Hakikat Peradaban

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

HANDOUT

Nama Mata Kuliah : ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR


Jumlah SKS : (3 SKS)
Nomor Kode :
Program Studi : S-1
Jurusan : Pendidikan Informatika & Pendidikan Fisika
Dosen Mata Kuliah : Drs. Wahdini Purba, M. Pd,
Pertemuan :

I. Learning Outcome (Capaian Pembelajaran)

a. Mahasiswa mampu menguasai pengetahuan tentang


keanekaragaman, kesederajatan, dan kebermartabatan
b. Mahasiswa mampu memahami dan menghormati estetika, etika,
dan nilai-nilai budayadalam kehidupan bermasyarakat
c. Mahasiswa mampu menerapkan nilai-nilai dasar sebagai prasyarat
kehidupan sosial dan budaya bersama yang dicita-citakan (great
ought).
d. Mahasiswa mampu mengerti dan dapat menjelaskan tentang konsep
manusia dan kehidupannya di tengah kehidupan sosial (baik
sebagai makhluk individu dan sosial), di tengah peradaban global,
di tengah perkembangan ipteks, dan lain sebagainya.

II. Materi Pokok


Manusia dan Peradaban
1. Hakikat peradaban
2. Manusia sebagai makhluk beradab dan masyarakat adab
3. Evolusi budaya dan wujud peradaban dalam kehidupan sosial
budaya

III. Uraian Materi

A. HAKIKAT PERADABAN
Dalam pertemuan sebelumnya kita telah membahas mengenai kebudayaan.
Kebudayaan sejatinya adalah hasil cipta, rasa,dan karsa manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara mengolah alam. Dan perdaban
memiliki keterkaitan dengan kebudayaan.
Penggunaan dua istilah ini yaitu kebudayaan dan peradaban memiliki
kedekatan sehingga dalam penyebutan dan penggunaannya seharihari kerap
menimbulkan tumpah tindih. Namun, sejatinya dua istilah ini dapat dibedakan
dengan jelas dan komprehensif.
Peradaban dalam bahasa inggris disebut sebagai civilization. Istilah ini
sering digunakan untuk menyebutkan bagian dari unsur kebudayaan yang
dianggap lebih maju, lebih indah misalnya kesenian, kemahiran menulis,
danlain sebagainya. Dengan kata lain penggunaan istilah peradaban dapat
digunakan untuk menunjukkan pendapat atau penilaian terhadap suatu
kebudayaan dan perkembangannya.
Suatu kebudayaan beserta masyarakatnya dianggap telah memasuki tahap
peradaban ketikan telah mencapai unsur budaya yang dianggap lebih halus,
indah, tinggi, sopan, luhur, dan lain sebagainya.
Menurut Samuel Huntington dalam bukunya The Clash of Civilization
(2001) mendefinisikan peradaban sebagai “the highest social gruping of people
and the broadest level of cultural identity people have short of that which
distinguish humans from other species”. Hal ini berarti bahwa kebudayaan
yang telah mencapai pada taraf peradaban dapat dilihat dari pendukung atau
masyarakatnya yang tercermin dari faktor-faktor yang telah disebutkan
sebelumnya.
Dalam bahasa Indonesia sendiri, peradaban berasal dari kata adab yang
dapat diartikan sebagai kesopanan. Berbudi pekerti luhur, mulia,
berakhlak,yang kesemua faktor tersebut merujuk pada sifat yang tinggi dan
mulia. Sehingga hal ini lah yang menjadi indicator penyebutan istilah
peradaban yang dilihat pada wujud budaya yang telah memasuki level tinggi
atau mulia tersebut.
Perlu ditegaskan kembali bahwa setiap masyarakat atau bangsa memiliki
kebudayaan namun tidak semuanya dapat dikatakan telah memiliki peradaban.
Level peradaban hanya dimiliki oleh masyarakat tertentu pula yang telah
mencapai pada kemajuan tertentu pula yang dicirikan oleh tingkat ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni yang telah maju atau disebut juga IPTEKS.
Penguasan masyarakat terhadap ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
merupakan salah satu indikator adanya peradaban. Suatu peradaban tentulah
ditunjang oleh tingginya dan penguasaan masyarkat terhadap keilmuan.
Penguasaan yang baik dan kekinian terhadap keilmuan tentunya akan
melahirkan kecanggihan teknologi, dan seni akan ikut menyertai
perkembangan dua hal tersebut. Namun, tentunya penguasan akan IPTEKS
tersebut akan senantiasa berkembang. Oleh karena itu, peradaban masyarakat
juga akan berkembang sesuai dengan zamannya. Peradaban suatu bangsa
dalam suatu kurun waktu tertentu dianggap cukup tinggi dan maju pada
masanya.
Namun, penilaian tersebut tentunya tidak bisa lagi diukur atau
dibandingkan dengan peradaban manusia pada masa sekarang.
Berikut adalah beberapa contoh bentuk perdaban yang diakui dunia.
Namun demikian, dunia tidak hanya didominasi oelh satu peradaban besar
tersebut. Huntington (2001) mengidentifikasi adanya 9 peradaban besar dunia
saat ini yaitu :
1. Peradaban barat atau disebut peradaban lama yang berpusat di Eropa
Barat, Amerika Utara dan Australia.
2. Peradaban Amerika Latin yang dipengaruhi oleh Agama Katholik,
menyebar di Negara-negara Amerika Selatan.
3. Peradaban Muslim atau Islam yang berpusat di Timur Tengah dan
Afrika Utara.
4. Peradaban Hindu di India
5. Peradaban Budha di Mongolia
6. Peradaban Jepang
7. Peradaban Afrika
8. Peradaban China
9. Peradaban Orthodoks yang berada dibekas wilayah Yugoslavia.
Dapat dikatakan bahwa masyarakat pada saat ini sangat mengapresiasi
peradaban pada masa lalu. Hal ini terbukti dari pengakuan masyarakat akan
warisan dunia yang menjadi keajaiban dunia (7 wonders), yang pada
hakikatnya berasal dari peradaban masa lalu.

