Pengembangan Bahasa Anak

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 23

Tugas Terstrutur Dosen Pengampu

Metodologi Perkembangan Bahasa RA Nurhayati, S. Pd.I., M. Pd

PERKEMBANGAN BAHASA ANAK

Disusun Oleh Kelompok III :

Arma Lutfia (11910922372)


Helmi (11910920461)

Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini Semester 5 Kelas B


Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Puji syukur atas kehadirat Allah yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Metodologi Perkembangan Bahasa RA
yang berjudul: Perkembangan Bahasa Anak. Dalam menyelesaikan makalah ini kami telah
berusaha untuk mencapai hasil yang baik, tetapi dengan keterbatasan wawasan
pengetahuan, pengalaman dan kemampuan yang kami miliki, maka kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, pada kesempatan kali ini kami ingin menyampaikan terima kasih kepada Dosen
Pengampu, Ibu Nurhayati. Yang telah memberikan tugas ini agar kami mendapatkan
wawasan tentang Perkembangan Bahasa Anak.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan sempurnanya
makalah ini sehingga dapat bermanfaat bagi para pembaca maupun pendengar. Atas kritik
dan saran kami ucapkan terimakasih.

Wassalamu’alaikum. Wr.wb.

Pekanbaru, Oktober 2021

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................


DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................
A. Latar Belakang ............................................................................................
B. Rumusan Masalah .......................................................................................
C. Tujuan Penulisan .........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................
A. Perkembangan berbicara dan menulis........................................................
B. Perkembangan membaca dan menyimak...................................................
BAB III PENUTUP.................................................................................................
A. Simpulan......................................................................................................
B. Saran.............................................................................................................
REFERENSI.............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak-anak adalah generasi penerus bangsa yang harus kita bekali dengan pendidikan.
Pendidikan dapat menghasilkan manusia yang berkualitas dan mengembangkan kemampuan
potensi yang ada pada anak. Bentuk pendidikan anak usia dini dalam Undang-Undang
Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 Butir 14 tentang Sistem Pendidikan
Nasional merupakan bagian dari pencapaian pendidikan nasional menyatakan bahwa
“Pendidikan anak usia dini adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir
sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut”.
Aspek perkembangan pada anak usia dini antara lain perkembangan agama, fisik
motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional agar anak lebih siap untuk mengikuti pendidikan
selanjutnya. Salah satu aspek kemampuan dasar anak yang perlu dikembangkan yang
sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan pada aspek lain adalah
perkembangan bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi yang sangat penting dalam
kehidupan anak. Bahasa mempunyai peranan penting dalam perkembangan anak, dengan
bahasa anak akan tumbuh dan berkembang.
Seorang bayi dari hari ke hari akan mengalami perkembangan bahasa dan
kemampuan bicara, namun tentunya tiap anak tidak sama persis pencapaiannya, ada yang
cepat berbicara ada pula yang membutuhkan waktu agak lama. Untuk membantu
perkembangannya, guru disekolah dan keluarga dirumah dapat membantu memberikan
stimulasi yang disesuaikan dengan keunikan masing-masing anak. Oleh karena itu pada
makalah ini akan dibahas lebih rinci tentang perkembangan berbicara dan menulis, serta
perkembangan membaca dan menyimak pada anak.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah perkembangan berbicara dan menulis pada anak usia dini?
2. Bagaimanakah perkembangan membaca dan menyimak pada anak usia dini?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui perkembangan berbicara dan menulis pada anak usia dini
2. Untuk mengetahui perkembangan membaca dan menyimak pada anak usia dini
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Berbicara dan Menulis


Perkembangan berbicara dan menulis merupakan suatu proses yang menggunakan
bahasa ekspresif dalam membentuk arti. Perkembangan berbicara pada awal dari anak yaitu
menggumam maupun membeo. Menurut pendapat Dyson bahwa perkembangan berbicara
terkadang individu dapat menyesuaikan dengan keinginannya sendiri, hal ini tidak sama
dengan menulis. Terdapat perbedaan yang signifikan antara pengertian bahasa dan berbicara.
Bahasa mencakup segala bentuk komunikasi, baik yang diutarakan dalam bentuk lisan,
tulisan, bahasa isyarat, bahasa gerak tubuh, ekspresi wajah pantomim atau seni. Sedangkan
bicara adalah bahasa lisan yang merupakan bentuk yang paling efektif untuk berkomunikasi,
dan paling penting serta paling banyak dipergunakan. Perkembangan bahasa tersebut selalu
meningkat sesuai dengan meningkatnya usia anak.
a. Perkembangan Berbicara Anak
Perkembangan bahasa terbagi atas dua periode besar, yaitu Periode Pralinguistik (0-4
tahun) dan Linguistik (1-5 tahun).
a. Periode Pralinguistik merupakan tahap awal dari perkembangan bahasa anak yaitu
ketika berusia bayi. Pada tahapan ini bayi belajar mengendalikan suara yang dapat
ia hasilkan dan merangkai suara-suara ini bersama-sama dalam permainan vokal.
Pada tahap ini, anak belum dapat memanipulasi suara-suara ini menjadi kata-kata
yang tepat.
Adapun periode pralinguistik ini terdiri dari kategori yaitu sebagai berikut:
 Suara vegetatif terjadi pada usia 0-2 bulan dan termasuk suara alami yang
dibuat bayi, seperti menangis sebagai bentuk komunikasinya.
 Cooing dan tawa terjadi pada usia 2-5 bulan. Ini adalah vokalisasi yang
dilakukan bayi ketika senang atau puas dan dapat terdiri dari suara vokal atau
konsonan. Contoh: aaaaa, mmmm.
 Babbling atau mengoceh (bablingstage), kemampuan ini terlihat ketika anak
mulai mengoceh. Pada tahap ini suara yang dikeluarkan tidak hanya berupa
bunyi huruf vokal tapi juga berupa bunyi huruf konsonan yang kadang-kadang
anak menggabungkannya, contoh: bayi seperti menyebut baaaaa, maaaa, dan
lain-lain. Seiring bertambahnya usia, bayi mampu menggabungkannya
menjadi berbentuk suku kata seperti maaaamaa dan lain-lain.
Berikut adalah tips yang dapat dilakukan oleh orang tua dan guru untuk menstimulasi
kemampuan bicara bayi pada periode Pralinguistik:
 Lakukan kontak mata ketika berbicara dengan mereka. Bayi akan menyukai
wajah ibunya dan akan merespons saat berbicara dengannya.
 Berbicara tentang apa yang dilakukan, misalnya saat memberi makan,
mengganti dan memandikan mereka. Orang tua juga dapat bernyanyi untuk
bayi. Hal ini membantu mereka mendengarkan irama bahasa.
 Ulangi suara yang dilakukan bayi, karena ini mengajarkan bayi pelajaran
tentang mendengarkan dan bergantian dalam percakapan. Bicaralah dengan
suara lagu-bernyanyi untuk membantu menjaga perhatian bayi.
 Sebutkan dan arahkan pandangan bayi ke hal-hal yang bisa ia lihat, misalnya,
"Lihatlah, kucing itu". Ini akan membantu bayi belajar kosa kata dan pada
waktunya mereka akan mulai menyebutkan kata-kata tersebut. Saat bayi
bertambah besar, tambahkan lebih banyak kosa katanya, seperti, "Lihatlah
kucing putih itu".

