Pubertas
Pubertas
Pubertas
PENDAHULUAN
“Remaja”, kata itu mengandung aneka kesan. Ada orang berkata bahwa remaja
merupakan kelompok yang biasa saja, tiada beda dengan kelompok manusia lain.
Sementara pihak lain menganggap bahwa remaja adalah kelompok yang sering
menyusahkan orang tua. Pihak lainnya lagi menganggap bahwa remaja sebagai potensi
manusia yang perlu dimanfaatkan.
Pendekataan mana pun yang dijalani oleh Pembina, sebelum ataupun
bersamaan dengan usaha kongkrit dilakukan, sangat perlu adanya pengertian dan
pemahaman para Pembina terhadap remaja. Satu diantara usaha pengertian dan
pemahaman dimaksud adalah dengan mengetahui dan mengerti tentang pertumbuhan
dan perkembangan remaja. Khususnya dalam mengantar remaja menuju kematangan
psikis dan ketangan sosialnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Remaja
Masa remaja merupakan suatu masa yang sangat menentukan karena pada
masa ini seseorang banyak mengalami perubahan, baik secara fisik maupun psikis.
Terjadinya banyak perubahan tersebut sering menimbulkan kebingungan-
kebingungan atau kegoncangan jiwa remaja, sehingga disebut sebagai periode
pubertas.
Mereka bingung karena pikiran dan emosinya berjuang untuk menemukan
diri, memahami dan menyeleksi serta melaksanakan nilai-nilai yang ditemui di
masyarakatnya, disamping perasaan ingin bebas dari segala ikatanpun muncul
dengan kuatnya. Sementara fisiknya sudah cukup besear, sehingga disebut anak
tidak mau dan disebut orang dewasa tidak mampu. Sehingga para ahli menyebutnya
sebagai masa peralihan.[1]
B. Fase-fase Remaja dan Ciri Utamanya
Para ahli berbeda-beda pendapatnya mengenai pembagian fase remaja,
dikarenakan sulitnya memberi bekas yang pasti.
Menurut Hurlock, dia membagi masa remaja menjadi dua fase, dan masing-
masing fase dibaginya ke dalam sub-sub, yaitu:
1. Puberty; yang terbagi pada:
a. Fase prepuberscent : sejak tahun terakhir masa anak
b. Fase puberscent : pemisah antara anak dengan adolescence (kematangan
seksual).
c. Fase post-puberscent : sejak akhir pubescent s/d 1-2 tahun masuk ke dalam
fase adolescence.
2. Adolescence; yang terbagi pada:
a. Early adolescence : dari usia 13-16 atau 17 tahun
b. Late adolescence: 17 tahun ke atas sampai tercapainya kematangan secara
hukum (Hurlock. 1980: 198-227).
Sedangkan Kwee Soen Liang (1980: 11) mengemukakan pembagian fase
remaja ini menjadi 3f ase, yaitu:
1. Praepuberteit Laki-laki : 13-14 tahun
Wanita : 12 – 13 tahun
Pada fase ini disebut sebaai fase negative, sturm and drang
2. Puberteit Laki-laki : 14 – 18 tahun
Wanita : 13 – 18 tahun
Pada fase ini remaja mengalami marindu puja
3. Adolescence Laki-laki : 19 – 23 tahun
Wanita : 18 – 21 tahun
Pada fase ini remaja sedang dalam keadaan stabil
Kemudian Hurlock (2002 : 57) membagi fase-fase perkembangan remaja
menjadi tiga fase, yaitu: remaja awal, remaja tengan dan remaja akhir.
