Logbook Gangguan Sisterm Pencernaan (Bagus Andrianto)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

LOGBOOK INFEKSI SISTEM PENCERNAAN

GASTRITIS
Kasus 1
Seorang ibu berusia 40 tahun datang ke poli penyakit dalam dengan keluhan
nyeri ulu hati,mual dan muntah-muntah. Hasil pengkajian pasien tampak pucat
dan konjungtiva anemis. Hasil pemeriksaan fisik : TD 110/80 mmHg, nadi
80x/menit, suhu 36°C.

1) Gambarkan anatomi dari organ tubuh yang berhubungan dengan


penyakit gastritis dan sebutkan bagian-bagiannya.

2) Apakah yang dimaksud dengan gastritis ? (tuliskan referensi yang anda


gunakan)

Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau pendarahan mukosa


lambung yang dapat bersifat akut,kronis,difus atau lokal.dua jenis
gastritis yang sering terjadi adalah gastritis superficial akut dan Gastritis
atrofik kronis (price dan wilson,2006).
Sumber : NANDA,NIC NOC
Gastritis adalah kondisi ketika lapisan lambung mengalami iritasi,
peradangan atau pengikisan. Pada lapisan lambung terdapat kelenjar yang
fungsinya untuk menghasilkan asam lambung dan juga enzim
pencernaan. Lapisan lambung dilindungi oleh lendir yang tebal sehingga
tidak terjadi iritasi pada lapisan tersebut. Saat lendir tersebut hilang,
iritasi bisa terjadi pada lambung.
Gastritis dibagi menjadi dua, berdasarkan jangka waktu perkembangan
gejalanya. Yang pertama adalah gastritis akut (berkembang secara cepat
dan tiba-tiba) dan yang kedua adalah kronis (perkembangannya secara
perlahan). Istilah gastritis juga dikenal sebagai iritasi lambung atau
radang lambung yang bisa muncul secara tiba-tiba dan dalam waktu yang
relatif lama. Meskipun gejala gastritis mirip maag, tetapi gastritis berbeda
dengan penyakit tersebut.
Gastritis terbagi menjadi akut dan kronis. Dalam kondisi gastritis akut,
iritasi akan muncul tiba-tiba. Umumnya, akan muncul nyeri ulu hati yang
parah walau hanya sementara sebagai gejala yang ditimbulkan.
Pada gastritis kronis, iritasi di lambung berlangsung lambat tetapi akan
terjadi dalam kurun waktu yang relatif lebih lama. Nyeri yang disebabkan
dari iritasi lambung yang kronis ini tidak separah dibandingkan dengan
gastritis akut tetapi akan terjadi pada waktu yang lama. Iritasi ini dapat
mengubah struktur lapisan lambung dan mempunyai risiko menjadi
kanker.
Penyakit ini juga dapat menyebabkan gastritis erosif, atau terjadinya
pengikisan lambung. Pengikisan tersebut bisa menyebabkan luka dan
pendarahan pada lambung. Meskipun kondisi tersebut terbilang jauh lebih
jarang dibandingkan dengan gastritis erosif.
Sumber : https://www.halodoc.com

3) Sebutkan dan jelaskan proses terjadinya Gastritis berdasarkan


penyebabnya!

Gastritis terjadi akibat peradangan pada dinding lambung. Dinding


lambung tersusun dari jaringan yang mengandung kelenjar untuk
menghasilkan enzim pencernaan dan asam lambung. Selain itu, dinding
lambung juga dapat menghasilkan lendir (mukus) yang tebal untuk
melindungi lapisan mukosa lambung dari kerusakan akibat enzim
pencernaan dan asam lambung. Rusaknya mukus pelindung ini dapat
menyebabkan peradangan pada mukosa lambung.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan rusaknya mukus pelindung,
adalah:
1) Infeksi bakteri.
Infeksi bakteri merupakan salah satu penyebab gastritis yang cukup
sering terjadi, terutama di daerah dengan kebersihan lingkungan
yang kurang baik. Bakteri yang dapat menyebabkan infeksi pada
lambung dan menimbulkan gastritis, cukup banyak jenisnya.
Namun, yang paling sering adalah bakteri Helicobacter pylori.
Selain dipengaruhi faktor kebersihan lingkungan, infeksi bakteri ini
juga dipengaruhi oleh pola hidup dan pola makan.
2) Pertambahan usia.
Seiring bertambahnya usia, lapisan mukosa lambung akan
mengalami penipisan dan melemah. Kondisi inilah yang
menyebabkan gastritis lebih sering terjadi pada lansia
dibandingkan orang yang berusia lebih muda.
3) Berlebihan mengonsumsi minuman beralkohol.
Minuman beralkohol dapat mengikis lapisan mukosa lambung,
terutama jika seseorang sangat sering mengonsumsinya. Pengikisan
lapisan mukosa oleh alkohol dapat menyebabkan iritasi dan
peradangan pada dinding lambung, sehingga mengakibatkan
terjadinya gastritis, terutama gastritis akut.
4) Terlalu sering mengonsumsi obat pereda nyeri.
Obat pereda nyeri yang dikonsumsi terlalu sering dapat
menghambat proses regenerasi lapisan mukosa lambung, yang
berujung pada cedera dan pelemahan dinding lambung, sehingga
lebih mudah mengalami peradangan. Beberapa obat pereda nyeri
yang dapat memicu gastritis jika dikonsumsi terlalu sering, adalah
aspirin, ibuprofen, dan naproxen.
5) Autoimun.
Gastritis juga dapat terjadi karena dipicu oleh penyakit autoimun.
Gastritis jenis ini disebut gastritis autoimun. Gastritis autoimun
terjadi pada saat sistem imun menyerang dinding lambung,
sehingga menyebabkan peradangan.
Selain penyebab di atas, beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan
risiko seseorang mengalami gastritis adalah:
1) Penyakit Crohn.
2) Infeksi virus.
3) Kebiasaan merokok.
4) Infeksi parasit.
5) Refluks empedu.
6) Gagal ginjal.
7) Penggunaan kokain.
8) Menelan zat yang bersifat korosif dan dapat merusak dinding
lambung, misalnya obat pembasmi hama.
Sumber : https://www.alodokter.com

