Makalah Ideologi Politik

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

A.

PENGERTIAN IDEOLOGI

Ideologi (Heywood, 2013) dari sudut pandang sosial-ilmiah, ideologi adalah sebuah rangkaian
ide yang menyediakan sebuah landasan bagi aksi politik yang terorganisir, baik itu bertujuan
untuk melestarikan, memodifikasi atau menyingkirkan sistem hubungan kekuasaan yang ada.
Semua ideologi karenanya (1) menyediakan sebuah pembahasan tentang tatanan yang berlaku
saat itu, biasanya dalam bentuk sebuah pandangan-dunia (2) menyediakan sebuah model dari
masa depan yang diinginkan, sebuah pandangan tentang masyarakat yang baik, dan (3)
menggambarkan bagaimana perubahan politik dapat dan harus dilakukan. Ideologi-ideologi,
akan tetapi, bukan merupakan sistem sistem pemikiran yang tertutup rapat; tetapi, mereka adalah
rangkaian ide yang cair yang tumpang tindih satu sama lain pada sejumlah titik.

Istilah 'ideologi' dimunculkan pada 1796 oleh filsuf Prancis Destutt de Tracy (1754-1836). Dia
menggunakan istilah ini untuk merujuk pada sebuah 'sains ide-ide' baru (secara harfiah, sebuah
idea-ologi) yang bertujuan untuk mengungkap asal mula pemikiran dan ide-ide yang sadar.
Harapan de Tracy adalah bahwa ideology nantinya akan memperoleh status yang sama
sebagaimana sains-sains yang telah mapan seperti zoologi dan biologi. di abad ke-19 dalam
tulisan-tulisan dari Karl Marx.Menurut Marx, ideologi artinya ide-ide dari 'kelas yang berkuasa',
ide-ide yang karenanya menegakkan sistem kelas dan mengekalkan eksploitasi.

B. PENGERTIAN IDEOLOGI POLITIK

Ideologi Politik (Budiarjo, 2008) adalah suatu gabungan dari ide-ide atau norma, kepercayaan,
keyakinan yg di miliki seseorang atau sekelompok orang dalam menentukan sikapnya terhadap
masalah2 politik yang dihadapinya. Keyakinan dalam suatu tata dasar politik menjadi dasar dari
ideologi politik . Ideologi sangat luas karena membahas berbagai macam kejadian yang ada.

Dalam pengertian Marxis (Heywood, 2013) ciri penting ideologi adalah bahwa ia salah: ia
membodohi dan membutakan kelas-kelas subordinat dengan menyembunyikan dari mereka
kontradiksi-kontradiksi yang terjadi di masyarakat. Sejauh terkait dengan kapitalisme, ideologi
dari kaum borjuis pemilik kekayaan (ideologi borjuis) menyebarkan khayalan atau 'kesadaran
yang salah' di kalangan proletariat yang tereksploitasi, mencegah mereka dari menyadari fakta
eksploitasi yang mereka alami.

'Ideologi' telah dikembangkan oleh Michael Oakeshott (Heywood, 2013) Pandangan ini
merefleksikan sebuah skeptikisme konservatif tentang nilai dari rasionalisme, yang muncul dari
keyakinan bahwa dunia ini sebagian besar di luar ka pasitas dari pikiran manusia untuk
memahaminya. Dari perspektif ini, ideologi-ideologi dilihat sebagai 'sistem-sistem pemikiran'
yang abstrak; yaitu, sebagai rangkaian ide yang mengacaukan atau mengaburkan realitas politik
karena mereka mengklaim menjelaskan apa yang, sebenarnya, tidak dapat dijelaskan. Inilah
mengapa kalangan konservatif secara tradisional menolak pengertian bahwa mereka menganut
pada sebuah ideologi, lebih memilih untuk menggambarkan konservatisme sebagai sebuah
kecondongan, atau sebuah 'sikap pikiran', dan meletakkan keyakinan mereka pada pragmatisme,
tradisi dan sejarah.

C. IDEOLOGI SECARA FUNGSIONAL DAN STRUKTURAL

Ideologi secara fungsional (Surbakti, 1992) diartikan seperangkat gagasan tentang kebaikan
bersama atau tentang masyarakat dari negara yang dianggap paling baik, sedangkan ideologi
secara struktural diartikan sebagai sistem pembenaran, seperti gagasan dan formula politik atas
setiap kebijakan dan tindakan yang diambil oleh para penguasa.

Ideologi dalam arti fungsional digolongkan secara tipologi dengan dua tipe, yakni Ideologi yang
doktriner dan ideologi yang pragmatis, Suatu Ideologi dapat digolongkan doktriner apabila
ajaran-ajaran yang terkandung dalam ideologi itu dirumuskan secara sistematis dan terinci
dengan jelas, diindoktrinasikan kepada warga masyarakat, dan pelaksanaannya diawasi secara
ketat oleh aparat partal atau aparat pemerintah Komunisme merupakan salah satu contohnya.
Biasanya sistem nilal atau ideologi yang diperkenankan hidup dalam masyarakat seperti ini
hanyalah ideologi yang doktriner tersebut. Akan tetapi, apabila ajaran-ajaran yang terkandung
dalam ideologi tersebut tidak dirumuskan secara sistematis dan terinci, melainkan dirumuska
secara umum (prinsip-prinsipnya saja). Dalam hal ini, ideologi itu ti dak diindoktrinasikan, tetapi
disosialisasikan secara fungsional melalul kehidupan keluarga, sistem pendidikan, sistem
ekonomi, kehidupan agama dan sistem politik.

