Referat Skabies
Referat Skabies
Referat Skabies
SCABIES
STASE ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
DISUSUN OLEH:
PEMBIMBING:
DAFTAR ISI...................................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
1.1 Latar belakang.................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 2
2.1 Definisi dan Etiologi.......................................................................................... 2
2.2 Epidemiologi..................................................................................................... 2
2.3 Patogenesis........................................................................................................ 2
2.4 Diagnosis dan Gejala klinis............................................................................... 3
2.5 Penatalaksanaan................................................................................................. 4
2.6 Pencegahaan...................................................................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
Sarcoptes scabiei var. hominis. Sarcoptes scabieitermasuk filum Arthropoda, kelas
Arachnida, ordo Acarina, famili Sarcoptidae. Skabies dapat menjangkiti semua orang
pada semua umur, ras, dan tingkat ekonomi sosial.Sekitar 300 juta kasus skabies di
seluruh dunia dilaporkan setiap tahunnya. Menurut Depkes RI,berdasarkan data dari
puskesmas seluruh Indonesiapada tahun 2008, angka kejadian skabies adalah 5,6%-
12,95%.
Skabies di Indonesia menduduki urutan ke tiga daridua belas penyakit kulit
tersering. Skabies seringkali diabaikan karena tidak mengancam jiwa sehingga
prioritas penanganannya rendah. Akan tetapi, penyakit ini dapat menjadi kronis dan
berat serta menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Lesi pada skabies menimbulkan
rasa tidak nyaman karena sangat gatal sehingga penderita seringkali menggaruk dan
mengakibatkan infeksi sekunder terutama oleh bakteri Grup A Streptococcusdan
Staphylococcus aureus.
Kelainan klinis pada kulit yang ditimbulkan oleh infestasi Sarcoptes
scabieisangat bervariasi. Meskipun demikian, terdapat gambaran subyektif dan
obyektif yang dikenal dengan 4 tanda utama atau tanda kardinal pada infestasi
skabies. Tanda tersebut antara lain adalah pruritus nokturna, menyerang
sekelompokorang, terdapat terowongan, dan ditemukannya parasit.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi dan Etiologi
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap
tungau Sarcoptes scabiei var. hominis beserta produknya. Sinonim atau nama lain skabies
adalah kudis, the itch, gudig, budukan, dan gatal agogo. Skabies dapat menyebar dengan
cepat pada kondisi ramai dimana sering terjadi kontak tubuh.
Secara morfologik, parasit ini merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya
cembung,dan bagian perutnya rata. Spesies betina berukuran 300 x 350 μm, sedangkan jantan
berukuran 150 x 200 μm. Stadium dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki depan
dan 2 pasang kaki belakang. Kaki depan pada betina dan jantan memiliki fungsi yang sama
sebagai alat untuk melekat, akan tetapi kaki belakangnya memiliki fungsi yang berbeda. Kaki
belakang betina berakhir dangan rambut, sedangkan pada jantan kaki ketiga berakhir dengan
rambut dankakikeempat berakhir dengan alat perekat.
2.2 Epidemiologi
Penularan penyakit ini terjadi secara kontak langsung. Penyakit ini tersebar hampir
diseluruh dunia terutama pada daerah tropis dan penyakit ini endemis di beberapa negara
berkembang. Di beberapa wilayah lebih dari 50% anak-anak terinfestasi Sarcoptes scabiei.
Scabies masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Prevalensi penyakit scabies di
Indonesia adalah sekitar 6-27% dari populasi umum dan cenderung lebih tinggi pada anak-
anak dan remaja. Beberapa faktor yang berperan dalam penyebaran scabies adalah : kondisi
pemukiman yang padat, hygiene perorangan yang jelek, social ekonomi yang rendah,
kebersihan lingkungan yang kurang baik, serta perilaku yang tidak mendukung kesehatan.
Pada daerah yang berhawa dingin dan higiene sanitasi yang kurang bagus banyak ditemukan
kasus scabies.
2.3 Patogenesis
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap
sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kurang lebih satu bulan setelah infestasi.
Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel,
urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi
sekunder.
pengobatan.
