Anomali Ternak
Anomali Ternak
Anomali Ternak
ANOMALI
Anda tidak mempelajari tingkah laku umum hewan ternak pada Kegiatan Belajar
I Modul 3 ini. Dalam Kegiatan Belajar 2 ini, anda akan mempelajari tingkah laku yang
tidak normal / abnormal atau sering disebut dengan Anormali. Disamping itu, yang akan
dibahas adalah kesejahteraan dan kebebasan ternak.
a. Kaitan Stres dan Tingkah Laku Ternak
Stres pertama kali didefinisikan oleh Hans Seyle, MD sebagai “the nosspecific
response of the body to any demand”. Stres mengindentifikasi bahwa kondisi lingkungan
merugikan bagi ternaik, baik eksternal (makanan, cuaca, faktor sosial) maupun internal
(penyakit, parasit)
Stres yang merugikan ternak begitu banyaknya, diantaranya cuaca dingin, cuaca
panas, kekeringan, ventilasi tidak baik, gangguan kegaduhan, adanya makhluk lain,
kelelahan, ternak bercampur-baur, terlalu banyak ternak di kandang, luasan kandang,
perubahan pangonan, da kawan sepangonan, penyapihan, perubahan menu, kelaparan,
kehausan, sanitasi burut, penyakit, parasit, lepas operasi pembedahan, luka kecelakaan
dan manejemen yang kurang baik.
Kuda pacu dan kuda sirkus selalu ada dalam kondisi stres, semakin kencang
larinya berate ia semakin lelah dan stres. Semakin tinggi stres semakin perlu diperhatikan
kebutuhan makanannya, sehingga ransum kuda pacu dan kuda sirkus harus disusun
secara alamiah.
Orang yang peduli hewan ternak (animal welfarists) melihat banyak praktek
peternakan modern tidak lagi alamiah dan tidak baik bagi kesehateraan ternak. Umumnya
mereka menafsirkan kesejahteraan ternak sebagai makhluk yang harus hidup, sehat dan
bahagia. Mereka yakin sistem intensif untuk menghasilkan produksi ternak yang
maksimal selama ini dipandang kejam dan harus dihapuskan. Bahkan para pendukung
kebebasan ternak (animal rightists) berpendapat lebih jauh lagi, mereka mempertahankan
pendapat bahwa manusia adalah juga hewan, dan bahwa semua hewan harus diberikan
perlindungan moral yang sama. Disamping itu, mereka meperjuangkan bahwa ternak
memiliki kebutuhan isensial fisik dan tingkah laku yang bila tidak dipertahankan akan
menyebabalkan stres dan penderitaan sehingga mereka berkesimpulan bahwa semua
ternak atau hewan mempunyai kebebasan untuk hidup.
Para produsen ternak tahu bahwa perlakuan yang tidak baik terhadap ternak
dalam pemeliharaan intensif / pengurungan akan berakibat rendahnya produksi dan
pendapatan. Sebaiknya jika perlakuan baik, maka keuntungan yang akan diperoleh.
Pemeliharaan dengan mengurangi biaya tenaga kerja dan perkandangan sering
mengakibatkan kondisi fisik dan sosial yang justru menambah problem peternakan. Oleh
sebab itu tindakan mengurangi stres terhadap tingkah laku dan lingkungan dibutuhkan
untuk mengurangi biaya kerjadan perkandangan sebagai akibat dari turunya produktifitas
ternak. Akan tetapi para pembela ternak menganggap bahwa eveluasi kesejahteraan
ternak berdasar bukan saja produksi tetapi juga tingkah laku, fisiologis dan lingkungan
kesehatan. Dengan demikian pertentangan dan beda pendapat berlanjut terus.
Penderitaan stres lebih sering terjadi pada hewan (satwa liar) daripada ternak
pemeliharaan. Pada satwa liar tidak ada yang membantu menyimpan makanan di musim
dingin atau menyediakan air di musim kering, atau melindungan terhadap angin topan,
temperatur ekstrem dan predaktor, serta tidak ada yang membantu mengontrol adanya
penyakit atau parasit. Di Amerka, pernah terjadi seluruh populasi kuda mati pada zaman
Pleistosen. Fosil-fosil membuktikan bahwa sebagian keluarga kuda mengembara ke
daratan Amerika hamper selama periode tersier, yang berawal 58 juta silam. Namun kuda
tidak dijumpai sewaktu Columbus menemukan Amerika di Tahun 1492. Mengapa
mereka bilang hanya beberapa ribu tahunb sebelumnya, hingga kini masih misteri yang
belum dapat diterangkan. Karena kepunahan itu demikian, komplit dan tiba-tiba,
beberapa pakar menduga hal tiu pasti disebabkan oleh penyakit menular atau oleh parasit
pembunuh. Pakar-pakar lain menduga bahwa peristiwa itu dusebabkan oleh sebab
berganda, termasuk 1) perubahan iklim, 2) kompetisi, dan / atau gagal beradaptasi. Lepas
dari persoalan mengapa kuda lenyap, jelas diketahui bahwa kondisi yang baik tersedia
lagi bagi mereka suatu penempatan kembali oleh penakluk-penakluk Spanyol sekitar 500
tahun yang lalu.