Atas dasar itu, pelaksanaannya tidak diawasi oleh aparat partai atau pemerintah, melainkan
dengan pengaturan kelembagaan. Maksudnya, siapa saja yang tidak menyesuaikan diri dengan
nilai-nilai yang terkandung dalam Ideologi tidak akan dapat hidup secara wajar. Individualisme
(liberalisme) merupakan salah satu contoh ideologi pragmatis. Biasanya tidak satu ideologi saja
yang diperkenankan berkembang dalam masyarakat ini, tetapi ada satu yang dominan.

D. AJARAN-AJARAN IDEOLOGI KLASIK

Ideologi politik (Heywood, 2013) muncul dari transisi dari feodalisme menuju kapitalisme
industri. Dalam hal yang sederhana, ideologi-ideologi terdahulu atau klasik Jiberalisme,
konservatisme dan sosialisme berkembang sebagai usaha-usaha yang saling berlawanan untuk
memengaruhi masyarakat industri yang sedang muncul. Meskipun debat ideologi telah menjadi
semakin kaya dan semakin beragam sejak 1960-an, tidak kurang sebagai hasil dari munculnya
apa yang disebut ideologi-ideologi 'baru' seperti mi salnya feminisme dan politik hijau, ideologi-
ideologi klasik tetap mempertahankan peran sentral mereka.

- Liberalisme, (Heywood, 2013) setiap pembahasan tentang ideologi politik harus dimulai
dengan liberalisme. Ini karena liberalisme adalah ideologi dari Barat industri, dan
terkadang digambarkan sebagai metaideologi yang mampu mencakup berbagai nilai dan
keyakinan yang luas. Dalam bentuknya yang paling awal, liberalisme merupakan sebuah
doktrin politik.

Liberalisme tumbuh dari konteks masyarakat Eropa pada abad pertengahan. Ketika itu
masyarakat ditandai dengan dua karakteristik berikut. Anggota masyarakat terikat satu
sama lain dalam suatu sistem dominasi kompleks dan kukuh pada pola hubungan dalam
sistem ini bersifat statis dan sukar berubah. Seperti kaum aristokrat saja yang
diperkenankan memiliki tanah, golongan feodal ini pula menguasai proses politik dan
ekonomi, sedangkan para petani berkedudukan sebagaii penggarap tanah yang dimiliki
oleh patronnya, yang harus membayar pajak dan menyumbangkan tenaga bagi sang
patron. Masyarakat yang terbaik (rezim terbaik), menurut paham liberal adalah yang
memungkinkan individu mengembangkan kemmapuan-kemmapuan individu
sepenuhnya. Dalam masyarakat yang baik semua individu harus dapat mengembangkan
pikiran dan bakat-bakatnya. Menurut asumsi liberalisme inilah, John Stuart Mill
mengajukan argumen yang lebih mendukung pemerintahan berdasarkan demokrasi
liberal. Ciri-ciri ideologi liberal sebagai berikut. Pertama, demokrasi merupakan bentuk
pemerintahan yang lebih baik. Kedua, anggota masyarakat memiliki kebebasan berbicara,
kebebasan beragama dan kebebasan pers. Ketiga, pemerintah hanya mengatur kehidupan
masyarakat secara terbatas. Keputusan yang dibuat hanya sedikit untuk rakyat sehingga
rakyat dapat belajar membuat keputusan untuk diri sendiri. Keempat, kekuasaan dari
seseorang terhadap orang lain merupakan hal yang buurk. Oleh karena itu, pemerintahan
dijalankan sedemikian rupa sehingga penyalahgunaan kekuasaan dapat dicegah. Kelima,
suatu masyarakat dikatakan berbahagia apabila setiap individu atau sebagian terbesar
individu berbahagia. Kalau masyarakat secara keseluruhan berbahagia, kebahagiaan
sebagaian besar individu belum tentu maksimal. Dengan demikian, kebaikan suatu
masyarakat atau rezim diukur dari seberapa tinggi individu berhasil mengembangkan
kemampuan-kemampuan dan bakat-bakatnya. Paham ini dianut di Inggris dan koloni-
koloninya termasuk Amerika Serikat.

Liberalisme, (Locke, 1689) ia mengemukakan pendapat bahwa kebebasan yang menjadi


nilai dasar liberalisme dipahami sebagai ketidakhadiran intervensi eksternal dalam
aktivitas- aktivitas individu. Sebagaimana tecermin dalam ide-ide dari para pemikir
seperti John Locke, ia menyerang absolutisme dan hak-hak istimewa yang bersifat feodal,
dan sebaliknya mendukung pemerintahan yang konstitusional dan, kemudian, yang
bersifat perwakilan.

- Liberalisme klasik, (Heywood, 2013) tema sentral dari liberalisme klasik adalah sebuah
komitmen ter hadap sebuah bentuk individualisme yang ekstrem. Manusia dili hat
sebagai makhluk yang egois, mandiri dan mengandalkan diri sendiri. Di dalam apa yang
disebut oleh C. B. Macpherson (1962) sebagai 'individualisme posesif, mereka dianggap
sebagai pemi lik dari pribadi dan kapasitas mereka sendiri, tidak meminjam apa pun dari
masyarakat atau individu yang lain. Cita-cita liberal klasik karenanya adalah
pembentukan sebuah nega ra minimal atau penjaga malam, dengan sebuah peran yang
dibatasi pada perlindungan terhadap warga dari gangguan warga yang lain.

