Pernikahan Beda Agama Menurut Islam

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

PERNIKAHAN BEDA AGAMA MENURUT ISLAM

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah “Masail Fiqh”

Dosen Pengampu :

Achmad Ridlowi, S.H.I, M.Pd.I

Disusun Oleh :

Toha Hasan Anwar (20202000213)

PROGRAM STUDI MANEJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA

PACITAN

2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Illahi


Robbi yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah- Nya sehinnga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Pernikahan Beda Agama Menurut Islam”.

Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Masail Fiqh. Adapun isi dari makalah yaitu menjelaskan tentang Pernikahan Beda Agama
Menurut Islam.

Kami berterima kasih kepada Bpk. Achmad Ridlowi, S.H.I, M.Pd.I selaku dosen mata
kuliah Masail Fiqh yang telah memberikan arahan serta bimbingan, dan juga kepada semua
pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam penulisan makalah
ini.

Seperti pepatah mengatakan “Tak ada gading yang tak retak”. Kami menyadari makalah
ini masih jauh dari sempurna. Hal ini semata-mata karena keterbatasan kemampuan kami
sendiri. Oleh karena itu, sangatlah kami harapkan saran dan kritik yang positif dan
membangun dari semua pihak agar makalah ini menjadi lebih baik dan berdaya guna di masa
yang akan datang.

Pacitan, 20 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................................... i

Daftar Isi ................................................................................................................................ ii

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1

C. Tujuan ......................................................................................................................... 2

BAB II Pembahasan

A. Pengertian ................................................................................................................... 3

B. Pandangan Pernikahan Beda Agama Menurut Islam ................................................. 3

C. Dalil Mengenai Pernikahan Beda Agama ................................................................... 5

BAB III Penutup

Simpulan ..................................................................................................................... 7

Daftar Pustaka....................................................................................................................... 8

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pluralisme menghendaki manusia untuk bisa hidup berdampingan dengan


rukun dalam lingkaran perbedaan. Bagaimanapun setiap orang menginginkan hal itu,
berapapun banyak perbedaan yang mereka miliki, hidup penuh keharmonisan tentu
menjadi idaman, Islam secara eksplisit tentu saja memerintahkan ummatnya untuk
hidup saling menghormati satu sama lain, bukan hanya kepada sesama ummat Islam,
tapi kepada seluruh manusia yang disebut Ukhuwah Insaniyah.

Karenanya Islam mengajarkan pengikutnya untuk menjungjung tinggi


toleransi, terutama dalam hal beragama. Namun seiring dengan kemajuan budaya serta
adanya globalisasi tampaknya toleransi umat beragama tampaknya telah mengalami
pergeseran dibeberapa sisi. Sebut saja dengan adanya pernikahan beda agama yang
menggunakan dalih ‘selama saling menghormati dan toleransi.

Awalnya pernikahan beda agama di Indonesia diramaikna oleh pelaku hiburan


tanah air yang dengan mudah dapat terekspos kemasyarakat luas. Akhir akhir ini kita
bahkan sering mendapati orang orang disekeling kita, tetangga atau teman yang
menikah dengan orang yang memiliki keyakinan yang berbeda. Lantas bagaimanakah
Islam memandang hal ini ? Apakah Islam membolehkan pernikahan lintas agama ?

Melalui makalah sederhana ini , penyusun insya Allah akan menguraikan


sedikit  tentang Pernikahan Beda Agama dalam Perspektif Islam.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Nikah ?

2. Apa Pandangan Pernikahan Beda Agama Menurut Islam?

3. Apa Dalil Mengenai Pernikahan Beda Agama ?

1
C. Tujuan

1. Mengetahui Pengertian Nikah

2. Mengetahui Pandangan Pernikahan Beda Agama Menutur Islam

3. Mengetahu Dalil Mengenai Pernikahan Beda Agama

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Nikah

Menurut bahasa nikah berarati terkumpul atau menyatu, menjodohkan atau


bersenggama (wathi’). Menurut istilah syari’at Islam adalah akad yang menghalalkan
pergaulan antara laki laki dan perempuan yang tidak ada hubungan mahram sehingga
dengan akad tersebut terjadi hak dan kewajiban antara kedua insan.

Menurut Undang Undang no 1 Tahun 1974 tentang perkawinan ,


mendefinisikan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Mahaesa.

Berdasarkan pengertian diatas, disimpulkan bahwa tujuan pernikahan adalah 


untuk membentuk keluarga berdasarkan Ketuhanan Yang Mahaesa. Sedangkan
menurut syari’:

1. Untuk memenuhi tunytutan naluri manusia yang asasi

2. Untuk membentengi akhlaq yang luhur dan untuk menundukan pandangan

3. Untuk menegakkan rumah tangga yang Islami

4. Untuk menghasilkan keturunan yang sah secara biologis dan secara syari’at

B. Pandangan Pernikahan Beda Agama Menurut Islam

Dalam Islam, menikah bukan hanya menyatukan dua manusia, melainkan ada
aturan atauran yang harus diperhatikan, sehingga dengan aturan aturan itu
menimbulkan adanya pernikahan yang sah dan tidak sah, serta pernikahan yang
diperbolehkan dan tidak diperbolehkan, lantas bagaimana dengan pernikahan beda
agama ?