B. Manusia Sebagai Makhluk Beradab


Pengertian adab menurut bahasa ialah kesopanan, kehalusan dan kebaikan
budi pekerti dan akhlak. Adapun menurut M. Sastra Praja, adab yaitu tata cara
hidup, penghalusan atau kemuliaan kebudayaan manusia. Sedangkan menurut
istilah, adab ialah “Adab ialah suatu ibarat tentang pengetahuan yang dapat
menjaga diri dari segala sifat yang salah”.
Manusia beradab adalah yang berpendidikan, sopan, dan berbudaya yang
berahlak, berkesopanan dan berbudi pekerti halus. Peradaban berasal dari kata
‘adab’ yang berarti kesopanan, kehormatan, budi bahasa dan etiket. Peradaban
dapat diartikan pula hasil perkembangan budaya yang ciri khas milik sesuatu
masyarakat, tahapan yang tinggi pada skala evolusi budaya mengacu pada
perbedaan antara manusia beradab terhadap mereka yang biadab. Istilah
peradaban juga digunakan untuk menyebut kebudayaan yang mempunyai
sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, system kenegaraan, dan ilmu
pengetahuan yang maju dan kompleks.
Manusia beradab karena dalam jiwanya dilengkapi dengan akal, nurani,
dan kehendak. Akal berfungsi sebagai alat pikir dan sumber ilmu pengetahuan
dan teknologi. Nurani berfungsi sebagai alat merasa, menentukan kata hati dan
sumber kesenian. Kehendak berfungsi sebagai alat memutus, menentukan
kebutuhan, dan sumber kegunaan.
Masyarakat yang beradab dapat didefinisikan sebagai masyarakat yang
mempunyai sopan santun dan kebaikan budi pekerti. Atau dapat pula diartikan
sebagai masyarakat yang santun dan telah maju tingkat kehidupan lahir
batinnya. Segala sesuatu yang dinilai maju dalam aspek kehidupan lahir batin
suatu masyarakat perlu selalu dipelihara dan dikembangkan, walaupun perlu
dipahami bahwa beberapa nilai yang dianut masyarakat selalu berubah atau
berkembang.
Dalam proses estafet antar generasi selalu terdapat friksi, disamping
adanya pengaruh globalisasi atau segala aspek kehidupan yang padat
menimbulkan gangguan dan peluang untuk mangembangkan peradaban
masyarakat.
Tingkat peradaban suatu masyarakat bangsa dapat diukur atau
diklasifikasikan dengan berbagai cara. Pada umumnya dilakukan dengan
menggunakan pendekatan kesejahteraan sosial, ekonomi, meliputi berbagai
fasetnya dengan menggunakan indikator-indikator sosial dan ekonomi.
Ketenangan, kenyamanan, ketentraman, dan kedamaian sebagai makna hakiki
manusia beradab dan dalam pengertian lain adalah suatu kombinasi yang ideal
antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum.
Orang yang tidak beradab adalah orang yang tidak mempedulikan adab
(kesopanan). Orang yang bertingkah laku, bertutur kata, dan berpakaian yang
tidak sesuai dengan norma masyarakat maupun norma agama, maka orang
tersebut dapat dikatakan sebagai orang yang tidak beradab.
Kehilangan tata karma dan mengerjakan segala sesuatu berdasarkan
keinginan nafsu, tak bisa memimpin diri sendiri, tak beretika, dan membiarkan
diri tetap terpuruk dalam kekurangajaran. Manusia tak beradab, berpendidikan
tinggi, namun tak punya kuasa untuk menyetir akal, dan hanya bisa menjadi
budak hawa nafsu. Mengetahui perihal yang baik namun lebih memilih untuk
menjadi manusia yang hina. Harga diri dipertaruhkan hanya untuk memuaskan
nafsu, harga diri bukan lagi menjadi barang mahal, harga diri dalam
kesendirian maupun di ruang publik tidak ada lagi perbedaannya. Semua
adalah tempat untuk pemuasan nafsu.
