PBF - Ema Sintya Nurjaya, S.Farm - 52119010
PBF - Ema Sintya Nurjaya, S.Farm - 52119010
PBF - Ema Sintya Nurjaya, S.Farm - 52119010
Disusun oleh :
Ema Sintya Nurjaya, S.Farm
52119010
Juni 2020
Laporan ini disusun untuk mememnuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Apoteker pada Program Studi Pendidikan Apoteker STIKes Bakti Tunas Husada
Tasikmalaya
Disetujui Oleh:
apt. Ilham Alifiar, M.Farm apt. Dra. Siti Asniar F, S.Si., M.Kes
NIY: 880116
Mengetahui:
Ketua Prodi Pendidikan Profesi Apoteker
Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PBF PT.
Alida Perintis Jaya periode April 2020 dengan baik dan dapat menyusun laporan
PKPA ini.
Laporan PKPA ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
studi Apoteker pada Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker di STIKes Bakti
Tunas Husada Tasikmalaya. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan
rasa hormat dan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan
dan dukungan selama pelaksanaan PKPA ini:
1. PBF PT. Alinda Perintis Jaya sebagai instansi tempat PKPA telah
dilaksanakan.
2. apt. Nur Rahayuningsih, M.Si. selaku Ketua Program Studi Profesi
Pendidikan Apoteker STIKes Bakti Tunas Husada.
3. apt. Ilham Alifiah, M.Farm Pembimbing praktek kerja profesi apoteker
4. apt. Dra. Siti Asniar Farisya, S.Si., M.Kes selaku pembimbing praktek kerja
profesi apoteker di PBF PT. Alida Perintis Jaya Bandung
5. Seluruh staf dan karyawan PBF PT. Alinda Perintis Jaya, atas semua bantuan
dan kerjasamanya selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker.
6. Kedua orang tua dan serta keluarga tercinta yang senantiasa memberikan doa,
kasih sayang dan motivasi sehingga menjadi sumber kekuatan dan semangat
bagi penulis.
7. Seluruh rekan-rekan PSPPA angkatan I, terimakasih atas dukungan dan
motivasi serta bantuannya.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunia-Nya atas kebaikan dan
ketulusan semua pihak yang telah membantu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam
laporan ini. Untuk itu, segala saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan
oleh penulis. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat yang berarti bagi
ilmu pengetahuan dan dunia kesehatan khususnya kefarmasian. Semoga
ii
kerjasama yang baik ini dapat terus dilanjutkan dan ditingkatkan di masa
mendatang.
Penulis,
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR......................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Tujuan PKPA...................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pedagang Besar Farmasi (PBF).......................................................4
2.1.1 Definisi.................................................................................4
2.1.2 Tugas dan Fungsi PBF.........................................................4
2.1.3 Perizinan PBF.......................................................................5
2.1.4 Penyelenggaraan Kegiatan PBF...........................................9
2.1.5 Gudang PBF.........................................................................11
2.1.6 Pelaporan..............................................................................12
2.2 Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB)........................................12
