Tugas Paper (Senja Nita)

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 50

PAPER MENGENAI KEPERATAN DASAR

DOSEN PENGAMPUH : SRI DEWI BR. SIREGAR, S.KEP.,NS.,M.KEP

DISUSUN OLEH :

NAMA : SENJA NITA


NIM : 1914201031

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FLORA MEDAN


S1 KEPERAWATAN
T.A 2021-2021
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PRE OPERATIF

A. Pengkajian pasien
pada fase pre operatif secara umum dilakukanUntuk menggali permasalahan pada
pasien sehingga perawat dapat melakukan intervensi yang sesuai dengan kondisi pasien
(Muttaqin & Sari, 2009).
1) Pengkajian umum
Pada pengkajian pasien di unit rawat inap, poliklinik, Bagian bedah sehari,
atau unit gawat darurat dilakukan secara komprehensif di mana seluruh hal
yang berhubungan dengan pembedahan pasien perlu dilakukan secara
seksama.
a) Identitas pasien : pengkajian ini diperlukan agar tidak terjadi
duplikasi nama pasien. Umur pasien sangat penting untuk diketahui
guna melihat kondisi pada berbagai jenis pembedahan. Selain itu
juga diperlukan untuk memperkuat identitas pasien.
b) Jenis pekerjaan dan asuransi kesehatan : diperlukan sebagai
persiapan finansial yang sangat bergantung pada kemampuan pasien
dan kebijakan rumah sakit tempat pasien akan menjalani proses
pembedahan
c) Persiapan umum : persiapan informedconsent dilakukan sebelum
dilaksanakannya tindakan
2) Riwayat kesehatan
Pengkajian riwayat kesehatan pasien di rawat inap, Poliklinik, bagian bedah
sehari, atau unit gawat darurat dilakukan perawat melalui Teknik wawancara
untuk mengumpulkan riwayat yang diperukan sesuai dengan klasifikasi
pembedahan
a) Riwayat alergi : perawat harus mewaspadai adanya alergi terhadap
berbagai obat yang mungkin diberikan selama fase intraoperatif
b) Kebiasaan merokok, alcohol, narkoba : pasien perokok memiliki
risiko yang lebih besar mengalami komplikasi paru-paru pasca
operasi, kebiasaan mengonsumsi alcohol mengakibatkan reaksi
yang merugikan terhadap obat anestesi, pasien yang mempunyai
riwayat pemakaian narkoba perlu diwaspadai atas kemungkinan
besar untuk terjangkit HIV dan hepatitis
c) Pengkajian nyeri : pengkajian nyeri yang benar memungkinkan
perawat perioperative untuk menentukan status nyeri pasien.
Pengkajian nyeri menggunakan pendekatan P (Problem), Q
(Quality), R (Region), S (Scale), T (Time).

3) Pengkajian psikososiospiritual
a) Kecemasan praoperatif : bagian terpenting dari pengkajian
kecemasan perioperative adalah untuk menggali peran orang
terdekat, baik dari keluarga atau sahabat pasien. Adanya sumber
dukungan orang terdekat akan menurunkan kecemasan
b) Perasaan : pasien yang merasa takut biasanya akan sering bertanya,
tampak tidak nyaman jika ada orang asing memasuki ruangan, atau
secara aktif mencari dukungan dari teman dan keluarga
c) Konsep diri : pasien dengan konsep diri positif lebih mampu
menerima operasi yang dialaminya dengan tepat
d) Citra diri : perawat mengkaji perubahan citra tubuh yang pasien
anggap terjadi akibat operasi. Reaksi individu berbeda-beda
bergantung pada konsep diri dan tingkat harga dirinya
e) Sumber koping : perawat perioperative mengkaji adanya dukungan
yang dapat diberikan oleh anggota keluarga atau teman pasien.
f) Kepercayaan spiritual : kepercayaan spiritual memainkan peranan
penting dalam menghadapi ketakutan dan ansietas
g) Pengetahuan, persepsi, pemahaman : dengan mengidentifikasi
pengetahuan, persepsi, pemahaman, pasien dapat membantu
perawat merencanakan penyuluhan dan tindakan untuk
mempersiapkan kondisi emosional pasien.
h) Informedconsent : suatu izin tertulis yang dibuat secara sadar dan
sukarela oleh pasien sebelum suatu pembedahan yang dilakukan

4) Pemeriksaan fisik
Ada berbagai pendekatan yang digunakan dalam Melakukan pemeriksaan
fisik, mulai dari pendekatan headto toe hingga pendekatan per system.
Perawat dapat menyesuaikan konsep pendekatan pemeriksaan fisik dengan
kebijakan prosedur yang digunakan institusi tempat ia bekerja. Pada
pelaksanaannya, pemeriksaan yang dilakukan bisa mencakup sebagian atau
seluruh system, bergantung pada banyaknya waktu yang tersedia dan kondisi
preoperatif pasien. Fokus pemeriksaan yang akan dilakukan adalah
melakukan klarifikasi dari hasil temuan saat melakukan anamnesis riwayat
kesehatan pasien dengan system tubuh yang akan dipengaruhi atau
memengaruhi respons pembedahan.

5) Pemeriksaan diagnostik
Sebelum pasien menjalani pembedahan, dokter bedah akan
Meminta pasien untuk menjalani pemeriksaan diagnostic guna memeriksa
adanya kondisi yang tidak normal. Perawat bertanggung jawab
mempersiapkan dalam klien untuk menjalani pemeriksaan diagnostic dan
mengatur agar pasien menjalani pemeriksaan yang lengkap.perawat juga
harus mengkaji kembali hasil pemeriksaan diagnostic yang perlu diketahui
dokter untuk membantu merencanakan terapi yang tepat.
B. Diagnosa keperawatan
Ansietas berhubungan dengan krisis situasional operasi

C. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan Observasi :
dengan krisis tindakan keperawatan 1. Identifikasi saat
situasional operasi diharapkan cemas tingkat ansietas
dapat terkontrol, berubah ( misal :
dengan kriteria hasil: kondisi, waktu, stresor)
1. Secara verbal dapat 2. Identifikasi
mendemonstrasikan kemampuan
teknik menurunkan mengambil keputusan
cemas 3. Monitor tanda-tanda
2. Mencari informasi ansietas ( verbal dan
yang dapat non verbal)
menurunkan cemas
Teraupetik :
3. Menggunakan 1. Ciptakan suasana
teknik relaksasi teraupetik untuk
menurunkan cemas menumbuhkan
4. Menerima kesehatan kepercayaan
status 2. Temani pasien untuk
mengurangi
kecemasan
3. Pahami situasi yang
membuat ansietas
4. Dengarkan dengan
penuh perhatian
5. Gunakan
pendekatan yang
tenang dan
meyakinkan
6. Tempatkan barang
pribadi yang
memberikan
kenyamanan
7. Motivasi
mengidentifikasi
situassi yang memicu
kecemasan
8. Diskusikan
perencanaan realistis
tentang peristiwa yang
akan datang

Edukasi :
1. Jelaskan prosedur
serta sensasi yang
mungkin dialami
2. Informasikan secara
faktual mengenai
diagnosis, pengobatan
dan prognosis
3. Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama
pasien 4. Anjurkan
melakukan kegiatan
yang tidak kompetitif
5. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
6. Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan
7. Latih penggunaan
mekanisme pertahanan
diri yang tepat
8. Latih tekhnik
relaksasi

Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian obat
antiansietas, jika perlu

D. Pengkajian pre operasi


Pengkajian di ruang pra operasi perawat melakukan pengkajian ringkas mengenai
kondisi fisik pasien dengan kelengkapannya yang berhubungan dengan pembedahan.
Pengkajian ringkas tersebut berupa validasi, kelengkapan administrasi, tingkat
kecemasan, pengetahuan pembedahan, pemeriksaan fisik terutama tanda-tanda vital,
dan kondisi abdomen (Mutaqin, 2009). Pengkajian adalah langkah awal dan dasar
dalam proses keperawatan secara menyeluruh. Pengkajian pasien pre operasi meliputi:
1) Identitas pasien meliputi: Nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,
pekerjaan, pendidikan, golongan darah, alamat, nomor registrasi, tanggal
masuk rumah sakit, dan diagnosa
2) Ringkasan hasil anamsesapre operasi Keluhan ketika pasien dirawat sampai
dilakukan tindakan sebelum operasi
3) Pengkajian psikologis, meliputi perasaan takut/cemas dan keadaan emosi
pasien
4) Pengkajian fisik, pengkajian tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi,
pernafasan dan suhu.
5) Sistem integument, apakah pasien pucat, sianosis dan adakah penyakit kulit
di area badan.
6) Sistem kardiovaskuler, apakah ada gangguan pada sisitemcardio, validasi
apakah pasien menderita penyakit jantung, kebiasaan Minum obat jantung
sebelum operasi, kebiasaan merokok, minum akohol, oedema, irama dan
frekuensi jantung.
7) Sistem pernafasan, apakah pasien bernafas teratur
8) Sistem abdomen apakah pasien mengalami jejas dan nyeri pada abdomen
9) Sistem reproduksi, apakah pasien wanita mengalami menstruasi?
10) Sistem saraf, bagaimana kesadaran?
11) Validasi persiapan fisik pasien, apakah pasien puasa, lavement, kapter,
perhiasan, makeup, scheren, pakaian pasien perlengkapan operasi dan
validasi apakah pasien alergi terhadap obat?

