Case Vertigo
Case Vertigo
Case Vertigo
VERTIGO
Oleh:
PRESEPTOR :
PADANG
2020
KATA PENGANTAR
referat ini dengan baik.Adapun judul referat ini yaitu “Vertigo” yang diajukan
untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinik senior
mngucapkan terima kasih atas bimbingan dan bantuan dari dr. Reno Sari
kepada teman-teman serta staf bagian neurologi dan semua pihak yang telah
terlepas dari kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang
Penulis
i
DAFTAR IS1
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I : PENDAHULUAN i
1.1 LatarBelakang1
1.2 Tujuan Penulisan 2
1.3 Manfaat Penulisan 2
1.4 Batasan Masalah 3
1.5 Metode Penulisan 3
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Anatomi 4
2.2 Definisi 8
2.3 Etiologi 8
2.4 Patofisiologi 9
2.5 Gejala Klinis 12
2.6 Klasifikasi 14
2.7 Diagnosa 17
2.8 Diagnosis Banding 21
2.9 Penatalaksanaan 22
BAB III : LAPORAN KASUS 28
BAB IV : KESIMPULAN 40
DAFTAR PUSTAKA 41
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
Vertigo tidak selalu sama dengandizziness. Dizziness adalah sebuah istilah non
vertigo yaitu sekitar 54% dari keluhan dizzinessyang dilaporkan pada primary
care.1
dari system sarafperifer), dan sentral vestibular (berasal dari system saraf pusat)
dan kondisi lain. 93% pasienpada primary care mengalami BPPV, acute
1
Secara keseluruhan, insiden pusing, vertigo dan ketidakstabilan
(imbalance) mencapai 5-10% dan meningkat menjadi 40% pada usia lebih 40
tahun. Dari keempat subtipe dizziness, vertigo terjadi pada sekitar 32% kasus, dan
vertigo pada anak-anak tidak diketahui, tetapi dari studi yang lebih baru pada
populasi anak sekolah di Skotlandia, dilaporkan sekitar 15% anak paling tidak
manfaat yang dapat diperoleh dari penyusunan case ini adalah untuk
vertigo.
2
1.4 Batasan Masalah
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
VERTIGO
2.1 Anatomi
Saraf otak kedelapan terdiri dari 2 berkas saraf yang menyalurkan dua
macam impuls. Yang pertama ialah, nervus koklearis yang menghantarkan impuls
4
pendengaran. Dan yang kedua ialah nervus vestibularis yang menyalurkan impuls
keseimbangan.4
Alat penangkap rangsang pendengaran dan keseimbangan dari mana
serabut kedua bagian nervus oktavus berasal merupakan juga satu bangunan yang
terdiri dari dua bagian. Bangunan tersebut ialah labirin yang terdiri dari bagian
koklea dan vestibula.
Baik rangsang pendengaran maupun rangsang keseimbangan bersifat
gelombang. Gelombang suara diteruskan oleh gendang telinga, tulang maleus,
inkus dan stapes melalui fenestra vestibularis ke perilimfe. Perilimfe ini ialah
cairan yang merupakan bantalan bagi labirintus membranekus. Endolimfe adalah
cairan yang terkandung dalam labirintus membranekus. Dengan demikian di
bagian koklea terdapat tiga ruangan. Ruang vestibular atau skala vestibuli, ruang
koklear atau duktus koklear atau skala media dan ruang timpani atau skala
timpani. Mengingat bentuk keong dari koklea, maka dapat dimengerti bahwa di
puncak rumah keong, skala timpani dan skala vestibuli bertemu satu dengan yang
lain. Dinding diantara ke tiga skala itu dibentuk oleh membrana vestibuli atau
membran reissmer dan membrana basilaris. Gelombang suara membangkitkan
goncangan di perilimfe di dalam skala vestibuli. Kejadian tersebut menggerakkan
membrana reissner yang mengakibatkan timbulnya gelombang di dalam
emdolimfe. Gelombang ini merangsang organ corti. Disitu membran tektoria
seolah-olah bertindak sebagai pecut yang menggalakkan sel-sel yang bersambung
dengan serabut saraf aferen sel ganglion spirale. Impuls yang dicetuskan oleh sel-
sel tersebut tadi ialah impuls pendengaran. Tergantung pada frekuensi gelombang
suara, sel-sel yang dipecut oleh membrana tektoria terletak dibagian puncak atau
bagian bawah dari koklea. Suara yang bernada tinggi menggalakkan sel di basis
dan yang bernada rendah dibagian puncak. Serabut-serabut eferen ganglion spirale
menyusun nervus koklearis. Ia menuju ke bagian rostral medulla oblongata dan
berakhir di nukleus koklearis. Penghantaran impuls pendengaran selanjutnya
dilakukan oleh juluran eferen sel-sel yang menyusun inti koklearis.
