Logbook Gangguan Sisterm Pencernaan (Bagus Andrianto)
Logbook Gangguan Sisterm Pencernaan (Bagus Andrianto)
Logbook Gangguan Sisterm Pencernaan (Bagus Andrianto)
GASTRITIS
Kasus 1
Seorang ibu berusia 40 tahun datang ke poli penyakit dalam dengan keluhan
nyeri ulu hati,mual dan muntah-muntah. Hasil pengkajian pasien tampak pucat
dan konjungtiva anemis. Hasil pemeriksaan fisik : TD 110/80 mmHg, nadi
80x/menit, suhu 36°C.
Ketika gastritis terjadi, ada penderita yang merasakan gejalanya dan ada
juga yang tidak. Beberapa gejala gastritis di antaranya:
1) Panas dan juga nyeri yang menggerogoti dalam lambung
2) Hilang nafsu makan
3) merasa kenyang saat makan
4) Perut kembung
5) Cegukan
6) Mual
7) Muntah
8) Sakit perut
9) Gangguan saluran cerna
10) BAB dengan tinja berwarna hitam pekat
11) Muntah darah
Sumber : https://www.halodoc.com
1) gastritis akut
Faktor utama adalah dengan menghilangkan etiologinya ,diet lambung,
dengan porsi kecil dan sering .obat"an ditunjukkan untuk mengatur
sekresi asam lambung berupa antagonis reseptor H2 ,Inhibitor pompa
proton, antikolinergik dan antasid juga ditunjukkan sebagai
sifoprotektor berupa sukralfat dan prostaglandin.
Penatalaksanaan sebaliknya meliputi pencegahan terhadap pasien
dengan resiko tinggi, pengobatan terhadap penyakit yang mendasari
dan menghentikan obat yang dapat menjadi penyebab , serta dengan
pengobatan suportif.
Pencegah an dapat dilakukan Dengan pemberian antasida dan
antagonis H2 sehingga mencapai PH lambung 4 .meskipun hasilnya
masih jadi perdebatan ,tetapi pada umumnya tetap dianjurkan .
pencegahan ini terutama bagi pasien yang menderita penyakit dengan
keadaan klinis yang berat.untuk pengguna aspirin atau anti inflamasi
non steroid pencegahan yang terbaik adalah misaprostol atau derivat
prostaglandin.
Penatalaksanaan medikal untuk gastritis akut dilakukan dengan
menghindari alkohol dan makanan sampai gejala berkurang .bila gejala
menetap ,diperlukan cairan intravena .bila terdapat pendarahan ,
penatalaksanaan serupa dengan pada hemoragi saluran gastrointestinal
atas .bila Gastritis terjadi karena alkali kuat , gunakan jus karena
adanya bahaya perforasi.
2) Gastritis kronis
Faktor utama ditandai dengan oleh kondisi progesif epitel kelenjar
disertai sel parietal dan chief cell . dinding lambung menjadi tipis dan
mukosa mempunyai permukaan yang rata, Gastritis kronis ini
digolongkan menjadi 2 kategori tipe A (Altrofik atau fundal) dan tipe B
(Antral).
Gastritis kronis tipe A disebut juga Gastritis Altrofik atau fundal
,karena Gastritis terjadi pada bagian fundus lambung.gastritis kronis
tipe A merupakan suatu penyakit autoimun yang disebabkan oleh
adanya autoantibodi terhadap sel parietal kelenjar lambung dan faktor
intrinsik .tidak adanya sel parietal dan chef cell dapat menurunkan
sekresi asam dan menyebabkan tingginya kadar gastrin.
Gastritis kronis tipe B disebut juga sebagai Gastritis antral karena
umumnya mengenai daerah atrium lambung dan lebih sering terjadi
dibandingkan dengan gastritis kronis tipe A .penyebab utama gastritis
tipe B adalah infeksi kronis oleh helicobacter pylory .faktor etiologi
Gastritis kronis lainnya adalah asupan alkohol yang berlebihan ,
merokok ,dan refluks yang dapat mencetuskan terjadinya ulkus
peptikum dan karsinoma.
