Tugas Kelompok 5 Paliatif-1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TINJAUAN SOSIAL DAN BUDAYA TENTANG PERAWATAN


PALIATIF
Makalah Ini DisusunUntuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan
Paliatif
Dosen Pengampu: Dr. Rita Benya Adriani, S.Kep., M.Kes

Disusun Oleh:
1. Kinanti Cahyaning Asri 127220017106
2. Nur An Nisa Najibah Gumay 127220017152
3. Rivaldo Ageng Handoko 127220017119
4. Rizka Ramadhan 21210109265
5. Via Indriawati 127220017162

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SURAKARTA 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT., yang telah memberikan Rahmat
dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini. Makalah
dengan judul “Tinjauan Sosial dan Budaya tentang Perawatan Paliatif”
disusun untuk memenuhi tugas kelompok keperawatan paliatif pada Program
Studi Profesi Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan laporan ini masih
terdapat beberapa kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, hal ini tidak lepas
dari terbatasnya pengetahuan dan wawasan yang penulis miliki, serta sarana
dan prasarana lain yang menunjang terselesaikannya laporan ini. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif dan
membangun sebagai perbaikan di masa yang akan datang.
Akhir kata, semoga laporan ini bermanfaat khususnya bagi penulis
dan umumnya bagi pembaca dalam mengembangkan profesi keperawatan
guna menciptakan perawat yang profesional.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................2
BAB II TINJAUANN PUSTAKA...........................................................................3
A. Pengertian Perawatan Paliatif......................................................................3
B. Pengertian Sosial dan Budaya......................................................................3
C. Aspek Budaya yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan............................4
D. Aspek Sosial yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan...............................6
E. Tinjauan Sosial dan Budaya pada Perawatan Paliatif..................................6
BAB III PENUTUP..................................................................................................9
A. Kesimpulan..................................................................................................9
B. Saran.............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Palliative Care adalah suatu perawatan kesehatan terpadu yang
menyeluruh dengan pendekatan multidisiplin yang terintegrasi.
Tujuannya adalah untuk mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang
umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya, dan juga memberikan support
kepada keluarganya. Dari definisi tersebut didapatkan bahwa salah satu
tujuan dasar dari palliative care adalah mengurangi penderitaan pasien
yang termasuk didalamnya adalah menghilangkan nyeri yang diderita
oleh pasientersebut. Terdapat banyak alas an mengapa pasien dengan
penyakit stadium lanjut tidak mendapatkan perawatan yang memadai,
namun semua alas an itu pada akhirnya berakar pada konsepterapi yang
eksklusif dalam menyembuhkan penyakit dari pada meningkatkan
kualitas hidup dan mengurangi penderitaan. Seringkali keputusan untuk
mengambil tindakan paliatif baru dilakukan setelah segala usaha
penyembuhan penyakit ternyata tidak efektif. Padahal seharusnya,
palliative care dilakukan secara integral dengan perawatan kuratif dan
rehabilitasi baik pada fase dini maupun lanjut.
Seiring dengan berkembangnya bidang ilmu ini, ruang lingkup dari
palliative care yang dulunya hanya terfokus pada memberikan
kenyamanan bagi penderita, sekarang telah meluas menjadi perawatan
holistik yang mencakup aspek fisik, sosial, psikologis, cultural, dan
spiritual. Perubahan perspektif ini dikarenakan semakin hari semakin
banyak pasien yang menderita penyakit kronis sehingga tuntutan untuk
suatu perkembangan adalah mutlak adanya.

1
2

B. RumusanMasalah
1. Bagaimanakah definisi perawatan paliatif?
2. Bagaimanakah pengertian sosial dan budaya
3. Bagaimanakah aspek budaya yang mempengaruhi kesehatan?
4. Bagaimanakah aspek sosial yang berpengaruh terhadap kesehatan?
5. Bagaimanakah tinjauan sosial dan budaya dalam perawatan paliatif?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi perawatan paliatif
2. Untuk mengetahui pengertian sosial dan budaya.
3. Untuk mengetahui aspek budaya yang mempengaruhi kesehatan.
4. Untuk mengetahui aspek sosial yang berpengaruh terhadap kesehatan.
5. Untuk mengetahui tinjauan sosial dan budaya dalam perawatan
paliatif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Perawatan Paliatif


Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan
kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam
menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, dengan cara meringankan
penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang
sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik,
psikologis, social atau spiritual. (World Health Organization (WHO)
2016).