2.2.1 Definisi CDOB....................................................................12
2.2.2 Aspek-aspek CDOB.............................................................13
BAB III TINJAUAN KHUSUS PT. ALIDA PERINTIS JAYA
3.1 Pedagang Besar Farmasi (PBF) PT. Alida Perintis Jaya..................24
3.1.1 Profil PT. Alida Perintis Jaya...............................................24
3.1.2. Landasan Hukum PBF PT. Alida Perintis Jaya....................25
3.1.3. Fungsi dan Tugas PBF PT. Alida Perintis Jaya....................26
3.1.4. Persyaratan Pendirian PBF PT. Alida Perintis Jaya.............26
3.1.5. Pemberian Izin PBF PT. Alida Perintis Jaya........................27
iv
3.2. Penyelenggaraan dan Pengelolaan PBF PT. Alida Perintis Jaya.....28
3.2.1 Tata Cara Penyaluran Perbekalan Farmasi PBF PT.
Alida Perintis Jaya................................................................29
3.2.2 Gudang PBF PT. Alida Perintis Jaya...................................29
3.2.3 Pelaporan PBF PT. Alida Perintis Jaya................................30
3.3 Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) PT. Alida Perintis
Jaya...................................................................................................31
BAB IV TUGAS KHUSUS
4.1 Teori Sistem Perencanaan, Pengadaan Dan Surat Pesanan Di
PBF...................................................................................................51
4.1.1 Sistem Perencanaan................................................................51
4.1.2 Pengadaan.............................................................................52
4.1.3 Surat Pesanan.......................................................................54
4.2 Sistem Perencanaan, Pengadaan Dan Surat Pesanan Di PBF
Alida.................................................................................................57
4.2.1 Perencanaan Dan Pengadaan..................................................57
4.2.2 Surat Pesanan Di PBF Alida................................................58
4.3 Study Kasus......................................................................................58
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan..........................................................................................61
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................62
LAMPIRAN....................................................................................................63
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
4.1 Surat Pesanan Obat bebas, bebas terbatas, dan obat keras ........................58
4.2 Surat Pesanan Obat mengandung precursor...............................................58
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Formulir Permohonan Perizinan PBF ........................................................63
2. Formulir Permohonan Pengakuan Cabnag PBF.........................................64
3. Struktur Organisasi PBF PT. Alida Perintis Jaya.......................................65
4. Formulir Barang Kembalian ......................................................................66
5. Berita Acara Penarikan Barang .................................................................67
6. Faktur PBF PT. Alida Perintis Jaya............................................................68
7. Form Checklist Penerimaan Barang...........................................................69
8. Nomor Induk Berusaha (NIB) PT. Alida Perintis Jaya..............................70
9. Sertifikat CDOB PT. Alida Perintis Jaya...................................................71
10. Dokumentasi PKPA PT. Alida Perintis Jaya..............................................72
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
yaitu Pedagang Besar Farmasi dan Instalasi Sediaan Farmasi.(PP RI no 51, 2009).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30
tahun 2017 Tentang Pedagang Besar Farmasi, yang dimaksud Pedagang Besar
Farmasi (PBF) adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin
untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan atau bahan obat dalam
jumlah besar sesuai ketentuan perundang - undangan. PBF merupakan sarana
distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan yang betanggung jawab dalam
menjamin ketersediaan sediaan farmasi (obat, bahan obat, obat tradisional,
kosmetik) dan alat kesehatan, selain itu bertanggung jawab dalam menjaga mutu,
keamanan dan khasiat dari produk yang didistribusikan sampai ketangan
konsumen. (Permenkes No 30 , 2017).
Untuk menjamin obat yang disalurkan Pedagang Besar Farmasi sesuai
dengan spesifikasinya, aman dan berkualitas, pemerintah mengeluarkan
persyaratan dan ketentuan yang menjadi pedoman bagi setiap PBF dalam
menerapkan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) berdasarkan Keputusan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan pasal 9 Tahun 2019 tentang
Penerapan Pedoman Cara Distribusi Obat yang Baik. Cara Distribusi Obat yang
Baik (CDOB) merupakan ketentuan dan standar yang harus dijalankan oleh setiap
pelaku bisnis distribusi farmasi. Aturan tersebut bersifat mutlak dan akan ada
sanksi apabila tidak dijalankan. Sumber daya manusia sangat penting dalam
pembentukan dan penerapan sistem pemastian mutu dalam pendistribusian obat
oleh Pedagang Besar Farmasi. Oleh sebab itu, Pedagang Besar Farmasi
bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang terkualifikasi dalam jumlah
yang memadai untuk melaksanakan tugasnya. Dalam pelaksanaanya semua proses
distribusi dan pelaksanaan CDOB diawasi langsung oleh Apoteker Penanggug
Jawab setiap PBF. (BPOM RI, 2019)
Sehubungan dengan hal tersebut, maka Program Pendidikan Profesi
Apoteker Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Tunas Husada bekerja sama
dengan PT. Alida Perinits Jaya memberikan kesempatan kepada calon Apoteker
untuk melaksanakan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di tempat tersebut,
agar calon apoteker dapat menjadi apoteker yang dapat menjalankan tugasnya
3
secara professional terutama dalam bidang distribusi farmasi dimasa yang akan
datang.
4
5
pendistribusian obat bebas , obat bebas terbatas, obat keras dan obat keras
tertentu.
2. Fungsi PBF
a. Sebagai sarana distribusi farmasi bagi industri-industri farmasi.
b. Sebagai saluran distribusi obat-obatan yang bekerja aktif ke seluruh tanah
air secara merata dan teratur guna mempermudah pelayanan kesehatan.
c. Untuk membantu pemerintah dalam mencapai tingkat kesempurnaan
penyediaan obat obatan untuk pelayanan kesehatan.
d. Sebagai penyalur tunggal obat-obatan golongan narkotika oleh PBF
khusus, yang melakukannya adalah PT. Kimia Farma.
e. Sebagai aset atau kekayaan nasional dan lapangan kerja.
13. Surat Pernyataan bersedia bekerja penuh (Full Time) apabila melanggar
siap dikenakan sangsi sesuaiperaturan perundangan-undangan yang
berlaku dari Apoteker/Penanggungjawab diatas Materai 6.000,
14. Scan Surat Perjanjian Kerja antara Apoteker dengan Kepala
Cabang/Direktur (Akte/WaarmekingNotaris)
15. Denah/layout bangunan diatas kop surat, cap dan tandatangan kepala
cabang
16. Peta Lokasi diatas kop surat, cap dan tandatangan kepala cabang
17. Surat Pernyataan dari Pimpinan siap ditinjau ke sarana kapan saja diatas
materai 6000
D. Masa Berlaku Perizinan
Izin PBF dan PBF cabang dinyatakan tidak berlaku, apabila:
1. Masa berlakunya habis dan tidak diperpanjang;
2. Dikenai sanksi berupa penghentian sementara kegiatan; atau izin PBF/PBF
cabang dicabut (Permenkes No 30, 2017).
penyaluran obat dan/atau bahan obat, PBF mempunyai fungsi sebagai tempat
pendidikan dan pelatihan (Permenkes No 30, 2017).
