Makalah Teori Virginia Henderson
Makalah Teori Virginia Henderson
Makalah Teori Virginia Henderson
DISUSUN OLEH:
Andhika Rifki Perdana (210101011)
Dinda Yosi Permana (210101023)
Diva Nur Alifah (210101014)
Fingki Pirdayanti (210101030)
Miftahul Jannah (210101027)
Nadia Pramesti (210101032)
Raga Tama (210101034)
Saskia Yufi Khairunnisa (210101026)
Savira Sasih Safitri (210101029)
PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Hipertensi Pada Lansia Dengan Pendekatan Teori
Keperawatan Virginia Henderson” tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
pada mata kuliah Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia. Selain itu, penulis juga berharap agar
makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Rizki Yeni
Wulandari,S.Kep,.Ners,.M.Kep selaku dosen mata kuliah Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Manusia. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait
bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang
telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
DAFTAR ISI ..............................................................................................................................3
BAB I .........................................................................................................................................4
PRNDAHULUAN ......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian ..........................................................................................................5
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................................................5
1.3.2 Tujuan Khusus .......................................................................................................5
BAB II ........................................................................................................................................6
TINJAUAN TEORI ....................................................................................................................6
2.1 Model Konsep Keperawatan Virginia Henderson ..........................................................6
2.1.1 Definisi Keperawatan Virginia Henderson .............................................................6
2.1.2 Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Virginia Henderson ........................................6
2.1.3 Teori Keperawatan Menurut Virginia Henderson ...................................................7
BAB III ..................................................................................................................................... 10
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 10
3.1 Konsep Hipertensi....................................................................................................... 10
3.2 Konsep Lansia ............................................................................................................ 11
3.2.1 Teori Konseptual Lansia ...................................................................................... 11
3.2.2 Batasan-batasan Lansia ........................................................................................ 11
3.2.3 Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia ................................................................... 11
3.3 Hubungan Kesehatan Spiritual Dengan Hipertensi ...................................................... 12
BAB IV..................................................................................................................................... 15
PENUTUP ................................................................................................................................ 15
4.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 15
4.2 Saran........................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 16
BAB I
PRNDAHULUAN
TINJAUAN TEORI
b. Keperawatan
Dalam menjalankan fungsinya penanganan keperawatan didasari oleh 14 kebutuhan dasar
manusia (independence). Untuk membantu individu yang sakit maupun sehat untuk
mendapatkan kembali pemulihannya yang tujuannya ialah kebebasan.
1. Kesehatan
Dalam mendapatkan kesehatan manusia perlu memiliki kesadaran dan
pengetahuan dalam meningkatkan kualitas hidup lebih baik yang menjadi dasar
manusia berfungsi bagi kemanusiaan karena mencegah lebih baik daripada mengobati
penyakit. Agar manusia mendapatkan kesehatannya maka diperlukan kemandirian
dan saling ketergantungan.
2. Lingkungan
Lingkungan adalah salah satu yang harus di perhatikan karena lingkungan sekitar
adalah cerminan pola kehidupan manusia dan merupakan faktor yang memiliki
pengaruh besar bagi kesehatan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam lingkungan
yaitu :
a) Manusia harus mampu menjaga lingkungan sekitarnya agar tetap dalam kondisi
sehat.
b) Perawat dituntut mampu menjaga pasien dari cedera mekanis.
c) Sebagai seorang perawat dituntut untuk memiliki pengetahuan tentang kesehatan,
kebersihan, dan keamanan lingkungan.
d) Perawat harus mampu membuat observasi secara menyeluruh terhadap seorang
pasien dengan tepat agar hasilnya dapat membantu dokter dalam memberikan
resep.
e) Dalam menjalankan tugasnya perawat harus memiliki ketelitian agar dapat
meminimalkan peluang terjadinya kecelakaan atau luka dikarenakan sarana
kontruksi bangunan dan pemeliharaannya.
f) Dalam menjaga keselamatan yang lebih bagi seorang pasien maka perawat harus
memiliki pengetahuan tentang kebiasaan sosial dan praktik keagamaan untuk
memperkirakan adanya ancaman. (Hidayat, 2007)
BAB III
PEMBAHASAN
Hipertensi (HTN) adalah faktor resiko utama penyakit jantung (Tailakh et al, 2013).