Liberalisme klasik (Davies, 2019) yang dituangkan dalam buku Eamonn Butler bertujuan
untuk “membersihkan” dan “memurnikan” liberalisme.

- Liberalisme modern, liberalisme modern dicirikan oleh sikap yang lebih simpati terhadap
intervensi negara. Sungguh, di Amerika Serikat, istilah 'liberal' digunakan untuk
mengimplikasikan dukungan bagi pemerintahan 'besar daripada pemerintahan 'minimal'.
Dipengaruhi oleh karya dari J. S. Mill, mereka yang disebut kelompok 'Liberal Baru'
(tokoh-tokoh seperti T. H. Green (1836-82), L. T. Hobhouse (1864-1929) dan J. A.
Hobson (1858-1940) mendukung sebuah pandangan yang lebih luas dan 'positif' tentang
kebebasan.

- Menurut paham konservatif masyarakat dan kelompok masyarakat yang lain tidak
sekedar penjumlahan unsur-unsurnya dan suatu kelompok lebbih dapat menciptakan
kebahagiaan yang lebih besar daripada yang dapat diciptakan oleh masyarakat secara
individual. Paham konservatif itu ditandai dengan gejala-gejala berikut. Pertama,
masyarakat yang terbaik adalah masyarakat yang tertata. Masyarakat harus memiliki
struktur (tata) yang stabil sehingga setiap crang mengetahui, bagaimanakah ia harus
berhubungan dengan orang lain. Seseorang akan lebih dapat memperoleh kebahagiaan
sebagal anggota suatu keluarga, anggota gereja dan anggota masyarakat daripada yang
dapat diperoleh secara individual. Kedua, untuk menciptakan masyarakat yang tertata dan
stabil itu diperlukan suatu pemerintah yang memiliki kekuasaan yang mengikat tetapi
bertanggung jawab. Apabila liberalisme mencurigai dan karena itu membatasi kekuasaan
maka paham ini memandang kekuasaan secara positif sepanjang digunakan untuk
mencapai tujuan bersama. Paham konservatif berpandangan pengaturan yang tepat atas
kekuasaan akan menjamin perlakuan yang sama terhadap setiap orang. Ketiga, paham ini
menekankan tanggung jawab pada pihak penguasa dalam masyarakat untuk membantu
pihak yang lemah. Posisi ini bertentangan dengan paham liberal yang berpandangan
pihak yang lemah harus bertanggung jawab atas urusan dan hidupnya. Sisi konservatif
inilah yang menimbulkan untuk pertama kall negara kesejahteraan (toelfare-state) dengan
program-program jaminan sosial bagi yang berpenghasilan rendah. Liberalisme dan
konservatisme di Amerika Serikat mempunyai pengertian yang lain. Di Amerika Serikat
secara umum dikenal dua ideologi yang bersaingan, yakni liberal yang mendasari Partai
Demokrat dan konservatif yang mendasari Partai Republik. Selain itu, ada pula yang agak
liberal di Partal Republik dan agak konservatif di Partai Demokrat.

- Konservatisme, (Heywood, 2013) ide dan doktrin konservatif pertama kali muncul pada
akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19. Mereka muncul sebagai reaksi terhadap semakin
cepatnya perubahan ekonomi dan politik, yang dalam banyak hal disimbolkan oleh
Revolusi Prancis.

Joseph de Maistre (1753-1821) Konservatisme ini sangat autokratis dan reaksioner,


menolak semua ide tentang perubahan. Akan tetapi, bentuk konservatisme yang lebih
hati-hati, lebih fleksibel dan, akhirnya, lebih sukses muncul dan berkembang di Inggris
dan AS, dicirikan oleh keyakinan Edmund Burke terhadap 'perubahan dalam rangka
melestarikan'.

- Konservatisme paternalistic (Heywood, 2013) Aliran paternalistik dalam pemikiran


konservatif sepenuhnya konsisten dengan prinsip-prinsip seperti organikisme, hierarki
dan tugas kewajiban, dan ia karenanya dapat dianggap sebagai perpanjangan dari
konservatisme tradisional. Sering dihubungkan dengan tulisan -tulisan awal dari
Benjamin Disraeli (1804-81), paternalisme mengacu pada perpaduan dari kebijaksanaan
dan prinsip.

- Kanan Baru (Heywood, 2013) merepresentasikan sebuah pergeseran dalam pemikiran


konservatif yang serupa dengan kontra-revolusi yang melawan kecenderungan pasca
1945 ke arah intervensi negara maupun penyebaran nilai-nilai liberal atau sosial
progresif.
Ide-ide semacam itu memiliki dampak paling besar di Inggris dan Amerika Serikat, di
mana mereka diartikulasikan di era 1980-an dalam bentuk Thatcherisme di Inggris dan
Reaganisme di Amerika. Mereka juga memiliki sebuah pengaruh yang lebih luas, bahkan
di seluruh dunia, dalam mendorong sebuah pergeseran umum dari bentuk-bentuk
organisasi berorientasi negara membentuk organisasi berorientasi pasar. Akan tetapi,
Kanan Baru tidak begitu menghasilkan sebuah filsafat yang koheren dan sistematis
sebagai usaha untuk mengawinkan dua tradisi yang berbeda, yang biasa disebut 'neo-
liberalisme' dan 'neo-konservatisme'.

