Infertilitas Kel 6

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 25

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN INFERTILITAS

Dosen Pembimbing : Dr. Irna Nursanti , SKp., MKep.,Sp.Mat


Di Susun oleh
Kelompok 6 :
Sifa Nabila (2019720033)
Nur Syamsika Asih (2019720097)
Adilla Azzahra (2019720106)
Dwi Apriliany (2019720125)
Wilda Yuliantika Andrada (2019720166)

Kelas 4B Reguler
(S1 Keperawatan)
Fakultas Ilmu Keperawatan
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Dasar Asuhan
Keperawatan pada pasien dengan Infertilitas” dengan sebaik-baiknya.
Dalam penyusunan makalah ini, diperuntukan sebagai persyaratan kelulusan mata
kuliah Maternitas 2 di program studi Sarjana FIK UMJ. Penulis menyadari bahwa
penyusunan makalah ini tidak akan selesai dengan lancar dan tepat waktu tanpa adanya
bantuan, dorongan, serta bimbingan dari berbagai pihak. Sebagai rasa syukur atas
terselesainya makalah ini, maka dengan tulus penulis sampaikan terima kasih kepada
pihak-pihak yang turut membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan baik
pada teknik penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan dapat diterapkan dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang berhubungan dengan
judul makalah ini.

Jakarta, 3 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Tujuan.........................................................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI................................................................................................3
A. Definisi.......................................................................................................................3
B. Etiologi.......................................................................................................................3
C. Klasifikasi...................................................................................................................5
D. Patofisiologi................................................................................................................6
E. Gambaran klinis.........................................................................................................7
F. Penatalaksanaan..........................................................................................................7
G. Komplikasi.................................................................................................................8
H. Upaya yang dilakukan……………………………………………………………. .10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...............................................................................12
A. Pengkajian................................................................................................................12
B. Diagnosa Keperawatan……………………………………………………………. 17
C. Intervensi Keperawatan…………………………………………………………… 17
BAB IV PENUTUP………………………………………………………………………. 20
A. Kesimpulan………………………………………………………………………...20
b. Saran……………………………………………………………………………….20
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………. .21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infertilitas terjadi ketika pasangan tidak dapat hamil setelah melakukan
hubungan seks tanpa kondom secara teratur. Hal ini dimungkinkan ketika salah
satu pasangan tidak dapat berkontribusi pada konsepsi, atau bahwa seorang wanita
tidak dapat melakukan kehamilan sampai penuh waktu. Hal Ini sering
didefinisikan sebagai tidak hamil setelah 12 bulan melakukan hubungan seksual
teratur tanpa menggunakan alat kontrasepsi.
Dengan kata lain infertilitas sediri berarti Tidak kunjung hamilnya seseorang
walaupun telah melakukan hubungan seks dengan jadwal yang diperhitungkan
secara saksama dan tanpa alat kontrasepsi selama satu tahun.
Indonesia sendiri memiliki angka Perkiraan infertilitas yang bervariasi, dengan
tingkat paling konservatif adalah antara 10% dan 15% dari populasi usia reproduksi.
Angka-angka ini diekstrapolasi berdasarkan jumlah pasien yang mencari perawatan
kesuburan biomedis dan cenderung diremehkan. Atau, berdasarkan data yang
dikumpulkan dalam Survei Kesehatan Demografi Indonesia - 2002, Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan tingkat infertilitas wanita (menggabungkan
infertilitas primer dan sekunder) menjadi 22,3% wanita menikah antara usia 15 dan 45.
Perawat dalam hal ini mengambil peran besar untuk mengatasi respon respon
yang timbul pada pasien infertilitas dikarenakan banyak penelitian yang telah
menggambarkan respons psikososial pasangan dan individu terhadap diagnosis
infertilitas. Respon-respon ini termasuk depresi, kesedihan, kecemasan, stres kronis,
isolasi, kemarahan, penolakan, menyalahkan, rasa malu, putus asa, ketidakberdayaan,
kebencian, kegagalan, penurunan harga diri, rasa tidak aman, kekecewaan,
permusuhan, permusuhan, dan ide bunuh diri.