Kasus 2
Seorang wanita dirawat di ruang penyakit menular karena menderita penyakit
thypus abdominalis (Thypoid). Keluhan yang dirasakan demam, badan lemas
dan tidak ada nafsu makan. Hasil pemeriksaan lidah berwarna putih dan kotor
pada bagian tengah, konjungtiva anemis, suhu : 38,9◦ C.
Tipes alias demam tifoid adalah penyakit akut yang disebabkan oleh
bakteri Salmonella thyphi atau Salmonella paratyphi. Bakteri ini biasanya
ditemukan di air atau makanan yang terkontaminasi. Selain itu, bakteri ini
juga bisa ditularkan dari orang yang terinfeksi.
Demam tifoid atau tipes termasuk infeksi bakteri yang bisa menyebar ke
seluruh tubuh dan memengaruhi banyak organ. Tanpa perawatan yang
cepat dan tepat, penyakit ini bisa menyebabkan komplikasi serius yang
berakibat fatal.
Orang yang terinfeksi tipes dapat menularkan bakteri melalui feses atau
urinenya. Jika orang lain makan makanan atau minum air yang
terkontaminasi dengan urine atau feses yang sudah terinfeksi, penyakit
ini bisa menular.
Sering disalahartikan, tipes berbeda dengan tifus. Tifus disebabkan oleh
beberapa jenis bakteri Rickettsia typhi atau R. prowazekii. Penyakit tifus
dibawa oleh ektoparasit, seperti kutu, tungau, dan caplak, kemudian
menyerang manusia.
Sumber : https://hellosehat.com
Penyebab tipes adalah bakteri Salmonella typhi, dan sebagian kecil juga
dapat diakibatkan oleh Salmonella paratyphi A, B, atau C.
Demam tifoid atau tipes sendiri dapat ditularkan secara fekal-oral, yakni
dari kotoran ke mulut. Hal ini dapat terjadi bila kuman dari kotoran
diangkut oleh lalat, yang kemudian meninggalkan kotoran tersebut pada
makanan yang akan disantap oleh seseorang.
Karena itu, kebersihan lingkungan memegang peran yang sangat penting
dalam penularan demam tifoid. Sangat disarankan juga untuk tidak
mengonsumsi makanan yang diduga tercemar atau yang kebersihannya
patut dipertanyakan
Sumber : https://m.klikdokter.com/penyakit/demam-tifoid
Penyebab Tifus
Makanan dan air yang terkontaminasi diduga oleh para dokter sebagai
penyebab utama berkembangnya penyakit tifus. Sistem kekebalan tubuh
yang belum sempurna juga bisa menjadi penyebab penyakit ini lebih
banyak dialami anak-anak.
Sumber : https://www.halodoc.com/kesehatan/tifus
Hasil pemeriksaan
1) lidah berwarna putih dan kotor pada bagian tengah,
2) konjungtiva anemis
3) suhu : 38,9◦ C.
Tujuan keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, gangguan
pertukaran gas pada pasien dapat teratasi, dengan kriteria hasil :
No Indikator awal Tujuan
1 2 3 4 5
1 Suhu tubuh 2 √
2 Suhu kulit 2 √
3 Kadar glukosa darah 2 √
4 Pengisian kapiler 2 √
5 Ventilasi
6 Tekanan darah
Keterangan :
1. Buruk
2. Cukup buruk
3. Sedang
4. Cukup baik
5. Membaik
Sumber : SLKI
Intervensi keperawatan
Intervensi : manajemen hipertermia
Observasi
1) Identifikasi penyebab hipertermia
2) Monitor suhu tubuh
3) Monitor kadar elektrolit
4) Monitor keluaran urin
5) Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik
1) Sediakan lingkungan yang dingin
2) Longgarkan atau lepaskan pakaian
3) Basahi dan kipasi bagian tubuh
4) Berikan cairan oral
5) Lakukan pendinginan eksternal
6) Hindari pemberian antipiretik dan aspirin
7) Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1) Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
Sumber : SIKI
Pengertian Gastroenteritis
Gastroenteritis adalah infeksi yang terjadi pada usus atau perut yang
disebabkan oleh beberapa jenis virus. Kondisi ini juga dikenal dengan
istilah flu perut, flu lambung, atau virus perut. Infeksi ini menyebabkan
terjadinya mual, muntah, diare, kram perut, dan terkadang demam.
