Materi 11
Materi 11
Materi 11
Proses belajar pada dasarnya melibatkan upaya yang hakiki dalam membentuk dan
menyempurnakan kepribadian manusia dengan berbagai tuntutan dalam kehidupannya.
Secara filosofis belajar berarti mengingatkan kembali pada manusia mengenai makna hidup
yang bisa dilalui melalui proses meniru, memahami, mengamati, marasakan, mengkaji,
melakukan, dan meyakini akan segala sesuatu kebenaran sehingga semuanya memberikan
kemudahan dalam mencapai segala yang dicita-citakan manusia. Belajar diperlukan oleh
individu manusia akan tetapi belajar juga harus dipahami sebagai sesuatu kegiatan dalam
mencari dan membuktikan kebenaran. Harapan para filosofis bahwa dengan belajar maka
segala kebenaran dialam semesta ini bisa dinikmati oleh manusia yang pada akhirnya akan
menyadari manusia bahwa alam semesta ini ada yang menciptakan.
Dengan demikian filsafat apapun yang telah menjadi hasil pikir manusia maka
kaitannya dengan belajar ibarat siklus bahwa dengan filsafat manusia bisa mempelajarai
(belajar) tentang segala sesuatu, dan sebaliknya dengan aktivitas belajar maka pemikiran-
pemikiran tentang belajar terus berkembang dan banyak ditemukan sehingga membawa pada
warna inovasi ide dan pemikiran manusia sepanjang zaman.
b. Psikologis
Perilaku manusia bisa berubah karena belajar, akan tetapi apakah manusia itu
memahami perilakunya sendiri, atau menyadari dia harus berperilaku seperti apa jika berada,
atau dihadapkan dalam situasi dan kondisi yang berbeda. Maka perilaku yang masih dicari
inilah dapat dikaitkan dengan kajian dari ilmu psikologi. Psikologi sebagai ilmu yang
mempelajari gejala kejiwaan yang akhirnya mempelajari produk dari gejala kejiwaaan ini
dalam bentuk perilaku-perilaku yang nampak dan sangat dibutuhkan dalam proses belajar.
Diantara psikologi yang banyak dan memang masih bertahan menjadi landasan pokok dalam
dunia pendidikan dan pembelajaran yaitu psikologi kognitif dan behavioristik.
Disamping masih banyak aliran psikologi lainnya, namun kedua aliran psikologi ini sangat
dominan dalam menentukan arah aktivitas manusia dalam melakukan proses pembelajaran.
c. Sosiologis
Manusia adalah mahluk individu dan sosial, maka melalui belajar individu bisa
mempelajari lawan bersosialisasi, teman hidup bersama dan akhirnya melalui belajar manusia
mampu membangun masayarakat sampai dengan negara dan bangsa. Jika dalam belajar tanpa
arah tujuan pada makna hidup manusia sebagai mahluk sosial, maka belajar akan dijadikan
cara untuk saling menguasai, memusnahkan, karena segala sesuatu yang dipelajari, diketahui
dipahami melalui belajar tidak digunakan dalam menciptakan kondisi kedamaian dunia.
Landasan sosilogis ini sangat penting dalam mengiringi perkembangan inovasi pembelajaran
yang banyak terimbas oleh perubahan zaman yang semakin hedonistik. Maka Pemahaman
akan belajar yang ditinjau dari aspek sosiologis inilah yang sangat dibutuhkan dewasa ini.
d. Komunikasi
Pendidikan dan komunikasi ibarat setali tiga uang, yang satu memberikan pemaknaan
terhadap yang lainnya. Dalam prakteknya proses belajar atau pembelajaran akan
menghasilkan suatu kondisi di mana individu dalam hal ini siswa dan guru, siswa dnegan
siswa atau interaksi yang kompleks sekalipun pasti akan ditemukan suatu proses komunikasi.
Landasan komunikasi ini akan banyak memberikan warna dalam bentuk pendekatan, model,
metode dan strategi pembelajaran, serta pola-pola inovasi pembelajaran. Seperti halnya
landasan ilmiah yang lain komunikasi cukup mampu mempengaruhi peserta didik dalam
mencapai keberhasilan membaca pesan-pesan atau informasi pembelajaran.
Macam ragam pesan baik langsung maupun tidak langsung, bersumber dari media atau
manusia secara langsung pasti akan bisa ditangkap, dipahami, dicerna, diolah dan
didefinisikan dalam memori manusia menjadi bentuk hasil pemahaman belajar. Proses inilah
yang masih berkembang saat ini di dunia riset yaitu bagaimana seorang guru mampu
melakukan variasi komunikasi dalam proses pembelajaran yang tentunya dengan
memperhatikan komponen pembelajran lainnya khususnya peserta didik, dan model
pembelajaran yang digunakan.