1
B. Tujuan
1) Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Wanita Dengan Infertilitas
2) Tujuan Khusus
1) Mengetahui konsep dasar Infertilitas terdiri dari definisi, etiologi
gambaran klinis, patofisiologi, penatalaksanaan, komplikasi
2) Untuk memberikan Asuhan Keperawatan Disminorea dari
pengkajian sampai intervensi

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Definisi
Infertilitas adalah ketidakmampuan sepasang suami istri untuk memiliki keturunan
dimana wanita belum mengalami kehamilan setelah bersenggama secara teratur 2-3
kali seminggu, tanpa memakai metoda pencegahan selama 1 tahun.
Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah menikah selama
satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa alat kontrasepsi, tetapi belum
memiliki anak (Prawirohardjo, 2005).
Menurut World Health Organization (2012), infertilitas adalah ketidakmampuan
mempertahankan kehamilan, ketidakmampuan untuk membawa kehamilan kepada
kelahiran hidup.

B. Etiologi
Infertilitas tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja. Hasil penelitian
membuktikan bahwa suami menyumbang 25-40% dari angka kejadian infertil, istri 40-
55%, keduanya 10%, dan idiopatik 10%. Hal ini dapat menghapus anggapan bahwa
infertilitas terjadi murni karena kesalahan dari pihak wanita/istri.
Berbagai gangguan yang memicu terjadinya infertilitas antara lain:
1. Pada wanita
a. Gangguan organ reproduksi
1) Infeksi vagina, sehingga meningkatka keasaman vagina yang akan
membunuh sperma dan pengkerutan vagina yang akan menghambat
transportasi sperma ke vagina.
2) Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esterogen yang
mengganggu pengeluaran mukus serviks. Apabila mukus sedikit di
serviks, perjalanan sperma ke dalam rahim terganggu. Selain itu, bekas
operasi pada serviks yang menyisakan jaringan parutjuga dapat menutup
serviks sehingga sperma tidak dapat masuk ke rahim.

3
3) Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang
mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang
menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk perkembangan fetus
dan akhirnya terjadi abortus berulang.
4) Kelainan tuba fallopi akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba
fallopi dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat
bertemu.
b. Gangguan ovulasi
Gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormonal seperti
adanya hambatan pada sekresi hormon FSH dan LH yang memiliki pengaruh
besar terhadap ovulasi. Hambatan ini dapat terjadi karena adanya tumor
kranial, stress, dan penggunaan obat-obatan yang menyebabkan terjadinya
disfungsi hipothalamus dan hipofise.
Bila terjadi gangguan sekresi kedua hormon ini, maka folicle mengalami
hambatan untuk matang dan berakhir pada gangguan ovulasi.
c. Kegagalan implantasi
Wanita dengan kadar progesteron yang rendah mengalami kegagalan dalam
mempersiapkan endometrium untuk nidasi. Setelah terjadi pembuahan, proses
nidasi pada endometrium tidak berlangsung baik. Akibatnya fetus tidak dapat
berkembang dan terjadilah abortus.
d. Endometriosis
e. Abrasi genetis
f. Faktor immunologis
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu
memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat
menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
g. Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas anastesi, zat kimia, dan
peptisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh termasuk organ
reproduksi yang akan mempengaruhi kesuburan.

4
2. Pada pria
Ada beberapa kelainan umum yang dapat menyebabkan infertilitas pada pria yaitu:
a. Abnormalitas sperma; morfologi, motilitas.
b. Abnormalitas ejakulasi; ejakulasi rerograde, hipospadia.
c. Abnormalitas ereksi.
d. Abnormalitas cairan semen; perubahan pH dan perubahan komposisi kimiawi.
e. Infeksi pada saluran genital yang meninggalkan jaringan parut sehingga terjadi
penyempitan pada obstruksi pada saluran genital.
f. Lingkungan; radiasi, obat-obatan anti cancer.
g. Abrasi genetik.

C. Klasifikasi
Ada dua jenis infertilitas:
1. Infertilitas primer
Bila pasangan tersebut belum pernah mengalami kehamilan sama sekali.
2. Infertilitas sekunder
Bila pasangan tersebut sudah pernah melahirkan namun setelah itu tidak pernah
hamil lagi.