b. Periode Linguistik. Periode inilah mulai hasrat anak mengucapkan kata kata yang
pertama, yang merupakan saat paling menakjubkan bagi orang tua. Periode
linguistik terbagi dalam tiga fase besar, yaitu:
 Fase satu kata atau Holofrase
Pada fase ini anak mempergunakan satu kata untuk menyatakan pikiran yang
kompleks, baik yang berupa keinginan, perasaan atau temuannya tanpa
pcrbedaan yang jelas. Misalnya kata duduk, bagi anak dapat berarti “saya mau
duduk”, atau kursi tempat duduk, dapat juga berarti “mama sedang duduk”.
Orang tua baru dapat mengerti dan memahami apa yang dimaksudkan oleh
anak tersebut, apabila kita tahu dalam konteks apa kata tersebut diucapkan,
sambil mcngamati mimik (raut muka) gerak serta bahasa tubuh lainnya. Pada
umumnya kata pertama yang diucapkan oleh anak adalah kata benda, setelah
beberapa waktu barulah disusul dengan kata kerja.
 Fase lebih dari satu kata
Fase dua kata muncul pada anak berusia sekitar 18 bulan. Pada fase ini anak
sudah dapat membuat kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata. Kalimat
tersebut kadang-kadang terdiri dari pokok kalimat dan predikat, kadang-
kadang pokok kalimat dengan obyek dengan tata bahasa yang tidak benar.
Setelah dua kata, muncullah kalimat dengan tiga kata, diikuti oleh empat kata
dan seterusnya. Pada periode ini bahasa yang digunakan oleh anak tidak lagi
egosentris, dari dan untuk dirinya sendiri. Mulailah mengadakan komunikasi
dengan orang lain secara lancar. Orang tua mulai melakukan tanya jawab
dengan anak secara sederhana. Anak pun mulai dapat bercerita dengan
kalimat-kalimatnya sendiri yang sederhana.
 Fase ketiga adalah fase diferensiasi
Periode terakhir dari masa balita yang berlangsung antara usia dua setengah
sampai lima tahun. Keterampilan anak dalam berbicara mulai lancar dan
berkembang pesat. Dalam berbicara anak bukan saja menambah kosa katanya
yang mengagumkan akan tetapi anak mulai mampu mengucapkan kata demi
kata sesuai dengan jenisnya, terutama dalam pemakaian kata benda dan kata
kerja. Anak telah mampu mempergunakan kata ganti orang “saya” untuk
menyebut dirinya, mampu mempergunakan kata dalam bentuk jamak, awalan,
akhiran dan berkomunikasi lebih lancar lagi dengan lingkungan. Anak mulai
dapat mengkritik, bertanya, menjawab, memerintah, memberitahu dan bentuk-
bentuk kalimat lain yang umum untuk satu pembicaraan “gaya” dewasa.
Cara menstimulasi kemampuan bicara pada periode Linguistik, yaitu:
 Jika anak mencoba mengucapkan suatu kata tetapi belum tepat, maka orang
tua dapat mengulangi kata tersebut dengan benar agar anak dapat menirunya.
Misalnya, jika mereka menunjuk ke kucing dan berkata "ba!" orang tua dapat
merespons dengan, "itu kucing". Jangan mengkritik atau memberi tahu mereka
karena salah mengucapkan kata tapi cukup ulangi dengan benar.
 Tingkatkan kosa kata anak dengan memberi mereka pilihan, seperti, "Apakah
kamu ingin apel atau pisang?".
 Mainan dan buku yang mengeluarkan suara akan membantu keterampilan
mendengarkan anak.
 Ulangi kata-kata, misalnya, "di mana sepatu Nisa?", "Apakah Nisa
mengenakan sepatu biru hari ini?" dan "Ayo pakai sepatumu". Pengulangan
membantu anak untuk mengingat kata-kata.
 Gunakan instruksi sederhana - anak akan memahami beberapa instruksi pada
usia ini, seperti "Ambil tasnya" atau '"Tutup pintunya". Usahakan instruksi
tetap singkat dan sederhana akan agar membantu anak untuk memahaminya.
 Coba tanyakan "Di mana ..." - minta anak menunjuk ke telinga, hidung, kaki,
dan sebagainya.
Menurut Vygostky menjelaskan ada 3 tahap perkembangan bicara pada anak yang
berhubungan erat dengan perkembangan berpikir anak yaitu :
1. Tahap eksternal. Yaitu terjadi ketika anak berbicara secara eksternal dimana
sumber berpikir berasal dari luar diri anak yang memberikan pengarahan,
informasi dan melakukan suatu tanggung jawab dengan anak.
2. Tahap egosentris. Yaitu dimana anak berbicara sesuai dengan jalan pikirannya
dan dari pola bicara orang dewasa.
3. Tahap Internal.Yaitu dimana dalam proses berpikir anak telah memiliki suatu
penghayatan kemampuan berbicara sepenuhnya.

