7 Kabinet Pemerintahan Indonesia Dari Tahun 1950

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

NAMA : KHAERUNNISA

NIS / NO URUT : 9729 /14


KELAS : XII MIPA 4
TUGAS
SEJARAH INDONESIA
7 KABINET PEMERINTAHAN INDONESIA DARI TAHUN 1950 – 1959
(MASA DEMOKRASI LIBERAL)

1. KABINET NATSIR (MASYUMI) 1950 -1951

Tokoh yang memimpin : Mohammad Natsir


Tahun Bertugas : 6 September 1950 sampai 27 April 1951. 
Latar Belakang DIbentuknya :
Setelah masa proklamasi kemerdekaan Indonesia, Natsir lebih dulu menjadi anggota KNIP
sebelum akhirnya terpilih menjadi perdana menteri. Pada tanggal 3 April 1950, Natsir mengajukan
Mosi Integral Natsir yang bertujuan untuk memulihkan keutuhan bangsa Indonesia dalam NKRI
yang sebelumnya berbentuk serikat. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, Soekarno pun akhirnya
mengangkat Mohammad Natsir sebagai perdana menteri pada 17 Agustus 1950. Diangkatnya
Natsir sebagai Perdana Menteri juga menjadi awal terbentuknya Kabinet Natsir pada 6 September
1950.
Program Kerja :
- Mempersiapkan dan menyelenggarakan pemilihan umum untuk Dewan Konstituante
dalam waktu yang singkat.
- Mencapai konsolidasi dan menyempurnakan susunan pemerintahan serta membentuk
peralatan negara yang bulat berdasarkan Pasal 146 dalam UUD Sementara 1950.
- Menggiatkan berbagai usaha untuk mencapai keamanan dan ketentraman
- Mengembangkan dan memperkokoh kekuatan perekonomian rakyat sebagai dasar bagi
pelaksanaan kegiatan perekonomian nasional yang sehat serta melaksanakan
keragaman dan kesamarataan hak antara buruh dan majikan
- Membantu pembangunan perumahan rakyat serta memperluas berbagai usaha untuk
meningkatkan kualitas dalam bidang kesehatan dan kecerdasan
- Menyempurnakan organisasi Angkatan perang dan pemulihan mantan anggota-anggota
tentara dan gerilya ke dalam masyarakat
- Memperjuangkan dan mengusahakan penyelesaian masalah perebutan wilayah Irian
Barat dalam waktu yang singkat

Penyebab Jatuhnya :
Penyebab jatuhnya Kabinet Natsir dikarenakan kegagalan Kabinet ini dalam menyelesaikan
masalah Irian Barat dan adanya mosi tidak percaya dari PNI menyangkut pencabutan Peraturan
Pemerintah mengenai DPRD dan DPRDS. PNI menganggap peraturan pemerintah No. 39 th
1950 mengenai DPRD terlalu menguntungkan Masyumi. Mosi tersebut disetujui parlemen
sehingga Kabinet Natsir harus mengembalikan mandatnya kepada Presiden.

2. KABINET SUKIMAN (MASYUMI) 1951-1952

Tokoh yang Memimpin : Sukiman Wiryosanjoyo (Masyumi) dan Suwiryo (PNI).


Tahun Bertugas : Berlangsung sejak tanggal 27 April 1951 hingga 3 April 1952
Latar Belakang dibentuknya :
Setelah kabinet natsir dinilai gagal dalam menjalankan roda pemerintahan sehingga
mendapat mosi tidak percaya dari pemerintahan dan tepat pada tanggal 21 maret 1951
perdana menteri natsir mengembalikan mandat kepada presiden.