Dengan memperhatikan beberapa pendapat di atas maka pembagian fase
remaja dapat di bagi menjadi 3 fase, yaitu:
1. Fase pra-remaja: mulai usia 12 – 14 tahun
2. Fase remaja : mulai usia 14 – 18 tahun
3. Fase adolescence : mulai usia 18 – 21 tahun[2]
C. Perkembangan Fisik / Seksualitas
1. Fase pra-remaja
a. Pertumbuhan badan sangat cepat, wanita nampak lebih cepat dari pada laki-
laki, sehingga dapat menyebabkan seks antagonisme.
b. Pertumbuhan anggota badan dan otot-otot sering berjalan tak seimbang,
sehingga dapat menimbulkan kekakuan dan kekurang serasian.
c. Seks primer dan skunder mulai berfungsi dan produktif di tandai dengan
mimpi pertama bagi laki-laki, dan menstruasi pertama bagi wanita,
(Bandingkan Andi Mappiare, 1982: 28-29).
2. Fase remaja
a. Bentuk badan lebih banyak memanjang daripada melebar, terutama bagian
badan, kaki dan tangan.
b. Akibat berproduksinya kelenjar hormon, maka jerawat sering timbul di
bagian muka.
c. Timbulnya dorongan-dorongan seksual terhadap lawan jenis, akibat matang-
nya kalenjar seks.
3. Fase adolescence (akhir masa remja)
a. Pertumbuhan badan merupakan batas optimal, kecuali pertumbuhan berat
badan.
b. Keadaan badan dan anggota-anggotanya menjadi berimbang, muka berubah
menjadi simetris sebagaimana layaknya orang dewasa.
D. Perkembangan Perasaan
Berbagai perasaan telah berkembang pada masa remaja perasaan sosial,
etis, dan estetis mendorong remaja untuk menghayati perikehidupan masa
kematangan seksual. Di dorong oleh perasaan ingin tahu dan perasaan super,
remaja lebih mudah terperosok ke arah tindakan seksual yang negatif. [3]
Granville Stanley Hall menyebut pada masa remaja awal ini sebagai
perasaan yang sangat peka; remaja mengalami badai dan topan dalam kehidupan
perasaan dan emosinya. Keadaan semacam ini di istilahkannya sebagai “storm and
stress”. Tidak aneh lagi bagi orang yang mengerti kalau melihat sikap dan sifat
remaja yang sesekali bergairah sangat dalam bekerja tiba-tiba berganti lesu,
kegembiraan yang meledak bertukar dengan rasa sedih, rasa yakin diri berganti rasa
ragu diri yang berlebihan. Soal lanjutan pendidikan dan lapangan kerja tidak dapat
direncanakan dan ditentukannya. Lebih-lebih dalam persahabatan dan cinta, rasa
bersahabat sering bertukar menjadi senang.[4] Di masa ini remaja juga ingin
mencari kebebasan dan berusaha mencari konsep diri. Pada masa remaja akhir
sikap dan perasaan relatif stabil.
E. Pertimbangan Sosial
Dalam kehidupan keagamaan remaja timbul konflik antara pertimbangan
moral dan material. Remaja sangat bingung menentukan pilihan itu karena
kehidupan duniawi lebih dipengaruhi kepentingan akan materi. Maka para remaja
lebih cenderung jiwanya untuk bersikap materialistis[5] sehingga pada fase pra-
remaja, remaja mempunyai sikap sosial yang negatif. Namun, pada fase remaja
terjadi proses sosial, sehingga remaja mempunyai sikap sosial yang positif, suka
bergaul dan membentuk kelompok-kelompok seusia.
Pada fase adolescence, perkembangan sosial remaja berada dalam periode
krisis. Karena mereka berada di ambang pintu kedewasaan. Kematangan konsep
diri, penerimaan dan penghargaan sosial oleh orang dewasa sekitar konsep diri,
penerimaan dan penghargaan sosial oleh orang dewasa sekitarnya serta keharusan
bertingkah laku sebagai orang dewasa, menjadi tanda Tanya besar bagi mereka,
apakah sudah mampu menjadi orang dewasa, menjadi tanda Tanya besar bagi
mereka, apakah sudah mampu menjadi orang dewasa dengan segala tugas dan
tanggung jawabnya (Zakiah Drajad: 1977: 119).