5
D. Patofisiologi

6
E. Gambaran klinis
1. Wanita
a. Terjadi kelainan system endokrin
b. Hipomenore dan amenore
c. Perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat dapat menunjukkan masalah
pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau aberasi genetic
d. Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara yang tidak
berkembang, dan gonatnya abnormal
e. Wanita infertile dapat memiliki uterus
f. Motilitas tuba dan ujung fimbrie dapat menurun atau hilang akibat infeksi,
adhesi atau tumor
g. Traktus reproduksi internal yang abnormal
2. Pria
a. Riwayat terpajan benda-benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas,
radiasi, rokok, narkotik, alcohol, infeksi)

7
b. Status gizi dan nutrisi terutam kekurangan protein dan vitamin tertentu.
c. Hipertiroidisme dan hipotiroid
d. Tumor hipofisis atau prolactinoma
e. Disfungsi ereksi berat
f. Ejakulasi retrograt
g. Hypo/epispadia
h. Mikropenis
i. Adesensus testis (kelainan jumlah, bentuk dan motilitas sperma)
j. Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis)
k. Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
l. Abnormalitas cairan semen.
F. Penatalaksanaan
1. Wanita
a. Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendir serviks puncak dan waktu
yang tepat untuk coital.
b. Pemberian terapi obat, seperti:
1) Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi
hipotalamus, peningkatan kadar prolactin, pemberian tsh.
2) Terapi penggantian hormone
3) Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal
4) Peenggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan
penatalaksanaan infeksi dini yang adekuat
c. GIFT (Gamete intrafallopian transfer) atau bayi tabung
d. Laparotomy dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara luas
e. Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate
f. Pengangkatan tumor atau fibroid
g. Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi
2. Pria
a. Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibody autoimun,
diharapkan kualitas sperma meningkat

8
b. Agen antimikroba
c. Testosterone Etanat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi kejantanan
d. HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme
e. FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis
f. Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hiposis atau hipotalamus
g. Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik
h. Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma
i. Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti, perbaikan
nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang panas dan ketat
j. Perhatikan penggunaan lubrikan saat coital, jangan yang mengandung
spermatisida.
G. Komplikasi
Beberapa komplikasi dapat terjadi akibat infertilitas dan perawatannya. Jika
konsepsi tidak terjadi setelah berbulan-bulan atau bertahun-tahun mencoba, itu dapat
menyebabkan stres dan mungkin depresi .
Beberapa efek fisik juga dapat dihasilkan dari perawatan.
1. Sindrom hiperstimulasi ovarium
Ovarium dapat membengkak, mengeluarkan cairan berlebih ke dalam tubuh,
dan menghasilkan terlalu banyak folikel, kantung cairan kecil tempat sel telur
berkembang.
Ovarian hyperstimulation syndrome (OHSS) biasanya hasil dari minum obat
untuk merangsang ovarium, seperti clomifene dan gonadotrophins. Ini juga dapat
berkembang setelah IVF.
Gejalanya meliputi:
a. kembung
b. sembelit
c. urin gelap
d. diare
e. mual
f. sakit perut

9
g. muntah
Mereka biasanya ringan dan mudah diobati.
Jarang terjadi namun tetap memiliki kemungkinan timbulnya gumpalan darah
dapat berkembang di arteri atau vena, masalah hati atau ginjal dapat timbul, dan
gangguan pernapasan dapat terjadi. Dalam kasus yang parah, OHSS bisa berakibat
fatal.
2. Kehamilan ektopik
Ini terjadi ketika sel telur yang dibuahi ditanamkan di luar rahim, biasanya di
saluran tuba. Jika tetap di sana, komplikasi dapat berkembang, seperti pecahnya tuba
fallopi. Kehamilan ini tidak memiliki peluang untuk berlanjut.
Dibutuhkan operasi segera dan, sayangnya, tabung di sisi itu akan hilang. Namun,
kehamilan di masa depan dimungkinkan dengan ovarium dan tuba lainnya. Wanita
yang menerima perawatan kesuburan memiliki risiko kehamilan ektopik yang sedikit
lebih tinggi. Pemindaian ultrasound dapat mendeteksi kehamilan ektopik.