E. Diagnosa keperawatan
1. Ansietas
Definisi:
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang tidak jelas dan
spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan
untuk menghadapi ancaman.
Penyebab:
a) Krisis situasional
b) Kebutuhan tidak terpenuhi
c) Krisis maturasional

Gejala dan tanda mayor


3.1.tabel tanda dan gejala mayor ansietas

Subjectif Obyektif
1. Merasa bingung Tampak gelisa
2. Merasa khawatir Tampak tegang
dengan akibat dari
kondisi yang dihadapi
3. Sulit untuk Sulit tidur
berkonsentrasi

3.2 tabel tanda dan gelana minor ansietas

Subjectif Obyektif
1. Mengeluh pusing Frukuensi nafas meningkat
2. Anoreksia Frekuensi nadi meningkat
3. Palpitasi Tekanan darah meningkat
4. Merasa tidak berdaya Diaforesis
Tremor
Muka tanpak pucat
Suara bergetar
Kontak mata Buruk
Suka berkemih
Orientasi pada masa lalu
Kondisi klinis terkait:
a) Penyakit kronis progresif (mis. kanker, penyakit autoimun.)
b) Penyakit akut
c) Hospitalisasi
d) Rencana operasi
e) Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
f) Penyakit neurologis
g) Tahap tumbuh kembang

2. Nyeri akut
Definisi:
Pengalaman sensorik atau eosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual
atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga
berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Penyebab:
a) pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
b) Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritaan)
c) Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat
berat, prosedur operasi, trauma, atihan fisik berlebihan) Gejala dan tanda
mayor:

Tabel 3.3 Gejala dan Tanda Mayor Nyeri Akut

Subyektif Obyektif
1. Mengeluh 1) Tampak
nyeri meringis
2) Bersikap
protektif
(mis.
Waspada,
posisi
menghindari
nyeri
3) Gelisa
4) Frekuensi
nadi
meningkat
5) Sulit tidur

Tabel 3.4 Gejala dan Tanda Minor Nyeri Akut

Subyektif Obyektif
Nyeri Tekanan darah meningkat
Pola napas berubah
Nafsu makan berubah
Proses berpikir terganggu
Menarik diri

Kondisi klinis terkait:


a) Kondisi pembedahan
b) Cedera traumatis
c) Infeksi

E. rencana keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Ansietas berhubungan Setelah diberikan Observasi :
dengan Krisis tindakan keperawatan a) Identifikasi saat
Situasional selama 1 jam, tingkat tingkat ansietas
ansietas pasien berubah ( misal :
menurun dengan kondisi, waktu, stresor)
kriteria hasil: b) Identifikasi
a) Verbalisasi kemampuan
kebingungan menurun mengambil keputusan
b) Verbalisasi c) Monitor tanda-tanda
khawatir akibat ansietas ( verbal dan
kondisi yang dihadapi non verbal)
menurun19
c) Perilaku gelisah Terapeutik :
menurun a) Ciptakan suasana
d) Perilaku tegang teraupetik untuk
menurun menumbuhkan
kepercayaan
b) Temani pasien
untuk mengurangi
kecemasan
c) Pahami situasi yang
membuat ansietas
d) Dengarkan dengan
penuh perhatian
e) Gunakan
pendekatan yang
tenang dan
meyakinkan
f) Tempatkan barang
pribadi yang
memberikan
kenyamanan
g) Motivasi
mengidentifikasi
situassi yang memicu
kecemasan
h) Diskusikan
perencanaan realistis
tentang peristiwa yang
akan datang

Edukasi :
a) Jelaskan prosedur
serta sensasi yang
mungkin dialami
b) Informasikan secara
faktual mengenai
diagnosis, pengobatan
dan prognosis
c) Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama
pasien
d) Anjurkan
melakukan kegiatan
yang tidak kompetitif
e) Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
f) Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan
g) Latih penggunaan
mekanisme pertahanan
diri yang tepat h) Latih
tekhnik relaksasi

Kalaborasi :
a) Kolaborasi
pemberian
obat
antiansietas,
jika perlu
2. Nyeri akut Setelah diberikan Observasi :
berhubungan dengan asuhan keperawatan a) Identifikasi lokasi,
agen pencidera selama 1 jam, tingkat karakteristik, durasi,
fisiologis nyeri pasien berkurang frekuensi, kualitas,
dengan kriteria hasil: intensitas nyeri.
a) Keluhan nyeri b) Identifikasi skala
menurun nyeri
b) Meringis menurun c) Identifikasi nyeri
c) Sikap protektif non verbal
menurun d) Identifikasi faktor
d) Gelisah menurun yang memperberat dan
e) Kesulitan tidur memperingan nyeri
menurun e) Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang
nyeri
f) Identifikasi
pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
g) Identifikasi
pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
h) Monitor efek
samping penggunaan
analgetik

Terapeutik :
a) Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
( misal : TENS,
hipnosis, akupresure,
terapi musik,
biofeedback ,terapi
pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin).
b) Kontrol lingkungan
yang memperberat
nyeri ( misal : suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan).
c) Fasilitasi istirahat
dan tidur
d) Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri.

Edukasi :
a) Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
b) Jelaskan strategi
meredakan nyeri
c) Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
d) Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
e) Ajarkan eknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi:
a) Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu
SOAL :
1. Tn. I melakukan operasi fraktur femur sepertiga distal sinistra besok. Saat lawan melakukan tindakan
keperawatan,, tn.I selalu menanyakan keadaannya saat ini, dalam pemeriksaan ttv didapatkan data
tekanan darah 100/80mmHg, nadi 118x/i, RR 21x/i, suhu 37,2°c. Masalah keperawatan apa yang
terdapat pada kasus tersebut ?
A. Nyeri
B. Ansietas
C. Gangguan pola tidur
D. Kurang pengetahuan
E. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Jawaban : B

2. Tahapan dimana ketika pasien diterima masuk diruang terima pasien dan berakhir ketika pasien
dipindahkan kemeja operasi untuk tindakan pembedahan, disebut ?
A. pre operatif
B. intra operatif
C. post operatif
D. semua benar
E. semua salah
Jawaban : A

3. Tujuan perawatan pre operatif, kecuali ?


A. menciptakan hubungan yang baik dengan pasien
B. mengkaji, merencanakan dan mematuhi kebutuhan pasien
C.mengupayakan fungsi vital sign selama anastesi
D. mengetahui akibat tindakan anesthesia yang akan dilakukan
E. mengantisipasi dan menanggulangi kesulitan yang mungki timbul
Jawaban : C

4. Pemeriksaan apa saja yang perlu dilakukan pada pasien pre op, kecuali?
A. Foto rontgen, EKG, USG, laboraturiun ( HHTL, elektrolit, GDS )
B. Kulit, rambut dan mata
C. Kuku dan THT
D. Head to toe
JAWABAN : A

5. Ada berapakah pengkajian psikososialspiritual pada asuhan keperawatan pre operatif ?


A. 10
B. 9
C. 8
D. 7
Jawaban : B
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/1621/6/BAB%20II.pdf
http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/1621/6/BAB%20II.pdf
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN INTRA OPERATIF

1. Pengkajian intraoperatif
secara ringkas mengkaji hal-hal yangBerhubungan dengan pembedahan
Diantaranya adalah validasi identitas dan prosedur jenis pembedahan yang akan
dilakukan, serta konfirmasi kelengkapan data penunjang laboratorium dan radiologi
(Muttaqin & Sari, 2009). Hal-hal yang dikaji selama dilaksanakannya operasi bagi
pasien yang diberi anaesthesi total adalah yang bersifat fisik saja, sedangkan pada
pasien yang diberi anaesthesi lokal ditambah dengan pengkajian psikososial. Secara
garis besar yang perlu dikaji adalah :
a) Pengkajian mental, bila pasien diberi anastesi lokal dan pasien masih sadar /
terjagamaka sebaiknya perawat menjelaskan prosedur yang sedang dilakukan
terhadapnya danmemberi dukungan agar pasien tidak cemas/takut menghadapi
prosedur tersebut.
b) Pengkajian fisik, tanda-tanda vital (bila terjadi ketidaknormalan maka perawat
harusmemberitahukanketidaknormalan tersebut kepada ahli bedah).
c) Transfusi dan infuse, monitor flabot sudah habis apa belum.
d) Pengeluaran urin, normalnya pasien akan mengeluarkan urin sebanyak 1 cc/kg
BB/jam.