Manusia tak beradab, berada di tengah ketinggian peradaban, namun moral
jahiliyah, moral yang lebih hina dari masyarakat jahiliyah. Manusia tak
beradab, orang yang mempunyai ilmu yang banyak, wawasan yang luas, tapi
tetap tak beradab, hanya menjadi tunggangan hawa nafsu.
Peradaban adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menyebutkan
bagian-bagian atau unsur kebudayaan yang dianggap halus, indah dan maju.
Konsep kebudayaan adalah perkembagan kebudayaan yang telah mencapai
tingkat tertentu yang tercermin dalam tingkat intelektual, keindahan, teknologi,
spiritual yang terlihat pada masyarakatnya. Kebudayaan bersifat dinamis. Oleh
sebab itu ia dapat mengalami perubahan atau pergeseran. Faktor utama dalam
perubahan ini adalah adanya globalisasi.

Globalisasi Sebagai Fenomena dalam Peradaban


Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang
bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses
manusia global itu. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi
mempercepat akselerasi proses globalisasi ini. Globalisasi menyentuh seluruh
aspek penting kehidupan. Globalisasi menciptakan berbagai tantangan dan
permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan dalam upaya
memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan. Wacana globalisasi
sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara
mendasar.
Globalisasi sebagai fenomena abad sekarang memberi implikasi yang luas
bagi semua bangsa dan masyarakat internasional. Dengan didukung teknologi
komunikasi dan transportasi yang canggih, dampak globalisasi akan sangat luas
dan kompleks. Akibatnya, akan mengubah pola pikir, sikap, dan tingkah laku
manusia. Hal seperti ini kemungkinan dapat mengakubatkan perubahan aspek
kehidupan yang lain, seperti hubungan kekeluargaan, kemasyarakatan,
kebangsaan, atau secara umum berpengaruh pada sistem budaya bangsa.
Globalisasi memberi pengaruh dalam berbagai kehidupan, seperti politik,
ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan. Pengaruh globalisasi terhadap
ideologi dan politik adalah akan semakin menguatnya pengaruh ideologi liberal
dalam perpolitikan negara-negara berkembang yang ditandai menguatnya ide
kebebaan dan demokrasi. Pengaruh globalisasi dibidang politik, antara lain
membawa internasionalisasi dan penyebaran pemikiran serta nilai-nilai
demokratis termasuk didalamnya hak asasi manusia.
Pengaruh globalisasi terhadap ekonomi antara lain menguatnya
kapitalisme dan pasar bebas. Hal ini ditunjukkan dengan semakin tumbuhnya
perusahaan-perusahaan transnasional yang beroperasi tanp mengenal batas-
batas negara. Kapitalisme juga menuntut adanya ekonomi pasar yang lebih
bebas untuk mempertinggi asas manfaat, kewiraswastaan, akumulasi modal,
membuat keuntungan, serta manajemen yang rasional.
Pengaruh globalisasi terhadap sosila budaya akan masuknya nilai-nilai dari
peradaban lain. Hal ini berakibat timbulnya erosi nilai-nilai sosial budaya suatu
bangsa yang menjadi jati dirinya. Pengaruh ini semakin lancar dengan pesatnya
media informasi dan komunikasi, seperti televisi, komputer, satelit, internet,
dan sebagainya.
Globalisasi juga memeberikan dampak terhadap pertahanan dan keamanan
negara. Menyebarnya perdagangan dan industri di seluruh dunia akan
meningkatkan kemungkinan terjadinya konflik kepentingan dan dapat
mengganggu keamanan bangsa.