5
Serabut-serabut tersebut menyusun dua lintasan. Serabut-serabut yang
berasal dari nukleus koklearis superior menyilang garis tengah melalui daerah
dibawah vertikel keempat dan serabut-serabut yang berasal dari koklearis ventralis
menyilang melalui daerah langsung diatas wilayah piramid. Yang tersebut terakhir
menyusun korpus trapezoides. Disamping serabut yang menyilang terdapat juga
serabut eferen inti koklearis yang tidak menyilang. Kedua jenis serabut itu
berakhir di serabut nukleus lemniskus lateralis yang terdapat di sepanjang pons.
Serabut-serabut inti lemniskus lateralis yang meneruskan penghantaran impuls
pendengaran ke kolikulus inferior dinamakan lemniskus lateralis. Penghantaran
ini bersifat menyilang dan tak menyilang. Dari situ impuls pendengaran dikirim
secara ipsilateral kepada korpus genikulatum medial. Dan pemancaran terakhir
terjadi melalui serabut korpus genikulatum mediale yang berakhir di gyrus
temporalis superior.
2.1.1. Vestibula3,4
6
Bagian vestibula dari labirintus membranekus terdiri dari kanalis
semisirkulares, utrikulus, dan sakulus. Bangunan tersebut mengandung endolimfe
juga. Kanales semisirkulares berjumlah tiga, yang masing-masing berkedudukan
tegak lurus satu terhadap yang lain. Kanalis semisirkularis posterior terletak pada
bidang vertikal. Kanalis semisirkularis yang anterior berada di bidang antara
frontal dan sagital. Tiap canalis mempunyai bagian yang menggembung dan
dinamakan ampula. Disitu terdapat segundukan sel yang mempunyai juluran-
juluran halus. Sel-sel seliares itu merupakan alat penangkap rangsang
keseimbangan. Segundukan sel semacam itu terdapat juga di utrikulus dan
sakulus. Dan mereka juga merupakan alat penangkap rangsang keseimbangan,
atau makula. Karena gerakan badan dan kepala timbul akselerasi endolimfe ketiga
alat vestibula itu. Akselerasi angular merangsang makula kanalis semisirkularis.
Gerakan kepala terutama merangsang utrikulus sedangkan vibrasi merangsang
makula sakulus.4
Makula bersambung dengan juluran sel yang berkumpul dipangkal
makula. Juluran eferen sel itu menyusun nervus vestibularis. Di dalam meatus
akustikus internus nervus vestibularis menggabungkan diri pada nervus koklearis.
Serabut-serabut nervus vestibularis berakhir di nukleus vestibularis. Sudah lama
diketahui bahwa nukleus vestibularis berjumlah lebih dari satu dan tiap subdivisi
terdiri dari sel yang mempunyai ukuran tertentu. Walaupun belum dapat diketahui
dengan pasti, tetapi fakta mengungkapkan ada dua macam sistem vestibularis.