- Neoliberalisme (Heywood, 2013) adalah sebuah versi baru dari eko nomi politik klasik
yang dikembangkan dalam tulisan-tulisan dari para ekonom pasar-bebas seperti Friedrich
Hayek dan Mil ton Friedman (lihat hal. 238), dan para filsuf seperti Robert No zick (lihat
hal. 116). Pilar-pilar pokok dari neoliberalisme adalah pasar dan individu. Tujuan utama
neoliberal adalah untuk 'me mutar kembali batas-batas negara', dengan keyakinan bahwa
ka pitalisme pasar yang tidak diatur akan menghasilkan efisiensi, per tumbuhan dan
kemakmuran yang meluas.

Neoliberalisme (Harley, 2005) adalah sebuah teori ekonomi politik yang mengusulkan
salah satu cara terbaik untuk mencapai kesejahteraan manusia melalui pembebasan
usaha-usaha bisnis pribadi dan keterampilan individu dalam sebuah kerangka
kelembagaan yang dicirikan oleh hak-hak milik pribadi yang kuat, pasar bebas dan
perdagangan bebas. Di dalam kerangka itu, peran negara ialah menciptakan dan
melindungi eksistensi pasar tersebut. Negara juga harus menyiapkan militer, pertahanan,
polisi, struktur-struktur dan fungsi hukum yang diperlukan untuk menjamin hak-hak
milik pribadi dan menjamin dengan paksaan jika perlu berfungsinya pasar.111 Intervensi
negara dinilai berbahaya karena mengurangi tindakan kompetitif dan masuknya
kompetitor potensial baik melalui kontrol maupun monopoli.

- Neokonservatisme (Heywood, 2013) menegaskan kembali prinsip-prinsip sosial


konservatif pada abad ke-19. Kennedy-Johnson. Aspek lain dari neokonservatisme adalah
kecenderungan untuk melihat kemunculan masyarakat yang multi-budaya dan multi-
agama dengan penuh keprihatinan, dengan dasar bahwa mereka mendorong-konflik dan
secara melekat tidak stabil.

- Sosialisme dan Komunisme (Surbakti, 1992) Sosialisme merupakan realed terhadap


revolual Industri dan akibat akibatnya. Awal sosialisme yang muncul pada bagian
pertama abadi kesembilan belas dikenal sebagai sosialis utopla. Sosialisme ini lebih
didasarkan pada pandangan kemanusiaan (humanitarian), dan meyakini kesempurnaan
watak manusia. Penganut paham ini berharap dapat menciptakan masyarakat sosialis
yang dicita-citakan dengan kejernihan dan kejelasan argumen, bukan dengan cara-ca
kekerasan dan revolusi. Pada perkembangan berikutnya, analisis sosial paham sosialis
tampak lebih jelas. Paham ini berkeyakinan kemajuan manusia dan keadilan terhalang
dengan lembaga hak milik atas sarana produksi. Pemecahannya, menurut paham ini ialah
dengan membatasi atau menghapuskan hak milik pribadi (private property) dan
menggantinya dengan pemilikan bersama atas sarana produksi. Dengan cara ini,
ketimpangan distribusi kekayaan yang tak terelakkan dari lembaga pemilikan pribadi di
bawah kapitalisme dapat ditiadakan.
Perbedaan utama antara sosialisme dan komunisme terletak pada sarana yang digunakan
untuk mengubah kapitalisme menjadi sosialisme.

Paham sosialis berkeyakinan perubahan dapat dan seyoglanya dilakukan dengan cara-
cara damai dan demokratis. Paham soslalls juga lebih luwes dalam hal perjuangan
perbalkan nasib buruh secara bertahap, dan dalam hal kesediaan berperanserta dalam
pemerintahan yang belum seluruhnya menganut sistema soslalis. Paham sosialis ini
banyak diterapkan di negara-negara Eropa Barat. Pada pihak lain, paham komunis
berkeyakinan perubahan atas sistem kapitalisme harus dicapai dengan cara-cara revolusi,
dan pemerintahan oleh diktator proletariat sangat diperlukan pada masa transisi. Dalam
masa transisi dengan bantuan negara di bawah diktator proletariat, seluruh hak milik
pribadi dihapuskan diambilalih untuk selanjutnya berada dalam kontrol negara. Pada
gilirannya, negara dan hukum akan lenyap karena tidak lagi diperlukan. Paham komunis
ini pernah diterapkan di bekas negara Uni Soviet dan negara-negara Eropa Timur. Kini
paham komunis masih diterapkan di Republik Rakyat Cina (RRC) dan Vietnam. Paham
komunis di bekas negara Uni Soviet berbeda dengan paham komunis di RRC dalam
penafsiran mereka atas ajaran Marxisme. Contohnya Revolusi Oktober di Uni Soviet
dimotori oleh kelompok pelopor (vanguard group), sedangkan revolusi di RRC dilakukan
dengan cara gerilya bersama petani.

Perubahan-perubahan drastis dalam peta politik dan ekonomi, seperti kehancuran di Uni
Soviet dan kejatuhan rezim komunis di negara-negara Eropa Timur pada sejak 1989
menunjukkan sosialisme dan komunisme tengah dilanda krisis berat." Hal terbaik yang
mungkin muncul dari krisis ini berupa timbulnya sosialisme yang berwajah manustawi
(sosialisme humanis), sedangkan kemungkinan terburuk yang mungkin muncul dari krisis
ini berupa hancurnya komunisme. Tampaknya hal yang terakhir inilah yang sudah dan
akan terjadi.

