Materi 11

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 28

Konsep Dasar Pembelajaran dan Ciri-Ciri Aktivitas Belajar

A. Landasan Konsep Pembelajaran


a. Filsafat

Proses belajar pada dasarnya melibatkan upaya yang hakiki dalam membentuk dan
menyempurnakan kepribadian manusia dengan berbagai tuntutan dalam kehidupannya.
Secara filosofis belajar berarti mengingatkan kembali pada manusia mengenai makna hidup
yang bisa dilalui melalui proses meniru, memahami, mengamati, marasakan, mengkaji,
melakukan, dan meyakini akan segala sesuatu kebenaran sehingga semuanya memberikan
kemudahan dalam mencapai segala yang dicita-citakan manusia. Belajar diperlukan oleh
individu manusia akan tetapi belajar juga harus dipahami sebagai sesuatu kegiatan dalam
mencari dan membuktikan kebenaran. Harapan para filosofis bahwa dengan belajar maka
segala kebenaran dialam semesta ini bisa dinikmati oleh manusia yang pada akhirnya akan
menyadari manusia bahwa alam semesta ini ada yang menciptakan.

Dengan demikian filsafat apapun yang telah menjadi hasil pikir manusia maka
kaitannya dengan belajar ibarat siklus bahwa dengan filsafat manusia bisa mempelajarai
(belajar) tentang segala sesuatu, dan sebaliknya dengan aktivitas belajar maka pemikiran-
pemikiran tentang belajar terus berkembang dan banyak ditemukan sehingga membawa pada
warna inovasi ide dan pemikiran manusia sepanjang zaman.

b. Psikologis

Perilaku manusia bisa berubah karena belajar, akan tetapi apakah manusia itu
memahami perilakunya sendiri, atau menyadari dia harus berperilaku seperti apa jika berada,
atau dihadapkan dalam situasi dan kondisi yang berbeda. Maka perilaku yang masih dicari
inilah dapat dikaitkan dengan kajian dari ilmu psikologi. Psikologi sebagai ilmu yang
mempelajari gejala kejiwaan yang akhirnya mempelajari produk dari gejala kejiwaaan ini
dalam bentuk perilaku-perilaku yang nampak dan sangat dibutuhkan dalam proses belajar.
Diantara psikologi yang banyak dan memang masih bertahan menjadi landasan pokok dalam
dunia pendidikan dan pembelajaran yaitu psikologi kognitif dan behavioristik.

Disamping masih banyak aliran psikologi lainnya, namun kedua aliran psikologi ini sangat
dominan dalam menentukan arah aktivitas manusia dalam melakukan proses pembelajaran.

c. Sosiologis
Manusia adalah mahluk individu dan sosial, maka melalui belajar individu bisa
mempelajari lawan bersosialisasi, teman hidup bersama dan akhirnya melalui belajar manusia
mampu membangun masayarakat sampai dengan negara dan bangsa. Jika dalam belajar tanpa
arah tujuan pada makna hidup manusia sebagai mahluk sosial, maka belajar akan dijadikan
cara untuk saling menguasai, memusnahkan, karena segala sesuatu yang dipelajari, diketahui
dipahami melalui belajar tidak digunakan dalam menciptakan kondisi kedamaian dunia.
Landasan sosilogis ini sangat penting dalam mengiringi perkembangan inovasi pembelajaran
yang banyak terimbas oleh perubahan zaman yang semakin hedonistik. Maka Pemahaman
akan belajar yang ditinjau dari aspek sosiologis inilah yang sangat dibutuhkan dewasa ini.

d. Komunikasi

Pendidikan dan komunikasi ibarat setali tiga uang, yang satu memberikan pemaknaan
terhadap yang lainnya. Dalam prakteknya proses belajar atau pembelajaran akan
menghasilkan suatu kondisi di mana individu dalam hal ini siswa dan guru, siswa dnegan
siswa atau interaksi yang kompleks sekalipun pasti akan ditemukan suatu proses komunikasi.
Landasan komunikasi ini akan banyak memberikan warna dalam bentuk pendekatan, model,
metode dan strategi pembelajaran, serta pola-pola inovasi pembelajaran. Seperti halnya
landasan ilmiah yang lain komunikasi cukup mampu mempengaruhi peserta didik dalam
mencapai keberhasilan membaca pesan-pesan atau informasi pembelajaran.

Macam ragam pesan baik langsung maupun tidak langsung, bersumber dari media atau
manusia secara langsung pasti akan bisa ditangkap, dipahami, dicerna, diolah dan
didefinisikan dalam memori manusia menjadi bentuk hasil pemahaman belajar. Proses inilah
yang masih berkembang saat ini di dunia riset yaitu bagaimana seorang guru mampu
melakukan variasi komunikasi dalam proses pembelajaran yang tentunya dengan
memperhatikan komponen pembelajran lainnya khususnya peserta didik, dan model
pembelajaran yang digunakan.

1. Konsep Dasar Pembelajaran

Dalam memaknai konsep maka akan berhubungan dengan teori, sedangkan teori akan
berkaitan dengan sesuatu hal yang dipandang secara ilmiah. Jika teori berhubungan dengan
konsep maka dalam uraian tentang konsep dasar pembelajaran akan tertuju pada landasan
ilmiah pembelajaran. Dalam belajar ada yang dinamakan proses pembelajaran. Proses
pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh seorang guru atau pendidik untuk
membelajarkan siswa yang belajar. Oleh karena itu, guru hendaknya berperan dalam
memfasilitasi agar terjadi proses mental emosional siswa tersebut sehingga kemajuan belajar
dapat dicapai dalam proses pembelajaran.

Setelah mengalami proses pembelajaran ada yang dinamakan hasil belajar sebagai
suatu yang ditentukan oleh usaha sesorang dalam melaksanakan kegiatan belajar. Pada
dasarnya, hasil belajar ini ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku secara keseluruhan
baik yang meliputi segi kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Dan hasil belajar ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam  mencapai tujuannya baik  faktor internal maupun
faktor eksternal. Dalam proses pembelajaran harus ada hal yang dapat dijadikan sebagai
motivasi atau dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk
melakukan suatu tindakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

2. Hakikat Belajar

Belajar merupakan aktivitas yang di sengaja  yang di lakukan oleh individu agar
terjadi perubahan kemampuan diri. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan
kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Menurut Sudjana (1989:28),
belajar merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu. Sedangkan belajar
menurut Gagne (1984), adalah suatu proses perubahan perilakunya sebagai akibat dari
pengalaman. Beberapa pengertian belajar yang di pandang dari tujuan dan proses berbagai
pengalaman diantaranya :

a) Belajar merupakan suatu proses, yaitu kegiatan yang berkesinambungan yang di


mulai sejak lahir dan terus berlangsung seumur hidup.

b) Dalam belajar terjadi adanya perubahan tingkah laku yang bersifat relatif
permanen.

c) Hasil belajar ditunjukan dengan aktivitas-aktifitas tingkah laku secara


keseluruhan.

d) Adanya peranan kepribadian dalam proses belajar antara lain aspek motivasi,
emosional, sikap, dan sebagainya.