Impuls yang dicetuskan oleh makula utrikulus dihantarkan ke inti pons juga, tetapi
tujuan terakhirnya ialah korteks serebri dibagian belakang dari gyrus temporalis.
Impuls keseimbangan terlukis pertama dikenal sebagai impils yang bersifat fisik
dan yang kedua bersifat tonik. Alat-alat vestibular kanan dan kiri, baik berfungsi
fasik maupun tonik, bekerja berlawanan dan kompensatorik terhadap satu dengan
yang lain untuk memelihara keseimbangan tubuh di ruangan.
Selain korteks lobus temporalis dan inti-inti saraf okular, impuls
keseimbangan diterima juga oleh serebellum melalui serabut aferen inti vestibular.
7
ipsilateral. Dan sel-sel di medula spinalis yang menerima impuls dari inti
10% dari berat otak keseluruhan, tetapi serebrum mengandung lebih dari 50%
8
terdiri dari bagian vestibuloserebelum (lobus flokulonodularis), spinoserebelum
Serebelum merupakan bagian dari susunan saraf pusat yang memiliki tiga
mengontrol tonus otot. Serebelum juga sebagai organ yang menerima informasi
propioseptif, menunjukkan posisi tubuh (rasa posisi) dari sumsum tulang belakang
vertigo harus dipikirkan apakah vertigo tersebut tipe sentral (misalnya stroke)
Perhatikan bahwa istilah sabjektif dan objectif tidak memiliki arti sesungguhnya
pada kedua ekpresi ini).pasien vertigo ini juga dapat mengalami osilopsia, ilusi ,
visual berupa objek yang terlihat seakan akan bergerak maju mundur. Hanya
secara tepat, yang kemungkinan besar disebabkan oleh gangguan pada system
vestibulasris atau system visual atau keduannya, dan yang memerlukan evaluasi
1.2 Etiologi 5
9
Penyebab dari vertigo antara lain akibat kecelakaan, stress, gangguan
pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu sedikit atau banyak aliran darah ke
2. Obat-obatan
paroxysmal positional.
maniere
vestibulalar, sclerosis multiple, dan patah tulang otak yang disertai cedera
semisirkularis tersebut terletak pada bidang yang saling tegak lurus satu sama lain.
Pada pangkal setiap kanalis semisirkularis terdapat bagian yang melebar yakni
ampula. Di dalam ampula terdapat kupula, yakni alat untuk mendeteksi gerakan
cairan dalam kanalis semisirkularis akibat gerakan kepala. Sebagai contoh, bila
10
semisirkularis kanan akan tertinggal sehingga kupula akan mengalami defleksi ke
arah ampula. Defleksi ini diterjemahkan dalam sinyal yang diteruskan ke otak
sehingga timbul sensasi kepala menoleh ke kanan. Adanya partikel atau debris
kupula ke arah sebaliknya dari arah gerakan kepala yang sebenarnya. Hal ini
menimbulkan sinyal yang tidak sesuai dengan arah gerakan kepala, sehingga
Rasa pusing atau vertigo disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh
sensorik di sentral sehingga timbul respons yang dapat berupa nistagmus (usaha
koreksi bola mata), ataksia atau sulit berjalan (gangguan vestibuler, serebelum)
atau rasa melayang, berputar (berasal dari sensasi kortikal). Berbeda dengan teori
11
rangsang berlebihan, teori ini lebih menekankan gangguan proses pengolahan
ini otak mempunyai memori/ingatan tentang pola gerakan tertentu, sehingga jika
pada suatu saat dirasakan gerakan yang aneh/tidak sesuai dengan pola gerakan
yang telah tersimpan, timbul reaksi dari susunan saraf otonom. Jika pola gerakan
yang baru tersebut dilakukan berulang -ulang akan terjadi mekanisme adaptasi
4. Teori otonomik
usaha adaptasi gerakan/perubahan posisi, gejala klinis timbul jika sistim simpatis
5. Teori Sinap
adaptasi, belajar dan daya ingat. Rangsang gerakan menimbulkan stres yang akan
parasimpatik. Teori ini dapat meneangkan gejala penyerta yang sering timbul
berupa pucat, berkeringat di awal serangan vertigo akibat aktivitas simpatis, yang
berkembang menjadi gejala mual, muntah dan hipersalivasi setelah beberapa saat
12
2.4 Gejala Klinis3,7
pasien yaitu perasaan berputar terhadap sekitar, perasaan seperti hendak terjatuh,
vertical atau rotasi. Vertigo horizontal merupa tipe yang paling sering,
berasal dari sentral dan disertai dengan nistagmus dengan gerakan ke bawah atau
disfungsi apparatus otolitik pada telinga dalam atau proses sentral sinyal otolit.