Dalam memaknai konsep maka akan berhubungan dengan teori, sedangkan teori akan
berkaitan dengan sesuatu hal yang dipandang secara ilmiah. Jika teori berhubungan dengan
konsep maka dalam uraian tentang konsep dasar pembelajaran akan tertuju pada landasan
ilmiah pembelajaran. Dalam belajar ada yang dinamakan proses pembelajaran. Proses
pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh seorang guru atau pendidik untuk
membelajarkan siswa yang belajar. Oleh karena itu, guru hendaknya berperan dalam
memfasilitasi agar terjadi proses mental emosional siswa tersebut sehingga kemajuan belajar
dapat dicapai dalam proses pembelajaran.
Setelah mengalami proses pembelajaran ada yang dinamakan hasil belajar sebagai
suatu yang ditentukan oleh usaha sesorang dalam melaksanakan kegiatan belajar. Pada
dasarnya, hasil belajar ini ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku secara keseluruhan
baik yang meliputi segi kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Dan hasil belajar ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam mencapai tujuannya baik faktor internal maupun
faktor eksternal. Dalam proses pembelajaran harus ada hal yang dapat dijadikan sebagai
motivasi atau dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk
melakukan suatu tindakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
2. Hakikat Belajar
Belajar merupakan aktivitas yang di sengaja yang di lakukan oleh individu agar
terjadi perubahan kemampuan diri. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan
kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Menurut Sudjana (1989:28),
belajar merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu. Sedangkan belajar
menurut Gagne (1984), adalah suatu proses perubahan perilakunya sebagai akibat dari
pengalaman. Beberapa pengertian belajar yang di pandang dari tujuan dan proses berbagai
pengalaman diantaranya :
b) Dalam belajar terjadi adanya perubahan tingkah laku yang bersifat relatif
permanen.
d) Adanya peranan kepribadian dalam proses belajar antara lain aspek motivasi,
emosional, sikap, dan sebagainya.
Dari pengertian tersebut terdapat tiga unsur pokok dalam belajar yaitu:
a) Proses
Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan.
Seorang dikatakan belajar apabila pikiran dan perasaannya aktif. Aktivitas pikiran dan
perasaan itu sendiri tidak dapat di amati orang lain akan tetapi dirasakan oleh yang
bersangkutan sendiri. Guru tidak dapat melihat aktivitas pikiran dan perasaan siswa. Guru
melihat dari kegiatan siswa sebagai aktivitas siswa pikiran dan perasaan siswa sebagai
contoh siswa bertanya ,menanggapi, menjawab pertanyaan, memecahkan persoalan,
melaporkan hasil kerja,membuat rangkuman. Itu semua gejala yang tampak dari aktivitas
mental dan emosional siswa.
b) Perubahan Perilaku
Hasil belajar akan tampak pada perubahan prilaku individu yang belajar.
Seseorang yang belajar akan mengalami perubahan prilaku sebagai akibat kegiatan
belajarnya, pengetahuan dan keterampilannya bertambah, dan penguasaan nilai-nilai dan
skap bertambah pula. Menurut para ahli psikologi tidak semua perubahan perilaku
sebagai hasil belajar. Perubahan prilaku sebagai hasil belajar di klasifikasikan menjadi
tiga domain yaitu:
Kognitif
Kognitif meliputi perilaku daya cipta, yaitu berkaitan dengan kemampuan intelektual
manusia, antara lain: kemampuan mengingat (knowledge), memahami
(comprehension), menerapkan (application), menganalisis (analysis) dan
mengevaluasi (evaluation).
Afektif
Psikomotorik
c) Pengalaman
Belajar adalah mengalami, dalam arti bahwa belajar terjadi karena individu
berintraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial,
lingkungan fisik adalah lingkungan di sekitar individu baik dalam bentuk alam sekitar
individu baik dalam bentuk alam sekitar (natural) maupun dalam bentuk ciptaan manusia
(cultural). Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang merangsang dan
menantang siswa untuk belajar. Guru yang mengajar tanpa menggunakan alat peraga
tentu kurang merangsang / menantang siswa untuk belajar apalagi bagi siswa SD yang
perkembangan intelektualnya masih membutuhkan alat peraga. Semua lingkungan yang
di perlukan untuk belajar siswa ini akan menjadi bahan belajar dan pembelajaran yang
efektif.