2.1.6 Pelaporan
1. Setiap PBF dan cabangnya wajib menyampaikan laporan kegiatan setiap 3
(tiga) bulan sekali meliputi kegiatan penerimaan dan penyaluran obat
dan/atau bahan obat kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada
Kepala Badan, kepala dinas kesehatan provinsi dan Kepala Balai POM;
2. Selain laporan triwulanan kegiatan penerimaan dan penyaluran
sebagaimana dimaksud pada point (a) Direktur Jenderal setiap waktu dapat
meminta laporan kegiatan penerimaan dan penyaluran obat dan/atau
bahan;
3. Setiap PBF dan PBF Cabang yang menyalurkan narkotika dan
psikotropika wajib menyampaikan laporan bulanan penyaluran narkotika
dan psikotropika sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Laporan dapat dilakukan secara elektronik dengan menggunakan teknologi
informasi dan komunikasi (Permenkes No 30, 2017).
j. Ruang istirahat, toilet dan kantin untuk personil harus terpisah dari area
penyimpanan.
k. Semua peralatan untuk penyimpanan dan penyaluran obat dan/atau bahan
obat harus didesain, diletakkan dan dipelihara sesuai dengan standar yang
ditetapkan. Harus tersedia program perawatan untuk peralatan vital,
seperti termometer, genset, dan chiller.
l. Peralatan yang digunakan untuk mengendalikan atau memonitor
lingkungan penyimpanan obat dan/atau bahan obat harus dikalibrasi, serta
kebenaran dan kesesuaian tujuan penggunaan diverifikasi secara berkala
dengan metodologi yang tepat. Kalibrasi peralatan harus mampu
tertelusur (BPOM RI No 9, 2019).
4. Operasional
Semua tindakan yang dilakukan oleh fasilitas distribusi harus dapat
memastikan bahwa identitas obat dan/atau bahan obat tidak hilang dan
distribusinya ditangani sesuai dengan spesifikasi yang tercantum pada kemasan.
Fasilitas distribusi harus menggunakan semua perangkat dan cara yang tersedia
untuk memastikan bahwa sumber obat dan/atau bahan obat yang diterima berasal
dari industri farmasi dan/atau fasilitas distribusi lain yang mempunyai izin sesuai
peraturan perundang-undangan untuk meminimalkan risiko obat dan/atau bahan
obat palsu memasuki rantai distribusi resmi.
a. Penyimpanan
Penyimpanan dan penanganan obat dan/atau bahan obat harus
mematuhi peraturan perundang-undangan. Obat dan/atau bahan obat
harus disimpan terpisah dari produk selain obat dan/atau bahan obat dan
terlindung dari dampak yang tidak diinginkan akibat paparan cahaya
matahari, suhu, kelembaban atau faktor eksternal lain. Perhatian khusus
harus diberikan untuk obat dan/atau bahan obat yang membutuhkan
kondisi penyimpanan khusus. Kontainer obat dan/atau bahan obat yang
diterima harus dibersihkan sebelum disimpan..Harus diambil langkah-
langkah untuk memastikan rotasi stok sesuai dengan tanggal kedaluwarsa
obat dan/atau bahan obat mengikuti kaidah First Expired First Out
19
(FEFO). Obat dan/atau bahan obat yang kedaluwarsa harus segera ditarik,
dipisahkan secara fisik dan diblokir secara elektronik. Penarikan secara
fisik untuk obat dan/atau bahan obat kedaluwarsa harus dilakukan secara
berkala.
b. Pemisahan obat dan/ atau bahan obat
Jika diperlukan, obat dan/atau bahan obat yang mempunyai
persyaratan khusus harus disimpan di tempat terpisah dengan label yang
jelas dan akses masuk dibatasi hanya untuk personil yang berwenang.
Sistem komputerisasi yang digunakan dalam pemisahan secara elektronik
harus dapat memberikan tingkat keamanan yang setara dan harus
tervalidasi. Harus tersedia tempat khusus dengan label yang jelas, aman
dan terkunci untuk penyimpanan obat dan/atau bahan obat yang ditolak,
kedaluwarsa, penarikan kembali, produk kembalian dan obat diduga
palsu. Obat dan/atau bahan obat yang ditolak dan dikembalikan ke
fasilitas distribusi harus diberi label yang jelas dan ditangani sesuai
dengan prosedur tertulis.
c. Pemusnahan obat dan/atau bahan obat
Pemusnahan dilaksanakan terhadap obat dan/atau bahan obat yang
tidak memenuhi syarat untuk didistribusikan. Obat dan/atau bahan obat
yang akan dimusnahkan harus diidentifikasi secara tepat, diberi label yang
jelas, disimpan secara terpisah dan terkunci serta ditangani sesuai dengan
prosedur tertulis. Prosedur tertulis tersebut harus memperhatikan dampak
terhadap kesehatan, pencegahan pencemaran lingkungan dan kebocoran/
penyimpangan obat dan/atau bahan obat kepada pihak yang tidak
berwenang. Dokumentasi terkait pemusnahan obat dan/atau bahan obat
termasuk laporannya harus disimpan sesuai ketentuan (BPOM RI No 9,
2019).