4) Sebutkan dan jelaskan tanda/ gejala untuk mendiagnosis Gastritis !

Ketika gastritis terjadi, ada penderita yang merasakan gejalanya dan ada
juga yang tidak. Beberapa gejala gastritis di antaranya:
1) Panas dan juga nyeri yang menggerogoti dalam lambung
2) Hilang nafsu makan
3) merasa kenyang saat makan
4) Perut kembung
5) Cegukan
6) Mual
7) Muntah
8) Sakit perut
9) Gangguan saluran cerna
10) BAB dengan tinja berwarna hitam pekat
11) Muntah darah
Sumber : https://www.halodoc.com

5) Sebutkan dan jelaskan klasifikasi dari Gastritis !


1) Gastritis Akut
Gastritis akut adalah inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian
besar merupakan penyakit yang ringan dan sembuh sempurna.
Salah satu bentuk gastritis akut yang manifestasi klinisnya adalah:
a) Gastritis akut erosive
Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam
daripada mukosa muscolaris (otot-otot pelapis lambung).
b) Gastritis akut hemoragic
Disebut hemoragic karena pada penyakit ini akan dijumpai
perdarahan mukosa lambung dalan berbagai derajat dan terjadi
erosi yang berarti hilangnya kontunuitas mukosa lambung pada
beberapa tempat, menyertai inflamasi pada mukosa lambung
tersebut.
2) Gastritis Kronis
Menurut Muttaqin, (2011) Gastritis kronis adalah suatu
peradanganpermukaan mukosa lambung yang bersifat menahun.
Gastritis kronikdiklasifikasikan dengan tiga perbedaan sebagai berikut
:
a) Gastritis superfisial, dengan manifestasi kemerahan ; edema , serta
perdarahan dan erosi mukosa.
b) Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi di seluruh lapisan
mukosa pada perkembanganya dihubungkan dengan ulkus dan
kanker lambung, serta anemia pernisiosa. Hal ini merupakan
karakteristik dari penurunan jumlah sel parietal dan sel chief.
c) Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya nodul-
nodul pada mukosa lambung yang bersifat iregular, tipis, dan
hemoragik.
Sumber : http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-
hadiharton-6743-2-babii.pdf

6). Jelaskan penatalaksanaan pada pasien Gastritis !