3. Hakikat Pembelajaran
Gagne dan Briggs (1979:3), Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk
membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun
sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang
bersifat internal.
Zaenal Aqib (2002:41). Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun, meliputi
unsur-unsur manusiawi, materil, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling
mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran serta mempersiapkan peserta didik
menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari dengan mengorganisasi lingkungan untuk
menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik
Dengan arti lain bahwa pembelajaran merupakan usaha sadar dari guru untuk
membuat siswa belajar sebagai hasil perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar
dengan mendapatkan kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relative lama karena
adanya usaha. Kegiatan pembelajaran bukan lagi sekedar kegiatan, melainkan menyiapkan
pengajaran dan melaksanakan prosedur mengajar dalam pembelajaran tatap muka. Akan
tetapi, kegiatan pembelajaran lebih kompleks lagi jika dilaksanakan dengan pola dan bahan
pembelajaran yang bervariasi. Menurut Modhoifir (1987:30) pada garis besarnya ada tiga
pola pembelajaran :
a) Pola pembelajaran guru dengan siswa tanpa menggunakan alat bantu/bahan
pembelajaran dalam bentuk alat peraga. Pola pembelajaran sangat tergantung pada
kemampuan guru dalam mengingat bahan pembelajaran dan menyampaikan bahan
tersebut secara lisan kepada siswa.
b) Pola (guru + alat bantu) dengan siswa. Pola pembelajaran ini guru sudah di bantu
oleh berbagai bahan pembelajaran yang disebut alat peraga pembelajaran dalam
menjelaskan dan menerangkan suatu pesan yang bersifat abstrak.
c) Pola (guru) + (media) dengan siswa. Pola pembelajaran ini sudah
mempertimbangkan keterbatasan guru, yang tidak mungkin menjadi satu-satunya
sumber belajar. Guru dapat memanfaatkan berbagai media pembelajaran. Jadi
pola pembelajaran bergantian antara guru dan media interaksi dalam berintraksi
dengan siswa.
Selain pola pembelajaran yang bervariasi, peran guru juga menentukan proses
penyampaian pembelajaran. Menurut Adams & Dickey ( dalam Oemar hamalik, 2005 ),
peran guru sesungguhnya sangat luas, meliputi:
Guru harus berperan sebagai motor penggerak terjadinya aktivitas belajar dengan cara
memotivasi siswa (motivator), memfasilitasi belajar (fasilitator), mengorganisasi kelas
(organisator), mengembangkan bahan pembelajaran (developer,desainer), menilai program-
proses-hasil pembelajaran (evaluator), memonitor aktivitas siswa (monitor), dan sebagainya.
Bahkan dalam arti luas, sekolah berubah fungsi menjadi penghubung antar ilmu/teknologi
dengan masyarakat, dan sekolah lebih aktif ikut dalam pembangunan, maka peran guru
menjadi luas.
4. Proses Pembelajaran
Bila semua paradigma masyarakat perguruan tinggi telah memahami dengan baik
tentang proses pembelajaran siswa aktif (Learning how to learn) penyiapan sumber daya
telah di atur dengan baik, dan penyiapan konten yang sudah tersedia dengan baik dan
RPP/SAP yang telah mengatur dengan baik mekanisme proses pembelajaran, maka proses
pembelajaran akan berjalan dengan lebih mudah.
b. Kegiatan inti, yaitu kegiatan utama yang di lakukan guru dalam memberikan
pengalaman belajar, melalui berbagai strategi dan metode yang di anggap
sesuai dengan tujuan dan materi yang akan di sampaikan;
Komponen merupakan bagian dari suatu sistem yang memiliki peran dalam
keseluruhan berlangsungnya suatu proses pembelajaran untuk mencapai suatu pembelajaran
yang optimal. Jadi, komponen pendidikan adalah bagian-bagian dari sistem proses
pendidikan yang menentukan berhasil atau tidaknya proses pendidikan (Slameto, 2010).
Adapun komponen-komponen tersebut meliputi:
1) Tujuan pendidikan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan.
Tidak ada suatu kegiatan yang diprogamkan tanpa tujuan, karena hal itu adalah suatu hal
yang tidak memiliki kepastian dalam menentukan ke arah mana kegiatan itu akan dibawa.
