BAB 1-7 Proses Revisi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 88

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap makhluk hidup di bumi pernah mengalami sakit terutama

manusia. Sakit yang diderita oleh setiap manusia berbeda satu dengan yang

lainnya. Sakit merupakan suatu keadaan dimana tubuh tidak berada dalam

kondisi yang baik (abnormal) bisa disebabkan oleh beberapa faktor baik dari

internal maupun eksternal. Sakit disebabkan karena adanya suatu penyakit,

berdasarkan karakteristiknya penyakit dapat dibagi menjadi dua yaitu penyakit

menular dan penyakit tidak menular. Namun, penyakit menular mendapatkan

perhatian khusus dari pemerintah dibanding dengan penyakit tidak menular.

Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan atau berpindah dari

satu orang ke orang lain, baik secara langsung maupun melalui perantara.

Penyakit menular disebabkan oleh agen biologi yaitu mikroorganisme seperti

virus, bakteri, fungi dan parasit. Keberadaannya di dalam tubuh seseorang

dapat mengakibatkan infeksi. Cara penularannya bisa melalui air, udara,

maupun dari hewan ke manusia (Irwan, 2017).

Penyakit menular akan menyerang bagian tubuh, salah satunya sistem

pernapasan. Berdasarkan informasi yang menjadi tren isu saat ini adalah virus

corona, jenis baru penyebab Covid-19. Virus tersebut berpotensi menularkan

melalui udara (WHO, 2020). Virus corona merupakan salah satu virus yang

1
2

menyerang sistem pernapasan hingga dapat mengakibatkan kematian (Novita,

2020). Pada awal tahun 2020, masyarakat di seluruh dunia diresahkan dan

dihebohkan dengan virus corona (Covid-19). WHO pertama kali menyebutkan

coronavirus disease yang ditemukan pertama kali pada akhir desember tahun

2019 di Wuhan dengan sebutan novel coronavirus 2019 yang disebabkan oleh

virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronaviru-2 (Pradana, dkk, 2020).

Pada tanggal 30 Oktober 2020 sudah terdapat 216 negara terinfeksi

corona virus di dunia jumlah yang terkonfirmasi ada di angka 44.888.869

orang dengan jumlah yang meninggal 1.178.475 orang (https://covid19.go.id).

Indonesia adalah salah satu negara di benua asia yang terkena imbas dari

penularan virus tersebut. Terbukti adanya warga positif Covid-19 berawal dari

adanya kontak langsung antara warga negara Indonesia (WNI) dengan warga

negara asing (WNA) asal Jepang yang tinggal di Malaysia dalam rangka

menghadiri suatu acara di Jakarta. Setelah itu, penderita mengalami demam,

batuk, dan sesak napas (WHO, 2020. Dalam Yuliana, 2020). Di Indonesia

sendiri angka positif Covid-19 pada tanggal 30 oktober 2020 mencapai

406.295 orang menyebar ke berbagai wilayah dengan kasus meninggal

sebanyak 13.782 orang. Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi dengan kasus

Covid-19 terbanyak setelah DKI Jakarta dan Jawa Timur. Pada tanggal 30

oktober 2020 di Provinsi Jawa Barat terhitung jumlah kasus mencapai 35.927

orang (https://covid19.go.id).

Dari hal semua itu virus corona menjadi perbincangan dan membuat

masyarakat Indonesia cemas. Cemas merupakan perasaan khawatir berlebih


3

terkadang tidak jelas, bentuk respons akibat ada suatu rangsangan dari luar

maupun dalam yang dapat menimbulkan gejala seperti emosional, kognitif,

fisik, dan tingkah laku. Cemas bisa berasal rasa takut karena objeknya sudah

diketahui dengan jelas yang dapat mengancam diri dan bisa karena objeknya

tidak diketahui secara jelas. Ansietas atau cemas dapat menimbulkan suatu

kondisi tidak baik dari segi respon, baik itu respon dari kognitif, fisiologis,

maupun psikomotor sehingga dapat menimbulkan ketidaknyamanan seperti

kesulitan dalam berpikir secara logis, terjadinya suatu peningkatan tanda-tanda

vital pada tubuh, dan perilaku menjadi semakin gelisah (Baradero, et al., 2016).

Cemas dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti melihat adanya

suatu bahaya, merasa bersalah atau berdosa, dan penyakit yang terlihat dalam

beberapa bentuk (Muyasaroh, 2020). Kecemasan dapat menjadi gangguan

apabila kecemasan ini tidak dapat berfungsi sebagai motivasi atau dorongan

diri ke arah lebih baik. Gangguan ansietas atau kecemasan yang akan muncul

dapat berupa agoraphobia tanpa gangguan panik, gangguan panik, fobia

spesifik, fobia sosial, gangguan obsesif-kompulsif (obsessive-compulsive

disorder), gangguan stres akut ( acute stress disorder), dan gangguan stres

pasca-traumatik (post-traumatic stress disorder) (Baradero, et al., 2016).

Kecemasan dirasakan pada masa pandemi, tak terkecuali pengguna

media sosial di Indonesia, dengan cara mengakses informasi melalui internet

mengenai virus corona. Berbagai macam informasi dapat diperoleh dengan

mudah dan cepat, kian banyak informasi yang di sebarluaskan tidak benar atau

hoax sampai terlihat resmi dan akurat membuat masyarakat berespon tidak baik
4

(Novita, 2020). Kesalahan dalam memberikan informasi dapat meningkatkan

ketakutan masyarakat pada umumnya (Bao, et.al., 2020). Dengan hal itu dapat

membuat stres dan mempengaruhi pola pikir terhadap virus tersebut (Thalia,

2020. Dalam Novita, 2020).

Dengan adanya wabah ini, untuk menghentikan penyebarannya

pemerintah membuat beberapa kebijakan, seperti melakukan lockdown di

daerah yang sudah termasuk ke dalam zona merah. Seperti yang

diungkapkan oleh Direktur program gangguan kecemasan di Yale Child Study

Center, Fakultas Psikologi Universitas Yale, Amerika Serikat, Eli Lewobitz

menjelaskan bahwa virus corona ini belum dipetakan sehingga adanya isolasi

sosial, dan tindakan pencegahan dapat menimbulkan kecemasan dan depresi

(Nurkholis, 2020).

Pemerintah juga telah memberikan anjuran pada masyarakat di seluruh

Indonesia untuk menerapkan gerakan Social Distancing dan Physical

Distancing dengan tujuan untuk mengurangi dan memutus rantai penyebaran,

dengan menjaga jarak aman sejauh dua meter dan tidak melakukan pertemuan

secara masal serta menghindari kerumunan (Buana, 2020). Jarak sosial salah

satu aturan yang dapat membuat stres semua orang baik bagi anak maupun

orang tua (Jiloha, 2020). Stres dirasakan bagi orang dalam kurungan yang tidak

mampu bertatap muka dan bersosialisasi (Zhang et, al., 2020).

Di satu sisi Social Distancing dapat menyalamatkan diri bagi kesehatan

orang banyak, namun di sisi lain menimbulkan masalah baru bagi

perekonomian di Indonesia. Dengan anjuran pemerintah seperti penutupan


5

pabrik, kantor, lestoran tidak menerima makanan-minum ditempat, diliburkan

sekolah dan perguruan tinggi, tentu hal ini berimbas pada jutaan orang

kehilangan pekerjaan sampai menjadi korban Pemutusan Hubungan Kerja

(PHK). Penanganan yang tidak tepat menyebabkan terjadinya peningkatan

angka kemiskinan, dengan kemiskinan yang meningkat, tidak adanya lapangan

pekerjaan, akan menimbulkan masalah besar yaitu kelaparan (Ainul, 2020).

Kebijakan yang dilakukan pemerintah telah memukul dan berdampak pada

perekonomian masyarakat kelas bawah, terutama pekerja harian bagi mereka

tidak keluar berarti tidak bisa makan pada hari tersebut (Ansori, 2020).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Wang, et al., (2020) tentang

respon psikologis terhadap covid-19 yang melibatkan 1.210 responden dari 194

kota di Cina pada masa pandemi, dengan hasil bahwa responden menilai

dampak psikologis dari wabah tersebut mulai sedang hingga berat sebanyak

53,8 %. Melaporkan gejala depresi mulai sedang hingga berat sebanyak 16,5%.

Melaporkan gejala kecemasan mulai sedang hingga berat 28,8%, dan

melaporkan tingkat stres sedang hingga berat 8,1%.

Keadaan darurat kesehatan masyarakat dapat berpengaruh terhadap

psikologis mahasiswa khususnya, seperti kecemasan, ketakutan, dan

kekhawatiran. Berdasarkan hasil penelitan Cao, et., al (2020) pada mahasiswa

saat pandemi di China menunjukkan bahwa 24,9% mahasiswa mengalami

kecemasan karena wabah Covid-19. Dengan hasil 0,9% responden mengalami

kecemasan parah, 2,7% kecemasan sedang, dan 21,3% kecemasan ringan.


6

Dari data yang di ambil oleh peneliti dalam studi pendahuluan pada

Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan Institut Medika Drg Suherman

Tahun 2020 dari 10 mahasiswa terdapat 4 mahasiswa mengalami kecemasan

ringan ditandai dengan meningkatnya kesadaran, perasaannya tajam, sulit tidur,

merasa gelisah, dan hipersensitif terhadap suara. 2 mahasiswa mengalami

kecemasan sedang yang ditandai dengan persepsi individu menyempit

perhatian terhadap rangsangan berkurang, pola berikir sedikit menurun, denyut

nadi dan tekanan darah meningkat. 3 mahasiswa mengalami kecemasan berat

yang ditandai dengan persepsi menyempit, tidak mampu memecahkan masalah

serta terjadinya gangguan fungsional seperti sakit kepala, mual, napas pendek

akibat adanya suatu kecemasan dalam menghadapi dampak dari pandemi

Covid-19.

Berdasarkan uraian diatas, kecemasan dapat berdampak buruk bagi

kesehatan fisik, kognitif, dan tingkah laku seseorang sehingga penulis tertarik

untuk meneliti mengenai Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan dalam

Menghadapi Dampak Pandemi Covid-19 pada Mahasiswa Program Studi

Sarjana Keperawatan di Institut Medika Drg Suherman Tahun 2020.

B. Rumusan Masalah

Kecemasan dapat menimbulkan suatu kondisi tidak baik dari segi

respon baik itu respon dari kognitif, fisiologis, maupun psikomotor sehingga

dapat menimbulkan ketidaknyamanan seperti kesulitan dalam berpikir secara

logis, terjadinya suatu peningkatan tanda-tanda vital pada tubuh, dan perilaku
7

menjadi semakin gelisah. Dari dampak pandemi covid-19 membuat mahasiswa

mengalami ketakutan, kekhawatiran dan kegelisahan, terlebih Covid-19 salah

satu penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Kecemasan banyak pula

dialami oleh mahasiswa Institut Medika Drg. Suherman Tahun 2020. Diketahui

dari 10 mahasiswa terdapat 9 mahasiswa mengalami kecemasan akibat dari

pandemi Covid-19. Bedasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas,

maka dapat dirumuskan Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kecemasan

dalam menghadapi dampak pandemi Covid-19 pada Mahasiswa Program Studi

Sarjana Keperawatan di Institut Medika Drg. Suherman Tahun 2020.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan

dalam menghadapi dampak pandemi Covid-19 pada mahasiswa program

studi sarjana keperawatan Institut Medika Drg Suherman Tahun 2020.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi distribusi frekuensi mengakses informasi di internet

pada mahasiswa program studi sarjana keperawatan Institut Medika Drg.

Suherman Tahun 2020.

b. Mengidentifikasi distribusi frekuensi interaksi sosial pada mahasiswa

program studi sarjana keperawatan Institut Medika Drg. Suherman

Tahun 2020.
8

c. Mengidentifikasi distribusi frekuensi uang saku pada mahasiswa

program studi sarjana keperawatan Institut Medika Drg. Suherman

Tahun 2020.

d. Mengidentifikasi distribusi frekuensi kecemasan pada mahasiswa

program studi sarjana keperawatan Institut Medika Drg. Suherman

Tahun 2020.

e. Menganalisis pengaruh mengakses informasi di internet dengan

kecemasan dalam menghadapi dampak pandemi Covid-19 pada

mahasiswa program studi sarjana keperawatan Institut Medika Drg

Suherman Tahun 2020.

f. Menganalisis pengaruh interaksi sosial dengan kecemasan dalam

menghadapi dampak pandemi Covid-19 pada mahasiswa program Studi

sarjana keperawatan Institut Medika Drg Suherman Tahun 2020.

g. Menganalisis pengaruh uang saku dengan kecemasan dalam menghadapi

dampak pandemi Covid-19 pada mahasiswa program Studi sarjana

keperawatan Institut Medika Drg Suherman Tahun 2020.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu

pengetahuan para pembaca, dapat dijadikan bahan referensi atau sumber

informasi untuk penelitian berikutnya, dan sebagai bahan bacaan di

perpustakaan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan dalam


9

menghadapi dampak pandemi Covid-19 pada mahasiswa program studi

sarjana keperawatan Institut Medika Drg Suherman Tahun 2020.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan tambahan materi untuk

perkuliahan agar dapat menambah ilmu pengetahuan bagi setiap mahasiswa

Institut Medika Drg Suherman terutama dalam pengetahuan tentang faktor-

faktor yang mempengaruhi kecemasan dalam menghadapi dampak pandemi

Covid-19 pada mahasiswa program studi sarjana keperawatan Institut

Medika Drg. Suherman Tahun 2020.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Covid-19

Awal bulan desember 2019 terdapat pasien terdiagnosa mengalami

pneumonia yang tidak biasa di Ibu kota Provinsi Hubei, Wuhan, Cina Tengah.

Pada tanggal 31 desember 2019 kantor regional Kesehatan Dunia (WHO) di

Beijing mendapatkan hasil dari laporan bahwa ada sekelompok pasien

menderita pneumonia tidak teridenitifikasi penyebabnya di kota yang sama

(Zhou P, et al., 2020. Dalam Parwanto, 2020). Diketahui hal ini disebabkan

suatu virus baru dari jenis betacorona virus yang diberi nama 2019 novel

coronavirus (2019-nCoV). World Health Organization memberi nama virus

baru ini pada tanggal 11 februari 2020 dengan nama Severe Acute Respiratory

Syndrome Coronavirus-2 (SARS-2) dan Coronavirus Disease 2019 (COVID-

19) sebagai nama penyakit akibat virus tersebut (Yuliana, 2020).

1. Pandemi Covid-19

WHO telah memberikan pernyataan bahwa covid-19 merupakan

suatu pandemi. Pandemi adalah penyebaran penyakit yang baru ke seluruh

dunia. Pandemi sebenarnya merujuk ke arah epidemi yang menyebarluas

diberbagai negara dan benua dengan mempengaruhi sejumlah orang yang

besar. Dapat dikatakan pandemi penyakit yang menyebar secara geografis,

sebagian besar pandemi mengisyaratkan suatu penyebaran penyakit yang

10
11

dapat berpindah-pindah dari satu orang ke orang lain dan satu tempat ke

tempat lain (Handayani, dkk, 2020).

