K3 - Konsep Ibadah Dalam Islam
K3 - Konsep Ibadah Dalam Islam
K3 - Konsep Ibadah Dalam Islam
Tujuan Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu :
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam pada
Universitas Medan Area. Kami kelompok III menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan keterbatasan baik dari segi penulisan maupun isi didalamnya, dan masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik
lagi di masa mendatang. Kemudian, apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini,
kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Semoga dengan disusunnya makalah Konsep Ibadah Dalam Islam, bisa menambah
wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu
pengetahuan.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
ii
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................ i
1. Kesimpulan ............................................................................................................... 6
2. Saran ......................................................................................................................... 6
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Salah satu bagian dari syariah adalah ibadah. Ibadah artinya menghambakan diri
kepada Allah. Ibadah merupakan tugas hidup manusia di dunia, karena itu manusia yang
beribadah kepada Allah disebut ‘abdulla’ atau hamba Allah. Hidup seorang hamba tidak
memiliki alternatif lain selain taat, patuh, dan berserah diri kepada Allah.
Banyak di antara kita yang menganggap ibadah itu hanyalah sekedar menjalankan
rutinitas sebagai kewajiban, seperti sholat dan puasa. Sayangnya, kita lupa bahwa ibadah
tidak mungkin lepas dari pencapaian kepada Tauhid terlebih dahulu. Keduanya berkaitan
erat, karena mustahil kita mencapai tauhid tanpa memahami konsep ibadah dengan sebenar-
benarnya. Dalam syuroh Al-Wajibat dijelaskan bahwa “Ibadah secara bahasa berarti
perendahan diri, ketundukan dan kepatuhan” (Tanbihaat Mukhtasharah).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan: “Ibadah adalah suatu istilah
yang mencakup segala sesuatu yang dicintai Allah dan diridhai-Nya, baik berupa perkataan
maupun perbuatan, yang tersembunyi (batin) maupun yang nampak (lahir). Dari definisi
singkat tersebut, maka secara umum ibadah seperti yang kita ketahui di antaranya yaitu
mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa pada bulan ramadhan (maupun puasa-puasa
sunnah lainnya), dan melaksanakan haji.
2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ibadah?
2. Apa saja macam-macam jenis ibadah dalam islam?
3. Apa ciri-ciri ibadah dalam islam?
4. Apa tujuan manusia beribadah?
3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian ibadah
2. Mengetahui macam-macam ibadah dalam islam
iv
3. Mengetahui ciri-ciri ibadah dalam islam
4. Mengetahui tujuan manusia beribadah
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Ibadah
Secara etimologis kata ‘ibadah’ berasal dari bahasa Arab al- ‘ibadah, yang berarti taat,
menurut, mengikut, tunduk (Shiddieqy, 1985: 1). Ibadah juga berarti menyembah atau
mengabdi (Munawwir, 1997: 886). Sedang secara terminologis ibadah diartikan segala
sesuatu yang dikerjakan untuk mencapai keridoan Allah dan mengharap pahala-Nya di
akhirat (Shiddieqy, 1985: 4). Inilah definisi yang dikemukakan oleh ulama fikih. Dari makna
ini, jelaslah bahwa ibadah mencakup semua aktivitas manusia baik perkataan maupun
perbuatan yang didasari dengan niat ikhlas untuk mencapai keridoan Allah dan mengharap
pahala di akhirat kelak.
Terkait dengan ini, Ibnu Taymiyah menyatakan bahwa ibadah merupakan nama yang
digunakan untuk menyebut apa saja yang dicintai dan diridai Allah, baik berupa perkataan,
amaliah batin, maupun amaliah zhahir (Az-Zuhaili, 1985: I/81). Ibadah yang Konsep dan
Pembinaan Keimanan 143 dimaksud Ibnu Taymiyah ini adalah ibadah umum yang meliputi
salat, zakat, puasa, haji, berbicara benar, menyampaikan amanah, berbakti kepada kedua
orang tua, menyambung shilaturrahim, memenuhi janji, amar makruf nahi munkar, jihad
melawan orang-orang kafir dan munafik, berbuat baik kepada tetangga, anak yatim, fakir
miskin, ibnu sabil, dan binatang, berdoa, berzikir, membaca Al-Quran, dan yang semisalnya
(Az-Zuhaili, 1985: I/82).
2. Macam-macam Ibadah
Para ulama membagi ibadah menjadi dua macam, yaitu ibadah mahdlah (ibadah
khusus) dan ibadah ghairu mahdlah (ibadah umum) (Shiddieqy, 1985: 5). Ibadah khusus
adalah ibadah langsung kepada Allah yang tata cara pelaksanaannya telah diatur dan
ditetapkan oleh Allah atau dicontohkan oleh Rasulullah. Karena itu, pelaksanaan ibadah
sangat ketat, yaitu harus sesuai dengan contoh dari Rasulullah. Allah dan Rasul-Nya telah
menetapkan pedoman atau cara yang harus ditaati dalam beribadah, tidak boleh ditambah-
tambah atau dikurangi. Penambahan atau pengurangan dari ketentuan-ketentuan ibadah yang
v
ada dinamakan bid’ah dan berakibat pada batalnya ibadah yang dilakukan. Dalam masalah
ibadah ini berlaku ketentuan: “Pada prinsipnya ibadah itu batal (dilarang) kecuali ada dalil
yang memerintahkannya” (Shiddieqy, 1981: II/91). Contoh ibadah khusus ini adalah salat
(termasuk di dalamnya thaharah), puasa, zakat, dan haji. Inilah makna ibadah sebenarnya
yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya (hablun minallah).