Demikian juga halnya dalam kegiatan belajar mengajar, tujuan adalah suatu cita-cita yang
dicapai dalam kegiatannya. Tujuan merupakan komponen yang dapat mempengaruhi
komponen pengajaran lainnya seperti: bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, pemilihan
metode, alat, sumber dan evaluasi. Semua komponen itu harus bersesuaian dan
didayagunakan untuk mencapai tujuan seefektif dan seefisien mungkin untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan Pendidikan menurut Dimyati, dkk (2009) yaitu :
Ada bermacam - macam tujuan pendidikan menurut M. J. Langeveld (Siswoyo, 2007: 26),
yaitu:
a) Tujuan Umum
Tujuan umum adalah tujuan paling akhir dan merupakan keseluruhan/ kebulatan
tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan. Menurut Langeveld tujuan umum atau tujuan
akhir, akhirnya adalah kedewasaan, yang salah asatu cirinya adalah tetap hidup dengan
pribadi mandiri. Dan menurut Hoogveld (Soekarlan, 1969: 29) mendidik itu berarti
membantu manusia agar mampu menunaikan tugas hidupnya secara berdiri sendiri.
b) Tujuan Khusus
Tujuan khusus adalah pengkhususan tujuan umum atas dasar berbagai hal.
Misalnya usia, jenis kelamin, intelegensi, bakat, minat, lingkungan sosial budaya, tahap-
tahap perkembangan, tuntutan persyaratan pekerjaan dan sebagainya.
Tujuan tak lengkap adalah tujuan yang hanya menyangkut sebagian aspek
kehidupan manusia.Misalnya aspek psikologis, biologis, sosiologis saja. Salah satu aspek
psikologis misalnya hanya mengembangkan emosi dan pikiran saja.
d) Tujuan Sementara
Tujuan sementara adalah tujuan yang hanya dimaksudkan untuk sementara saja,
sedangkan jika tujuan sementara sudah tercapai maka ditinggalkan dan diganti dengan
tujuan yang lain. Misalnya: orang tua ingin agar anaknya berhenti merokok, dengan
dikurangi uang sakunya. Kalau sudah tidak merokok, lalu ditingalkan dan diganti dengan
tujuan lain misalnya agar tidak suka begadang.
e) Tujuan Intermedier
Tujuan intermedier yaitu tujuan perantara bagi tujuan lainnya yang pokok.
Misalnya: anak yang dibiasakan untuk menyapu halaman, maksudnya agar klak ia
mempunyai rasa tanggung jawab. Membiasakan mmbagi-bagi tugas pada anak satu dngan
lainnya juga berarti melatih tanggung jawab dengan maksud agar kelak mereka memiliki
rasa tanggung jawab.
f) Tujuan Insidental
Tujuan insidental yaitu tujuan yang dicapai pada saat-saat tertentu, seketika atau
spontan. Misalnya: pendidik menegur anak yang bermain kasar ketika bermain sepak
bola. Selain itu, orang tua yang menegur anaknya untuk duduk dengan sopan.
Dalam bukunya, Djamarah (2010: 42) mengatakan bahwa suatu tujuan pengajaran
adalah deskripsi tentang penampilan perilaku (performance) peserta didik yang kita harapkan
setelah mereka mempelajari bahan pelajaran yang kita ajarkan peserta didik dapat memahami
dan mengamalkannya.
2) Peserta didik
Menurut Hamalik, (2004), peserta didik adalah salah satu komponen dalam
pengajaran dapat dikatakan bahwa peserta didik adalah komponen yang terpenting diantara
kelompok lainnya. Pada dasarnya peserta didik adalah unsur penentu dalam proses belajar
mengajar. Tanpa adanya peserta didik, sesungguhnya tidak akan terjadi proses pengajaran.
Tanpa adanya peserta didik, pendidik tak akan mungkin mengajar. Sehingga peserta didik
adalah komponen yang penting dalam hubungan proses belajar mengajar ini.
Menurut J. Locke berpandangan bahwa jiwa anak bagaikan tabu rasa, sebuah meja
lilin yang dapat ditulis dengan apa saja bagaimana keinginan si pendidik. Sedangkan menurut
J.J. Rousseau memandang anak sebagai seseorang yang memiliki jiwa yang bersih dan karena
lingkungan maka ia jadi kotor. Berbeda dengan pandangan di atas maka menurut psikologi
modern, anak adalah suatu organisme yang hidup, yang mereaksi, berbuat, dan sebagainya,
yang memiliki suatu kebutuhan, minat, kemampuan, dan masalah-masalah tertentu. Tujuan
mengenal peserta didik dengan maksud agar pendidik dapat membantu pertumbuhan dan
perkembangannya secara efektif. Mengenal dan memahami peserta didik sangat penting agar
pendidik dapat menentukan bahan-bahan yang akan diberikan, menggunakan prosedur belajar
yang serasi, mengadakan diagnosis atas kesulitan.