Dari pengertian tersebut terdapat tiga unsur pokok dalam belajar yaitu:

a) Proses
Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan.
Seorang dikatakan belajar apabila pikiran dan perasaannya aktif. Aktivitas pikiran dan
perasaan itu sendiri tidak dapat di amati orang lain akan tetapi dirasakan oleh yang
bersangkutan sendiri. Guru tidak dapat melihat aktivitas pikiran dan perasaan siswa. Guru
melihat dari kegiatan siswa sebagai aktivitas siswa pikiran dan perasaan siswa sebagai
contoh siswa bertanya ,menanggapi, menjawab pertanyaan, memecahkan persoalan,
melaporkan hasil kerja,membuat rangkuman. Itu semua gejala yang tampak dari aktivitas
mental dan emosional siswa.

b) Perubahan Perilaku

Hasil belajar akan tampak pada perubahan prilaku individu yang belajar.
Seseorang yang belajar akan mengalami perubahan prilaku sebagai akibat kegiatan
belajarnya, pengetahuan dan keterampilannya bertambah, dan penguasaan nilai-nilai dan
skap bertambah pula. Menurut para ahli psikologi tidak semua perubahan perilaku
sebagai hasil belajar. Perubahan prilaku sebagai hasil belajar di klasifikasikan menjadi
tiga domain yaitu:

 Kognitif

 Kognitif meliputi perilaku daya cipta, yaitu berkaitan dengan kemampuan intelektual
manusia, antara lain: kemampuan mengingat (knowledge), memahami
(comprehension), menerapkan (application), menganalisis (analysis) dan
mengevaluasi  (evaluation).

 Afektif

 Afektif berkaitan dengan prilaku daya rasa atau emosional manusia.

 Psikomotorik

 Psikomotorik berkaitan dengan prilaku dan bentuk keterampilan-keterampilan


motorik (gerakan fisik).

c) Pengalaman

Belajar adalah mengalami, dalam arti bahwa belajar terjadi karena individu
berintraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial,
lingkungan fisik adalah lingkungan di sekitar individu baik dalam bentuk alam sekitar
individu baik dalam bentuk alam sekitar (natural) maupun dalam bentuk ciptaan manusia
(cultural). Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang merangsang dan
menantang siswa untuk belajar. Guru yang mengajar tanpa menggunakan alat peraga
tentu kurang merangsang / menantang siswa untuk belajar apalagi bagi siswa SD yang
perkembangan intelektualnya masih membutuhkan alat peraga. Semua lingkungan yang
di perlukan untuk belajar siswa ini akan menjadi bahan belajar dan pembelajaran yang
efektif.

3. Hakikat Pembelajaran

Istilah pembelajaran merupakan perkembangan dari istilah pengajaran, Pembelajaran


adalah suatu upaya yang di lakukan oleh seorang guru atau pendidik untuk membelajarkan
siswa yang belajar dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar untuk
membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Definisi pembelajaran menurut para
ahli :

Gagne dan Briggs (1979:3), Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk
membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun
sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang
bersifat internal.

Zaenal Aqib (2002:41). Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun, meliputi
unsur-unsur manusiawi, materil, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling
mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran serta mempersiapkan peserta didik
menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari dengan mengorganisasi lingkungan  untuk
menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik

Dengan arti lain bahwa pembelajaran merupakan usaha sadar dari guru untuk
membuat siswa belajar sebagai hasil perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar
dengan mendapatkan kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relative lama karena
adanya usaha. Kegiatan pembelajaran bukan lagi sekedar kegiatan, melainkan menyiapkan
pengajaran dan melaksanakan prosedur mengajar dalam pembelajaran tatap muka. Akan
tetapi, kegiatan pembelajaran lebih kompleks lagi jika dilaksanakan dengan pola dan bahan
pembelajaran yang bervariasi. Menurut Modhoifir (1987:30) pada garis besarnya ada tiga
pola pembelajaran :
a) Pola pembelajaran guru dengan siswa tanpa menggunakan alat bantu/bahan
pembelajaran dalam bentuk alat peraga. Pola pembelajaran sangat tergantung pada
kemampuan guru dalam mengingat bahan pembelajaran dan menyampaikan bahan
tersebut secara lisan kepada siswa.
b) Pola (guru + alat bantu)  dengan siswa. Pola pembelajaran ini guru sudah di bantu
oleh berbagai bahan pembelajaran yang disebut alat peraga pembelajaran dalam
menjelaskan dan menerangkan suatu pesan yang bersifat abstrak.
c) Pola (guru) + (media) dengan siswa. Pola pembelajaran ini sudah
mempertimbangkan keterbatasan guru, yang tidak mungkin menjadi satu-satunya
sumber belajar. Guru dapat memanfaatkan berbagai media pembelajaran. Jadi
pola pembelajaran bergantian antara guru dan media interaksi dalam berintraksi
dengan siswa.

Selain pola pembelajaran yang bervariasi, peran guru juga menentukan proses
penyampaian pembelajaran. Menurut Adams & Dickey ( dalam Oemar hamalik, 2005 ),
peran guru sesungguhnya sangat luas, meliputi:

a. Guru sebagai pengajar (teacher as instructor)

b. Guru sebagai pembimbing (teacher as counselor)

c. Guru sebagai ilmuan (teacher as scientist)

d. Guru sebagai pribadi (teacher as person)

Guru harus berperan sebagai motor penggerak terjadinya aktivitas belajar dengan cara
memotivasi siswa (motivator), memfasilitasi belajar (fasilitator), mengorganisasi kelas
(organisator), mengembangkan bahan pembelajaran (developer,desainer), menilai program-
proses-hasil pembelajaran (evaluator), memonitor aktivitas siswa (monitor), dan sebagainya.
Bahkan dalam arti luas, sekolah berubah fungsi menjadi penghubung antar ilmu/teknologi
dengan masyarakat, dan sekolah lebih aktif ikut dalam pembangunan, maka peran guru
menjadi luas.

4. Proses Pembelajaran

Bila semua paradigma masyarakat perguruan tinggi telah memahami dengan baik
tentang proses pembelajaran siswa aktif (Learning how to learn) penyiapan sumber daya
telah di atur dengan baik, dan penyiapan konten yang sudah tersedia dengan baik dan
RPP/SAP yang telah mengatur dengan baik mekanisme proses pembelajaran, maka proses
pembelajaran akan berjalan dengan lebih mudah.

Dalam proses pembelajaran meliputi kegiatan dari membuka sampai menutup


pelajaran, sebagai berikut :

a. Kegiatan  awal, yaitu: melakukan apersepsi, menyampaikan tujuan


pembelajaran, dan bila di anggap perlu memberikan pre-test;

b. Kegiatan inti, yaitu kegiatan utama yang di lakukan guru dalam memberikan
pengalaman belajar, melalui berbagai strategi dan metode yang di anggap
sesuai dengan tujuan dan materi yang akan di sampaikan;

c. Kegiatan akhir, yaitu menyimpulkan kegiatan pembelajaran dan pemberian


tugas atau pekerjaan rumah bila di anggap perlu.

