Bab IV Batuan Metamorf
Bab IV Batuan Metamorf
Bab IV Batuan Metamorf
BATUAN METAMORF
Batuan metamorf adalah hasil dari perubahan – perubahan fundamental batuan yang
sebelumnya telah ada. Proses metamorf terjadi dalam keadaan padat dengan perubahan kimiawi
dalam batas – batas tertentu saja dan meliputi proses – proses rekristalisasi, orientasi dan
pembentukan mineral mineral baru dengan penyusunan kembali elemen – elemen kimia yang
sebenarnya ada.
Proses perubahan yang terjadi disekitar muka bumi seperti pelapukan, diagenesa,
sementasi sedimen tidak termasuk ke dalam metamorfosa.
4.1 TIPE-TIPE METAMORFOSA
A. Metamorfosa Lokal
a) Metamorfisme Kontak (Thermal)
Panas tubuh batuan intrusi yang diteruskan ke batuan sekitarnya, mengakibatkan
metamorfosa kontak dengan tekanan berkisar antara 1000±3000 atm dan temperatur
300± 8000º C. Pada metamorfisme kontak, batuan sekitarnya berubah menjadi
hornfels atau hornstone (batutanduk). Susunan batutanduk itu sama sekali tergantung
pada batuan sedimen asalnya (batulempung) dan tidak tergantung pada jenis batuan
beku di sekitarnya. Pada tipe metamorfosa lokal ini, yang paling berpengaruh adalah
faktor suhu disamping faktor tekanan, sehingga struktur metamorfosa yang khas
adalah non foliasi, antara lain hornfels itu sendiri.
b) Dislokasi/Dinamik/Kataklastik
Batuan ini dijumpai pada daerah yang mengalami dislokasi, seperti di sekitar
sesar. Pergerakan antar blok batuan akibat sesar memungkinkan akan menghasilkan
breksi sesar dan batuan metamorfik dinamik.
B. Metamorfosa Regional
a) Metamorfisme Regional Dinamotermal
Metamorfosa regional terjadi pada daerah luas akibat orogenesis. Pada proses
ini pengaruh suhu dan tekanan berjalan bersama-sama. Tekanan yang terjadi di daerah
tersebut berkisar sekitar 2000 ± 13.000 bars ( 1 bar = 10 6 dyne/cm ), dan temperatur
berkisar antara 200 ± 800º C.
b) Metamorfisme Beban
Metomorfisme regional yang terjadi jika bauan terbebani oleh sedimen yang
tebal di atasnya. Tekanan mempunyai peranan yang penting daripada suhu.
Metamorfisme ini umumnya tidak disertai oleh deformasi ataupun perlipatan
sebagaimana pada metamorfisme dinamotermal. Metamorfisme regional beban, tidak
berkaitan dengan kegiatan orogenesa ataupun intrusi magma. Temperatur pada
metamorfisma beban lebih rendah daripada metamorfisme dinamotermal, berkisar
antara 400±450 oC. Gerak-gerak penetrasi yang menghasilkan skistositas hanya aktif
secara setempat, jika tidak, biasanya tidak hadir.
c) Metamorfisme Lantai Samudera
Batuan penyusunnya merupakan material baru yang dimulai pembentukannya
di punggungan tengah samudera. Perubahan mineralogi dikenal juga metamorfisme
hidrotermal (Coomb, 1961). Dalam hal ini larutan panas (gas) memanasi retakan-
retakan batuan dan menyebabkan perubahan mineralogi batuan sekitarnya.
Metamorfisme semacam ini melibatkan adanya penambahan unsur dalam batuan
yang dibawa oleh larutan panas dan lebih dikenal dengan metasomatisme.
A. STRUKTUR
Struktur dalam batuan metamorf dapat dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu:
a) Struktur Foliasi (schistosity)
Gambar 4.3. Struktur non foliasi a. Granulose/Hornfelsik, b. Milonit, c Kataklastik, d. Augen, dan e.
liniasi
1) Granulose/Hornfelsik
Merupakan sebuah susunan yang terdiri dari mineral-mineral
equidimensional serta pada jenis ini tidak ditemukan/tidak menunjukkan
cleavage (belahan). Contohnya antara lain adalah marmer, kuarsit,
hornfels.
2) Liniasi
Pada jenis ini, akan ditemukan keidentikan yaitu berupa mineral-mineral
menjarum dan berserabut, contohnya seperti serpentin dan asbestos.
3) Kataklastik
Suatu struktur yang berkembang oleh penghancuran terhadap batuan asal
yang mengalami metamorfosa dinamo
4) Milonitik
Hampir sama dengan struktur kataklastik, hanya butirannya lebih halus
dan dapat dibelah-belah seperti skistose. Struktur ini sebagai salah satu
ciri adanya sesar.
5) Filonitik
Hampir sama dengan struktur milonitik, hanya butirannya lebih halus
lagi.
6) Flaser
Seperti struktur kataklastik, dimana struktur batuan asal berbentuk lensa
tertanam pada masa dasar milonit.
7) Augen
Suatu struktur batuan metamorf juga seperti struktur flaser, hanya lensa-
lensanya terdiri dari butir-butir felspar, dalam masa dasar yang lebih
halus.
A. Mineral Stress
Adalah mineral yang stabil dalam kondisi tertekan, dimana mineral ini
berbentuk pipih atau tabular, prismatik. Mineral ini tumbuh memanjang dengan
kristal tegak lurus.
Contohnya : Mika, Zeolit, Tremolit, Aktinolit, Glaukofan, Horblende,
Serpentin, Silimanit, Kyanit, Antofilit.
B. Mineral Antistress
Adalah mineral yang terbentuk bukan dalam kondisi tekanan, umumnya
berbentuk equidimensional.
Contohnya : Kuarsa, Garnet, Kalsit, Staurolit, Feldpar, Kordierit, Epidot.
a) Slate
b) Filit
c) Sekis
d) Gneiss
e) Milonit
a) Sekis Hijau
b) Sekis Biru
c) Amphipholit
d) Serpentinit
e) Eklogit
f) Granulit
g) Magmatit
Warna : Hitam
CONTOH DISKRIPSI
Warna : Putih