2. Diagnosa keperawatan
Hipovolemi berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

3. Intervensi keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi


1. Hipovolemi Setelah dilakukan Observasi :
berhubungan dengan tindakan 1. Periksa tanda dan gejala
kehilangan cairan keperawatan hipovolemia (frekuensi nadi
aktif diharapkan meningkat, nadi teraba lemah,
hipovolemi tidak tekanan darah menurun, turgor
terjadi dengan kulit menurun, lemas)
Kriteria Hasil: 2. Monitor intake dan output
1. TD membaik cairan
2. Nadi membaik 3. Teraupetik :
3.Intake cairan 4. Hitung kebutuhan cairan
membaik 5. Berikan posisi
modifiedtrendelenburg

Edukasi:
1. Anjurkan
menghindari
perubahan
posisi
mendadak

Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
cairan IV (RL, NaCL)
2. Kolaborasi pemberian
cairan IV koloid (gelafusin) 3.
Kolaborasi pemberian produk
darah

A. Tinjauan asuhan keperawatan


Fase intraoperatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindah ke instalasi bedah dan
berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Pada fase ini lingkup aktivitas
keperawatan mencakup:
1. Ruang sementara (Holding area)
Perawat dapat menjelaskan tahap-tahap yang akan dilaksanakan untuk menyiapkan
klien menjalani pembedahan. Perawat diruang tahanan sementara biasanya adalah
bagian dari petugas ruang operasi dan menggunakan pakaian, topi, dan alas kaki khusus
ruang operasi sesuai dengan kebijakan pengontrolan infeksi rumah sakit. Beberapa
tempat bedah sehari, perawat primer perioperatif menerima kedatangan klien, menjadi
perawat sirkulator selama prosedur berlangsung, dan mengelola pemulihan serta
kepulangan klien. Di dalam ruangan tahanan sementara, perawat, anestesi, atau ahli
anestesi memasang kateter infus ke tangan klien untuk memberikan prosedur rutin
penggantian cairan dan obat-obatan melalui intravena. Biasanya menggunakan kateter
IV yang berukuran besar agar pemasukan cairan menjadi lebih mudah. Perawat juga
memasang manset tekanan darah. Manset juga terpasang pada lengan klien selama
pembedahan berlangsung sehingga ahli anestesi dapat mengkaji tekanan darah klien.
2. Kedatangan ke ruang operasi
Perawat ruang operasimengidentifikasi dan keadaan klien, melihat kembali lembar
persetujuan tindakan, riwayat kesehatan, hasil pemeriksaan fisik, dan berbagai hasil
pemeriksaan. Pastikan bahwa alat prostese dan barang berharga telah dilepas dan
memeriksa kembali rencana perawatan preoperatif yang berkaitan dengan intraoperatif.
3. Pemberian anastesi
Anestesi umum klien yang mendapat anestesi umum akan kehilangan seluluh sensasi
dan kesadarannya. Relaksasi mempermudah manipulasi anggota tubuh. Klien juga
mengalami amnesia tentang seluruh proses yang terjadi selama pembedahan yang
menggunakan anestesi umum melibatkan prosedur mayor, yang membutuhkan
manipulasi jaringan yang luas.
Ahli anestesi memberi anestesi umum melalui jalur Intra vena dan inhalasi melalui
empat tahap anestesi. Tahap 1 dimulai saat klien masih sadar, klien menjadi pusing dan
kehilangan kesadaran secara bertahap, dan status analgesic dimulai. Tahap 2 adalah
eksitasi, otot kilen kadang-kadang menegang dan hampir kejang, reflek menelan dan
muntah tetap ada, dan pola nafas klien mungkin menjadi tidak teratur. Tahap 3 dimulai
pada saat irama pernafasan mulai teratur, fungsi vital terdepresi. Tahap 4 adalah tahap
depresi pernafasan lengkap.
4. Pengaturan posisi klien selama pembedahan
Prinsip tindakan keperawatan selama pelaksanaan operasi yaitu pengaturan posisi
karena posisi yang diberikan perawat akan mempengaruhi rasa nyaman pasien dan
keadaan psikologis pasien. Pasien posisi supine (dorsal recumbent):laparotomi
eksplorasi.
Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi pasien adalah letak
bagian tubuh yang akan dioperasi, umur dan ukuran tubuh pasientipeanatesi yang
digunakan, nyeri/Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan
(arthritis).
5. Pemajanan area pembedahan
Pemajanan daerah bedah maksudnya adalah daerah mana yang akan dilakukan
tindakan pembedahan. Pengetahuan tentang hal ini perawat dapat mempersiapkan
daerah operasi dengan teknik drapping.
6. Mempertahankan posisi sepanjang prosedur operasi
Posisi pasien di meja operasi selama prosedur pembedahan harus dipertahankan
sedemikian rupa. Hal ini selain untuk mempermudah proses pembedahan juga sebagai
bentuk jaminan keselamatan pasien dengan memberikan posisi fisiologis dan
mencegah terjadinya injury.
7. Peran perawat selama pembedahan
a) Perawat instrumentator (scrubnurse) Perawat instrumentator (scrubnurse) atau
perawat sirkulator memberikan instrumen dan bahan-bahan yang di butuhkan
oleh dokter bedah selama pembedahan berlangsung dengan menggunakan
tehnik aspek pembedahan yang ketat dan terbiasa dengan instrumen
pembedahan.
b) Perawat sirkulator Perawat sirkulator adalah asisten perawat intrumentator dan
dokter bedah. Perawat sirkulator membantu mengatur posisi klien dan
menyediakan alat dan duk bedah yang dibutuhkan dalam pembedahan. Perawat
sirkulator menyediakan bahanbahan yang dibutuhkan perawat instrumentator,
membuang alat dan spon kasa yang telah kotor, serta tetap hitung instrument
jarum dan spon kasa yang telah digunakan. Perawat sirkulator juga dapat
membantu mengubah posisi klien atau memindahkan posisi lampu opersi,
perawat sirkulator juga menggunakan teknik aseptik bedah. Apabila teknik
aseptik telah hilang, Perawat sirkulator membantu anggota tim bedah dengan
mengganti dan memakai gaun dan sarung tangan steril. Prosedur ini mencegah
tertinggalnya bahan-bahan tersebut di dalam luka bedah klien.

1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian intra operasi secara ringkas mengkaji hal-hal yang berhubungan dengan
pembedahan, diantaranya adalah validasi identitas dan prosedur jenis pembedahan yang
dilakukan, serta konfirmasi kelengkapan data penunjang laboratorium dan radiologi(Mutaqin,
2009).
2. Diagnosa keperawatan
Pasien yang dilakukan pembedahan akan melewati berbagai prosedur. Prosedur pemberian
anastesi, pengaturan posisi bedah, manajemen asepsis dan prosedur bedah laparatomi akan
memberikan komplikasi pada masalah keperawatan yang akan muncul dalam (SDKI,2017)
yaitu:

a) Resiko cedera
Definisi
Beresiko mengalami bahaya atau kerusakan fisik yang menyebabkan seseorang tidak lagi
sepenuhnya sehat atau dalam kondisi baik
Faktor resiko :