Anak-anak usia dini sudah pandai berbicara sekalipun tingkatannya berbeda-beda.


Ada anak yang banyak bicara, ada yang biasa-biasa saja, ada pula yang pendiam. Guru dalam
pembelajaran harus mengelola potensi-potensi tersebut se-hingga anak didik mampu
meningkatkan keterampilan berbicara dengan lebih baik. Adapun metode yang dapat
digunakan adalah sebagai berikut:
1. Bercerita. Tidak sedikit anak yang sudah memiliki keberanian bercerita di depan
teman-temannya. Guru bisa meminta anak-anak untuk bercerita pada teman-temannya
misalnya, tentang apa yang dia senangi atau apa yang biasa mereka lakukan di rumah.
2. Bercakap-cakap. Bercakap-cakap yang dimaksud adalah bercakap-cakap antara guru
dengan siswa agar percakapan bisa terarah sesuai dengan tujuan pembelajaran. Untuk
anak usia dini metode ini bisa dilakukan dengan menggunakan media gambar untuk
lebih menarik perhatian dan rasa senang siswa serta memusatkan perhatiannya.

Potensi Anak Berbicara Didukung oleh Beberapa Hal, yaitu:


a) Kematangan alat berbicara. Kemampuan berbicara juga tergantung pada
kematangan alat-alat berbicara. Misalnya tenggorokan, langit-langit, lebar
rongga mulut dan Iain-lain dapat mempengaruhi kematangan berbicara. Alat-
alat tersebut baru dapat berfungsi dengan baik setelah sempi’rpa dan dapat
membentuk atau memproduksi suatu kata dengan baik scbagai permulaan
berbicara.
b) Kesiapan berbicara. Kesiapan mental anak sangat berganrung pada
pertumbuhan dan kematangan otak. Kesiapan dimaksud biasanya dimnlai
sejak anak berusia antara 12-18 bulan, yang discbut teachable moment dari
perkembangan bicara. Pada saat inilah anak betul-betul sudah siap untuk
belajar. bicara yang sesungguhriya. Apabila tidak ada gangguan anak akan
segera dapat berbicara sekalipun belum jelas maksudnya.
c) Adanya model yang baik untuk dicontoh oleh anak. Anak dapat membutuhkan
suatu model tertentu -agar dapat melafalkan kata dengan tepat untuk dapat
dikombinasikan dengan kata lain sehingga menjadi suatu kalimat yang berarti.
Model tersebut dapat diperoleh dari orang lain, misalnya orang tua atau
saudara, dari radio yang sering didengarkan atau dari TV, atau actor film yang
bicaranya jelas dan berarti. Anak akan mengalami kesulitan apabila tidak
pernah memperoleh model sebagaimana disebutkan diatas. Dengan scndirinya
potcnsi anak tidak dapat berkembang sebagaimana mestinya.
d) Kesempatan berlatih. Apabila anak kurang mendapatkan latihan keterampilan
berbicara akan timbul frustasi dan bahkan sering kali marah yang tidak
dimengerti penyebabnya oleh orang tua atau lingkungannya: Pada gilirannya
anak kurang memperoleh moUvasi untuk belajar berbicara yang pada
umumnya disebut “anak ini lamban” bicaranya.
e) Motivasi untuk belajar dan berlalih. Memberikan motivasi dan melatih anak
untuk berbicara sangat penting bagi annk karena untuk memenuhi
kebutuhannya untuk memanfaatkan potensi anak. Orang tua hendaknya selalu
berusaha agar motivasi anak untuk berbicara jangan terganggu atau tidak
mendapatkan pengarahan.
f) Bimbingan. Bimbingan bagi anak sangat. penting untuk mengembangkan
potensinya. Oleh karena itu hendaknya orang tua suka memberikan contoh
atau model bagi anak, berbicara dengan pelan yang mudah diikuti oleh anak
dan orang tua siap memberikan kritik atau mcmbetulkan apabila dalam
berbicara anak berbuat suatu kesalahan. Bimbingan tersebut sebaiknya selalu
dilakukan secara terus menerus dan konsisten sehingga anak tidak mengalami
kesulitan apabila berbicara dengan orang lain.
Dalam meningkatkan keterampilan berbicara ini ada faktor lain yang harus
menjadikan perhatian guru yaitu menumbuhkan keberanian anak. Hal ini bisa dilakukan
dengan memuji anak, meyakinkan anak bahwa dia bisa, memberi hadiah anak, dan lain-
lain.Mengembangkan keterampilan bicara anak berarti juga menyunting bahasa anak. Anak-
anak membutuhkan penyuntingan bahasa. Anak-anak banyak mendengar bahasa dari teman-
temannya atau dari sinetron yang ada di televisi. Bintang sinetron yang berperan sebagai
orang jahat sering mengeluarkan kata-kata kasar, seperti bodoh, bego, kurang ajar, dan lain-
lain sehingga anak-anak menirukannya. Ketika guru atau orang tua mengetahui anak
menggunakan bahasa kasar tersebut, maka harus mengingatkannya bahwa bahasa tersebut
tidak layak digunakan.