- Marxisme (Heywood, 2013) Sebagai sebuah sistem teoretis, Marxisme telah menjadi
alternative utama bagi rasionalisme liberal yang telah mendominasi kebudayaan barat dan
penelitian intelektual di era modern. Marxisme juga telah dipandang sebagai musuh
utama dari kapitalisme barat, paling tidak selama periode 1917-91.Satu bentuk Marxisme
ortodoks, biasanya diistilahkan dengan’materialisme dialektis' (sebuah istilah yang
dimunculkan oleh Plekhanov, bukan Marx), menjadi eksis dan kemudian digunakan
sebagai dasar bagi komunisme Soviet. Marxisme 'vulgar ini tidak diragukan lagi memberi
penekanan yang lebih besar pada teori- teori mekanistis dan determinisme historis
daripada tulisan-tulisan dari Marx sendiri.

Marxisme (Suryajaya, 2016) dapat digunakan sebagai pisau analisis untuk menyibak
selubung ideologis berbagai hal. Selain itu juga,untuk menginisiasi sebuah perang kelas
dalam ranah ilmu pengetahuan, terutama ilmu yang menjadi basis legitimasi corak
produksi, kapitalis yang dominan saat ini.

- Marxisme klasik (Heywood, 2013) Inti dari Marxisme klasik -Marxisme dari Marx-
adalah sebuah fil safat sejarah yang oleh Engels dideskripsikan sebagai 'konsep ma
terialis tentang sejarah', atau materialisme historis. Ini menyoroti pentingnya kehidupan
ekonomi dan kondisi-kondisi di mana ma syarakat memproduksi dan mereproduksi
sarana-sarana penghi dupan atau mata pencaharian mereka. Marx berpendapat bahwa
"landasan' ekonomi, yang penyusun utamanya adalah 'corak pro duksi atau sistem
ekonomi, mengondisikan atau menentukan 'su perstruktur ideologi dan politik.

- Komunisme ortodoks (Heywood, 2013) Marxisme dalam praktiknya selalu dikaitkan


dengan pengalaman komunisme Soviet (lihat hal. 486), dan khususnya kontribusi dari
dua pemimpin pertama Soviet, V.I. Lenin dan Joseph Stalin (1879 1953). Sungguh,
komunisme abad ke-20 paling baik dipahami seba gai satu bentuk Marxisme-Leninisme:
yaitu: sebuah Marxisme orto doks yang dimodifikasi oleh serangkaian teori dan doktrin
Leninis. Kontribusi utama Lenin pada Marxisme adalah teori dia tentang partai
revolusioner atau vanguard.

- Neo-Marxisme (Heywood, 2013) (terkadang diistilahkan sebagai Marxisme 'modern' atau


'Barat) menunjuk pada usaha untuk merevisi atau membentuk kembali ide klasik dari
Marx sekaligus tetap setia pada prinsip Marxis tertentu atau aspek dari metodologi
Marxis. Neo-Marxis secara khas menolak untuk menerima bahwa Marxisme memiliki
sebuah monopoli kebenaran, dan karenanya melihat juga pada filsafat Hegelian,
anarkisme, liberalisme, feminisme, dan bahkan teori pilihan rasional. Meskipun tetap
memedulikan masalah ketidakadilan sosial, neo-Marxis menolak keutamaan ekonomi di
atas faktor-faktor lain dan, dengan ini, menolak pengertian bahwa sejarah memiliki
sebuah karakter yang dapat diprediksi.

Neo-Marxisme (Budiarjo, 2008) Para Marxis Ini, yang sering dinamakan Neo-Marx
nembedakan mereka dari orang Marxis klasik yang lebih dekat komunisme, bukan
merupakan kelompok yang ketat organisasinya mempunyai pokok pemikiran yang sama.
Lebih tepat apabila mereka digambarkan sebagai kelompok-kelompok kecil yang terdiri
dari cendekiawan yang mendapat inspirasi dari tulisan-tulisan Marx, terutama yang
dikarang dalam masa mudanya. Cikal bakal orientasi ini adalah tulisan-tulisan sarjana
Hongaria, Georg Lukacs (1885-1971), terutama dalam karyanya yang berjudul History
and Class Consciousness.

- Demokrasi social (Heywood, 2013) Demokrasi sosial kurang memiliki koherensi teoretis
dibanding, katakanlah, liberalisme klasik atau sosialisme fundamentalis. Sementara yang
pertama secara ideologis berkomitmen terhadap pasar, dan yang kedua mendukung usaha
kepemilikan bersama, demokrasi sosial mendukung sebuah keseimbangan antara pasar
dan negara, sebuah keseimbangan antara individu dan masyarakat. Karakteristik utama
dari pemikiran demokrasi sosial modern adalah kepedulian terhadap mereka yang
underdog di masyarakat, yang lemah dan yang rentan. Akan tetapi, terdapat sebuah
pemahaman bahwa demokrasi sosial tidak dapat sekadar dibatasi pada ajaran soasialis.

Demokrasi Sosial (Luxemberg, 1916) sebagai leburan antara sosialisme dengan gerakan
kelas pekerja, termasuk uraiannya tentang kapan persisnya aksi-aksi demonstrasi dan
pemogokan bisa digunakan secara tepat; bagaimana seharusnya sosialisme menyikapi
agama, baik umat maupun pemukanya; sikapnya yang anti terorisme politik; beserta
kecenderungan internasionalisnya dalam perjuangan demokrasi.