5. Komponen – Komponen Pembelajaran

Komponen merupakan bagian dari suatu sistem yang memiliki peran dalam
keseluruhan berlangsungnya suatu proses pembelajaran untuk mencapai suatu pembelajaran
yang optimal. Jadi, komponen pendidikan adalah bagian-bagian dari sistem proses
pendidikan yang menentukan berhasil atau tidaknya proses pendidikan (Slameto, 2010).
Adapun komponen-komponen tersebut meliputi:

1) Tujuan pendidikan

Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan.
Tidak ada suatu kegiatan yang diprogamkan tanpa tujuan, karena hal itu adalah suatu hal
yang tidak memiliki kepastian dalam menentukan ke arah mana kegiatan itu akan dibawa.
Demikian juga halnya dalam kegiatan belajar mengajar, tujuan adalah suatu cita-cita yang
dicapai dalam kegiatannya. Tujuan merupakan komponen yang dapat mempengaruhi
komponen pengajaran lainnya seperti: bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, pemilihan
metode, alat, sumber dan evaluasi. Semua komponen itu harus bersesuaian dan
didayagunakan untuk mencapai tujuan seefektif dan seefisien mungkin untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan Pendidikan menurut Dimyati, dkk (2009) yaitu :

a) Tujuan pendidikan mengarahkan dan membimbing kegiatan pendidik dan peserta


didik dalam proses pengajaran;
b) Tujuan pendidikan memberikan motivasi kepada pendidik dan peserta didik;
c) Tujuan pendidikan memberikan pedoman dan petunjuk kepada pendidik dalam
rangka memilih dan menentukan metode mengajar atau menyediakan lingkungan
belajar bagi peserta didik;
d) Tujuan pendidikan penting maknanya dalam rangka memilih dan menentukan alat
peraga pendidikan yang akan digunakan; dan
e) Tujuan pendidikan penting dalam menentukan alat/ teknik penilaian pendidik
terhadap hasil belajar peserta didik.

Ada bermacam - macam tujuan pendidikan menurut M. J. Langeveld (Siswoyo, 2007: 26),
yaitu:

a) Tujuan Umum

Tujuan umum adalah tujuan paling akhir dan merupakan keseluruhan/ kebulatan
tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan. Menurut Langeveld tujuan umum atau tujuan
akhir, akhirnya adalah kedewasaan, yang salah asatu cirinya adalah tetap hidup dengan
pribadi mandiri. Dan menurut Hoogveld (Soekarlan, 1969: 29) mendidik itu berarti
membantu manusia agar mampu menunaikan tugas hidupnya secara berdiri sendiri.

b) Tujuan Khusus

Tujuan khusus adalah pengkhususan tujuan umum atas dasar berbagai hal.
Misalnya usia, jenis kelamin, intelegensi, bakat, minat, lingkungan sosial budaya, tahap-
tahap perkembangan, tuntutan persyaratan pekerjaan dan sebagainya.

c) Tujuan Tak Lengkap

Tujuan tak lengkap adalah tujuan yang hanya menyangkut sebagian aspek
kehidupan manusia.Misalnya aspek psikologis, biologis, sosiologis saja. Salah satu aspek
psikologis misalnya hanya mengembangkan emosi dan pikiran saja.

d) Tujuan Sementara

Tujuan sementara adalah tujuan yang hanya dimaksudkan untuk sementara saja,
sedangkan jika tujuan sementara sudah tercapai maka ditinggalkan dan diganti dengan
tujuan yang lain. Misalnya: orang tua ingin agar anaknya berhenti merokok, dengan
dikurangi uang sakunya. Kalau sudah tidak merokok, lalu ditingalkan dan diganti dengan
tujuan lain misalnya agar tidak suka begadang.

e) Tujuan Intermedier

Tujuan intermedier yaitu tujuan perantara bagi tujuan lainnya yang pokok.
Misalnya: anak yang dibiasakan untuk menyapu halaman, maksudnya agar klak ia
mempunyai rasa tanggung jawab. Membiasakan mmbagi-bagi tugas pada anak satu dngan
lainnya juga berarti melatih tanggung jawab dengan maksud agar kelak mereka memiliki
rasa tanggung jawab.

f) Tujuan Insidental

Tujuan insidental yaitu tujuan yang dicapai pada saat-saat tertentu, seketika atau
spontan. Misalnya: pendidik menegur anak yang bermain kasar ketika bermain sepak
bola. Selain itu, orang tua yang menegur anaknya untuk duduk dengan sopan.

Dalam bukunya, Djamarah (2010: 42) mengatakan bahwa suatu tujuan pengajaran
adalah deskripsi tentang penampilan perilaku (performance) peserta didik yang kita harapkan
setelah mereka mempelajari bahan pelajaran yang kita ajarkan peserta didik dapat memahami
dan mengamalkannya.

2) Peserta didik

Menurut Hamalik, (2004), peserta didik adalah salah satu komponen dalam
pengajaran dapat dikatakan bahwa peserta didik adalah komponen yang terpenting diantara
kelompok lainnya. Pada dasarnya peserta didik adalah unsur penentu dalam proses belajar
mengajar. Tanpa adanya peserta didik, sesungguhnya tidak akan terjadi proses pengajaran.
Tanpa adanya peserta didik, pendidik tak akan mungkin mengajar. Sehingga peserta didik
adalah komponen yang penting dalam hubungan proses belajar mengajar ini.            

Menurut J. Locke berpandangan bahwa jiwa anak bagaikan tabu rasa, sebuah meja
lilin yang dapat ditulis dengan apa saja bagaimana keinginan si pendidik. Sedangkan menurut
J.J. Rousseau memandang anak sebagai seseorang yang memiliki jiwa yang bersih dan karena
lingkungan maka ia jadi kotor. Berbeda dengan pandangan di atas maka menurut psikologi
modern, anak adalah suatu organisme yang hidup, yang mereaksi, berbuat, dan sebagainya,
yang memiliki suatu kebutuhan, minat, kemampuan, dan masalah-masalah tertentu. Tujuan
mengenal peserta didik dengan maksud agar pendidik dapat membantu pertumbuhan dan
perkembangannya secara efektif. Mengenal dan memahami peserta didik sangat penting agar
pendidik dapat menentukan bahan-bahan yang akan diberikan, menggunakan prosedur belajar
yang serasi, mengadakan diagnosis atas kesulitan.

3) Pendidik

Sebelum memulai tugasnya, pendidik harus terlebih dahulu mempelajari kurikulum


dan memahami program pendidikan yang sedang dilaksanakan. Hal – hal yang harus
dipersiapkan pendidik setiap akan mengajar yaitu :

a. Membuat persiapan mengajar dalam rangka melaksanakan sebagian dari


rencana bulanan dan rencana tahunan. Karena itu pendidik harus memahami
benar tentang tujuan pengajaran, cara merumuskan tujuan mengajar, memilih
dan menentukan metode mengajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
b. Memahami bahan pelajaran sebaik mungkin dengan menggunakan berbagai
sumber.
c. Memilih, menentukan dan menggunakan alat peraga,

Dengan melaksanakan tugasnya, ia perlu mengadakan kerja sama dengan orang tua
peserta didik, dengan badan-badan kemasyarakatan dan sekali-sekali membawa peserta didik
mengunjungi objek-objek yang perlu diketahui peserta didik (Slameto, 2010). Selain itu
pendidik memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, seperti yang
dikemukakan oleh Adams dan Dickey bahwa peran pendidik sesungguhnya sangat luas,
meliputi:

a. Pendidik Sebagai Pengajar

Pendidik bertugas memberikan pengajaran di dalam kelas.Dengan


menyampaikan pelajaran agar peserta didik memahami dengan baik semua pengetahuan
yang telah disampaikan. Selain itu pendidik harus berusaha agar terjadi perubahan sikap,
keterampilan, kebiasaan, hubungan sosial, apresiasi, dan sebagainya terhadap peserta
didik melalui pengajaran yang diberikan.