F. Perkembangan Berpikir
Perkembangan berpikir pada remaja itu lebih kritis dibandingkan pada masa
anak-anak. Pada fase remaja tingkat berpikir berada dalam stadium operasional
formal yang bersifat verbal yang menekankan pada penggunaan rasio atau logika.
Kemudian kemampuan berpikir operasional formal nampaknya mencapai
kematangan pada fase adolescence, sehingga mampu menyusun rencana-rencana,
menyusun alternative dan menentukan pilihan dalam hidup dan kehidupannya.
G. Perkembangan Moral/Nilai
Organ-organ seks yang telah matang menyebabkan remaja mendekati lawan
seks. Ada dorongan-dorongan seks dan kecenderungan memenuhi dorongan itu,
sehingga kadang-kadang dinilai oleh masyarakat tidak sopan. Tambahan pula, ada
keberanian mereka menonjolkan seks sarta keberanian dalam pergaulan dan
menyerempet bahaya. Dari keadaan tersebut itulah kemudian sering timbul
masalah dengan orang tua atau orang dewasa lainnya, hal ini terjadi sekitar usia 15
– 17 tahun.[6] Setelah masa ini, stabilitas mulai timbul dan meningkat, remaja
lebih dapat mengadakan penyesuaian-penyusaian dalam aspek kehidupannya.
H. Perkembangan Jiwa Agama
Bagi remaja, agama memiliki arti yang sama pentingnya dengan moral.
Bahkan, seperti yang dijelaskan oleh Adams & Gullotta (1983), agama memberikan
sebuah kerangka moral. Sehingga membuat seseorang mampu membandingkan
tingkah lakunya. Agama memberikan perlindungan rasa aman, terutama bagi
remaja yang sedang mencari eksistensi dirinya.
Dibandingkan dengan masa awal anak-anak, keyakinan agama remaja telah
mengalami perkembangan yang cukup berarti. Kalau pada masa awal anak-anak
ketika mereka baru memiliki kemampuan berpikir simbolik. Yang mana Tuhan
dibayangkan sebagai orang yang berada di awan. Sehingga pada masa remaja
mereka mungkin barusaha mencari sebuah konsep yang lebih mendalam tentang
Tuhan dan eksistensinya. Perkembangan pemahaman remaja terhadap keyakinan
agama ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan kognitifnya.
Dalam studi yang dilakukan Goldman (1962) tentang perkembangan
pemahaman agama anak-anak dan remaja dengan latar belakang teori
perkembangan kognitif piaget, ditemukan bahwa perkembangan pemahaman agama
remaja berada pada tahap 3, yaitu format operational religious Thought, dimana
remaja memperlihatkan pemahaman agama yang lebih abstrak dan hipotesis.
Secara fisik remaja sudah berpenampilan dewasa, tetapi secara psikologis
belum. Ketidakseimbangan ini menjadikan terombang-ambing. Menghadapi gejala
seperti ini, nilai-nilai ajaran agama sebenarnya dapat difungsikan. Tokoh dan
pemuka agama mempunyai peran strategis untuk mampu melakukan pendekatan
yang tepat.
Melalui pendekatan dan penelitian nilai-nilai ajaran agama yang baik,
setidaknya akan memberi kesadaran baru bagi remaja. Bahkan agama itu
mengundang nilai-nilai ajaran yang sejalan dengan fitrah manusia, universal, dan
bertumpu pada pembentukan sikap akhlak mulia.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Masa remaja merupakan suatu masa yang sangat menentukan karena pada masa
ini seseorang banyak mengalami perubahan, baik secara fisik maupun psikis.
Menurut Hurlock, dia membagi masa remaja menjadi dua fase, yaitu, masa
puberty dan masa adolescence sedangkan Kwoe Soen Liang, membagi fase remaja
menjadi tiga fase, yaitu: praepuberteit, puberteit, dan adolescence.
Ciri-ciri penting remaja awal yaitu sekitar 12/13 – 17/18 tahun, seperti yang
diungkapkan oleh Hurlock, yaitu: keinginan untuk menyendiri, berkurang kemauan
untuk bekerja, kurang koordinasi fungsi-fungsi, kejemuan, kegelisahan, kepekaan
perasaan, kurang percaya diri, dan timbul minat pada lawan jenis.