b. Perkembangan Menulis Anak


Belajar menulis untuk anak perlu diajarkan sejak dini. Meskipun keterampilan
menulis bukan aspek utama dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Namun tuntutan
anak untuk bisa dan mampu membaca dan menulis pada jenjang pendidikan selanjutnya. Hal
ini yang menjadikan fokus guru agar dapat mengembangkan kemampuan menulis anak sesuai
pada tahapan perkembangan.
Temple, Clay, Ferreiro dan Teberosky (Brewer, 2007) membagi empat tahapan dalam
menulis permulaan pada anak usia dini yaitu sebagai berikut:
a. Scribbling stage
Tahap di mana anak dengan ciri menulis dimulai dengan mencoret, coretan hanya
memberi tanda acak pada kertas. Anak mulain membentuk beberapa garis (dari
atas ke bawah) seperti menulis dan berisi bagian utama coretan di dalam kotak.
Coretan ini mengidentifikasikan kemampuan anak dalam mengontrol alat tulis dan
peningkatan pengetahuannya terhadap bentuk kertas.
Menurut Brewer (2007) Stimulasi yang dapat dilakukan pada tahap ini yaitu
menyediakan berbagai jenis bahan seperti cat, buku, kertas dan krayon. Pendidik
harus memberi lebel pada coretan anak sebagai tulisan, menjadi model untuk
menulis dalam berbagai kesempatan di hadapan anak.
b. Linear repetitive stage
Tahap ini ditandai dengan anak mulai menulis biasanya dalam bentuk garis
horizontal dan huruf-huruf yang terpisah-pisah dalam buku bergaris. Anak dapat
melihat hubungan kongkret antara kata-kata dan bentuknya. Orang dewasa dapat
memberi contoh menulis pada anak dan memberi kesempatan anak untuk
mengamati tentang tulisan yang digunakan dengan berbagai jalan, memberi
dukungan pada coretan anak, dan mulai memperlihatkan bentuk permulaan huruf
pada anak.
c. Random letter stage
Tahap ketiga ini anak belajar bahwa bentuk-bentuk dapat dikatakan sebagai huruf.
Anak dapat menggunakannya secara acak untuk menyampaikan kata atau kalimat
pada orang lain. Kadang kala anak memproduksi garis huruf yang tidak sesuai
dengan suara dari kata yang ditulisnya karena ingatan akan bentuk huruf pada
anak sangat terbatas. Pada tahap ini, anak membuat huruf yang ia kenal (biasanya
huruf-huruf dalam namanya) secara acak untuk menyampaikan maksud pada
orang lain.
d. Letter name or phoenetic wriitng
Pada tahap ini anak mulai membuat hubungan antara huruf dan suara. Permulaan
tahap ini tahap ini disebut sebagai letter name writing karena anak menulis huruf
dengan nama dan bunyinya sama. Misalnya, anak menulis “untuk” dengan “u”.
Anak mencoba untuk menampilkan kata dengan bentuk huruf yang tepat seperti
yang didengar. Dan di akhir tahap, anak lebih ahli menulis dengan berbagai
bentuk, seperti mahir dalam memberi jarak dalam kata. Namun ejaan yang tertulis
masih berbentuk sesuai dnegan bunyinya, misalnya “ember” ditulis “mbr”. Anak
membutuhan waktu untuk berlatih menulis dan membaca kembali tulisannya,
maka tulisannya akan lengkap sesuai dnegan ejaannya (Brewer, 2007).
Adapun tahapan kemampuan menulis anak usia dini menurut Cole (2001) terdiri dari
5 bagian, yaitu:
1) Tahap mencoret usia 2,5-3 tahun, yaitu saat anak mulai belajar tentang bahasa
tulisan dan bagaimana mengajarkan tulisan ini.
2) Tahap pengulangan secara linier usia 4 tahun, yaitu saat anak berpikir bahwa
suatu kata merujuk pada sesuatu yang besar dan mempunyai tali yang panjang.
3) Tahap menulis secara acak usia 4-5 tahun, yaitu saat anak dapat mengubah tulisan
menjadi kata yang mengandung pesan.
4) Tahap menulis tulisan nama usia 5,5 tahun, pada fase ini berbagai kata yang
mengandung akhiran yang sama dihadirkan dengan kata dan tulisan.
5) Tahap menulis kalimat pendek usia diatas 5 tahun, yaitu kalimat yang ditulis anak
berupa subjek dan predikat.