b. Pendidik Sebagai Pembimbing

Pendidik berkewajiban memberikan bantuan kepada peserta didik agar mereka


mampu menemukan masalahnya sendiri, memecahkan masalahnya sendiri, mengenal
dirinya sendiri, dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.Pendidik perlu memahami
dengan baik tentang teknik bimbingan kelompok, penyuluhan individual, teknik
mengumpulkan keterangan, teknik evaluasi, statistik penelitian, psikologi kepribadian,
dan psikologi belajar.

c. Pendidik Sebagai Pemimpin

Pendidik berkewajiban mengadakan supervisi atas kegiatan belajar peserta didik,


dengan membuat rencana pengajaran bagi kelasnya;  mengadakan manajemen belajar
sebaik-baiknya; melakukan manajemen kelas; mengatur disiplin kelas secara demokratis.
Pendidik juga harus mempunyai jiwa kepemimpinan yang baik, seperti hubungan sosial,
kemampuan berkomunikasi, ketenagaan, ketabahan, humor, tegas, dan bijaksana.

d. Pendidik Sebagai Ilmuwan

Pendidik dipandang sebagai orang yang berpengetahuan. Pendidik bukan saja


berkewajiban menyampaikan pengetahuan yang dimilikinya kepada peserta didik, tetapi
juga berkewajiban mengembangkan pengetahuan itu dan terus-menerus memupuk
pengetahuan yang telah dimilikinya.

e. Pendidik Sebagai Pribadi

Sebagai pribadi, setiap pendidik harus memiliki sifat-sifat yang disenangi oleh
peserta didiknya, oleh orang tua, dan oleh masyarakat. Sifat-sifat itu sangat diperlukan
agar pendidik dapat melaksanakan pengajaran secara efektif.

f. Pendidik Sebagai Penghubung

Sekolah berdiri diantara dua kewajiban, yakni kewajiban untuk mengemban tugas
menyampaikan dan mewariskan ilmu, teknologi, dan kebudayaan yang terus menerus
berkembang, dan keajiban untuk menampung aspirasi, masalah, kebutuhan, minat, dan
tuntutan masyarakat. Di antara kedua kewajiban tersebut disinilah pendidik memegang
peranannya sebagai pelaksana.

g. Pendidik Sebagai Pembaharu

Pendidik memegang peranan sebagai pembaharu, oleh karena melalui kegiatan


pendidik penyampaian ilmu dan teknologi, contoh-contoh yang baik dan lain-lain maka
akan menanamkan jiwa pembaruan di kalangan peserta didik.
h. Pendidik Sebagai Pembangunan

Sekolah turut serta memperbaiki masyarakat dengan jalan memecahkan masalah-


masalah yang dihadapi oleh masyarakat dan dengan  turut melakukan kegiatan-kegiatan
pembangunan yang sedang dilaksanakan oleh masyarakat itu. Pendidik baik secara
pribadi dan professional dapat menggunakan setiap kesempatan yang ada untuk
membantu berhasilnya rencana pembangunan masyarakat.

Meier (2002: 103 ) mengemukakan bahwa semua pembelajaran manusia pada


hakekatnya mempunyai empat unsur, yakni persiapan (preparation), penyampaian
(presentation), pelatihan (Practice), penampilan hasil (performance).

1. Persiapan (Preparation)

Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan peserta belajar untuk belajar.


Tanpa itu, pembelajaran akan lambat dan bahkan dapat berhenti sama sekali. Namun karena
terlalu bersemangat untuk mendapat materi, tahap ini sering diabaikan, sehingga mengganggu
pembelajaran yang baik. Persiapan pembelajaran itu seperti mempersiapkan tanah untuk
ditanami benih. Jika dilakukan dengan benar, niscaya menciptakan kondisi yang baik untuk
pertumbuhan yang sehat.

Demikian juga dalam pembelajaran jika persiapan matang sesuai dengan karakteristik
kebutuhan, materi, metode, pendekatan, lingkungan serta kemampuan guru, maka hasilnya
diasumsikan akan lebih optimal. Tahap ini penting mengingat bahwa untuk medekati situasi
belajar, misalnya, pesertabelajar harus menghadapi segala macam rintangan yang potensial
dapat mengganggu. Seperti tidak merasakan adanya manfaat, takut gagal, benci pada topik
pelajaran, dipaksa hadir, merasa sudah tahu, dan merasa bosan. Semua rintangan ini dan yang
lainnya dapat menyebabkan stress, beban otak dan kemerosotan dalam kemampuan belajar.

Berdasarkan hal diatas, maka tujuan tahap persiapan adalah untuk menimbulkan
minat peserta belajar, memberi mereka perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang
akan datang dan menempatkannya dalam situasi optimal untuk belajar. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan memberikan sugesti positif, memberikan pernyataan yang memberi
manfaat, memberikan tujuan yang jelas dan bermakna. Tahap ini juga bertujuan
membangkitkan rasa ingin tahu, menciptakan lingkungan fisik, emosional, sosial yang positif.
Menenangkan rasa takut, menyingkirkan hambatan belajar, banyak bertanya dan
mengemukakan berbagai masalah, merangsang rasa ingin tahu dan mengajak belajar penuh
dari awal. Banyak orang mempunyai perasaan negatif tentang belajar. Kenangan tak sadar
mereka mengaitkan belajar dengan rasa sakit, terhina, terkurung dan sebagainya. Jika mereka
tidak menggantikan sugesti negatif ini dengan yang positif, maka pembelajaran mereka akan
terhalang.

2. Penyampaian (Presentation)

Tahap penyampaian dalam siklus pembelajaran dimaksudkan untuk memepertemukan


peserta belajar dengan materi belajar yang mengawali proses belajar secara positif dan
menarik. Presentasi berarti pertemuan, dimana fasilitator dapat memimpin, tetapi peserta
belajar yang harus menjalani pertemuan itu. Pembelajaran berasal dari keterlibatan aktif dan
penuh seorang peserta belajar dengan pelajaran, dan bukan dari mendengarkan presentasi
guru atau dosen saja.

Belajar adalah menciptakan pengetahuan, bukan menelan informasi, maka presentasi


dilakukan semata-mata untuk mengawali proses belajar dan bukan untuk dijadikan fokus
utama. Tahap penyampaian dalam belajar bukan hanya sesuatu yang dilakukan fasilitator,
melainkan sesuatu yang secara aktif melibatkan peserta belajar dalam menciptakan
pengetahuan disetiap langkahnya. Sedangkan tujuan tahap penyampaian adalah membantu
peserta belajar menemukan materi belajar yang baru dengan cara yang menarik,
menyenangkan, relevan, melibatkan penca indra dan cocok untu semua gaya belajar.

Hal ini dapat dilakukan melalui uji coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan,
pengamatan fenomena dunia nyata, pelibatan seluruh otak dan tubuh peserta belajar. Selain
itu dapat dilakukan dengan presentasi interaktif, melalui aneka macam cara yang disesuaikan
dengan seluruh gaya belajar termasuk melalui proyek belajar berdasarkan-kemitraan dan
berdasarkan tim, pelatihan menemukan, atau dengan memberi pengalaman belajar didunia
nyata yang kontekstual serta melalui pelatihan memecahkan masalah.

