Perencanaan Portofolio

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

I (Satu)

A. Rancangan Perencanaan Portofolio


Menurut Shaklee (1997) delapa pedoman yang harus diperhatikan saat merencanakan
portofolio adalah:
1. Menentukan kriteria atau standar yang digunakan sebagai dasar asesmen portofolio.
2. Menerjemahkan kriteria atau standar tersebut ke dalam rumusan hasil belajar yang dapat
diamati. Kriteria atau standar tersebut harus sesuai dengan umur, kelas dan materi yang
akan dinilai .
3. Menggunakan kriteria, memeriksa ruang lingkup dan urutan materi dalam kurikulum.
4. Menentukan orang yang berkepentingan secara langsung (stakeholder) dengan portofolio
siswa. Stakeholders yang terpenting dalam portofolio siswa adalah guru, siswa, teman
sekelas dan orang tua siswa.
5. Menentukan jenis-jenis bukti yang harus dikumpulkan.
6. Menentukan cara yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan berdasar bukti yang
dikumpulkan.
7. Menetukan sistem yang akan digunakan untuk membahas hasil portofolio, pelaporan
informasi dan asesmen portofolio.
8. Mengatur bukti-bukti portofolio berdasar umur, kelas atau isi agar kita dapat
membandingkan.

B. Pelaksanaan Portofilo
Berdasarkan perencanaan yang telah dibuat dan disepakati dengan siswa maka tugas guru
kemudian adalah melaksanakan asesmen portofolio sesuai dengan apa yang telah
direncanakan. Dalam pelaksanaan tersebut, tugas guru adalah:
1. Mendorong dan memotivasi siswa.
Memberi dorongan, semangat dan motivasi kepada siswa untuk menghasilkan karya
terbaik. Tugas portofolio merupakan tugas yang diberikan sesuai dengan kondisi yang
nyata pada kehidupan siswa.
2. Memonitor pelaksanaan tugas.
Guru perlu melakukan pertemuan rutin dengan siswa guna mendiskusikan permasalahan
yang dihadapi siswa. Berilah komentar terhadap karya siswa. Mintalah juga siswa untuk
memberi komentar terhadap hasil karyanya sendiri. Komentar yang diberikan oleh siswa
sendiri terhadap hasil karyanya diharapkan dapat digunakan utuk memperbaiki kelemahan
dan hambatan yang dialami siswa. Hasil monitoring yang dilakukan oleh guru akan dapat
dijadikan sebagai bahan bagi pembelajaran berikutnya. Agar guru memperoleh gambaran
yang utuh mengenai kemampuan siswa, guru perlu juga mengadakan pertemuan dengan
orang tua siswa. Guru dapat meminta siswa masukkan dari orang tua siswa tentang
aktivitas siswa di rumah. Orang tua daoat memberikan masukkan tersebut secara lisan atau
tertulis.
3. Memberikan umpan balik
Umpan balik dapat berupa komentar terhadap karya sswa yang bersifat kritis dengan tujuan
untuk memperbaiaki atau meningkatkan kemampuan siswa.
4. Memamerkan hasil portofolio siswa
Pamerkanlah hasil karya siswa yang mengundang stakeholders yang berhubungan
langsung dengan fortofolio.

C. Rubrik Penilaian Portofolio


Beberapa guru memilih untuk menyimpan dua portofolio untuk setiap siswa. Satu portofolio
disimpan sebagai bukti akhir pencapaian hasil belajar siswa dan satu lagi digunakan sebagai
portofolio yang terus dikembangakan oleh siswa. Setiap satu minggu sekali atau dua minggu
sekali, guru dan siswa mereview karya siswa kemudian memperbaikinya. Setelah itu guru dan
siswa menyeleksi atau memilih hasil perbaikan pekkerjaan untk dikumpulkan dan disimpan
ke dalam folder sebagai bukti perkembangan karya siswa.
Tahap peilaian:
1. Penilaian dimulai dengan menetapkan kriteria penilaian yang disepakati bersama antara
guru dengan siswa pada awal pembelajaran.
2. Kriteria penilaian yang telah disepakati diterapkan secara konsisten. Bila ada perubahan
atau ada persepsi yang berbeda dalam menerjemahkan kriteria tersebut maka masalah
tersebut harus dibicarakan bersama – sama antara guru dengan murid pada waktu
pertemuan berkala yang telah dirancang.
3. Hasil penilaian selanjutnya digunakan sebagai penentuan tujuan pembelajaran berikutnya.
4. Penilaian dalam asesmen portofolio pada dasarnya dilakukan secara terus menerus dan
berkesinambungan.

II (Dua)