Faktor eksternal Faktor Internal Kondisi klinis terkait


Terpapar patogen Ketidaknormalan profil darah Kejang
Terpapar zat kimia toksis Perubahan orientasi afektif Sinkop
Terpapar agen nosokomial Perubahan sensasi Vertigo
Ketidakamanan transportasi Disfungsi autoimun Gangguan pendengaran
Disfungsi biokimia Gangguan penglihatan
Hipoksia jaringan Penyakit pakinson
Kegagalan mekanisme Hipotensi
pertahanan tubuh
Malnutrisi Kelainan bevusvestibularis
Perubahan fungsi psikomotorik Retardasi mental
Perubahan fungsi kognitif

a) Resiko perdarahan
Definisi
Beresiko mengalami kehilangan darah baik internal (terjadi dalam tubuh) maupun eksternal
(terjadi hingga keluar tubuh).
Faktor resiko Kondisi terkait
Aneurisma Aneurisme
Gangguan gastrointestinal ( misalnya ulkus Koagulopatiintravaskulardiseminata
lambung, polip, varises
Gangguan fungsi hati ( misalnya sirosis Sirosis hepatis
hepatis
Komplikasi kehamilan ( misalnya ketuban Ulkus lambung
pecah sebelum waktunya, plasenta Previa/
abripsio, kehamilan kembar)
Komplikasi pasca partum ( misalnya atoni Varises
uterus, retensi plasenta)
Gangguan koagulasi ( misalnya trombosit Trombositopenia
opinion)
Efek agen farmakologis Ketuban pecah sebelum waktunya
Tindakan pembedahan Plasenta previa atau abrupdio
Trauma Atoniauteri
Kurang terpapar informasi tentang Retensio plasenta
pencegahan perdarahan
Proses keganasan Tindakan pembedahan
Kanker
Trauma

3. Rencana keperawatan
Menurut (SIKI,2018) Intervensi keperawatan yang dilakukan berdasarkan diagnosa diatas
adalah :

NO DIAGNOS TUJUAN INTERVENSI


A
1) 1. Risiko Setelah diberikan Observasi :
perdarahan tindakan I. Monitor tanda dan gejala
berhubunga keperawatan perdarahan
n dengan selama 2-3 jam,
tindakan tingkat perdarahan II. Monitor nilai
pembedahan menurun dengan hematokrit/hemoglobin sebelum
kriteria hasil: dan sesudah kehilangan darah
I. Perdarahan III. Monitor tanda-tanda vital
pasca ortostatik
operasi IV. Monitor koagulasi
menurun
II. Hemoglobi Teraupetik :
n membaik I. Pertahankan bedrest selama
III. Tekanan perdarahan
darah dan II. Batasi tindakan invasif, jika perlu
denyut nadi III. Gunakan kasur pencegah
membaik dekubitus
IV. Hindari pengukuran suhu rektal

Edukasi :
I. Jelaskan tanda dan gejala
perdarahan
II. Anjurkan menggunakan kaus
kaki saat ambulasi
III. Anjurkan meningkatkan asupan
cairan untuk mencegah konstipasi
IV. Anjurkan menghindari aspirin
atau antikoagulan
V. Anjurkan meningkatkan asupan
makanan dan vitamin K
VI. Anjurkan segera melapor jika
terjadi perdarahan

Kolaborasi :
I. Kolaborasi pemberian obat
pengontrol perdarahan, jika perlu
II. Kolaborasi pemberian produk
darah , jika perlu
III. Kolaborasi pemberian pelunak
tinja , jika perlu

2 Risiko Setelah diberikan dalam buku NIC (Bulechek, 2013)


) cidera tindakan I. Periksa monitor isolasi utama
berhubunga keperawatan II. Siapkan alat dan bahan
n dengan selama 2-3 jam, oksigenasi dan ventilasi buatan
perubahan tingkat cedera III. Periksa keadekuatan fungsi dari
sensasi menurun dengan alat-alat tersebut
kriteria hasil: IV. Monitor aksesoris spesifik yang
1) Kejadian dibututhkan untuk posisi bedah
cedera tertentu
menurun V. Periksa persetujuan bedah dan
2) Luka/lecet tindakan pengobatan lain yang
menurun diperlukan
(SLKI,201 VI. Periksa bersama pasien atau
9) orang yang berkepentingan
lainnya mengenai prosedur dan
area pembedahan
VII. Berpartisipasi dalam fase
“timeout” dalam pre operatif
untuk memeriksa terhadap
prosedur; benar pasien, benar
prosedur, benar area
pembedahan, sesuai kebijakan
instansi.
VIII. Dampingi pasien pada fase
transfer ke meja operasi sambil
melakukan monitor terhadap alat
IX. Hitung kasa perban, alat tajam
dan instrumen, sebelum, pada
saat dan setelah pembedahan
X. Sediakan unit pembedahan
elektronik, alas lapang
pembedahan dan elektroda aktif
yang sesuai.
XI. Periksa ketiadaan pacemaker
jantung, implan elektrik
lainnya,atauprothesis logam yang
merupakan
kontaindikasielectrosurgicalsurge
ry
XII. Lakukan tindakan pencegahan
terhadap radiasi ionisasi atau
gunakan alat pelindung dalam
situasi dimana alat tersebut
dibutuhkan, sebelum operasi
dimulai
XIII. Sesuaikan koagulasi dan arus
pemotong sesuai instruksi dokter
atau kebijakan institusi
XIV. Inspeksi kulit pasien terhadap
cedera setelah menggunakan alat
pembedahan elektronik.

4. Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah intrabedah secara umum dapat dinilai dari adanya
kemampuan dalam mempertahankan status kesehatan, seperti normalnya tanda vital,
kardiovaskular, pernapasan, ginjal, dan lain-lain.

SOAL :
1. Tahapan dimana ketika pasien masuk atau dipindahkan ke instalasi beda ( meja operasi ) dan
beakhir saat pasien dipindahlkan keruangan pemulihan ( recovery room ) ?
A. Pre operatif
B. Intra operatif
C. Post operatif
D. Benar semua
E. Salah semua
Jawaban : B

2. Dibawah ini termasuk kedalam tahapan intra operatif, kecuali?


A. Pemasangan IV card
B. pemberian medikasi intravena.
C. pemberian imform consent
D. pemantauan kondisi fisikologis menyeluruh
E. menjaga keselamatan pasien
Jawaban : C

3. Apa yang revoked dengan keperawatan perioperatif intaoperatif ?


A. Peranan perioperatif yang dimulai ketika keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan berakhir
ketika pasien dikirim ke meja operasi.
B. Peran yang harus dilakukan mulai dengan masuk nye pasien keruuang pemulihan dan berakhir
dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau dirumah
C. Peran tambahan perioperatif yang dimulai ketika pasien masuk atau dipindahkan kebagian atau
departemen bedan dan berakhir saat pasien dipindahkan keruangan pemulihan
D. Yang digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi yang dimiliki oleh pengalaman operasi
pasien
Jawaban : C

4. Dibawah ini termasuk lingkup kegiatan operasi intra operatif adalah sebagai berikut, kecuali :
A. Atur posisi pasien
B. Melakukan pemantauan secara menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan
C. Demi keselamatan pasien
D. Mengkaji efek dari agens anastesia
Jawaban : D
5. anggota tim asuhan pasien inta operatif yang stril adalah, kecuali?
A. Ahli bedah utama/operator
B. Asisten ahli bedah
C. Scrub nurse/perawat instrument
D. Ahli anastesi
Jawaban : C

Daftar pustaka
http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/1621/6/BAB%20II.pdf
http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/1621/6/BAB%20II.pdf

ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERATIF


A. Pengkajian
pasca anastesi dilakukan sejak pasien mulai Dipindakhan dari kamar operasi ke
ruang pemulihan. Pengkajian di ruang pemulihan berfokus pada keselamatan jiwa
pasien (Muttaqin & Sari, 2009).
I. Status respirasi, meliputi : kebersihan jalan nafas, kedalaman pernafasaan,
kecepatan dan sifat pernafasan dan bunyi nafas.
II. Status sirkulatori, meliputi : nadi, tekanan darah, suhu dan warna kulit.
III. Status neurologis, meliputi tingkat kesadaran.
IV. Balutan, meliputi : keadaan drain dan terdapat pipa yang harus disambung
dengan sistem drainage.
V. Kenyamanan, meliputi : terdapat nyeri, mual dan muntah
VI. Keselamatan, meliputi : diperlukan penghalang samping tempat tidur, kabel
panggil yang mudah dijangkau dan alat pemantau dipasang dan dapat
berfungsi.
VII. Perawatan, meliputi : cairan infus, kecepatan, jumlah cairan, kelancaran cairan.
Sistem drainage : bentuk kelancaran pipa, hubungan dengan alat penampung,
sifat dan jumlah drainage.
VIII. Nyeri, meliputi : waktu, tempat, frekuensi, kualitas dan faktor yang
memperberat /memperingan.