Tahap perkembangan menulis anak usia 4-5 tahun dapat berkembang apabila kegiatan
menulis atas dasar keinginan sendiri maupun tanpa paksaan dari orang sekitarnya. Menurut
Depdiknas (Anggalia & Karmila, 2013) terdapat prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan
dalam menumbuhkan keinginan menulis anak.
1. Prinsip penggunaan tanda atau symbol. Guru memberi kesempatan yang banyak
pada anak untuk melatih kelenturan motorik halus anak.
2. Prinsip pengulangan. Memberikan latihan pengulangan.
3. Prinsip keluwesan. Guru memperkenalkan tulisan pertama kali pada anak berupa
simbol atau tanda yang dekat dan dikenal anak.
4. Prinsip pengungkapan. Memberikan kesempatan pada anak untuk
mengungkapkan berbagai pengalamannya berkaitan dengan tulisan yang telah
dibuatnya.
5. Prinsip mencontoh. Guru sering mengulang berbagai contoh tulisan atau kata
dengan konteks yang sama.
6. Prinsip penguatan. Guru memberikan penguatan berupa penghargaan atau pujian
terhadap hasil tulisan anak.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Menulis


Menurut Tseng (dalam Cornhill, 1996) berpendapat bahwa hal-hal yang
mempengaruhi kegiatan menulis dengan tangan antara lain:
a. Kinestetik
Kesadaran kinestetik yang dimaksud adalah adanya arah dan gerakan sendi dari
anggota badan. Hal ini dianggap penting dalam kinerja menulis. Dengan
kesadaran kinestetik anak dapat mengkordinasikan gerak dalam kegiatan menulis
b. Stimulasi motorik
Menulis huruf–huruf dan tulisan lengkap membutuhkan stimulasi motorik yang
berkelanjutan. Cunningham Amundson (1992) menjelaskan bahwa stimulasi
motorik mempengaruhi kemampuan anak dalam merencanakan, membentuk
sebuah huruf dan menyusunnya menjadi kata-kata. Secara logis hal ini menjadi
penting ketika seorang anak pertama kali belajar menulis.
c. Integrasi visuomotor
Integrasi visuomotor tampaknya menjadi variabel penting untuk keterampilan
tulisan tangan anak, terutama ketika menyalin atau transposing dari pencetakan
materi ke penulisan naskah. Dalam menyalin, anak harus memvisualisasikan
bentuk huruf, menetapkan arti bentuk, dan kemudian memanipulasi alat tulis
untuk mereproduksi huruf yang sama. Hal ini senada dengan penelitian Daly,
Kelley, dan Krauss (2003) mengatakan bahwa integrasi visuomotor dapat
mempengaruhi anak dalam menulis huruf dengan jelas.
d. Manipulasi Tangan
Menulis membutuhkan manipulasi tepat dan cepat dari alat tulis. Menulis
tampaknya dicapai oleh aksi otot intrinsik dan stabilitas proksimal simultan yang
memungkinkan untuk terjadinya fiksasi otot berurutan dari pelepasan siku dan
pergelangan tangan. Kedua presisi dan kecepatan sangat dibutuhkan dalam
pencapaian fungsi tulisan tangan hingga dapat dibaca (Tseng dalam Cornhill,
1996).
B. Perkembangan Membaca dan Menyimak
a. Perkembangan Membaca
Membaca pada anak usia dini tentunya berbeda dengan membaca pada usia
lainnya. Pada anak usia dini membaca hanya bertujuan untuk memahami kata, frasa atau
teks sederhana. Kata, frasa atau teks tersebut biasanya berkaitan dengan kehidupan sehari
hari anak baik di lingkungan rumah maupun sekolah. Namun untuk merangsang
perkembangan membaca pada anak usia dini tentunya tidak mudah. Diperlukan strategi
khusus yang menyenangkan, agar mereka tertarik dan lebih mudah memahaminya.
Susanto (2011:83) juga menyatakan "membaca pada anak usia dini menumpukkan
perhatian pada perkataan-perkataan utuh, bermakna dalam konteks pribadi anak-anak dan
bahan-bahan yang diberikan melalui permainan dan kegiatan yang menarik sebagai
perantaraan pembelajaran."Membaca biasanya dimulai dengan pengenalan huruf,
mengeja dan berlanjut ke pengenalan suku kata, kemudiankata. Setelah proses pengenalan
tersebut, barulah strategi seperti metode atau permainan digunakan. Penggunaan strategi
tersebut bertujuan agar anak usia dini tidak hanya mengenal, tetapi juga memahami
makna bacaan.
Menurut Steinberg dalam Susanto (2011:90-91) mengatakan bahwa, kemampuan
membaca anak usia dini dapat dibagi atas empat tahap perkembangan, yaitu: 1) Tahap
timbulnya kesadaran terhadap tulisan; 2) Tahap membaca gambar; 3) Tahappengenalan
bacaan; 4) Tahap membaca lancar. Menurut Bromley dalam Suryana (2016:130)
kemampuan membaca pada anak berlangsung dalam beberapa tahap yaitu 1) Tahap
fantasi; 2) Tahap pembentukan konsep diri; 3) Tahap membaca gambar; 4) Tahap
pengenalan bacaan; 5) Tahap membaca lancar.
Berdasarkan pendapat diatas disimpulkan bahwa Tahap perkembangan
kemampuan membaca anak usia dini secara umum adalah Tahap timbulnya kesadaran
terhadap tulisan atau fantasi, tahap pembentukan konsep diri, tahap membaca gambar,
tahap pengenalan bacaan,dan tahap membaca lancar. Anak yang belajar membaca sejak
dini biasanya adalah mereka yang orang tuanya sering membacakan mereka ketika
mereka masih kecil (Papalia, 2009). Dalam sejarah Islam, membaca merupakan amanah
pertama kerasullan Nabi Muhammad dengan diturunkan Surat Al Alaq yang berbunyi,
yang Artinya: 1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah, 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang
Maha pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, 5. Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (Q. S Al-Alaq:1-5).
Para orang tua tidak memberi penekanan terhadap literasi dasar karena orang tua
menganggap anak-anak mereka tidak siap untuk membaca sampai mereka masuk taman
kanak-kanak di usia 5 atau 6 tahun. Perkembangan literasi dasar dapat dimulai pada awal
masa bayi atau bahkan saat bayi masih dalam kandungan. Tahun-tahun prasekolah
merupakan periode paling formatif untuk mempromosikan literasi pada anak-anak usia
dini. Instruksi membaca sejak awal terletak di tangan orang tua yang akan membuka jalan
menuju keterampilan yang akan diperoleh bila pendidikan formal telah dimulai.
Perkembangan membaca dan menulis sangat dipengaruhi oleh lingkungan seseorang
tinggal. Bahkan proses pembelajaran literasi dikatakan sebagai suatu proses sosial
(Morrison, 1993). Orang dewasa, teman seumur, dan anggota keluarga juga memberikan
pengaruh bagaimana seorang anak mempelajari bahasadan konteks saat mempelajarinya.
Shofi (2008:38) berpendapat salah satu cara agar dapat memilih metode yang
tepat untuk mengajari membaca pada anak adalah dengan cara mempelajari karakter
anak. Lebih lanjut, Shofi (2008:39) menyatakan beberapa metode pengajaran secara
umum yang dapat digunakan untuk mengajarkan membaca pada anak antara lain metode
bercerita, metode bermain huruf, tebak tebakan dan game.
a. Metode bercerita. Hal ini dapat digunakan untuk mengajari anak membaca dengan
cara menggunakan huruf-huruf yang akan diperkenalkan kepada anak sebagai tokoh
cerita. Dengan menggunakan metode ini, akan dapat membuat anak terkesan dan
tidak bosan.
b. Metode bermain huruf yang akan diperkenalkan dijadikan sebagai salah satu unsur
alat bermain anak, yaitu dengan cara menempelkan huruf pada alat bermain yang
digunakan anak. Dengan cara seperti ini, akan sangat membantu anak untuk
mengingat huruf.
c. Metode tebak-tebakan juga dapat dipakai dalam mengembangkan kemampuan
membaca anak. Melalui metode ini huruf-huruf yang sudah pernah diperkenalkan
dapat diperkenalkan sebagai alat untuk bermain tebak-tebakan.
d. Metode game-game adalah bentuk permainan yang sangat mengasikkan dan dapat
dijadikan sebagai sarana untuk mengasah otak anak. Kartu huruf dapat digunakan
dalam metode ini, misalnya dengancara mengacak-acak kartu, kemudian anak disuruh
menebak huruf yang ada pada kartu yang diambil oleh anak.
Sedangkan Dhieni, dkk (2008: 5.24) menyatakan ada beberapa metode yang dapat
digunakan untuk mengembangkan kemampuan membaca anak usia taman kanak-kanak,
yaitu :
1. Pendekatan pengalaman bahasa. Miller (dalam Dhieni dkk, 2008: 25) menyatakan
keunggulan dalam pendekatan pengalaman bahasa adalah anak dapat
menggunakan pola bahasa mereka sendiri, mereka dapat membaca lebih efektif
dari pada membaca pola bahasa yang ada dalam buku.
2. Metode fonik merupakan metode yang mengandalkan pada pelajaran alfabet yang
diberikan terlebih dahulu kepada anak-anak, mempelajari nama huruf dan
bunyinya. Setelah mempelajari bunyi dan huruf, anak menggabungkan beberapa
huruf untuk membentuk kata.
3. Metode lihat dan katakan. Dalam metode lihat dan katakan, anak belajar
mengenali kata-kata atau kalimat secara keseluruhan bukan bunyi individu.
Mereka memandangi kata, mereka mendengar, kata itu diucapkan kemudian
mereka mengulangi ucapan itu. Keempat, metode pendukung konteks. Metode ini
dapat diterapkan kepada anak melalui buku cerita yang benar-benar menarik bagi
anak. Anak tidak dapat menangkap semua bacaan yang terdapat pada buku cerita,
tetapi anak mempunyai perbendaharaan kata yang lebih terbatas. Anak akan lebih
menangkap kata-kata yang pendek dan menarik menurut anak.