A. Rancangan Perencanaan Penilaian Afektif


Kemampuan efektif meruapakan bagian dari hasil belajar siswa yang sangat penting.
Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor sangat ditentukan oleh
kondisi afektif siswa. Siswa yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran
akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tersebut sehingga mereka akan dapat
mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Walaupun para guru sadar akan hal ini tetapi
belum banyak tindakan yang dilakukan guru untuk meningkatakan minat dan
mengembangkan sikap positif terhadap mata pelajaran. Fakta yang ada sampai saat ini
pembelajaran masih di dominasi pada pengembangan ranah kognitif. Menurut Krathwohl
(dalam Groundlund and Linn, 1990), ranah fektif terdiri atas 5 level yaitu:
1. Receiving merupakan keinginan siswa untuk memperhatikan suatu gejala atau stimulus
misalnya aktifvitas dalam kelas, buku atau musik.
2. Responding merupakan partisipasi aktif siswa untuk merespon gejala yang dipelajari. Hasil
pembelajaran pada level ini menekankan pada perolahan respon, leinginan memberi
respon, atau kepuasan dalam memberi respon.
3. Valuing merupakan kemampuan siswauntuk memberikan nilai, keyakinan atau sikap dan
menunjukkan suatu derajat internalisasi dan komitmen.
4. Organization merupakankemampuan anaka untuk mengorganisasi nilai yang satu dengan
yang lain dan konflik antar nilai internal dan konsisten.
5. Characterization merupakan level tertinggi dalam ranah afektif. Pada level ini siswa sudah
memiliki sistem sudah memiliki sistem nilai yang mampu mengendalikan perilaku sampai
pada waktu tertentu hingga menjadi pola hidupnya.
Karakteristik yang penting dalam ranah afektif adalah sikap, minat, konsep diri, dan nilai:
a. Sikap
Proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila pihak sekolah mampu mengubah sikap
siswa dari sikap negatif menjadi sikap positif.
b. Minat
Menurut Getzel, minat adalahsuatu disposisi yang terorganisir melaluipegalaman yang
mendorong sesorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan
keterampilan untuk tujuan memperoleh sesuatu.
c. Konsep diri
Dengan mengetahui informasi konsep diri setiap siswa, sekolah diharapkan mampu
menyediakan lingkungan belajar yang kondusif serta memotivasi siswa dengan tepat.
d. Nilai
Sekolah perlu membantu siswa untuk menentukan dan menguatkan nilai yang bermakna
bagi siswa agar siswa mampu mencapai kebahagiaan diri dan mampu memberikan hal
yang positif bagi masyarakat.

B. Susunlah Sebuah Penilaian Afektif


Menurut Ericson, penilaian afektif dapat dilakukan dengan cara:
1. Pengamatan langasung
Yaitu dengan memperhatikan dan mencatat sikap dan tingkah laku siswa terhadap sesuatu,
benda, orang, gambar atau kejadian.
2. Wawancara
Dilakukan dengan memberikan pertanyaan terbuka atau tertutup.
3. Angket atau kuisioner
Merupakan suatu perangkat pertanyaan atau isian yang sudah disediakan pilihan jawaban
baik berupa pilihan petanyaan atau pilihan bentuk angka.
4. Teknik proyektil
Merupakan tugas atau pekerjaan yang belum pernah dikenal siswa. Para siswa diminta
untuk mendiskusikan hal tersebut menurut penafsirannnya.
5. Pengukuran terselubung.
Merupakan pengamatan tentag sikap dan tingkah laku sesorang dimana yang diamati tidak
tahu bahwa ia sedang diamati.

C. Buatlah Rubrik Penilaian Afektif


Sama seperti dengan cara pengembangan alat ukur pada umumnya, pengembangan alat ukur
afektif dimulai dengan:
1. Merumuskan tujuan pengukuran afektif
Pengembangan alat ukur afektif bertujuan untuk mengungkap nilai dan keyakinan siswa.
Hasil pengukuran nilai berupa nilai dan keyakinan siswa yang positif dan negatif. Sekolah
berkewajiban mengembangkan nilai dan keyakinan siswa yang positif dan menghilangkan
nilai dan keyakinan yang negatif.
2. Mencari definisi konseptual dari afektif yang akan diukur
Pencarian definisi konseptual dapat anda lakukan dengan mencari buku teks yang relevan.
3. Menentukan definisi operasioan dari setiap afektif yang akan diukur
Penentuan definisi oprasional dimaksudkan untukl menentukan cara pengukuran definisi
konseptual.
4. Menjabarkan definisi operasioan variabel sesuai dengan jumlah indikator.
Ketepatan pengukuran ranah afektif sangat ditentukan oleh kemamouan penyusun
instrumen (guru atau peneliti) dalam membuat atau merumuskan indikator.
5. Menggunakan indikator sebagai acuan menulis pertanyaan dalam instrumen.
Penulisan instrumen dapat dilakukan dengan menggunakan skla pengukuran. Skala
pengukuran yang paling banyak digunakan adalah skala pengukuran Liekert. Skala liekert
merupakan salah satu jenis skala pengukuran rafnah afektif yang terdiri dari sejimlah
pertanyaan yang diikutu dengan penilaian responden terhadap setiap pertanyaan dengan
menggnakan lima skala mulai dari yang paling sesuai sampai dengan yang paling tidak
sesuai.
6. Mengukir kembali setiap butir pertanyaan.
Penelitian kembali instrumen yang selesai ditulis sebaiknya dilakukan oleh orang yang
telah memiliki banyak pengalaman dalam mengembangkan alat ukur afektif minimal 2
orang. Berdassarkan masukan dari kedua ahli tersebut kita sempurnakan instrumen
tersebut. Jika langkah ini selesai dilakukan maka kita siap untk melakukan uji coba
lapangan.
7. Melakukan uji coba.
Tujuan uji coba adalah untuk mengetahui apakah perangkat alat ukur tersebut sudah dapat
memberikan hasil pengukuran seperti yang kita inginkan.
8. Menyempurnakan Instrumen.
Pada saat ini sudah banyak program analisis data yang beredar di pasaran yang dapat kita
manfaatkan untuk mengolah data. Berdasarkan data hasil uji coba kita akan dapat
memperbaiki butir 0 butur pertanyaan yang dianggap lemah.
9. Mengadministrasikan Instrumen
Artinya adalah pengambilan data di lapangan. Untuk mengambil data di lapangan perlu
diperhatikan beberapa hal, yaitu:
a. Kesiapan perangkat instrumen
b. Tenaga lapangan
c. Kesiapan responden

Anda mungkin juga menyukai