5. Inspeksi Diri
Inspeksi diri harus dilakukan dalam rangka memantau pelaksanaan dan
kepatuhan terhadap pemenuhan CDOB dan untuk bahan tindak lanjut langkah-
langkah perbaikan yang diperlukan. Program inspeksi diri harus dilaksanakan
20
dalam jangka waktu yang ditetapkan dan mencakup semua aspek CDOB serta
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, pedoman dan prosedur
tertulis. Inspeksi diri tidak hanya dilakukan pada bagian tertentu saja. Inspeksi diri
harus dilakukan dengan cara yang independen dan rinci oleh personil yang
kompeten dan ditunjuk oleh perusahaan. Audit eksternal yang dilakukan oleh ahli
independen dapat membantu, namun tidak bisa dijadikan sebagai satu-satunya
cara untuk memastikan kepatuhan terhadap penerapan CDOB. Audit terhadap
kegiatan yang disubkontrakkan harus menjadi bagian dari program inspeksi-diri.
5Semua pelaksanaan inspeksi diri harus dicatat. Laporan harus berisi semua
pengamatan yang dilakukan selama inspeksi. Salinan laporan tersebut harus
disampaikan kepada manajemen dan pihak terkait lainnya. Jika dalam pengamatan
ditemukan adanya penyimpangan dan/atau kekurangan, maka penyebabnya harus
diidentifikasi dan dibuat CAPA. CAPA harus didokumentasikan dan
ditindaklanjuti (BPOM RI No 9, 2019).
6. Keluhan, Obat Dan/Atau Bahan Obat Kembalian, Diduga Palsu Dan
Penarikan Kembali
Semua keluhan dan informasi lain tentang obat dan/atau bahan obat berpotensi
rusak harus dikumpulkan, dikaji dan diselidiki sesuai dengan prosedur tertulis.
Obat dan/atau bahan obat yang akan dijual kembali harus melalui persetujuan dari
personil yang bertanggung jawab sesuai dengan kewenangannya. Diperlukan
koordinasi dari setiap instansi, industri farmasi dan fasilitas distribusi dalam
menangani obat dan/atau bahan obat yang diduga palsu. Jika diperlukan,
dibutuhkan suatu sistem yang komprehensif untuk menangani semua kasus,
termasuk cara penarikan kembali. Harus tersedia dokumentasi untuk setiap proses
penanganan keluhan termasuk pengembalian dan penarikan kembali serta
dilaporkan kepada pihak yang berwenang.
Persyaratan obat dan/atau bahan obat yang layak dijual kembali, antara lain
jika:
a. obat dan/atau bahan obat dalam kemasan asli dan kondisi yang memenuhi
syarat serta memenuhi ketentuan;
b. obat dan/atau bahan obat kembalian selama pengiriman dan penyimpanan
21
Semua kegiatan kontrak harus tertulis antara pemberi kontrak dan penerima
kontrak serta setiap kegiatan harus sesuai dengan persyaratan CDOB (BPOM RI
No 9, 2019).
9. Dokumentasi
Dokumentasi yang baik merupakan bagian penting dari sistem manajemen
mutu. Dokumentasi tertulis harus jelas untuk mencegah kesalahan dari
komunikasi lisan dan untuk memudahkan penelusuran, antara lain sejarah bets,
instruksi, prosedur. Dokumentasi merupakan dokumen tertulis terkait dengan
distribusi (pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan pelaporan), prosedur tertulis
dan dokumen lain yang terkait dengan pemastian mutu.
a. Dokumentasi terdiri dari semua prosedur tertulis, petunjuk, kontrak,
catatan dan data, dalam bentuk kertas maupun elektronik.
b. Dokumentasi yang jelas dan rinci merupakan dasar untuk memastikan
bahwa setiap personil melaksanakan kegiatan, sesuai uraian tugas sehingga
memperkecil risiko kesalahan.
c. Dokumentasi harus komprehensif mencakup ruang lingkup kegiatan
fasilitas distribusi dan ditulis dalam bahasa yang jelas, dimengerti oleh
personil dan tidak berarti ganda.
d. Prosedur tertulis harus disetujui, ditandatangani dan diberi tanggal oleh
personil yang berwenang. Prosedur tertulis tidak ditulis tangan dan harus
tercetak.
e. Setiap perubahan yang dibuat dalam dokumentasi harus ditandatangani,
diberi tanggal dan memungkinkan pembacaan informasi yang asli. Jika
diperlukan, alasan perubahan harus dicatat.
f. Dokumen harus disimpan selama minimal 3 tahun
g. Seluruh dokumentasi harus tersedia sebagaimana mestinya
h. Semua dokumentasi harus mudah didapat kembali, disimpan dan
dipelihara pada tempat yang aman untuk mencegah dari perubahan yang
tidak sah, kerusakan dan/atau kehilangan dokumen.
i. Dokumen harus dikaji ulang secara berkala dan dijaga agar selalu up to
date. Jika suatu dokumen direvisi, harus dijalankan suatu sistem untuk
23
24
25
diatas. Berkas yang harus dilengkapi sebanyak 4 rangkap yang terdiri dari :
a. 1 rangkap asli untuk Kementrian Kesehatan RI.
b. 1 rangkap copy untuk Dinkes Provinsi Jawa Barat.
c. 1 rangkap copy untuk Balai Besar POM.
d. 1 rangkap copy diarsip untuk perusahaan.