B. Pengertian Sosial dan Budaya


Sosial budaya merupakan segala hal diciptakan oleh manusia dengan
pikiran dan budinya dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut Andreas
Eppink, social budaya atau kebudayaan adalah segala sesuatu atau tata
nilai yang berlaku dalam sebuah masyarakat yang menjadi cirri khas dari
masyarakat tersebut. Sedangkan menurut Burnett, kebudayaan adalah
keseluruhan berupa kesenian, moral, adat istiadat, hukum, pengetahuan,
kepercayaan, dan kemampuan olah piker dalam bentuk lain yang didapat
seseorang sebagai anggota masyarakat dan keseluruhan bersifat
kompleks. Dari kedua pengertian tersebut bias disimpulkan bahwa social
budaya memang mengacu pada kehidupan bermasyarakat yang
menekankan pada aspek adat istiadat dan kebiasaan masyarakat itu
sendiri.
Sosial budaya merupakan segala hal yang diciptakan oleh manusia
dengan pikiran dan budinya dalam kehidupan bermasyarakat. Karena
itulah penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan
kesehatan, tapi juga membuat mereka mengerti tentang proses terjadinya
suatu penyakit dan bagaimana meluruskan keyakinan atau budaya yang
dianut hubungannya dengan kesehatan. Green dalam Notoatmodjo (2007)
mengatakan bahwa perilaku manusia dari tingkat kesehatan dipengaruhi

3
4

oleh 2 faktor pokok yaitu factor perilaku (behaviour cause) dan faktor di
luar perilaku (non-behaviour cause). Perilaku itu sendiri terbentuk dari
tiga faktor, yaitu:
1. Faktor Predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan
sebagainya.
2. Faktor Pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam
lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas
atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan,
air bersih dan sebagainya.
3. Faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap
dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan
kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

C. Aspek Budaya yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan


1. Persepsi masyarakat terhadap sehat dan sakit
Masyarakat mempunyai batasan sehat atau sakit yang berbeda
dengan konsep sehat dan sakit versi system medis modern (penyakit
disebabkan oleh makhluk halus, guna-guna, dan dosa)
2. Kepercayaan
Kepercayaan dalam masyarakat sangat dipengaruhi tingkah
laku kesehatan, beberapa pandangan yang berasal dari agama tertentu
kadang-kadang member pengaruh negative terhadap program
kesehatan. Sifat fatalistik adalah ajaran atau paham bahwa manusia
dikuasai oleh nasib. Misalnya, orang-orang Islam di pedesaan
menganggap bahwa penyakit adalah cobaan dari Tuhan, dan kematian
adalah kehendak Tuhan. Jadi, sulit menyadarkan masyarakat untuk
melakukan pengobatan saat sakit.
3. Pendidikan
Masih banyaknya penduduk yang berpendidikan rendah,
petunjuk-petunjuk kesehatan sering sulit ditangkap apabila cara
5