3. Latihan (Practice)

Tahap latihan ini dalam siklus pembelajaran berpengarruh terhadap 70% atau lebih
pengalaman belajar keseluruhan. Dalam tahap inilah pembelajaran yang sebenarnya
berlangsung. Bagaimanapun, apa yang dipikirkan dan dikatakan serta dilakukan
pembelajaran yang menciptakan pembelajaran dan bukan apa yang dipikirkan, dikatakan, dan
dilakukan oleh instruktur atau pendidik. Peranan instruktur atau pendidik hanyalah
memprakarsai proses belajar dan menciptaan suasana yang mendukung kelancaran pelatihan.
Dengan kata lain tugas instruktur atau pendidik adalah menyusun konteks tempat peserta
belajar dapat menciptakan isi yang bermakna mengenai materi belajar yang sedang dibahas.

Peranan instruktur adalah mengajak peserta belajar yang baru dengan cara yang dapat
membantu mereka memadukannya kedalam struktur pengetahuan makna dan keterampilan
internal yang tertanam di dalam dirinya. Membangun struktur makna yang baru dari
pengalaman dapat mengambil dari berbagai bentuk dan pengalaman belajar sebelumnya.
Yang terbaik adalah jika hal ini melibatkan seluruh aspek sistem tubuh atau pikiran.

Tujuan tahap pelatihan adalah membantu peserta belajar mengintegrasikan dan


menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Seperti aktifitas
pemrosesan, permainan dalam belajar, aktifitas pemecahan masalah dan refleksi dan
artikulasi individu, dialog berpasangan atau kelompok, pengajaran dan tinjauan kolaboratif
termasuk aktifitas praktis dalam membangun keterampilan lainnya. Dalam hal ini Rose&J.
Nicholl, (1997) telah banyak menyentuhnya dalam upaya memberikan perlakukan (treatment)
tertentu untuk mempercepat belajar seseorang.

4. Penampilan Hasil (Performance)

Belajar adalah proses mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan


menjadi pemahaman, pemahaman menjadi kearifan dan kearifan menjadi tindakan. Nilai
setiap program belajar terungkap hanya dalam tahap ini. Namun banyak yang mengabaikan
tahap ini. Padahal ini sangat penting disadari bahwa tahap ini merupakan satu kesatuan
dengan keseluruhan proses belajar.

Tujuan tahap penampilan hasil ini adalah untuk memastikan bahwa pembelajaran
tetap melekat dan berhasil diterapkan. Setelah mengalami tiga tahap pertama dalam siklus
pembelajaran, kita perlu memastikan bahwa orang melaksanakan pengetahuan dan
keterampilan baru mereka pada pekerjaan mereka, nilai-nilai nyata bagi diri mereka sendiri,
organisasi dan klien organisasi.

Tujuan tahap penampilan hasil adalah membantu peserta belajar menerapkan dan
memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil
belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat seperti; penerapan di dunia
maya dalam tempo segera, penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi, dan aktifitas penguatan
penerapan. Pelatihan terus menerus, usaha balik dan evaluasi kerja aktivitas dukungan kawan,
perubahan organisasi lingkungan yang mendukung.

Dengan demikian sejalan dengan konsep pembelajaran yang berkembang, maka


hakekat inovasi pembelajaran dapat ditelusuri dari keempat unsur tersebut. Artinya jika
keempat unsur tersebut ada, maka pembelajaran dapat dikatakan berlangsung. Persoalannya
dalam dunia pendidikan di persekolahan banyak yang menyalahi proses ini. Padahal jika
salah satu dari empat tahap tersebut tidak ada, maka belajarpun cenderung merosot atau
terhenti sama sekali. Pembelajaran akan tergangu jika peserta belajar tidak terbuka dan tidak
siap untuk belajar, tidak menyadari manfaat belajar untuk diri sendiri, tidak memiliki minat,
atau terhambat oleh rintangan belajar. Mengenai rintangan ini, banyak orang yang
menyimpan perasaan negatif mengenai belajar tanpa menyadarinya.

Berdasarkan pengalaman masa lalu, mereka mungkin mengaitkan situasi belajar


formal dengan pengurungan, kebosanan, hal-hal yang tidak relevan, rasa takut dipermalukan,
dan stress. Jika rintangan-rintangan ini tidak diatasi, maka belajar cepat dan efektif akan
terhenti sebelum dimulai. Pembelajaran juga akan terganggu jika orang tidak memperoleh
pengetahuan dan keterampilan baru dalam cara yang bermakna bagi mereka dan yang
melibatkan diri mereka sepenuhnya. Jika mereka diperlakukan sebagai konsumen pasif dan
bukan kreator aktif dalam proses belajar, kegiatan belajar mereka akan berjalan pincang atau
malah terhenti. Hal yang sama terjadi jika gaya belajar pribadi seseorang tidak diperhatikan
dalam tahap penyampaian.

B. Ciri-Ciri Belajar
 Ciri-ciri belajar diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Perubahan yang Terjadi Secara Sadar

Ini berarti individu yang belajar menyadari terjadiya perubahan itu atau sekurang
kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya perubahan dalam diriya.

b. Perubahan dalam Belajar Bersifat Fungsional

Sebagai hasil belajar, perubaha yang terjadi dalam diri idividu berlangsug terus
menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubaha
berikutnya da akan menyebabka perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan
atau proses belajar berikutnya.

c. Perubahan dalam Belajar Bersifat Positif dan Aktif

Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tertuju


untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumya. Dengan demikian, makin
banyak usaha belajar dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang
dipseroleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi
dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri.

d. Perubahan Belajar Bukan Bersifat Sementara

Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menatap atau permanen . Ini
berarti bahwa tingkah laku yag terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.

e. Perubahan dalam Belajar Bertujuan dan Terarah

Ini berarti bahwa perubaha  tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan
dicapai. Perubahan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yag benar-benar disadari.

f. Perubahan Mencakup Seluruh Aspek Tingkah Laku

Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi
perubahak keseluruhan tingkah laku.

 Jenis-jenis belajar adalah sebagai berikut :


a. Belajar Abstrak

Belajar abstrak adalah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak.


Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemacahan masalah-masalah yang
tidak nyata. Dalam mempelajari hal-hal yang abstrak, akal menduduki peran penting
dalam pemecahan masalahnya disamping penguasaan konsep, prinsip dan generalisasi.
Yang termasuk dalam jenis belajar abstrak mislanya belajar matematika, kimia,
kosmografi, astronomi dan tauhid.

b. Belajar Keterampilan
Belajar keterampilan adalah belajar yang menggunakan gerakan-gerakan motorik
yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot. Tujuannya adalah
memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu. Yang termasuk jenis belajar
keterampilan misalnya belajar olahraga, musik, menari, melukis, memperbaiki benda-
benda elektronik, dan sebagian materi pelajaran agama, seperti ibadah sholat dan haji.

c. Belajar Pemecahan Masalah

Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode-


metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur dan teliti. Tujuannya untuk
memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara
rasional, lugas, dan tuntas.

d. Belajar Rasional

Belajar rasional adalah belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara


logis dan rasional. Tujuannya ialah untuk memperoleh aneka ragam kecakapan
menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep. Jenis belajar ini sangat erat kaitanya
dengan belajar pemecahan masalah.

e. Belajar Apresiasi

Belajar apresiasi adalah belajar mempertimbangkan (judgment) arti penting atau


nilai suatu objek. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh dan mengembangkan
kecakapan ranah rasa (affective skills). Yang dalam hal ini kemampuan menhargai secara
tepat terhadap nilai objek tertentu misalnya apresiasi sastra, apresiasi musik, dan
sebagainya.

f. Belajar Pengetahuan

Belajar pengetahuan adalah belajar dengan cara melakukan penyelidikan


mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Studi ini juga dapat diartikan sebagai
sebuah program belajar terencana untuk menguasai materi pelajaran dengan melibatkan
kegiatan investigasi dan eksperimen (Reber, 1998). Tujuan belajar pengetahuan adalah
agar siswa memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan
tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya,
misalnya dengan menggunakan alat-alat laboratorium dan penelitian lapangan.
g. Belajar Arti Kata

Belajar arti kata maksudnya adalah orang mulai menangkap arti yang terkandung
dalam kata-kata yang digunakan. Pada mulanya suatu kata sudah dikenal, tetapi belum
tahu artinya. Setiap pelajar atau mahasiswa pasti belajar arti kata-kata tertentu yang
belum diketahui. Tanpa hal ini, maka sukar menggunakannya. Kalaupun dapat
menggunakannya, tak urung ditemukan kesalahan penggunaan. Mengerti arti kata-kata
merupakan dasar terpenting. Orang yang membaca akan mengalami kesukaran untuk
memahami isi bacaan, karena ide-ide yang terpatri dalam suatu kata atau kalimat hanya
dapat dipahami dengan mengerti arti setiap kata. Dengan kata-kata itulah, para penulis
atau pengarang melukiskan ide-idenya kepada sidang pembaca. Oleh karena itu,
penguasaan arti kata-kata adalah penting dalam belajar.

h. Belajar Kognitif

Tak dapat disangkal bahwa belajar kognitif bersentuhan dengan masalah mental.
Objek-objek yang diamati dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan,
atau lambang yang merupakan sesuatu bersifat mental. Dalam belajar kognitif, objek-
objek yang ditanggapi tidak hanya bersifat materiil, tetapi juga yang bersifat tidak
materiil. Objek-objek yang bersifat materiil misalnya: orang, binatang, bangunan,
kendaraan, perabotan rumah tangga, dan tumbuh-tumbuhan. Objek-objek yang bersifat
tidak materiil misalnya, ide kemajuan, keadilan, perbaikan, pembangunan, dan
sebagainya. Belajar kognitif penting dalam belajar. Dalam belajar, seseorang tidak bisa
melepaskan diri dari belajar kognitif. Mana bisa kegiatan mental tidak berproses ketika
memberikan tanggapan terhadap objek-objek yang diamati. Sedangkan belajar itu sendiri
adalah proses mental yang bergerak ke arah perubahan.

i. Belajar Menghafal

Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan suatu materi verbal di dalam


ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksikan kembali secara harfiah, sesuai dengan
materi yang asli. Dalam menghafal, ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan, yaitu
mengenai tujuan, pengertian, perhatian, dan ingatan. Efektif tidaknya dalam menghafal
dipengaruhi oleh syarat-syarat tersebut. Menghafal tanpa tujuan menjadi tidak terarah,
menghafal tanpa pengertian menjadi kabur, menghafal tanpa perhatian menjadi kacau,
dan menghafal tanpa ingatan menjadi sia-sia.
j. Belajar Teoritis

Bentuk belajar ini bertujuan untuk menempatkan semua data dan fakta
(pengetahuan) dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat dipahami dan
dapat digunakan untuk memecahkan masalah, seperti yang terjadi dalam bidang studi
ilmiah, maka diciptakan konsep-konsep, relasi-relasi diantara konsep-konsep dan
struktur-struktur hubungan, sekaligus dikembangkan metode-metode untuk memecahkan
masalah-masalah secara efektif dan efisien, misalnya dalam penelitian fisika.

k. Belajar Konsep

Konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-
ciri yang sama. Orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap
objek-objek yang dihadapi, sehingga objek ditempatkan dalam golongan
tertentu.       Konsep dibedakan atas konsep konkret dan konsep yang harus didefinisikan.
Konsep konkret adalah pengertian yang menunjukkan objek-objek dalam lingkungan
fisik. Konsep ini mewakili benda tertentu, misalnya, meja, kursi, tumbuhan, mobil, dan
sebagainya. Konsep yang harus didefinisikan adalah konsep yang mewakili realitas hidup,
tetapi tidak langsung menunjuk pada realitas dalam lingkungan hidup fisik, karena
realitas itu tidak berbadan. Hanya dirasakan adanya melalui proses mental.

l. Belajar Kaidah

Kaidah adalah suatu pegangan yang tidak dapat diubah-ubah. Kaidah merupakan
suatu representasi (gambaran) mental dari kenyataan hidup dan sangat berguna dalam
mengatur kehidupan sehari-hari. Hal ini berarti bahwa kaidah merupakan suatu
keteraturan yang berlaku sepanjang masa. Oleh karena itu, belajar kaidah sangat penting
bagi seseorang sebagai salah satu upaya penguasaan ilmu selama belajar di sekolah atau
perguruan tinggi.

Belajar  kaidah merupakan jenis dari belajar kemahiran intelektual, yang


dikemukakan oleh Gagne. Belajar kaidah adalah bila dua konsep atau lebih dihubungkan
satu sama lain, terbentuk suatu ketentuan yang merepresentasikan suatu keteraturan.

 Orang yang telah mempelajari suatu kaidah, mampu menghubungkan beberapa


konsep. Selama belajar disekolah atau di perguruan tinggi, seseorang akan menemukan
kaidah-kaidah. Hal ini harus dipunyai untuk kemajuan belajar.
 Hasil Belajar

Ada tiga ranah hasil belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Ada 7
tingkatan untuk aspek kognitif, yaitu: (1) Pengetahuan, (2) Pemahaman, (3) Pengertian,
(4) Aplikasi, (5) Analisa , (6) Sintesa, (7) Evaluasi. Pada dasarnya proses belajar ditandai
dengan perubahan tingkah laku secara keseluruhan baik yang menyangkut segi kognitif,
afektif, maupun psikomotor.

C. Aktivitas Belajar

Menurut KBBI Kemendikbud (online), Belajar merupakan suatu upaya yang


dilakukan untuk memperoleh kepandaian dan ilmu. Pengertian yang kedua belajar adalah
berlatih dan pengertian yang ketiga menjelaskan bahwa belajar adalah perubahan tingkah
laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Skinner dikutip dari Karyatulisku
menyebutkan bahwa belajar merupakan suatu perilaku pada saat orang belajar, maka
responnya akan menjadi lebih baik.

Slameto (2010) dikutip dari Karyatulisku menyebutkan bahwa belajar merupakan


proses upaya yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan pengetahuan atau tingkah laku
yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalamannya sendiri sebagai hasil interaksi
dengan lingkungan sekitarnya. Howard L. Kingkey berpendapat bahwa belajar merupakan
proses dimana perilaku dapat diubah melalui proses atau latihan. Berdasarkan pengertian-
pengertian belajar diatas maka bisa disimpulkan bahwa belajar merupakan sebuah proses
yang dilakukan oleh individu untuk mendapatkan pengetahuan, pengalaman, yang
berlangsung melalui interaksi atau latihan dalam lingkungan sekitarnya.