3) Pendidik
Dengan melaksanakan tugasnya, ia perlu mengadakan kerja sama dengan orang tua
peserta didik, dengan badan-badan kemasyarakatan dan sekali-sekali membawa peserta didik
mengunjungi objek-objek yang perlu diketahui peserta didik (Slameto, 2010). Selain itu
pendidik memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, seperti yang
dikemukakan oleh Adams dan Dickey bahwa peran pendidik sesungguhnya sangat luas,
meliputi:
Sebagai pribadi, setiap pendidik harus memiliki sifat-sifat yang disenangi oleh
peserta didiknya, oleh orang tua, dan oleh masyarakat. Sifat-sifat itu sangat diperlukan
agar pendidik dapat melaksanakan pengajaran secara efektif.
Sekolah berdiri diantara dua kewajiban, yakni kewajiban untuk mengemban tugas
menyampaikan dan mewariskan ilmu, teknologi, dan kebudayaan yang terus menerus
berkembang, dan keajiban untuk menampung aspirasi, masalah, kebutuhan, minat, dan
tuntutan masyarakat. Di antara kedua kewajiban tersebut disinilah pendidik memegang
peranannya sebagai pelaksana.
1. Persiapan (Preparation)
Demikian juga dalam pembelajaran jika persiapan matang sesuai dengan karakteristik
kebutuhan, materi, metode, pendekatan, lingkungan serta kemampuan guru, maka hasilnya
diasumsikan akan lebih optimal. Tahap ini penting mengingat bahwa untuk medekati situasi
belajar, misalnya, pesertabelajar harus menghadapi segala macam rintangan yang potensial
dapat mengganggu. Seperti tidak merasakan adanya manfaat, takut gagal, benci pada topik
pelajaran, dipaksa hadir, merasa sudah tahu, dan merasa bosan. Semua rintangan ini dan yang
lainnya dapat menyebabkan stress, beban otak dan kemerosotan dalam kemampuan belajar.
Berdasarkan hal diatas, maka tujuan tahap persiapan adalah untuk menimbulkan
minat peserta belajar, memberi mereka perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang
akan datang dan menempatkannya dalam situasi optimal untuk belajar. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan memberikan sugesti positif, memberikan pernyataan yang memberi
manfaat, memberikan tujuan yang jelas dan bermakna. Tahap ini juga bertujuan
membangkitkan rasa ingin tahu, menciptakan lingkungan fisik, emosional, sosial yang positif.
Menenangkan rasa takut, menyingkirkan hambatan belajar, banyak bertanya dan
mengemukakan berbagai masalah, merangsang rasa ingin tahu dan mengajak belajar penuh
dari awal. Banyak orang mempunyai perasaan negatif tentang belajar. Kenangan tak sadar
mereka mengaitkan belajar dengan rasa sakit, terhina, terkurung dan sebagainya. Jika mereka
tidak menggantikan sugesti negatif ini dengan yang positif, maka pembelajaran mereka akan
terhalang.
2. Penyampaian (Presentation)
Hal ini dapat dilakukan melalui uji coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan,
pengamatan fenomena dunia nyata, pelibatan seluruh otak dan tubuh peserta belajar. Selain
itu dapat dilakukan dengan presentasi interaktif, melalui aneka macam cara yang disesuaikan
dengan seluruh gaya belajar termasuk melalui proyek belajar berdasarkan-kemitraan dan
berdasarkan tim, pelatihan menemukan, atau dengan memberi pengalaman belajar didunia
nyata yang kontekstual serta melalui pelatihan memecahkan masalah.
3. Latihan (Practice)
Tahap latihan ini dalam siklus pembelajaran berpengarruh terhadap 70% atau lebih
pengalaman belajar keseluruhan. Dalam tahap inilah pembelajaran yang sebenarnya
berlangsung. Bagaimanapun, apa yang dipikirkan dan dikatakan serta dilakukan
pembelajaran yang menciptakan pembelajaran dan bukan apa yang dipikirkan, dikatakan, dan
dilakukan oleh instruktur atau pendidik. Peranan instruktur atau pendidik hanyalah
memprakarsai proses belajar dan menciptaan suasana yang mendukung kelancaran pelatihan.
Dengan kata lain tugas instruktur atau pendidik adalah menyusun konteks tempat peserta
belajar dapat menciptakan isi yang bermakna mengenai materi belajar yang sedang dibahas.