Bagi mereka, peternak dan pronsip-prinsip dan aplikasi tingkah laku dan
lingkungan ternak sebaiknya dipahami, dimana ternak harus disediakan lingkungan yang
senyaman mungkin., baik bagi segi kemanusiaan maupun dari segi pandangan ekonomis.
Hal ini memerlukan kesejahetaan tingkah laku ternak maupun kenyamanan fisiknya,
dengan memperbaiki dua hal yang paling mempengaruhi semua tingkah laku dan ternak.
Yakni makanan dan perkandangan/pengurungan.
Isu kesejahteraan itu semakin meningkat bersama dengan derasnya urbanisasi.
Sayangnya semakin banyak orang, urban yang berlatar belakang petani, sehingga
kesejahteraan ternak di kota dan di desa semakin lebar. Juga, media cetak maupun para
legislatif semakin banyak memperoleh informasi dari pusat-pusat kota. Hal ini diikuti
oleh pandangan kota dengan pengajuan yang semakin gencar di masa depan.
C. Tingkah laku Abnormal (Anomali) pada Ternak
Beberapa tingkah laku ternak yang bermanfaat di alam bebas kemungkinan tidak
dapat disesuaikan (maladaptive) oleh ternak tersebut dalam lingkungan buatan. Juga telah
diketahui dari penelusuran penangkara satwa liar bahwa jika kuantitas dan kualitas,
termasuk variabilitas lingkungan ternak dikurangi, ada kemungkinan berkembang tingkah
laku abnormal.
Mengurung ternak dalam kandang yang terlalu ruang (space)nya sering
mengakibatkan perubahan habitat dan interaksi sosial karena spesies telah baik
beradaptasi selama evolusi ribuan tahun. Hal ini disebabkan oleh gaya genetik (genetic
time lag), dimana pemeliharaan kelompok ternak lebih cepat mengubah lingkungan
daripada mengubah genetik ternak tersebut. Sebagai akibatnya muncul tingkah laku
abnormal pada ternak piaraan kita.
Tingkah laku homoseksual, umum pada ternak dewasa berkelamin sama yang
dikurung dalam satu kandang. Misalnya, terlihat pada sapi muda, domba dan babi dimana
sesame mereka saling menghisap putting susu pasar atau skrotum. Pica, yakni menggigit
benda aneh sering terlihat pada beberapa spesies ternak dan paling terjadi pada sapid an
kuda.
1. Tingkah laku abnormal pada sapi
a. Menendang
Sapi yang diperah terkadang menendang karena ia merasa sakit, perih atau marah
karena mungkin diperlakukan kurang baik.
b. “Mean Bull” Complex
Terdapat perubahan karena stres dalam hal temperamen sapi. Perlu diingat bahwa
stres terus menerus akan mengubah temperamen seekor ternak. Oleh sebab itu,
bila seekor sapi jantan untuk kawin buntu (hand mating) di kurung di petak
kandangnya, kemudian sapi-sapi betina lewat dari setiap situ setiap hari. Karena si
jantan tak mempunyai kesempatan mengawini si betina, maka ia kana menjadi
seekor “mean bull”
c. Pica
Memakan sesuatu benda aneh disebut pica. Pada sapi munculnya pica (memakan
kotoran, rambut atau bulu, tulang, feses) karena merasa jemu atau bosan
(boredom), defistensi, nutrisi atau mengalami stres fisiologis. Meskipun telah
dicoba mempebaiki tingkah lakunya ini, keadaan tersebut tetap berlangsung
sehingga pica menetap pada ternak tertentu, menjadi suatu kebiasaan.
2. Tingkah laku abnormal pada domba
Tingkah laku abnormal pada domba banyak ragamnya, seperti mengunyah
batang katu, atau metal, menubruk kepala dan mencabut bulu wol. Hanya
yang terakhir inilah yang menyakut kepentingan ekonomi.
Mencabut Bulu Wol
Sifat abnormal ini terjadi pada domba, terutama pada domba yang
dikurung dalam kandang dan yang diberi makanan olahan atau ransum
pelet serta terbatas hijauan. Tingkah laku abnormal ini merugikan sebab
merusak bulu wol.
3. Tingkah laku abnormal pada babi
Ada beberapa tingkah laku abnormal pada babi, terutama pada yang
dipelihara secara intensif, yakni dikurang dalam kandang dengan batasan
tertentu. Untuk wilayah Indonesia, peternakan babi terdaoat di tempat-
tempat tertentu. Berbeda dengan peternakan sapi, kamibing, ayam dan
kerbau yang menyebar di seluruh daerah.
a. Berkelahi (agonistic behavior)
Saling berkelahi adalah suatu aksi menyerang yang buruk dan kejam yang segera
mengundang balasan dari yang menjadi korban (kalah). Perkelahian ini timbul diantara
sesama anak babi sebagai akibat dari : 1) memperebutkan putting susu induk, 2) serangan
sekitar peluang tempat makan), 3) menggigit ekor (tail biting), 4) karena penyatuan anak-
anak babi sehingga terjadi perebutan hierarki dominan, dan 5) penyatuan babi-babi
dewasa kelamin, terutama babi jantan.
