frekuensi buang
air besar sudah lebih 3 kali dengan konsistensi tinjanya encer?
a. Ya
b. Tidak

16
(Bila jawab Ia lanjut ke pertanyaan selanjutnya)
2. Apakah yang dimaksud dengan diare?
a. Muntah
b. Mencret
c. Muntah dan mencret
d. Tidak tau

3. Menurut anda berapa kali buang air besar dalam sehari hingga disebut
sebagai penderita diare?
a. 1-3 kali
b. Lebih dari 3 kali dan tinjanya encer
c. Berapa kalipun asalkan tinjanya padat
d. Tidak tau
4. Apa saja yang dapat menyebabkan diare? (jawaban boleh lebih dari 1)
a. Tidak cuci tangan sebelum makan
b. Karena makanan bergizi
c. Air yang kotor
d. Tidak tau

b. Riwayat Pember ASI Ekslusif


1. Menurut anda, diare dapat penularan melalui apa saja?
a. Udara
b. Makanan dan minuman
c. Bersentuhan
d. Tidak ada
2. Bagaimana penncegahan diare?
a. Selalu menjaga kebersihan makanan dan minuman
b. Mencuci tangan sebelum makan
c. Mencuci tangan setelah buang air besar
d. Makan yang banyak
3. Apa yang pertama kali diberikan kepada penderita diare?

17
a. Oralit (larutan gula-garam)
b. Obat anti diare
c. Tidak tau
d. Lain-lain

No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah anak ibu mendapatkan ASI saja sampai 6
bulan?
2. Apakah selama 6 bulan di berikan makanan
tambahan?
3. Apakah saat ini bayi sudah mulai diberi makanan
tambahan/susu formula?
Jika ya, usia berapa bayi diberikan?
a. 1 bulan d. 4 bulan g. >6 bulan
b. 2 bulan e. 5 bulan
c. 3 bulan f. 6 bulan
4. Apakah ibu memberikan ASI yang pertama kali
keluar yang berwarna kekuningan?
5. Jika ibu pergi apakah tetap memberikan ASI pada
bayi?
6. Apakah anak ibu, diberi susu formula pada usia 0-6
bulan?
7. Apakah alasan ibu diberi susu formula pada usia 0-
6 bulan?
a. ASI tidak keluar
b. Produksi ASI berkurang
c. Lain-lainnya

c. Pengetahuan Ibu Tentang Diare


Petunjuk pengisian kuesioner pengetahuan:
 Pilihlah salah satu jawaban yang anda anggap paling sesuai dengan
pendapat anda seperti yang telah digambarkan oleh pertanyaan yang
tersedia.
 Berilah tanda (√) pada salah satu pilihan yang tertera dibelakang
pertanyaan untuk menunjukkan jawaban yang anda pilih.

18
No pertanyaan Setuju Tidak
1. Anak dikatakan diare atau mencret apabila buang
air 3 kali atau lebih dalam sehari?
2. Apakah ibu tahu tanda-tanda gejala diare pada
anak?
3. Apakah ibu tahu penanganan tentang diare pada
anak?
4. Mengeluarkan tinja normal secara berulang tidak
dikatakan diare?
5. Penyebab diare pada anak adalah karena
masuknya kuman, bakteri atau virus sehingga
mengakibatkan peradangan pada usus?
6. Alergi terhadap makanan tertentu pada anak
dapat menyebabkan diare?
7. Bila anak diare akan mengakibatkan cairan tubuh
terkuras keluar melalui tinja?
8. Diare adalah bukan merupakan penyakit yang
berbahaya terutama pada anak umur dibawah 5
tahun?
9. Bila anak mengalami diare terlambat memberi
minuman, maka anak akan menjadi lemah?
10. Diare yang berulang-ulang dapat menyebabkan
si anak kekurangan gizi?
11. Anak yang mengalami diare dan banyak sekali
mengeluarkan cairan tubuh, tanpa penggantinya
dapat menyebabkan kematian?
12. Anak kecil yang megalami diare lebih lama
kehilangan cairan tubuh dibandingkan dengan
orang dewasa?
13. Jika anak sangat haus, maka cekung dan
mengeluarkan banyak tinja, pertanda anak telah
kekurangan cairan dalam tubuh?
14. Bayi yang minum susu botol lebih sulit terkena
diare dari pada yang disusui ibunya?
15. Anak kecil yang mengalami diare biasanya lebih
lama kehilangan cairan tubuh dibandingkan
dengan orang dewasa?
16. Diare dapat ditukarkan dari satu orang kepada
orang lain melalui tinja yang mengandung
kuman penyebab diare?
17. Orang sehat yang menggunakan air sumur atau