Presiden soekarno kemudian menujuk sukiman ( dari partai masyumi ) dan djojosukarto
( PNI ) menjadi formatur,walaupun menyalami sedikit kesulitan namun pada akhirnya sukiman
dan djojosukarto berhasil membentuk kabinet koalisi antara masyumi dengan pni dan beberapa
partai kecil, kabinet ini lebih dikenal dengan sebutan kabinet sukiman yang memliki 7 program
pasal kerja yang mirip dengan kabinet natsir.
Program Kerja :
- Menjalankan berbagai tindakan tegas sebagai negara hukum untuk menjamin
keamanan dan ketenteraman serta menyempurnakan organisai alat-alat kekuasaan
negara.
- Membuat dan melaksanakan rencana kemakmuran nasional dalam jangkapendek untuk
mempertinggi kehidupan sosial ekonomi rakyat dan mempercepat usaha penempatan
bekas pejuang dalam pembangunan.
- Menyelesaikan persiapan pemilu untuk membentuk Dewan Konstituante dan
menyelenggarakan pemilu dalam waktu singkat serta mempercepat terlaksananya
otonomi daerah.
- Meyiapkan undang-undang (UU) pengakuan serikat buruh, perjanjian kerja sama,
penetapan upah minimum, dan penyelesaian pertikaian buruh.
- Menjalankan politik luar negeri bebas aktif.
- Memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah Republik Indonesia secepatnya.

Penyebab Jatuhnya :
Kabinet Sukiman juga tidak dapat bertahan lama. Masalah utama yang menjadi
penyebab jatuhnya Kabinet Sukiman adalah pertukaran nota antara Menteri Luar Negeri
Ahmad Subarjo dan Duta Besar Amerika Merle Cochran. Nota tersebut berisi tentang
pemberian bantuan ekonomi dan militer dari pemerintah Amerika Serikat kepada pemerintah
Indonesia berdasarkan Mutual Security Act (MSA) atau undang-undang kerja sama keamanan.
Kerja sama tersebut dinilai sangat merugikan politik luar negeri bebas aktif yang dianut
Indonesia. Kabinet Sukiman dituduh telah memasukkan Indonesia ke dalam Blok Barat. Oleh
karena itu, DPR menggugat kebijakan Kabinet Sukiman. Akhirnya Kabinet Sukiman Jatuh dan
mengembalikkan mandatnya kepada presiden.

3. KABINET WILOPO (PNI) 1952 -1953

Tokoh yang Memimpin : Mr. Wilopo sebagai perdana menteri


Tahun Betugas : Kabinet ini berjalan sejak 3 April 1952 sampai 2 Juni 1953
Latar belakang terbentuknya:
Presiden Soekarno menunjuk Prawoto Mangkusasmito (Masyumi) dan Sidik
Djojosukarto (PNI) sebagai formatur pada tanggal 1 Maret 1952. Fomatur ialah suatu tim
yang dibentuk melalui pertemuan/rapat untuk diberikan mandat agar dapat membentuk
kepengurusan organisasi. Pemilihan formatur didasarkan pada kekuatan kabinet yang dapat
mendukung perlemen. Namun kedua formatur tersebut gagal menciptakan kabinet yang
kuat. Hal ini dikarenakan tidak memiliki kesepakatan antar calon yang dapat menduduki
kabinet tersebut. Kedua fromatur tersebut mengembalikan jabatannya kepada Presiden
Soekarno pada tanggal 19 Maret 1952. Pada saat itu juga Mr. Wilopo (PNI) ditunjuk sebagai
formatur baru. Hal inilah yang menjadi faktor terbentuknya kabinet wilopo
Program Kerja :
Di bawah ini terdapat program kerja kabinet wilopo yang meliputi :
- Berupaya untuk mengembalikan Irian Barat agar kembali menjadi wilayah Republik
Indonesia.
- Mempersiapkan pemilihan umum.
- Meningkatkan kesejahteraan dan keamanan.
- Melakukan politik luar negeri yang bebas dan aktif.
- Memperbarui bidang pengajaran dan pendidikan Indonesia
Penyebab Jatuhnya :
Semasa Kabinet Wilopo berlangsung, muncullah berbagai gerakan separatisme yang
kemudian mengganggu stabilitas pemerintahan. Kabinet Wilopo jatuh karena dianggap
bersalah terhadap penyelesaian persoalan tanah perkebunan di Sumatera Utara (Peristiwa
Tanjung Morawa) milik modal asing. Peristiwa di Tanjung Morawa ini terjadi karena
pemerintahan telah menyerahkan kembali tanah Deli Planters Vereeniging atau DVP, yang
sudah lama ditinggalkan oleh pemiliknya. Penyerahan ini pun berlangsung pada masa Kabinet
Wilopo. Saat itu, polisi dikerahkan untuk mengusir para petani yang menggarap DVP tanpa izin.
Peristiwa ini kemudian memakan lima korban jiwa. Parlemen serta pers bereaksi keras pada
peristiwa ini.  Akibatnya, pada 2 Juni 1953, Wilopo resmi mengembalikan mandatnya kepada
Presiden Soekarno.