3. Koping mentalitas
Tidak mungkin untuk mengetahui berapa lama perawatan akan berlangsung dan
seberapa sukses itu akan terjadi. Mengatasi dan bertahan bisa membuat stres. Jumlah
emosional pada kedua pasangan dapat memengaruhi hubungan mereka.
Beberapa orang mendapati bahwa bergabung dengan kelompok pendukung dapat
membantu, karena menawarkan kesempatan untuk berbicara dengan orang lain dalam
situasi yang sama.
Penting untuk memberi tahu dokter jika stres mental dan emosional yang
berlebihan berkembang. Mereka sering dapat merekomendasikan konselor dan orang
lain yang dapat menawarkan dukungan yang sesuai. Dukungan online dari organisasi
seperti Resolve dapat membantu.

10
H. Upaya yang dilakukan
1. Obat untuk Membantu Ovulasi
Obat atau suntikan hormon kesuburan untuk mempermudah terjadinya
ovulasi. Ada berbagai jenis pilihan obat tergantung anjuran dan saran dokter.
2. Pembedahan Tuba Falopi yang Tersumbat
Apabila saluran tuba tersumbat, sel telur tidak bisa turun ke rahim
sehingga tidak dapat terjadi pembuahan sperma. Kondisi ini bisa terjadi pada
wanita yang memiliki kondisi yang biasa disebut  endometriosis  atau pernah
terkena infeksi panggul. Masalah tuba falopi yang tersumbat mungkin dapat
diatasi dengan pembedahan. Dokter akan mencoba ‘membersihkan’ tuba
falopi sehingga memperbesar peluang terjadinya kehamilan.
3. Inseminasi Intrauterin/Inseminasi Buatan (IUI)
Sperma akan dimasukkan langsung ke rahim melalui bantuan dokter
untuk memfasilitasi terjadinya pembuahan. Tujuan utama dari inseminasi
buatan adalah untuk menambah jumlah sperma yang dapat masuk ke tuba
falopi sehingga kesempatan terjadinya pembuahan dapat meningkat.

4. In Vitro Fertilization (IVF)/Bayi Tabung


Prosedur ini mencakup prosedur pengambilan sel telur, kemudian
menggabungkan sel telur dan sel sperma di laboratorium. Setelah terjadi
pembuahan, dokter menempatkan embrio ke dalam rahim. IVF merupakan
prosedur yang lebih kompleks dan oleh karena itu juga lebih mahal.
5. ICSI (Injeksi Sperma Intracytoplasmic)
Metode ini dilakukan oleh dokter yang menyuntikkan sperma
langsung ke dalam telur di laboratorium. Teknik yang dikenal dengan ICSI
(injeksi sperma intracytoplasmic) ini akan dilakukan jika jumlah sel sperma
si pria sangat sedikit atau pergerakan sperma tidak bagus. Apabila telur yang
dibuahi sudah siap, selanjutnya akan dilakukan operasi dengan proses IVF
normal untuk memasukkan telur ke dalam rahim si wanita.

11
6. GIFT (gamete intrafallopian transfer) dan ZIFT (zygote intrafallopian transfer)
Dengan GIFT sperma dan telur ditempatkan ke tuba fallopi. Dengan ZIFT
sperma dan telur disatukan di laboratorium dan kemudian sel telor yang telah
dibuahi dimasukkan ke dalam tabung selama 24 jam.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Pengkajian
a. Wanita
1) Kaji riwayat terpajan benda-benda mutan yang membahayakan
reproduksi di rumah.
2) Kaji riwayat infeksi genitorurinaria.
3) Kaji ada atau tidak infeksi bakteri dan virus, misal: toksoplasama.
4) Kaji ada atau tidak tumor hipofisis atau prolaktinoma.
5) Kaji riwayat penyakit menular seksual.

