Bahan Ajar Manajemen Rugi Fiskal
Bahan Ajar Manajemen Rugi Fiskal
Bahan Ajar Manajemen Rugi Fiskal
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan bahan ajar
mata kuliah Manajemen Perpajakan tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Erny Luxy D. Purba, SE., M.Si
selaku dosen Perpajakan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan bahan ajar ini tidak menutup
kemungkinan apabila masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Maka dari itu penulis
menerima kritik dan saran dari pembaca agar dapat menjadi perbaikan dalam laporan
penyusunan tugas sejenis ini di masa mendatang. Semoga tulisan ini memberikan
manfaat bagi penulis dan bagi pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Daftar Isi.............................................................................................................. ii
Pendahuluan ........................................................................................................ 1
Penutup ............................................................................................................... 14
Daftar Pustaka..................................................................................................... 15
ii
PENDAHULUAN
1
PENILAIAN KEMBALI/ REVALUASI AKTIVA TETAP
Tindakan revaluasi ini akan memberi manfaat bagi perusahaan, sebagai berikut:
2
Dalam melakukan revaluasi, kita harus mempertimbangkan beberapa hal berikut
ini:
3) Bagaimana dampak revaluasi tersebut terhadap beban pajak di masa yang akan
datang.
Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva adalah merupakan objek pajak
penghasilan (Pasal 4m UU PPh No. 36 tahun 2008).
Atas selisih lebih penilaian kembali aktiva terap perusahaan di atas, nilai sisa
buku fiskal semula dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final sebesar 10%
(sepuluh persen). (Peraturan Menkeu No. 79/PMK.03/2008 dan Pasal4m UU PPh
No. 36 tahun 2008 jo. Peraturan Dirjen Pajak No. PER- 12/PJ/2009 jo. SE-
56/PJ./2009).
Contoh:
PT ABC pada awal tahun 2006 membeli akriva tetap berupa mesin
pabrik sehargaRp 920 juta. Dari data pembukuan diinformasikan, perusahaan
menggunakan metode penyusutan garis lurus dan digolongkan dalam aktiva
tetap kelompok 2 (masa manfaat 8 tahun). Pada awal tahun 2010,
perusahaanjasa penilai (appraiser)yang diakui pemerintah melaporkan nilai
wajar mesin saat ini sebesar Rp 700 juta.
Pertanyaan:
3
b. PT ABC mengalami rugi fiskal tahun 2006 sebesar Rp 800 juta dan hingga
tahun 2010 baru dilakukan kompensasi kerugian sebesar Rp500 juta,
sedangkan laba tahun berjalan tahun 2011 diprediksi sebesar Rp 500 juta.
Jawab:
4
perusahaan tidak melakukan revaluasi Rp 300 juta
1. Seluruh aktiva berwujud, termasuk tanah yang berstatus hak milik atau hak
bangunan.
2. Seluruh aktiva tetap berwujud tidak termasuk tanah, yang terletak atau
berada di Indonesia, dimiliki, dan dipergunakan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak.
5
Perusahaan dapat melakukan penilaian kembali aktiva tetap perusahaan
untuk tujuan perpajakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap (selanjutnya disebut
perusahaan), tidak termasuk perusahaan yang memperoleh izin
menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa inggris dan mata uang dolar
AS, dapat melakukan penilaian kembali aktiva tetap perusahaan untuk tujuan
perpajakan, dengan syarat telah memenuhi kewajiban pajaknya sampai
dengan masa pajak terakhir sebelum masa pajak dilakukannya penilaian
kembali.
b. Penilaian kembali aktiva tetap perusahaan untuk tujuan perpajakan dilakukan
terhadap:
1) Seluruh aktiva tetap berwujud, termasuk tanah yang berstatus hak milik atau
hak guna bangunan.
2) Seluruh aktiva tetap berwujud tidak termasuk tanah yang terletak di
Indonesia, dimiliki, dan dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan
memlihara penghasilan yang merupakan Objek Pajak.
a) Penilaian kembali aktiva tetap perusahaan untuk tujuan perpajakan tidak
dapat dilakukan kembali sebelum jangka waktu 5 tahun terhitung sejak
penilaian kembali aktiva tetap perusahaan terakhir yang dilakukan
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 79/PMK.03/2008
tentang Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan Untuk Tujuan
Perpajakan.
b) Sisa kerugian tidak dapat diperhitungkan lagi dalam peentuan Pajak
Penghasilan yang bersifat final atas penilaian kembali aktiva tetap
perusahaan untuk tujuan perpajakan.
c) Pelunasan Pajak Penghasilan yang bersifat final terhutang dalam rangka
penilaian kembali aktiva tetap perusahaan dapat dilakukan secara
amgsuran dalam jangka waktu paling lama 12 bulan.
d) Perusahaan yang melakukan penilaian kembali aktiva tetap harus
mendapatkan persetujuan Direktur Jenderal Pajak dengan cara
mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor Wilayah DJP yang
membawahi Kantor Pelayanan Pajak tempar Perusahaan terdaftar (KPP
6
Domisili), dengan menggunakan formulir sebagaimana dimaksud dalam
lampiran I Peraturan Jenderal Pajak Nomor PER-12/PJ./2009.