1) gastritis akut
Faktor utama adalah dengan menghilangkan etiologinya ,diet lambung,
dengan porsi kecil dan sering .obat"an ditunjukkan untuk mengatur
sekresi asam lambung berupa antagonis reseptor H2 ,Inhibitor pompa
proton, antikolinergik dan antasid juga ditunjukkan sebagai
sifoprotektor berupa sukralfat dan prostaglandin.
Penatalaksanaan sebaliknya meliputi pencegahan terhadap pasien
dengan resiko tinggi, pengobatan terhadap penyakit yang mendasari
dan menghentikan obat yang dapat menjadi penyebab , serta dengan
pengobatan suportif.
Pencegah an dapat dilakukan Dengan pemberian antasida dan
antagonis H2 sehingga mencapai PH lambung 4 .meskipun hasilnya
masih jadi perdebatan ,tetapi pada umumnya tetap dianjurkan .
pencegahan ini terutama bagi pasien yang menderita penyakit dengan
keadaan klinis yang berat.untuk pengguna aspirin atau anti inflamasi
non steroid pencegahan yang terbaik adalah misaprostol atau derivat
prostaglandin.
Penatalaksanaan medikal untuk gastritis akut dilakukan dengan
menghindari alkohol dan makanan sampai gejala berkurang .bila gejala
menetap ,diperlukan cairan intravena .bila terdapat pendarahan ,
penatalaksanaan serupa dengan pada hemoragi saluran gastrointestinal
atas .bila Gastritis terjadi karena alkali kuat , gunakan jus karena
adanya bahaya perforasi.
2) Gastritis kronis
Faktor utama ditandai dengan oleh kondisi progesif epitel kelenjar
disertai sel parietal dan chief cell . dinding lambung menjadi tipis dan
mukosa mempunyai permukaan yang rata, Gastritis kronis ini
digolongkan menjadi 2 kategori tipe A (Altrofik atau fundal) dan tipe B
(Antral).
Gastritis kronis tipe A disebut juga Gastritis Altrofik atau fundal
,karena Gastritis terjadi pada bagian fundus lambung.gastritis kronis
tipe A merupakan suatu penyakit autoimun yang disebabkan oleh
adanya autoantibodi terhadap sel parietal kelenjar lambung dan faktor
intrinsik .tidak adanya sel parietal dan chef cell dapat menurunkan
sekresi asam dan menyebabkan tingginya kadar gastrin.
Gastritis kronis tipe B disebut juga sebagai Gastritis antral karena
umumnya mengenai daerah atrium lambung dan lebih sering terjadi
dibandingkan dengan gastritis kronis tipe A .penyebab utama gastritis
tipe B adalah infeksi kronis oleh helicobacter pylory .faktor etiologi
Gastritis kronis lainnya adalah asupan alkohol yang berlebihan ,
merokok ,dan refluks yang dapat mencetuskan terjadinya ulkus
peptikum dan karsinoma.

Pengobatan Gastritis kronis bervariasi tergantung pada penyakit yang


dicurigai .bila terdapat ulkus duodenum,dapat diberikan antibiotik untuk
membatasi helicobacter pylory .namun demikian lesi tidak selalu muncul
dengan Gastritis kronis.alkohol dan obat yang diketahui mengiritasi
lambung harus di hindari .bila terjadi anemia defisiensi besi ( yang
disebabkan oleh pendarahan kronis) ,maka penyakit ini harus diobati.pada
anemia pernisiosa harus diberi pengobatan vitamin B12 dan terapi yang
sesuai . Gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi diet dan
meningkatkan istirahat serta memulai farmakoterapi . helicobacter pylory
dpaat diatasi dengan antibiotik (seperti tetrasiklin atau amoxillin) dan
garam bismuth (pepto bismol) .pasien dengan Gastritis tipe A biasanya
mengalami malabsorbsi vitamin B12.
Sumber : NANDA,NIC NOC

7). Tuliskan hasil pengkajian yang didapat pada pasien Gastritis !


Hasil pengkajian :
1) pasien tampak pucat dan konjungtiva anemis.
2) Hasil pemeriksaan fisik : TD 110/80 mmHg, nadi 80x/menit, suhu
36°C.

8). Rumuskan diagnosis keperawatan pada pasien dengan Gastritis !

Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis


No Analisa data Masalah Etiologi
1 DS : Nyeri akut Agen
1) Mengeluh nyeri pencedera
pada ulu hati fisiologis
DO : -
Sumber : SDKI

9). Tuliskan tujuan dan intervensi keperawatan untuk diagnosis keperawatan


utama pasien dengan Gastritis!

Intervensi : Manajemen nyeri


Observasi
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respon nyeri non verbal
4) Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentan nyeri
6) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
8) Monitor efek samping analgetik
Terapeutik
1) Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
2) Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri
3) Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
1) Jelaskan strategi meredakan nyeri
2) Anjurkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu
Sumber : SIKI

10). Tuliskan evaluasi asuhan keperawatan pada pasien Gastritis !

Pada diagnose pertama, telah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam.


Nyeri pada ulu hati pasien sudah berkurang dengan signifikan, sudah
tidak mengeluh mual lagi dan tidak mengalami muntah-muntah. Sehingga
dapat disimpulkan analisa masalah teratasi. Dan rencana selanjutnya
adalah mempertahankan intervensi yang telah ada seperti mengkaji tanda-
tanda vital pasien dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
obat sesuai dosis.
LOGBOOK INFEKSI SISTEM PENCERNAAN
THYPOID

Kasus 2
Seorang wanita dirawat di ruang penyakit menular karena menderita penyakit
thypus abdominalis (Thypoid). Keluhan yang dirasakan demam, badan lemas
dan tidak ada nafsu makan. Hasil pemeriksaan lidah berwarna putih dan kotor
pada bagian tengah, konjungtiva anemis, suhu : 38,9◦ C.