Berkas yang diajukan meliputi Kelengkapan administrasi terdiri dari
fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP)/ identitas direktur/ ketua, susunan direksi/
pengurus, pernyataan komisaris/ dewan pengawas dan direksi/ pengurus tidak
pernah terlibat pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang farmasi
dalam kurun waktu 2 (dua) tahun terakhir, akta pendirian badan hukum yang sah
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, surat Tanda Daftar Perusahaan,
fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), fotokopi Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP), surat bukti penguasaan bangunan dan gudang, peta lokasi dan
denah bangunan, surat pernyataan kesediaan bekerja penuh apoteker penanggung
jawab dan fotokopi Surat Tanda Registrasi Apoteker penanggung jawab.
Pemberian izin ditahun 2017 masih menggunakan prosedur yang manual belum
masuk secara eletronik, mulai tahun 2019 semua perijinan Kementrian Kesehatan
sudah dengan sistem online single submission (OSS).
3.2.1 Tata Cara Penyaluran Perbekalan Farmasi PBF PT. Alida Perintis
Jaya
Cara penyaluran di PBF PT. Alida Perintis Jaya yang pertama adalah
menerima surat pesanan dari outlet. Setelah surat pesanan diterima dilakukan
persiapan kelengkapan meliputi:
1. Pemeriksaan faktur yang ditandatangani penanggung jawab yang berisi :
a. Tanggal penyaluran.
b. Nama dan alamat tujuan.
c. Informasi identitas produk nama, bentuk sediaan, kekuatan, jumlah dan
kualitas produk.
d. Nomor Batch dan kadaluarsa.
e. Transportasi yang sesuai dan kondisi penyimpanan .
2. Sediaan farmasi yang masa kadaluarsa pendek segera disalurkan (FEFO).
3. Data sediaan farmasi yang dikeluarkan di catat pada kartu gudang.
4. Bagian administrasi mencatat pada kartu persediaan, buku pembelian dan
disimpan berdasarkan nomor urut dan tanggal penerimaan.
1. Pelaporan kegiatan setiap 1 (satu) bulan sekali, berisikan data penerimaan dan
penyaluran obat golongan khusus prekursor, dilaporkan secara online yaitu
menggunakan e-Report pbf yang ditujukan kepada Kemenkes melalui
Direktur Jendral Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan dengan
tembusan kepada Dinas Kesehatan Provinsi.
2. Pelaporan kegiatan setiap 3 (tiga) bulan sekali (laporan triwulan) yaitu
pelaporan tentang obat umum yang dilaporkan secara online menggunakan e-
Reportpbf Laporan ini ditujukan kepada Kemenkes melalui Direktur Jendral
Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan tembusan kepada Dinas
Kesehatan Provinsi.
3. Pelaporan setiap 3 (tiga) bulan ke BPOM yaitu pelaporan 50 zat aktif
menggunakan format yang sudah tersedia dan dilaporkan melalui email :
[email protected] dengan tembusan ke email BPOM yaitu
[email protected]
4. Tidak ada laporan Narkotik maupun Psikotropik karena tidak tersedia obat
tersebut.
3.3 Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) PT. Alida Perintis Jaya
Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) harus diterapkan dalam setiap
Pedagang Besar Farmasi (PBF) termasuk di PBF PT. Alida Perintis Jaya sudah
sesuai dengan kebijakan pemerintah yaitu Surat Keputusan Kepala Badan POM
Nomor HK 03.1.34.11.12.7542 tahun 2012 tentang Pedoman Teknis Cara
Distribusi Obat yang Baik. Standar distribusi obat yang baik diterapkan untuk
memastikan bahwa kualitas produk yang dicapai melalui CPOB dipertahankan
sepanjang jalur distribusi. Sejak Maret 2020 PT Alida Perintis Jaya sudah
memiliki Sertifikat CDOB dengan nomor A89001175/CDOB/4/II/19 berlaku
sampai dengan tahun 2024.
Aspek-aspek yang terdapat dalam CDOB/GDP
1. Manajemen Mutu
PT. Alida Perintis Jaya sudah menerapkan sistem pengelolaan mutu dalam
melakukan manajemen dengan tujuan memastikan mutu produk/barang
32
diadakan secara khusus oleh PT. Alida Perintis Jaya sehingga tiap kegiatan yang
dilakukan di rantai distribusi tetap menjamin mutu obat dan/atau bahan obat tetap
terjaga. Misalnya APJ PT. Alida Perintis Jaya diikutsertakan pada seminar
mengenai CDOB, kemudian APJ tersebut mengadakan pelatihan untuk personel
gudang sesuai dengan yang Ia peroleh ketika seminar. Semua dokumentasi
pelatihan disimpan, serta efektivitas pelatihan dievaluasi secara berkala.