4. KABINET ALI SASTROAMIJOYO I (PNI) 1953 – 1955

Tokoh yang Memimpin : Ali Sastroamidjojo


Tahun Bertugas : Dibentuk pada 1 Agustus 1953 dan diselesaikan 24 Juli 1955
Latar belakang dibentuk :
Krisis pemerintahan yang terjadi di Indonesia menyebabkan ketidakstabilan
pemerintahan. Indonesia mengalami jatuh bangun dalam kabinet. Pada tanggal 3 Juni 1953,
Perdana Menteri Wilopo mengembalikan mandatnya kepada Presiden sebagai akibat dari
Peristiwa Tanjung Morawa. Dengan demikian kabinet dinyatakan demisioner. Kabinet Ali
Sastroamijdojo merupakan kabinet pengganti dari Kabinet Wilopo. Kabinet Ali mengisi krisis
pemerintahan di Indonesia pasca kekosongan selama 58 hari (sepeninggalan Kabinet
Wilopo)
Program Kerja :
- Program dalam negeri diantaranya keamanan, pemilihan umum, kemakmuran dan
keuangan, organisasi pemerintahan, perburuhan, serta perundang-undangan.
- Pembebasan Irian Jaya secepatnya
- Program luar negeri diantranya pelaksanaan politik bebas dan aktif dan peninjauan
kembali persetujuan KMB
- Penyelesaian pertikaian politik
Penyebab Jatuhnya :
Sama halnya dengan kabinet-kabinet sebelumnya, kabinet ini akhirnya mengundurkan
diri. Alasannya karena banyak sekali masalah yang tidak bisa diatasi, misalnya pergolakan yang
terjadi di daerah (DI/TII), Tingkat korupsi yang memuncak, membuat perekonomian menurun
dan kepercayaan masyarakat merosot. Masalah Irian yang tidak selesai, Pemilu yang tidak
terlaksana, bahkan skandal korupsi sendiri ada di tubuh PNI.NU tidak puas dengan kerja kabinet
dan didalamnya terdapat konflik antara NU dan PNI. Sehingga NU mengutus menteri-
menterinya untuk mundur dari pemerintah. Hal ini diikuti oleh partai lain. Adanya kelemahan
Kabinet Ali mendorong Masyumi untuk mengajukan mosi pada bulan Desember mengenai
kemunduran). Sebagai imbalan atas perlindungan PNI, PKI meredam kecaman-kecaman
terhadap korupsi dan masalah ekonomi. Adanya kesenjangan politik yang demikian
menimbulkan keretakan didalam kabinet .Ali mengembalikan mandatnya pada tanggal 18 Juni,
karena dukungan dari DPR tidak mencukupi empat hari kemudian akhirnya Ali mengundurkan
diri. Kabinet ini mengembalikan mandatnya pada tanggal 24 Juli 1955 .