Pada dasarnya ulama membolehkan menikah beda agama, namun dengan


kondisi seorang Muslim laki-laki menikah dengan wanita Ahli Kitab (Nasrani dan
Yahudi). Ini pendapat jumhur (mayoritas ulama).

3
Dalam beberapa literatur dan juga kitab-kitab Tafsir disebutkan perbedaan
pendapat apakah selain wanita Ahli Kitab, seorang Muslim boleh menikahinya?
Artinya ulama berbeda pendapat tentang kebolehan menikahi wanita non-Muslim
yang dari selain Ahli Kitab.

Imam Syafi’i dalam kitab klasiknya, Al-Umm, mendefinisikan Kitabiyah dan


non Kitabiyah sebagai berikut, “Yang dimaksud dengan ahlul kitab adalah orang-
orang Yahudi dan Nasrani yang berasal dari keturunan bangsa Israel asli. Adapun
umat-umat lain yang menganut agama Yahudi dan Nasrani, rnaka mereka tidak
termasuk dalam kata ahlul kitab. Sebab, Nabi Musa a.s. dan Nabi Isa a.s. tidak diutus
kecuali untuk Israil dan dakwah mereka juga bukan ditujukan bagi umat-umat setelah
Bani israil.”

Jumhur sahabat dan jumhur ulama pun membolehkan pernikahan berbeda


agama dalam keadaan seperti ini, yakni laki laki muslim menikahi wanita muslim,
diantara para jumhur shahabat membolehkan laki-laki muslim menikahi wanita
kitabiyah, diantaranya adalah Umar bin Al-Khattab, Ustman bin Affan, Jabir, Thalhah,
Huzaifah. Bersama dengan para shahabat Nabi juga ada para tabi`Insya Allah seperti
Atho`, Ibnul Musayib, al-Hasan, Thawus, Ibnu Jabir Az-Zuhri.

Adapun jika keadaannya terbalik, wanita muslim menikahi laki laki non
muslim (kafir / musyrik) Ijma’ (konsensus) ulama: tidak diperbolehkan seorang wanita
Muslimah menikah dengan laki-laki non-Muslim, apapun jenis ke-non-Muslimannya.
Entah itu dia seorang Nasrani, Yahudi, Budha, Hindu atau agama pun, yang penting ia
bukanlah seorang Muslim.

Yang sedikit berbeda pendapatnya hanyalah Imam Malik dan Imam Ahmad
bin Hanbal, dimana mereka berdua tidak melarang hanya memkaruhkan menikahi
wanita kitabiyah selama ada wanita muslimah.

Pendapat yang mengatakan bahwa nasrani itu musyrik adalah pendapat Ibnu
Umar. Beliau mengatakan bahwa nasrani itu musyrik. Selain itu ada Ibnu Hazm yang
mengatakan bahwa tidak ada yang lebih musyrik dari orang yang mengatakan bahwa
tuhannya adalah Isa. Sehingga menurut mereka menikahi wanita ahli kitab itu haram
hukumnya karena mereka adalah musyrik.

Namun jumhur Ulama tetap mengatakan bahwa wanita kitabiyah itu boleh

4
dinikahi, meski ada perbedaan dalam tingkat kebolehannya. Namun demikian, wanita
muslimah yang komitmen dan bersungguh-sungguh dengan agamanya tentu lebih
utama dan lebih layak bagi seorang muslim dibanding wanita ahlul kitab. Juga apabila
ia khawatir terhadap akidah anak-anak yang lahir nanti, serta apabila jumlah pria
muslim sedikit sementarawanita muslimah banyak, maka dalam kondisi demikian ada
yang berpendapat haram hukumnyapria muslim menikah dengan wanita non muslim.

Secara ringkas hukum nikah beda agama bisa kita bagi menjadi demikian :

1. Suami Islam, istri ahli kitab = boleh


2. Suami Islam, istri kafir bukan ahli kitab = haram
3. Suami ahli kitab, istri Islam = haram
4. Suami kafir bukan ahli kitab, istri Islam = haram

Dibolehkannya laki-laki muslim menikah dengan wanita ahlul kitab namun


tidak sebaliknya karena laki-laki adalah pemimpin rumah tangga, berkuasa atas
isterinya, dan bertanggung jawab terhadap dirinya. Namun perlulah diketahui masih
adakah yg namanya wanita ahlul kitab zaman sekarang ? wallahu`alam..itu seperti
mencari jarum dalam tumpukan jerami.dan untuk hal satu ini..adalah sulit laki laki
menemukan wanita ahli kitab walaupun diperbolehkan.