Pasien dengan bilateral vestibular loss akan takut untuk membuka kedua
dunia seakan berputar ketika pasien menoleh pada sisi telinga yang mengalami
13
telinga.Gejala sekunder meliputi mual, gejala otonom, kelelahan, sakit kepala, dan
Istilah ini tidak terlalu memiliki makna pada penggunaan biasanya. Jarang
digunkan pada pasien dengan disfungsi telinga namun sering digunakan pada
a. Karekteristk Dizziness
berputar, atau sensasi non spesifik seperti giddiness atau liht headness, atau hanya
b. Keparahan
Keparahan dari suatu vertigo juga dapat membantu, misalnya: pada acute
vestibular neuritis, gejala awal biasanya parah namun berkurang dalam beberapa
lama durasi vertigo maka kemungkinan kearah vertigo sentral menjadi lebih besar.
Vertigo perifer umumnya memilki onset akut dibandingkan vertigo sentral kecuali
(kecuali pada vertigo sentral yang berasal dari vascular misalnya CVA). Lesi
14
menyebabkan ketidakseimbnagan yang parah, nystagmus murni vertical,
horizontal atau torsional dan tidak dapat dihambat oleh fiksasi mata pada objek.
Selain itu kita bisa membedakan vertigo sentral dan perifer berdasarkan
nystagmus. Nystagmus adalah gerakan bola mata yang sifatnya involunter, bolak
balik, ritmis, dengan frekuensi tertentu. Nystagmus merupakan bentuk reaksi dari
refleks vestibulo oculer terhadap aksi tertentu. Nystagmus bisa bersifat fisiologis
atau patologis dan manifes secara spontan atau dengan rangsangan alat bantu
seperti test kalori, tabung berputar, kursi berputar, kedudukan bola mata posisi
2.5 Klasifikasi9
1. Berdasarkan fisiologis
Mabuk gerakan ini akan ditekan bila dari pandangan sekitar (visual
akansangat bila sekitar individu bergerak searah dengan gerakan badan. Keadaan
yang memperovokasi antara lain duduk di jok belakang mobil, atau membaca
waktumobil bergerak.
15
- Vertigo ketinggian (height vertigo)
danlokomotor oleh karena induksi visual, disertai rasa takut jatuh, dan gejala-
gejalavegetatif.
2. Berdasarkan patologik
vestibular
16
Nistagmus Horizontal, kadang Vertikal atau rotator
rotator
Masa laten Ada masa laten, dapat Tidak ada
berlangsung <60 detik
Tes kalori Abnormal pada sisi lesi Dapat normal
rotator
Sifat Unilateral/bilateral Bilateral
Test posisional
putar, irigasi
telinga)
Fiksasi mata Tidak terpengaruh Terhambat
2.6 Diagnosis3,10
1. Anamnesis
17
Pasien melaporkan keluhan berupa sakit kepala, rasa goyang, pusing
3) Suara
e. Ada atu tidaknya gejala gangguan pendengaran seperti : tinnitus atau tuli
gentamisin, kemotrapi.