B. Diagnosa keperawatan
Hipotermi berhubungan dengan prosedur pembedahan

C. Intervensi keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi


1. Hipotermia Setelah dilakukan Observasi :
berhubungan tindakan 1. Monitor suhu
dengan terpapar keperawatan tubuh
dengan suhu masalah hipotermi 2. Identifikasi
ligkungan rendah teratasi dengan penyebab
kriteria hasil: hipotermia (mis,
1. suhu membaik terpapar suhu
2. menggigil turun lingkungan rendah,
3. Suhu pakaian tipis ,
kulitmembaik kerusakan
hipotalamus dan
kekurangan lemak
subkutan).
3. Monitor tanda
dan gejala akibat
hipotermia
(hipotermia ringan :
takipnea, disartria,
menggigil,
hipertensi, diuresis,
Hipotermia sedang :
aritmia, hipotensi,
apatis, reflex
menurun,
Hipotermia berat 9
oliguria, reflex
menghilang, edema
paru, asam basa
abnormal)

Teraupetik :
1. Sediakan
lingkungan yang
hangat ( mis, atur
suhu ruangan,
incubator).
2. Ganti pakaian dan
atau linen yang
basah.
3. Lakukan
pengihanatan aktif
eksternal (mis,
kompres hangat,
botol hangat,
selimut hangat,
perawatan metoda
kangguru).
4. Lakukan
oenghangatan aktif
internal ( mis, infus
cairan hangat,
oksigen hangat,
lavase peritoneal
dengan cairan
hangat).

Edukasi :
1. Anjurkan
makan/minum
hangat

1) Konsep askep Post ooperasi


Post operatif Keperawatan post operatif adalah periode akhir dari keperawatan perioperatif.
Selama periode ini proses keperawatan diarahkan pada menstabilkan kondisi pasien pada
keadaan equlibrium fisiologis pasien, menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi.
Pengkajian yang cermat dan intervensi segera membantu pasien kembali pada fungsi
optimalnya dengan cepat, aman dan nyaman.
Beberapa pasien setelah operasi harus ke bagian radiologi dulu dan sebagainya, sehingga
hendaknya sekali jalan saja. Prosedur-prosedur pemindahan pasien dan posisioning pasien
harus benar-benar diperhatikan demi keamanan dan kenyamanan pasien.
I. Pengkaian
Beberapa hal yang perlu dikaji setelah tindakan pembedahan diantaranya adalah
kesadaran, kualitas jalan nafas, sirkulasi, dan perubahan tanda vital yang lain,
keseimbangan elektrolit, kardiovaskuler, lokasi daerah pembedahan dan sekitarnya,
serta alat yang digunakan dalam pembedahan.

II. Diagnose keperawatan


Diagnosa post operasi saat post operatif dalam (SDKI,2017) meliputi:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis
2. Risiko hipotermi perioperatif b.d suhu lingkungan rendah
III. Rencana keperawatan
Menurut (SIKI,2018) intervensi keperawatan yang dilakukan berdasarkan
diagnosa diatas adalah :

No Diagnosa Tujuan Intervensi


1. Nyeri akut Setelah diberikan Observasi :
berhubungan asuhan (1) Identifikasi
dengan agen keperawatan lokasi, karakteristik,
pencidera fisiologis selama 1 jam, durasi, frekuensi,
tingkat nyeri pasien kualitas, intensitas
berkurang dengan nyeri.
kriteria hasil: (2) Identifikasi skala
(1) Keluhan nyeri nyeri
menurun (3) Identifikasi nyeri
(2) Meringis non verbal
menurun (4) Identifikasi
(3) Sikap protektif faktor yang
menurun memperberat dan
(4) Gelisah memperingan nyeri
menurun (5) Identifikasi
(5) Kesulitan tidur pengetahuan dan
menurun keyakinan tentang
nyeri
(6) Identifikasi
pengaruh budaya
terhadap respon
nyeri
(7) Identifikasi
pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
(8) Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik

Terapeutik :
(1) Berikan teknik
non farmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri ( misal :
TENS, hipnosis,
akupresure, terapi
musik, biofeedback
,terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi
terbimbing,
kompres
hangat/dingin).
(2) Kontrol
lingkungan yang
memperberat nyeri (
misal : suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan).
(3) Fasilitasi
istirahat dan tidur
(4) Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
(1) Jelaskan
penyebab, periode
dan pemicu nyeri
(2) Jelaskan strategi
meredakan nyeri
(3) Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
(4) Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
SSStepat
(5) Ajarkan eknik
non farmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri

Kolaborasi:
(1) Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika perlu
2. Risiko hipotermi Setelah diberikan Observasi :
perioperatif b.d tindakan (1) Monitor suhu
suhu lingkungan keperawatan tubuh
rendah selama 1 jam, (2) Identifikasi
termoregulasi penyebab
membaik dengan hipotermia, (misal :
kriteria hasil: terpapar suhu
(1) Mengigil lingkungan rendah,
menurun kerusakan
(2) Suhu tubuh hipotalamus,
membaik penurunan laju
(3) Suhu kulit metabolisme,
membaik.
kekurangan lemak
subkutan )
(3) Monitor tanda
dan gejala akibat
hipotermi

Teraupetik :
(1) Sediakan
lingkungan yang
hangat (misal: atur
suhu ruangan)
(2) Lakukan
penghangatan pasif
(misal: Selimut,
menutup kepala,
pakaian tebal)
(3) Lakukan
penghatan aktif
eksternal (misal:
kompres hangat,
botol hangat,
selimut hangat,
metode kangguru)
(4) Lakukan
penghangatan aktif
internal (misal :
infus cairan hangat,
oksigen hangat,
lavase peritoneal
dengan cairan
hangat)
SOAL :

1. Apa saja yang dilakukan perawat apabila menemuklan pasien post op dengan keluhan nyeri ?

A. Memberikan analgetik dan mengajarkan teknik relaksasi

B. Memberika terapi oksigen

C. Mengajarkan batuk efektif

D. Memberikan chest therapy

Jawaban : A

2. Di bawah ini termasuk kedalam tahapan post operatif ialah ?

A. Memberikan penjelasan prosedur pembedahan

B. Pemberian indikasi intravena

C. permintaan inform consent

D. pengkajian riwayat pasien

E. perawatan lanjutan terrkait rehabilitasi pasien

Jawaban : C

3. Dibawah inii tujuan dari tindakan post operatif ialah, kecuali

A. mengawasi kemajuan pasien sewaktu masa pulih

B. memberikan pemahaman tentang prosedur yang akan dilakukan

C. mencegah atau segera mengatasi komplikasi yang terjadi

D. menilai kesadarsan dan fungsi vital pasien

E. menentukan saat pemindahan/pemulangan pasien ( sesuai dengan “ penilaian aldrett )

Jawaban : B
4. Pada priode akhir post operatif tindakan proses keperawat an yang haruis dilakukan adalah

A. Menstabilkan kondisi pasien , menghilanglkan nyeri dan pencegahan komplikasi

B. membiarkan saja pasien tersebut

C. USG

D. Menyuru pasien untuk pulang

Jawaban : A

5. Tn. A berusia 24 tahun masuk rumah sakit akibat jatuh dari motor yang dan mengalami patah
kaki sebelah kanan, dan pada saat pasien sudah selesai dilakukan tindakan operasi di intra operatif,
selanjutnya pasie n akan dibawa ke ruangan ?

A. Pemulihan di post operatif

B. Pre operatif

C. Intra operatif

D. Semua benar

Jawaban : A
Daftar pustaka

http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/1621/6/BAB%20II.pdf
http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/1621/6/BAB%20II.pdf
KONSEP PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI URINE

1. ELIMINASI

Kebutuhan eliminasi terdiri atas dua, yakni eliminasi urine (kebutuhan buang air kecil) dan
eliminasi alvi (kebutuhan buang air besar)

1) PEMENUHAN ELIMINASI URINE

a) Organ yang Berperan dalam Eliminasi urine Ginjal Merupakan organ


retropenitoneal (di belakang selaput perut) yang terdiri atas ginjal sebelah kanan dan
kiri tulang punggung. Ginjal berperan sebagi pengatur komposisi dan volume cairan
dalam tubuh.

b) Kandung kemih (bladder, buli-buli) Merupakan sebuah kantung yang terdiri atas
otot halus yang berfungsi sebagai penampung air seni (urine).

c) Uretra Merupakan organ yang berfungsi untuk menyalurkan urine ke bagian luar.

d) Proses Berkemih Berkemih merupakan proses pengosongan vesika urinaria


(kandung kemih). Vesika urinaria dapat menimbulkan rangsangan saraf bila urinaria
berisi ± 250-450 cc (pada orang dewasa) dan 200-250 cc (pada anak-anak).
Komposisi urine :

(1) Air (96%)

(2) Larutan (4%) Larutan Organik

- Urea, ammonia, keratin, dan asam urat

- Larutan Anorganik

Natrium (sodium), klorida, kalium (potasium), sufat, magnesium, fosfor.