Gastroenteritis menyebar melalui kontak jarak dekat dengan orang yang
sudah terinfeksi atau karena mengonsumsi makanan dan/atau minuman
yang terkontaminasi. Infeksi ini mudah sekali menyebar di fasilitas umum
yang tertutup, seperti di dalam ruang kelas, tempat perawatan anak, dan
ruang perawatan umum.
Pada orang dengan kondisi tubuh sehat gastroenteritis tidak berakibat
fatal, namun pada pada bayi, orang tua, dan orang yang bermasalah
dengan sistem kekebalan tubuhnya dapat berakibat fatal.
Sumber : https://www.halodoc.com/kesehatan/gastroenteritis
Gejala utama dari gastroenteritis adalah diare. Kondisi ini terjadi akibat
usus besar mengalami infeksi sehingga kehilangan kemampuan untuk
menahan cairan di perut sehingga menyebabkan feses jadi encer.
Selain diare, sebagian besar orang yang terkena gastroenteritis akan
mengalami gejala berikut:
1) Sakit perut atau kram perut parah
2) Demam dan tubuh terus mengeluarkan keringat
3) Mual dan muntah
4) Berat badan akan menurun
5) Inkontinensia feses, yakni sulit menahan diri untuk tidak BAB
6) Nyeri otot dan sendi terasa kaku
7) Kulit menjadi lembap
Tergantung dari penyebabnya, gejala tersebut dapat terjadi 1-3 hari
setelah terinfeksi dan berlangsung selama 1-2 hari, atau dapat mencapai
10 hari.
Sumber : https://hellosehat-com.
Pemeriksaan Penunjang
Darah:
Darah perifer lengkap
Serum elektrolit: Na+, K+, Cl-
Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan
keseimbangan asam basa (pernafasan Kusmaull)
Immunoassay: toksin bakteri (C. difficile), antigen virus
(rotavirus), antigen protozoa (Giardia, E. histolytica).
Feses:
Feses lengkap (mikroskopis: peningkatan jumiah lekosit di feses
pada inflamatory diarrhea; parasit: amoeba bentuk tropozoit, hypha
pada jamur)
Biakan dan resistensi feses (colok dubur)
Pemeriksaan penunjang diperlukan dalam penatalaksanaan diare akut
karena infeksi, karena dengan tata cara pemeriksaan yang terarah akan
sampai pada terapi definitif.
Sumber :
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/6534992ca733a9
3f253e189f1c466fb3.pdf
Hasil pemeriksaan :
Pasien mengeluh sakit perut, perut terasa mulas, muntah, badan terasa
lemas, tidak nafsu makan, mual dan sakit kepala, selain itu tinja encer dan
berlendir
Tujuan keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, resiko
ketidakseimbangan elektrolit pada pasien dapat teratasi, dengan kriteria
hasil :
No Indikator awal Tujuan
1 2 3 4 5
1 Mual 2 √
2 Muntah 2 √
3 Nyeri abdomen 2 √
Keterangan :
1. Meningkat
2. Cukup menurun
3. Sedang
4. Cukup meningkat
5. Meningkat
Sumber : SLKI
Intervensi keperawatan
Intervensi : pemantauan elektrolit
Observasi
1. Identifikasi kemungkinan penyebab ketidakseimbangan elektrolit
2. Monitor kadar elektrolit serum
3. Monitor mual, muntah dan diare
4. Monitor kehilangan cairan
5. Monitor tanda dan gejala hypokalemia
6. Monitor tanda da gejala hyperkalemia
7. Monitor tanda dan gejala hiponatremia
8. Monitor tanda dan gejala hipokalsemia
9. Monitor tanda dan gejala hiperkalsemia
10.Monitor tanda dan gejala hipomagnesemia
11.Monitor tanda dan gejala hipermagnesemia
Terapeutik
1. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
2. Dokumentasi hasil pemantauan
Evaluasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Sumber : SIKI