1. Gambarkan anatomi dari organ tubuh yang berhubungan dengan thypoid


dan sebutkan bagian-bagiannya
2. Jelaskan yang dimaksud dengan thypoid ? (tuliskan referensi yang anda
gunakan)

Tipes alias demam tifoid adalah penyakit akut yang disebabkan oleh
bakteri Salmonella thyphi atau Salmonella paratyphi. Bakteri ini biasanya
ditemukan di air atau makanan yang terkontaminasi. Selain itu, bakteri ini
juga bisa ditularkan dari orang yang terinfeksi.
Demam tifoid atau tipes termasuk infeksi bakteri yang bisa menyebar ke
seluruh tubuh dan memengaruhi banyak organ. Tanpa perawatan yang
cepat dan tepat, penyakit ini bisa menyebabkan komplikasi serius yang
berakibat fatal.
Orang yang terinfeksi tipes dapat menularkan bakteri melalui feses atau
urinenya. Jika orang lain makan makanan atau minum air yang
terkontaminasi dengan urine atau feses yang sudah terinfeksi, penyakit
ini bisa menular.
Sering disalahartikan, tipes berbeda dengan tifus. Tifus disebabkan oleh
beberapa jenis bakteri Rickettsia typhi atau R. prowazekii. Penyakit tifus
dibawa oleh ektoparasit, seperti kutu, tungau, dan caplak, kemudian
menyerang manusia.
Sumber : https://hellosehat.com

3. Sebutkan penyebab thypoid dan jelaskan proses terjadinya thypoid!

Penyebab tipes adalah bakteri Salmonella typhi, dan sebagian kecil juga
dapat diakibatkan oleh Salmonella paratyphi A, B, atau C.
Demam tifoid atau tipes sendiri dapat ditularkan secara fekal-oral, yakni
dari kotoran ke mulut. Hal ini dapat terjadi bila kuman dari kotoran
diangkut oleh lalat, yang kemudian meninggalkan kotoran tersebut pada
makanan yang akan disantap oleh seseorang.
Karena itu, kebersihan lingkungan memegang peran yang sangat penting
dalam penularan demam tifoid. Sangat disarankan juga untuk tidak
mengonsumsi makanan yang diduga tercemar atau yang kebersihannya
patut dipertanyakan
Sumber : https://m.klikdokter.com/penyakit/demam-tifoid
Penyebab Tifus
Makanan dan air yang terkontaminasi diduga oleh para dokter sebagai
penyebab utama berkembangnya penyakit tifus. Sistem kekebalan tubuh
yang belum sempurna juga bisa menjadi penyebab penyakit ini lebih
banyak dialami anak-anak.
Sumber : https://www.halodoc.com/kesehatan/tifus

4. Sebutkan dan jelaskan tanda/ gejala untuk mendiagnosis thypoid!


Gejala tifus umumnya mulai muncul dalam 1-3 minggu. Kondisi ini bisa
semakin memburuk dalam kurun waktu beberapa minggu. Pengidap tifus
perlu ditangani sampai kondisinya benar-benar pulih. Karena jika tidak
diobati sampai tuntas, tifus berpotensi menimbulkan komplikasi yang
mengancam nyawa. Berikut gejala tifus yang bisa diamati:
1) Demam tinggi.
2) Lemas.
3) Sakit perut.
4) Sakit kepala.
5) Hilang nafsu makan.
6) Muncul ruam.
7) Mudah lelah.
8) Diare atau sembelit.
9) Keputihan di lidah bagian tengah
Sumber : https://www.halodoc.com
Begitu Anda terinfeksi, tubuh biasanya akan mengalami berbagai tanda
dan gejala awal tipes seperti:
1) Demam yang meningkat setiap hari hingga mencapai 40,5 derajat
celcius
2) Sakit kepala
3) Lemah dan lelah
4) Nyeri otot
5) Berkeringat
6) Batuk kering
7) Kehilangan nafsu makan dan menurunkan berat badan
8) Sakit perut
9) Diare atau sembelit
10) Ruam
11) Perut yang membengkak
Jika tidak mendapatkan perawatan yang tepat, Anda akan mengalami
kondisi seperti:
1) Mengigau
2) Berbaring lemah dengan mata setengah tertutup
Selain itu, di masa kritis ini Anda bisa mengalami berbagai komplikasi
yang mengancam jiwa. Pada sebagian orang, tanda dan gejala bisa
muncul kembali dua minggu setelah demam mereda.
Kemungkinan juga ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di
atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu,
konsultasikanlah dengan dokter.
Sumber : https://hellosehat-com
5. Sebutkan pemeriksaan penunjang dari penyakit thypoid dan jelaskan
hasilnya!