- Demokrasi sosial 'baru' (Heywood, 2013) Demokrasi sosial 'baru' (terkadang disebut
'neo-revisionisme' atau 'jalan ketiga') adalah sebuah Istilah yang menunjuk pada beragam
usaha oleh partai-partai sosial-demokrat, di negara-negara seperti Jerman, Italia, Belanda
hingga Inggris dan Selandia Baru, untuk merekonsiliasi demokrasi sosial gaya-lama
dengan, paling tidak, aspek-aspek neo-liberalisme yang menarik bagi masyarakat.Satu
ciri lebih lanjut dari politik sosial-demokrat 'baru' adalah bahwa ia berpisah dari
egaliterianisme sosialis (yang dilihat sebagai satu bentuk 'perataan') dan sebaliknya
menganut ide-ide liberal tentang persamaan kesempatan dan meritokrasi.

E. AJARAN-AJARAN IDEOLOGIS LAINNYA

- Fasisme (Heywood, 2013) Sementara liberalisme, konservatisme dan sosialisme adalah


ideologi ideologi abad ke-19, fasisme adalah salah satu anak dari abad ke 20. Dua
perwujudan utama dari fasisme adalah kediktatoran Fasis Mussolini di Italia tahun 1922-
42, dan kediktaktoran Nazi Hitler di Jerman pada 1933-45. Bentuk-bentuk neo-Fasisme
dan neo-Nazisme juga telah muncul dalam dekade-dekade terakhir ini, mengambil
keuntungan dari kombinasi krisis ekonomidan ketidakstabilan politik yang sering kali
mengikuti runtuhnya komunisme atau, lebih luas lagi, kecemasan yang semakin
meningkat terhadap imigrasi dan multikulturalisme.

- Sebenarnya fasisme lebih merupakan gaya politik daripada ideologi (Surbakti, 1992)
sebagal seperangkat gagasan tentang kebalikan bersama. Paham inl merupakan tipe
nasionalleme yang romantis dengan segala kemegahan upacara dan simbol-simbol yang
mendukungnya untuk mencapal kebesaran negara. Hal itu akan dapat dicapal apabila
terdapat seorang pemimpin
kharismatis sebagai simbol kebesaran negara yang didukung oleh massa rakyat.
Dukungan massa yang fanatik ini tercipta berkat Indoktrinasi, slogan-slogan dan simbol-
simbol yang ditanamkan sang pemimpin besar dan aparatnya. Fasisme ini pernah
diterapkan di Jerman, Jepang, Italla, dan Spanyol, tetapi penerapan paham ini sangat
bervariasi di antara negara-negara tersebut. Dewasa ini pemikiran fasisme cenderung
imuncul sebagal kekuatan reaksioner (right wing) di negara-negara maju, seperti Skin
Head dan Kluk Kluk Klan di Amerika Serikat yang berusaha mencapal dan
mempertahankan supremasi kulit putih.

- Anarkisme (Heywood, 2013) adalah sebuah ideologi politik yang tidak biasa di antara
ideologi-ideologi politik di mana tidak ada partai anarkis yang pernah berhasil meraih
kekuasaan, paling tidak pada level nasional.Tema sentral di dalam anarkisme adalah
keyakinan bahwa otoritas politik dalam semua bentuknya, dan khususnya dalam bentuk
negara, jahat dan tidak perlu (anarki secara harfiah berarti 'tanpa aturan'). Akan tetapi,
pilihan anarkis bagi terbentuknya sebuah masyarakat yang tanpa negara di mana
individu-individu bebas mengatur urusan mereka sendiri melalui kesepakatan dan kerja
sama sukarela telah dikembangkan berdasarkan pada dua ajaran yang bersaing:
individualisme liberal, dan komunitarianisme sosialis. Anarkisme karenanya dapat
dianggap sebagai salah satu titik perpotongan antara liberalisme dan sosialisme: satu
bentuk 'ultra liberalisme' dan juga 'ultra sosialisme'.

- Feminisme (Heywood, 2013) Meskipun aspirasi-aspirasi feminis telah diekspresikan di


masyarakat sejak zaman China Kuno, mereka tidak didukung oleh sebuah teori politik
yang berkembang baik hingga penerbitan karya dari Mary Wollstonecraft (A Vindication
of the Rights of Women ([1792] 1985). Tema tema dasar feminisme karenanya adalah,
pertama, bahwa masyarakat dicirikan oleh ketidaksetaraan seksual atau gender dan,
kedua, bahwa struktur kekuasaan pria ini dapat, dan seharusnya, dirobohkan.

Feminisme (Melati, 2020) sebagai sebuah gerakan dan teori sosial memiliki sejarah
perkembangan yang panjang. Pada setiap zaman dan gelombang, ia saling berdialog,
mengkritik, dan menciptakan arus-arus pemikiran baru yang berperan untuk membedah
ketidakadilan gender yang masih bertahan hingga saat ini.

• Feminisme liberal: Sebuah ajaran feminis yang tujuan utamanya adalah kesetaraan
akses bagi wanita dan pria ke dalam lingkup publik, didasarkan pada sebuah keyakinan
tentang kepribadian yang tidak bergender.

• Feminisme sosialis: Sebuah ajaran feminis yang berusaha untuk merestrukturisasi


kehidupan ekonomi untuk mencapai kesetaroon gender, didasarkan pada hubungan antara
patriarki dan kapitalisme.

• Feminisme radikal: Sebuah ajaran feminis yang bertujuan untuk menghapus patriarki
melalui sebuah transformasi radikal dari semen lingkup kehidupan, dan khususnya
lingkup personal.