Ciri-ciri penting remaja akhir yaitu sekitar 17/18 – 21/22, ialah stabilitas mulai
timbul dan meningkat, pandangan yang lebih realitas, menghadapi masalah secara lebih
matang, serta perasaan menjadi lebih tenang.
Makalah Masa Pubertas dan Remaja
Kata Pengantar
Bismillahirrahmanirrahim…
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
curahan rahmat dan ridho-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai
tugas yang telah diberikan pada mata kuliah Psikologi Perkembangan dengan
waktu yang di harapkan.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada orang-orang yang telah
membantu dalam penyajian makalah ini. Terutama kepada dosen bidang study
yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan ketentuan dan arahan dari beliau.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini sedikitnya dapat memberikan
sumbangan ilmu yang dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya
bagi para pembaca. Semoga makalah yang di sajikan ini dapat sesuai dengan
indikator yang di harapkan.
Bandung, 30 November 2013
Penyu
sun
Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
Bab II Masa Pubertas
2.1. Pengertian Masa Pubertas
2.2. Ciri-Ciri Pubertas
2.3. Perubahan Tubuh pada Masa Puber
2.4. Akibat Perubahan pada Masa Puber
Bab III Masa Remaja
3.1. Pengertian Remaja
3.2. Ciri-ciri Masa Remaja
3.3. Tugas Perkembangan Pada Masa Remaja
3.4. Perubahan Kepribadian
3.5. Tanda Bahaya Yang Umum Dari Ketidakmampuan Penyesuaian Diri
Remaja
BAB IV
Penutup
4.1. Kesimpulan
Daftar Pustaka
Bab I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa dimana dianggap sebagai masa
topan badai dan stress (Storm and Stress).
Karena mereka telah memiliki
keinginan bebas untuk menentukan nasib sendiri, kalau terarah deng
an baik maka ia akan menjadi seorang individu yang memiliki rasa
tanggungjawab, tetapi kalau tidak terbimbing maka bisa menjadi
seorang yang tak memiliki masa depan dengan baik.
Perilaku remaja terdiri dari perilaku kognitif, sosioemosional, dan
seksual. Perilaku kognitif merupakan suatu perilaku remaja yang ditandai
dengan bagaimana pola berpikir dari remaja itu. Sedangkan perilaku
sosioemosianal merupakan suatu perilaku yang erat kaitannya dengan
emosi remaja dan bagaimana remaja berinteraksi dengan kehidupan
sosialnya. Dan perilaku seksual yakni suatu perilaku yang berkaitan erat
dengan bagaimana remaja tersebut berpacaran. Perilaku-perilaku tersebut
tentunya berkaitan erat dengan masa pubertas. Dimana masa tersebut
merupakan masa tumbuh kembang yang dialami oleh semua remaja.
Pada masa ini memang pertumbuhan dan perkembangan
berlangsung dengan cepat. Itu dinamakan masa pubertas.
Pada perempuan pubertas ditandai dengan menstruasi pertama
(menarche), sedangkan pada laki-laki ditandai dengan mimpi basah.
Kini, dikenal adanya pubertas dini pada remaja. Penyebab pubertas
dini ialah bahwa bahan kimia DDT sendiri, DDE, mempunyai efek yang
mirip dengan
hormon estrogen. Hormon ini diketahui sangat berperan dalam meng
atur perkembangan seks wanita.