2. Pengertian Covid-19

a. Covid-19 mirip dengan SARS adalah penyakit dari beta-coronavirus

yang dapat disebarkan ke manusia melalui host perantara seperti

kelelawar (Paules, et al, 2020. Dalam Wang, 2020). Meskipun rute

sebenarnya dari transmisi masih dapat diperdebatkan. Penularan dari

manusia ke manusia telah diamati melalui tetesan, pernapasan yang sarat

dengan virus, sebagai suatu pertumbuhan. Jumlah pasien yang dilaporkan

tidak memiliki paparan di pasar hewan dan kasus ini juga terjadi di

Indonesia terhadap petugas kesehatan (Wang, 2020).

b. Corona Virus Disease (Covid-19) adalah jenis virus baru yang menular

pada manusia dan menyerang gangguan system pernapasan sampai

berujung pada kematian (Thalia, 2020. Dalam Novita, 2020).

3. Penyebab

Saat ini WHO (2019) menyatakan dan memberinya nama penyebab

dari Covid-19 itu adalah SARS-CoV-2 (severe acute respiratory syndrome

coronavirus 2). Virus corona juga termasuk kedalam familia Coronaviridae,

sub familia Coronavirinae, genus Betacoronavirus, subgenus Sarbecovirus.

Memiliki diameter 125 nm yang telah digambarkan oleh peneliti

menggunakan Cryo-electron microscopy dan tentunya virus tersebut

berbentuk bulat. Virus ini lebih dekat dengan SARS-CoV melalui analisis
12

filogenetik dari receptor-binding domain berdasarkan garis keturunannya

(Parwanto, 2020)..

4. Patofisiologi

Corona virus lebih banyak menginfeksi atau hidup di hewan,

kemampuannya bisa menyebabkan penyakit yang sangat berat bagi hewan

tersebut seperti ayam, kucing, sapi, kuda dan lain sebagainya. Corona virus

salah satu virus yang bisa ditularkan dari hewan ke manusia (Zoonotik),

tidak sedikit hewan liar yang membawa patogen dan berperan sebagai

vektor dalam penyakit-penyakit menular tertentu. Ada beberapa hewan liar

yang ditemukan sebagai host virus corona seperti kelelawar, tolis bambu,

unta, dan musang. Salah satu hewan liar penyebab terjadinya Severe Acute

Respiratory Syndraome (SARS) dan Middle East Respiratory Syndrome

(MERS) adalah kelelawar (Yuliana, 2020).

Virus ini akan mati dan tidak bisa hidup tanpa adanya sel host,

dengan sel host virus tersebut bisa menambah jumlahnya lebih banyak lagi.

Rangkaian terjadinya yaitu setelah virus corona menemukan host-nya sesuai

tropisme, corona virus menempel melalui perantara protein S dan kemudian

masuk ke sel host. Protein S dan tropisme menjadi penentu yang paling

berpengaruh terhadap infeksinya jenis host (Wang, 2020. Dalam Yuliana,

2020).

Berdasarkan kajian atau telaah SARS-CoV, angiotensin-converting

enzyme (ACE-2) merupakan enzim yang menjadi reseptor tempat

berikatannya Protein S. Enzim ini salah satunya terdapat di mukosa oral,


13

nasal, paru, lambung, usus dan lain-lain. Setelah masuk tentunya akan

diartikan sebagai virus untuk memperbanyak dari RNA genom virus.

Selanjutnya replikasi dan transkripsi, dimana sintesis virus RNA melalui

translasi dan perakitan dari kompleks replikasi virus, tahap selanjutnya

adalah perakitan dan rilis virus (Fehr, 2015. Dalam dalam Yuliana 2020).

Setelah terjadi transmisi, virus masuk ke saluran napas atas kemudian

bereplikasi di sel epitel saluran napas atas (melakukan siklus hidupnya),

setelah itu menyebar ke saluran napas bawah. Pada infeksi akut terjadi

peluruhan virus dari saluran napas dan virus dapat berlanjut meluruh

beberapa waktu di sel gastrointestinal setelah penyembuhan. Masa inkubasi

virus sampai muncul penyakit sekitar 3-7 hari (Yuliana, 2020).

5. Tanda dan Gejala

Tanda-tanda orang terinfeksi virus corona pada umumnya yaitu

demam diatas atau lebih dari 380C, batuk, sesak, dan susah bernapas

(Novita, 2020). Menurut Chen, N et al (2020) dari hasil penelitiannya

mengatakan gejala infeksi dari virus tersebut demam, kedinginan, batuk,

coryza, sakit tenggorokan, kesulitan bernapas, mialgia, mual, muntah, dan

diare (Wang, 2020).

Dilihat dari macam gejala yang timbul dari infeksi Covid-19 mulai

dari gejala ringan, sedang, hingga berat. Salah satu gejala utama yang

muncul adalah demam diatas 380C, batuk serta sesak atau kesulitan

bernafas. sesak terjadi terjadi dalam satu minggu. Tidak hanya itu saja,

terkadang sesak berat dapat disertai dengan fatigue, mialgia, dan beberapa
14

gejala gastrointestinal yang ditandai dengan diare. Pada kasus yang berat

kondisi akan lebih cepat memburuk seperti ARDS, Syok Septik, Asidosis

Metabolik dan kesuliatan mengoreksi sistem perdarahan dalam waktu

beberapa hari. Ada sebagian pasien terdapat beberapa gejala ringan yang

muncul tidak disertai demam, bahkan tidak ada sekali gejala yang muncul.

pada pasien yang memiliki prognosis baik, sedikit kemungkinan untuk

mengalami kritis sampai meninggal (Yuliana, 2020).

Menurut Yuliana (2020), berikut ini adalah tanda gejala yang

muncul seseorang yang terinfeksi.

a. Tidak berkomplikasi

Kondisi seperti ini adalah kondisi yang paling ringan dimana gejala yang

muncul juga tidak spesifik. Namun gejala hanya berupa gejala ringan

seperti nyeri otot, sakit kepala, malaise, demam, batuk dapat disertai sakit

tenggorokan. Ada beberapa yang perlu diperhatikan dengan adanya

gejala yang tidak spesifik atau khas seperti pasien lansia dan pasien

immunocompromises. Pada beberapa kasus ada pasien dengan kejadian

tersebut tidak disertai dengan demam dan gejalanya pun ringan. dalam

kondisi seperti ini pasien tidak mengalami gejala berlebih atau

komplikasi.

b. Pneumonia ringan

Pada pasien penumonia ringan biasanya gejala utama yang muncul

adalah demam, batuk, dan sesak nafas. Tanda gejala seperti batuk disertai

susah napas biasanya terjadi pada anak.


15

c. Pneumonia berat

Gejala yang muncul pada pasien dewasa seperti demam. Sedangkan

untuk tanda yang muncul serta dicurigai mengalami infeksi saluran

pernapasan seperti takpinea dengan frekuensi napas lebih dari 30x/menit,

untuk saturasi okesigen kurang dari 90% udara luar dengan distress

pernapasan berat.

6. Penegakkan Diagnostik

Penelitian yang dilakukan Yuliana (2020), dari hasil anamnesis ada

tiga gejala utama yang muncul diantaranya yaitu demam, batuk kering

namun sebagian kecil ada dahak, sesak atau kesulitan untuk bernapas.

a. Pasien dalam pengawasan atau kasus suspek (possible)

1) pasien tersebut memiliki keluhan diantaranya yaitu:

a) Demam >380C atau adanya riwayat demam

b) Sakit/nyeri tenggorokan, batuk bisa disertai flu

c) Gambaran radiologis/klinis mengenai pneumonia ringan hingga

berat. pada pasien immunocompromised memiliki riwayat

perjalanan ke tempat atau wilayah terjangkit 14 hari sebelum

muncul. Salah satunya petugas medis yang sakit setelah merawat

pasien ISPA yang belum diketahui penyebanya dan tidak

memperhatikan riwayat perjalanan/berpergiannya.

2) Pasien ISPA dengan tingkat keparahan berat hingga ringan 24 hari

sebelum gejala timbul melakukan hal sebagai berikut;


16

a) melakukan interaksi dan kontak langsung dengan pasien terdeteksi

Covid-19 dan bisa juga adanya riwayat kontak langsung dengan

hewan penular dan sudah teridentifikasi

b) mendatangi rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan yang

merawat pasien yang dinyatakan positif Covid-19 atau wilayah

yang banyak orang terjangkit penyakit tersebut.

c) sedang demam atau memeiliki riwayat demam dan melakukan

kunjungan ke tempat dimana banyak orang terkonfirmasi Covid-19.

b. Orang dalam Pemantauan

Seseorang dalam pantauan karena memiliki gejala demam namun tanpa

disertai pneumonia dan memiliki riwayat perjalanan ke negara yang

banyak orang terkonfirmasi Covid-19, tetapi tak ada paparan ditempat

yang dikunjunginya seperti tidak bertemu, tidak kontak atau berinteraksi

dengan orang pasien terkonfirmasi Covid-19, tidak mengunjungi fasilitas

kesehatan yang memang banyak dengan kasus tersebut, tidak kontak

langsung dengan hewan yang menularkan di tempat sesuai

perkembangan penyakit tersebut.

c. Kasus Probable

Dimana pasien dalam pengawasan tenaga medis setelah pemeriksaan

Covid-19 tetapi tidak dapat diketahui atau disimpulkan pasien tersebut

positif atau terkonfirmasi Covid-19.


17

d. Kasus Terkonfirmasi

Pasien yang diperiksa dipelayanan atau fasilitas kesehatan dalam

pemeriksaan laboratorium terkonfirmasi/positif Covid-19.

7. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui Covid-19 Menurut

(Yuliana, 2020) adalah sebagai berikut :

a. Pemeriksaan radiologi seperti dilakukan foto toraks, CT-scan toraks,

USG toraks. Kondisi yang dapat ditunjukan yaitu: keadaan bilateral,

konsolidasi subsegmental, kolaps paru atau nodul, tampilan groundglass.

b. Pemeriksaan spesimen jalan napas. Jalan atau saluran napas atas dengan

menggunakan swab tenggorok atau nasofaring dan orofaring. Untuk

saluran napas bawah dengan melakukan pemeriksaan sputum,

membilas/bilasan bronkus, bila menggunakan endotrakeal tube dapat

berupa aspirat endotrakeal.

c. Bronkoskopi

d. Pungsi pleura dilakukan dengam menyesuaikan kondisi pasien

e. Pemeriksaan laboratorium.

f. Uji kepekaan mikroorganisme dengan menggunakan sputum, bilasan

bronkus, cairan pleura dan darah. pemeriksaan darah sebelum diberikan

antibiotik sampai hasil pemeriksaan keluar, yang terakir melakukan

pemeriksaan feses dan urin.


18

8. Penatalaksanaan umum

Menurut Yuliana (2020) dalam artikelnya ada beberapa tatalaksana dalam

penanganan Covid-19 diantaranya yaitu;

a. Melakukan isolasi.

Melakukan isolasi ketika tanda dan gejala muncul baik ringan maupun

sedang

b. Menerapkan pencegahan dan pengendalian infeksi

c. Melalukam foto toraks untuk melihat perkembangannya

d. Terapi oksigen

Hal ini dilakukan untuk menambah/mensupport fungsi paru pada

terutama pada pasien yang mengalami distress pernapasan, hipoksemia

ataupun syok. 5 L/menit untuk pemberian pertama agar mencapai SpO2.

Pemberian terapi oksigen segera kepada pasien dengan distress napas,

hipoksemia atau syok. Terapi oksigen pertama sekitar 5 L/menit ≥ 90%

untuk pasien tidak hamil dan ≥ 92-95% pada pasien yang mengalami

kehamilan.

e. Mengidentifikasi/mengetahui hipoksemia berat

f. Terapi cairan

Terapi cairan diberikan jika pasien mengalami syok atau kekurangan

cairan, karena cairan yang berlebihan akan mempengaruhi distress

pernapas serta pantau keseimbangan cairan elektrolit

g. Pemberian antibiotik empiris


19

h. Terapi simptomatik

Diberikan seperti seperti antipiretik, obat batuk bila diperlukan.

i. Pada pneumonia atau ARDS kortikosteroid sistemik tidak diberikan

secara rutin selain ada indikasi lain.

j. Observasi setiap saat secara ketat

k. Pahami penyakit pasien

Saat ini belum ada penelitian atau bukti penatalaksanaan yang spesifik

pada Covid-19. Bagi penderita infeksi belum ada antivirus atau obat

yang efektif.

9. Pencegahan

Penyakit Covid-19 ini sebenarnya bisa dicegah dengan cara

menghindari benda-benda yang digunakan secara bersamaan, agar memakai

masker ketika hendak berpergian ada atau tidaknya suatu gejala yang

muncul. Peraturan di negara singapura masker digunakan hanya untuk

orang-orang yang memiliki gejala dan petugas kesehatan yang merawat

pasien dengan Covid-19, dalam keadaan sehat dengan cukup mencuci

tangan dan menjaga kebersihan. Berbeda hal dengan negara malaysia dan

vietnam yang menganjurkan warganya untuk menyiapkan masker dan alat

atau bahan untuk mencuci tangan dalam kondisi apapun (Geddie, 2020.

Dalam Wang, 2020). Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) masker

hanya digunakan bagi orang yang terindikasi terkonfirmasi Covid-19

terutama bagi orang yang sering batuk dan bersin (Wang, 2020).
20

Selain dengan mencuci atau membersihkan tangan cara pencegahan

untuk mengendalikan penyebaran infeksi covid-19 yaitu dengan cara

menghindari kontak langsung dengan tenaga kesehatan selama pandemi dan

dengan itu transmisi penyebararan akan terhindari. WHO

merekomendasikan berdasarkan pengalaman yang diperoleh manajemen

infeksi MERS dan SARS, untuk menghindari risiko yang memicu Infeksi

Pernapasan Akut dengan tidak interaksi atau kontak langsung penderita

tersebut. Selalu membersihkan tangan terutama saat interaksi dengan orang

yang menderita atau berada dilingkungan yang menderita ISPA, dan

menghindari peternakan sperti hewan Liar (Lai et, al., 2020).

B. Mahasiswa Keperawatan

Mahasiswa merupakan seseorang yang menempuh proses belajar atau

menuntut ilmu serta terdaftar secara resmi dalam suatu pendidikan pada salah

satu perguruan tinggi akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut, maupun

universitas (Hartaji, 2012). Di dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

mahasiswa di definisikan sebagai Orang yang belajar di Perguruan Tinggi

(Kamus Besar Bahsa Indonesia Online, kbbi.web.id). Mahasiswa merupakan

golongan akademis dengan pengetahuan yang terdidik dengan segala

kemampuan yang dimiliki untuk berada di dalam suatu lingkungan sebagai

agen perubahan. Mahasiswa mempunyai tanggung jawab yang besar untuk

dapat memecahkan masalah dalam bangsanya, maka dari itu mahasiswa


21

bertanggung jawab dan mempunyai tugas dalam hal akademis ataupun

organisasi (Oharella, 2011).

Peran mahasiswa sangatlah dibutuhkan dalam lembaga pendidikan

khususnya di universitas. Karena mahasiswa disamping untuk mengembangkan

lembaga pendidikan tersebut, mahasiswa ikut berpartisipasi dalam segala

kretifitasnya, baik dalam akademis maupun non-akademis.

Maksud dari akademik dapat dicontohkan turut ikut serta secara aktif

dalam mengikuti semua sistem pembelajaran dan dapat mengerti situasi dan

unggul dalam setiap hal pembelajaran khususnya dalam perkuliahan sehari-

hari. Sedangkan maksud darinon-akademis ialah ketika mahsiswa mengikuti

beberapa kegiatan-kegiatan diluar kampus seperti ekstrakulikuler, UKM (unit

kegiatan mahasiswa), HIMA (himpunan mahasiswa), BEM, dan lain-lain.

