LKPD Hikayat 2021

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

LKPD

NILAI-NILAI DALAM CERPEN DAN HIKAYAT


Kelas X
NILAI-NILAI DALAM CERPEN
DAN HIKAYAT

KI. 3 Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,


konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah

KI. 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu
menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan

Tujuan Pembelajaran:
1. Peserta didik dapat mengidentifikasi nilai dan
kebahasaan hikayat dan cerpen dengan benar
2. Peserta didik dapat membandingkan nilai dan
kebahasaan dalam cerpen dan hikayat dengan
tepat
3. Peserta didik dapat membandingkan alur
dalam hikayat dan cerpen dengan benar
4. Peserta didik dapat mengubah hikayat dalam
bentuk cerpen dengan memperhatikan bahasa
dan nilai
5. Peserta didik dapat mempresentasikan teks
yang telah disusun dengan menggunakan
bahasa yang santun
LKPD 1 KEGIATAN MEMBACA

NAMA :

KELAS :

JURUSAN :

NIS :

MATERI POKOK
1. NILAI-NILAI DAN KEBAHASAAN TEKS HIKAYAT
A. NILAI-NILAI HIKAYAT
Nilai-nilai merupakan salah satu unsur ekstrinsik sebuah karya sastra prosa, baik
prosa cerpen maupun prosa hikayat. Nilai-nilai yang sering muncul di dalam karya
sastra prosa, di antaranya:
- Nilai sosial
Nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan
apa yang dianggap buruk oleh masyarakat.
Contoh:
Raja memberikan buah tangan kepada tetangganya.
- Nilai moral
Nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai akhlak baik dan akhlak
buruk.
Contoh:
Prajurit menyelamatkan istri raja dari serangan musuh.
- Nilai budaya
Nilai yang berhubungan dengan tradisi atau kebiasaan turun temurun yang
tidak bisa diubah.
Contoh:
Raja itu diangkat karena ia adalah anak raja.
- Nilai agama
Nilai yang berhubungan dengan kepercayaan yang dimiliki tokoh atau
hubungan tokoh dengan Sang Pencipta.
Contoh:
Istri raja berdoa kepada Allah untuk kesembuhan suaminya.

B. Kebahasaan Teks Hikayat


Selain banyak menggunakan konjungsi, hikayat menggunakan kata-kata arkais. Hikayat
merupakan karya sastra klasik. Artinya, usia hikayat jauh lebih tua dibandingkan usia Negara
Indonesia. Meskipun bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia (berasal dari bahasa
Melayu), tidak semua kata dalam hikayat kita jumpai dalam bahasa Indonesia sekarang.
Kata-kata yang sudah jarang digunakan atau bahkan sudah asing tersebut disebut sebagai
kata-kata arkaik.
Kebahasaan yang dimiliki oleh teks hikayat adalah:
- Konjungsi
Teks hikayat merupakan salah satu karya sastra prosa lama. Bahasa teks hikaya
menggunakan bahasa Melayu. Teks hikayat juga banyak mengandung konjungsi,
bahkan konjungsi sering digunakan di awal kalimat. Contoh: hatta, syahdan, maka,
adapun, dll.
- Menggunakan bahasa arkais
Arkhais atau arkais, dari bahasa Yunani, artinya adalah: "dari sebuah masa yang lebih
awal dan tidak dipakai lagi atau sesuatu hal yang memiliki ciri khas kuno atau antik."
Sesuatu hal dalam ilmu bahasa yang sudah lama dan tidak digunakan lagi seringkali
disebut sebagai "arkaisme".
Contoh:
ahkam = hukum, undang-undang
anggara = buas; liar
daduk (mendaduk) = mengemis
damal = maju perlahan-lahan (tentang kapal)
dangkar (mendangkar) = menggulung
Topik : Hikayat Bayan Budiman
Tujuan:
1. Peserta didik dapat mengidentifikasi nilai-nilai hikayat dengan tepat
2. Peserta didik dapat mengidentifikasi kebahasaan hikayat dengan tepat

Petunjuk belajar:
1. Peserta didik membaca teks hikayat yang berjudul “ Hikayat Bayan Budiman”.
2. Peserta didik memahami isi teks hikayat yang berjudul “Hikayat Bayan Budiman”.
3. Peserta didik mengidentifikasi nilai agama pada teks hikayat “Hikayat Bayan Budiman”.
4. Peserta didik mengidentifikasi nilai sosial pada teks hikayat “Hikayat Bayan Budiman”
5. Peserta didik mengidentifikasi nilai moral pada teks hikayat “Hikayat Bayan Budiman”.
6. Peserta didik mengidentifikasi nilai budaya pada teks hikayat “Hikayat Bayan Budiman”.
7. Peserta didik mengidentifikasi kebahasaan teks hikayat yang berjudul “Hikayat Bayan
Budiman”.