12
6) Kaji riwayat kista.
7) Adakah vaginismus (kejang pada otot vagina)
8) Kaji abnormalitas tuba fallopi, ovarium, uterus dan serviks.
9) Kaji riwayat saudara atau keluarga dengan aberasi genetik.
b. Pria
1) Kaji riwayat terpajan benda-benda mutan yang membahayakan
reproduksi (panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi).
2) Kaji status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin
tertentu.
3) Kaji riwayat infeksi genitorurinaria.
4) Kaji ada atau tidak tumor hipofisis atau prolaktinoma.
5) Kaji ada atau tidak trauma, kecelakaan sehingga testis rusak.
6) Konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis.
7) Kaji apakah pernah menjalani operasi yang berefek mengganggu
organ reproduksi (operasi prostat, operasi tumor saluran kemih)
8) Kaji riwayat vasektomi.
9) Adakah saluran sperma yang tersumbat.
10) Kaji abnormalitas cairan semen.
11) Kaji riwayat saudara atau keluarga dengan aberasi genetik.

2. Pemeriksaan Penunjang
a. Wanita
1) Biopsi endometrium terjadwal
Biopsi endometrium dijadwalkan setelah ovulasi selama fase luteum
siklus menstruasi,. Pada tahap lanjut menstruasi, 3-4 hari sebelum
menstruasi selanjutnya, sebuah sampel endometrium diambil untuk
penelitian histologi, sehingga fungsi korpus luteum dan kemampuan
endometrium untuk menerima implantasi dapat dikaji.

13
2) Histerosalpingografi
Untuk melihat kelainan uterus, seperti defek kongenital atau defek yang
disebabkan mioma submukosa dan polip endometrium. Distorsi rongga
uterus atau tuba uterina, yang merupakan akibat penyakit radang panggul
(PID) terbaru atau terdahulu.
Histerosalpingografi dijadwalkan 2-5 hari setelah menstruasi untuk
menghidari pengeluaran ovum yang berpotensi untuk dibuahi dari tuba
fallopi ke dalam rongga peritoneum.

14
3) Laparaskopi
Laparaskopi dijadwalkan biasanya pada awal siklus menstruasi. Selama
prosedur tersebut, sebuah teleskop kecil diinsersi melalui insisi kecil di
dinding abdomen anterior. Anastesi umum biasanya diberikan dan wanita
mengambil posisi litotomi
Sebuah jarum diinsersi dan gas karbondioksida dipompakan ke dalam
peritoneum untuk mengangkat dinding abdomen dari organ, sehingga
terbentuk suatu ruang kosong yang memungkinkan visualisasi dan
eksplorasi dengan menggunakan laparakop.

4) Pemeriksaan pelvis ultrasound


Ultrasound transvaginal atau ultrasound abdomen juga digunakan untuk
mengkaji struktur pelvis. Prosedur ini digunakan untuk memvisualisasi
jaringan pelvis untuk berbagai alasan, misalnya untuk mengidentifikasi
kelainan, memastikan perkembangan dan maturitas folikuler, atau
mengonfirmasi kehamilan intrauterin (ektopik).

15
b. Pria
1) Biopsi testis
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel jaringan testis
memakai metode invasif untuk mengidentifikasi adanya kelainan patologi

16
2) Pemeriksaan endokrin
Pemeriksaan ini berguna untuk menilai kembali fungsi hipotalamus,
hipofisis jika kelainan ini diduga sebagai penyebab infertilitas. Uji yang
dilakukan bertujuan untuk menilai kadar hormon testosteron, FSH dan LH.

3) Tes pascakoitus
Untuk memeriksa keadekuatan teknik koitus, lendir serviks, sperma, dan
derajat penetrasi sperma melalui lendir serviks. Tes dilakukan dalam 2 jam
setelah ejakulasi semen ke dalam vagina. Suatu spesimen lendir serviks
diambil.

4) Analisa semen
Suatu analisis semen lengkap, yakni penelitian efek lendir serviks untuk
melihat gerakan sperma ke depan dan kemampuan sperma untuk bertahan
hidup, dan pemeriksaan kemampuan sperma untuk mempenetrasi sebuah
ovummemberi informasi dasar.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang hasil akhir proses diagnostik.
2. Harga diri rendah berhubungan dengan gangguan fertilitas.
3. Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan struktur anatomis dan
fungsional organ reproduksi.
4. Risiko koping individu atau keluarga tidak efektif berhubungan dengan metode
yang digunakan dalam investigasi gangguan fertilitas.
5. Konflik penganbilan keputusan berhubungan dengan terapi untuk menangani
infertilitas, alternatif untuk terapi.
6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan harapan tidak terpenuhi untuk
hamil.
7. Berduka dan antisipasi berhubungan dengan prognosis yang buruk.
8. Nyeri akut berhubungan dengan efek tes diagnostik.