Mahasiswa keperawatan adalah seseorang mempersiapkan diri untuk

menjadi seorang perawat profesional suatu saat atau masa yang akan datang.

Perawat profesional wajib memiliki rasa tanggung jawab atau akuntabilitas

pada dirinya, akuntabilitas merupakan hal utama dalam praktik keperawatan

yang profesional dimana hal tersebut harus ada atau melekat pada diri

mahasiswa keperawatan sebagai perawat di masa mendatang (Black, 2014).

Mahasiswa Keperawatan Institut Medika Drg. Suherman (IMDS)

merupakan seseorang yang menempuh pendidikan Keperawatan di Institut

Medika Drg. Suherman yang berlokasi di Jalan Raya Industri Pasir Gombong,

Desa Pasir Gombong, Kecamatan Cikarang Utara, Bekasi, Jawa Barat 17530.
22

C. Cemas

Kecemasan berasal dari bahasa latin yaitu anxius dan bahasa jerman

yaitu anst merupakan segala sesuatu yang memberi gambaran pengaruh negatif

terhadap rangsangan fisiologis (Muyasaroh, dkk, 2020).

1. Pengertian Kecemasan

a. Menurut freud mendefinisikan bahwa kecemasan merupakan situasi

afektif yang dirasa tidak menyenangkan diikuti oleh sensasi fisik serta

mengingatkan seseorang akan bahaya yang mengancam. Perasaan tidak

menyenangkan ini biasanya samar-samar dan sulit dipastikan, tetapi

selalu terasa (Feist & feist, 2012. Dalam Muyasaroh, dkk, 2020).

b. Cemas merupakan perasaan khawatir berlebih yang terkadang tidak jelas,

yaitu bentuk respons dan akibat adanya suatu rangsangan dari luar

maupun dalam yang dapat menimbulkan gejala seperti emosional,

kognitif, fisik, dan tingkah laku (Baradero, et al., 2016).

c. Menurut American Psychological (APA) merupakan suatu kondisi emosi

pada saat keadaan individu sedang stress dan ditandai dengan rasa tegang

yang membuat individu menjadi khawatir diiringi respon fisik menjadi

tidak baik seperti jantung berdebar, naiknya tekanan darah dan lain-lain

(Muyasaroh, 2020).

d. lubis mengatakan bahwa kecemasan perasaan yang pernah kita alami

ketika berpikir sesuatu hal yang kurang atau tidak menyenangkan

terhadap sesuatu yang akan terjadi (Widodo, dkk, 2017. Dalam

Muyasaroh, 2020).
23

e. Menurut Harlock kecemasan adalah suatu bentuk keadaan atau perasaan

khawatir, gelisah serta perasaan-perasaan lain dalam menghadapi situasi

yang kurang dan tidak menyenangkan (Hanifah M, 2020).

f. Menurut Nico, (2015) Ansietas merupakan suatu keadaan yang ditandai

dengan kekhawatiran secara berlebih seperti adanya kejadian atau trauma

di masa lalu, kekhawatiran tersebut biasanya tidak menentu atau tidak

jelas kondisi dan situasinya.

2. Gejala kecemasan

Kecemasan yang dirasakan oleh seseorang atau penderita

bermacam-macam seperti takut kehilangan orang yang di cintai dan sayangi,

takut menderita/terjangkit penyakit berat dan takut akan kematian. Dengan

hal ini, kecemasan dapat menimbulkan perubahan pada fisik dan

menimbulkan gejala-gejala seperti sakit kepala sebelah, sakit perut akibat

naiknya asam lambung, dada berdebar, adanya kedutan, badan terasa pegal

dan lain sebagainya. Gejala yang dialami seseorang pederita cemas

terkadang sulit untuk dipahami dan dimengerti ketika penderita periksa ke

Rumah Sakit, dokter mengatakan kondisinya dinyatakan sehat dan baik-

bakik saja. Dalam hal ini, gejala tersebut dikenal dengan Psikosomatis

(Nico, 2015).

Psikosomatis berasal dari bahasa yunani, yaitu Psyche artinya jiwa

dan Soma adalah badan. Kartini kartono mendefinisikan psikosomatis

adalah bentuk macam-macam penyakit fisik yang disebabkan oleh konflik

psikis dan kecemasan kronis (Novita, 2020). Hal itu senada dengan yang
24

dikatakan (Wika dan Yusleny) bahwa Psikosomatis adalah gangguan fisik

disebabkan dari emosi sosial dan faktor kejiwaan lainnya yang menumpuk

serta menimbulkan guncangan di dalam diri seseorang. Jadi dapat

disimpulkan psikosomatis adalah suatu penyakit fisik yang timbul

disebabkan karena faktor psikologis yang berasal dari adanya stres atau

sumber lain yang bisa menyebabkan stres seperti di dalam lingkungan sosial

yang bisa memicu kecemasan, sehingga mempengaruhi fungsi ataupun

kondisi tubuh, salah satunya magh yang berasal dari seseorang mengalami

kecemasan (Novita, 2020).

3. Jenis-jenis Kecemasan

Menurut Sigmund Freud; Feist & Feist (2012). Kecemasan ada atau

dibagi menjadi tiga jenis yaitu ;

a. Kecemasan Neurosis (Neurotic Anxiety)

Kecemasan Neurosis merupakan perasaan cemas akibat adanya suatu

bahaya yang belum diketahui, berada pada ego, namun muncul dari

dorongan id.

b. Kecemasan Realistis (Realistic Anxiety)

kecemasan Realistis merupakan perasaan yang tidak menyenangkan

mengenai kemungkinan bahaya tersebut.

c. Kecemasan moral (Moral Anxiety)

Kecemasan moral merupakan perasaan bermula dari konflik antara ego

dan super ego. Pada saat anak membangun super ego di usianya lima atau
25

enam tahun dan mereka mengalami kecemasan akibat konflik antara

kebutuhan yang realistis dengan perintah superego (Muyasaroh, 2020).

4. Tingkat Kecemasan

Kecemasan memiliki unsur yang positif dan juga unsur negative.

Sifatnya merugikan dan ini bergantung pada tingkat kecemasan yang

dialami seseorang, durasi kecemasan bertahap, dan bagaimana cara mencari

jalan keluar untuk mengatasi orang yang mengalami kecemasan terhadap

orang yang bersangkutan. Menurut Baradero (2016) kecemasan memiliki

tingkatan sebagai berikut ;

a. Kecemasan ringan

Kecemasan ringan merupakan suatu sensasi perasaan yang memerlukan

perhatian utama. Rangsangan sensori meningkat dan dapat membantu

seseorang untuk lebih fokus berpikir, belajar, menyelesaikan suatu

masalah, mencapai suatu tujuan, berusaha melindungi diri sendiri

maupun orang lain.

b. Kecemasan sedang

Kecemasan sedang merupakan perasaan yang mengganggu karena

merasa ada sesuatu atau hal tertentu yang pasti salah ditandai dengan

gugup dan tidak tenang. Dalam kecemasan ini seseorang masih dapat

mengolah informasi, belajar dan menyelesaikan masalah dengan bantuan

agar fokus kembali.

c. Panik
26

Pada tahap ini, kemampuan seseorang untuk berfikir sangat kurang dan

menggunakan mekanisme pertahanan tanpa disadarinya. Tanda-tanda

vital meningkan, mengalami penegangan otot, merasa gelisah, tidak

tenang, tidak sadar, dan cepat marah.

Semua individu pasti pernah mengalami kecemasan pada tingkatan

tertentu, Peplau mengidentifikasi kecemasan menjadi empat tingkatan yaitu;

a. Kecemasan Ringan

Hal ini berhubungan dengan seseorang dalam kehidupannya sehari-hari.

Kecemasan ini bisa menjadi daya tarik seseorang untuk lebih termotivasi,

memunculkan ide kreatifitas ditandai dengan persepsi perhatian

meningkat, lebih waspada, sadar akan rangsangan baik dari dalam

maupun dari luar, mampu menyelesaikan masalah dengan baik dan

terjadinya kemampuan belajar yang lebih baik. dilihat dari perubahan

fisiologinya ditandai dengan sulit tidur merasa gelisah, dan hipersensitif

terhadap adanya suara.

b. Kecemasan Sedang

Kecemasan sedang ini memusatkan fokusnya terhadap hal yang penting

dan mengesampingkan yang lain, dan lebih memilah segala sesuatu

sehingga apa yang dilakukan individu akan lebih terarah. perubahan

fisiologi yang terjadi ditandai dengan mulut kering, gelisah, konstipasi,

sering napas pendek, denyut nadi dan tekanan darah meningkat. Dari

respon kognitif, cara atau pola berpikirnya sedikit menurun, tidak


27

menerima rangsangan dari luar dan lebih fokus terhadap yang menjadi

perhatian dan kepentingannya.

c. Kecemasan Berat

Kecemasan berat ini besar pengaruhnya terhadap persepsi setiap

individu serta lebih memusatkan segala sesuatu menjadi lebih terperinci

dan spesifik. Ditandai dengan persepsinya sangat kurang, fokus pada

sesuatu yang detail/jelas, perhatian terhadap sesuatu terbatas, tidak

berkonsentrasi untuk menyelesaikan masalahnya, tidak dapat belajar

dengan baik dan efektif. Pada tingkat ini perubahan fisiologi yang terjadi

seperti mengalami pusing, sakit kepala, mual, takikardi, palpitasi,

insomnia, hiperventilasi, gemetar, seringnya buang air kecil maupun

besar dan mengalami diare. Kecemasan ini dalam hal emosi inividu

mengalami ketakutan dan semua perhatian berfokus pada dirinya.

d. Panik

Dalam kecemasan pada tingkat panik biasanya indvidu memiliki

perasaannya atau merasa terkejut, adanya teror, dan merasa ketakutan.

Seperti kehilangan kendali atau tidak mampu mengontrol dirinya,

biasanya individu yang panik tidak dapat melakukan serta menyelesaikan

sesuatu walaupun mendapat arahan. Hal ini dapat meningkatkan motorik,

menurunnya hubungan ataupun interaksi dengan orang lain, terjadinya

penyimpangan persepsi, tidak mampu berfikir secara rasional. Tanda

gejala yang muncul adalah tidak dapat memfokuskan diri dan pikiran
28

pada suatu kejadian. tingkat panik bila terjadi terus menerus

berkelanjutan dalam waktu lama dapat menyebabkan kelelahan yang

berlebih bahkan kematian (Muyasaroh, 2020).

5. Penyebab Kecemasan

Manusia yang terlahir di dunia tentunya memiliki keinginan, entah

itu keinginan untuk bertahan hidup, memiliki keturunan, keinginan untuk

dihargai dan agar selalu di sehatkan tubuhnya. Namun jika keinginan itu

berlebih akan menimbulkan suatu masalah tertentu, seperti seseorang yang

memiliki hasrat terlalu tinggi untuk memperoleh sesuatu, hal itu bisa

menimbulkan ketakutan/kekhawatiran bila semuanya tidak terpenuhi atau

tercapai (Manggala, 2015).

Menurut Dradjat (Rochman, 2010. Dalam Muyasaroh, 2020) ada

beberapa penyebab dari kecemasan yaitu;

a. Perasaan cemas yang muncul karena melihat adanya bahaya yang bisa

mengancam bagi dirinya sendiri. Rasa cemas ini ditandai atau lebih dekat

dengan rasa ketakutan karena hal tersebut sudah terbayangkan dalam

pikirannya.

b. Kecemasaan karena berdosa atau bersalah, biasanya hal ini disebabkan

melakukan/berbuat sesuatu hal yang menyimpang bahkan berlawanan

dari kepercayaan atau keyakinan individu tersebut sehingga dapat

menimbulkan kecemasan. Hal tersebut bisa menimbulkan gejala mental

yang dapat dilihat secara umum.


29

c. Kecemasan berupa penyakit yang dapat dilihat dalam beberapa bentuk.

Kecemasan ini tidak jelas atau tidak spesifik dan tidak ada berkaitan

dengan hal apapun, keadaan ini ditandai dengan rasa takut yang

mempengaruhi diri dan kepribadian. Perasan tersebut muncul karena

adanya emosi yang terlalu berlebih. Dan hal itu semua bisa juga muncul

karena lingkungan atau kondisi yang menyertainya baik dari keluarga,

sekolah dan hal yang lain yang menjadi penyebabnya.

6. Faktor yang mempengaruhi kecemasan

Menurut Savitri Ramaiah (2003). Dalam Muyasaroh (2020) ada

beberapa faktor yang bisa menimbulkan atau memunculkan rasa cemas,

diantaranya yaitu;

a. Lingkungan

Lingkungan sekitar individu dapat memberi pengaruh terhadap pola atau

cara berpikir individu tersebut baik kepada orang lain maupun dirinya

sendiri. Hal seperti itu biasanya berasal dari pengalaman yang kurang

atau tidak menyenangkan terhadap keluarga, sahabat, teman, dan rekan

kerja. Dengan itu semua membuat individu tidak betah atau tidak merasa

nyaman.

b. Emosi yang ditekan

Hal ini dapat terjadi jika individu tidak mampu menemukan solusi atau

jalan keluar terhadap perasaannya sendiri, jika seseorang menekan

perasaan emosinya dalam waktu dalam jangka waktu yang lama.

c. Sebab-sebab fisik
30

Pikiran akan mempengaruhi kondisi fisiologi tubuh, karena pikiran akan

berinteraksi dan merangsang sehingga tubuh mengalami perubahan

secara fisik penurunan akibat dari kecemasan tersebut.

Menurut Zahrani (2005). Dalam Muyasaroh, dkk, (2020)

mengungkapkan faktor yang mempengaruhi adanya kecemasan disetiap

individu yakni;

a. Lingkungan Keluarga

Situasi atau kondisi dirumah yang didalamnya terdapat suatu masalah

seperti adanya pertengkaran, kesalahpahaman dalam rumah tangga, dan

ketidakpedulin orang tua terhadap anak bahkan sebaliknya akan

membuat anak serta individu lainnya merasa tidak nyaman dan akan

selalu muncul kecemasan terhadap anak akibat kondisi rumah yang

seperti itu.

b. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial menjadi salah satu penyebab kecamasan bagi individu.

Ketika indiviu berada didalam lingkungan yang tidak baik, tentunya akan

menimbulkan perilaku yang tidak baik pula atau buruk. Hal ini menjadi

penilaian buruk dilihat secara kasat mata oleh masyarakat sekitar yang

ada dilingkungan tersebut, sehingga akan menimbulkan kecemasan

terhadap individu.

Menurut Page dalam (Rufaedah, 2009. Dalam Muyasaroh, dkk,

2020) mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah;

a. Faktor fisik
31

Kondisi fisik yang lemah akan berpengaruhi terhadap mental individu,

dengan mental yang ikut melemah maka akan dengan mudah

menimbulkan kecemasan.

b. Trauma atau Konflik

Pengalaman yang kurang menyenangkan baik pengalaman emosional

ataupun konflik mental akan berpengaruh terhadap munculnya gejala-

gejala kecemasan pada setiap individu.

c. Lingkungan awal yang tidak baik

Lingkungan menjadi faktor yang berpengaruh terhadap munculnya

kecemasan, ketika seorang individu berada dalam lingkungan yang

kurang baik maka akan mempengaruhi pembentuknya karakter dan

kepribadiannya, sehingga akan menimbulkan kecemasan tersendiri bagi

individu.