Pemeriksaan penunjang demam tifoid dan interpretasinya


a. Kultur
Sampai saat ini baku emas diagnosis demam tifoid adalah pemeriksaan
kultur. Pemilihan spesimen untuk kultur sebagai penunjang diagnosis
pada demam minggu pertama dan awal minggu kedua adalah darah,
karena masih terjadi bakteremia. Hasil kultur darah positif sekitar 40%-
60%. Sedangkan pada minggu kedua dan ketiga spesimen sebaiknya
diambil dari kultur tinja (sensitivitas <50%) dan urin (sensitivitas 20-
30%). Sampel biakan sumsum tulang lebih sensitif, sensitivitas pada
minggu pertama 90% namun invasif dan sulit dilakukan dalam praktek.
b. Pemeriksaan PCR
Pemeriksaan whole blood culture PCR terhadap S. Typhi hanya
membutuhkan waktu kurang dari 8 jam, dan memiliki sensitivitas yang
tinggi sehingga lebih unggul dibanding pemeriksaan biakan darah biasa
yang membutuhkan waktu 5–7 hari.11In-flagelin PCR terhadap S.
Typhi memiliki sensitivitas 93,58% dan spesifisitas 87,9%.12
Pemeriksaan nestedpolymerase chain reaction (PCR) menggunakan
primer H1-d dapat digunakanuntuk mengamplifikasi gen
spesifik S. typhi dari darah pasien dan merupakan pemeriksaan
diagnostik cepat yang menjanjikan.1 Pemeriksaan nested PCR terhadap
gen flagelin (fliC) dari S. typhi dapat dideteksi dari spesimen urin
21/22 (95.5%), dikuti dari spesimen darah 20/22 (90%), dan tinja 15/22
(68,1%).13 Sampai saat ini, pemeriksaan PCR di Indonesia masih
terbatas dilakukan dalam penelitian.
c. Pemeriksaan serologis
Pemeriksaan serologis demam tifoid secara garis besar terbagi atas
pemeriksaan antibodi dan pemeriksaan antigen. Pemeriksaan antibodi
paling sering dilakukan saat ini, termasuk didalamnya adalah test
Widal, test Hemagglutinin (HA), Countercurrent
immunoelectrophoresis (CIE), dan test cepat/ rapid test (Typhidot,
TUBEX). Sedangkan pemeriksaan antigen S. Typhii dapat dilakukan
melalui pemeriksaan protein antigen dan protein Vibaik menggunakan
ELISA/ koaglutinasi namun sampai saat ini masih dalam penelitian
jumlah kecil.
a) Pemeriksaan serologis test cepat/ rapid test
Pemeriksaan serologis test cepat antibodi S. Typhi saat ini
merupakan diagnostik bantu yang paling banyak dilaporkan dan
dikembangkan, mengingat sebagian besar penderita demam tifoid
adalah penduduk negara berkembang dengan sarana
laboratoriumnya terbatas. Alat diagnostik seperti Typhidot dan
Tubex mendeteksi antibodi IgM terhadap antigen spesifik
outermembrane protein (OMP) dan O9 lipopolisakarida dari S.
Typhi. Telah banyakpenelitian yang membuktikan bahwa
pemeriksaan ini memiliki sensitivitas spesifisitas hampir 100%
pada pasien demam tifoid dengan biakan darah positif S. Typhi.
Pemeriksaan antibodi IgM terhadap antigen O9 lipopolisakarida S.
Typhi (Tubex)R dan IgM terhadap S. Typhi (Typhidot)R memiliki
sensitivitas dan spesifisitas berkisar 70% dan 80%.2,15,16 Studi
meta analisis di 2015 menunjukkan bahwa Tubex TF memiliki
sensitivitas 69% dan spesifisitas 88%. Rapid Diagnostic Test
(RDT) Tubex dan Typhidot tidak direkomendasi sebagai uji
diagnosis cepat tunggal, pemeriksaan kultur darah dan teknik
molekuler tetap merupakan baku emas.18 Penelitian di Bangladesh
(2008) menunjukan bahwa Tubex memiliki sensitivitas 60%,
spesifisitas 58%, positive predictive value 90% dan negative
predictive value 58%; sedangkanTyphidot memiliki sensitivitas
67%, spesifisitas 54%, positive predictive value85% dan negative
predictive value 81%.19

Hari pemeriksaan terbaik adalah pada anak dengan demam ≥5 hari.