Atas selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap perusahaan di atas nilai
sisa buku fiskal semula, dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final sebesar
10%.Selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap dapat dikapitalisasikan menjadi
modal saham, dan saham tersebut dapat dibagikan kepada pemegang saham
berupa saham bonus yang berasal dari kapitalisasi selisih lebih revaluasi aktiva
tetap yang dibagikan kepada pemegang saham, bukan merupakan dividen
sehingga tidak dikenakan Pajak Penghasilan (Pasal 1 PP.138/2000).
7
b) Model Revaluasi (revaluation model)
Setelah diakui sebagai aset, suatu aset tetap yang nilai wajarnya dapar
diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasi, yaitu nilai wajar pada
tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan
nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi harus dilakukan dengan
teratur untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material
dari jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada tanggal
neraca.
Frekuensi revaluasi tergantung perubahan nilai wajar dari suatu aset tetap
yang direvaluasi.Jika nilai wajar dari aset yang direvaluasi berbeda secara
material dari jumlah tercatatnya, maka revaluasi lanjutan perlu
dilakukan.Beberapa aset tetap mengalami perubahan nilai wajar secara
signifikan dan fluktuatif, sehingga perlu direvaluasi secara tahunan.
Contoh :
Pada awal tahun 2009, PT ABX yang bergerak di bidang usaha
perkebunan kelapa sawit membeli traktor dengan harga perolehan sebesar
Rp600 juta.Mesin traktor tersebut masuk dalam kelompok II dalam UU Pajak
Penghasilan (PMK No. 96/PMK/.03/2009) dengan masa manfaat 8 tahun, dan
untuk penyusutan aktiva tetapnya menggunakan metode garis lurus.Diamsusikan
tidak ada nilai residu.
8
Jurnal penyesuaian tahun 2009 dan 2010 adalah sebagai berikut:
Alternatif I:
Alternatif II:
9
4. Bagaimana perlakuan akuntansi terhadap “Surplus Revaluasi”?
Dalam PSAK No. 16 paragraf 39 diatur: Jika jumlah aset tercatat menignkat
akibat revaluasi, kenaikan tersebut langsung dikredit ke ekuitas pada bagian
surplus revaluasi. Namun kenaikan tersebut harus diakui dalam laporan laba
rugi hingga sebesar jumlah penurunan nilai aset akibat revaluasi yang pernah
diakui sebelumnya dalam laporan laba rugi.
Dalam PSAK No. 16 paragraf 40 diatur: Jika jumlah aset tercatat turun
akibat revaluasi, penurunan tersebut diakui dalam laporan laba rugi. Namun
penurunan nilai akibat revaluasi tersebut langsung didebit ke ekuitas pada
bagian surplus revaluasi selama penurunan tersebut tidak melebihi saldo
kredit surplus revaluasi untuk aset tersebut.
Alternatif I:
Alternatif II:
10
PENGGABUNGAN USAHA (MERGER)
Peleburan usaha adalah penggabungan dari dua atau lebih wajib pajak
badan yang modalnya terbagi atas saham dengan cara mendirikan badan usaha
baru. (Peraturan Menkeu No. 43/PMK.03/2008).
a. Wajib pajak yang melakukan merger dengan menggunakan nilai buku, tidak
boleh mengkompensasikan kerugian atau sisa kerugian dari wajib pajak yang
menggabungkan diri atau wajib pajak yang dilebur.
b. Wajib pajak yang menerima pengalihan harta mencatat nilai perolehan harta
tersebut sesuai dengan nilai sisa buku sebagaimana tercantum dalam
pembukuan pihak atau pihak-pihak yang mengalihkan.
11
c. Sebaliknya, penyusutan atas harta yang diterima bagi pihak yang menerima
pengalihan harta tersebut dilakukan berdasarkan masa manfaat yang tersisa
sebagaimana tercantum dalam pembukuan pihak atau pihak-pihak yang
mengalihkan. (Peraturan Menkeu No. 43/PMK.03/2008).
b. Melunasi seluruh utang pajak dari tiap badan usaha yang terkait.
12
2) Bidang usaha industri perkebunan tanaman keras meliputi tanaman keras.
Contoh :
13
PENUTUP
Atas selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap perusahaan di atas nilai
sisa buku fiskal semula, dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final sebesar
10%.Selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap dapat dikapitalisasikan menjadi
modal saham, dan saham tersebut dapat dibagikan kepada pemegang saham
berupa saham bonus yang berasal dari kapitalisasi selisih lebih revaluasi aktiva
tetap yang dibagikan kepada pemegang saham, bukan merupakan dividen
sehingga tidak dikenakan Pajak Penghasilan (Pasal 1 PP.138/2000).
14
DAFTAR PUSTAKA
Pohan, Chairil Anwar. 2013. Manajemen Perpajakan Strategi Perencanaan Pajak dan
Bisnis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
15