7. Aspek-Aspek Kecemasan

Setelah itu Shah mengungkapkan bahwa kecemasan terbagi

menjadi tiga aspek diantaranya;

a. Aspek fisik, di tandai seperti adanya pusing, sering berkeringat, sakit

kepala, mengalami atau adanya rasa mual, merasa grogi, mulut kering,

dan mengalami sakit kepala.

b. Aspek emosional, seperti timbul atau munculnya rasa ketakutan bahkan

sampai kepanik.
32

c. Aspek mental dan kognitif, seperti munculnya kebingungan,

kekhawatiran, tidak teratur dalam berpikir, mengalami gangguan

terhadap perhatian dan memori (Ghufron & Risnawati, 2014. Dalam

Muyasaroh, dkk, 2020).

D. Alat Ukur Kecemasan

HRS-A pertama kali dikembangkan oleh Max Hamilton pada tahun

1959. Memberikan langkah keseluruhan kecemasan, kecemasan psikis (mental

agitasi dan tekanan psikologis) dan kecemasan somatik (keluhan fisik

yang berhubungan dengan kecemasan). Kuesioner Hamilton dikembangkan

dan disesuaikan pada orang dewasa dan anak-anak, meskipun paling sering

digunakan untuk remaja, tetapi sekarang dapat juga digunakan untuk

orang dewasa (Usu.com).

HRS-A (Hamilton Rating Scale for Anxiety) merupakan alat yang

digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan seseorang. Alat pengukuran ini

terdiri dari 14 gejala yaitu perasaan cemas, ketegangan, ketakutan, gangguan

tidur, gangguan kecerdasan, perasaan depresi, gejala otot, gejala sensori, gejala

kardiovaskuler, gejala respirasi, gejala gastrointestinal, gejala urogenital, gejala

otonom, dan tingkah laku. Cara penilaian alat ukur kecemasan ini dilakukan

dengan menggunakan sistem skoring yakni skor 0 = tidak ada gejala, skor 1 =

ringan (satu gejala), skor 2 = sedang (dua gejala), skor 3 = Berat (lebih dari dua

gejala), skor 4 = sangat berat (semua gejala). Jika penjumlahan skor dari

pertanyaan < 14 = tidak ada kecemasan. 14-20 = cemas ringan, skor 21-27 =
33

cemas sedang, skor 28-41 = cemas berat, dan skor 42-56 = panik (Baradero, et

al. 2016).

E. Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Mahasiswa Pada Masa Covid-19

Menurut Fahmi & Aswirna (2020), ada 7 penyebab gangguan

kecemasan mahasiswa di tengah pandemi Covid 19 diantaranya:

1. Penyakit psikis sebelum masa pandemi Covid-19

Tidak sedikit mahasiswa yang memiliki penyakit psikis, dengan penyakit

psikis tersebut bisa berdampak pada gejala gangguan kecemasan terhadap

adanya virus corona. Ditambah cukup banyak mahasiswa sebelumnya yang

mengalami depresi.

2. Penyakit fisik

Penyakit fisik juga menjadi salah satu gejala yang dapat menimbulkan

gangguan kecemasan pada mahasiswa, penyakit fisik sangat rentan terhadap

virus corona sehingga dapat menimbulkan kecemasan yang berlebih.

3. Kondisi ekonomi

Salah satu faktor yang menimbulkan gangguan kecemasan pada mahasiswa

yakni faktor ekonomi. Karena ditengah pandemi ini, banyak penghasilan

dalam keluarga yang hilang, yang membuat berkurangnya uang saku.

Terpenuhinya kebutuhan pokok itu menjadi kebutuhan dasar yang harus

dipenuhi untuk manjamin mental health mereka (mahasiswa).


34

4. Kondisi fisik lingkungan

Banyak mahasiswa yang ngekost disaat menempuh pedidikan atau

kuliahnya. Kondisi ini bisa memicu timbulnya gejala kecemasan. Misal

kamar kos yang sempit membuat mahasiswa bingung untuk melakukan

kegiatan. Terlebih pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB)

di sebagian wilayah yang mengharuskan untuk tetap tinggal di rumah.

5. Kondisi studi

Kondisi studi menjadi pengaruh kecemasan bagi mahasiswa akibat cara

belajar atau kuliah yang tak seperti biasanya membuat mahasiswa merasa

khawatir karena deadline tugas yang menumpuk menjadi suatu tekanan bagi

mahasiswa. Selain itu, banyak dosen yang mengartikan kuliah online untuk

memberikan tugas yang menumpuk. Hal ini dapat menimbulkan gejala

kecemasan pada mahasiswa.

6. Fasilitas tidak memadai

Fasilitas belajar yang tidak memadai menjadi salah satu faktor mahasiswa

merasa cemas, akibat pandemi virus corona membuat perkuliahan beralih

menjadi online karena tidak semua mahasiswa memiliki fasilitas yang

memadai untuk melakukan perkuliahan secara online. Fasilitas

pembelajaran yang tidak memadai, seperti laptop mati, gadget tidak standar.

7. Tekanan Psikis Akibat Konflik

Kecemasan yang dirasakan mahasiswa bisa dilihat juga dari karena adanya

tekanan psikis akibat konflik dengan teman maupun orang tua dan
35

terjadinya perilaku kekerasan yang membuat tidak nyaman untuk berdiam

diri di rumah.

Mengacu dari beberapa teori kecemasan mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhinya, maka dalam hal ini penulis membagi faktor yang

mempengaruhi kecemasan terhadap dampak pandemi Covid-19 ini menjadi

beberapa bagian diantaranya :

1. Mengakses informasi

Informasi sebagai keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda

yang mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta maupun

penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca yang disajikan dalam

berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkembangan teknologi

informasi dan komunikasi secara elektronik ataupun non elektronik.

Regulasi ini menguraikan konteks informasi publik sebagai informasi yang

dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh suatu badan

publik yang berkaitan dengan penyelenggara dan penyelenggaraan negara

dan/atau penyelenggara dan penyelenggaraan badan publik lainnya yang

sesuai dengan Undang-Undang ini serta informasi lain yang berkaitan

dengan kepentingan publik (Prananda, 2020).

Saat kondisi pandemi seperti ini informasi bisa didapatkan dan

diperoleh dengan mudah dan cepat menggunakan jejaring sosial seperti

internet melalui HP atau telepon genggam, dengan itu masyarakat tentunya

akan selalu update dan mencari tahu mengenai perkembangan covid-19.

Terlebih penyakit tersebut dapat menular dan menyerang saluran pernafasan


36

sampai bisa menyebabkan kematian, hal ini bisa mempengaruhi pola pikir

seseorang (Thalia, 2020. Dalam Novita, 2020). Informasi fakta mengenai

banyaknya orang yang terkonfirmasi infeksi, angka kematian, dan perihal

lockdown membuat individu mengalami kecemasan (Rahardjo, 2020).

Dengan tersebarnya informasi yang tidak benar pun sampai terlihat resmi

dan akurat melalui media sosial dengan memperoleh secara terus menerus

dapat menyebabkan kecemasan dan kekhawatiran bagi siapa saja (Jiloha,

2020).

2. Interaksi sosial

Menurut Walgito, Interaksi Sosial merupakan hubungan individu

satu dengan individu lainnya di mana individu satu dengan indivu yang lain

dapat mempengaruhi individu lain dan terdapat hubungan timbal balik baik

antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau

kelompok dengan kelompok (Shinta, 2019). Berhubungan dengan

perkembangan virus corona yang semakin meluas, pada akhirnya

pemerintah membuat anjuran sebagai langkah utama. Hal tersebut

diberitahukan oleh pemerintah kepada masyarakat di seluruh Indonesia

untuk menerapkan gerakan Social Distancing dan Physical Distancing

dengan tujuan untuk mengurangi dan memutus rantai penyebaran, dengan

menjaga jarak aman sejauh dua meter dan tidak melakukan pertemuan

secara masal serta menghindari kerumunan (Buana, 2020).

Direktur program gangguan kecemasan di Yale Child Study Center,

Fakultas Psikologi Universitas Yale, Amerika Serikat, Eli Lewobitz


37

menjelaskan bahwa virus nCoV-19 ini belum dipetakkan sehingga adanya

isolasi sosial, dan tindakan pencegahan dapat menimbulkan kecemasan dan

depresi. Selain itu, professor epidemiologi dari Universitas Yale, Kaveh

Khoskood mengungkapkan hal serupa, dengan adanya pandemi ini

masyarakat yang membuat jarak sosial menimbulkan konsekuensi

kesehatan mental (Nurkholis, 2020). Jarak sosial dan karantina salah satu

aturan yang dapat membuat cemas sampai stres semua orang baik bagi anak

maupun orang tua (Jiloha, 2020).

3. Uang saku

Dampak dari pandemi Covid-19 berimbas pada sektor perekonomian

terutama dari segi pendapatan masyarakat. Penanganan yang tidak tepat

dapat terjadi peningkatan angka kemiskinan, dengan kemiskinan yang

meningkat serta tidak adanya lapangan pekerjaan akan menimbulkan

masalah besar yaitu kelaparan (Ainul, 2020).

Dengan dikeluarkan peraturan dan anjuran pemerintah kepada

sekolah dan perguruan tinggi untuk melakukan aktivitas belajar dari rumah

memiliki dampak perubahan hidup masyarakat. Kebijakan tersebut

membuat anak didik tidak lagi mendapatkan uang saku dan mengalami

perubahan dari segi pendapatan atau penghasilannya. Diliburkannya

kegiatan belajar mengajar melalui tatap muka secara langsung ditegah

pandemi ini, membuat mahasiswa bingung untuk melakukan kegiatan

diluar, ditambah ada anjuran dari pemerintah mengenai pemberlakuan

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Dengan hal itu, banyak


38

penghasilan keluarga yang berkurang bahkan hilang sampai mahasiswa

tidak memiliki penghasilan karena tidak adanya uang saku untuk jajan.

Uang Saku adalah uang yang dibawa untuk keperluan sewaktu-waktu; uang

jajan (Departemen Pendidikan Nasional, 2008:1513).

Uang saku merupakan bentuk pengembangan tanggung jawab,

sehingga perlu disertai dengan penanaman nilai uang pada anak, sehingga

uang yang diberikan oleh orang tua dengan perencanaan uang tersebut

digunakan seperti untuk transportasi atau tabungan anak. Uang saku dapat

digunakan untuk makan dan pengeluaran lain-lain. Sedangkan uang jajan

adalah uang yang diberikan kepada anak untuk membeli jajan selama berada

di luar rumah. Menurut Diana dengan terpenuhinya kebutuhan pokok

mahasiswa menjadi kebutuhan dasar untuk menjaga serta menjamin

kesehatan mentalnya. Hal tersebut tersebut terjadi pada mahasiswa rantau

yang menempuh pendidikan di Jakarta, dimana mahasiswa selama pandemi

Covid-19 tidak melakukan mudik ke kampung halaman atau tempat tinggal

keluarga ketika hari raya idul fitri, aktivitas yang dilakukannya pun selama

pendemi berbeda karena terhalang oleh biaya hidup, uang yang dikirim

orang tua yang seharusnya tidak ada keterlambatan sekarang mengalami

hambatan sehingga mahasiswa mengalami kesulitan untuk memenuhi

kebutuhannya dan mengharapkan bantuan dari pemeritah setempat

mengenai permasalahan yang dihadapinya sekarang ini (Ansori, 2020).


39

F. Kerangka Teori

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Mengakses informasi
(Novita, 2020 & Jiloha, 2020)

Interaksi sosial
(Buana,2020 & Nurkholis, 2020)

Uang Saku
(Ainul, 2020 & Ansori, 2020)

Penyakit psikis sebelum pandemi


Penyakit fisik Kecemasan Pada
Masa Pandemi
Kondisi ekonomi Covid-19
Kondisi lingkungan fisik
Kondisi studi
Fasilitas belajar tidak memadai
Tekanan psikis akibat konflik
(Fahmi & Aswirna, 2020)
40

Sumber : Ainul, (2020). Ansori, (2020). Buana, (2020). Fahmi & Aswirna,
(2020).
Jiloha, (2020). Nurkholis, (2020) Novita, (2020).
BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL, DEFINISI OPERASIONAL,

DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Dalam dunia penelitian konsep dapat diartikan segala sesuatu yang

bersifat abstrak, supaya dapat dimengerti oleh berbagai pihak, maka dapat

diberikan ukuran dan variabel yang jelas. Dimaksud sebagai suatu konsep

penelitian, apabila sebuah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang

akan dilakukan penelitian. Konsep dijabarkan dalam bentuk sebuah variabel-

variabel, sehingga dengan kata lain konsep penelitian merupakan sebuah

kerangka hubungan antara variabel-variabel yang akan dilakukan penelitian

(Imron, 2014)

Menurut Iin (2017) Kerangka konsep penelitian merupakan suatu

hubungan antara konsep satu dengan konsep lainnya dari masalah yang

diteliti. Kerangka konsep diperoleh dari konsep teori yang digunakan sebagai

landasan penelitian yang didapatkan di tinjauan pustaka, sebagai ringkasan

dari tinjauan pustaka yang dihubungkan dengan sesuai dengan variabel yang

akan diteliti.

Peneliti melakukan penelitian dengan variabel terikat (dependen) yaitu

kecemasan dalam menghadapi pandemi covid-19, dan variabel bebas

(independen) yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi meliputi : Mengakses

informasi di internet, interaksi sosial dan uang saku mahasiswa. Peneliti

40
41

merumuskan kerangka konsep mengenai Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Kecemasan dalam Menghadapi Dampak Pandemi Covid-19 pada Mahasiswa

Program Studi Sarjana Keperawatan Institut Medika Drg. Suherman 2020

sebagai berikut.

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

VARIABEL INDEPENDEN
Variabel Dependen
Mengakses Informasi di
Kecemasan dalam
Internet
Menghadapi Dampak
Interaksi Sosial
Pandemi Covid-19
Uang Saku Mahasiswa

B. Definisi Operasional
Menurut Iin (2017) Definisi operasional adalah unsur penelitian yang

menjelaskan bagaimana caranya menentukan dan mengukur suatu variabel.

Definisi operasional memberikan suatu informasi ilmiah yang akan membantu

peneliti lain ketika menggunakan variabel yang sama. Definisi operasional

mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian dan dapat

membantu dalam mengarahkan pengukuran atau pengamatan terhadap

variabel-variabel yang bersangkutan dalam mengembangkan instrument.


42

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Definisi Cara Skala


No Variabel Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur
Variabel Dependen
1 Kecemasan Kecemasan Mengisi Kuesioner Skor < 14 = Ordinal
dalam merupakan kuesioner Hamilton tidak ada
Menghadapi suatu perasaan melalui Anxiety kecemasan.
Dampak yang ditandai google Rating Skor 14-20 =
Pandemi Covid dengan forms Scale kecemasan
kekhawatiran (HARS) ringan.
atau ketakutan Skor 21-27 =
pada diri kecemasan
seseorang yang sedang.
dapat di ukur Skor 28-41 =
dan di kecemasan
interprestasika berat.
n melalui skor 42-56 =
pengisian atau kecemasan
uji kuesioner berat sekali.
Variabel Independen
1 Mengakses Salah satu cara Mengisi Kuesioner 0 = kadang- Ordinal
Informasi di yang dilakukan kuesione skala likert kadang, jika
Internet seseorang melalui hasil yang
dalam mencari google diperolah <
suatu forms median
informasi (32,00).
tertentu
melalui media 1 = sering, jika
sosial hasil yang
menggunakan diperolah ≥
jaringan median
internet (32,00).
2 Interaksi Sosial Suatu Mengisi Kuesioner 0= tidak Ordinal
hubungan atau kuesioner skala likert membatasi,
kontak melalui jika hasil yang
langsung baik google diperolah <
antara individu forms median
dengan (72,00).
individu,
individu 1= membatasi,
dengan jika hasil yang
kelompok, diperolah ≥
43

kelompok median
dengan (72,00).
kelompok
yang dapat
mempengaruhi
atau memberi
pengaruh
terhadap
individu
maupun
kelompok
lainnya.
3 Uang Saku Uang yang Mengisi Kuesioner 0= Tidak Ordinal
Mahasiswa dimiliki kuesione skala likert menurun, jika
mahasiwa baik melalui hasil yang
itu untuk jajan, google diperolah <
membeli forms median
barang (66,00).
maupun
digunakan 1= Menurun,
untuk jika hasil yang
memenuhi diperolah ≥
kebutuhan median
sewaktu-waktu (66,00).
yang diberikan
oleh orang
tuanya.

C. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara atau kesimpulan sementara

dari apa yang menjadi permasalahan yang kebenarannya akan dibuktikan dari

hasil penelitian yang dilakukan. Hipotesis digunakan untuk mengarahkan pada

hasil penelitian. Setelah melalui pembuktian dari hasil penelitian maka

hipotesis ini dapat benar atau salah, dapat diterima atau ditolak, oleh karena

itu perlu diteliti (Imron, 2014). Hal ini senada dengan Kartika (2017) hipotesis

merupakan jawaban sementara dari suatu penelitian. Hipotesis yaitu suatu

jawaban atas pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan atau kebenaran


44

yang akan dibuktikan dalam penelitian, maka hipotesis itu dapat benar atau

salah dan dapat diterima atau ditolak. Hipotesis yang ingin dibuktikan penelitu

yaitu :

1. Ada pengaruh antara mengakses informasi di internet dengan kecemasan

dalam menghadapi dampak Covid-19 pada mahasiswa program studi

Sarjana keperawatan Institut Medika Drg. Suherman tahun 2020

2. Ada pengaruh antara interaksi sosial dengan kecemasan dalam

menghadapi dampak Covid-19 pada mahasiswa program studi Sarjana

keperawatan Institut Medika Drg. Suherman tahun 2020

3. Ada pengaruh antara uang saku mahasiswa dengan kecemasan dalam

menghadapi dampak Covid-19 pada mahasiswa program studi Sarjana

keperawatan Institut Medika Drg. Suherman tahun 2020.


BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik yakni

rancangan penelitian yang dilakukan untuk menganalisa hubungan antara dua

variabel. Metode penelitian ini menggunakan Cross Sectional. Desain

penelitian ini digunakan untuk meneliti suatu kejadian pada waktu yang

bersamaan (sekali waktu), sehingga variabel dependen dan independen diteliti

secara bersamaan (Imron, 2014).

B. Populasi Dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas subjek penelitian yang

akan diteliti. Populasi dapat berupa orang, benda, gejala, atau wilayah yang

ingin diketahui oleh peneliti (Kartika, 2017). Populasi dalam penelitian ini

adalah mahasiswa program studi sarjana keperawatan Institut Medika Drg.

Suherman yang berjumlah 145 mahasiswa.

2. Sampel Penelitaian

Sampel adalah sebagian atau keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap

mewakili seluruh populasi (Kartika, 2017). Pada penelitian ini suatu sampel

yang dipilih harus memenuhi kriteria inklusi yang telah ditentukan oleh

45
46

peneliti. Sampel pada penelitian ini yaitu mahasiswa program studi sarjana

keperawatan Institut Medika Drg Suherman Tahun 2020 di ambil sebanyak

50 mahasiswa yang akan dijadikan sampel, sehingga teknik sampling yang

digunakan adalah Strastified Random Sampling.

Total keseluruhan mahasiswa dari semester 2-8 program studi sarjana

keperawatan Institut Medika Drg Suherman berjumlah 145 mahasiswa

Jumlah %
Sampel= × 100=%= × sampel diambil=hasil
populasi 100

a) Jumlah mahasiswa semester 2 berjumlah 49 mahasiswa

49 33,8
Sampel= × 100=33,8 %= × 50=16,9=17
145 100

b) Jumlah mahasiswa semester 4 berjumlah 47 mahasiswa

47 32,4
Sampel= × 100=32,4 %= ×50=16,2=16
145 100

c) Jumlah mahasiswa semester 6 berjumlah 25 mahasiswa

25 17,2
Sampel= × 100=17,2 %= ×50=8,6=9
145 100

d) Jumlah mahasiswa semester 8 berjumlah 24 mahasiswa

24 16,6
Sampel= × 100=16,6 %= × 50=8,3=8
145 100

Jadi sampel yang akan diambil keseluruhan adalah 50 mahasiswa.

Dari semester 2 sebanyak 17 mahasiswa, semester 4 sebanyak 16

mahasiswa, semester 6 sebanyak 9 mahasiswa dan semester 8 sebanyak 8

mahasiswa.
47

Tabel 4.1 Sampel Penelitian

Jumlah
Jumlah Jumlah
No Semester Pesentase
Mahasiswa Akhir
(%)
1 Dua 49 33,9 17
2 Empat 47 32,4 16
3 Enam 25 17,2 9
4 Delapan 24 16,6 8

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi merupakan karakteristik umum subjek penelitian dari

suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti. Pertimbangan

ilmiah menjadi pedoman dalam menentukan kriteria inklusi. (Kartika,

2017).

Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu :

1) Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan di Institut Medika

Drg. Suherman Cikarang

2) Bersedia menjadi responden

3) Memahami bahasa Indonesia

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah kriteria atau ciri-ciri anggota populasi yang

tidak dapat diambil sebagai dan untuk dijadikan sampel (Kartika, 2017).

Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu :

1) Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan pendidikan di

Institut Medika Drg. Suherman yang sedang cuti

2) Sedang sakit.

C. Variabel Penelitian
48

Variabel merupakan suatu ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota

suatu kelompok (orang, benda, situasi) berbeda dengan yang dimiliki oleh

kelompok tersebut. Karakteristik yang diamati mempunyai variasi nilai dan

merupakan operasional dari suatu konsep agar dapat diteliti secara empiris

atau berdasarkan pengalaman seperti dari penemuan, percobaan, pengamatan

yang telah dilakukan (Imron, 2014). Pada penelitian ini variabel yang akan

dilakukan penelitian dibagi menjadi dua variabel yaitu :

1. Variabel Dependen

Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang

keberadaannya dipengaruhi oleh variabel lain dan menjadi variabel akibat

karena dipengaruhi oleh variabel independen atau bebas (Imron, 2014).

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kecemasan dalam

menghadapi dampak pandemi covid-19.

2. Variable Independen

Variabel idependen atau variabel bebas adalah variabel yang

mempengaruhi variabel dependen atau menjadi sebab perubahan atau

munculnya variabel terikat (Imron, 2014). Variabel independen dalam

penelitian ini adalah mengakses informasi di internet, interaksi sosial, dan

uang saku.
49

D. Waktu Dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan dalam

menghadapi dampak pandemi Covid-19 pada mahasiswa Program Studi

Sarjana Keperawatan Institut Medika Drg. Suherman Tahun 2020

dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus 2020.

2. Tempat Penelitian

Lokasi yang dipilih sebagai tempat penelitian adalah kampus Institut

Medika Drg. Suherman. Kampus ini dipilih sebagai tempat penelitian

karena sasaran dalam penelitian ini adalah mahasiswa, dari pengamatan

penulis kampus ini memiliki usur-unsur dan sifat-sifat yang relatif berbeda

satu dengan lainnya.

E. Prosedur Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis kuantitatif,

jenis yang data penelitian yang berupa angka atau bilangan (Imron, 2014).

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer yang didapatkan dari

hasil jawaban kuesioner yang telah diisi oleh masing-masing responden.

3. Alat Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua alat ukur

yaitu variabel dependen dengan menggunakan alat ukur yang sudah


50

terstandarisasi yaitu HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) dan untuk

mengukur variabel independen menggunakan kuesioner skala likert

sebagai alat ukur.

4. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

menyebarkan kuesioner kepada para responden yang sudah ditentukan

oleh peneliti dalam waktu bersamaan. Sebagai uji kelayakan instrumen,

kuesioner yang dibuat dilakukan uji coba instrumen untuk mengetahui

kevalidan dan kereliabelan instrumen. Uji coba instrumen dilakukan

terhadap seluruh mahasiswa program studi sarjana keperawatan semester 4

di STIKes Medistra Tahun 2020 sebanyak 20 orang.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah dengan

menggunakan angket atau kuesioner, karena sejumlah pertanyaan atau

pernyataan tertulis digunakan untuk memperoleh informasi dari responden

tentang laporan pribadinya, atau hal-hal yang diketahuinya. Kuesioner

diberikan kepada mahasiswa program studi sarjana keperawatan Institut

Medika Drg. Suherman tahun 2020. Pengisian kuesioner dilakukan setelah

mahasiswa menyetujui dan menandatangani informed consent. Dalam hal ini

peneliti menggunakan kuesioner tertutup dimana alternatif jawaban telah

disediakan. Namun sebelum semua itu disebarkan untuk kuesioner variabel

independen harus diuji validitas dan reliabilitasi dengan melakukan uji coba
51

kuesioner dengan tujuan layak atau tidak untuk disebarkan pada saat

melakukan penelitian. Uji validitas dan reliabilitas yang digunakan yaitu

perangkat lunak statistik melalui komputer. Kuesioner dalam penelitian ini

untuk diuji validitas dan reliabilitasinya diambil dari mahasiswa program studi

Sarjana keperawatan STIKes Medistra Tahun 2020.

1. Uji Validitas

Validitas menunjukan ketepatan pengukuran suatu instrumen, artinya

instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut mengukur apa yang

harus diukur. Uji kuesioner dilakukan dengan menyebarkan kuesioner

pada seseorang yang mempunyai karakteristik hampir sama dengan

responden. Uji coba dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman

responden terhadap pernyataan-pernyataan yang ada dalam kuesioner dan

validasi pernyataan dari kuesioner yang telah dibuat. Dari hasil uji

kuesioner maka dapat ditentukan beberapa pernyataan yang dikurangi

ataupun disesuaikan. Menurut Pamungkas, dkk (2016), untuk mengetahui

validitas kuesioner dilakukan dengan membandingkan nilai r tabel dengan

nilai r hitung.

Untuk menguji validitas menggunakan Person Product Moment :

Tabel 4.2 Rumus Teknik Product Moment Correlation

N ( ∑ X.Y ) – ( ∑X.∑Y )
R=
√ [ N . ∑X2 - (∑X)2 ] [ N . ∑Y2 – (∑Y)2]

Keterangan :
R = Koefisien validasi item yang dicari.
52

N = Jumlah Responden.

X = Skor yang diperoleh subjek dalam setiap item.

Y = Skor yang diperoleh subjek dalam setiap item.

∑X = Jumlah skor dalam variabel X.

∑Y = Jumlah skor dalam variabel Y.

∑X2 = Jumlah kuadrat masing-masing skor X.

∑Y2 = Jumlah kuadrat masing-masing skor Y.

∑XY = Jumlah perkalian variabel XY.

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Mengakses


Informasi di Internet
Alpha
Variabel Pernyataan r Tabel r Hitung Kesimpulan Kesimpulan
Cronbach
X1.1 0,4438 0,894 Valid
X1.2 0,4438 0,685 Valid
X1.3 0,4438 0,939 Valid
Mengakses X1.4 0,4438 0,907 Valid
Sangat
Informasi di X1.5 0,4438 0,631 Valid 0.923
Reliabel
Internet X1.6 0,4438 0,896 Valid
X1.7 0,4438 0,862 Valid
X1.8 0,4438 0,511 Valid
X1.9 0,4438 0,928 Valid

Hasil pengamatan r tabel didapatkan nilai dari sampel (df = N-2) =

20-2 = 18 dari tingkat kemaknaan 5% didapatkan nilai 0,4438. Sehingga

merujuk pada hasil dari uji validitas dihasilkan bahwa variable X1

(Mengakses Informasi di Internet) yang terdiri dari pernyataan X1.1-X1.9

menghasilkan semua pernyataan valid dengan nilai (r hitung) diatas nilai

0,4438 (r tabel).
53

Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Interaksi Sosial

Alpha
Variabel Pernyataan r Tabel r Hitung Kesimpulan Kesimpulan
Cronbach
X2.1 0,4438 0,894 Valid
X2.2 0,4438 0,884 Valid
X2.3 0,4438 0,862 Valid
X2.4 0,4438 0,759 Valid
X2.5 0,4438 0,731 Valid
X2.6 0,4438 0,699 Valid
X2.7 0,4438 0,801 Valid
X2.8 0,4438 0,932 Valid
X2.9 0,4438 0,618 Valid
Interaksi X2.10 0,4438 0,476 Valid Sangat
0, 953
Sosial X2.11 0,4438 0,793 Valid Reliabel
X2.12 0,4438 0,774 Valid
X2.13 0,4438 0,832 Valid
X2.14 0,4438 0,713 Valid
X2.15 0,4438 0,808 Valid
X2.16 0,4438 0,799 Valid
X2.17 0,4438 0,719 Valid
X2.18 0,4438 0,776 Valid
X2.19 0,4438 0,843 Valid
X2.20 0,4438 0,745 Valid

Berdasarkan tabel 4.4 diatas, hasil pengamatan r tabel didapatkan

nilai dari sampel (df = N-2) = 20-2 = 18 dari tingkat kemaknaan 5%

didapatkan nilai 0,4438. Sehingga merujuk pada hasil dari uji validitas

dihasilkan bahwa variable X2 (Interaksi sosial) yang terdiri dari

pernyataan X2.1-X2.20 menghasilkan semua pernyataan valid dengan nilai

(r hitung) diatas nilai 0,4438 (r tabel).

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Uang Saku
Alpha
Variabel Pernyataan r Tabel r Hitung Kesimpulan Kesimpulan
Cronbach
Uang Saku X3.1 0,4438 0,682 Valid 0,919 Sangat
54

X3.2 0,4438 0,816 Valid


X3.3 0,4438 0,759 Valid
X3.4 0,4438 0,804 Valid
X3.5 0,4438 0,714 Valid
X3.6 0,4438 0,465 Valid
X3.7 0,4438 0,690 Valid
X3.8 0,4438 0,760 Valid
Reliabel
X3.9 0,4438 0,809 Valid
X3.10 0,4438 0,469 Valid
X3.11 0,4438 0,752 Valid
X3.12 0,4438 0,685 Valid
X3.13 0,4438 0,861 Valid
X3.14 0,4438 0,717 Valid
X3.15 0,4438 0,802 Valid

Berdasarkan tabel 4.5 diatas, hasil pengamatan r tabel didapatkan

nilai dari sampel (df = N-2) = 20-2 = 18 dari tingkat kemaknaan 5%

didapatkan nilai 0,4438. Sehingga merujuk pada hasil dari uji validitas

dihasilkan bahwa variable X3 (Uang Saku) yang terdiri dari pernyataan

X3.1-X3.15 menghasilkan semua pernyataan valid dengan nilai (r hitung)

diatas nilai 0,4438 (r tabel).