Pada masa pubertas itulah perkembangan remaja perlu adanya
pengontrolan diri dari orang tua, masyarakat dilingkungan dimana
mereka berada. Karena pada masa itu remaja merasa semakin mampu
dalam pengambilan keputusan. Remaja yang lebih tua lebih kompeten
dalam mengambil keputusan disbanding remaja yang lebih muda, dimana
mereka lebih kompeten daripada anak-anak. Kemampuan untuk
mengambil keputusan tidak menjamin kemampuan itu diterapkan, karena
dalam kehidupan nyata, luasnya pengalaman adalah penting. Remaja
perlu lebih banyak peluang untuk mempraktekkan dan mendiskusikan
keputusan realistis. Dalam beberapa hal, kesalahan pengambilan
keputusan pada remaja mungkin terjadi ketika dalam realitas yang
menjadi masalah adalah prientasi masyarakat terhadap remaja dan
kegagalan untu member mereka pilihan-pilihan yang memadai. Untuk itu
sebagai orang tua, dan masyarakat harus mengenal remaja itu pada
tingkat perkembangan dalam masa pubertasnya.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1.2.1. Apa pengertian dari masa pubertas?
1.2.2. Bagaimana ciri-cirinya?
1.2.3. Bagaimana perubahan tubuh pada masa puber?
1.2.4. Apa pengertian dari masa remaja?
1.2.5. Bagaimana ciri-cirinya?
1.2.6. Bagaimana tugas perkembangan pada masa remaja?
1.2.7. Bagaimana perubahan kepribadian?
1.3. Tujuan
1.3.1. Bisa menjelaskan pengertian dari masa pubertas
1.3.2. Mengetahui ciri-ciri dari pubertas
1.3.3. Mengetahui perubahan tubuh pada masa puber
1.3.4. Bisa menjelaskan pengertian dari masa remaja
1.3.5. Mengetahui ciri-ciri dari masa remaja
1.3.6. Mengetahui tugas perkembangan pada masa remaja
1.3.7. Mengetahui perubahan kepribadian yang terjadi pada masa
remaja
Bab II
Masa Pubertas
Bab III
Masa Remaja
3.1. Pengertian Remaja
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget
(seorang
ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi
dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal
operations). Pada periode
ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam us
aha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan
abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa
sehingga mereka dengan mudah dapat
membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemung
kinan
akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak me
reka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-
dimensi seperti ilmuwan.
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin
(adolescere) yang berarti “tumbuh” atau tumbuh menjadi dewasa.
Istilah adolescencemempunyai arti yang lebih luas mencakup
kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Pandangan ini
diungkapkan oleh Piaget dengan mengatakan secara psikologis masa
remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat
dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang
yang lebih tua, melainkan berada pada tingkat yang sama, sekurang-
kurangnya dalam masalah hak.[5]
3.2. Ciri-ciri Masa Remaja
3.2.1. Masa Remaja sebagai Periode yang Penting
Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya
perkembangan mental, terutama pada awal masa remaja. Semua
perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan
perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru.
3.4.1. Usia Kematangan
Remaja yang matang lebih awal, yang diperlakukan seperti orang
yang hampir dewasa, mengembangkan konsep diri yang menyenangkan
sehingga dapat menyesuaikan diri dengan baik. Remaja yang matang
terlambat, yang diperlakukan seperti anak-anak, merasa salah dimengerti
dan bernasib kurang baik sehingga cenderung berperilaku kurang dapat
menyesuaikan diri.
3.4.2. Penampilan Diri
Penampilan diri yang berbeda membuat remaja merasa rendah diri
meskipun perbedaan yang ada menambah daya tarik fisik. Tiap cacat fisik
merupakan sumber yang memalukan yang mengakibatkan perasaan rendah
diri. Sebaliknya, daya tarik fisik menimbulkan penilaian yang
menyenangkan tentang ciri kepribadian dan menambah dukungan sosial.
3.4.3. Kepatutan Seks
Kepatutan seks dalam penampilan diri, minat, dan perilaku
membantu remaja mencapai konsep diri yang baik. Ketidakpatutan seks
membuat remaja sadar diri dan hal ini memberi akibat buruk pada
perilakunya.
3.4.4. Nama dan Julukan
Remaja peka dan merasa malu bila teman-teman sekelompok
menilai namanya buruk atau bila mereka memberi nama julukan yang
bernada cemoohan.