17
9. Ketidakberdayaan berhubungan dengan kurang kontrol terhadap prognosis.
10. Risiko isolasi sosial berhubungan dengan kerusakan fertilitas , investigasinya,
dam penatalaksanaannya.

C. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Ansietas Setelah dilakukan asuhan 1. Jelaskan tujuan test
berhubungan keperawatan selama …x dan prosedur.
dengan 24 jam diharapkan 2. Tingkatkan ekspresi
ketidaktahuan ansietas klien berkurang. perasaan dan takut,
tentang hasil akhir Kriteria Hasil : contoh : menolak,
proses diagnostik. - Klien mampu depresi, dan marah.
mengungkapkan Biarkan pasien atau
tentang infertilitas orang terdekat
dan bagaimana mengetahui ini sebagai
treatmentnya. reaksi yang normal.
- Klien 3. Dorong keluarga untuk
memperlihatkan menganggap pasien
adanya seperti sebelumnya.
peningkatan 4. Berikan sedative,
kontrol diri tranquilizer sesuai
terhadap diagnosa indikasi.
infertil.
- Klien mampu
mengekspresikan
perasaan tentang
infertil.
2. Harga diri rendah Setelah dilakukan asuhan 1. Tanyakan dengan
berhubungan keperawatan selama …x nama apa pasien ingin
dengan gangguan 24 jam diharapkan klien dipanggil.
fertilitas. dapat memfasilitasi 2. Identifikasi orang

18
integritas diri. terdekat dari siapa
Kriteria hasil : pasien memperoleh
- Klien mampu kenyamanan dan siapa
mengekspresikan yang harus
perasaan tentang memberitahukan jika
infertil. terjadi keadaan
- Terjalin kontak bahaya.
mata saat 3. Dengarkan dengan
berkomunikasi. akktif masalah dan
- Mengidentifikasi ketakutan pasien.
aspek positif diri. 4. Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan
5. Diskusikan pandangan
pasien terhadap citra
diri dan efek yang
ditimbulkan dari
penyakit atau kondisi.
3. Nyeri akut Setalah dilakukan asuhan 1. Lakukan komunikasi
berhubungan keperawatan selama …x terapeutik .
dengan efek tes 24 jam diharapkan nyeri 2. Pantau lokasi, lamanya
diagnostik. dapat teratasi. intensitas dan
Kriteria Hasil : penyebaran nyeri
- Ekspresi klien (PQRST)
terlihat tenang. 3. Jelaskan penyebab
- Napas klien nyeri dan pentingnya
teratur. melaporkan ke staff
terhadap karakteristik
nyeri.
4. Berikan tindakan

19
relaksasi, seperti
pijatan.
5. Bantu atau dorong
penggunaan nafas
efektif.
6. Bimbingan imajinasi
untuk mengontrol
aktivitas terapeutik.

20
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah :
- Infertilitas adalah ketidakmampuan sepasang suami istri untuk memiliki keturunan
dimana wanita belum mengalami kehamilan setelah bersenggama secara teratur 2-3
kali seminggu, tanpa memakai metoda pencegahan selama 1 tahun.
- Infertilitas tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja. Hasil penelitian
membuktikan bahwa suami menyumbang 25-40% dari angka kejadian infertil, istri
40-55%, keduanya 10%, dan idiopatik 10%.

B. Saran
Bagi Mahasiswa
- Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam
mengenali asuhan keperawatan pada pasien infertilitas.
Bagi Petugas Kesehatan
- Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan dan
mampu memberikan referensi yang berguna untuk meningkatkan penanganan dan
pengetahuan bagi petugas medis untuk merawat maupun memberikan edukasi pada
pasien infertilitas.

21
DAFTAR PUSTAKA

Green, Carol J., Judith M. Wilkinson. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal dan
Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC
Bobak., Lowdermilk., Jensen. 2005. Keperawatan Maternitas, Ed. 4. Jakarta: EGC
NANDA. 2015-2017. Nursing Diagnoses: Difinitions & Calssification. Philadelphia

22

Anda mungkin juga menyukai