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dari istrumen menjadi suatu hal yang penting dalam

penelitian karena uji ini menggambarkan sejauhmana hasil suatu

pengukuran dapat dipercaya. Angket atau kuesioner dapat dikatakan

reliabel jika jawaban responden terhadap pertanyaan/pernyataan tersebut

konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji Reliabilitas digunakan untuk

mengetahui konsistensi suatu alat ukur, apakah alat ukur tersebut tetap

konsisten walaupun digunakan secara berulang-ulang. Metode yang

digunakan untuk mengukur reliabilitas suatu instrument yaitu dengan


55

menggunakan alpha cronbach yang dapat ditemukan saat melakukan uji

reliabilitas dengan bantuan perangkat lunak ststistik melalui komputer

(Pamungkas, dkk, 2016). Jika reliabel atau sangat reliabel, maka

kuesioner/instrumen tersebut layak untuk disebarkan kepada responden.

Standar yang digunakan untuk menentukan reliabel atau tidaknya suatu

instrumen penelitian umumnya adalah perbandingan nilai r hitung diwakili

dengan alpha dengan r tabel pada taraf kepercayaan 95% atau tingkat

signifikan 5%. Tingkat reliabilitas dengan metode Alpha Cronbach diukur

berdasarkan skala Alpha 0-1. Apabila skala Alpha tersebut dikelompokan

ke dalam 5 kelas dengan range yang sama, maka ukuran kemantapan

Alpha dapat dipresentasikan seperti tabel berikut.

Tabel 4.6 Tabel Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha

Alpha Tingkat Reliabilitas

0,00 s.d 0,20 Kurang Reliabel

>0,20 s.d 0,40 Agak Reliabel

>0,40 s.d 0,60 Cukup Reliabel

>0,60 s.d 0.80 Reliabel

>0,80 s.d 1,00 Sangat Reliabel

3. Uji Normalitas Data

Uji analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

membandingkan standar skweness dengan standar error. Apabila data

yang didapatkan berada antara -2 sampai 2 artinya data berdistribusi

normal, jadi cut of point yang digunakan adalah mean. Apabila data yang
56

didapatkan <-2 dan >2 artinya data berdistribusi tidak normal jadi cut of

point yang digunakan adalah median. Uji normalitas data bertujuan untuk

mengetahui kenormalan distribusi skor variabel. Variabel yang diuji

adalah variabel dependen dan independen.

Tabel 4.7
Hasil Uji Normalitas Variabel Mengakses Informasi di Internet,
Interaksi Sosial, dan Uang Saku
No Varibel Mean Median Skewness/SE Kesimpulan
Mengakses Data Tidak
1 Informasi di 30,98 32,00 0,91/0,337=2,7 Berdistribusi
Internet Normal
Data Tidak
Interaksi 0,679/0.337=
2 73.24 72,00 Berdistribusi
Sosial 2,014
Normal
Data Tidak
-0,864/0,337=
3 Uang Saku 65,14 66,00 Berdistribusi
-2,57
Normal

Berdasarkan tabel 4.7 diatas, hasil normalitas data menunjukan

bahwa rata-rata nilai responden untuk variabel mengakses informasi di

internet tentang covid-19 adalah nilai meannya (30,98) sedangkan nilai

mediannya (32,00) dengan standar deviasi (2,7). Data variabel mengakses

informasi di internet tentang covid-19 tersebut nilai lebih dari +2 maka

data tidak berdistribusi normal sehingga cut off point menggunakan nilai

median.

Rata-rata nilai responden untuk variable interaksi sosial pada masa

pandemi covid-19 adalah meannya (72,24) sedangkan nilai mediannya


57

(72,00) dengan standar deviasi (2,014). Data variabel interaksi sosial pada

masa pandemi covid-19 tersebut nilai lebih dari +2 maka data tidak

berdistribusi normal sehingga cut off point menggunakan nilai median.

Rata-rata nilai responden untuk variabel uang saku pada masa

pandemi covid-19 adalah meannya (65,14) sedangkan nilai mediannya

(66,00) dengan standar deviasi (-2,57). Data variabel uang saku pada masa

pandemi covid-19 tersebut nilai lebih dari +2 maka data tidak

berdistribusi normal sehingga cut off point menggunakan nilai median.

Jadi, semua variabel hasil uji normalitas data cut off point menggunakan

median.

G. Pengolahan Data

Kegiatan pengolahan data dilaksanakan setelah kegiatan pengumpulan

data dilakukan. Menurut Imron (2014) dalam pengolahan data terdapat

langkah-langkah yang ditempuh atau yang harus dilakukan yaitu :

1. Editing Data

Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan lembar jawaban kuesioner terlebih

dahulu, apakah telah sesuai yang diharapakan, yaitu dengan memeriksa dan

mengamati semua jawaban untuk memastikan pertanyaan/pernyataan dari

kuesioner telah terjawab semua, serta melihat kelengkapan agar tidak

mengganggu dalam proses pengolahan data selanjutnya.

2. Tabulasi Data
58

Langkah memasukan data hasil penelitian kedalam tabel berdasarkan atau

sesuai dengan kriteria.

3. Coding Data

Coding data bertujuan untuk memudahkan penelitian dalam mengolah data

di komputer, caranya ialah dengan memberi kode pada jawaban kuesioner.

4. Processing Data

Langkah ini jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk

kode kategori kemudian dimsukan ke dalam tabel atau kolom-kolom

dengan cara menghitung frekuensi data, memasukan data boleh dengan cara

manual atau perangkat lunak statistic melalui komputer. Dalam tahap ini,

data-data yang telah melalui proses coding dan editing dimasukan dalam

program komputer agar mudah untuk dianalisis.

5. Cleaning Data

Cleaning data dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan

analisis lebih lanjut. Caranya adalah dengan memeriksa kembali untuk

memastikan bahwa data bersih dari kesalahan, baik salah dalam

pengkodean maupun dalam membaca kode, dan diharapkan data tersebut

benar-benar telah siap dianalisis.

H. Analisis Data

Analisis data dapat dimulai dari yang sangat sederhana, kemudian

melangkah menuju suatu analisis yang lebih sulit dan rumit (Imron, 2014).
59

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dan

besarnya proporsi dari masing-masing variabel ataupun dengan melihat

gambaran histogram dari variabel tersebut dengan menggunakan rumus:

F
P= x 100%
n
Keterangan :

P = Presentase

F = Frekuensi

n = Sampel

2. Analisis Bivariat

Analisi bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

variabel bebas dan variabel terikat. Analisis yang digunakan disesuaikan

dengan rancangan penelitian yang digunakan dan skala data dari variabel

yang diteliti karena variabel bebas dan variabel terikat bersekala ordinal

maka analisis bivariat yang digunakan adalah analisis chi-square (Imron,

2014).

Adapun rumusnya sebagai berikut :

(Oi - Ei)2
X2 hitung = ∑
i=1
Ei
Keterangan :
60

X2 = Chi Square (kai kudrat)

Oi = Observed (frekuensi yang diamati)

Ei = Expected (frekuensi harapan)

Untuk mengetahui nilai p-value tergantung pada besarnya derajat

kebebasan (degree of freedom) yang dinyatakan dalam :

Df = (b-1) (k-1)

Keterangan:

b = Jumlah baris didalam tubuh tabel silang

k = Jumlah kolom didalam tubuh tabel silang

Confiden Interval (CI) yang digunakan adalah 95%. Jika p-value lebih

kecil dari Alpha (p<0,05) maka hipotesis nol ditolak, artinya terdapat

hubungan yang bermakna antara kedua variabel.

Berdasarkan hasil uji chi-square dapat dilihat dari tabel uji chi-square

test yang diperoleh, kemudian data diolah atau dianalisis dengan

menggunakan perangkat lunak statistik melalui komputer dengan ketentuan

pembacaan sebagai berikut.

1. Bila pada 2x2 dijumpai nilai harapan (Have Expected) kurang dari 5,

maka yang digunakan adalah “Fisher’s Exact Test”

2. Bila tabel 2x2 tidak dijumpai nilai harapan (Have Not Expected) kurang

dari 5, maka yang digunakan adalah “Continuity Correction”.

3. Bila tabel lebih dari 2x2 misalnya 3x2, 3x3 dan sebagainya maka

digunakan uji “Person Chi-Square”.


61

3. Odds Ratio

Hasil dari uji chi-square hanya dapat menyimpulkan ada atau

tidaknya perbedaan proporsi antara kelompok mana yang memiliki resiko

lebih besar terhadap kelompok lain. Peneliti yang menggunakan desain

Cross Sectional, adalah untuk mengetahui derajat hubungan dua variabel

digunakan Odds Ratio (OR). Nilai OR merupakan estimasi untuk terjadinya

Out Come sebagai pengaruh adanya variabel independen. Perubahan suatu

unit variabel independen akan menyebabkan perubahan sebesar nilai OR

pada variabel independen, dan estimasi Confidence Interval (CI), OR

ditetapkan pada tingkat kepercayaan 95%.

OR =1 : artinya tidak ada hubungan.

OR<1 : artinya tidak ada efek proteksi atau perlindungan.

OR> : artinya sebagai faktor resiko.


BAB V

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan dalam menghadapi dampak pandemi covid-19 pada

mahasiswa program studi sarjana keperawatan Institut Medika Drg. Suherman

Tahun 2020.

A. Gambaran Lokasi Penelitian

Peneitian ini dilakukan di Institut Medika Drg.Suherman di Kecamatan

Cikarang Utara Kabupaten Bekasi. Institut Medika Drg. Suherman berdiri

sejak alih bentuk pada tahun 2018 dengan SK Mendiknas No. 90/D/0/2005. SK

izin operasional kemenristekdikti 543/KPT/1/2018, dibangun diatas tanah

seluas 5000 M2 di Jl. Raya Industri Pasir Gombong Bekasi. Institut Medika

Drg. Suherman terdapat 14 program studi yaitu, S1 Gizi, S1 Farmasi, S1

Kebidanan, S1 Keperawatan, S1 Administrasi Rumah Sakit, S1 Administrasi

Kesehatan, S1 Fisioterapi, D3 Kebidanan, D3 Keperawatan, DIV Kesehatan

dan Keselamatan Kerja (K3), DIV Pengobatan Tradisional Tiongkok (PTT),

dan DIV Anastesiologi, Profesi Ners, Profesi Bidan. Adapun visi-misi Institut

Medaika Drg. Suherman yaitu :

62
63

1. Visi

Menjadi Institusi yang menghasilkan tenaga kesehatan profesional

berbudi luhur, mempunyai integritas tinggi dan berjiwa enterpreuner yang

unggul di Asia Tenggara pada tahun 2040.

2. Misi

a. Menyelenggarakan pendidikan dengan pengajaran yang kondusif dengan

tenaga pengajar yang kompeten dan profesional serta penyediaan sarana

prasarana penunjang yang memadai untuk menghasilkan tenaga

kesehatan profesional yang unggul dalam bidang kegawatdaruratan dan

mampu melayani dengan hati serta siap bersaing di pasar regional,

nasional, dan internasional.

b. Menyelenggarakan penelitian dan pusat pengembangan kesehatan yang

bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang kesehatan

khususnya dalam bidang kegawatdaruratan.

c. Menyelenggarakan pengabdian masyarakat dengan meningkatkan

kemampuan dan kemandirian masyarakat dibidang kesehatan.

d. Membangun kemitraan dan jejaring dengan berbagai institusi kesehatan

dan non kesehatan ditingkat regional, nasional, dan internasional.


64

B. Hasil Analisa Data

Hasil penelitian ini akan disajikan secara berurutan, mulai dari hasil

analisa univariat sampai hasil analisa bivariat dan hasilnya sebagai berikut :

1. Hasil Analisis Univariat

Hasil univariat menjelaskan secara deskriptif mengenai variabel-

variabel penelitian yang terdiri dari mengakses informasi di internet,

interaksi sosial, uang saku, dan kecemasan dalam menghadapi pandemi

covid-19. Data-data penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi sebagai berikut :

Tabel 5.1
Distribusi frekuensi berdasarkan mengakses informasi di internet mahasiswa
program studi sarjana keperawatan Institut Medika Drg. Suherman
Tahun 2020
Variabel Kategori Jumlah (N) Persentase (%)
Mengakses Kadang-Kadang 24 48%
Informasi di Sering 26 52%
Internet Total 50 100%

Berdasarkan tabel 5.1 diatas menunjukan bahwa dari 50 mahasiswa

yang kadang-kadang atau tidak sering mengakses informasi sebanyak 24

mahasiswa (48%), sedangkan mahasiswa yang sering mengakses informasi

sebanyak 26 orang (52%) tentang covid-19. Hal ini menunjukan bahwa

mahasiswa sering mengakses informasi di internet tentang covid-19.

Tabel 5.2
Distribusi frekuensi berdasarkan interaksi sosial mahasiswa program studi
sarjana keperawatan Institut Medika Drg. Suherman
Tahun 2020
Variabel Kategori Jumlah (N) Persentase (%)
Tidak Membatasi 22 44%
Interaksi Sosial Membatasi 28 56%
Total 50 100%
65

Berdasarkan tabel 5.2 diatas menunjukan bahwa dari 50 mahasiswa

yang tidak membatasi interaksi sosial sebanyak 22 mahasiswa (44%),

sedangkan mahasiswa yang membatasi interaksi sosial sebanyak 28

mahasiswa (56%) pada masa pandemi covid-19. Hal ini menunjukan bahwa

mahasiswa membatasi interaksi sosial pada masa pandemi covid-19.

Tabel 5.3
Distribusi frekuensi berdasarkan uang saku mahasiswa program studi
sarjana keperawatan Institut Medika Drg. Suherman
Tahun 2020
Variabel Kategori Jumlah (N) Persentase (%)
Tidak Menurun 24 48%
Uang Saku Menurun 26 52%
Total 50 100%

Berdasarkan tabel 5.3 diatas menunjukan bahwa dari 50 mahasiswa

yang uang sakunya tidak menurun sebanyak 24 mahasiswa (48%),

sedangkan mahasiswa yang uang sakunya menurun sebanyak 26 orang

(52%) pada masa pandemic covid-19. Hal ini menunjukan bahwa

mahasiswa mengalami penurunan uang saku pada masa covid-19.

Tabel 5.4
Distribusi frekuensi berdasarkan kecemasan mahasiswa program studi
sarjana keperawatan Institut Medika Drg. Suherman
Tahun 2020
Variabel Kategori Jumlah (N) Persentase (%)
Kecemasan Cemas Ringan 27 54%
terhadap Covid- Cemas Sedang 23 46%
19 Total 50 100%

Berdasarkan tabel 5.4 diatas menunjukan bahwa dari 50 mahasiswa

yang mengalami kecemasan ringan sebanyak 27 mahasiswa (54%),

kecemasan sedang sebanyak 23 mahasiswa (66%). Semua mahasiswa


66

mengalami kecemasan, sehingga hal ini menunjukan mahasiswa mengalami

kecemasan terhadap pandemi covid-19.

2. Hasil Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen. Pada analisa bivariat dilakukan

dengan uji pada α = 0,05 yaitu Chi-square untuk mengetahui pengaruh

variabel independen dengan variabel dependen.

a. Pengaruh Mengakses Informasi di Internet terhadap Kecemasan dalam

Menghadapi Dampak Pandemi Covid-19 Pada Mahasiswa Program Studi

Sarjana Keperawatan Institut Medika Drg. Suherman Tahun 2020.

b. Pengaruh Interaksi Sosial terhadap Kecemasan dalam Menghadapi

Dampak Pandemi Covid-19 Pada Mahasiswa Program Studi Sarjana

Keperawatan Institut Medika Drg. Suherman Tahun 2020.

c. Pengaruh Uang Saku terhadap Kecemasan dalam Menghadapi Dampak

Pandemi Covid-19 Pada Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan

Institut Medika Drg. Suherman Tahun 2020.