Penelitian di Palembang (2014), menunjukan bahwa pemeriksaan
Tubex-TF untuk deteksi antibodi IgM S. Typhi pada anak demam
hari ke-4 dengan nested PCR positif S. Typhi mendapatkan
sensitivitas 63% dan spesifisitas 69%, nilai duga positif 43% dan
nilai duga negatif 83%, sehingga pemeriksaan ini tidak dianjurkan
pada anak dengan demam < 5 hari.20
Pemeriksaan serologi dengan nilai ≥ 6 dianggap sebagai positif
kuat. Namun, interpretasi hasil serologi yang positif harus berhati-
hati pada kasus tersangka demam tifoid yang tinggal di daerah
endemis. IgM anti Salmonella dapat bertahan sampai 3 bulan
dalam darah8,10 Positif palsu pada pemeriksaan TUBEX bisa
terjadi pada pasien dengan infeksi SalmonellaEnteridis, sedangkan
hasil negatif palsu didapatkan bila pemeriksaandilakukan terlalu
cepat.
b) Pemeriksaan Widal
Pemeriksaan Widal mengukur kadar antibodi terhadap antigen O
dan H dari S. Typhi dan sudah digunakan lebih dari 100 tahun.
Pemeriksaan Widal memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang
rendah, sehingga penggunaannya sebagai satu-satunya pemeriksaan
penunjang di daerah endemis dapat mengakibatkan overdiagnosis.
Pada umumnya antibodi O meningkat di hari ke-6-8 dan antibodi H
hari ke 10-12 sejak awal penyakit.25
Interpretasi pemeriksaan Widal harus dilakukan secara hati-hati
karena dipengaruhi beberapa faktor yaitu stadium penyakit,
pemberian antibiotik, teknik laboratorium, endemisitas dan riwayat
imunisasi demam tifoid. Sensitifitas dan spesifisitas Widal rendah
tergantung, kualitas antigen yang digunakan, bahkan dapat
memberikan hasil negatif hingga 30% dari sampel biakan positif
demam tifoid.25
Pemeriksaan Widal memiliki sensitivitas 69%, spesifisitas 83%.17
Hasil pemeriksaan Widal positif palsu dapat terjadi oleh karena
reaksi silang dengan non-typhoidal Salmonella, infeksi bakteri
enterobacteriaceae lain, infeksi dengue dan malaria, riwayat
imunisasi tifoid
atau standardisasi reagen yang kurang baik.26 Hasil negatif palsu
dapat terjadi karena teknik pemeriksaan tidak benar, penggunaan
antibiotik sebelumnya, atau produksi antibodi tidak adekuat.
Pemeriksaan Widal pada serum akut satu kali saja tidak
mempunyai arti penting dan sebaiknya dihindari. Diagnosis demam
tifoid baru dapat ditegakkan jika pada ulangan pemeriksaan Widal
selang 1-2 minggu terdapat kenaikan titer agglutinin O sebesar 4
kali. Uji Widal memiliki beberapa keterbatasan sehingga tidak
dapat dipercaya sebagai uji diagnostik tunggal.
d. Pemeriksaan hematologi
Pemeriksaan hematologi untuk demam tifoid tidak spesifik. Leukopeni
sering dijumpai namun bisa terjadi leukositosis pada keadaan adanya
penyulit misalnya perforasi. Trombositopenia dapat terjadi, namun
bersifat reversibel. Anemia pada demam tifoid dapat disebabkan
depresi sumsum tulang dan perdarahan intra intestinal. Pada hitung
jenis dapat ditemukan aneosinofilia dan limfositosis relatif. Pada
demam tifoid dapat terjadi hepatitis tifosa ditandai peningkatan fungsi
hati tanpa adanya penyebab hepatitis yang lain

6. Jelaskan penatalaksanaan pada pasien thypoid !

Masalah dalam penatalaksanaan tifoid adalah pasien yang terinfeksi


bakteri Salmonella typhi, yang datang ke ruang gawat darurat, atau ke
klinik praktek dokter bisa jadi sudah dalam keadaan fase lanjut, dan
kemungkinan sudah memasuki minggu ke-2 demam tifoid.
Perawatan Di Rumah
Di daerah endemik, lebih dari 60-90 persen kasus demam tifoid bisa
dirawat di rumah saja. Dokter akan memberikan antibiotika, dengan
anjuran tirah baring, menjaga kebersihan diri dengan mencuci tangan, dan
menghindari menyajikan makanan untuk keluarga atau orang lain.
Penderita juga dianjurkan untuk menjaga kebersihan saat buang air besar
dan kecil sehingga tidak menularkan penyakit kepada orang lain
Sumber : https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-
infeksi/tifoid/penatalaksanaan
7. Tuliskan hasil pengkajian pada pasien thypoid !

Hasil pemeriksaan
1) lidah berwarna putih dan kotor pada bagian tengah,
2) konjungtiva anemis
3) suhu : 38,9◦ C.

8. Rumuskan diagnosis keperawatan pada pasien dengan thypoid !

Hipertermia b.d proses penyakit (infeksi)


No Analisa data Masalah Etiologi
1 DS : Hipertermia Proses infeksi
1. Mengeluh demam
DO :
1) Suhu tubuh 38,9
derajad Celsius

9. Tuliskan tujuan dan intervensi keperawatan untuk diagnosis keperawatan


pasien dengan thypoid!

Tujuan keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, gangguan
pertukaran gas pada pasien dapat teratasi, dengan kriteria hasil :
No Indikator awal Tujuan
1 2 3 4 5
1 Suhu tubuh 2 √
2 Suhu kulit 2 √
3 Kadar glukosa darah 2 √
4 Pengisian kapiler 2 √
5 Ventilasi
6 Tekanan darah
Keterangan :
1. Buruk
2. Cukup buruk
3. Sedang
4. Cukup baik
5. Membaik
Sumber : SLKI

Intervensi keperawatan
Intervensi : manajemen hipertermia

Observasi
1) Identifikasi penyebab hipertermia
2) Monitor suhu tubuh
3) Monitor kadar elektrolit
4) Monitor keluaran urin
5) Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik
1) Sediakan lingkungan yang dingin
2) Longgarkan atau lepaskan pakaian
3) Basahi dan kipasi bagian tubuh
4) Berikan cairan oral
5) Lakukan pendinginan eksternal
6) Hindari pemberian antipiretik dan aspirin
7) Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1) Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
Sumber : SIKI

10.Tuliskan evaluasi asuhan keperawatan pada pasien Thypoid!