19
air sungai yang tercemar kuman diare, maka
orang tersebut mudah terkena diare?
18. Untuk mencegah diare pada anak sebaiknya
memberikan ASI selama 4-6 bulan pertama,
selanjutnya memberikan ASI bersama makanan
lain sampai paling kurang untuk berusia satu
tahun?
19. Memberikan makanan yang dimasak dengan
baik dan baru dibuat serta minum yang bersih
sangat baik untuk mencegah diare pada anak?
20. Untuk mencegah diare sebaiknya semua anggota
keluarga mencuci tangan dengan sabun setelah
buang air besar dan sebelum makan?
21. Untuk mencegah diare sebaiknya semua anggota
keluarga menggunakan kakus?
C. SIKAP TETANG DIARE ANAK BALITA
 Pilihlah salah satu jawaban yang anda anggap paling sesuai dengan
pendapat anda seperti yang telah digambarkan oleh pertanyaan yang
tersedia.
 Berilah tanda (√) pada salah satu pilihan yang tertera dibelakang
pertanyaan untuk menunjukkan jawaban yang anda pilih.

No Pertanyaan Benar Salah


1. Menurut saya diare adalah penyakit yang berbahaya,
karena dapat kehilangan cairan tubuh terutama anak
umur dibawah 5 tahun.
2. Dengan kehilangan cairan tubuh anak jadi lemah dan tak
berdaya.
3. Menurut saya selama anak mengalami diare sangat baik
apabila Air Susu Ibu (ASI) diberikan sesering mungkin.
4. Mengurangi pemberian Air Susu Ibu (ASI) selama anak
diare adalah kebiasaan yang keliru.
5. Sebenarnya Air Susu Ibu (ASI) kurang begitu penting
untuk anak yang mengalami diare.
6. Air Susu Ibu (ASI) selain memberikan tambahan cairan
tubuh, juga penting untuk mempertahankan gizi selama
anak diare.
7. Menurut saya selama anak diare, sebaiknya pemberian
makanan diteruskan.
8. Makanan padat atau makanan biasa lebih baik diberikan

20
selama anak diare, dibandingkan dengan makanan cair
atau lunak.
9. Selama anak diare, memberikan makanan dengan cara
sedikit-sedikit dan sering adalah kurang baik, karena cara
ini kurang disukai anak.
10. Sebaiknya anak diberikan makanan yang baru dimasak
agar tidak tercemar kuman.
11. Menurut saya tidak memberikan makan atau minum
selama anak dapat menyebabkan kurang gizi atau
memperburuk keadaan gizi anak.
12. Menunda sementara memberikan makanan anak selama
diare, hal ini dengan sendirinya akan mengurangi diare.
13. Bayi saya cairan yang tersedia dalam rumah tangga
seperti bubur air, sup, tajin dan larutan gula garam sangat
bermanfaat untuk mengobati diare dirumah.
14. Memberikan cairan lebih sering selama anak diare tidak
akan bermanfaat, karena percuma anak terus mencret.
15. Sebaiknya selama anak diare pemberian minum
dikurangi karena dengan sendirinya akan mengurangi
mencret.
16. Dengan menggunakan oralit pada anak diare berarti
sangat baik untuk mengobati atau mencegah kekurangan
cairan tubuh.
17. Bila oralit tidak bersedia dirumah, maka larutan gula
garam sangat sesuai sebagai pengganti oralit.
18. Larutan gula garam lebih murah dari pada oralit karena
bahannya ada setiap rumah tangga.
19. Sebaiknya setiap ibu rumah tangga dapat membuat
larutan gula garam.
20. Bila saat diare kehilangan sangat haus, mata cekung, dan
demam sebaiknya anak cepat dibawa ke puskesmas atau
petugas kesehatan.