C. DINAMIKA PERADABAN GLOBAL


Peradaban selalu memiliki perubahan dan perkembangan seiring dengan
perputaran zaman atau masa.
Menurut Arnold J. Toynbee, seorang sejarawan asal Inggris, peradaban itu
lahir dari teori challenge and respons (tantangan dan jawaban). Peradaban
lahir dari tanggapan manusia yang dengan segenap daya upaya dan akalnya
menghadapi, menaklukkan, dan mengolah alam sebagai tantangan guna
mencukupi kebutuhan dan melestarikan kelangsungan hidupnya.
Tantangan dan tanggapan yang dihadapi manusia dapat dicontohkan
seperti kemampuan manusia dalam mengolah alam seperti yang bangsa Jepang
lakukan. Keadaan alam Jepang yang bergunung-gunung, sering terjadi gempa,
dan lahan pertaniannya yang tidak terlalu luas. Kondisi ini memacu bangsa
Jepang untuk dapat mengolahnya dalam rangka mencukupi kebutuhan
hidupnya.
Selain itu, dinamika peradaban juga terkait dengan majunya ilmu dan
teknologi. Dalam bukunya The Third Wave (1981), Alvin Toffler menyatakan
bahwa gelombang perubahan peradaban manusia mengalami 3 fase yaitu:
a. Gelombang I, disebut juga dengan peradaban teknologi pertanian yang
berlangsung mulai 800 SM-1500 SM.
b. Gelombang II, disebut juga dengan peradaban teknologi industri yang
berlangsung mulai 1500 SM-1970 M.
c. Gelombang III, disebut juga dengan peradaban informasi yang
berlangsung mulai 1970 M – Sekarang.
Setiap fase peradaban tersebut dikuasai oleh tingkat teknologi yang
digunakan. Gelombang pertama (the first wave) dikenal juga dengan revolusi
hijau. Pada fase ini, manusia menemukan dan mengaplikasikan teknologi
pertanian. Pertanian terbatas pada pengelolaan lahan-lahan untuk mencukup
kebutuhan manusia sehari-hari.
Fase kedua yaiut adanya revolusi industry yang diprakarsai oleh Negara-
negara barat yang dimulai di Inggris. Masa revolusi sector industry ini dimulai
dengan ditemukannya mesin uap pada tahun 1712 oleh James Watt.
Penggunaan mesinmesin seperti mesinuap, mesin pemintal dalam industry
garmen daln lainnya telah memajukan dan memakmurkan kehidupan
masyarakat Eropa pada masa itu.
Fase terakhir disebut sebagai revolusi industry yang ditandai dengan
kemajuan teknologi informasi. Kemajuan ini memudahkan manusia dalam
menjalin komunikasi diberbagai bidang kehidupan. Kemajuan informasi juga
mendorong kemajuan dibidang penerbangan dan angkasa luar, energy
alternative, terjadinya urbanisasi, komunikasi dan data prosesing, dan lainnya.
Gelombang terakhir ini memunculkan kehidupan masyarakat dunia yang
dikenal sebagai The Global Village (Kampung Global). Diperkirakan era ini
akan mencapai puncaknya pada 10-20 tahun yang akan datang. Hal ini juga
tidak terlepas dari pengaruh Globalisasi yang menghilangkan sekat-sekan
antarbangsa sehingga kemajuan teknologi dan informasi semakin berkembang
pesat.
Di era global dewasa ini, hubungan antarmanusia tidak terbatas dalam
suatu wilayah negaranya saja. Tetapi, sudah lintas batas Negara dan territorial.
Dengan demikian, seseorang akan dengan mudah menjalin komunikasi dengan
orang lain di Negara lain. Tidak hanya itu, perpindahan manusia antar negara
pun akan dapat dilakukan dengan mudah karena juga ditunjang oleh kemajuan
dan kemudahan transportasi.