5. KABINET BURHANUDDIN HARAHAP (MASYUMI) 1955-1956

Tokoh yang Memimpin : Burhanuddin Harahap


Tahun Bertugas : Dibentuk 12 Agustus 1955 dan diselesaikan  3 Maret 1956
Kabinet Burhanuddin Harahap dibentuk sebagai pengganti Kabinet Ali Sastroamidjojo I yang
sebelumnya telah menyerahkan mandatnya kepada presiden.nWakil Presiden Mohammad Hatta
mengumumkan tiga nama calon formatur kabinet baru, yaitu Wilopo, Sukiman, dan Asaat. Namun
ketiga calon ini justru sepakat untuk memilih Moh. Hatta sebagai Perdana Menteri sekaligus Menteri
Pertahanan. Tetapi, karena saat itu Moh. Hatta masih menjabat sebagai wakil presiden, Moh. Hatta
kemudian menunjuk Burhanuddin Harahap untuk membentuk kabinet.
Ditunjuknya Burhanuddin Harahap sebagai formatur kabinet ini, karena ia merupakan salah
satu anggota yang tergabung di Partai Masyumi.  Pada masa ini, Partai Masyumi menjadi salah satu
partai Islam yang paling berpengaruh di tingkat pemerintahan.  Untuk memutuskan siapa yang akan
menjadi formatur kabinet baru membutuhkan waktu yang cukup lama dan perlu melalui perdebatan
panjang.  Sampai akhirnya, Moh. Hatta memutuskan untuk memilih Burhanuddin Harahap. 
Awalnya, Burhanuddin menolak permintaan Moh. Hatta lantaran ia merasa tidak siap untuk
menghadapi permasalahan yang saat itu sedang melanda. Masalah perekonomian, ketahanan, dan
keamanan.  Namun, usulan dari Moh. Hatta ini diterima oleh Dewan Pimpinan Pusat Masyumi. 
Dengan perasaan ragu yang dirasakan, Burhanuddin pun akhirnya bersedia menerima amanat dari
Moh. Hatta.  Tanggal 12 Agustus 1955 resmi dibentuk Kabinet Burhanuddin Harahap.
Program Kerja :
- Mengembalikan kewibawaan (Gezag) moril pemerintah Cq kepercayaan Angkatan Darat
dan Masyarakat kepada Pemerintah.
- Melaksanakan Pemilihan Umum menurut rencana yang sudah diitetapkan dan
menyegerakan terbentuknya parlemen baru.
- Menyelesaikan perundang-undangan desentralisasi sedapat-dapatnya dalam tahun
1955 ini juga.
- Menghilangkan faktor-faktor yang menimbulkan inflasi.
- Memberantas korupsi.
- Meneruskan perjuangan mengembalikan Irian Barat ke dalam Wilayah Republik
Indonesia.
- Memperkembangkan politik kerja sama Afrika – Asia berdasarkan politik bebas dan aktif
menuju perdamaian.
Penyebab Jatuhnya :
Sebenarnya kabinet ini masih berjalan baik. Cuma Presiden kurang merestui kabinet ini,
karena yang menunjuk Burhanuddin Harahap sebagai formatir kabinet adalah drs. Muh. Hatta.
Setelah hasil pemungutan suara diumumkan dan pembagian kursi di DPR diumumkan, maka
tanggal 2 Maret 1956 pukul 10.00 siang Kabinet Burhanuddin Harahap mengundurkan diri,
menyerahkan mandatnya kepada Presiden, untuk dibentuk kabinet baru berdasarkan hasil
pemilihan umum.
Sebenarnya kabinet ini seandainya terus bekerja tidak apa-apa selagi tidak ada mosi
tidak percaya dari parlemen. Tetapi secara Ethika politik demokrasi parlementer, kabinet ini
dengan sukarela menyerahkan mandatnya, setelah berhasil melaksanakan Pemilu baik untuk
anggota DPR maupun konstituante.
Jadi kabinet ini jatuh tidak dikarenakan keretakan di dalam tubuh kabinet, juga bukan
karena dijatuhkan oleh kelompok oposisi yang mencetuskan mosi tidak percaya dari parlemen,
tetapi merasa tugasnya sudah selesai.
6. KABINET ALI SASTROAMIJOYO II (PNI) 1956 -1957]

Tokoh yang Memimpin : Kabinet ini dipimpin oleh Ali Sastroamijoyo


Tahun Bertugas : Dari 24 Maret 1956 sampai 14 Maret 1957
Latar belakang dibentuknya :
Pemilu DPR 1955 yang diselenggarakan dalam Kabinet Burhanuddin Harahap dimenangkan
oleh 4 partai yaitu PNI, NU, Masyumi, dan PKI. Berhubung PNI yang diketuai oleh Ali
Sastroamidjojo berhasil memenangkan suara terbanyak, maka ia dipercayai kembali untuk
menjabat sebagai Perdana Menteri dan memimpin kabinet.. 
Program Kerja :
- menyelesaikan pembatalan hasil Konferensi Meja Bundar;
- menyelesaikan masalah Irian Barat;
- membentuk Provinsi Irian Barat;
- menjalankan politik luar negeri bebas aktif;
- membentuk daerah-daerah otonomi dan mempercepat terbentuknya anggota-anggota
DPRD;
- mengusahakan perbaikan nasib kaum buruh dan pegawai;
- menyehatkan keseimbangan keuangan negara; dan
- mewujudkan perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional.