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg dan tekanan sistolik lebih
tinggi dari 140 mmHg (Mujahidullah, 2012). Penyakit darah tinggi atau hipertensi ini adalah
suatu keadaan seseorang mengalami peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik jauh diatas
normal yang dapat diketahui dengan pemeriksaan tekanan darah mengunakan alat pengukur
tekanan darah yang biasa disebut sphygmomanometer atau juga bisa dengan alat digital lain
(Rudianto 2013).
Penyakit tekanan darah ini sering terjadi karena penderita tidak mengetahui bahwa ia
mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya atau yang biasa disebut dengan
the silent disease atau gangguan yang terjadi secara diam-diam (Rudianto, 2013). Penyebab
hipertensi sendiri bermacam-macam termasuk kelelahan, faktor keturunan, stres, proses penuaan
pada seseorang, serta diet yang tidak seimbang (Mujahidullah, 2012). Tekanan darah yang
optimal didefinisikan jika tekanan sistolik kurang dari 120 mmHg dan tekanan diastolik kurang
dari 80 mmHg. Sedangkan dikatakan pra hipertensi jika tekanan sistolik lebih dari sama dengan
120 mmHg dan kurang dari 140 mmHg serta tekanan diastolik lebih dari sama dengan 80 mmHg
dan kurang dari 90 mmHg. Hipertensi diartikan apabila tekanan sistolik lebih dari sama dengan
140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg (Wu et al, 2015). Tanda dan
gejala hipertensi juga bermacam-macam mulai dari sakit kepala yang berkepanjangan, perubahan
pada sistem pengelihatan, nyeri dada, dan bisa juga mual muntah pada seseorang (Mujahidullah,
2012).
Prevalensi hipertensi di seluruh dunia kian meningkat. Jumlah kasus meningkat dari 600
juta di tahun 1980 menjadi 1 miliar kasus di tahun 2008. Hipertensi sendiri umumnya merupakan
gangguan asimtomatik, ini merupakan salah satu faktor resiko utama terjadinya penyakit
kardiovaskuler. Hipertensi sendiri mengakibatkan 45% kematian akibat penyakit jantung dan
51% kematian akibat stroke. Komplikasi dari penyakit hipertensi diperkirakan menyebabkan 9,4
juta kematian per tahun dan jika tanpa tindakan lebih lanjut maka jumlah ini akan terus
meningkat (Kjeldsen et al, 2014).
Pengklasifikasian hipertensi terdapat dua macam yaitu hipertensi primary yang mana
merupakan kondisi tekanan darah tinggi sebagai akibat dari gaya hidup dan juga faktor
lingkungan individu. Individu yang pola makan tidak terkontrol yang dapat menyebabkan
kelebihan berat badan hingga obesitas merupakan pencetus awal terjadinya penyakit tekanan
darah tinggi. Seseorang yang berada atau tinggal dalam lingkungan dengan kondisi stressor yang
tinggi juga dapat terkena penyakit tekanan darah tinggi termasuk individu yang juga kurang
berolahraga dan menggerakkan badan juga bisa meningkatkan resiko hipertensi (Rudianto,
2013). Klasifikasi selanjutnya adalah hipertensi secondary yang mana kondisi peningkatan
tekanan darah sebagai akibat individu tersebut menderita penyakit lain yang berhubungan
dengan kardiovaskuler, gagal ginjal, atau kerusakan sistem hormon tubuh (Rudianto, 2013).
Pengobatan yang efektif untuk mengendalikan tekanan darah sudah tersedia namun
tindakan lebih lanjut perlu dilakukan untuk memastikan penggunaannya dimaksimalkan pada
kelompok individu yang membutuhkan (Kjeldsen et al, 2014). Penyembuhan dan penanganan
hipertensi dapat dibagi menjadi dua golongan (farmakologis dan non farmakologis). Pengobatan
farmakologis memiliki beberapa golongan obat hipertensi yang memang pada dasarnya
menurukan tekanan darah dengan cara mempengaruhi kerja jantung dan pembuluh darah
(Rudianto, 2013). Pengobatan non farmakologi yang pertama adalah hindari stress, lalu
melakukan olahraga yang teratur, dan mengurangi asupan garam (Rudianto, 2013).