Pentingnya Membaca untuk Anak Usia Dini


Membaca merupakan kemampuan yang dapat dipelajari sejak usia dini,
sehingga tidak ada salahnya membaca diajarkan di Taman Kanak-Kanak asal sesuai
dengan karakteristik anak. Dr. Tessa Webb (dalam Ariani dan Olivia, 2009: 37)
menyatakan anak yang mempunyai pengalaman membaca sejak usia dini sangat lebih
berpotensi untuk mengembangkan kemampuan membaca seumur hidup. Usia saat
seseorang belajar kata kata adalah kunci untuk memahami bagaimana seseorang
mampu membaca dikemudian hari. Semakin muda usia anak belajar membaca, maka
semakin mudah untuk belajar membaca.
Menurut Steinberg (dalam Dhieni dkk, 2005: 5.3) mengajarkan membaca
sejak usia dini sangat penting untuk dilakukan, karena dengan membaca anak dapat
memenuhi rasa ingin tahu mereka, dapat menciptakan situasi akrab dan kondusif,
anak dapat mempelajari sesuatu dengan mudah dan cepat, dan melalui kegiatan
membaca dapat membuat anak untuk mudah diatur dan mudah terkesan, karena anak
usia dini pada umumnya perasa.
Sedangkan Leonhardt (dalam Dhieni dkk, 2008: 55) menyatakan
menumbuhkan rasa cinta membaca pada anak sangat penting dilakukan. Anak yang
gemar membaca akan tumbuh menjadi orang yang yang mempunyai rasa kebahasaan
yang tinggi, mempunyai wawasan yang luas,memiliki rasa kasih sayang, mampu
menghadapi suatu dunia yang penuh dengan kemungkinan dan kesempatan serta
mempunyai kemampuan untuk mengembangkan pola berpikir kreatif dalam diri
mereka.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan membaca sangat
penting untuk diajarkan pada anak usia dini. Anak yang mempunyai kemampuan
membaca sejak usia dini akan tumbuh menjadi anak yang kreatif dan percaya diri,
anak dapat mengetahui banyak hal dan mereka mudah menyerap segala sesuatu yang
mereka jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