18
i. Defisit neurologis : hemihipestesi, baal waha satu sisi, perioral
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum
darah pada saat baring, duduk dan berdiri dengan perbedaan lebih 30
mmHg
c. Pemeriksaan neurologis
sentral
d. Tes Rhomberg
pada serebelum. Jika pada mata tertutup pasien cenderung ke satu sisi,
19
Jika pada keadaan mata terbuka pasien jatuh, kemungkinan kelainan
pada serebelum. Jika pada mata tertutup pasin cenderugn jatuh ke satu
dan jatuh ke satu sisi. Pada kelainan vestibuler, pasien akan mengalami
deviasi.
beranjak lebih dari meter dari tempat semula atau badannya berputar
h. Tes past pointing Pada kelainan vestibuler ketika mata tertutup maka
jari pasien akan deviasi ke arah lesi. Pada kelainan serebelar akan
20
Kepala putar ke samping
Secara cepat gerakkan pasien ke belakang (dari posisi duduk ke posisi terlentang)
21
Gambar 7. Uji Dix Hallpike
timbul dan hilangnya vertigo dan nistagmus, dengan uji ini dapat dibedakan
periode laten 2-10 detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit, akan
Sentral: tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo ber-langsung lebih dari
3. Pemeriksaan penunjang
d. Neurofisiologi
22
e. Elektroensefalografi (EEG)
(nystagmus)
a. Stroke vertebrobasiler
b. Penyakit demielinisasi
c. Miniere disease
d. Neuritis vestibularis
2.8 Penatalaksanaan3,7
metode brand Daroff. Pasien duduk tegak di pinggir tempat tidur dengan kedua
tungkai tergantung, dengan kedua mata tertutup baringkan tubuh dengan cepat ke
salah satu sisi, pertahankan selama 30 detik.Setelah itu duduk kembali. Setelah 30
detik, baringkan dengan cepat ke sisi lain. Pertahankan 30 detik, lalu duduk
kembali. Lakukan latihan ini 3 kali pada pagi, siang dan malam hari masing
masing diulang 5 kali serta dilakukan selama 2 minggu atau 3 minggu dengan
1. Antihistamin
23
b. Difenhidramin HCL. Lama aktivitas obat ini adalah 4 – 6 jam,
sehari peroral
2. Kalsium antagonis
mengurangi respon terhadap akselerai angular dan linier. Dosis biasanya adalah
Fenitiazin
Promethazine (Phenergan)
vertigo.Lama aktivitas obat ini ialah 4-6 jam. Diberikan dengan dosis 12,5 mg –
25 mg (1 draze), 4 kali sehari per oral atau parenteral (suntikan intramuskular atau
intravena). Efek smping yang yang sering dijumpai ialah sedasi (mengantuk),
lainnya.
3. Obat simpatomimetik
24
Obat simpatomimetik dapat jga menekan vertigo.Salah satunya obat
4 kali sehari. Khasiat obat sinergistik bila dikombinasikan dengan obat anti
vertigo lainnya. Efek samping adalah insomnia, jantung berdebar (palpitasi) dan
4. Obat penenang
yang diderita yang sering menyertai gejala vertigo.Efek samping seperti mulut
a. Lorazepam
b. Diazepam
Obat anti kolinergik yang aktif di sentral dapat menekan aktivitas system
Skopolamin
6. Terapi fisik
yang kemampuan adaptasinya kurang atau tidak baik. Hal ini mungkin disebabkan
25
oleh adanya gangguan lain di susunan saraf pusat atau didapatkan defisit di sistem
Contoh latihan :
gerak miring).
mata tertutup.
e. Berjalan tandem ( kaki dalam posisi garis lurus, tumit kaki yang satu
h. Melatih gerakan ata dengan mengikuti objek yang bergerak dan juga
Terapi BPPV :
26
1. Komunikasi dan informasi
Karena gejala yang timbul hebat, pasien menjadi cemas dan khawatir akan
adanya penyakit berat seperti stroke atau tumor otak. Pasien perlu
mempercepat kompensasi.