Faktor-faktor yang meningkatkan munculnya berkelahiarn adalah : ketidak nyamanan
fisik, frustasi, dan intensitas cahaya yang tinggi. Hasil penelitian, dengan penyemprotan
androstenone, suatu senyawa kimia ekstraksi dan lemak babi yang memiliki semacam
bau pejantan, akan menyetop perkelahian diantara babi, namun penggunaan produk
tersebut belum diijinkan FDA (Food and Drunk Administration) sebagai pencega
perkelahian babi. Penelitian di Swedia juga menunjukkan hasil penelitian yang menarik
yang menunjukkan keefektifan amperozide untuk mengurangi tingkah laku berkelahi
diantara bab-babi yang baru disatukan dalam satu kelompok.
b. Saling menghisap (Intersucking)
Anak babi yang baru disapih, kadang menyuyut (mengulum, menghisap) perut temanya
sekandang, meniru kelakuan menyusu seperti periode sebelumnya. Bila terus menerus
menyuyut perut, dapat menyebabkan borok dan nekrosis (kerusakan jaringan).
c. Sindrom Induk Ganas
Terkadang seekor induk menjadi ganas/kejam selama atau segera sesudah melahirkan.
Pada saat itu, induk menerkam, membunuh bahkan memakan sebagian atau semua
anaknya. Penyebab tingkah laku ini belum diketahui, hal iu lebih sering terjadi pada
induk tang baru pertama kali melahirkan, atau pada induk yang kurang dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya tempatnya melahirkan. Bila menemui sindrom
ini dianjurkan : 1) induk tersebut sebaiknya dimasukkan di tempatnya melahirkan
beberapa hari sebelum saat melahirkan sehingga ada kesempatan baginya untuk
menyesuaikan diri dengan lingkuangan baru sebelum melahirkan. 2) penunggu
menyingkirkan setiap anak segera setelah lahir dan menjauhkannya sementara sampai
induk tenang, barulah mengembalikan semua anak ke induknya. Biasanya beberapa
peternak menggunakan obat penenang (tranculizer) dan sering berhasil.
d. Menggigit ekor
Menggigit ekor biasanya sering terjadi pula pada babi di lingkungan yang tertutup.
Lingkungan yang tidak baik, makanan yang jelek, dan faktor-faktor lain meningkatkan
terjadinya menggigit ekor. Memotong hamper seluruh ekor setelah anak lahir adalah
tindakan yang paling efektif mencegah perbuatan menggigit ekor pada babi.
Penyemprotan dengan bau-penutup (odor-masking) terkadang juga efektif mengurangi
perkelahian dan tindakan menggigit ekor, terutama sewaktu membaurkan atau
memindahkan ke kandang yang lain. Sebagai peternak menyediakan berbagai benda
untuk bahan gigitan atau mainan babi, seperti menggantungkan rantai dan mobil bekas,
atau bola bowling. Pada mulanya tindakan ini bermanfaat tetapi nampaknya babi menjadi
cepat terbiasa dengan hal baru tersebut.
Pada peternakan modern, disarankan agar tindakan memotong ekor menjadi
regular dalam managemen, yakni memotong ekor bersamaan dengan memotong gigi susu
sewaktu anak babi berumur tigs hari. Tang tipe pemotong-samping sangat baik untuk
tujuan ini, tetapi pendarahan ekor lebih sedikit bila menggunakan pisau tumpul. Alat
emaskalkulator dan alat pemotong paruh ayam baik juga digunakan. Untuk memotong
ekor, ekor sebaiknya dibersihkan kemudian dipotong 1, 0-1, 5 cm dari pangkal ekorm
dengan mengangkat ekor pelan-pelan dan jangan menegangkan kulitnya. Kulit tidak akan
lekas menutup tulang bekas pemotongan, jika ekor ditarik ke belakang dianjurkan untuk
tidak memotong ekor kurang dari 1,℃m sebab akan mengakibatkan banyak pendarahan
dan lambat sembuh.
Pada peternakan tradisional, mislanya di Tapanuli, babi banyak digunakan untuk
upacara adat dimana, daging bagi dipotong-potong dengan ukuran tertentu untuk
disuguhkan. Tanpa ada ekor yang utuh, suguhan tersebut tidak resmi, sehingga
bertentangan dengan pemotongan ekor untuk menghindari tingkah laku menggigit ekor
tadi.
3. Hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi kanibalisme pada ayam adalah ….
a. pemotongan paruh
b. peningkatan konsumsi air minum
c. peningkatan jumlah ayam dipelihara pada kandang yang sama
d. pengurangan konsumsi ayam