Hikayat Bayan Budiman


Sebermula ada saudagar di negara Ajam. Khojan Mubarok namanya, terlalu amat kaya, akan
tetapi ia tiada beranak. Tak seberapa lama setelah ia berdoa kepada Tuhan, maka saudagar
Mubarok pun beranaklah istrinya seorang anak laki-laki yang diberi nama Khojan Maimun.
Setelah umurnya Khojan Maimun lima tahun, maka di serahkan oleh bapaknya mengaji kepada
banyak guru sehingga sampai umur Khojan Maimun lima belas tahun. Ia dipinangkan dengan
anak saudagar yang kaya, amat elok parasnya, namanya Bibi Zainab. Hatta beberapa lamanya
Khojan Maimun beristri itu, ia membeli seekor burung bayan jantan. Maka beberapa di antara
itu ia juga membeli seekor tiung betina, lalu di bawanya ke rumah dan di taruhnya hampir
sangkaran bayan juga. Pada suatu hari Khojan Maimun tertarik akan perniagaan di laut, lalu
minta izinlah dia kepada istrinya. Sebelum dia pergi, berpesanlah dia pada istrinya itu, jika ada
barang suatu pekerjaan, mufakatlah dengan dua ekor unggas itu, hubaya-hubaya jangan tiada,
karena fitnah di dunia amat besar lagi tajam daripada senjata. Hatta beberapa lama di tinggal
suaminya, ada anak Raja Ajam berkuda lalu melihatnya rupa Bibi Zainab yang terlalu elok.
Berkencanlah mereka untuk bertemu melalui seorang perempuan tua. Maka pada suatu
malam, pamitlah Bibi Zainab kepada burung tiung itu hendak menemui anak raja itu. Maka
bernasihatlah ditentang perbuatannya yang melanggar aturan Allah Swt. Maka marahlah istri
Khojan Maimun dan disentakkannya tiung itu dari sangkarnya dan dihempaskannya sampai
mati. Lalu Bibi Zainab pun pergi mendapatkan bayan yang sedang berpura-pura tidur. Maka
bayan pun berpura-pura terkejut dan mendengar kehendak hati Bibi Zainab pergi
mendapatkan anak raja. Maka bayan pun berpikir bila ia menjawab seperti tiung maka ia juga
akan binasa. Setelah ia sudah berpikir demikian itu, maka ujarnya, “Aduhai Siti yang baik paras,
pergilah dengan segeranya mendapatkan anak raja itu. Apa pun hamba ini haraplah tuan,
jikalau jahat sekalipun pekerjaan tuan, Insya Allah di atas kepala hambalah menanggungnya.
Baiklah tuan sekarang pergi, karena sudah dinanti anak raja itu. Apatah dicari oleh segala
manusia di dunia ini selain martabat, kesabaran, dan kekayaan? Adapun akan hamba, tuan ini
adalah seperti hikayat seekor unggas bayan yang dicabut bulunya oleh tuannya seorang istri
saudagar. ”Maka berkeinginanlah istri Khojan Maimun untuk mendengarkan cerita tersebut.
Maka Bayanpun berceritalah kepada Bibi Zainab dengan maksud agar ia dapat memperlalaikan
perempuan itu. Hatta setiap malam, Bibi Zainab yang selalu ingin mendapatkan anak raja itu,
dan setiap berpamitan dengan bayan. Maka diberilah ia cerita-cerita hingga sampai 24 kisah
dan 24 malam. Burung tersebut bercerita, hingga akhirnyalah Bibi Zainab pun insaf terhadap
perbuatannya dan menunggu suaminya Khojan Maimum pulang dari rantauannya. Burung
Bayan tidak melarang malah dia menyuruh Bibi Zainab meneruskan rancangannya itu, tetapi
dia berjaya menarik perhatian serta melalaikan Bibi Zainab dengan cerita-ceritanya. Bibi
Zainab terpaksa menangguh dari satu malam ke satu malam pertemuannya dengan putera raja.
Begitulah seterusnya sehingga Khoja Maimun pulang dari pelayarannya. Bayan yang bijak
bukan sahaja dapat menyelamatkan nyawanya tetapi juga dapat menyekat isteri tuannya
daripada menjadi isteri yang curang. Dia juga dapat menjaga nama baik tuannya serta
menyelamatkan rumah tangga tuannya. Antara cerita bayan itu ialah mengenai seekor bayan
yang mempunyai tiga ekor anak yang masih kecil. Ibu bayan itu menasihatkan anak-anaknya
supaya jangan berkawan dengan anak cerpelai yang tinggal berhampiran. Ibu bayan telah
bercerita kepada anak-anaknya tentang seekor anak kera yang bersahabat dengan seorang
anak saudagar. Pada suatu hari mereka berselisih faham. Anak saudagar mendapat luka di
tangannya. Luka tersebut tidak sembuh melainkan diobati dengan hati kera. Maka saudagar
itupun menangkap dan menangkap anak kera itu untuk mengubati anaknya.
Sumber: Kesusasteraan Melayu Klasik dengan penyesuaian
Berdasarkan teks hikayat “Hikayat Bayan Budiman” tersebut, isilah kolom berikut ini dengan
jawaban yang benar!
1. Tuliskanlah nilai-nilai yang terkandung di dalam teks hikayat “Hikayat Bayan Budiman”
tersebut!
Nilai Kutipan Teks

2. Tuliskanlah kebahasaan teks hikayat yang terdapat di dalam teks hikayat “Hikayat Bayan
Budiman” tersebut!
Konjungsi Bahasa arkais

Anda mungkin juga menyukai