67

Table 5.5
Pengaruh mengakses informasi di internet terhadap kecemasan dalam
kenghadapi dampak pandemi covid-19 pada mahasiswa pogram studi
sarjana keperawatan Institut Medika Drg. Suherman
Tahun 2020
OR
Kecemasan Terhadap P-
(95%)
Covid-19 Value
CI
Mengakses Total
5,667
Informasi Cemas Cemas
0,010 (1,661-
Ringan Sedang
19.336)
N % N % N %
Kadang-
18 75,0 6 25,0 24 100
kadang
Sering 9 34,6 17 65,4 26 100
Total 27 54 23 46 50 100

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5.5 diketahui bahwa mahasiswa

yang kadang-kadang mengakses informasi tentang covid-19 memiliki cemas

ringan sebanyak 18 mahasiswa (75%), dan cemas sedang sebanyak 6

mahasiswa (24%). Sedangkan mahasiswa yang sering mengakses informasi

tentang covid-19 memiliki cemas ringan sebanyak 9 mahasiswa (34,6%),

dan cemas sedang sebanyak 17 mahasiswa (65,4%). Berdasarkan hasil

analisis uji chi-square didapat nilai ρ = 0,010 < α =0,05, yang artinya H 0

ditolak dan Ha diterima, yang menunjukan bahwa ada pengaruh yang

bermakna antara mengakses informasi di internet dengan kecemasan dalam

menghadapi dampak covid-19 pada mahasiswa program studi sarjana

keperawatan Institut Medika Drg. Suherman Tahun 2020.

Hasil analisis diperoleh pula nilai Odds Ratio sebesar 5,667 yang

artinya adalah mahasiswa yang lebih sering mengakses informasi 5,667 kali

lebih beresiko untuk mengalami kecemasan tingkat sedang dibandingkan


68

mahasiswa yang tidak terlalu sering atau kadang-kadang mengakses

informasi mengenai pandemi covid-19.

Table 5.6
Pengaruh interaksi sosial terhadap kecemasan dalam menghadapi dampak
pandemi covid-19 pada mahasiswa program studi sarjana keperawatan
Institut Medika Drg. Suherman
Tahun 2020
OR
Kecemasan Terhadap P-
(95%)
Covid-19 Value
CI
Interaksi Total
4,121
Sosial Cemas Cemas
0,039 (1,233-
Ringan Sedang
13,711)
N % N % N %
Tidak
16 72,7 6 27,3 22 100
membatasi
Membatasi 11 39,3 17 60,7 28 100
Total 27 54 23 46 50 100

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5.6 diketahui bahwa mahasiswa

yang tidak membatasi interakasi sosial pada masa covid-19 memiliki cemas

ringan sebanyak 16 mahasiswa (72,7%), dan cemas sedang sebanyak 6

mahasiswa (27,3%). Sedangkan mahasiswa yang membatasi interaksi sosial

pada masa pandemi covid-19 memiliki cemas ringan sebanyak 11

mahasiswa (59,3%), dan cemas sedang sebanyak 17 mahasiswa (60,7%).

Berdasarkan hasil analisis uji chi-square didapat nilai ρ = 0,039 < α =0,05,

yang artinya H0 ditolak dan Ha diterima, yang menunjukan bahwa ada

pengaruh yang bermakna antara interaksi sosial dengan kecemasan dalam

menghadapi dampak covid-19 pada mahasiswa program studi sarjana

keperawatan Institut Medika Drg. Suherman Tahun 2020.


69

Hasil analisis diperoleh pula nilai Odds Ratio sebesar 4,121 yang

artinya adalah mahasiswa yang membatasi interaksi sosial 4,121 kali lebih

beresiko untuk mengalami kecemasan tingkat sedang dibandingkan

mahasiswa yang tidak membatasi interaksi sosialnya saat pandemic covid-

19.

Table 5.7
Pengaruh uang saku terhadap kecemasan dalam menghadapi dampak
pandemi covid-19 pada mahasiswa program studi sarjana
keperawatan Institut Medika Drg. Suherman
Tahun 2020
OR
Kecemasan Terhadap P-
(95%)
Covid-19 Value
CI
Total
Uang Saku 13,571
Cemas Cemas
0,000 (3,416-
Ringan Sedang
53,926)
N % N % N %
Tidak
20 83,3 4 16,7 24 100
Menurun
Menurun 7 26,9 19 73,1 26 100
Total 27 54 23 46 50 100

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5.7 diketahui bahwa mahasiswa

yang tidak mengalami penurunan uang sakunya pada masa pandemi covid-

19 memiliki cemas ringan sebanyak 20 mahasiswa (83,3%), dan cemas

sedang sebanyak 4 mahasiswa (16,7%). Sedangkan mahasiswa yang

mengalami penurunan uang saku pada masa pandemi covid-19 memiliki

cemas ringan sebanyak 7 mahasiswa (26,9%), dan cemas sedang sebanyak

19 mahasiswa (73,1%). Berdasarkan hasil analisis uji chi-square didapat

nilai ρ = 0,000 < α =0,05, yang artinya H0 ditolak dan Ha diterima, yang
70

menunjukan bahwa ada pengaruh yang bermakna antara uang saku dengan

kecemasan dalam menghadapi dampak covid-19 pada mahasiswa program

studi sarjana keperawatan Institut Medika Drg. Suherman Tahun 2020.

Hasil analisis diperoleh pula nilai Odds Ratio sebesar 13,571 yang

artinya adalah mahasiswa yang mengalami penurunan atau berkurangnya

uang saku 12,571 kali lebih beresiko untuk mengalami kecemasan tingkat

sedang dibandingkan mahasiswa yang tidak mengalami penurunan atau

berkurangnya uang saku pada masa pandemik covid-19.


BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Data yang dikumpulkan dalam penelitian menggunakan data primer

secara langsung dari respoden melalui google form. Penelitian ini tidak terlepas

dari keterbatasan peneliti, baik dalam mengumpulkan bahan materi,

mengumpulkan responden agar bersedia mengisi kuesioner penelitian melalui

google form maupun dalam pengolahan data, akan tetapi dalam hal ini peneliti

telah berupaya semaksimal mungkin dengan berbagai usaha untuk

mendapatkan hasil penelitian yang lebih sempurna.

Instrumen penelitian ini berupa kuesioner yang telah disediakan

alternatif jawaban (jawaban tertutup) sehingga jawaban responden kurang

sesuai dengan yang diharapkan peneliti bila dibandingkan dengan pertanyaan

terbuka. Kualitas jawaban responden tergantung dari kejujuran responden

dalam menjawab setiap pertanyaan atau pernyataan sehingga bisa saja terdapat

bias karena responden menjawab sesuai dengan keinginan responden.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Analisis Univariat

Hasil uji statistik variabel mengakses informasi di internet

didapatkan dari 50 mahasiswa program studi sarjana keperawatan institut

medika drg. Suherman tahun 2020 yang sering mengakses informasi tentang

71
72

covid-19 sebanyak 26 mahasiswa (52%). Saat kondisi pandemi seperti ini

informasi bisa didapatkan dan diperoleh dengan mudah dan cepat

menggunakan jejaring sosial seperti internet melalui HP atau telepon

genggam, dengan itu masyarakat tentunya akan selalu update dan mencari

tahu mengenai perkembangan covid-19 (Thalia, 2020. Dalam Novita, 2020).

Hasil uji statistik variabel interaksi sosial didapatkan dari 50

mahasiswa program studi sarjana keperawatan institut medika drg.

Suherman tahun 2020 yang membatasi interaksi sosial selama pandemi

covid-19 sebanyak 28 mahasiswa (56%). Manusia terlahir sebagai makhluk

sosial, kenyataan tersebut menyebabkan manusia tidak akan dapat hidup

normal tanpa kehadiran manusia yang lain. Hubungan tersebut dapat

dikategorikan sebagai interaksi sosial. menurut Bimo Walgito, Interaksi

Sosial merupakan hubungan individu satu dengan individu lainnya di

mana individu satu dengan indivu yang lain dapat mempengaruhi

individu lain dan terdapat hubungan timbal balik baik antara individu

dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan

kelompok (Shinta, 2019). Berhubungan dengan perkembangan virus corona

yang semakin meluas, pada akhirnya pemerintah membuat anjuran

sebagai langkah utama. Hal tersebut diberitahukan oleh pemerintah kepada

masyarakat di seluruh Indonesia untuk menerapkan gerakan Social

Distancing dan Physical Distancing dengan tujuan untuk mengurangi dan

memutus rantai penyebaran, dengan menjaga jarak aman sejauh dua meter
73

dan tidak melakukan pertemuan secara masal serta menghindari kerumunan

(Buana, 2020).

Hasil uji statistik variabel uang saku didapatkan dari 50 mahasiswa

program studi sarjana keperawatan institut medika drg. Suherman tahun

2020 yang mengalami penurunan uang saku selama pandemi sebanyak 26

mahasiswa (52%). Uang saku merupakan bentuk pengembangan tanggung

jawab, sehingga perlu disertai dengan penanaman nilai uang pada anak,

sehingga uang yang diberikan oleh orang tua dengan perencanaan uang

tersebut digunakan seperti untuk transportasi atau tabungan anak. Uang saku

dapat digunakan untuk makan dan pengeluaran lain-lain. Uang yang

diberikan kepada anak untuk membeli jajan selama berada di luar rumah.

Dengan dikeluarkan peraturan dan anjuran pemerintah kepada

sekolah dan perguruan tinggi untuk melakukan aktivitas belajar dari rumah

memiliki dampak perubahan hidup masyarakat. Kebijakan tersebut

membuat anak didik tidak lagi mendapatkan uang saku dan mengalami

perubahan dari segi pendapatan atau penghasilannya. Diliburkannya

kegiatan belajar mengajar melalui tatap muka secara langsung ditegah

pandemi ini, membuat mahasiswa bingung untuk melakukan kegiatan

diluar, ditambah ada anjuran dari pemerintah mengenai pemberlakuan

Pembatasan Sosial Berskala Besar (Ansori, 2020).

Hasil uji statistik variabel kecemasan terhadap pandemi covid-19

didapatkan dari 50 mahasiswa program studi sarjana keperawatan institut

medika drg. Suherman rata-rata seluruh atau sebanyak 50 mahasiswa


74

(100%) yang dijadikan sebagai sampel mengalami kecemasan. Dari

penelitian yang dilakukan oleh Wang, et al., (2020) melibatkan 1.210

responden dari 194 kota di Cina pada masa pandemi melaporkan bahwa

gejala kecemasan mulai sedang hingga berat sebanyak 28,8%. Dari hasil

penelitan yang dilakukan Cao, et., al (2020) pada mahasiswa saat pandemi

di China menunjukkan bahwa 24,9% mahasiswa mengalami kecemasan

karena wabah Covid-19. Cemas dapat menimbulkan suatu kondisi tidak

baik dari segi respon, baik itu respons dari kognitif, fisiologis, maupun

psikomotor sehingga dapat menimbulkan ketidaknyamanan seperti kesulitan

dalam berpikir secara logis, terjadinya suatu peningkatan tanda-tanda vital

pada tubuh, dan perilaku menjadi semakin gelisah (Baradero, et al., 2016).

2. Analisis Bivariat

a. Pengaruh Mengakses Informasi di Internet Terhadap Kecemasan

Dalam Menghadapi Dampak Pandemi Covid-19

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa,

dari 50 mahasiswa rata-rata mengalami kecemasan dalam menghadapi

dampak pandemi covid-19. Didapatkan mahasiswa yang kadang-kadang

atau tidak terlalu sering mengakses informasi tentang covid-19 memiliki

cemas ringan sebanyak 18 mahasiswa (75%), dan cemas sedang

sebanyak 6 mahasiswa (24%). Mahasiswa yang sering mengakses

informasi tentang covid-19 memiliki cemas ringan sebanyak 9

mahasiswa (34,6%), dan cemas sedang sebanyak 17 mahasiswa (65,4%).


75

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji chi-square antara

variabel mengakses informasi dengan kecemasan dalam menghadapi

dampak pandemi covid-19 didapatkan nilai ρ = 0,010 < α = 0,05, yang

artinya H0 ditolak dan Ha diterima, yang menunjukan bahwa ada pengaruh

yang bermakna antara mengakses informasi di internet dengan

kecemasan dalam menghadapi dampak covid-19 pada mahasiswa

program studi sarjana keperawatan Institut Medika Drg. Suherman Tahun

2020.

Mahasiswa yang sering mengakses informasi mengenai

banyaknya orang yang terkonfirmasi positif covid-19, bahaya, dan

banyaknya angka kematian, serta perihal lockdown membuat mahasiswa

mengalami kecemasan (Rahardjo, 2020). Karena sampai saat ini angka

yang terkonfirmasi covid-19 terus meningkat, diketahui pada tanggal 25

november 2020 di Indonesia sudah sebanyak 511.836 orang yang

terkonfirmasi (covid-19.go.id). Covid-19 dapat dengan mudah ditularkan

dari satu orang ke orang lain yang bisa menyebabkan penderitanya

mengalami sakit bahkan sampai meninggal, itulah yang membuat

mahasiswa mengalami kekhawatiran, pada dasarnya mahasiswa selalu

ingin sehat (Yuliana, 2020).

Mengakses Informasi bisa menyebabkan cemas berawal dari

melihat informasi mengenai perkembagan covid-19, kemudian ada

stimulasi tubuh untuk megirimkan pesan dari hipotalamus ke kelenjar

adrenal agar mengeluarkan adrenalin serta norepinefrin, setelah itu ke


76

hepar untuk mengubah glikogen menjadi glukosa untuk menambah

energi yang diperlukan. Pada sistem pencernaan fungsinya menurun

supaya darah yang akan digunakan dapat dialihkan ke organ-organ tubuh

yang vital untuk pertahanan. Paru meningkatkan fungsinya sehingga

pernapasan menjadi lebih cepat, untuk memperoleh banyak oksigen maka

jantung berdenyut lebih kuat dan cepat supaya banyak darah yang kaya

oksigen serta nutrisi bisa dialirkan ke otot tubuh untuk melakukan “fight

atau flight”. Kemudian jika mahasiswa memberi respons yang negatif

terhadap kecemasan dengan seringnya mengakses informasi maka tubuh

akan kehabisan tenaga serta berpengaruh fisiologis tubuh (Videbeck,

2016).

Menurut peneliti ada pengaruh mengakses informasi diinternet

dengan kecemasan Dalam menghadapi dampak pandemi covid-19 pada

mahasiswa program studi sarjana keperawatan institut medika drg.

Suherman tahun 2020. Hal ini karenakan dengan berkembangnya

teknologi yang semakin pesat, informasi dapat diperoleh dengan mudah

oleh masyarakat luas salah satunya mahasiswa terutama mengenai

pandemi covid-19 yang menyerang organ saluran pernapasan sampai bisa

menyebabkan sakit bahkan meninggal jika tidak ditangani secara segera.

Setiap saat media selalu memberikan informasi terbaru mengenai

penyebaran covid-19, jadi dengan sering mahasiswa mengakses

informasi mengenai covid-19 maka akan memberikan rasa cemas seperti


77

takut dan khawatir berlebih akibat penyebaran yang semakin meluas dan

angka yang terkonfirmasi serta kematian yang terus meningkat.

b. Pengaruh Interaksi Sosial Terhadap Kecemasan Dalam Menghadapi

Dampak Pandemi Covid-19

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa,

dari 50 mahasiswa rata-rata mengalami kecemasan dalam menghadapi

dampak pandemi covid-19. Didapatkan mahasiswa yang tidak membatasi

interakasi sosial pada masa covid-19 memiliki cemas ringan sebanyak 16

mahasiswa (72,7%), dan cemas sedang sebanyak 6 mahasiswa (27,3%).