Pada diagnose pertama , telah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam.


Suhu tubuh pasien sudah normal (36-37 derajad C) dengan kriteria hasil :
tekanan darah 140/100 mmHg, suhu tubuh 36,8 C. maka dapat
disimpulkan analisa masalah teratasi. Dan rencana selanjutnya adalah
mempertahankan intervensi yang telah ada seperti mengkaji tanda-tanda
vital pasien dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat
sesuai dosis.

LOGBOOK INFEKSI SISTEM PENCERNAAN


GASTROENTERITIS
Kasus 3
Seorang wanita dirawat di ruang penyakit menular karena menderita
Gastroenteritis. Keluhan yang dirasakan sakit perut, perut terasa mulas, muntah,
badan terasa lemas, tidak nafsu makan, mual dan sakit kepala, selain itu tinja
encer dan berlendir.

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Gastroenteritis ! (tuliskan referensi


yang anda gunakan)

Pengertian Gastroenteritis
Gastroenteritis adalah infeksi yang terjadi pada usus atau perut yang
disebabkan oleh beberapa jenis virus. Kondisi ini juga dikenal dengan
istilah flu perut, flu lambung, atau virus perut. Infeksi ini menyebabkan
terjadinya mual, muntah, diare, kram perut, dan terkadang demam.
Gastroenteritis menyebar melalui kontak jarak dekat dengan orang yang
sudah terinfeksi atau karena mengonsumsi makanan dan/atau minuman
yang terkontaminasi. Infeksi ini mudah sekali menyebar di fasilitas umum
yang tertutup, seperti di dalam ruang kelas, tempat perawatan anak, dan
ruang perawatan umum.
Pada orang dengan kondisi tubuh sehat gastroenteritis tidak berakibat
fatal, namun pada pada bayi, orang tua, dan orang yang bermasalah
dengan sistem kekebalan tubuhnya dapat berakibat fatal.
Sumber : https://www.halodoc.com/kesehatan/gastroenteritis

2. Sebutkan penyebab Gastroenteritis dan jelaskan mekanisme terjadinya!

Gastroenteritis disebabkan oleh dua jenis virus yang umum, yaitu:


Rotavirus, virus yang menular melalui mulut ini cenderung menginfeksi
bayi dan anak-anak karena anak-anak sering memasukkan jari atau benda
terkontaminasi lain ke dalam mulutnya. Orang dewasa yang terinfeksi
virus jenis ini mungkin tidak merasakan gejala apa pun, tapi mereka tetap
bisa menularkannya pada anak kecil maupun bayi.
Norovirus, virus jenis ini bisa menginfeksi siapa saja pada usia berapa
pun, baik dewasa maupun anak-anak. Kebanyakan kasus keracunan
makanan yang terjadi di seluruh dunia disebabkan oleh virus ini.
Beberapa tempat yang sering terjadi penularan virus ini adalah ruang
kelas atau sekolah, asrama sekolah atau kampus, tempat perawatan anak,
dan ruang perawatan umum. Makanan dan air yang terkontaminasi
menjadi sarana utama dalam penyebaran virus, tapi kontak secara
langsung dengan individu yang terinfeksi juga bisa menular kan virus ini.
Sumber : https://www.halodoc.com/kesehatan/gastroenteritis

Patofisiologi gastroenteritis yang paling banyak adalah melalui infeksi


rotavirus. Zat enterotoksin yang dikeluarkan virus ini akan menyebabkan
terjadinya lisis sel enterosit traktus gastrointestinal.
Transmisi penyakit ini umumnya adalah melalui rute fekal-oral dari
makanan dan minuman yang terkontaminasi agen kausal penyakit.
Rotavirus yang masuk ke dalam mulut akan menginfeksi lapisan mukosa
usus kecil, bereplikasi, kemudian virions akan dilepaskan ke dalam lumen
usus, dan melanjutkan replikasi pada area lebih distal dari usus kecil.
Masa inkubasi rotavirus adalah sekitar dua hari.
Sumber : ://www.alomedika.com/penyakit/gastroentero-
hepatologi/gastroenteritis/patofisiologi