3.4.5. Hubungan Keluarga
Seorang remaja yang mempunyai hubungan yang erat dengan
seorang anggota keluarga akan mengidentifikasikan diri dengan orang ini
dan ingin mengembangkan pola kepribadian yang sama. Bila tokoh ini
sesama jenis, remaja akan tertolong untuk mengembangkan konsep diri
yang layak untuk jenis seksnya.
3.4.6. Teman-teman Sebaya
Teman-teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja dalam
dua cara. Pertama, konsep diri remaja merupakan cerminan dari anggapan
tentang konsep teman-teman tentang dirinya dan kedua, ia berada dalam
tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui oleh
kelompok.
3.4.7. Kreativitas
Remaja yang semasa kanak-kanak didorong agar kreatif dalam
bermain dan dalam tugas-tugas akademis, mengembangkan perasaan
individualitas dan identitas yang memberi pengaruh yang baik pada
konsep dirinya. Sebaliknya, remaja yang sejak awal masa kanak-kanak
didorong untuk mengikuti pola yang sudah diakui akan kurang
mempunyai perasaan identitas dan individualitas.
3.4.8. Cita-cita
Bila remaja mempunyai cita-cita yang tidak realistik, ia akan
mengalami kegagalan. Hal ini akan menimbulkan perasaan tidak mampu
dari reaksi-reaksi bertahan dimana ia menyalahkan orang lain atas
kegagalannya. Remaja yang realistik tentang kemampuannya lebih banyak
mengalami keberhasilan daripada kegagalan. Ini akan menimbulkan
kepercayaan diri dan kepuasan diri yang lebih besar yang memberikan
konsep diri yang lebih baik.[9]
3.5. Tanda Bahaya Yang Umum Dari Ketidakmampuan
Penyesuaian Diri Remaja
Tidak bertanggung jawab, tampak dalam perilaku mengabaikan
pelajaran, misalnya, untuk bersenang-senang dan mendapatkan
dukungan sosial.
Sikap yang sangat agresif dan sangat yakin pada diri sendiri
Perasaan tidak aman, yang menyebabkan remaja patuh mengikuti
standar-standar kelompok.
Merasa ingin pulang bila berada jauh dari lingkungan yang dikenal.
Perasaan menyerah
Terlalu banyak berkhayal untuk mengimbangi ketidakpuasan yang
diperoleh dari kehidupan sehari-hari.
Mundur ke tingkat perilaku yang sebelumnya agar disenangi dan
diperhatikan
Menggunakan mekanisme pertahanan seperti rasionalisasi proyeksi,
berkhayal, dan memindahkan.
BAB IV
Penutup
4.1. Kesimpulan
Pubertas adalah suatu tahap dalam perkembangan dimana terjadi
kematangan alat-alat seksual dan tercapai kemampuan reproduksi. Ciri-ciri
masa puber yaitu periode yang tumpang tindih, periode yang singkat, dibagi
dalam tahap-tahap, merupakan masa pertumbuhan dan perubahan yang pesat,
merupakan fase negatif. Dimana ini semua di tandai dengan perubahan seks
primer (berkembangnya gonad dan kelenjar pituitary pada organ-organ seks),
biasanya tanda bagi perempuan adalah haid sedangkan bagi laki-laki adalah
mimpi basah, selanjutnya perubahan pada seks sekunder (tumbuhnya rambut
di beberapa bagian tubuh, terjadi perubahan pada kulit, kelenjar, otot, suara,
payudara, dll). Akibat perubahan masa puber pada sikap dan perilaku yaitu,
ingin menyendiri, bosan, inkoordinasi, antagonisme sosial, emosi yang
meninggi, hilangnya kepercayaan diri, terlalu sederhana.
Sedangkan pengertian remaja secara Istilah adolescence mempunyai arti
yang lebih luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik.
Pandangan ini diungkapkan oleh Piaget dengan mengatakan secara psikologis
masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat
dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang
lebih tua, melainkan berada pada tingkat yang sama, sekurang-kurangnya
dalam masalah hak.