b. Perkembangan Menyimak
Menyimak adalah kemampuan berbahasa pertama yang dipelajari dan dimiliki
oleh manusia. Melalui menyimak manusia memeroleh informasi yang kemudian
digunakan sebagai dasar untuk berbicara, membaca, dan menulis. Oleh karena itu
menyimak menjadi bagian penting dalam suatu proses pembelajaran bahasa bagi anak
usia dini.
Pada anak usia dini tujuan menyimak tidak berbeda dengan orang dewasa.
Melalui menyimak anak usia dini diharapkan dapat memeroleh informasi informasi
dari bacaan. Namun hal ini hanya bisa terjadi selama bahasa yang digunakan adalah
bahasa sederhana yang bisa dipahami anak. Hal ini senada dengan pendapat
Wicaksono (2016: 95) yang menyatakan bahwa: menyimak merupakan sebuah proses
interaktif yang diawali dengan proses mendengar bunyi bahasa melalui indera
pendengaran kemudian ditransfer melalui syaraf impuls ke otak untuk selanjutnya
ditanggapi oleh otak melalui suatu mekanisme kognitif dan afektif.
Teori lainnya dari Byrnes (dalam Wicaksono, 2016:94) menyatakan bahwa:
Menyimak juga merupakan proses menghubungkan apa yang didengar dengan apa
yang sudah diketahui oleh peserta didik mengenai topik yang dibicarakan. Oleh
karena itu ketika pendengar mengetahui konteks dari teks atau ujaran yang didengar,
proses pemahaman dapat lebih mudah, karena pendengar dapat mengaktifkan
pengetahuan awalnya yang membuat interfensi yang sesuai untuk memahami pesan
yang didengar.
Kurnia (2009:14) menyatakan kemampuan menyimak sebagai salah satu keterampilan
berbahasa reseptif melibatkan beberapa faktor sebagai berikut:
1. Acuity, yaitu kesadaran akan adanya suara yang diterima oleh telinga,misalnya
mendengarkan suara anak lain yang sedang bermain, mendengar suara mesin tik
dan sebagainya.
2. Auditory discrimination, yaitu kemampuan membedakan persamaan dan
perbedaan suara atau bunyi ,misalnya suata hujan berbeda dengan suara mesin tik;
pertanyaan seseorang tidak sama dengan pertanyaan seseoran; duridan dari
berbeda bunyinya dan sebagainya;
3. Auding, yaitu proses di mana terdapat asosiasi antara arti dengan pesan yang
diungkapkan. Proses ini melibatkan pemahaman terhadap isi dan maksud dari
kata-kata yang diungkapkan sebagai contoh yaitu memahi pernyataan “kamu bisa
berlari-lari di taman”; gerakan badanmu ke kiri dan ke kanan.
Auding, melibatkan aspek perkembangan semantic dan sintaksis. Dengan memahai
semantik, berarti anak memiliki pengetahuan tentang berbaagai arti kata, sedangkan
sintkasis berkaitan dengan pemahaman anak terhadap aturan dan fungsi kata.
Menurut Bromley dalam Kurnia menjelaskan fungsi menyimak sebagai berikut:
1. Memberikan kesempatan bagi anak, untuk mengapresiasi dan menikmati lingkungan
sekitar mereka.
2. Membantu anak memahami keinginan, dan kebutuhan mereka sehubungan dengan
kebutuhannya untuk bersosialisasi.
3. Mengubah dan mengontrol prilaku maupun sikap pembicara, di mana cara
menyampaikan pesan akan berdampak pada isi dan bentuk.
4. Membantu mengembangkan kognitif anak, melalui belajar menerima informasi dan
mendapatkan pengetahuan baru.
5. Memberikan pengalaman pada anak untuk berinteraksi secara langsung dengan orang
lain.
6. Membantu anak mengekspresikan keunikan dirinya sebagai individu yang berpikir dan
memperhatikan orang lain.
Pendapat Sabarti (1992) dan Tarigan (2005) dapat disimpulkan keterampilan menyimak
dapat berfungsi untuk :
1) Menjadi dasar belajar bahasa, baik bahasa pertama maupun bahasa kedua.
2) Menjadikan dasar pengembangan kemampuan bahasa tulis (membaca dan
menulis).
3) Menunjang keterampilan bahasa lainnya.
4) Memperlancar komunikasi lisan
5) Menambah informasi dan pengetahuan.
6) Tahapan menyimak pada anak
Tahapan perkembangan (Jalongo,2007:86) tentang kemampuan anak dalam menyimak
menurut Milestone dan “Red Flags” adalah :
1. Infant (0-1)
 Mulai mengeluarkan suara-suara bergumam
 Mengarahkan kepalanya ke asal suara
 Menanggapi secara berbeda untuk jenis musik lain.
 Meniru suara musik dan suara lainnya
 Melihat pembicara.
 Mulai untuk memahami kata-kata desertai dengan sikap yang tepat/benar.
2. Satu sampai dua tahun
 Mengenal namanya sendiri.
 Menghubungkan kata-kata dengan tingkah laku.
 Dapat memahami perintah yang sederhana dengan kata kunci yang dipahami.
 Mempelajari permainan sederhana, seperti main cilukba.
 Memahami kata tidak, selamat tinggal.
 Menunjukan bagian tubuh
 Mendengarkan dan berusaha terlibat dalam nyanyian.
 Mendengarkan buku-buku untuk bayi.
 Menanggapi secara benar pernyataan mendasar.
 Mampu membedakan kata ganti.
3. Di usia 3-4 tahun
 Mengingat permainan jari.
 Memahami konsep sederhana(besar/sedikit, hari ini, waktu tidur).
 Menikmati mendengarkan cerita yang sama berulang-ulang.
 Menggabungkan kata-kata dan kalimat dari awal berdiskusi kediskusi selanjutnya
dengan buku yang sama.
 Menunjukkan dan memberikan nama pada hewan-hewan yang berbeda
 Mampu memahami dua perintah secara langsung (contoh; pertama, pakai jeketmu,
kemudian pakai topimu).
 Mencocokkan serta tepat suara-suara musik terhadap alat-alat yang menghasilkan
suara tersebut (contoh: piano, gitar, drum)
 Menanggapi secara tepat pertanyaan-pertanyaan selama percakapan
 Menegakkan jari tangan dengan benar dalam menanggapi pertanyaan’ berapa usiamu?
4. Lima sampai enam tahun
 Dapat mengenali warna dan bentuk dasar.
 Dapat menunjukan pemahaman mengenai hubungan tempat (di atas,di bawa, dekat, di
samping).
 Mampu merasakan perbedaan nada (tinggi/rendah) dan mengerti “tangga nada”.
 Dapat melakukan hal yang membutuhkan petunjuk yang lebih banyak (contoh: ya,
kamu boleh pergi, tapi kamu perlu pakai sepatumu).
 Mampu menjaga informasi dalam urutan yang benar (contoh: mampu menceritakan
kembali sebuah cerita secara terperinci).
5. Perkembangan untuk anak usia prasekolah
 Anak tampaknya masih bingung ketika di lingkungan yang bising atau duduk yang
memiliki jarak jauh dengan pembicara.
 Anak tidak menanggapi pernyataan atau pertanyaan yang biasanya akan merangsang
anak-anak dalam kelompok (misalnya, " siapa yang ingin membantu memberi makan
kelinci?")
 Anak sering mengatakan "Apa?" Atau "Hah?".
 Anak memiliki lebih banyak kesulitan mengikuti petunjuk bila tidak melihat wajah
pembicara
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Keterampilan berbahasa meliputi empat keterampilan dasar, yaitu keterampilan
menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.
Keempat keterampilan berbahasa tersebut memiliki hubungan yang sangat erat antara satu
sama lainnya. Fungsi bahasa bagi anak usia dini adalah lebih dominan sebagai alat
komunikasi lisan. Namun demikian empat keterampilan bahasa tersebut sudah bisa
dikembangkan melalui kegiatan bermain sehari-hari baik di sekolah maupun dirumah.
Menyimak bisa dikembangkan dengan bermain serta berkomunikasi bersama teman-
teman mereka, atau menyimak cerita guru serta cerita anak-anak yang bisa diperoleh dengan
mendownload. Berbicara bisa dikembangkangkan dengan cara bercerita dan menstimulus
mereka dengan pertanyaan-pertanyaan menarik agar mereka menjawabnya. Membaca bisa
dikembangakan secara bertahap dari membaca abjad, suku kata, kata, kemudian kalimat
pendek. Keterampilan menulis bisa diajarkan bersamaan dengan membaca, namun
memerelukan lebih banyak kesabaran guru atau orang tua.