- Politik Hijau (Heywood, 2013) Meskipun politik hijau, atau ekologisme,biasa dilihat
sebagai sebuah ideologi baru yang dikaitkan dengan kemunculan gerakan lingkungan
sejak akhir abad ke-20, akar-akarnya dapat ditelusuri pada pemberontakan abad ke-19
melawan industrialisasi.
Politik Hijau (Nicholas, 2015) Begitu juga pespektif tentang Politik Hijau atau Green
Perspective, yang membahas lingkungan dari sudut pandang politik, sosial, dan juga
ekonomi. meskipun keberadaan Green Perspective kurang dalam Hubungan
Internasional, namun perspektif ini tetap memiliki posisi untuk dikaji dalam Hubungan
Internasional.

Ekologisme (Heywood, 2013) Ekologi (sebuah istilah yang pertama kali digunakan oleh
Ernst Haeckel pada 1873) adalah studi tentang hubungan antara organisme hidup dan
lingkungan mereka. la mengarahkan perhatian pada jaringan hubungan yang menyangga
semua bentuk kehidupan. Ekologisme adalah sebuah doktrin politik atau ideologi yang
dibangun di atas landasan asumsi-asumsi ekologis, terutama tentang hubungan esensial
antara umat manusia dan dunia alami: manusia adalah bagian dari alam, bukan 'tuan' dari
alam. Ekologisme terkadang dibedakan dari environmentalisme, di mana ekologisme
mengimplikasikan pengadopsian sebuah perspektif geosentrisme, sementara
environmentalisme berkenaan dengan perlindungan alam, yang sepenuhnya untuk
kemanfaatan bagi manusia.

- Kosmopolitanisme (Heywood, 2013) Dalam pengertian tersebut, kosmopolitanisme dapat


dipandang sebagai ekspresi ideologis dari globalisasi (meskipun hubungan antara
keduanya bersifat kompleks, para kosmopolitan sering kali menyerukan perubahan
radikal terhadap bentuk globalisasi yang ada sekarang). Dalam makna harfiah,
kosmopolitanisme berarti sebuah keyakinan terhadap sebuah cosmopolis atau negara
dunia.

- Kosmopolitanisme, Gannaway (2009) menjelaskan bahwa kosmopolitanisme merupakan


suatu pedoman yang dipercayai oleh masyarakat dunia dimana manusia berada dalam
sebuah tatanan kode etik dan politik global

F. TREN TREN IDEOLOGI NON BARAT


Pada mulanya, ideologi politik adalah sebuah khas konstruk Barat. Ajaran-ajaran ideologi
besar dikembangkan sebagai usaha untuk membentuk (watak dan tatanan) masyarakat
industri yang sedang muncul, ide-ide dan teori-teori mereka karenanya dibentuk oleh
pengalaman historis di Eropa dan Amerika Utara. Lebih lanjut, terutama dalam kasus
liberalisme dan sosialisme, ideologi mengambil dari sebuah ajaran Pencerahan yang
menekankan tentang akal dan kemajuan, dan membantu membentuk perkembangan
intelektual dan kebudayaan yang lebih luas di Barat.

- Postkolonialisme (Heywood, 2013) adalah sebuah tren dalam studi kesusastraan,


kebudayaan dan politik yang berusaha untuk mengekspos dan menggulingkan dimensi
dimensi kebudayaan dan psikologis dari kekuasaan kolonial. Dalam hal ini, ia mengakui
bahwa ketundukan 'dalam' masih ada hingga waktu yang lama setelah struktur-struktur
politik dari kolonialisme telah diganti. Tujuan utama dari postkolonialisme adalah untuk
memapankan legitimasi dari ide-ide dan ajaran-ajaran politik yang non-Barat, dan
terkadang anti-Barat. Postkolonialisme memiliki beragam bentuk, mulai dari usaha
Gandhi untuk meleburkon nasionalisme India dengan ide-ide yang berakar dalam
Hinduisme hingga bentuk fundamentalisme keagamaan.

- Fundamentalisme Keagamaan (Heywood, 2013) Postkolonialisme, akan tetapi, telah


diekspresikan paling kuat melalui kebangkitan, khususnva sejak akhir 1970-an, dalam
fundamentalisme keagamaan dan, terutama, fundamentalisme Islam, atau politik Islam.
Ide bahwa sebuah keyakinan yang kuat dan militan bahwa keyakinan-keyakinan Islam
membentuk prinsip-prinsip pengatur kehidupan sosial dan politik muncul pertama kali
dalam tulisan-tulisan dari para pemikir seperti Sayyid Qutb (1906-66) dan melalui
aktivitas-aktivitas dari Ikhwanul Muslimin. Tujuan mereka adalah pembentukan sebuah
negara Istam yang berdasarkan pada prinsip-prinsip hukum syariah islma poltcuat setelah
revolusi Iran tahun 1979, yang mengantar kepada pendirian negara Islam pertama di
dunia, di bawah kepemimpinan Ayatulloh Khomeini.Ia kemudian menyebar ke seluruh
Timur Tengah, sampai Afrika Utara, dan sebagian dari Asia. Meskipun fundamentalisme
Syiah di Iran telah membangkitkan komitmen dan pengabdian yang kuat, Islamisme pada
umumnya merupakan sebuah wahana untuk mengekspresikan anti-westernisme, yang
merefleksikan antipati terhadap kebijakan-kebijakan neo-kolonial dari kekuatan barat dan
kekhawatiran terhadap 'pemaksaan' nilai-nilai permisif dan materialis.Ini tampak pada
rezim Taliban di Afganistan (1997-2001), dan jugadalam pertumbuhan kelompok Jihad
seperti Al-Qaeda, di mana bagi mereka perjuangan spiritual menjadi sinonim dengan
politik militan dan perjuangan bersenjata.