21
22
MASTER TABEL

Pendidikan Kejadian Riwayat Pengetahuan Sikap Ibu


Jenis Pendapata
No Umur Pekerjaan Tentang
Kelamin Terakhir n Diare Pemberian ASI  
Diare
>12 Tidak
1 Laki-laki Bekerja Pendidikan Dasar > UMR ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan Diare
>12
2 Laki-laki Bekerja Pendidikan Dasar > UMR Diare Tidak ASI Eksklusif Kurang Positif
Bulan
>12
3 Laki-laki Bekerja Pendidikan Tinggi > UMR Diare Tidak ASI Eksklusif Baik Negatif
Bulan
>12 Tidak
4 Perempuan Pendidikan Tinggi > UMR Diare Tidak ASI Eksklusif Kurang Negatif
Bulan BeKerja
>12 Tidak
5 Perempuan Pendidikan Tinggi > UMR Diare Tidak ASI Eksklusif Kurang Negatif
Bulan BeKerja
>12
6 Laki-laki Bekerja Pendidikan Dasar > UMR Diare Tidak ASI Eksklusif Baik Negatif
Bulan
>12
7 Laki-laki Bekerja Pendidikan Tinggi > UMR Diare Tidak ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan
<12 Tidak Tidak
8 Perempuan Pendidikan Tinggi > UMR Tidak ASI Eksklusif Baik Negatif
Bulan BeKerja Diare
>12
9 Laki-laki Bekerja Pendidikan Tinggi > UMR Diare Tidak ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan
>12
10 Laki-laki Bekerja Pendidikan Tinggi > UMR Diare Tidak ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan
>12
11 Laki-laki Bekerja Pendidikan Dasar > UMR Diare Tidak ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan
>12
12 Laki-laki Bekerja Pendidikan Dasar > UMR Diare ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan
13 >12 Laki-laki Bekerja Pendidikan Dasar < UMR Diare ASI Eksklusif Baik Positif

23
Bulan
<12 Tidak
14 Laki-laki Bekerja Pendidikan Tinggi > UMR ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan Diare
<12 Tidak
15 Laki-laki Bekerja Pendidikan Tinggi > UMR ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan Diare
<12 Tidak Tidak
16 Perempuan Pendidikan Tinggi > UMR ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan BeKerja Diare
<12 Tidak Tidak
17 Perempuan Pendidikan Tinggi < UMR ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan BeKerja Diare
<12
18 Laki-laki Bekerja Pendidikan Tinggi < UMR Diare ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan
<12 Tidak
19 Laki-laki Bekerja Pendidikan Dasar > UMR ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan Diare
>12 Tidak
20 Perempuan Pendidikan Tinggi > UMR Diare Tidak ASI Eksklusif Kurang Positif
Bulan BeKerja
<12 Tidak Tidak
21 Perempuan Pendidikan Dasar > UMR ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan BeKerja Diare
<12 Tidak
22 Laki-laki Pendidikan Dasar > UMR Diare Tidak ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan BeKerja
<12 Tidak
23 Laki-laki Bekerja Pendidikan Tinggi > UMR ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan Diare
<12 Tidak Tidak
24 Perempuan Pendidikan Tinggi < UMR ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan BeKerja Diare
<12 Tidak Tidak
25 Perempuan Pendidikan Tinggi > UMR ASI Eksklusif Baik Negatif
Bulan BeKerja Diare
<12 Tidak
26 Laki-laki Bekerja Pendidikan Dasar > UMR ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan Diare
>12
27 Perempuan Bekerja Pendidikan Tinggi < UMR Diare ASI Eksklusif Baik Negatif
Bulan
<12 Tidak
28 Laki-laki Pendidikan Dasar > UMR Diare ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan BeKerja

