Artikel Jurnal Penelitian Tentang Holistic Care
Artikel Jurnal Penelitian Tentang Holistic Care
Artikel Jurnal Penelitian Tentang Holistic Care
KELOMPOK 1
1. AHMAD JUNAIDI (2019.C.11a.0997)
2. LISNAWATIE (2019.C.11a.1015)
3. NIKO WIBOWO (2019.C.11a.1021)
4. RISTA BELA (2019.C.11a.1026)
B. Holisme
Holisme, bila ditelusuri dari akarnya berasal dari konsep Aristoteles (filosof dari
Yunani), Baruch Spinoza (filosof Belanda), dan William James (filosof dan psikolog
dari Amerika),yang berkaitan dengan pergerakan Gestalt sebelum perang dunia.
Holisme adalah nama yang diberikan kepada keyakinan bahwa adalah semua terkait
erat. Holistik melihat dirinya terus-menerus sebagai bagian dari keseluruhan dan
menganggap yang lain (manusia, hewan, tumbuhan atau objek) sebagai yang lain.
Konsep holisme selalu mengemukakan bahwa organisme merupakan satu kesatuan
yang utuh, bukan terbagi-bagi dalam bagian-bagian. Sehingga pikiran dan tubuh
bukan merupakan bagian yang terpisah, tetapi merupakan satu bagian yang utuh, dan
apabila terjadi sesuatu pada salah satunya maka akan berpengaruh pada keseluruhan.
Holisme menegaskan bahwa organisme selalu bertingkah laku sebagai kesatuan yang
utuh, bukan sebagai rangkaian bagian atau komponen berbeda. Jiwa dan tubuh bukan
dua unsur terpisah tetapi bagian dari satu kesatuan dan apa yang terjadi dibagian satu
akan mempengaruhi bagian lain. Hukum inilah yang semestinya ditemukan agar
dapat dipahami berfungsinya setiap komponen.Pandangan holistik dalam kepribadian,
yang terpenting adalah :Kepribadian normal ditandai oleh unitas, integrasi,
konsistensi dan koherensi (unity,integration, consistency, dan coherence). Organisasi
adalah keadaan normal dan disorganisasi berarti patologik. Organisme dapat
dianalisis dengan membedakan tiap bagiannya, tetapi tidak ada bagian yang dapat
dipelajari dalam isolasi. Keseluruhan berfungsi menurut hukum-hukum yang tidak
terdapat dalam bagian-bagian. Organisme memiliki satu dorongan yang berkuasa,
yakni aktualisasi diri (self actualization). Orang berjuang tanpa henti (continuous)
untuk merealisasikan potensi inheren yang dimilikinya pada ranah maupun
terbuka baginya. Pengaruh lingkungan eksternal pada perkembangan normal bersifat
minimal. Potensi organisme, jika terkuak di lingkungan yang tepat, akan
menghasilkan kepribadian yang sehat dan integral. Penelitian komprehensif terhadap
satu orang lebih berguna daripada penelitian ekstensif terhadap banyak orang
mengenai fungsi psikologis yang diisolir.
C. Humanisme.
1. Pengertian Humanisme
Perkembangan psikologi humanistik tidak lepas dari pandangan psikologi holistik
dan humanistik. ”Humanisme" dipandang sebagai sebuah gagasan positif oleh
kebanyakan orang.Humanisme mengingatkan kita akan gagasan-gagasan seperti
kecintaan akan perikemanusiaan, perdamaian, dan persaudaraan. Tetapi, makna
filosofis dari humanisme jauh lebih signifikan: humanisme adalah cara berpikir
bahwa mengemukakan konsep perikemanusiaan sebagai fokus dan satu-satunya
tujuan. Kamus umum mendefinisikan humanisme sebagai "sebuah sistem pemikiran
yang berdasarkan pada berbagai nilai, karakteristik, dan tindak tanduk yang dipercaya
terbaik bagi manusia, bukannya pada otoritas supernatural mana pun".Dalam teori
humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia.Pendekatan
ini melihat kejadian yaitu bagaimana dirinya untuk melakukan hal - hal yang positif.
Kemampuan positif ini disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik beraliran
humanisme biasanya menfokuskan pengajarannya pada pembangunan kemampuan
yang positif. Kemampuan positif tersebut erat kaitannya dengan pengembangan
emosi positif yang terdapat dalam domain afektif. Emosi merupakan karateristik
sangat kuat yang nampak daripara pendidik beraliran humanisme. Dalam teori
pembelajaran humanistik, belajarmerupakan proses yang dimulai dan ditujukan untuk
kepentingan memanusiakan manusia. Dimana memanusiakan manusia di sini berarti
mempunyai tujuan untuk mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri serta realisasi diri
orang yang belajar secara optimal.
2. Ciri-Ciri Teori Humanisme
Pendekatan humanisme dalam pendidikan menekankan pada perkembangan
positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan
menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan
tersebut. Hal ini mencakup kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk
pengembangan diri ditujukan untuk memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup
dan masyarakat. Ketrampilan atau kemampuan membangun diri secara positif ini
menjadi sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan keberhasilan
akademik. Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika siswa
memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus
berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik -
baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang
pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik
adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya yaitu membantu masing -
masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia unik dan
membantu dalam mewujudkan potensi – potensi yang ada dalam diri mereka.ada
salah satu ide penting dalam teori belajar humanisme yaitu siswa harus mampu untuk
mengarahkan dirinya sendiri dalam kegiatan belajar - mengajar, sehingga siswa
mengetahui apa yang dipelajarinya serta tahu seberapa besar siswa tersebut dapat
memahaminya juga siswa dapat mengetahui mana, kapan, dan bagaimana mereka
akan belajar. Dengan demikian, siswa diharapkan mendapat manfaat dan kegunaan
dari hasil belajar bagi dirinya sendiri. Aliran humanisme memandang belajar sebagai
sebuah proses yang terjadi dalam individu meliputi bagian atau domain diantaranya
domain kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan kata lain, pendekatan humanisme
menekankan pentingnya emosi atau perasaan, komunikasi terbuka dan nilai - nilai
yang dimiliki oleh setiap individu.