Laporan Kimia Pengenceran

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kimia merupakan  salah satu cabang dari ilmu pengetahuan alam yang membahas
tentang unsur, senyawa, dan molekul-molekul alam baik yang organik maupun non organik,
ilmu ini sama seperti ilmu-ilmu alam yang lain baik dalam mengkaji, meneliti dan
mengembangkan masalah dengan proses ilmiah karena melakukan penelitian dengan
sistem mencari masalah dan menyelesaikan masalah.
Salah satu kegiatan dasar yang dilakukan dilaboratorium yaitu pengenceran. Kegiatan
ini termasuk kegiatan yang sering dilakukan di dalam laboratorium. Untuk menyatakan
kepekatan atau konsentrasi suatu larutan dapat dilakukan berbagau cara tergantung pada
tujuan penggunaannya Untuk memperkecil konsentrasi suatu larutan maka dilakukan
pengenceran, dengan cara menambahkan pelarut. Selain itu melalui praktikum ini mahasiswa
juga diperkenalkan dengan berbagai macam jenis zat, larutan dan pelarut, serta tingkat
bahaya dari masing-masing larutan.
Ekstraksi merupakan salah satu proses pemisahan zat yang diinginkan dari suatu material
tanaman. Metode ekstraksi mengandalkan sifat kelarutan dari senyawa yang akandiekstrasi terhadap
pelarut yang digunakan. Keberhasilan ekstraksi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor sehingga perlu
adanya ketelitian dalam memilih metode yang diinginkan. Adapun percobaan yang praktikan lakukan
setelah ekstrasi yaitu pencampuran. Campuran merupakan gabungan dua zat murni dengan
komposisi sembarangan. Pada percobaan kali ini praktikan akan mempelajari tentang
berbagai macam sifat campuran dan bagaimana pencampuran atau penggabungan materi
tunggal dengan air dan meteri gabungan dengan air.

1.2 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini yaitu praktikan mengerti dan memahami peraturan dan
keamanan kerja di laboratorium. Praktikan memahami dan terampil dalam menggunakan
peralatan laboratorium sederhana. Praktikan mampu melakukan pengukuran dan percobaan
kimia sederhana di laboratorium.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Laboratorium memiliki fungsi sebagai tempat untuk melakukan kegiatan praktek