24
<12
29 Laki-laki Bekerja Pendidikan Dasar < UMR Diare Tidak ASI Eksklusif Baik Negatif
Bulan
>12 Tidak Tidak
30 Perempuan Pendidikan Tinggi > UMR ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan BeKerja Diare
<12 Tidak Tidak
31 Perempuan Pendidikan Tinggi > UMR ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan BeKerja Diare
>12 Tidak Tidak
32 Perempuan Pendidikan Tinggi > UMR ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan BeKerja Diare
<12 Tidak
33 Laki-laki Bekerja Pendidikan Tinggi > UMR ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan Diare
>12
34 Laki-laki Bekerja Pendidikan Tinggi > UMR Diare Tidak ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan
<12 Tidak
35 Laki-laki Bekerja Pendidikan Tinggi > UMR ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan Diare
>12 Tidak
36 Laki-laki Bekerja Pendidikan Tinggi > UMR ASI Eksklusif Kurang Positif
Bulan Diare
<12 Tidak
37 Laki-laki Bekerja Pendidikan Tinggi > UMR ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan Diare
<12 Tidak Tidak
38 Laki-laki Pendidikan Tinggi > UMR ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan BeKerja Diare
<12 Tidak
39 Perempuan Bekerja Pendidikan Dasar > UMR ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan Diare
>12
40 Laki-laki Bekerja Pendidikan Dasar > UMR Diare Tidak ASI Eksklusif Kurang Positif
Bulan
<12 Tidak
41 Perempuan Pendidikan Dasar > UMR Diare Tidak ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan BeKerja
>12
42 Perempuan Bekerja Pendidikan Dasar < UMR Diare Tidak ASI Eksklusif Kurang Positif
Bulan
<12 Tidak Tidak
43 Laki-laki Pendidikan Tinggi > UMR ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan BeKerja Diare
44 >12 Laki-laki Bekerja Pendidikan Dasar > UMR Diare Tidak ASI Eksklusif Kurang Positif

25
Bulan
<12 Tidak
45 Perempuan Bekerja Pendidikan Tinggi > UMR ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan Diare
<12 Tidak
46 Laki-laki Bekerja Pendidikan Dasar > UMR ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan Diare
>12 Tidak
47 Laki-laki Pendidikan Dasar > UMR Diare Tidak ASI Eksklusif Kurang Positif
Bulan BeKerja
>12 Tidak
48 Laki-laki Pendidikan Dasar > UMR Diare ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan BeKerja
<12
49 Laki-laki Bekerja Pendidikan Dasar > UMR Diare Tidak ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan
>12 Tidak Tidak
50 Perempuan Pendidikan Tinggi < UMR ASI Eksklusif Baik Negatif
Bulan BeKerja Diare
>12
51 Laki-laki Bekerja Pendidikan Dasar < UMR Diare ASI Eksklusif Kurang Positif
Bulan
<12 Tidak Tidak
52 Laki-laki Pendidikan Dasar > UMR Tidak ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan BeKerja Diare
>12
53 Laki-laki Bekerja Pendidikan Tinggi > UMR Diare ASI Eksklusif Baik Negatif
Bulan
<12 Tidak Tidak
54 Perempuan Pendidikan Tinggi > UMR Tidak ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan BeKerja Diare
<12 Tidak Tidak
55 Perempuan Pendidikan Tinggi > UMR ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan BeKerja Diare
<12 Tidak
56 Laki-laki Bekerja Pendidikan Tinggi > UMR Tidak ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan Diare
>12 Tidak
57 Laki-laki Bekerja Pendidikan Tinggi > UMR ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan Diare
>12 Tidak
58 Perempuan Pendidikan Tinggi < UMR Diare Tidak ASI Eksklusif Baik Negatif
Bulan BeKerja
>12
59 Laki-laki Bekerja Pendidikan Tinggi < UMR Diare Tidak ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan

26
<12 Tidak
60 Laki-laki Bekerja Pendidikan Tinggi > UMR ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan Diare
>12 Tidak
61 Perempuan Pendidikan Dasar > UMR Diare Tidak ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan BeKerja
<12 Tidak
62 Laki-laki Bekerja Pendidikan Tinggi > UMR ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan Diare
<12 Tidak Tidak
63 Laki-laki Pendidikan Tinggi > UMR ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan BeKerja Diare
<12 Tidak
64 Laki-laki Bekerja Pendidikan Tinggi > UMR ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan Diare
<12 Tidak
65 Laki-laki Bekerja Pendidikan Tinggi > UMR ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan Diare
>12 Tidak Tidak
66 Perempuan Pendidikan Tinggi > UMR ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan BeKerja Diare
<12 Tidak Tidak
67 Perempuan Pendidikan Tinggi > UMR ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan BeKerja Diare
<12 Tidak
68 Laki-laki Bekerja Pendidikan Dasar > UMR Tidak ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan Diare
>12 Tidak
69 Perempuan Bekerja Pendidikan Dasar > UMR Tidak ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan Diare
<12 Tidak Tidak
70 Perempuan Pendidikan Tinggi > UMR ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan BeKerja Diare
<12 Tidak
71 Perempuan Pendidikan Dasar > UMR Diare ASI Eksklusif Kurang Negatif
Bulan BeKerja
>12
72 Laki-laki Bekerja Pendidikan Tinggi > UMR Diare ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan
<12
73 Laki-laki Bekerja Pendidikan Dasar > UMR Diare Tidak ASI Eksklusif Baik Negatif
Bulan
<12 Tidak Tidak
74 Perempuan Pendidikan Dasar > UMR ASI Eksklusif Baik Negatif
Bulan BeKerja Diare
75 >12 Perempuan Tidak Pendidikan Dasar > UMR Tidak ASI Eksklusif Baik Negatif

27
Bulan BeKerja Diare
>12
76 Perempuan Bekerja Pendidikan Dasar > UMR Diare ASI Eksklusif Kurang Negatif
Bulan
>12 Tidak
77 Perempuan Bekerja Pendidikan Tinggi > UMR ASI Eksklusif Baik Negatif
Bulan Diare
>12 Tidak
78 Perempuan Bekerja Pendidikan Tinggi > UMR Tidak ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan Diare
<12
79 Perempuan Bekerja Pendidikan Dasar > UMR Diare ASI Eksklusif Baik Negatif
Bulan
>12 Tidak Tidak
80 Perempuan Pendidikan Tinggi > UMR ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan BeKerja Diare
<12 Tidak Tidak
81 Perempuan Pendidikan Tinggi > UMR ASI Eksklusif Kurang Positif
Bulan BeKerja Diare
>12 Tidak Tidak
82 Perempuan Pendidikan Tinggi > UMR ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan BeKerja Diare
<12
83 Laki-laki Bekerja Pendidikan Tinggi > UMR Diare Tidak ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan
>12
84 Laki-laki Bekerja Pendidikan Tinggi > UMR Diare Tidak ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan
<12
85 Laki-laki Bekerja Pendidikan Dasar > UMR Diare ASI Eksklusif Kurang Negatif
Bulan
>12
86 Laki-laki Bekerja Pendidikan Dasar < UMR Diare ASI Eksklusif Kurang Negatif
Bulan
>12
87 Laki-laki Bekerja Pendidikan Tinggi > UMR Diare Tidak ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan
>12
88 Laki-laki Bekerja Pendidikan Tinggi > UMR Diare Tidak ASI Eksklusif Kurang Positif
Bulan
>12 Tidak
89 Perempuan Bekerja Pendidikan Dasar > UMR ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan Diare
>12
90 Laki-laki Bekerja Pendidikan Dasar > UMR Diare ASI Eksklusif Baik Positif
Bulan