D. PROBLEMATIKA PERADABAN GLOBAL DALAM


KEHIDUPAN MANUSIA
Peradaban global yang terjadi saat ini tidak dapat dipisahkan dari
globalisasi sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya. Ada yang
beranggapan globalisasi sebagai sebuah proses sosial, proses sejarah, atau
bahkan proses alamiah yang terjadi dengan sendirinya. Namun, intinya
globalisasi akan mengenyampingkan batas-batas geografis ekonomi, dan
budaya masyarakat dunia.
Globalisasi sendiri dalam kemunculan dan perkembangannya
menimbulkan pro dan kontra dalam masyarakat. Ada yang sepakat bahwa
globalisasi baik dan berefek baik, dan ada juga yang beranggapan globalisasi
buruk serta berefek buruk.
Adapun efek positif yang diterima dari adanya globalisasi yaitu:
a. Kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi
b. Kemudahan dalam berbagai bidang seperti perpindahan barang,
jasa, bahkan manusia.
c. Kemudahan dalam mengakses informasi dari berbagai belahan
dunia
Sedangkan efek negatif dari globalisasi, yaitu:
a. Mudahnya masuk budaya dari luar yang mungkin mengancam
budaya bangsa
b. Eksploitasi alam dan sumber daya lainnya
c. Munculnya gaya hidup konsumerisme dan hedonisme
d. Terjadinya dehumanisasi karena lebih banyak menggunakan mesin
teknologi canggih yang memungkin manusia semakin tidak
dihargai.
Tak dapat dipungkiri kehadiran globalisasi memunculkan dua sisi yaitu
sebagai ancaman dan sebagai peluang atau tantangan. Globalisasi akan
menimbulkan efek negatif bagi bangsa dan Negara, namun disisi lain juga
memberikan peluan yang akan berdampak bagi kemajuan suat bangsa.
Sehingga keberadaan globalisasi di tengah-tengah kita perlu dimaknai dan
disikapi dengan baik dan bijaksana