Islam menjamin kebebasan aqidah bagi isterinya, serta mlindungi hak-hak dan
kehormatannnya dengan syariat dan bimbingannya. Akan tetapi, agama lain seperti
nasrani dan yahudi tidak pernah memberikan jaminan kepada isteri yang berlainan
agama.

C. Dalil Mengenai Pernikahan Beda Agama

Allah Ta’ala berfirman,

ُ
ِ َّ‫ك َولَوْ أَ ْع َجبَ ُك ْم أولَئِكَ يَ ْد ُعونَ إِلَى الن‬
‫ار‬ ٍ ‫َوال تُ ْن ِكحُوا ْال ُم ْش ِر ِكينَ َحتَّى ي ُْؤ ِمنُوا َولَ َع ْب ٌد ُم ْؤ ِم ٌن خَ ْي ٌر ِم ْن ُم ْش ِر‬

“…….dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita


mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari
orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu, mereka mengajak ke neraka,….” ( QS:
Al-Baqarah: 221)

5
(al mumtahanah 10)

“…mereka (wanita-wanita mukmin) tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-
orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka… “ (QS: Al-Mumtahanah: 10)

Dua ayat ini secara tegas mengatakan bahwa wanita Muslimah itu haram dinikahkah
dengan orang kafir bagaimana pun alasannya. Dan ulama telah mengatakan bahwa ini
adalah Ijma’ ulama.

Jika suatu hukum itu sudah dihukumi oleh sebuah Ijma’, maka sudah tidak ada
lagi perselisihan pendapat didalamnnya. Begitu suatu masalah dihukumi, dan hukum
itu tidak diperselisihkan oleh ulama yang lain, maka itu menjadi ijma’. Dan ketika
sudah menjadi Ijma’, sudah tidak perlu lagi dipertanyakan. Ini prinsip yang dipegang
oleh para fuqaha’ (ahli fiqih).

Adapun ayat yang terkandung dalam surah Al-Maidah ayat 5, seperti dibawah
ini:

(al maidah 5)

Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan)


orang-orang Ahli kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi
mereka. (Dan dihalalkan mangawini) wanita yang menjaga kehormatan diantara
wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara
orang-orang Ahli kitab sebelum kamu…..” (QS. Al-Maidah: 5)

Ayat ini ialah takhshish [‫ ]تخصيص‬untuk ayat 221 surah al-Baqarah diatas.
Disebutkan bahwa wanita non-Muslim (musyrik) itu tidak boleh dinikahi oleh laki-
laki Muslim. Pada ayat ini terjadi pengkhususan, bahwa larangan yang ada di surah al-
Baqarah itu untuk wanita musyrik saja, sedangkan Ahli Kitab, dibolehkan.

Artinya bahwa kalau wanita itu Ahli Kitab, tetap boleh. Walaupun ia seorang
wanita kafir. Karena yang dilarang itu ialah wanita kafir yang selain Ahli Kitab.

Larangan bagi wanita Muslimah untuk menikah dengan laki-laki non-Muslim


tetap berlaku. Karena ayat ini ialah takhshish [‫ ]تخصيص‬bukan naskh [‫ ]نسخ‬yang
menghapus kandungan hukum dalam ayat. Ini hanya pengkhususan saja.
6
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Menikah secara bahasa artinya menyatukan, menjodohkan atau bersenggama,


sementara menurut istilah adalah akad yang menghalalkan pergaulan antara laki laki
dan perempuan yang tidak ada hubungan mahram sehingga dengan akad tersebut
terjadi hak dan kewajiban antara kedua insan.

Tujuan menikah menurut syariat islam adalah : untuk memenuhi tunytutan


naluri manusia yang asasi, untuk membentengi akhlaq yang luhur dan untuk
menundukan pandangan, untuk menegakkan rumah tangga yang Islami, dan untuk
memperoleh keturunan yang sah secara biologis dan secara syari’at.

Sebagian besar ulama membolehkan pernikahan beda agama dengan syarat


laki laki nya adalah seorang muslim dan wanita non muslim ahli kitab, diluar keadaan
itu maka pernikahan beda agama diharamkan.

Dalil mengenai pernikahan beda agama tertulis dalam al quran secara jelas
dalam QS: Al-Baqarah: 221.

7
DAFTAR PUSTAKA

http://www.hidayatullah.com/artikel/tsaqafah/read/2014/09/10/29159/islam-dan-pernikahan-
beda-agama-bagian-1.html/2#.VCC73mPCd6l

https://id-id.facebook.com/notes/von-edison-alouisci/hukum-islam-dalam-pernikahan-beda-
agama/235443739805678

http://almanhaj.or.id/content/3232/pernikahan-dalam-islam/

http://ahmadzain.com/

http://masuk-islam.com/

Anda mungkin juga menyukai