3. Sebutkan dan jelaskan tanda/ gejala untuk mendiagnosis Gastroenteritis!

Gejala utama dari gastroenteritis adalah diare. Kondisi ini terjadi akibat
usus besar mengalami infeksi sehingga kehilangan kemampuan untuk
menahan cairan di perut sehingga menyebabkan feses jadi encer.
Selain diare, sebagian besar orang yang terkena gastroenteritis akan
mengalami gejala berikut:
1) Sakit perut atau kram perut parah
2) Demam dan tubuh terus mengeluarkan keringat
3) Mual dan muntah
4) Berat badan akan menurun
5) Inkontinensia feses, yakni sulit menahan diri untuk tidak BAB
6) Nyeri otot dan sendi terasa kaku
7) Kulit menjadi lembap
Tergantung dari penyebabnya, gejala tersebut dapat terjadi 1-3 hari
setelah terinfeksi dan berlangsung selama 1-2 hari, atau dapat mencapai
10 hari.
Sumber : https://hellosehat-com.

4. Sebutkan pemeriksaan penunjang untuk pasien Gastroenteritis dan


jelaskan hasilnya!

Pemeriksaan Penunjang
Darah:
 Darah perifer lengkap
 Serum elektrolit: Na+, K+, Cl-
 Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan
keseimbangan asam basa (pernafasan Kusmaull)
 Immunoassay: toksin bakteri (C. difficile), antigen virus
(rotavirus), antigen protozoa (Giardia, E. histolytica).
Feses:
 Feses lengkap (mikroskopis: peningkatan jumiah lekosit di feses
pada inflamatory diarrhea; parasit: amoeba bentuk tropozoit, hypha
pada jamur)
 Biakan dan resistensi feses (colok dubur)
Pemeriksaan penunjang diperlukan dalam penatalaksanaan diare akut
karena infeksi, karena dengan tata cara pemeriksaan yang terarah akan
sampai pada terapi definitif.
Sumber :
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/6534992ca733a9
3f253e189f1c466fb3.pdf

5. Jelaskan penatalaksanaan pada pasien Gastroenteritis !

Aspek utama dari penatalaksanaan gastroenteritis adalah penanganan


dehidrasi dan manajemen infeksi pada gastroenteritis yang disebabkan
oleh bakteri. Prinsip penatalaksanaan adalah pemberian cairan untuk
rehidrasi, antibiotik bila diperlukan, seng, nutrisi, dan edukasi.
Rehidrasi
Pemberian rehidrasi pada gastroenteritis didasarkan pada derajat
dehidrasi.
Sumber : https://www.alomedika.com

6. Tuliskan hasil pengkajian pada pasien Gastroenteritis !

Hasil pemeriksaan :
Pasien mengeluh sakit perut, perut terasa mulas, muntah, badan terasa
lemas, tidak nafsu makan, mual dan sakit kepala, selain itu tinja encer dan
berlendir

7. Rumuskan diagnosis keperawatan pada pasien Gastroenteritis !

Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d intake yang tidak adekuat


Factor resiko :
1) Ketidakseimbangan cairan
2) Diare
3) Muntah

8. Tuliskan tujuan dan intervensi keperawatan untuk diagnosis keperawatan


pasien dengan Gastroenteritis!

Tujuan keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, resiko
ketidakseimbangan elektrolit pada pasien dapat teratasi, dengan kriteria
hasil :
No Indikator awal Tujuan
1 2 3 4 5
1 Mual 2 √
2 Muntah 2 √
3 Nyeri abdomen 2 √
Keterangan :
1. Meningkat
2. Cukup menurun
3. Sedang
4. Cukup meningkat
5. Meningkat
Sumber : SLKI

Intervensi keperawatan
Intervensi : pemantauan elektrolit
Observasi
1. Identifikasi kemungkinan penyebab ketidakseimbangan elektrolit
2. Monitor kadar elektrolit serum
3. Monitor mual, muntah dan diare
4. Monitor kehilangan cairan
5. Monitor tanda dan gejala hypokalemia
6. Monitor tanda da gejala hyperkalemia
7. Monitor tanda dan gejala hiponatremia
8. Monitor tanda dan gejala hipokalsemia
9. Monitor tanda dan gejala hiperkalsemia
10.Monitor tanda dan gejala hipomagnesemia
11.Monitor tanda dan gejala hipermagnesemia
Terapeutik
1. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
2. Dokumentasi hasil pemantauan
Evaluasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

Sumber : SIKI

9. Tuliskan evaluasi asuhan keperawatan pada pasien Gastroenteritis!

Pada diagnose pertama, telah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam.


Nyeri pada perut pasien sudah berkurang dengan signifikan, sudah tidak
mengeluh mual lagi dan tidak mengalami muntah-muntah, napsu makan
sudah mulai meningkat walaupun belum bisa seperti biasa dan tinja tidak
lagi encer/berlendir. Sehingga dapat disimpulkan analisa masalah teratasi.
Dan rencana selanjutnya adalah mempertahankan intervensi yang telah
ada seperti mengkaji tanda-tanda vital pasien dan kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian terapi obat sesuai dosis.

Anda mungkin juga menyukai