Peranan instruktur adalah mengajak peserta belajar yang baru dengan cara yang dapat
membantu mereka memadukannya kedalam struktur pengetahuan makna dan keterampilan
internal yang tertanam di dalam dirinya. Membangun struktur makna yang baru dari
pengalaman dapat mengambil dari berbagai bentuk dan pengalaman belajar sebelumnya.
Yang terbaik adalah jika hal ini melibatkan seluruh aspek sistem tubuh atau pikiran.
Tujuan tahap penampilan hasil ini adalah untuk memastikan bahwa pembelajaran
tetap melekat dan berhasil diterapkan. Setelah mengalami tiga tahap pertama dalam siklus
pembelajaran, kita perlu memastikan bahwa orang melaksanakan pengetahuan dan
keterampilan baru mereka pada pekerjaan mereka, nilai-nilai nyata bagi diri mereka sendiri,
organisasi dan klien organisasi.
Tujuan tahap penampilan hasil adalah membantu peserta belajar menerapkan dan
memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil
belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat seperti; penerapan di dunia
maya dalam tempo segera, penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi, dan aktifitas penguatan
penerapan. Pelatihan terus menerus, usaha balik dan evaluasi kerja aktivitas dukungan kawan,
perubahan organisasi lingkungan yang mendukung.
B. Ciri-Ciri Belajar
Ciri-ciri belajar diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Perubahan yang Terjadi Secara Sadar
Ini berarti individu yang belajar menyadari terjadiya perubahan itu atau sekurang
kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya perubahan dalam diriya.
Sebagai hasil belajar, perubaha yang terjadi dalam diri idividu berlangsug terus
menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubaha
berikutnya da akan menyebabka perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan
atau proses belajar berikutnya.
Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menatap atau permanen . Ini
berarti bahwa tingkah laku yag terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.
Ini berarti bahwa perubaha tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan
dicapai. Perubahan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yag benar-benar disadari.
Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi
perubahak keseluruhan tingkah laku.
b. Belajar Keterampilan
Belajar keterampilan adalah belajar yang menggunakan gerakan-gerakan motorik
yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot. Tujuannya adalah
memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu. Yang termasuk jenis belajar
keterampilan misalnya belajar olahraga, musik, menari, melukis, memperbaiki benda-
benda elektronik, dan sebagian materi pelajaran agama, seperti ibadah sholat dan haji.
d. Belajar Rasional
e. Belajar Apresiasi
f. Belajar Pengetahuan
Belajar arti kata maksudnya adalah orang mulai menangkap arti yang terkandung
dalam kata-kata yang digunakan. Pada mulanya suatu kata sudah dikenal, tetapi belum
tahu artinya. Setiap pelajar atau mahasiswa pasti belajar arti kata-kata tertentu yang
belum diketahui. Tanpa hal ini, maka sukar menggunakannya. Kalaupun dapat
menggunakannya, tak urung ditemukan kesalahan penggunaan. Mengerti arti kata-kata
merupakan dasar terpenting. Orang yang membaca akan mengalami kesukaran untuk
memahami isi bacaan, karena ide-ide yang terpatri dalam suatu kata atau kalimat hanya
dapat dipahami dengan mengerti arti setiap kata. Dengan kata-kata itulah, para penulis
atau pengarang melukiskan ide-idenya kepada sidang pembaca. Oleh karena itu,
penguasaan arti kata-kata adalah penting dalam belajar.
h. Belajar Kognitif
Tak dapat disangkal bahwa belajar kognitif bersentuhan dengan masalah mental.
Objek-objek yang diamati dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan,
atau lambang yang merupakan sesuatu bersifat mental. Dalam belajar kognitif, objek-
objek yang ditanggapi tidak hanya bersifat materiil, tetapi juga yang bersifat tidak
materiil. Objek-objek yang bersifat materiil misalnya: orang, binatang, bangunan,
kendaraan, perabotan rumah tangga, dan tumbuh-tumbuhan. Objek-objek yang bersifat
tidak materiil misalnya, ide kemajuan, keadilan, perbaikan, pembangunan, dan
sebagainya. Belajar kognitif penting dalam belajar. Dalam belajar, seseorang tidak bisa
melepaskan diri dari belajar kognitif. Mana bisa kegiatan mental tidak berproses ketika
memberikan tanggapan terhadap objek-objek yang diamati. Sedangkan belajar itu sendiri
adalah proses mental yang bergerak ke arah perubahan.