Pro dan Kontra Globalisasi

Globalisasi telah terjadi selama berabad-abad silam dan


menggunakan beragam cara yang sangat beragam. Namun, intensitas
globalisasi yang terjadi lebih awal dari pada zaman sekarang memiliki
intensitas proses yang lebih lambat dibandingkan dengan masa sekarang.
Pada awalnya, kolonialisasi, perdagangan dan migrasi adalah bentuk
yang dilakukan menuju proses globalisasi. Namun pasca Perang Dunia
II, proses globalisasi tidak hanya lagi dihadapkan pada proses
perdagangan, migrasi ataupun kolonialisasi, melainkan globalisasi
semakin cepat dan besar terjadi melalui terobosan teknologi informasi,
komunikasi dan transportasi.
Dengan bentuk proses globalisasi melalui teknologi informasi,
komunikasi dan transportasi, maka percepatan yang terjadi dalam
kehidupan manusia bukan hanya berbicara mengenai perekonomian saja,
namun juga menyentuh nilai-nilai, budaya, norma dan etika yang ada
dalam sistem lokal suatu negara, yaitu masyarakat. Sehingga, globalisasi
menciptakan sebuah tatanan dunia yang saling keterkaitan antara setiap
aktor satu dengan kehadiran aktor yang lainnya (interdependence).
Globalisasi menghasilkan suatu paradoks. Disatu sisi, globalisasi
membawa nilai-nilai dan manfaat akan kebaikan bagi kehidupan
manusia secara keseluruhan, namun disisi lain, timbul sebuah penilaian
bahwa globalisasi membawa ketidakpastian dan ketidakteraturan akan
sistem-sistem lokal suatu negara, yang menyebabkan negara tersebut
kesulitan untuk membuat keteraturan bagi sistem lokalnya sehingga
negara tersebut cenderung menutup dirinya akan globalisasi. Dengan
paradoks seperti ini, cara pandang akan globalisasi menjadi penting
untuk menentukan sebuah sikap demi mendapat kebaikan-kebaikan yang
di bawa oleh globalisasi sekaligus dapat mempertahankan sistem
lokalnya sendiri. Dunia saat berada pada posisi yang semakin
terintegrasi dan terkoneksi. Artinya adalah, bahwa setiap negara di dunia
saat ini membuka dirinya dengan keberadaan sistem global. Apa yang
sistem lokal negara lakukan akan berdampak bagi sistem lokal negara
lainnya, begitu pula dengan apa yang dilakukan oleh sistem lokal
lainnya akan berdampak bagi sistem lokal internal suatu negara lain.
Pihak yang kontra terhadap globalisasi mengatakan bahwa
globalisasi telah membawa sejumlah kemajuan bagi dunia, sedangkan
pihak yang pro mengatakan globalisasi adalah bentuk campur tangan
dari pihak luar terhadap nilai budaya dalam negeri.
Dalam bidang ekonomi khususnya, salah satu dampak adanya
globalisasi adalah banyaknya perusahaan-perusahaan maju yang
membangun perusahaan di negara berkembang yang kemudian
mempekerjakan tenaga kerja lokal dengan gaji yang lebih rendah.
Sedangkan dalam bidang sosial budaya, globalisasi telah membuat
hilangnya identitas budaya lokal karena masuknya unsur-unsur asing
dari luar yang tidak sesuai dengan norma budaya timur. Sebagai contoh
Berciuman di depan umum dalam masyarakat di negara-negara Eropa
adalah sesuatu yang wajar, tapi tidak demikian di negara-negara Arab.
Kita menyaksikan terkaget-kaget seorang anak boleh memanggil nama
orang tuanya tanpa embel-embel sebutan Bapak atau Ibu di negara
Eropa, sebab dalam adat dan budaya Timur cara tersebut kita
kategorikan sebagai perilaku lancang dan tidak tahu adat atau tatakrama.
Akan tetapi dengan adanya globalisasi perekonomian suatu negara
menjadi bergantung pada perekonomian negara lainnya dengan seperti
itu pemerintah jadi lebih peduli tentang satu sama lain untuk mengekang
ketidakseimbangan ekonominya. Selain itu masuknya informasi juga
menjadi lebih mudah dan meningkatnya pembauran budaya sehingga
setiap bangsa mencari tahu lebih banyak tentang bangsa-bangsa lain
mengenai preferensi budaya. Pada intinya memang globalisasi membuat
dunia menjadi lebih baik tetapi juga membuat dunia menjadi lebih
buruk.
Menurut saya, cara meminimalisir dampak negatif dari globalisasi
adalah dengan lebih peka dalam mengambil hal yg baik dan membuang
hal yang buruk. Jadi apabila dampak dari globalisasi yang dirasa negatif
ya tidak usah diikuti. Buang sisi negatif dan ambil sisi positif. Selain itu
kita harus lebih mencintai apapun yang ada di Indonesia, baik itu
budayanya, masyarakatnya, makanannya, pendidikannya, dan lain
sebagainya. Dengan mencintai negeri sendiri setidaknya kita dapat
meminimalisir dampak-dampak negatif dari adanya globalisasi.

Sumber : www.kompasiana.com
31 Oktober 2013

IV. Penutup

V. Referensi

Friedman, Thomas L. The World is Flat: Sejarah Ringkas Abad ke-21, Jakarta:
Dian Rakyat, 2006.
Huntington, Samuel P., Gelombang Demokratisasi Ketiga, Jakarta : Pustaka
Utama Grafiti, 1995.
_______, Benturan Antar Peradaban dan Masa Politik Dunia; Yogyakarta :
Qalam, 2003.
Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1992.
Naisbitt, John, Global Paradox, Jakarta: Binarupa Aksara, 1994.
Ohmae, Kenichi, Dunia Tanpa Batas, Jakarta: Binarupa Aksara, 1991.
Toffler, Alvin. Kejutan Masa Depan. Jakarta: Panca Simpat, 1987.

Anda mungkin juga menyukai