28
29
Frequency Table
Umur anak
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
0-23 Bulan 36 40.0 40.0 40.0
23-35 Bulan 37 41.1 41.1 81.1
Valid 36-60 Bulan 17 18.9 18.9 100.0
Total 90 100.0 100.0

Jeniskelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Laki-laki 58 64.4 64.4 64.4
Valid Perempuan 32 35.6 35.6 100.0
Total 90 100.0 100.0

KejadianDiare
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Diare 33 36.7 36.7 36.7
Valid Tidak Diare 57 63.3 63.3 100.0
Total 90 100.0 100.0

ASIEksklusif
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Tidak ASI Eksklusif 20 22.2 22.2 22.2
Valid ASI Eksklusif 70 77.8 77.8 100.0
Total 90 100.0 100.0

PengetahuanIbu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
kurang 19 21.1 21.1 21.1
Valid Baik 71 78.9 78.9 100.0
Total 90 100.0 100.0

SikapIbu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Negatif 28 31.1 31.1 31.1
Valid Positif 62 68.9 68.9 100.0
Total 90 100.0 100.0

PendidikanIbu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
SD 8 8.9 8.9 8.9
SMP 29 32.2 32.2 41.1
Valid SMA 27 30.0 30.0 71.1
D3/S1 26 28.9 28.9 100.0
Total 90 100.0 100.0

30
PekerjaanIbu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Petani 21 23.3 23.3 23.3
IRT 30 33.3 33.3 56.7
Valid Swasta 23 25.6 25.6 82.2
PNS 16 17.8 17.8 100.0
Total 90 100.0 100.0

Pendapatan Ibu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
> 3 Juta 32 35.6 35.6 35.6
Valid ?3Juta 58 64.4 64.4 100.0
Total 90 100.0 100.0

Crosstabs

ASIEksklusif * Kejadian Diare

Crosstab
Kejadian Diare Total
Diare Tidak Diare
Count 17 3 20
Tidak ASI Eksklusif
% of Total 18.9% 3.3% 22.2%
ASIEksklusif
Count 16 54 70
ASI Eksklusif
% of Total 17.8% 60.0% 77.8%
Count 33 57 90
Total
% of Total 36.7% 63.3% 100.0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
(2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 25.868 1 .000
Continuity Correctionb 23.261 1 .000
Likelihood Ratio 26.124 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 25.581 1 .000
N of Valid Cases 90
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.33.
b. Computed only for a 2x2 table

31
PengetahuanIbu * Kejadian Diare

Pengetahuan Ibu * Kejadian Diare Crosstabulation


KejadianDiare Total
Diare Tidak Diare
Count 14 5 19
kurang
% of Total 15.6% 5.6% 21.1%
PengetahuanIbu
Count 19 52 71
Baik
% of Total 21.1% 57.8% 78.9%
Count 33 57 90
Total
% of Total 36.7% 63.3% 100.0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
(2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 14.212a 1 .000
Continuity Correctionb 12.263 1 .000
Likelihood Ratio 13.905 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 14.054 1 .000
N of Valid Cases 90
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.97.
b. Computed only for a 2x2 table

SikapIbu * Kejadian Diare

Crosstab
Kejadian Diare Total
Diare Tidak Diare
Count 19 9 28
Negatif
% of Total 21.1% 10.0% 31.1%
SikapIbu
Count 14 48 62
Positif
% of Total 15.6% 53.3% 68.9%
Count 33 57 90
Total
% of Total 36.7% 63.3% 100.0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
(2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 17.027a 1 .000
Continuity Correctionb 15.134 1 .000
Likelihood Ratio 16.888 1 .000

32
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 16.838 1 .000
N of Valid Cases 90
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.27.
b. Computed only for a 2x2 table

SURAT KETERANGAN PENELITIAN

33
DOKUMENTASI PENELITIAN

34
35

Anda mungkin juga menyukai