Natrium klorida merupakan garam anorganik yang paling banyak.

2) FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ELIMINASI URINE DAN ASUPAN

a) Jumlah dan tipe makanan


merupakan faktor utama yang memengaruhi output urine (jumlah urine). Protein dan
natrium dapat menentukan jumlah urin yang dibentuk. Selain itu, minum kopi juga dapat
meningkatkan pembentukan urine.
1. Respon keinginan awal untuk berkemih
Kebiasan mengabaikan keinginan awal utnuk berkemih dapat menyebabkan urin
banyak tertahan di vesika urinaria, sehingga memengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah
pengeluaran urine.
2. Gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi. Hal ini
terkait dengan tersedianya fasilitas toilet.
3. Stress psikologis
Meningkatkan stres dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih. Hal ini karena
meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang diproduksi.
4. Tingkat aktivitas Eliminasi
urine membutuhkan tonus otot vesika urinearia yang baik untuk fungsi sphincter.
Kemampuan tonus otot di dapatkan dengan beraktivitas. Hilangnya tonus otot vesika urinearia
dapat menyebabkan kemampuan pengontrolan berkemih menurun.
5. Tingkat perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola berkemih. Hal
tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih mengalami mengalami kesulitan untuk
mengontrol buang air kecil. Namun kemampuan dalam mengontrol buang air kecil meningkat
dengan bertambahnya usia
6. Kondisi penyakit
Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes mellitus.
7. Sosiokultural Budaya
dapat memegaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya kultur pada
pada masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air kecil di tempat tertentu.
8. Kebiasaan seseorang
Seseorng yang memiliki kebiasaan berkemh di toilet, biasanya mengalami kesulitan
untuk berkemih dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan sakit.
9. Tonus otot
Tonus otot yang berperan penting dlam membantu proses berkemih adalah otot
kandung kemih, otot abdomen, dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi sebagai
pengontrolan pengeluaran urine
10. Pembedahan
Pembedahan berefek menurunkan filtrasi glomerulus sebagai dampak dari pemberian
obat anestesi sehingga menyebabkan penurunan jumlah produksi urine.
11. Pengobatan
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan atau
penurunan proses perkemihan.
12. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik ini juga dapat memengaruhi kebutuhan eliminasi urine,
khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran kemih
seperti intra venus pyelogram (IVP)

3) GANGGUAN ATAU MASAKLAH KEBUTUHAN ELIMINASI URINA

a) Retensi urine
merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat ketidak mampuan
kandung kemih untuk mengosongkan kandung kemih. Tanda klinis retensi : Ketidaknyamanan
daerah pubis
1. Distensi vesika urinaria
2. Ketidaksanggupan untuk berkemih
3. Sering berkemih saat vesika urinaria berisi sedikit urine (25-50 ml)
4. Ketidakseimbangan jumlah urine yang dikeluarkan dengan asupannya
5. Meningkatkan keresahan dan keinginan berkemih
6. Adanya urine sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung kemih
Penyebab :
1. Operasi pada daerah abdomen bawah, pelvis vesika urinaria
2. Trauma sumsum tulang belakang
3. Tekanan uretra yang tinggi karena otot detrusor yang lemah
4. Sphincter yang kuat
5. Sumbatan (striktur uretra dan pembesaran kelenjar prostat)

b) Inkontinensia urine,
merupakan ketidakmampuan otot sphincter eksternal sementara atau menetap untuk
mengontrol ekskresi urine.

C) Enuresis

merupakan ketiksanggupan menahan kemih (mengompol) yang diakibatkan tidak


mampu mengontrol sphincter eksterna. Faktor penyebab enuresis :

1. Kapasitas vesika urinaria lebih besar dari normal


2. Anak-anak yang tiidurnya bersuara dan tanda-tanda dari indikasi keingina berkemih
tidak diketahui. Hal itu mengakibatkan terlambatnya bangun tidur untuk ke kamar
mandi

3. Vesika urrinaria peka rangsang, dan seterusnya, tidak dapat menampung urine dalam
jumlah besar.

4. Suasana emosional yang tidak menyenangkan dirumah (misalnya persaingan dengan


saudara kandung atau cekcok dengan orang tua)

5. Orang tua yang mempunyai pendapat bahwa anaknya akan mengatasi kebiasaannya
tanpa di bantu dengan mendidiknya

6. Infeksi saluran kemih, perubahan fisik, atau neurologis system perkemihan.

7. Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral

8. Anak yang takut jalan gelap untuk ke kamar mandi

4) PERUBAHAN ELIMINASI URINE

merupakan keadaan sesorang yang mengalami gangguan pada eliminasi urine karena
obstruksi anatomis, kerusakan motorik sensorik, dan infeksi saluran kemih. Perubahan eliminasi 15
terdiri atas :

1. Frekuensi, merupakan banyaknya jumlah berkemih dalam satu hari

2. Urgensi, merupakan perasaan seseorang yang takut mengalami inkontinesia

3. jika tidak berkemih Disuria, merupakan rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih

4. Poliuria, merupakan produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh

5. ginjal, tanpa adanya peningkatan asupan cairan. Urinaria supresi, merupakan berhentinya produksi
urine secara mendadak.
SOAL :

1. Seorang pasien laki-laki berusia 40 tahun memiliki kanker hati grade Ini. Dokter
menyarankan untuk segera dilakukan operasi laparatomi. Setelah dilakukan operasi pasien
dipasang kateter apakah fungsi pemanasan pada pasien pasca operasi tersebut?
A. Agar pasien aman mobilisasinya
B. Membantu pengeluaran urine
C. Menginap di rumah sakit selama beberapa hari
D. Untuk memperbaiki fungsi berkemih.
JAWABAN : B

2. Seorang laki-laki berusia 65 tahun dirawat di ruang bedah dengan diagnosa retensio
urinaria dengan keluhan tidak bisa kencing. Pada saat pengkajian kencing tidak lancar ( menetes
) rasa nyeri dan tidak puas pada saat BAK, tanda vital : Re 25x/i, nadib90x/i, TD 130/80 mmHg
. Apakah masalah keperawatan utama pada kasus tersebut
A. Perubahan pola eliminasi urine
B. Inkontinensia urine
C. Resiko infeksi
D. Retensi urine
E. Nyeri akut
JAWABAN : A

3. Seorang perempuan berusia 56 tahun datang ke IGD dengan keluhan tidak bisa 3 hari
yang lalu, pada saat pengkajian akar tidak bisa keluar, terjadi distensi abdomen akibat dilatasi
kandung kemih, RR 25x/ i, nadi 85x/i, TD 120/70. Apakah masalah utama yang tepat pada
kasus tersebut?
A. Trauma ginjal
B. Resensi urine
C. Infeksi akut
D. Gangguan ginjal kronis akut
JAWABAN : B

4. Seorang laki-laki umur 60 tahun Dirawat di rumah sakit karena telah menjalani operasi
pengangkatan prostat akibat BPH. Pada pengkajian diperoleh data : pasien terpasang volley
kateter sudah dua hari ini, warna ungu mie kuning jernih dan pada hari ini direncanakan akan
dilakukan pelepasan volley kateter. Apakah prioritas intervensi keperawatan pada pasien
tersebut?
A. Berikan penjelasan tentang perawatan dirumah
B. Anjurkan pasien untuk memperbanyak minum
C. Barang bekas yang melakukan hubungan seksual
D. Siapkan alat untuk memasang kateter
E. Melakukan bladder training
JAWABAN : E
5. Seorang laki-laki usia 40 tahun mengeluh urine yang keluar sedikit, menetes dan terasa
panas, adanya peningkatan frekuensi berkemih, dari riwayat penyakit terdapat obstruksi pada
saluran kemih. Apakah prioritas masalah keperawatan yang sesuai dengan keluhan diatas ?
A. Nyeri
B. Ansietas
C. Perubahan eliminasi
D. Kurang pengetahuan
E. resiko terjadinya infeksi
Jawaban : D
DAFTAR PUSTAKA

http://fik.umpo.ac.id/content/uploads/2020/10/KDM.pdf
KONSEP PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI FEKAL

1. Pengertian khusus eliminasi Fekal

a. Pengertian Eliminasi Fekal proses pembuangan atau pengeluaran sisa


metabolisme berupa feses dan flatus yang berasal dari saluran pencernaan
melalui anus.
b. Anatomi Saluran Pencernaan Secara normal, makanan & cairan masuk
kedalam mulut, dikunyah (jika padat) didorong ke faring oleh lidah dan ditelan
dengan adanya refleks otomatis, dari esofagus kedalam lambung. Pencernaan
berawal dimulut dan berakhir diusus kecil walaupun cairan akan
melanjutkannya sampai direabsorpsi di kolon.