Pengarahan karyawan biasanya dilakukan setiap hari selasa. Sedangkan
untuk bagian gudang, pelatihan akan diberikan langsung oleh apoteker
penanggung jawab. Karyawan dilatih mengenai kegiatan Cara Distribusi Obat
Yang Baik (CDOB), ataupun cara penyimpanan obat yang baik/ good storage
practice (GSP). Sedangkan untuk sales, pelatihan yang diberikan bisa mengenai
tata cara mendistribusikan atau menghantarkan barang yang baik kepada para
pelanggan dengan komunikasi yang baik, sopan santun dan ramah.
3. Bangunan dan Peralatan
Fasilitas distribusi harus memiliki bangunan dan peralatan untuk
menjamin perlindungan dan distribusi obat dan/atau bahan obat. Bangunan PT.
Alida Perintis Jaya memiliki 3 lantai, dimana pada lantai pertama terdapat gudang,
ruang administrasi logistik, ruang penyimpanan obat dan ruang penerimaan dan
pengiriman barang (transito in dan transito out); dilantai dua merupakan kantor
yang terdiri dari ruang Direktur/pimpinan CSO, ruang Apoteker, ruang
Supervisor, ruang Inkaso dan ruang Saleman dan dilantai tiga terdapat gudang
penyimpanan obat untuk obat tablet yang mudah diangkut maupun diturunkan
kebawah dengan menggunakan life barang, sedangkan akses masuk kelantai 3
hanya dengan life kecuali darurat ada pintu yang terkunci saat ini.
a. Bangunan
Bangunan bebas dari banjir dan aman dari pencurian. Letak bangunan di
PT. Alida Perintis Jaya dibedakan berdasarkan tempat/area dari arus penerimaan
barang dan arus pengeluaran barang sehingga tidak terjadi benturan satu sama
lain. Bangunan di lantai 1 PBF PT. Alida Perintis Jaya terdiri dari gudang yang
berfungsi sebagai tempat pengadaan, penyimpanan, pendistribusian sediaan
farmasi dan perbekalan kesehatan. Gudang terdiri atas gudang obat untuk
39
menyimpan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan dan lemari reject tempat
menyimpan produk yang rusak atau kadaluarsa sebelum dimusnahkan. PBF PT.
Alida Perintis Jaya tidak menyalurkan obat-obat narkotika dan psikotropika
sehingga tidak ada lemari khusus untuk menyimpan kedua obat tersebut.
Gudang tempat penyimpanan sediaan farmasi di PT.Alida Perintis Jaya
sudah memiliki penerangan yang cukup sehingga memudahkan proses
penerimaan sampai dengan penyaluran, tidak terkena sinar matahari secara
langsung sehingga dapat melindungi produk dari penurunan kualitas dan mutunya,
lantai gudang dibuat lebih tinggi atau di tinggikan dari permukaan tanah untuk
menghindari banjir, tidak lembab, bebas dari hewan pengerat, dan dilengkapi
dengan alat pengatur suhu serta pengontrol suhu. Fasilitas pergudangan telah
memiliki kapasitas dan peralatan yang cukup memadai sehingga dapat
mendukung dalam pelaksanaan operasional perusahaan dengan lancar. Dengan
penerapan sistem informasi yang terintegrasi dengan baik akan mendukung
kelancaran pengiriman barang serta komunikasi yang terjalin dengan baik. PBF
PT. Alida Perintis Jaya juga sudah menggunakan sistem komputerisasi dalam
beberapara kegiatan operasionalnya, misalnya penghitungan stok barang. Barang
yang masuk stoknya langsung dimasukkan ke komputer dan akan berkurang
secara otomatis ketika faktur pesanan dari outlet dicetak.
Fasilitas pendukung lainnya diantaranya terdapat toilet, wastafel, mushola,
tempat parkir atau fasilitas lain yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan
distribusi. Pembersihan dan pemeliharaan bangunan dan fasilitas di PT. Alida
Perintis Jaya dilakukan berkala setiap seminggu sekali untuk tempat penyimpanan
produk dan setiap hari untuk kebersihan lingkungan penyimpanan dan kebersihan
ruangan. Sanitasi dan higienis merupakan tanggung jawab seluruh karyawan,
terutama pada bagian penyimpanan di area gudang. Sedangkan untuk mengatasi
binatang pengerat dan pengganggu seperti tikus, kecoa dan semut, PT. Alida
bekerjasama dengan pihak ketiga yaitu PT. AAG yang memantau ke lapangan
langsung setiap 1 bulan sekali. Pest control ini yang disimpan di titik atau area
yang rentan terhadap hewan pengerat seperti tikus.
b. Peralatan Pendukung
40
a. Pelanggan baik apotek, toko obat maupun PBF lainnya memiliki Legalitas
yang jelas atau mempunyai izin operasional sesuai dengan peraturan
perundang- undangan.
b. Dari segi Apotek wajib memiliki Surat Izin Apotek (SIA) dan memiliki
apoteker penanggung jawab yang telah memiliki Surat Izin Praktek Apoteker
(SIPA) atau STRTTK untuk penanggung jawab toko obat.
c. Untuk pemilik Apotek, harus dilengkapi KTP pemilik Apotek, hal ini
dimaksudkan agar bila terjadi masalah piutang dan produk dapat ditelusuri dan
NPWP sebagai bukti pembayaran pajak.