menyampaikannya tidak disesuaikan dengan tingkat pendidikan


khayalaknya.
4. Nilai Kebudayaan
Masyarakat Indonesia terdiri dari macam-macam suku bangsa
yang mempunyai perbedaan dalam memberikan nilai pada satu obyek
tertentu. Nilai kebudayaan ini memberikan arti dan arah pada cara
hidup, persepsi masyarakat terhadap kebutuhan dan pilihan mereka
untuk bertindak. Contohnya, wanita sehabis melahirkan tidak boleh
memakan ikan karena ASI akan menjadi amis.
5. Norma
Aturan atau ketentuan yang mengikat kelompok dalam
masyarakat, dipakai sebagai panduan, tatanan, dan pengendali tingkah
laku yang sesuai dan diterima oleh masyarakat. Terjadi perbedaan
norma (sebagai standard untuk menilai perilaku) antara satu
kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Contohnya, bila wanita
sedang sakit, harus diperiksa oleh dokter wanita dan masyarakat
memandang lebih bergengsi beras putih daipada beras merah, padahal
mereka mengetahui bahwa vitamin B1 lebih tinggi diberas merah
daripada di beras putih.
6. Inovasi Kesehatan
Tidak ada kehidupan social masyarakat tanpa perubahan, dan
sesuatu perubahan selalu dinamis. Artinya setiap perubahan akan
diikuti perubahan kedua, ketiga dan seterusnya. Seorang petugas
kesehatan jika akan melakukan perubahan perilaku kesehatan harus
mampu menjadi contoh dalam perilakunya sehari-hari. Ada anggapan
bahwa petugas kesehatan merupakan contoh rujukan perilaku hidup
bersih sehat, bahkan diyakini bahwa perilaku kesehatan yang baik
adalah kepunyaan/ hanya petugas kesehatan yang benar.
6

D. Aspek Sosial yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan


1. Penghasilan (income)
Masyarakat yang berpenghasilan rendah menunjukkan angka
kesakitan yang lebih tinggi, angka kematian bayi dan kekurangan
gizi.
2. Jenis kelamin (sex)
Wanita cenderung lebih sering memeriksakan kesehatan kedokter dari
pada laki-laki.
3. Jenis pekerjaan yang berpengaruh besar terhadap jenis penyakit yang
diderita pekerja.
4. Self Concept
Menurut Merriam-Webster “the mental image one has of oneself”
yaitu gambaran mental yang dipunyai seseorang tentang dirinya. Self
concept ditentukan oleh tingkat kepuasan atau ketidakpuasan yang
kita rasakan terhadap diri kita sendiri. Self concept adalah faktor yang
penting dalam kesehatan, karena mempengaruhi perilaku masyarakat
dan perilaku petugas kesehatan.
5. Image Kelompok
Image seorang individu sangat dipengaruhi oleh image kelompok.
Perilaku anak cenderung merefleksikan dari kondisi keluarganya.
Inovasi akan berhasil bila kebutuhan social masyarakat diperhatikan.

E. Tinjauan Sosial dan Budaya pada Perawatan Paliatif


Indonesia yang terdiri dari beragam etnis tentu memiliki banyak
budaya dalam masyarakatnya. Terkadang, budaya suatu etnis dengan
etnis yang lain dapat berbeda jauh. Hal ini menyebabkan suatu budaya
yang positif, dapat dianggap budaya negatif di etnis lainnya. Sehingga
tidak mengherankan jika permasalahan kesehatan di Indonesia begitu
kompleks. Suatu tradisi yang telah menjadi warisan turun temurun dalam
sebuah masyarakat tersebut dapat memiliki dampak yang negative bagi
derajat kesehatan masyarakatnya. Misalnya, cara masyarakat memandang
tentang konsep sehat dan sakit dan persepsi masyarakat tentang penyebab
7