2.9 Prognosis
27
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. E
Umur : 56 tahun
II. ANAMNESA
a. Keluhan Utama
28
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit vertigo perifer
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak Ada
e. Riwayat Pribadi Dan Sosial
Seorang wanita berusia 56 tahun bekerja sebagai PNS yang tinggal dengan
suami.
Berat badan : 42 kg
Tanda vital
Suhu : 36 c
29
Torak :
Paru
Jantung
Abdomen
Inspeksi : flatulensi
2. Status Neurologi
GCS : E4 M6 V5 = 15
30
b. Tanda Peningkatan Tekanan Intrakranial
N. I (Olfactorius)
Penciuman Kanan Kiri
Subjektif Normal Normal
Objektif dengan bahan Normal Normal
N. II (Optikus)
Penglihatan
Tajam penglihatan kurang kurang
Melihat warna Baik Baik
Lapang pandang Sama dengan pemeriksa
Funduskopi Tidak dilakukan
31
Bawah
Pupil Ø 3 mm Ø 3 mm
Ukuran pupil
Bentuk pupil Bulat Bulat
Isokor/anisokor Isokor Isokor
N. V (Trigeminus)
Kanan Kiri
Motorik
Membuka mulut Normal Normal
Menggerakan rahang Normal Normal
Menggigit Normal Normal
Mengunyah Normal Normal
Sensorik
Divisi optalmika
Reflek kornea + +
Sensibilitas Baik Baik
Divisi maksila
Reflek masseter Baik Baik
Sensibilitas Baik Baik
Divisi mandibular
Sensibilitas Baik Baik
N. VII (Fasialis)
Kanan Kiri
Raut wajah Simetris Simetris
Sekresi air mata Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Fissura palpebra Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Menggerakkan dahi Simetris Simetris
32
Menutup mata Normal Normal
Mencibir/bersiul Normal Normal
Memperlihatkan gigi Normal Normal
Sensasi 2/3 depan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Hiperakustik Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. VIII (Vestibulocochlearis)
Kanan Kiri
Mendengarkan suara gesekan jari tangan (+) (+)
Mendengar detik jam arloji Normal Normal
Tes Rinne Tidak dilakukan Tidak
dilakukan
Tes Weber Tidak dilakukan Tidak
dilakukan
Tes swabach Tidak dilakukan Tidak
dilakukan
N. IX (Glossopharyngeus)
Kanan Kiri
Daya pengecapan 1/3 belakang Normal Normal
Reflek muntah (+) (+)
N. X (Vagus)
Kanan Kiri
Arkus faring Simetris Simetris
Uvula Ditengah Ditengah
Menelan Normal Normal
Artikulasi Jelas Jelas
Suara Jelas Jelas
N. XI (Accesorius)
Kanan Kiri
Menoleh ke kanan Normal Normal
Menoleh ke kiri Normal Normal
Mengangkat bahu ke kanan Normal Normal
Mengangkat bahu ke kiri Normal Normal
N. XII (Hipoglossus)
Kanan Kiri
Kedudukan lidah dalam Simetris Simetris
Kedudukan lidah dijulurkan Simetris Simetris
33
Tremor Tidak ada Tidak ada
Fasikulasi - -
Atrofi - -
Pemeriksaan Koordinasi
Cara berjalan Normal Disatria Normal
Romberg test Normal Disfagia Normal
Ataksia Normal Supinasi-pronasi Normal
Rebound phenomen Normal Tes jari hidung Normal
Tes tumit lutut Normal Tes hidung jari Normal
d. Pemeriksaan Sensibilitas
Sensibilitas taktil normal
Sensibilitas nyeri normal
Sensibilitas termis normal
Sensibilitas normal
Sensibilitas kortikal Tidak dilakukan
Streognosis Tidak dilakukan
Pengenalan 2 titik Tidak dilakukan
Pengenalan rabaan Normal