 Pengertian aktivitas menurut para ahli :

Beberapa ahli menjelaskan pengertian aktivitas. Berikut ini adalah penjelasannya.

1. Sadirman (2006 : 100) Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik ataupun
mental.

2. Hamalik (2009 : 190) Aktivitas belajar adalah kegiatan yang dilakukan siswa dalam
kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan pembahasan mengenai definisi aktivitas sendiri, belajar sendiri dan


aktivitas belajar menurut beberapa ahli maka bisa diambil kesimpulan bahwa aktivitas belajar
adalah sebuah proses kegiatan individu baik fisik atau non-fisik yang dilakukan dengan
tujuan untuk mendapatkan perubahan ke arah yang lebih baik (mendapat pengetahuan dan
pengalaman).

Aktivitas belajar berasal dari dua kata yakni aktivitas dan belajar. Kali ini kami akan
mencoba untuk menjelaskan satu per satu kata terlebih dahulu. Menurut KBBI
Kemendikbud (online), Aktivitas adalah suatu kegiatan, kegiatan atau kerja yang dilakukan
dalam tiap-tiap bagan perusahaan. Sedangkan beberapa ahli juga telah mendefinisikan
aktifitas, diantaranya Anton M. Mulyono mengungkapkan bahwa aktivitas merupakan
kegiatan atau keaktivan. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang
terjadi baik fisik ataupun non-fisik adalah sebuah aktivitas. Sedangkan menurut Sriyono,
aktivitas merupakan segala kegiatan yang dilakukan baik secara jasmani atau rohani. Dari
penjelasan tersebut makan bisa disimpulkan bahwa aktivitas merupakan kegiatan seseorang
yang dilaksanakan baik secara jasmani ataupun rohani atau kegiatan fisik atau nonfisik.

Pengertian aktivitas dan belajar dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan
segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka
mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada
siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi
belajar aktif, seperti yang dikemukakan oleh Rochman Natawijaya dalam Depdiknas
(2005:31). Belajar aktif adalah “Suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan
siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa
perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor”. Keaktifan siswa selama proses
belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk
belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti sering
bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu
menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya.

 Berikut ini dikemukakan beberapa contoh aktivitas belajar.


a. Mendengarkan

Dalam kehidupan sehari-hari kita bergaul dengan orang lain. Dalam pergaulan
itu sangat mungkin sekali untuk terjadi sebuah percakapan. Dari percakapan itu
memberikan kesempatan seseorang untuk belajar. Dalam situasi ini seseorang dapat
mendengarkan apa isi dari percakapan tersebut. Seseorang dapat memperoleh
informasi yang sedang dibutuhkan. Maka dari penyerapan informasi ini seseorang
dapat dikatakan sedang melakukan aktivitas belajar.

Dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ada ceramah atau kuliah dari
guru atau dosen. Tugas pelajar atau mahasiswa disini adalah mendengarkan. Tetapi
mendengarkan disini adalahmendengarkan yang didorong oleh kebutuhan, motivasi
dan tujuan tertentu sehingga dapat dikatakan sebagai aktivitas belajar.

b. Memandang

Setiap aktivitas yang berhubungan dengan visual dapat memberi kesempatan


bagi seseorang untuk belajar. Dalam kehidupan sehari-hari banyak hal yang dapat kita
pandang, akan tetapi tidak semua pandangan atau penglihatan kita adalah belajar.
Meskipun pandangan kita tertuju pada suatu objek visual, apabila dalam diri kita tidak
terdapat kebutuhan, motivasi serta tujuan tertentu, maka pandangan yang demikian
tidak termasuk belajar.

Alam sekitar kita memberikan banyak sekali objek-objek yang memberi


kesempatan untuk belajar. Apabila kita memandang segala sesuatu dengan tujuan
tertentu yang menambah pengetahuan kita, maka hal demikian dapat dikatakan
belajar.

c. Meraba, membau dan Mencicipi/Mengecap

Aktivitas Meraba, membau dan Mencicipi/Mengecap merupakan aktivitas


sensoris seperti halnya mendengar dan memandang. Gula rasanya manis, kopi tanpa
gula rasanya pahit, dari mana kita tahu rasa gula dan kopi,di dinilah seseorang
memperoleh kesempatan belajar dengan cara  Meraba, membau dan
Mencicipi/Mengecap dengan tujuan mengetahui rasa gula yang manis dan kopi dan
pahit. Dengan begitu mengecap dapat dikatakan belajar apabila aktivitas-aktivitas itu
didorong oleh kebutuhan, motivasi untuk mencapai tujuan tertentu untuk
mendapatkan pengetahuan menganai suatu hal.

d. Menulis atau Mencatat

Setiap aktivitas pengindraan kita yang bertujuan, akan memberikan kesan-


kesan yang berguna untuk proses belajar yang selanjutnya. Material atau objek yang
ingin kita pelajari lebih lanjut harus memberi kemungkinan untuk diingat dan
dipraktekkan.  Beberapa material diantaranya terdapat di dalam buku, di kelas
ataupun catatan yang kita buat sendiri. Kita dapat membuat catatan dari setiap buku
yang kita pelajari untuk dibuka kembali ketika kita mulai lupa.

Tidak semua aktivitas mencatat adalah belajar. Mencatat yang dapat dikatakan
sebagai aktivitas belajar adalah ketika orang menyadari kebutuhan dan tujuannya,
seseorang harus tahu apa yang dibutuhkan dan mana yang harus dicatat sehingga
catatan itu nantinya berguna  untuk proses belajar selanjutnya.

e. Membaca

Seorang pelajar atau mahasiswa tidak akan terlepas dari kegiatan membaca.
Kebanyakan orang-orang cerdas hobi membaca. Karena dari membaca banyak sekali
pengetahuan uyang dapat diperoleh. Namun lain halnya dengan orang yang membaca
sambil berbaring di tempat tidurnya dengan tujuan agar bisa tertidur.

Membaca semacam ini tidak termasuk belajar. Membaca yang membatu kita
belajar adalah membaca yang efektif, misalnya dengan memulai memperhatikan
judul-judul bab, topik-topik untama yang mengarah kepada kebutuhan dan tujuan.
Sehingga nantinya kita dapat mengetahui maksud dan tujuan yang ingin disampaikan
oleh penulis buku tersebut.

Membaca yang efektif dapat diiringi dengan mencatat hal-hal yang penting.
Kita dapat membuat ikhtisar atau ringkasan-ringkasan yang dapat membantu kita
mengingat kembali materi dari buku yang kita baca dan membantu menemukan
materi yang harus dipelajari kedepannya.

f. Berlatih atau Praktik

Latihan atu praktik termasuk aktifitas belajar. Orang yang berlatih tetntunya
sudah mempunyai dorongan untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat
mengembangkan suatu aspek pada dirinya.

Dalam berlatih atau paraktik sesuatu terjadi interaksi yang interaktif antara
subjek dan lingkungan. Dalam kegiatan berlatih atau praktik, setiap tindakan subjek
terjadi secara integratif dan terarah ke suatu tujuan. Hasih dari latihan atau praktik itu
sendiri akan berupa pengalaman yang dapat mengubah diri subjek serta
lingkungannya. Artinya lingkungan dalam diri subjek.