2. Perubahan Spiritual
Perubahan spiritual pada lansia bayangan kematian sering mendominasi perasaan lansia,
biasanya pada saat lanjut usia seharusnya lebih banyak mendekatkan diri kepada sang Pencipta,
serta bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan, selain mendekatkan diri kepada sang
Pencipta, seharusnya juga memperbanyak berkumpul dengan keluarga, tetangga, dan juga alam
agar bayangan kematian tidak terus mendominasi pikiran dan perasaan lansia (Yusuf et al, 2016).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Moeini et al (2016) menyebutkan kesehatan spiritual
adalah faktor yang menunjukkan bagaimana orang bisa menghadapi masalah dan tekanan yang
disebabkan oleh penyakit dan sebagai dimensi kesejahteraan spiritual, ia bisa mengintegrasikan
dengan berbagai dimensi penyakit. Memperkuat kesehatan spiritual akan memberi lansia
kekuatan yang diperlukan untuk berjuang dan beradaptasi dengan masalah kehidupan sehari-hari
seperti perubahan kondisi, penyakit, kerugian, dan kematian. Tampaknya begitu mendukung
sumber daya spiritual dan keagamaan serta dengan menawarkan pelayanan semacam itu bisa
bermanfaat untuk menguatkan kesehatan spiritual dan kemampuan lansia untuk menghadapi dan
melawan penyakit. Karena perawatan spiritual dianggap sebagai tugas perawat, mereka
diharapkan tidak hanya untuk di pertimbangkan dan memantau kesehatan fisik dan mental lansia
tetapi juga untuk memahami dimensi kesehatan spiritual lansia dan lebih memahami kebutuhan
mereka. Beberapa penelitian yang telah dilakukan dalam hal ini misalnya Pargament et al (2004
dalam Moeini et al, 2016) menemukan hubungan antara agama dengan teknik adaptasi dan
konsekuensi spiritual, bersama dengan kesehatan fisik dan mental lansia yang dirawat di rumah
sakit. Delani dan Barer (dalam Moeini et al, 2016) menunjukkan bahwa perawatan spiritual
efektif dalam meningkatkan kesehatan spiritual pasien dengan penyakit kardiovaskular.
Penelitian yang dilakukan oleh Buck et al (2009) menyebutkan riset telah menetapkan peran
hereditas dan gaya hidup sebagai salah satu penyebab terjadinya hipertensi, namun faktor
psikososial, terutama religiusitas, kurang dipahami. Pada penelitian ini menganalisis hubungan
antara berbagai dimensi religiusitas dan tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, dan
hipertensi menggunakan data yang diambil dari Chicago Community Adult Health Study,
dimana terdapat sampel orang dewasa (N= 3105) berusia 18 tahun dan tinggal di kota Chicago,
Amerika Serikat. Variabel religiusitas yang utama diteliti disini, kehadiran dan partisipasi publik
atau masyarakat tidak secara signifikan terkait dengan hasil penelitian. Doa dikaitkan dengan
kemungkinan penurunan hipertensi, dan spiritualitas dikaitkan dengan penurunan tekanan darah
diastolik. Tambahan dari beberapa variabel religiusitas lainnya tampaknya tidak mempengaruhi
temuan ini. Namun, Variabel tersebut dikaitkan dengan penurunan hipertensi. Temuan ini
menekankan pentingnya menganalisis religiusitas sebagai fenomena multidimensi. Studi ini
harus dianggap sebagai yang pertama dan langkah menganalisis secara sistematis hubungan yang
kompleks.
Semakin banyak penelitian yang telah menemukan hubungan yang signifikan antara
keterlibatan agama dan tekanan darah sehingga individu yang melaporkan tingkat keterlibatan
agama yang lebih tinggi memiliki tekanan sistolik lebih rendah, menurunkan tekanan diastolik,
dan atau menurunkan resiko hipertensi. Dalam salah satu yang terbaru contohnya Gillum dan
Ingram (2006, dalam Buck et al, 2009) menganalisis data dari sampel nasional orang dewasa
memeriksa hubungan antara kehadiran acara keagamaan, tekanan darah, dan hipertensi. Setelah
menguasai karakteristik sosio demografi dan status kesehatan, hasilnya menunjukkan bahwa
dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah menghadiri acara keagamaan dengan mereka
yang menghadiri acara keagamaan mingguan atau lebih dari mingguan memiliki prevalensi
hipertensi yang agak berkurang dan lebih rendah tekanan darahnya. Dengan menggunakan
sampel probabilitas orang dewasa berusia 65 tahun ke atas Koenig (1998 dalam Buck et al, 2009)
menemukan bahwa seseorang yang partisipasi lebih sering dalam kegiatan keagamaan (misalnya
menghadiri pengajian, berdoa, belajar) secara signifikan memiliki tekanan darah yang lebih
rendah.