i. Belajar Menghafal
Bentuk belajar ini bertujuan untuk menempatkan semua data dan fakta
(pengetahuan) dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat dipahami dan
dapat digunakan untuk memecahkan masalah, seperti yang terjadi dalam bidang studi
ilmiah, maka diciptakan konsep-konsep, relasi-relasi diantara konsep-konsep dan
struktur-struktur hubungan, sekaligus dikembangkan metode-metode untuk memecahkan
masalah-masalah secara efektif dan efisien, misalnya dalam penelitian fisika.
k. Belajar Konsep
Konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-
ciri yang sama. Orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap
objek-objek yang dihadapi, sehingga objek ditempatkan dalam golongan
tertentu. Konsep dibedakan atas konsep konkret dan konsep yang harus didefinisikan.
Konsep konkret adalah pengertian yang menunjukkan objek-objek dalam lingkungan
fisik. Konsep ini mewakili benda tertentu, misalnya, meja, kursi, tumbuhan, mobil, dan
sebagainya. Konsep yang harus didefinisikan adalah konsep yang mewakili realitas hidup,
tetapi tidak langsung menunjuk pada realitas dalam lingkungan hidup fisik, karena
realitas itu tidak berbadan. Hanya dirasakan adanya melalui proses mental.
l. Belajar Kaidah
Kaidah adalah suatu pegangan yang tidak dapat diubah-ubah. Kaidah merupakan
suatu representasi (gambaran) mental dari kenyataan hidup dan sangat berguna dalam
mengatur kehidupan sehari-hari. Hal ini berarti bahwa kaidah merupakan suatu
keteraturan yang berlaku sepanjang masa. Oleh karena itu, belajar kaidah sangat penting
bagi seseorang sebagai salah satu upaya penguasaan ilmu selama belajar di sekolah atau
perguruan tinggi.
Ada tiga ranah hasil belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Ada 7
tingkatan untuk aspek kognitif, yaitu: (1) Pengetahuan, (2) Pemahaman, (3) Pengertian,
(4) Aplikasi, (5) Analisa , (6) Sintesa, (7) Evaluasi. Pada dasarnya proses belajar ditandai
dengan perubahan tingkah laku secara keseluruhan baik yang menyangkut segi kognitif,
afektif, maupun psikomotor.
C. Aktivitas Belajar
1. Sadirman (2006 : 100) Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik ataupun
mental.
2. Hamalik (2009 : 190) Aktivitas belajar adalah kegiatan yang dilakukan siswa dalam
kegiatan pembelajaran.
Aktivitas belajar berasal dari dua kata yakni aktivitas dan belajar. Kali ini kami akan
mencoba untuk menjelaskan satu per satu kata terlebih dahulu. Menurut KBBI
Kemendikbud (online), Aktivitas adalah suatu kegiatan, kegiatan atau kerja yang dilakukan
dalam tiap-tiap bagan perusahaan. Sedangkan beberapa ahli juga telah mendefinisikan
aktifitas, diantaranya Anton M. Mulyono mengungkapkan bahwa aktivitas merupakan
kegiatan atau keaktivan. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang
terjadi baik fisik ataupun non-fisik adalah sebuah aktivitas. Sedangkan menurut Sriyono,
aktivitas merupakan segala kegiatan yang dilakukan baik secara jasmani atau rohani. Dari
penjelasan tersebut makan bisa disimpulkan bahwa aktivitas merupakan kegiatan seseorang
yang dilaksanakan baik secara jasmani ataupun rohani atau kegiatan fisik atau nonfisik.
Pengertian aktivitas dan belajar dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan
segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka
mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada
siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi
belajar aktif, seperti yang dikemukakan oleh Rochman Natawijaya dalam Depdiknas
(2005:31). Belajar aktif adalah “Suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan
siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa
perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor”. Keaktifan siswa selama proses
belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk
belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti sering
bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu
menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya.
Dalam kehidupan sehari-hari kita bergaul dengan orang lain. Dalam pergaulan
itu sangat mungkin sekali untuk terjadi sebuah percakapan. Dari percakapan itu
memberikan kesempatan seseorang untuk belajar. Dalam situasi ini seseorang dapat
mendengarkan apa isi dari percakapan tersebut. Seseorang dapat memperoleh
informasi yang sedang dibutuhkan. Maka dari penyerapan informasi ini seseorang
dapat dikatakan sedang melakukan aktivitas belajar.
Dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ada ceramah atau kuliah dari
guru atau dosen. Tugas pelajar atau mahasiswa disini adalah mendengarkan. Tetapi
mendengarkan disini adalahmendengarkan yang didorong oleh kebutuhan, motivasi
dan tujuan tertentu sehingga dapat dikatakan sebagai aktivitas belajar.
b. Memandang
Tidak semua aktivitas mencatat adalah belajar. Mencatat yang dapat dikatakan
sebagai aktivitas belajar adalah ketika orang menyadari kebutuhan dan tujuannya,
seseorang harus tahu apa yang dibutuhkan dan mana yang harus dicatat sehingga
catatan itu nantinya berguna untuk proses belajar selanjutnya.
e. Membaca
Seorang pelajar atau mahasiswa tidak akan terlepas dari kegiatan membaca.
Kebanyakan orang-orang cerdas hobi membaca. Karena dari membaca banyak sekali
pengetahuan uyang dapat diperoleh. Namun lain halnya dengan orang yang membaca
sambil berbaring di tempat tidurnya dengan tujuan agar bisa tertidur.
Membaca semacam ini tidak termasuk belajar. Membaca yang membatu kita
belajar adalah membaca yang efektif, misalnya dengan memulai memperhatikan
judul-judul bab, topik-topik untama yang mengarah kepada kebutuhan dan tujuan.
Sehingga nantinya kita dapat mengetahui maksud dan tujuan yang ingin disampaikan
oleh penulis buku tersebut.
Membaca yang efektif dapat diiringi dengan mencatat hal-hal yang penting.
Kita dapat membuat ikhtisar atau ringkasan-ringkasan yang dapat membantu kita
mengingat kembali materi dari buku yang kita baca dan membantu menemukan
materi yang harus dipelajari kedepannya.
Latihan atu praktik termasuk aktifitas belajar. Orang yang berlatih tetntunya
sudah mempunyai dorongan untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat
mengembangkan suatu aspek pada dirinya.
Dalam berlatih atau paraktik sesuatu terjadi interaksi yang interaktif antara
subjek dan lingkungan. Dalam kegiatan berlatih atau praktik, setiap tindakan subjek
terjadi secara integratif dan terarah ke suatu tujuan. Hasih dari latihan atau praktik itu
sendiri akan berupa pengalaman yang dapat mengubah diri subjek serta
lingkungannya. Artinya lingkungan dalam diri subjek.
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi
antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan
suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing -masing siswa dapat melibatkan
kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan
pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan
prestasi.Aktivitas belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan
perubahan pengetahuan-pengetahuan, nilai-nilai sikap, dan keterampilan pada siswa sebagai
latihan yang dilaksanakan secara sengaja.
Dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan
dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas
yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas
siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif, seperti yang dikemukakan
oleh Rochman Natawijaya dalam Depdiknas, belajar aktif adalah “Suatu sistem belajar
mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional
guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek koqnitif, afektif
danpsikomotor”6.
Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator
adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan
apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti:sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau
mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas
belajar, danlainsebagainya.Keaktivan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan
interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan
mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing –masing siswa
dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa
akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah
pada peningkatan prestasi.
2. Bersifat fungsional
Belajar arti kata adalah menangkap arti kata yang terdapat dalam kata-kata yang
digunakan. Hal ini dikarenakan biasanya siswa mengetahui sebuah kata tetapi tidak
mengetahui maknanya. Belajar Kognitif
2. Belajar Menghafal
3. Belajar Teoritis
4. Belajar Konsep
5. Belajar Kaidah
Belajar kaidah merupakan sebuah proses untuk menghubungkan antar dua konsep
atau lebih sehingga akan terbentuk suatu ketentuan yang mempresentasikan sebuah
keterangan.
6. Belajar Berpikir
Belajar berpikir merupakan aktivitas kognitif yang dilakukan secara mental untuk
menyelesaikan sebuah masalah melalui proses yang abstrak. Proses berfikir ini sama
seperti belajar teoritis, seseorang belajar untuk menyelesaikan masalah. Perbedaanya
hanyalah jika apda belajar teoritis seseorang belajar untuk menyelesaikan masalah dengan
cara mengumpulkan data melalui pengamatan. Pada proses belajar berfikir seseorang
akan dihadapkan pada proses berfikir untuk memecahkan masalah tanpa perlu melakukan
pengamatan dan pengumpulan data.
8. Belajar Estetis
Belajar estetis atau estetika merupakan proses belajar untuk mencipta melalui
penghayatan yang berdasarkan nilai-nilai seni.
Teori Pembelajaran
1. Teori behaviorisme.
2. Teori humanism.
3. Teori kognitivisme.
4. Teori konstruktivisme.