D. Ciri Ciri Aktivitas Belajar

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi
antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan
suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing -masing siswa dapat melibatkan
kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan
pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan
prestasi.Aktivitas belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan
perubahan pengetahuan-pengetahuan, nilai-nilai sikap, dan keterampilan pada siswa sebagai
latihan yang dilaksanakan secara sengaja.

Dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan
dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas
yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas
siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif, seperti yang dikemukakan
oleh Rochman Natawijaya dalam Depdiknas, belajar aktif adalah “Suatu sistem belajar
mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional
guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek koqnitif, afektif
danpsikomotor”6.

Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator
adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan
apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti:sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau
mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas
belajar, danlainsebagainya.Keaktivan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan
interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan
mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing –masing siswa
dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa
akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah
pada peningkatan prestasi.

 Jenis Aktivitas Belajar Siswa


Berdasarkan pengetahuan tentang prinsip-prinsip diatas, diharapkan kepada guru
untuk dapat mengembangkan aktivitas siswa. Menurut Zulfikri , jenis-jenis aktivitas yang
dimaksud dapat digolongkan menjadi: (1).Visual Activities, yaitu segala kegiatan yang
berhubungan dengan aktivitas siswa dalam melihat, mengamat, dan memperhatikan.(2).Oral
Activities, yaitu aktivitas yang berhubungan dengan kemampuan siswa dalam mengucapkan,
melafazkan, dan berfikir.(3).Listening Aktivities, aktivitas yang berhubungan dengan
kemampuan siswa dalam berkonsentrasi menyimak pelajaran.(4).Motor Activities, yakni
segala keterampilan jasmani siswa untuk mengekspresikan bakat yang dimilikinya

 Ciri-ciri siswa aktif dalam belajar:

1. Sering bertanya kepada guru atau siswa lain

2. Mau mengerjakan tugas yang diberikan guru

3. Mampu menjawab pertanyaan

4. Senang diberi tugas belajar

5. Berani maju ke depan kelas tanpa disuruh oleh guru

6. Siswa berbuat sesuatu untuk memahami materi pembelajaran

7. Pengetahuan dipelajari, dialami, dan ditemukan oleh siswa

8. Mencoba sendiri konsep-konsep

9. Siswa mengomunikasikan hasil pemikirannya.

Selanjutnya Rusman (2015-7) menjelaskan bahwa ciri-ciri aktivitas yang termasuk


belajar adalah sebagai berikut :

 Ciri-ciri aktivitas belajar :

1. Terjadi secara sadar

2. Bersifat fungsional

3. Positif dan aktif

4. Tidak bersifat sementara


5. Memiliki tujuan dan terarah

6. Meliputi semua aspek tingkah laku.

Berdasarkan ciri-ciri tersebut, kemudian Rusman membedakan aktivitas belajar


menjadi beberapa jenis. Rusman mengungkapkan bahwa aktivitas belajar memiliki beberapa
jenis, yaitu :

 Jenis-Jenis Aktivitas Belajar

1. Belajar Arti Kata

Belajar arti kata adalah menangkap arti kata yang terdapat dalam kata-kata yang
digunakan. Hal ini dikarenakan biasanya siswa mengetahui sebuah kata tetapi tidak
mengetahui maknanya. Belajar Kognitif

Belajar kognitif merupakan proses bagaimana menghayati, mengorganisasi dan


mengulang informasi mengenai sebuah masalah, peristiwa, objek dan usaha untuk bisa
menghadirkan kembali hal tersebut melalui tanggapan, gagasan, atau lambang yang berupa
kata-kata atau kalimat. Belajar kognitif ini sangat berkaitan erat dengan masalah mental.

2. Belajar Menghafal

Menghafal adalah mengingat. Belajar menghafal merupakan suatu proses untuk


mengingat informasi yang sebelumnya sudah disimpan.  Maka dalam proses menghafal
ini ada proses menyimpan, dan proses mengingat. Ciri dari proses menghafal adalah
adanya sebuah pesan yang tersimpan di dalam otak.

3. Belajar Teoritis

Belajar teoritis merupakan kegiatan belajar untuk menyusun kerangka fikiran


yang dapat menjelaskan fenomena ataupun masalah tertentu. Belajar teoritis ini akan
memungkinkan siswa untuk belajar menyusun kerangka dalam menyelesaikan suatu
masalah.  Siswa akan belajar utuk merumuskan masalah, mengumpulkan data
menganalisisnya dan menemukan sebuah solusi dari masalah yang sedang dihadapinya.

4. Belajar Konsep

Belajar konsep merupakan kegiatan belajar untuk merumuskan sesuatu hal


melalui proses mental mengenai benda, cambang, dan hal-hal lainnya. Merumuskan
konsep sama seperti merumuskan pengertian. Maksudnya belajar konsep adalah
memahami hal secara menyeluruh di dalamnya pengertian, dan termasuk ciri-ciri.

5. Belajar Kaidah

Belajar kaidah merupakan sebuah proses untuk menghubungkan antar dua konsep
atau lebih sehingga akan terbentuk suatu ketentuan yang mempresentasikan sebuah
keterangan.

6. Belajar Berpikir

Belajar berpikir merupakan aktivitas kognitif yang dilakukan secara mental untuk
menyelesaikan sebuah masalah melalui proses yang abstrak. Proses berfikir ini sama
seperti belajar teoritis, seseorang belajar untuk menyelesaikan masalah. Perbedaanya
hanyalah jika apda belajar teoritis seseorang belajar untuk menyelesaikan masalah dengan
cara mengumpulkan data melalui pengamatan. Pada proses belajar berfikir seseorang
akan dihadapkan pada proses berfikir untuk memecahkan masalah tanpa perlu melakukan
pengamatan dan pengumpulan data.

7. Belajar Keterampilan Motorik

Belajar keterampilan motorik merupakan kegiatan belajar untuk dapat melakukan


serangkaian gerakan gerak secara terpadu. Gerak motorik merupakan sebuah gerakan
yang melibatka otot, urat dan sendi. Sedangkan belajar motorik adalah proses berulang-
ulang untuk mempelajari suatu gerakan untuk melakukan hal tertentu melalui kegiatan
fisik.

8. Belajar Estetis

Belajar estetis atau estetika merupakan proses belajar untuk mencipta melalui
penghayatan yang berdasarkan nilai-nilai seni.

 Teori Pembelajaran

Sebelum merancang pembelajaran, seorang guru harus menguasai sejumlah teori


atau filsafat tentang belajar, termasuk beberapa pendekatan dalam pembelajaran. Teori
belajar tersebut sebagian sudah dikenal dalam pelaksanaan Kurikulum 1984, Kurikulum
1994, dan Kurikulum Sebagian bahkan sudah dikenal dalam mata kuliah tentang
pendidikan dan pengajaran. Penguasaan teori itu dimaksudkan agar guru mampu
mempertanggungjawabkan secara ilmiah perilaku mengajarnya di depan kelas.

 Beberapa Teori Pembelajaran

1. Teori behaviorisme.

2. Teori humanism.

3. Teori kognitivisme.

4. Teori konstruktivisme.

Anda mungkin juga menyukai