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakain obat, serta syarat pengobatan dapat
menghilangkan faktor predisposisi (antara lain hiegene), maka penyakit ini memberikan
prognosis yang baik.
2.6 Pencegahan
Cara pencegahan penyakit skabies adalah dengan :
a. Mandi secara teratur dengan menggunakan sabun.
b. Mencuci pakaian, sprei, sarung bantal, selimut dan lainnya secara teratur minimal 2 kali
dalam seminggu.
c. Menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu sekali.
d. Tidak saling bertukar pakaian dan handuk dengan orang lain.
e. Hindari kontak dengan orang-orang atau kain serta pakaian yang dicurigai terinfeksi
tungau skabies.
f. Menjaga kebersihan rumah dan berventilasi cukup. Menjaga kebersihan tubuh sangat
penting untuk menjaga infestasi parasit. Sebaiknya mandi dua kali sehari, serta menghindari
kontak langsung dengan penderita, mengingat parasit mudah menular pada kulit. Walaupun
penyakit ini hanya merupakan penyakit kulit biasa, dan tidak membahayakan jiwa, namun
penyakit ini sangat mengganggu kehidupan sehari-hari.
Bila pengobatan sudah dilakukan secara tuntas, tidak menjamin terbebas dari infeksi ulang,
langkah yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
a. Cuci sisir, sikat rambut dan perhiasan rambut dengan cara merendam di cairan antiseptik.
b. Cuci semua handuk, pakaian, sprei dalam air sabun hangat dan gunakan seterika panas
untuk membunuh semua telurnya, atau dicuci kering.
c. Keringkan peci yang bersih, kerudung dan jaket, serta hindari pemakaian bersama sisir,
mukena atau jilbab.
DAFTAR PUSTAKA
1. Audhah NA, Umniyati SR, dan Siswati AS. Scabies risk factor on students of islamic
boarding school (study at darul hijrah islamic boarding school, cindai alus village,
martapura subdistrict, banjar district, south kalimantan). J Buski. 2012;1(4):14-22.
2. Aminah P, Sibero HT, dan Ratna MG. Hubungan tingkat pengetahuan dengan
kejadian skabies. J Majority. 2015;5(4):54-59.
3. American Academy of Dermatology 1938; 2015 [diakses tanggal 30 Oktober 2015].
Tersedia dari: https://www.aad.org/dermatology-a-to-z/diseases-and-treatments/q--
t/scabies/diagnosis-treatment
4. Centers for Disease Control Prevention; 2010 [diakses tanggal 29 oktober
2015].Tersedia dari:http://www.cdc.gov/parasites/scabies/
5. Currie BJ dan McCarthy JS. Permethrin and ivermectin for scabies. N Egl J Med.
2010;362(8):717-725
6. Handoko, R.P. 2000. Skabies. Dalam Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Eds ketiga.
Ed Djuanda A. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
7. Herman, M.J. 2001. Penyakit Hubungan Seksual Akibat Jamur, Protozoa dan Parasit.
Cermin Dunia Kedokteran No 130. pp 12-16.
8. Ma’rufi, I., Keman, S., Notobroto, H.B. 2005. Faktor Sanitasi Lingkungan Yang
Berperan Terhadap Prevalensi Penyakit Scabies, Studi Pada Santri di Pondok
Pesantren kabupaten Lamongan. Jurnal Kesehatan Lingungan,Vol 2 No.1 p 11-18.
9. Ratnasari AF dan Sungkar S. Prevalensi skabies dan faktor-faktor yang berhubungan
di pesantren x, jakarta timur. eJKI [internet]. 2014 [diakses tanggal 30 November
2015];2(1):7-12.Tersediadari:
http://journal.ui.ac.id/index.php/eJKI/article/viewFile/3177/3401
10. Service, M.W. 1997. Medical Entomology For Student. Chapman&Hall. London.
11. Sungkar, S. 2004. Penyakit Yang Disebabkan Artropoda. Dalam Parasitologi
Kedokteran. Eds ketiga. Ed Gandahusada S. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta.
12. Sutanto I, Ismid IS, Sjarifuddin PK, dan Sungkar S. Parasitologi kedokteran edisi
keempat. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2008.