e. System Reflex
1.Fisiologi Kanan Kiri Kanan Kiri
Kornea Normal Normal Biseps ++ ++
Berbangkis Tidak Tidak Triceps ++ ++
dilakukan dilakukan
Laring Normal Normal APR ++ ++
34
Maseter Tidak Tidak KPR ++ ++
dilakukan dilakukan
Dinding Tidak Tidak Bulboca Tidak Tidak
perut dilakukan dilakukan vernosus dilakukan dilakukan
Atas Tidak Tidak Cremater Tidak Tidak
dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan
Tengah Tidak Tidak Sfingter Tidak Tidak
dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan
Bawah Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
2. Patologis
Lengan Tungkai
Hoffman- - Babinski - -
Tromner
Chaddoks - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Klonus Tidak Tidak
paha dilakukan dilakukan
Klonus kaki Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
f. Fungsi Otonom
Miksi : normal
Defekasi : normal
Sekresi keringat: normal
g. Fungsi Luhur
Fungsi bahasa : baik
Fungsi orientasi : baik
Fungsi memori : baik
Fungsi kognisi : baik
h. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah rutin : Hb, Ht, leukosit, trombosit
Hb : 13,6 gr/dl
35
Ht : 4,79 %
Leukosit : 12.900 mm3
Trombosit : 337.000 mm3
Diagnosis Sekunder : -
k. Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad Bonam
Quo ad fungtionam: Dubia ad Bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad Bonam
Follow up
1. Senin, 09-03-2020
S/ -Kepala tidak pusing lagi
- Tidak terasa goyang
- Mual (-)
- Muntah (-)
- Nafsu makan baik
- BAB belum semenjak masuk ruma sakit
- Tidur Nyenyak
O/ Keadaan umum: sedang
Kesadaran : komposmentis
Tekanan Darah : 120/80 mmhg
36
Nadi : 60x/i
Nafas : 24x/i
Suhu : 36,6 c
Diagnosis Sekunder :-
P/ - Pantau TTV
- Kmounikasi terapeutik
Terapi
o Betahistin 3 x 6 mg
o Flunarizine 1 x 5 mg
o Domperidone 3 x 10 mg
o Ranitidine 2 x 150 mg
2. Selasa, 10-03-2020
S/- Kepala Tidak Pusing
- Mual (-)
- Muntah(-)
- Tidak terasa goyang
- Makan baik
- BAB Belum dari pasien masuk rumah sakit
- Tidur nyenyak
- Telinga tidak berdengung
- Bahu sebelah kiri sedikit nyeri setelah fisiterapi
O/ Keadaan umum: sedang ringan
Kesadaran : komposmentis
Tekanan Darah : 110/60 mmhg
Nadi : 64×/i
Nafas : 19×/i
37
Suhu : 36,3 c
Diagnosis Sekunder :
P/ Pantau TTV
Komunikasi terapeutik
Terapi
Betahistamin 3 x 6 mg
Flunarizine 1x 5mg
Domperidone 3 x 10 mg
Ranitdine 2 x 150 mg
BAB IV
KESIMPULAN
38
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita berputar, melayang, atau
keseimbangan tubuh di sistem saraf pusat , baik di pusat integrasi (serebelum dan
batang otak) atau di area repersepsi (Cortex). Penyebab vertigo sentral antara lain
batang otak,tumor disistem saraf pusat, infeksi, trauma dan sklerosis multiple.
DAFTAR PUSTAKA
39
1. Harsono (Ed). Kapita Selekta Neurologi. Ed. 2, Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press, 2010.
2. Edward, Yan. Diagnosis dan Tatalaksana Benign Paroxysmal Position
Vertigo (BPPV).
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/download/31/26 diakses
pada 27 Agustus 2016
40