Jelaslah bahwa ibadah khusus (mahdlah) memiliki kedudukan yang istimewa dalam
Islam. Dalam ibadah khusus ini tidak ada rekayasa atau dibuat-buat sehingga berlaku
ketentuan pasti dan tidak boleh ditambah-tambah atau dikurangi. Allah telah mengatur ibadah
ini secara rinci yang diperjelas oleh Rasulullah saw melalui sabda dan perbuatannya. Ibadah
khusus bersifat tertutup (dalam arti terbatas) dan tidak terpengaruh oleh perkembangan waktu
dan pemikiran manusia. Tidak mungkin dalam ibadah dilakukan modernisasi, atau
melakukan perubahan 144 Dinul Islam dan perombakan yang mendasar mengenai hukum,
susunan, dan tata caranya. Yang mungkin dapat dilakukan adalah penggunaan peralatan
ibadah yang sudah modern (Ali, 1996: 49).
Adapun ibadah ghairu mahdlah (ibadah umum) adalah ibadah yang tata cara
pelaksanaannya tidak diatur secara rinci oleh Allah dan Rasulullah. Ibadah umum ini tidak
menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi justru berupa hubungan antara manusia
dengan manusia lain atau dengan alam yang memiliki nilai ibadah. Bentuk ibadah ini umum
sekali, berupa semua aktivitas kaum muslim (baik perkataan maupun perbuatan) yang halal
(tidak dilarang) dan didasari dengan niat karena Allah (mencari rida Allah). Jadi, sebenarnya
ibadah umum itu berupa muamalah yang dilakukan oleh seorang muslim dengan tujuan
mencari rida Allah. Berikutnya akan dijelaskan prinsip dan hikmah dari macam-macam
ibadah khusus.
3. Ciri-ciri Ibadah
Mustafa Ahmad al-Zarqa, seorang ahli ilmu fikih menyebutkan beberapa sifat yang
menjadi ciri-ciri ibadah yang benar adalah:
1. Bebas dari perantara. Dalam beribadah kepada Allah Ta‘ala, seorang muslim tidak
memerlukan perantara, akan tetapi harus langsung kepada Allah. Para alim ulama atau
para tokoh agama hanya berfungsi dan berperan sebagai pembimbing, petunjuk dan
penyampai kebenaran bagi muslim lainnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:
vi
اArtinya: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat, Aku mengkabulkan permohonan orang
yang berdo’a kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku
dan hendaklah mnereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam
kebenaran”. (QS. al-Baqarah, 2: 186).
2. Tidak terikat kepada tempat-tempat khusus. Secara umum ajaran Islam tidak
mengharuskan penganutnya untuk melakukan ‘ibadah pada tempat-tempat khusus,
kecuali ‘ibadah haji. Islam memandang setiap tempat cukup suci sebagai tempat
‘ibadah. Rasulullah salallahu alaihi wassalaam bersabda: “Seluruh tempat di bumi
adalah tempat bersujud, bersih dan suci” (HR. Bukhari dan Muslim). Firman Allah Ta
‘ala:
Artinya: “Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemana pun kamu
menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya)
lagi Maha Mengetahui” (QS.al-Baqarah, 2:115).
vii
4. Tujuan Ibadah Dalam Islam
Tujuan ibadah adalah membersihkan dan menyucikan jiwa dengan mengenal dan
mendekatkan diri serta beribadat kepada-Nya. Sesungguhnya ibadah dengan pengertian yang
hakiki itu merupakan tujuan dari dirinya sendiri. Dengan melakukan ibadah, manusia akan
selalu tahu dan sadar bahwa betapa lemah dan hinanya mereka bila berhadapan dengan
kekuasaan Allah, sehingga ia menyadari benar-benar kedudukannya sebagai hamba Allah.
Jika hal ini benar-benar telah dihayati, maka banyak manfaat yang akan diperolehnya.
Misalnya saja surga yang dijanjikan, tidak akan luput sebab Allah tidak akan menyalahi
janjinya. Jadi, tujuan yang hakiki dari ibadah adalah menghadapkan diri kepada Allah SWT
dan menunggalkan-Nya sebagai tumpuan harapan dalam segala hal.
viii
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Secara etimologis kata ‘ibadah’ berasal dari bahasa Arab al- ‘ibadah, yang berarti taat,
menurut, mengikut, tunduk (Shiddieqy, 1985: 1). Ibadah juga berarti menyembah atau
mengabdi (Munawwir, 1997: 886). Sedang secara terminologis ibadah diartikan segala
sesuatu yang dikerjakan untuk mencapai keridaan Allah dan mengharap pahala-Nya di
akhirat (Shiddieqy, 1985: 4). Inilah definisi yang dikemukakan oleh ulama fikih.
2. Saran
Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini masih banyak kesalahan dan
jauh dari kata sempurna. Tentunya kami akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu
pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, kritik dan saran
sangatlah kami butuhkan untuk melengkapi makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat
menambah wawasan dan pengetahuan kalian tentang Konsep Ibadah Dalam Islam.
ix
DAFTAR PUSTAKA
Dinul Islam Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum byn Ajat Sudrajat, dkk.
Rachmawan, Hatib. 2012. Fiqih Ibadah dan Prinsip ibadah dalam islam. Yogyakarta:
Universitas Ahmad Dahlan