Mahasiswa yang membatasi interaksi sosial pada masa pandemi covid-19

memiliki cemas ringan sebanyak 11 mahasiswa (59,3%), dan cemas

sedang sebanyak 17 mahasiswa (60,7%).

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji chi-square antara

variabel interaksi sosial dengan kecemasan dalam menghadapi dampak

pandemi covid-19 didapatkan nilai ρ = 0,039 < α =0,05, yang artinya H 0

ditolak dan Ha diterima, yang menunjukan bahwa ada pengaruh yang

bermakna antara interaksi sosial dengan kecemasan dalam menghadapi

dampak covid-19 pada mahasiswa program studi sarjana keperawatan

Institut Medika Drg. Suherman Tahun 2020.

Menurut Walgito, menyatakan bahwa interaksi sosial

merupakan hubungan individu satu dengan individu lainnya di mana

individu satu dengan individu yang lain dapat mempengaruhi individu

lain dan terdapat hubungan timbal balik baik antara individu dengan
78

individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok

(Shinta, 2019). Interaksi tidak terjadi secara serta merta, ada syarat dan

ketentuan, menurut Sukanto (2001) syarat terjadinya interaksi ada kontak

sosial yang artinya ada kebersamaan yang saling menyentuh dan

komunikasi (Sunaryo, 2013).

Dengan perkembangan virus corona yang semakin meluas, pada

akhirnya pemerintah membuat anjuran sebagai langkah utama. Hal

tersebut diberitahukan oleh pemerintah kepada masyarakat di seluruh

Indonesia untuk menerapkan gerakan Social Distancing dan Physical

Distancing dengan tujuan untuk mengurangi dan memutus rantai

penyebaran, dengan menjaga jarak aman sejauh dua meter dan tidak

melakukan pertemuan secara masal serta menghindari kerumunan

(Buana, 2020).

Professor epidemiologi dari Universitas Yale, Kaveh Khoskood

mengungkapkan hal serupa, dengan adanya pandemi ini masyarakat

yang membuat jarak sosial menimbulkan konsekuensi kesehatan mental

(Nurkholis, 2020). Jarak sosial dan karantina salah satu aturan yang

dapat membuat cemas sampai stres semua orang baik bagi anak maupun

orang tua (Jiloha, 2020).

Menurut Freud (1936) menjelaskan bahwa mekanisme pertahanan

sebagai usaha manusia untuk mengendalikan kesadaran terhadap

ansietas. Sebagai contoh, jika seseorang mempunyai perasaan dan pikiran

yang tidak tepat sehingga dapat meningkatkan ansietas dari merepresi


79

pikiran dan perasaan tersebut. Represi ini suatu proses penyimpanan

impuls yang tidak tepat ke alam bawah sadar sehingga impuls tersebut

tidak dapat diingat kembali. Sesorang mengalami gangguan ansietas

dikarenakan menggunakan secara berlebihan salah satu pola tertentu dari

beberapa mekanisme pertahanan (Videbeck, 2016).

Beberapa individu menggunakan mekanisme pertahanan secara

berlebihan, hal ini dapat menghentikan seseorang mempelajari

bermacam-macam metode yang tepat untuk mengatasi situasi yang

menimbulkan kecemasan. Jika ketergantugan pada satu atau lebih

mekanisme pertahanan bisa menghambat pertumbuhan emosional yang

dapat menyebabkan buruknya keterampilan menyelesaikan masalah, dan

menimbulkan kesulitan dalam menjalin hubungan (Videbeck, 2016).

Menurut peneliti ada pengaruh interaksi sosial dengan kecemasan

dalam menghadapi dampak pandemi covid-19 pada mahasiswa program

studi sarjana keperawatan institut medika drg. Suherman tahun 2020.

Karena kecemasan ini dirasakan pada mahasiswa yang selalu berdiam

diri dirumah atau kosta, sedangkan manusia sendiri merupakan makhluk

sosial yang membutukan orang lain salah satunya berinteraksi. Akibat

adanya pandemi covid-19 pemerintah membuat kebijakan atau aturan

untuk menghindari keramaian, kerumunan, dan menjaga jarak sosial

untuk meminimalisir dan memutus rantai dari penyebaran virus tersebut.

Jika ini terjadi dalam waktu yang lama membuat khawatir dan cemas

mahasiswa dari perubahan yang terjadi akibat dampak covid-19.


80

c. Pengaruh Uang Saku Terhadap Kecemasan Dalam Menghadapi

Dampak Pandemi Covid-19

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa,

dari 50 mahasiswa rata-rata mengalami kecemasan dalam menghadapi

dampak pandemi covid-19. Didapatkan mahasiswa yang tidak

mengalami penurunan uang saku pada masa pandemi covid-19 memiliki

cemas ringan sebanyak 20 mahasiswa (83,3%), dan cemas sedang

sebanyak 4 mahasiswa (16,7%). Mahasiswa yang mengalami penurunan

uang saku pada masa pandemi covid-19 memiliki cemas ringan sebanyak

7 mahasiswa (26,9%), dan cemas sedang sebanyak 19 mahasiswa

(73,1%).

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji chi-square antara

variabel mengakses informasi dengan kecemasan dalam menghadapi

dampak pandemi covid-19 didapatkan nilai ρ = 0,000 < α =0,05, yang

artinya H0 ditolak dan Ha diterima, yang menunjukan bahwa ada pengaruh

yang bermakna antara uang saku dengan kecemasan dalam menghadapi

dampak covid-19 pada mahasiswa program studi sarjana keperawatan

Institut Medika Drg. Suherman Tahun 2020.

Kehilangan adalah situasi yang aktual atau potensial ketika objek

yang mengalami perubahan, tidak ada lagi bahkan menghilang. Kejadian

kehilangan dapat terjadi secara tiba-tiba atau bisa juga secara bertahap.

Kehilangan ini dapat dianggap sebagai kondisi krisis, baik krisis


81

situasional ataupun krisis perkembangan. Dalam hal ini system

pendukung sangat berpengaruh terhadap respon seseorang dalam

menghadapi kehilangan. Jika proses kehilangan tidak dibarengi dengan

koping yang positif atau penanganan yang baik, pada akhirnya akan

berpengaruh pada perkembangan seseorang (Mubarak & Chyatin, 2018).

Di masa pandemi covid-19 ini banyak dari mahasiswa yang

mengalami penurunan bahkan kehilangan uang saku akibat diliburkannya

kuliah. Uang saku dapat digunakan untuk makan dan pengeluaran

lainnya. Dengan dikeluarkan peraturan atau anjuran pemerintah terhadap

perguruan tinggi untuk melakukan aktivitas belajar di rumah, memiliki

dampak perubahan bagi mahasiswa. Kebijakan tersebut membuat

mahasiswa untuk sementara kehilangan uang saku, sehingga dapat

mengalami perubahan dari segi pendapatan atau penghasilannya (Ansori,

2020).

Terpenuhinya kebutuhan pokok menjadi suatu kebutuhan dasar

yang harus dipenuhi untuk manjamin mental health mahasiswa (Fahmi &

Aswirna, 2020). Hal ini sependapat dengan Diana, mengatakan bahwa

dengan terpenuhinya kebutuhan pokok mahasiswa menjadi kebutuhan

dasar untuk menjaga serta menjamin kesehatan mentalnya (Ansori,

2020). Masalah keuangan sangat berepengaruh bagi mahasiswa dan

sering kali problem keuangan ini faktor yang membuat mahasiswa

menjadi merasa cemas akibat dampak dari pandemi covid-19 yang


82

mengharuskan seluruh mahasiswa belajar di rumah (Yosep & Sutini,

2014).

Menurut peneliti ada pengaruh uang saku dengan kecemasan

dalam menghadapi dampak pandemi covid-19 pada mahasiswa program

studi sarjana keperawatan institut medika drg. Suherman tahun 2020. Hal

ini dikarenakan covid-19 membawa dampak bagi perekonomian di

Indonesia, dengan di alihkannya belajar tatap muka secara langsung

memberikan dampak kurang menyenangkan bagi mahasiswa, karena

untuk sementara uang saku tidak diberikan oleh orang tuanya masing-

masing, sehingga membuat mahasiswa merasa tidak nyaman ketika tidak

memegang uang untuk memenuhi suatu keinginannya.


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Analisa Univariat

Pada penelitian ini didapatkan rata-rata mahasiswa program studi sarjana

keperawatan Institut Medika Drg. Suherman Tahun 2020 dari 50 mahasiswa

didapatkan sebanyak 46 mahasiswa (92%) mengalami kecemasan, 26

mahasiswa (52%) sering mengakses informasi tentang covid-19, 28

mahasiswa (56%) membatasi interaksi sosial, dan 26 mahasiswa (52%)

mengalami penurunan uang saku selama pademi Covid-19.

2. Analisa Bivariat

Ada pengaruh mengakses informasi, interaksi sosial, dan uang saku dengan

kecemasan dalam menghadapi dampak pandemi covid-19 pada mahasiswa

program studi sarjana keperawatan Institut Medika Drg. Suherman Tahun

2020 dengan hasil mengakses informasi di internet dengan nilai ρ-value

(0,010), interaksi sosial dengan nilai ρ-value (0,039). Dan uang saku dengan

hasil nilai ρ-value (0,000) yang keseluruhan hasil nilai ρ-value lebih kecil

dari α (0,05) dengan demikian H0 ditolak.

83
84

B. Saran

1. Bagi Responden (mahasiswa)

Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi responden,

dimana dapat mengetahui faktor apa saja yang menjadi penyebab

munculnya kecemasan dalam kondisi pandemi dan mengetahui bahaya

covid-19 sehigga dapat melakukan pencegahan secara dini.

2. Bagi Program Studi/Institusi Pendidikan

Disarankan bagi program studi bahwa penelitian dapat digunakan

sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya dan dapat menambah

wawasan yang luas untuk ilmu keperawatan jiwa salah satunya tentang

psikologi keperawatan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan hasil penelitian ini sebagai bahan kajian lebih lanjut bagi

penelitian berikutnya mengenai hal yang sama secara mendalam dan dapat

menambah jumlah responden serta menggunakan metodelogi penelitian

yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

Baradero, Mary. 2016. Kesehatan Metal Psikiatri. Jakarta: EGC.


Imron TA, Moch. 2014. Metodelogi Penelitian Bidang Kesehatan. Jakarta: CV.
Sagung Seto.
Kartika, Iin Ira. 2017. Dasar-Dasar Riset Keperawatan Dan Pengolahan Data
Statistik. Jakarta Timur: CV. Trans Info Media.
Manggala, Nico. 2018. 9 Terapi untuk Kecemasan Berlebih (Ansietas). Garuda
Mas Sejahtera.
Mubarak & Chayatin. 2018. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori &
Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta: EGC.
Pamungkas, Rian Adi, dkk. 2016. Statistik Untuk Perawat & Kesehatan
Dilwngkapi Tutorial SPSS dan Interpretasi Data. Jakarta Timur: CV. Trans
Info Media.
Sunaryo. 2013. Psikologi Untuk Keperaatan. Jakarta: EGC
Videbeck, Sheila L. 2016. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Yosep & Sutini. 2014. Buku Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Chih-Cheng Lai, et al ., (2020). Severe acute respiratory syndrome


coronavirus 2 (SARS-CoV-2) and coronavirus disease-2019 (COVID-19):
The epidemic and the challenges. Diakses dari
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0924857920300674
Diunduh pada tanggal 16 May 2020, 15:14:16 WIB
Cuiyan Wang, et al., (2020 . Immediate Psychological Responses and
Associated Factors during the Initial Stage of the 2019 Coronavirus
Disease (COVID-19) Epidemic among the General Population in China.
Diakses dari https://www.mdpi.com/1660-4601/17/5/1729/htm Diunduh
pada tanggal 07 April 2020, 13:42:50 WIB
Dana Riksa Buna, (2020). Analisis Perilaku Masyarakat Indonesia dalam
Menghadapi Pandemii Virus (Covid-19) dan Kiat Menjaga Kesehatan Jiwa.
Diakses dari
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/salam/article/view/15082/pdf Diunduh
pada tanggal 08 April 2020, 14:05:03 WIB
Fahmi & Aswirna, (2020). Pengaruh Covid19 Terhadap Kecemasan di Kalangan
Mahasiswa di Perguruan Tinggi.
https://www.researchgate.net/publication/342696900 29 July 2020, 16:44:10
WIB
Hanifah Muyasaroh, dkk, (2020). Kajian Jenis Kecemasan Masyarakat Cilacap
dalam menghadapi Pandemi Covid-19. Diakses dari
http://repository.unugha.ac.id/858/ Diunduh pada tanggal 02 June 2020,
13:15:45 WIB
Irwan, (2017). Epidemiologi Penyekit Menular. Diakses dari
https://repository.ung.ac.id/karyailmiah/show/1782/irwan-buku-
epidemiologi-penyakit-menular.html Diunduh pada tanggal 01 May 2020,
14:34:58 WIB
Nurkholis, (2020). Dampak Pandemi Novel-Corona Disease (Covid-19) Terhadap
Psikologi Dan Pendidikan Seta Kebijakan Pemerintah. Diakses dari
https://e-journal.umc.ac.id/index.php/JPS Diunduh pada tanggal 25 July
2020, 08:31:33 WIB
Rizky Prananda, (2020). Batasan Hukum Keterbukaan Data Medis Pasien
Pengidap Covid-19: Perlindungan Privasi VS Transparansi Informasi
Publik. Diakses dari
https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/lj/article/view/8000 Diunduh pada
tanggal 13 June 2020, 17:07:10 WIB
Rahma & Nunung, (2020). Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Peningkatan
Angka Pengangguran di Indonesia. Diakses dari
https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/63135109/Artikel_Studi_Kependuduk
an_Rahma_Ainul_Mardiyah_17031018007620200429-102148-
10xmp8n.pdf Diunduh pada tanggal 03 May 2020, 16:15:38 WIB
Rcjiloha, (2020). COVID-19 and Mental Health. Diakses dari
http://medical.advancedresearchpublications.com/index.php/EpidemInternat
ional/article/view/256 Diunduh pada tanggal 03 May 2020, 16:15:38 WIB
Shinta Safitri, (2019). Hubungan Kepecayaan Diri Dengan Interaksi Sosial Pada
Mahasiswa Semester III Prodi Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam
Uin Raden Intan Lmpung Tahun Akademik 2019/2010. Diakses dari
repository.radenintan.ac.id Diunduh pada tanggal 13 June 2020, 17:07:10
WIB
Trisa Novita, (2020). Covid-19 dan Kecendrungan Psikosomatis. Diakses dari
https://scholar.google.co.id/scholar?q=Covid-
19+dan+Kecenderungan+Psikosomatis Diunduh pada tanggal 07 April
2020, 13:23:20 WIB
Wenjun Cao, et al., (2020). The psychological impact of the COVID-19
epidemic on college students in China. Diakses dari
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0165178120305400
Diunduh pada tanggal 03 May 2020, 11:05:45 WIB
Yuliana, (2020). Wellnes and Healthy Magazine Corona Virus Diseases (Covid-
19); Sebuah Tinjauan Literatur. Diakses dari
https://wellness.journalpress.id/wellness/article/view/21026 Diunduh pada
tanggal 07 April 2020, 14:24:20 WIB

Anda mungkin juga menyukai