Fundamentalisme agama, (Rosidah, 2012) memang seringkali dikaitkan dengan


tindakan- tindakan kekerasan dan terorisme. Secara historis, terma fundamentalisme1
agama mulanya digunakan untuk menyebut gerakan dalam agama Kristen Protestan di
Amerika Serikat yang lahir dalam situasi konflik antara budaya urban dan budaya
pedesaan pasca Perang Dunia I, di mana terjadi depresi nilai- nilai agraris dalam proses
industrialisasi dan urbanisasi di negeri itu.2 Gerakan ini menganut ajaran ortodoksi
Kristen yang berdasarkan atas keyakinan- keyakinan mendasar tertentu. Keyakinan
dimaksud adalah bahwa kitab suci secara harfiah tidak mengandung kesalahan (the literal
inerrancy of the scriptures), Yesus akan turun kembali ke dunia (the second coming of
Yesus Christ), Yesus terlahir dari Maria yang perawan (the virgin birth), Yesus
dibangkitkan secara jasmaniah dari kematian (the physical resurrection of the body),
Yesus menebus dosa seluruh umat manusia (the substitution atonement), manusia pada
dasarnya sangat buruk, ada dalam keadaan berdosa semenjak awal kejadiannya (the total
depravity of man- original sin).

- Nilai-nilai Asia (Heywood, 2013) Nilai-nilai yang dianggap merefleksikan latar belakang
sejarah, kebudayaan, dan keagamaan dari masyarakat-masyarakat Asia: contohnya adalah
harmoni sosial, penghargaan terhadap otoritas dan keyakinan terhada keluarga. Tren-tren
ideologis non barat yang lain tidak memiliki kaitan dengan fundamentalisme
keagamaan.Selama tahun 1980-1990 an, misalnya ide tentang apa yang disebut ‘nilai-
nilai Asia’ menjadi populer,didoromh oleh kebangkitan Jepang sebagai adidaya ekonomi
dan keberhasilan ekonomi dari para ‘macan’ Asia seperti Hongkong,Korea
Selatan,Thailand,dan Singapura. Sementara tidak menolak ide tentang hak-hak asasi
manusia, nilai-nilai Asia mengarahkan perhatian pada perbedaan-perbedaan antara sistem
nilai Barat dan Asia, menyoroti bagaimana hak-haka asasi manusia secara tradisional
dibangun di atas dasar asumsi-asumsi Barat yang bias-kultural.

- Dualisme (Heywood, 2013) Sebuah tren ideologis non-Barat alternatif telah


mengontraskan penekanan non-dualistik yang terdapat di sebagian ajaran filsafat non-
Barat dengan dualisme yang tegas dari filsafat Barat konvensional. Nilai-nilai Asia:
Nilai-nilai yang dianggap merefleksikan latar belakang sejarah, kebudayaan dan
keagamaan dari masyarakat-masyarakat Asia;contohnya adalah harmoni sosial,
penghargaan terhadap otoritas dan keyakinan terhadap keluarga.

G. FUNGSI IDEOLOGI POLITIK

- Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa hakikat ideologi sebenarnya memiliki


fungsi dan tujuan yang sama sebagai suatu dasar dalam menata kehidupan masyarakat,
hanya saja paham dan pandangan yang berbeda mengarahkan pada cara dan aspek yang
dituju menjadi berbeda-beda. Salah satunya adalah pada ideologi politik. Didalam buku
“Ideologies and Modern Politics”, Christenson mendefinisikan ideologi politik sebagai
suatu sistem kepercayaan yang dapat memberikan penjelasan serta menjastifikasikan
suatu tatanan politik dalam suatu negara yang dipilih oleh masyarakatnya. Dari
pengertian tersebut juga dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi dari ideologi politik
adalah untuk menjelaskan serta menjastifikasikan suatu tatanan politik apakah telah
sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakatnya atau tidak.

Selain itu Christenson juga menjelaskan bahwa fungsi dari ideologi politik adalah untuk
mendukung, mendorong, menuntut, dan juga membatasi tindakan-tindakan politik. Baik
tindakan perseorangan, kelompok, maupun juga tindakan pemerintah suatu negara.
Sedangkan menurut Lyman Tower Sargent , fungsi dari idologi politik adalah untuk
memberi orang-orang atau masyarakat suatu gambaran mengenai bagaimana suatu
kehidupan dunia yang baik seharusnya berlangsung. Ideologi politik juga mengatur
kompleksitas dunia hingga pada hal-hal yang sederhana sehingga dapat dipahami dengan
baik.

Jika dilihat dari beberapa pendapat mengenai fungsi ideologi politik seperti yang telah
disebutkan diatas, maka dapat disimpulkan pula bahwa ideologi politik sebenarnya
berfungsi untuk memberikan suatu identitas politik atau ciri-ciri politik yang khas bagi
suatu kelompok maupun bangsa dan negara yang menganutnya. Kondisi tersebut juga
berfungsi untuk menentukan kemana arah aliran politik dari suatu kelompok maupun
bangsa dan negara tersebut.

Anda mungkin juga menyukai