Penyebab Jatuhnya :
Penyebab jatuhnya Kabinet Ali Sastroamijoyo II adalah karena terjadinya perpecahan
antara Partai Masyumi dan PNI. Selain itu, semasa kabinet ini bertugas juga banyak
menerima tuntutan daerah yang kemudian juga didukung oleh Masyumi, agar Ali segera
mengembalikan mandatnya. Pada Januari 1957, Masyumi pun mulai menarik menteri-
menteri mereka dari Kabinet Ali Sastroamijoyo, sehingga membuat kabinet ini semakin
melemah. Lama-kelamaan, Kabinet Ali Sastroamijoyo II pun dibubarkan.
7. KABINET DJUANDA (ZAKEN KABINET) 1957 – 1959

Tokoh yang Memimpin : Djuanda Kartawidjaja


Tahun Bertugas : Dibentuk 9 April 1957 dan diselesaikan 6 Juli 1959
Latar Belakang dibentuknya :
Pada 28 Oktober 1956, Presiden Soekarno berencana untuk membubarkan partai politik
lantaran antara tahun 1955-1957, Indonesia tengah berada dalam kondisi polarisasi.  Polarisasi
adalah proses, perbuatan, pembagian atas dua bagian atau kelompok orang yang berkepentingan
yang saling berlawanan.  Polarisasi ini dilakukan oleh para partai politik dalam pembagian Jawa-
Luar Jawa. Karena kondisi ini, pada 28 Oktober 1956, Presiden Soekarno pun berencana untuk
membubarkan partai politik dan dua hari setelahnya ia menyampaikan pemikirannya untuk
membentuk Demokrasi Terpimpin.  Ide Soekarno ini juga membuat militer gusar, alhasil pada
Desember 1956, militer di beberapa daerah mengambil alih kekuasaan sipil, seperti di Sumatera
Utara dan Sumatera Selatan. Tindakan ini pun ditentang oleh PKI, akibatnya banyak dari mereka
yang ditangkap oleh militer yang diikuti dengan hilangnya sumber perekonomian.  Setelah peristiwa
ini terjadi, Soekarno mengumumkan darurat perang, disertai dengan mundurnya Kabinet Ali
Sastroamijoyo II.  Berakhirnya kabinet Ali kemudian disusul dengan penetapan kabinet baru, yaitu
Kabinet Djuanda
Program Kerja :
Kabinet Djuanda bekerja di bawah bayang-bayang transisi Demokrasi Parlementer ke
Demokrasi Terpimpin. Tugas dari kabinet ini sangatlah berat terutama menghadapi
pergolakan-pergolakan yang terjadi di berbagai daerah, perjuangan mengembalikan Irian
Barat dan menghadapi masalah ekonomi yang sangat buruk. Untuk mengatasi masalah
tersebut, Kabinet Karya menyusun program yang disebut Pancakarya, yaitu:
- Membentuk Dewan Nasional.
- Normalisasi keadaan republik.
- Melancarkan pelaksanaan pembatalan persetujuan KMB.
- Memperjuangkan Irian Barat.
- Mempercepat proses pembangunan
Penyebab Jatuhnya :
Berakhirnya Kabinet Djuanda ini disebabkan oleh terbentuknya Demokrasi Terpimpin.
Terwujudnya Demokrasi Terpimpin terjadi ketika Dekrit Presiden 5 Juli 1959 diterbitkan.
Hal ini dikarenakan terjadinya kelarutan waktu Konstituante dalam menyusun Undang-
undang Dasar yang diharapkan setelah mereka tidak mungkin lagi bersidang. Maka, mulai
timbul keinginan untuk kembali ke UUD 1945. Presiden Soekarno lalu mengeluarkan Dekrit
Presiden pada tanggal 5 Juli 1959. Soekarno juga membubarkan Konstituante.
Pada saat itu pula, diumumkan Kabinet Kerja dengan Presiden Soekarno menjadi
Perdana Menteri dan Djuanda sebagai Menteri Utama. Demokrasi Terpimpin mengatur
secara tegas tentang partai politik, di mana tidak boleh ada pejabat tinggi negara yang
menjadi anggota partai politik. Hanya PKI-lah partai yang masih memiliki kekuatan untuk
dekat bersama Soekarno. Dengan kekuasaan yang sangat besar atas diri Soekarno sebagai
Presiden, maka demokrasi terpimpin telah menggusur demokrasi parlementer.

Anda mungkin juga menyukai