1. Anatomi fisiologi saluran pencernaan terdiri dari :

a. Mulut Gigi berfungsi untuk menghancurkan makanan pada awal proses pencernaan.

Mengunyah dengan baik dapat mencegah terjadinya luka parut pada


permukaan saluran pencernaan. Setelah dikunyah lidah mendorong gumpalan makanan
ke dalam faring, dimana makanan bergerak ke esofagus bagian atas dan kemudian
kebawah ke dalam lambung.

b. Esofagus Esofagus adalah sebuah tube yang panjang.

Sepertiga bagian atas adalah terdiri dari otot yang bertulang dan sisanya adalah
otot yang licin. Permukaannya diliputi selaput mukosa yang mengeluarkan sekret
mukoid yang berguna untuk perlindungan.

c. Lambung Gumpalan makanan memasuki lambung, dengan bagian porsi terbesar dari
saluran pencernaan.

Pergerakan makanan melalui lambung dan usus dimungkinkan dengan adanya


peristaltik, yaitu gerakan konstraksi dan relaksasi secara bergantian dari otot yang
mendorong substansi makanan dalam gerakan menyerupai gelombang. Pada saat
makanan bergerak ke arah spingter pylorus pada ujung distla lambung, gelombang
peristaltik meningkat. Kini gumpalan lembek makanan telah menjadi substansi yang 2
disebut chyme. Chyme ini dipompa melalui spingter pylorus kedalam duodenum. Rata-
rata waktu yang diperlukan untuk mengosongkan kembali lambung setelah makan
adalah 2 sampai 6 jam.

d. Usus kecil Usus kecil (halus) mempunyai tiga bagian :

1) Duodenum, yang berhubungan langsung dengan lambung

(2) Jejenum atau bagian tengah dan

(3) Ileum.

e. Usus besar (kolon) Kolon orang dewasa, panjangnya ± 125 – 150 cm atau 50 –60
inch, terdir dari:

1) Sekum, yang berhubungan langsung dengan usus kecil

2) Kolon, terdiri dari kolon asenden, transversum, desenden dan sigmoid.

(3) Rektum, 10 – 15 cm / 4 – 6 inch.

Fisiologi usus besar yaitu bahwa usus besar tidak ikut serta dalam
pencernaan/absorpsi makanan. Bila isi usus halus mencapai sekum, maka semua zat
makanan telah diabsorpsi dan sampai isinya cair (disebut chyme). Selama perjalanan
didalam kolon (16 – 20 jam) isinya menjadi makin padat karena air diabsorpsi dan
sampai di rektum feses bersifat padat – lunak.

Fungsi utama usus besar (kolon) adalah :

(1) Menerima chyme dari lambung dan mengantarkannya ke arah bagian selanjutnya
untuk mengadakan absorpsi / penyerapan baik air, nutrien, elektrolit dan garam empedu

(2) Mengeluarkan mukus yang berfungsi sebagai protektif sehingga akan melindungi
dinding usus dari aktifitas bakteri dan trauma asam yang dihasilkan feses. Sebagai
tempat penyimpanan sebelum feses dibuang.

f. Anus / anal / orifisium eksternal

Panjangnya ± 2,5 – 5 cm atau 1 – 2 inch, mempunyai dua spinkter yaitu internal


(involunter) dan eksternal (volunter).

c. Fisiologi Defekasi

Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut
bowel movement. Frekwensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa
kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap
orang. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan
rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap
kebutuhan untuk defekasi.

Defekasi biasanya dimulai oleh dua refleks defekasi Refleksi

defekasi fekasi biasanya dimulai oleh dua refleks defekasi yaitu :

a. Refleks defekasi instrinsik

Ketika feses masuk kedalam rektum, pengembangan dinding rektum


memberi suatu signal yang menyebar melalui pleksus mesentrikus untuk
memulai gelombang peristaltik pada kolon desenden, kolon sigmoid, dan
didalam rektum. Gelombang ini menekan feses kearah anus. Begitu gelombang
peristaltik mendekati anus, spingter anal interna tidak menutup dan bila
spingter eksternal tenang maka feses keluar.

b. Refleksi defekasi parasimpatis

Ketika serat saraf dalam rektum dirangsang, signal diteruskan ke


spinal cord (sakral 2 – 4) dan kemudian kembali ke kolon desenden, kolon
sigmoid dan rektum. Sinyal – sinyal parasimpatis ini meningkatkan gelombang
peristaltik, melemaskan spingter anus internal dan meningkatkan refleks
defekasi instrinsik. Spingter anus individu duduk ditoilet atau bedpan, spingter
anus eksternal tenang dengan sendirinya. Pengeluaran feses dibantu oleh
kontraksi otot-otot perut dan diaphragma yang akan meningkatkan tekanan
abdominal dan oleh kontraksi muskulus levator ani pada dasar panggul yang
menggerakkan feses melalui saluran anus. Defekasi normal dipermudah
dengan refleksi paha yang meningkatkan tekanan di dalam perut dan posisi
duduk yang meningkatkan tekanan kebawah kearah rektum. Jika refleks
defekasi diabaikan atau jika defekasi dihambat secara sengaja dengan
mengkontraksikan muskulus spingter eksternal, maka rasa terdesak untuk 4
defekasi secara berulang dapat menghasilkan rektum meluas untuk
menampung kumpulan feses.

1. Susunan feses terdiri dari :

a. Bakteri yang umumnya sudah mati

b. Lepasan epitelium dari usus

c. Sejumlah kecil zat nitrogen terutama musin (mucus)

d. Garam terutama kalsium fosfat e. Sedikit zat besi dari selulosa


f. Sisa zat makanan yang tidak dicerna dan air (100 ml)

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Eliminasi fecal :

a. Usia dan perkembangan : mempengaruhi karakter feses, kontrol

b. Diet

c. Pemasukan cairan. Normalnya : 2000 – 3000 ml/hari

d. Aktifitas fisik : Merangsang peristaltik usus

e. Faktor psikologi

f. Kebiasaan

g. Posisi

h. Nyeri

i. Kehamilan : menekan rektum

j. Operasi & anestesi

k. Obat-obatan

l. Test diagnostik : Barium enema dapat menyebabkan konstipasi

m. Kondisi patologis

n. Iritans

3. Masalah eliminasi fecal

a. Konstipasi

Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit yaitu menurunnya


frekuensi BAB disertai dengan pengeluaran feses yang sulit, keras, dan
mengejan. BAB yang keras dapat menyebabkan nyeri rektum. Kondisi ini
terjadi karena feses berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air
diserap. Penyebabnya : Kebiasaan BAB tidak teratur, seperti sibuk, bermain,
pindah tempat, dan lain-lain. Diet tidak sempurna/adekuat : kurang serat
(daging, telur), tidak ada gigi, makanan lemak dan cairan kurang.
Meningkatnya stress psikologi : Kurang olahraga / aktifitas : berbaring lama.
Obat-obatan : kodein, morfin, anti kolinergik, zat besi. Penggunaan obat
pencahar/laksatif menyebabkan tonus otot intestinal kurang sehingga refleks
BAB hilang. Usia, peristaltik menurun dan otot-otot elastisitas perut menurun
sehingga menimbulkan konstipasi. Penyakitpenyakit : Obstruksi usus, paralitik
ileus, kecelakaan pada spinal cord dan tumor.

b. Impaction

Impaction merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur, sehingga


tumpukan feses yang keras di rektum tidak bisa dikeluarkan. Penyebabnya
pasien dalam keadaan lemah, bingung, tidak sadar, konstipasi berulang dan
pemeriksaan yang dapat menimbulkan konstipasi. Tandanya : tidak BAB,
anoreksia, kembung/kram dan nyeri rektum.

c. Diare

Diare merupakan BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak
berbentuk. Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat. Iritasi di
dalam kolon merupakan faktor tambahan yang menyebabkan meningkatkan
sekresi mukosa. Akibatnya feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapat
mengontrol dan menahan BAB.

d. Inkontinensia fecal

Merupakan suatu keadaan tidak mampu mengontrol BAB dan udara


dari anus, BAB encer dan jumlahnya banyak. Umumnya disertai dengan
gangguan fungsi spingter anal, penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord
dan tumor spingter anal eksternal. Pada situasi tertentu secara mental pasien
sadar akan kebutuhan BAB tapi tidak sadar secara fisik. Kebutuhan dasar
pasien tergantung pada perawat.

e. Flatulens

Yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus


meregang dan distended, merasa penuh, nyeri dan kram. Biasanya gas keluar
melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus). Hal-hal yang menyebabkan
peningkatan gas di 6 usus adalah pemecahan makanan oleh bakteri yang
menghasilkan gas metan, pembusukan di usus yang menghasilkan CO2.
Makanan penghasil gas seperti bawang dan kembang kol.

f. Hemoroid

Yaitu dilatasi pembengkakan vena pada dinding rektum (bisa internal


atau eksternal). Hal ini terjadi pada defekasi yang keras, kehamilan, gagal
jantung dan penyakit hati menahun. Perdarahan dapat terjadi dengan mudah
jika dinding pembuluh darah teregang. Jika terjadi infla-masi dan pengerasan,
maka pasien merasa panas dan gatal. Kadang-kadang BAB dilupakan oleh
pasien, karena saat BAB menimbulkan nyeri. Akibatnya pasien mengalami
konstipasi.