Dimensi utama religiusitas digambarkan secara langsung dapat mempengaruhi tekanan
darah dan hipertensi, namun ada beberapa tambahan dimensi religiusitas yang belum cukup
diperhatikan dalam literatur tentang tema ini. Pertama, ada kemungkinan hubungan yang baik
antara kehadiran pada kegiatan keagamaan, tekanan darah, dan hipertensi berasal dari
kepercayaan individu tentang manfaat spiritual dan sosial. Misalnya, tindakan simbolis dan
ritualistik dalam melakukan kegiatan keagamaan dapat berkontribusi terhadap perasaan
kedamaian dan pemberdayaan batin (Williams (1994 dalam Buck et al, 2009). "Psikodinamik
religius" telah di hipotesiskan untuk mengurangi tekanan darah dan hipertensi (Levin dan
Vanderpool (1989 dalam Buck et al, 2009). Sebagai kegiatan antar individu yang berbagi
kepercayaan dan nilai, kegiatan kegamaan juga dapat mempromosikan integrasi dan dukungan
sosial (Idler (1987 dalam Buck et al, 2009).
Keyakinan dan makna agama juga dapat berperan dalam hubungan keterlibatan agama
dan tekanan darah. Keyakinan agama yang kuat bisa memberikan suatu sistem melalui individu
yang dapat menafsirkan keadaan dan kejadian yang menyedihkan dan merugikan. Lebih spesifik,
keyakinan akan kehidupan akhirat dapat berkontibusi dalam memberikan kenyamanan yang
besar (Ellison (1991 dalam Buck et al, 2009) dan pada akhirnya mengurangi risiko hipertensi.
Penjelasan lain yang mungkin melibatkan religiusitas dan tekanan darah adalah sifatnya dan
tingkat dukungan sosial yang diterima oleh individu dari keluarga maupun masyarakat. Individu
yang secara aktif melakukan kegiatan ibadah dan keagamaan serta spiritual memiliki persepsi
yang lebih besar yang mendukung dan bila diperlukan dalam penurunan tekanan darah. Sebagai
tambahan, melakukan kegiatan kegamaan dikaitkan dengan tingkat dukungan instrumental dan
emosional yang lebih tinggi (Ellison dan George (1994 dalam Buck et al, 2009).
2. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan karena kerusakan suatu
organ. Yang termasuk hipertensi sekunder seperti: hipertensi jantung, hipertensi penyakit
ginjal, hipertensi penyakit jantung dan ginjal, hipertensi diabetes melitus, dan hipertensi
sekunder lain yang tidak spesifik.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Kami sadar bahwa masih banyak kekrangan yang kami miliki, baik dari tulisan
maupun bahasan yang kami sajikan, oleh karena itu mohon di berikan sarannya agar kami
bisa membuat makalah lebih baik lagi, dan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita
semua, dan menjadi wawasan kita dalam memahami paragrap.
DAFTAR PUSTAKA
Buck, A., Williams, D. R., Musick, M. A., Sternthal, M. J. (2009). An Examination of the
Relationship between Multiple Dimensions of Religiosity, Blood Pressure, and
Hypertension. Soc Sci Med, 68(2), 314-322. doi:10.1016/j.socscimed.2008.10.010.
Caldeira, S., Carvalho, E. C., Vieira, M. (2014). Between spiritual wellbeing and spiritual
distress: possible related factors in elderly patients with cancer. Latino-Am Enfermagem,
22(1), 28-31. doi: 10.1590/0104-1169.3073.2382.
Cowlishaw, S., Niele, S., Teshuva, K., Browning, C., Kendig, H. (2013). Older adults’
spirituality and life satisfaction: a longitudinal test of social support and sense of
coherence as mediating mechanism. Ageing & Society, 33, 1248.
doi:10.1017/S0144686X12000633.
Donsu, J. D. T. (2017). Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Gherghina., Cindea., Costea., Popescu., Balcan. (2014). Spiritual distress assessment tool a valid
instrument for elderly patients in the perioperative period. European Journal of
Anaesthesiology, 31.
Hidayat, A. A. A. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.
Heydari, A., Khorashadizadeh, F., Nabavi, F. H., Mazlom, S. R., Ebrahimi, M. (2016). Spiritual
Health in Nursing From the Viewpoint of Islam. Iran Red Crescent Medical Journal,
18(6), 1-2. doi:10.5812/ircmj.24288.