B. Saran
Kepada orang tua sebagai pendidik pertama di lingkup keluarga hendaknya
memberikan stimulasi yang dapat mengembangkan potensi perkembangan berbicara dan
menulis, serta perkembangan membaca dan menyimak.
REFERENSI

Asiah, N. 2018. PEMBELAJARAN Calistung Pendidikan Anak Usia Dini dan Ujian Masuk
Calistung Sekolah Dasar di Bandar Lampung. Terampil: Jurnal Pendidikan
dan Pembelajaran Dasar. 5(1), 19.
Hanjani, T.J. 2014. Kemampuan Menulis Anak Usia Dini. Jurnal Unib, (1-51).
Hardjasudjana, A.S & V. Damaianti. 2003. Membaca Dalam Teori dan Praktik.
Bandung : Penerbit Mutiara.
Musfiroh, Tadzkiroatun. 2009. Menumbuhkan Baca Tulis Anak Usia Dini.
Jakarta : Gramedia Widiasrana.
Https://adeimasuryani.wodpress.com/2010/11/29/makalah-perkembangan-bahasa-berbicara-
pada-anak-usia-dini/ (ditelusuri 3 Oktober 2021).
Nina Chaerani & Nurachmi. 2003. Biarkan Anak Bicara. Jakarta: Republika, 2009.
Salamah, dkk. 2021. Hubungan Antara Menyimak Dengan Kemampuan Membaca Pada
Anak Usia 5-6 Tahun Paud Berseri Kecamatan Kopang Kabupaten Lombok
Tengah. Dalam Jurnal Realita Bimbingan dan Konseling, 6(1).
Tarigan, H.G. 2008. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.
Vivi Anggraini. Stimulasi Keterampilan Menyimak Terhadap Perkembangan Anak Usia
Dini. Dalam Jurnal Pendidikan Pendidikan Anak Usia Dini. Universitas
Negri Padang.
C. Perkembangan Membaca dan Menyimak

Anda mungkin juga menyukai