2) Pengkajian focus eliminasi fekal


a. Pengkajian
Pengkajian eliminasi alvi meliputi mengumpulkan riwayat keperawatan, melakukan
pemeriksaan fisik pada abdomen, rektum dan anus serta inspeksi feses. Perawat seharusnya
juga mengkaji ulang beberapa data yang didapat dari pemeriksaan diagnostik yang relevan. b.
Riwayat Keperawatan
Riwayat keperawatan eliminasi fekal membantu perawat menentukan pola defekasi
normal klien. Perawat mendapatkan suatu gambaran feses normal dan beberapa perubahan yang
terjadi dan mengumpulkan informasi tentang beberapa masalah yang pernah terjadi
berhubungan dengan eliminasi, adanya ostomy dan faktor-faktor yang mempengaruhi pola
eliminasi. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik abdomen terkait dengan eliminasi alvi meliputi
inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi dikhususkan pada saluran intestinal. Auskultasi
dikerjakan sebelum palpasi, sebab palpasi dapat merubah peristaltik. Pemeriksaan rektum dan
anus meliputi inspeksi dan palpasi.
c. Inspeksi Feses
Observasi feses klien terhadap warna, konsistensi, bentuk permukaan, jumlah, bau dan
adanya unsur-unsur abdomen. Perhatikan tabel berikut :
Karakteristik Normal Abnormal dan penyebabnya
Warna Dewasa : kecoklatan 1. Abnormal : Pekat/putih
Bayi : kekuningan Penyebab :
Adanya pigmen empedu
(obstruksi empedu);
pemeriksaan diagnostik
menggunakan barium

2. abnormal : hitam/spt ter


Penyebab : Obat (spt. Fe);
PSPA (lambung, usus halus);
diet tinggi buah merah dan
sayur hijau tua (spt. Bayam)
3. abnormal : merah
Penyebab :
PSPB (spt. Rektum),
beberapa makanan spt bit.

4. abnormal : pucat
Penyebab :
Malabsorbsi lemak ; diet
tinggi susu dan produk susu
dan rendah daging.

Konstitensi Berbentuk, lunak, agak cair 1. abnormal : keras, kuning


Penyebab : Dehidrasi,
penurunan motilitas usus
akibat kurangnya serat,
kurang latihan, gangguan
emosi dan laksantif abuse.

2. abnormal : diare
Penyebab :
Peningkatan motilitas usus
(mis. akibat iritasi kolon oleh
bakteri)
Bentuk Silinder (bentuk rektum) 1. abnormal : Mengecil,
dengan 2,5 cm u/ orang bentuk pensil atau seperti
dewasa benang
Penyebab :
kondisi obstruksi rectum
Jumlah Tergantung diet (100 – 400
gr/hari)
Bau Aromatic : dipengaruhi oleh 1. abnormal : tajam, pedas
makanan yang dimakan dan Penyebab : infeksi dan
flora bakteri perdardarahan
Unsur pokok Sejumlah kecil bagian kasar 1. abnormal : Pus Mukus
makanan yg tdk dicerna, Parasit Darah Lemak dalam
potongan bakteri yang mati, jumlah besar Benda asing
sel epitel, lemak, protein,
unsurunsur kering cairan Penyebab :
pencernaan Infeksi bakteri Konsidi
peradangan Perdarahan
gastrointestinal Malabsorbsi
Salah makan

a. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik saluran gastrointestinal meliputi tehnik visualisasi
langsung / tidak langsung dan pemeriksaan laboratorium terhadap unsurunsur yang
tidak normal.

3) Diagnose keperawatan
Diagnosa keperaawatan , intervensi dan rasional.
Label diagnostik masalah eliminasi alvi menurut NANDA meliputi :
a. Inkontinensia alvi
b. Konstipasi
c. Resiko terjadi konstipasi
d. Konstipasi yang dirasakan
e. Diar

i. Program Bowel Training


Pada klien yang mengalami konstipasi kronik, sering terjadi obstipasi / inkontinensia feses,
program bowel training dapat membantu mengatasinya. Program ini didasarkan pada faktor
dalam kontrol klien dan didesain untuk membantu klien mendapatkan kembali defekasi normal.
Program ini berkaitan dengan asupan cairan dan makanan, latihan dan kebiasaan defekasi.
Sebelum mengawali program ini, klien harus memahaminya dan terlibat langsung. Secara garis
besar program ini adalah sebagai berikut :
1) Tentukan kebiasaan defekasi klien dan faktor yang membantu dan menghambat defekasi
normal.
2) Desain suatu rencana dengan klien yang meliputi :
(a) Asupan cairan sekitar 2500 – 3000 cc/hari
(b) Peningkatan diit tinggi serat
(c) Asupan air hangat, khususnya sebelum waktu defekasi
(d) Peningkatan aktivitas / latihan
3) Pertahankan hal-hal berikut secara rutin harian selama 2 – 3 minggu :
(a) Berikan suppository katarsis (seperti dulcolax) 30 menit sebelum waktu defekasi klien untuk
merangsang defekasi.
(b) Saat klien merasa ingin defekasi, bantu klien untuk pergi ke toilet / duduk di Commode atau
bedpan. Catat lamanya waktu antara pemberian suppository dan keinginan defekasi.
(c) Berikan klien privacy selama defekasi dan batasi waktunya, biasanya cukup 30 – 40 menit.
(d) Ajarkan klien cara-cara meningkatkan tekanan pada kolon, tetapi hindari mengecan
berlebihan, karena dapat mengakibatkan hemorrhoid.
4) Berikan umpan balik positif kepada klien yang telah berhasil defekasi. Hindari negatif
feedback jika klien gagal. Banyak klien memerlukan waktu dari minggu sampai bulan untuk
mencapai keberhasilan.
SOAL :

1. tn. Mora ( 20 thn ) masuk diruang IRD RS labuang baji dengan keluhan tidak BAB
selama 2 minggu, keluhan lain yang dirasakan adalah pusing, dan mual, pada pemeriksaan fisik
tanpak adanya distensi abdomen dan terdengar bunyi tympani ketika diperkusi. Dari data
menunjukan bahwa tn. Mora mengalami
A. Konstipasi
B. Defekasi
C. Diare
D. Obstipasi
E. Inkontinensia alvi

2. Setelah dilakukan bowel training pada Tn Mora, menunjukkan adanya keinginan untuk
buang air besar, mekanisme ini terjadi karena impuls yang dihantarkan melalui medulla spinalis
sampai pada tingkat lebih tinggi pada sistem persarafan yakni…
A. Hipotalamus
B. Medulla Oblongata
C. Talamus
D. Cerebellum
E. Corteks serebri

3. Tindakan Keperawatan yang tidak tepat untuk mengatasi masalah Tn Mora adalah…
A. Anjurkan minum air hangat setelah bangun tidur
B. Diet makanan tinggi serat
C. Latihan bowel training
D. Anjurkan melakukan aktivitas ringan sesuai kemampuan
E. Kolaborasi dengan tim medis untuk tindakan huknah

4. Defekasi lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi encer disebut…


A. Konstipasi
B. Defekasi
C. Diare
D. Flatus
E. Inkontinensia Alvi
5. Eliminasi BAB dipengaruhi oleh faktor-faktor, kecuali…
A. Intake cairan
B. Aktivitas fisik
C. Diet
D. Gaya hidup
E. Pola kebiasaan
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/383829377/Konsep-Dasar-Eliminasi-Fekal

Anda mungkin juga menyukai