terjadinya penyakit disuatu masyarakat akan berbeda-beda tergantung


dari kebudayaan yang ada dalam masyarakat tersebut.
Sosial budaya yang mempengaruhi kesehatan adalah pandangan suatu
masyarakat terhadap tindakan yang mereka lakukan ketika mereka
mengalami sakit, ini akan sangat dipengaruhi oleh budaya, tradisi, dan
kepercayaan yang ada dan tumbuh dalam masyarakat tersebut. Misalnya
masyarakat yang sangat mempercayai dukun yang memiliki kekuatan
gaib sebagai penyembuh ketika mereka sakit, dan bayi yang menderita
demam atau diare berarti pertanda bahwa bayi tersebut akan pintar
berjalan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa social budaya sangat
mempengaruhi kesehatan baik itu individu maupun kelompok.
Dalam kajian social budaya, perawatan paliatif bertujuan untuk
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, meningkatkan
kualitas hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi masalah yang
berhubungan dengan penyakit yang mengancam kehidupan. Menurut
Kemenkes RI No 812 (2007), jenis kegiatan perawatan paliatif meliputi
tata laksana nyeri, tata laksana keluhan fisik lain, asuhan keperawatan,
dukungan psikologis, sosial, kultural dan spiritual serta dukungan
persiapan dan selama masa dukacita.
1. Kajian Sosial Budaya tentang Perawatan Paliatif
Salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan
masyarakat adalah perilaku kesehatan masyarakat itu sendiri.
Dimana proses terbentuknya perilaku ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor salah satunya social budaya, bila factor tersebut telah
tertanam dan terinternalisasi dalam kehidupan dan kegiatan
masyarakat ada kecenderungan untuk merubah perilaku yang telah
terbentuk tersebut sulit untuk dilakukan. Untuk mengatasi dan
memahami suatu masalah kesehatan diperlukan pengetahuan yang
memadai mengenai budaya dasar dan budaya suatu daerah.
Sehingga dalam kajian social budaya tentang perawatan
paliatif bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya, meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga dalam
8

menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang


mengancam kehidupan.
2. Budaya Masyarakat tentang Pengobatan pada Penyakit Paliatif
Pemahaman nmasyarakat terhadap hal-hal yang dipercayai
secara turun-temurun merupakan bagian dari kearifan lokal yang
sulit untuk dilepaskan. Hingga pemahaman magis yang irasional
terhadap pengobatan melalui dukun sangat dipercayai oleh
masyarakat. Peranan budaya dan kepercayaan yang ada di
masyarakat itu diperkuat oleh rendahnya tingkat pendidikan dan
tingkat ekonomi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas kehidupan pasien dan keluarganya dalam
menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan penyakit
yang mengancam jiwa, dengan mencegah dan meringankan
penderitaan melalui identifikasi awal serta terapi dan masalah lain,
fisik, psikososial dan spiritual. Perilaku manusia dalam menghadapi
masalah kesehatan merupakan suatu tingkah laku yang selektif,
terencana, dan tanda dalam suatu sistem kesehatan yang merupakan
bagian dari budaya masyarakat yang bersangkutan. Perilaku tersebut
terpola dalam kehidupan nilai social budaya yang ditujukan bagi
masyarakat tersebut.
Kebudayaan kesehatan masyarakat membentuk, mengatur,
dan mempengaruhi tindakan atau kegiatan individu-individu suatu
kelompok social dalam memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan
baik yang berupa upaya mencegah penyakit maupun
menyembuhkan diri dari penyakit. Oleh karena itu dalam memahami
suatu masalah perilaku kesehatan harus dilihat dalam hubungannya
dengan kebudayaan, organisasi sosial, dan kepribadian individu
terutama dalam paliatif care.

B. Saran
Sebagai petugas kesehatan perlu mengetahui pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan. Dengan mengetahui pengetahuan
masyarakat, maka petugas kesehatan akan mengetahui mana yang
perlu ditingkatkan, diubah dan pengetahuan mana yang perlu
dilestarikan dalam memperbaiki status kesehatan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, M. F., Witjaksono, J., &Rasjidi, H.I. ( 2008). Panduan


PelayananMedik:

Model
InterdisiplinPenatalaksanaanKankerServiksdenganGangguanGinjal.
Jakarta: EGC

Ayu, Purnamaningrum, 2010, Faktor-Faktor


Yang BerhubunganDenganPerilaku
Masyarakat UntukMendapatkanPelayanan Kesehatan Mata
(Factors Related To The Community’s Behaviour To Get Eye Health
Servic). Universitas Diponegoro.

Dwi, Hapsari, dkk.,2012, PengaruhLingkunganSehat, Dan


PerilakuHidupSehatTerhadap Status Kesehatan, Pusat Penelitian dan
PengembanganEkologi dan Status Kesehatan. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI (2013) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor


312/Menkes/SK/IX/2013 tentang Daftar ObatEsensial Nasional 2013.
Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta


:RinekaCipta

Anda mungkin juga menyukai