Sedangkan untuk obat yang masuk, harus memenuhi kualifikasi sebagai berikut:
a. Memiliki nomor registrasi yang sah, tanggal expire date sesuai difaktur, dan
nomor batch.
b. Barang dalam kondisi baik dan tidak rusak.
c. Terdapat faktur dan surat jalan.
d. Faktur yang diterima ditandatangani apoteker yang mempunyai SIKA dan
diberi cap perusahaan.
1. Perencanaan dan Pengadaan
Produk di PT. Alida Perintis Jaya berasal Principal lokal, meliputi obat-
obat generik, obat-obat ethical kecuali narkotika dan psikotropika, multivitamin,
suplemen makanan, kosmetik, produk makanan dan minuman. Perencanaan dan
pengadaan dilakukan untuk memberikan pelayanan yang berkesinambungan dan
teratur. Proses pengadaan bertujuan mendapatkan sedian farmasi dengan harga
yang layak, mutu yang baik, pengiriman barang terjamin dan tepat waktu, proses
berjalan lancar dan tidak memerlukan tenaga serta waktu yang berlebihan.
Metode pengadaan yang dilakukan oleh bagian pengadaan dilakukan
secara langsung dengan menghubungi langsung distributor/ suplier dan
distributor/ suplier akan menyiapkan dan mengirim barang yang telah di pesan.
Barang yang diterima dicocokan dengan Surat Jalan, jika sudah sesuai baru
datadimasukkan stok dan barang dimasukkan ke gudang penyimpanan. Sistem
42
seperti yang telah ditetapkan oleh pabriknya. Sistem penyimpanan obat di gudang
menggunakan sistem First Expired First Out (FEFO), obat-obat yang tanggal
kadaluarsanya lebih dekat dijual atau didistribusikan terlebih dahulu, penempatan
pada rak-rak yang telah dikelompokkan berdasarkan sumber prinsipal,
penempatan berdasarkan obat-obat prekursor farmasi dan penempatan
berdasarkan produk slow moving dan fast moving. Barang-barang fast moving
disimpan di tempat yang paling mudah terjangkau. Obat-obat dengan stok dalam
jumlah kecil disimpan di rak-rak, sedangkan obat-obat dengan stok dalam jumlah
besar disimpan dalam karton-karton dan diletakkan diatas pallet. Produk disusun
di atas pallet untuk mencegah kerusakan pada produk karena lembab akibat
kontak langsung antara produk dengan lantai. Penempatan sediaan cair yang
disertai kemasan yang mudah pecah disimpan pada bagian bawah rak untuk
mengurangi resiko terjatuh pada saat pengambilan produk.
Setiap satu bulan sekali dilakukan stock opname dan dilakukan SOBH
(Stok Barang Harian) sebagai mekanisme kontrol terhadap arus masuk dan keluar
barang dengan mencocokkan antara stok fisik barang (keadaan barang yang
sebenarnya) dengan stok barang yang ada pada sistem di komputer. Stok opname
harian dilakukan pada sore hari setelah melayani pemesanan, sedangkan stok
opname bulanan dilakukan pada tanggal tertentu setiap bulannya atau dilakukan di
akhir bulan. Hal tersebut dilakukan untuk mengendalikan dan mengetahui ada
tidaknya selisih barang antara jumlah barang yang tersedia dengan stok pada
sistem komputerisasi dan merupakan ketentuan yang harus dilakukan oleh
manajemen untuk menentukan jumlah persediaan akhir.
5. Penyaluran
Penyaluran produk di PT. Alida Perintis jaya kebanyakan hanya disalurkan
ke apotek, toko obat dan PBF lain. Dalam penyaluran terhadap pelangganbaru
harus terlebih dahulu mengisi formulir untuk pelanggan baru disertai persyaratan
yang telah ditentukan oleh pihak PT. Alida Perintis Jaya, kemudian formulir isian
tersebut akan dientry dalam bentuk Formulir Permohonan untuk pelanggan baru
yang akan disetujui dan ditandatangani oleh Direktur, Supervisor. Setelah
disetujui sebagai pelanggan PT. Alida Perintis Jaya, outletyang bersangkutan akan
45
diperiksakondisinya. Jika barang retur dalam kondisi baik, maka dibuat Bukti
Retur Barang yang ditandatangani oleh Kepala Gudang, APJ dan Supervisor,
kemudian barang dimasukkan kembali ke stoknya. Sedangkan jika barang retur
dalam kondisi rusak ketika diterima maka disimpan di ruang karantina untuk
ditelusuri penyebab kerusakannya.Jika kerusakan karena kesalahan kita, maka
barang masuk ruang reject untuk kemudian dimusnahkan.Jika barang rusak
karena kesalahan pelanggan, maka barang retur tidak dapat dikembalikan ke outlet
dan menjadi tanggung jawab outlet yang bersangkutan.