Ciri ciri dari remaja yaitu, merupakan periode yang penting, sebagai
periode peralihan, sebagai periode perubahan, sebagai usia bermasalah,
sebagai masa mencari identitas, usia yang menimbulkan ketakutan, masa yang
tidak realistik, dan ambang masa dewasa. Kemudian kondisi-kondisi yang
mempengaruhi konsep diri remaja yaitu, usia kematangan, penampilan diri,
kepatutan seks, nama dan julukan, hubungan keluarga, teman-teman sebaya,
kreativitas, dan cita cita. Remaja merupakan masa peralihan menuju
kamatangan sebelum dewasa.
Mimpi Basah
Mimpi basah merupakan peristiwa Ejakulasi (pengeluaran air mani) pada saat
tidur, karena testis dan salurannya terisi penuh sperma. Mimpi basah
merupakan cara alami tubuh mengeluarkan timbunan sperma yang berbentuk
secara terus-menerus. Mimpi adalah salah satu cara otak untuk
mengeluarkan ide, hasrat, atau ketakutan yang terlalu abstrak. Tujuan dari
mimpi adalah untuk menyalurkan fantasi, ide, atau hasrat tadi secara mental
sehingga anda tidak terlalu ‘terbebani’ dengan hal-hal tadi. Prinsipnya sama
seperti mengosongkan tempat sampah.
Ejakulasi pertama yang dialami oleh remaja laki-laki merupakan tanda bahwa
ia telah siap untuk melaksanakan proses reproduksi. Bila ini terjadi pada saat
hubungan seks, sperma yang dikeluarkan dapat membuahi sel telur
perempuan yang telah matang dan menyebabkan kehamilan.
Menstruasi
Menstruasi atau haid mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah
dan sel-sel tubuh dari vagina yang berasal dari dinding rahim perempuan.
Menstruasi dimulai saat pubertas dan menandai kemampuan seorang
perempuan untuk mengandung anak, walaupun mungkin faktor-faktor
kesehatan lain dapat membatasi kapasitas ini. Menstruasi biasanya dimulai
antara umur 10 dan 16 tahun, tergantung pada berbagai faktor, termasuk
kesehatan perempuan, status nutrisi, dan berat tubuh relatif terhadap tinggi
tubuh. Menstruasi berlangsung kira-kira sekali sebulan sampai perempuan
mencapai usia 45 – 50 tahun, sekali lagi tergantung pada kesehatan dan
pengaruh-pengaruh lainnya. Akhir dari kemampuan perempuan untuk
bermenstruasi disebut menopause dan menandai akhir dari masa-masa
kehamilan seorang perempuan. Panjang rata-rata daur menstruasi adalah 28
hari, namun berkisar antara 21 hingga 40 hari. Panjang daur dapat bervariasi
pada satu perempuan selama saat-saat yang berbeda dalam hidupnya, dan
bahkan dari bulan ke bulan tergantung pada berbagai hal, termasuk
kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi perempuan tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
3.1. Kesimpulan
Masalah kesehatan remaja mencakup aspek fisik biologis dan mental, sosial.
Perubahan fisik yang pesat dan perubahan endokrin/ hormonal yang sangat
dramatik merupakan pemicu masalah kesehatan remaja serius karena timbuhnya
dorongan motivasi seksual yang menjadikan remaja rawan terhadap penyakit
dan masalah kesehatan reproduksi, kehamilan remaja dengan segala
konsekuensinya.
Permasalahan remaja seringkali berakar dari kurangnya informasi dan
pemahaman serta kesadaran untuk mencapai sehat secara reproduksi. Di sisi
lain, remaja sendiri mengalami perubahan fisik yang cepat. Harus ada keyakinan
bersama bahwa membangun generasi penerus yang berkualitas perlu dimulai
sejak anak, bahkan sejak dalam kandungan.
Pemberian informasi ini dengan tujuan meningkatkan pengetahuan yang pada
gilirannya mampu memberikan pilihan kepada remaja untuk bertindak secara
bertanggung jawab, baik kepada dirinya maupun keluarga dan masyarakat.