Penanganan obat palsu bertujuan untuk memastikan obat palsu
tidakberedar di pasaran.Apabila produk diduga atau dikategorikan obat palsu,
maka dilakukan penanganan produk Recall atau penarikan kembali. Produk
Recalladalah produk yang tidak sesuai dengan pemeriksaan oleh BPOM maka
produk tersebut akan ditarik dari peredaran. Penanganan produk recall bertujuan
untuk memastikan obat tersebut tidak beredar di pasaran dengan segera
melakukan penarikan. Logistik pusat mengirim suratrecall produk, dan batas
akhir penarikan produk tersebut dari outlet oleh cabang. Produk yang telah
ditarikdikirim ke pusat dilengkapi surat jalan ke pusat. Peran Apoteker adalah
membuat surat penarikan produk recall ke outlet, formulir penarikan produk recall
ke outlet dan membuat laporan realisasi penarikan produk kepada BPOM.
Pemusnahan produk dilakukan untuk mencegah beredarnya produk
yangsudah tidak layak jual beredar dan jatuh ke tangan yang tidak bertanggung
jawab. PT. Alida Perintis Jaya hanya melakukan pemusnahan sendiri jika produk
yang akan dimusnahkan dalam jumlah kecil, sedangkan untuk produk dalam
jumlah besar maka dikembalikan ke distributor/ suplier.
8. Transportasi
Peran dan tanggung jawab seorang apoteker pada aspek ini
adalahmemastikan mutu produk tidak mengalami perubahan selama pengiriman
denganikut serta dalam rencana perjalanan dan jadwal pengiriman, menyusun dan
menyetujui prosedur terkait pemeliharaan dan perawatan kendaraan, dan
memastikan bahwa produk tersebut sampai ke pelanggan.
Kendaraan dan peralatan yang digunakan dalam kegiatan
49
52
53
4.1.2 Pengadaan
Pengadaan adalah usaha-usaha dan kegiatan-kegiatan untuk
memenuhi kebutuhan operasional yang telah ditetapkan di dalam fungsi
perencanaan, penentuan kebutuhan maupun penganggaran. Sistem
pengadaan obat dilakukan setiap saat dimana stok obat di gudang
mendekati minimal (sesuai bufer stok). Pengadaan obat merupakan
kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan
dibutuhkan melalui: ( BPOM RI No 9, 2019).
a. Pembelian/pemesanan
1) Terbatas (Hand to mouth buying), pembelian/pemesanan (order)
dilakukan sesuai dengan kebutuhan dalam jangka waktu yang pendek,
misalnya satu minggu. Pembelian ini dilakukan bila modal terbatas,
ED cepat, dan PBF berada tidak jauh dari apotek, misalnya berada
53
54
Surat pesanan ini untuk memesan obat yang mengandung prekursor. Surat
pesanan prekursor dibuat tiga rangkap. Surat pesanan prekursor hanya dapat
digunakan untuk memesan satu atau beberapa jenis prekursor.
e. Surat Pesanan Obat Obat Tertentu (OOT)
Surat pesanan ini untuk memesan Obat Obat Tertentu (OOT). Surat pesanan
Obat Obat Tertentu (OOT) dibuat tiga rangkap. Kriteria Obat Obat Tertentu
(OOT) terdiri atas obat atau bahan yang mengandung : Tramadol,
Triheksifenidil, Klorpromazin, Amitriptilin, Haloperidol, Dextrometorfan.
Gambar 4.1 SP obat bebas, obat bebas terbatas dan obat keras
2. SP untuk obat yang mengandung prekursor
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
1. Apoteker penanggung jawab PBF, bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
ketentuan pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran obat dan/atau bahan obat.
Apoteker penanggung jawab dilarang merangkap jabatan sebagai
direksi/pengurus PBF atau PBF cabang, dana dalam melaksanakan tugasnya
harus memastikan bahwa fasilitas distribusi telah menerapkan CDOB dan
memenuhi pelayanan public.
2. Pedagang Besar Farmasi merupakan suatu perusahaan berbentuk badan
hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat
dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan
perundangundangan. Dalam perizinan pendirian PBF terdapat beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi oleh pemohon, dan melalui proses yang telah
ditentukan. Dalam pelaksanaan tugasnya, PBF harus memenuhi CDOB.
3. CDOB merupakan hal yang harus diterapkan bahkan PBF wajib memiliki
sertifikat CDOB. Tingkat penerapan CDOB secara langsung maupun tidak
langsung berpengaruh terhadap mutu obat/bahan obat di suatu PBF.
62
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 9 Tahun 2019. Tentang
Pedoman teknis cara distribusi obat yang baik. Jakarta
63
LAMPIRAN
Lampiran 1
Formulir Perizinan PBF
64
Lampiran 2
Formulir Permohonan Pengakuan PBF Cabang
65
Lampiran 3
Struktur Organisasi PBF PT. Alida Perintis Jaya
66
67
Lampiran 4
Formulir Barang Kembalian
68
Lampiran 5
Berita Acara Penarikan Barang
69
Lampiran 6
Faktur PBF PT. Alida Perintis Jaya
70
Lampiran 7
Form Checklist Penerimaan Barang PBF PT. Alida Perintis Jaya
71
Lampiran 8
Nomor Induk Berusaha (NIB)
72
Lampiran 9
Serifikat CDOB
73
Lampiran 10
Dokumentasi PKPA PT. Alida Perintis Jaya
74