percobaan atau eksperimen serta menguji konsep-konsep ilmu pengetahuan secara terkontrol
atau terkendali. Laboratorium kimia juga menjadi pusat pemerolehan pengetahuan dan
pengembangan materi baru untuk digunakan di masa depan serta pusat pemantauan dan
pengendalian bahan kimia yang saat ini digunakan secara rutin dalam ribuan proses komersial
yang mendukung proses pembelajaran yang didalamnya terkait dengan pengembangan,
pemahaman, keterampilan dan inovasi (Baharuddin dan Aziz, 2013, hal:1)
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya
terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan yang
lainnya pelarut organik. Proses ekstraksi dapat berlangsung pada ekstraksi cair-cair atau
dikenal juga dengan nama ekstraksi solven. Ekstraksi jenis ini merupakan proses yang umum
digunakan dalam skala laboratorium maupun skala industri. Kemampuan tidak saling
bercampur pada ekstraksi cair-cair, pelarut tidak boleh (atau hanya secara terbatas) larut
dalam bahan ekstraksi. Kerapatan terutama pada ekstraksi cair-cair, mungkin terdapat
perbedaan kerapatan yang besar antara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar
kedua fase dapat dengan mudah dipisahkan kembali setelah pencampuran atau pemisahan
dengan gaya berat.
Ekstraksi pelarut atau biasa dikenal dengan penyarian, merupakan suatu proses
pemisahan dimana suatu zat terdistribusi dalam dua pelarut yang tidak bercampur. Penyarian
merupakan pemisahan dimana suatu zat terdistribusi kedalam dua pelarut yang tidak saling
bercampur. Kegunaan besar dari penyarian ini adalah kemungkinan untuk pemisahan dua
senyawa atau lebih berdasarkan perbedaan perbedaan koefisien distribusi (K D). Menurut
Walter Nerst, hukum diatas hanya berlaku bila zat terlarut tidak mengalami perubahan pada
kedua pelarut. Bila zat terlarut tidak mengalamii disosiasi, asosiasi atau tidak bereaksi dengan
zat pelarut, amka dapt dihitung berapa zat terlarut yang dapat diekstasi dalam ekstraksi
pelarut (Rudi, 2012).
Proses ekstraksi dilakukan secara berulang kali akan memberikan tingkat efisien yang
lebih tinggi dari pada ekstraksi satu kali, meskipun volum yang digunakan dalam pelarut
sama. (Tim Kimia Analitik, 2014)
2
Campuran adalah zat yang terbentuk dari beberapa zat berbeda melalui proses
fisika.  Campuran terbentuk dari beberapa zat dengan perbandingan yang tidak pasti
(sembarang) dan sifat masing-masing zat pembentuk campuran tidak berubah. Contohnya,
gula atau garam dicampur dengan air maka rasa asin dari garam dan rasa manis dari gula
masih dapat dirasakan.Zat-zat pembentuk campuran mudah dipisahkan dengan
cara fisika. Campuran dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya udara, air
tanah, air laut, tanah, pasir, asap, dan lain-lain. Jenis-jenis campuran dapat dibedakan menjadi
dua jenis, yaitu campuran heterogen dan campuran homogen.
Campuran heterogen adalah campuran yang zat-zat penyusunnya masih dapat
dibedakan secara visual (dengan penglihatan). Campuran heterogen dibedakan menjadi
suspensi dan koloid. Suspensi adalah campuran zat padat dalam zat cair atau gas tetapi zat
padat tidak larut. Misalnya, campuran pasir dengan air. Sedangkan, koloid adalah campuran
antara dua atau lebih zat di mana zat penyusunnya tersebar dalam zat lainnya. Contoh koloid
adalah awan, keju, susu, tinta, santan, margarin, dan lainnya. Campuran homogen
adalah campuran serba sama dalam bentuk molekul. Artinya, zat yang terlarut terurai menjadi
molekul. Pada larutan, zat pembentuk larutan tidak dapat diamati dengan mata meskipun
menggunakan mikroskop. Larutan memiliki ciri; jernih dan tidak mengendap kecuali terjadi
penurunan suhu atau dipanaskan. Larutan dapat berupa zat padat dalam zat cair, seperti laut,
air teh, air gula, dan lain-lain. Selain itu, dapat berupa larutan zat padat dalam zat padat
misalnya perunggu, kuningan, dan lainnya.

BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

3
Praktikum dilaksanakan pada hari jumat, 28 September 2018, pukul 11.00 – 13.00 WIB
di Laboratorium Biokimia, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya Wacana.
3.2 Alat
Peralatan yang digunakan adalah pipet tetes, erlenmeyer 100 mL dan 250 mL, beaker
glass 100 mL dan 250 mL, gelas ukur 100 mL, tabung reaksi, rak tabung reaksi, vortex,
clingwarb, sendok makan, sendok the, batang pengaduk, mortar, kertas saring, corong gelas dan
pisau. Bahan – bahan yang diperlukan adalah alkohol 96%, akuades, air kran, pewarna, cuka
makanan, jahe, kunyit, kubis ungu, sabun cair, pasir, santan, susu bubuk, kopi, minyak goreng,
tepung terigu, teh, garam dapur dan gula.

3.3 Metode
Metode yang dilakukan dalam praktikum kali ini yaitu pengenceran terhadap alkohol
dan air kran, ekstraksi alkohol dan air terhadap jahe, kunyit serta kubis ungu, dan diamati
apakah hasil percobaan tersebut termasuk dalam suspensi, koloid atau larutan. Adapun
metode cara kerja yaitu pertama-tama yang harus dilakukan disediakannya alat-alat dan
bahan yang dibutuhkan dalam kegiatan praktikum. Percobaan pertama yang dilakukan yaitu
ekstraksi kunyit, jahe, dan kubis ungu (bandingkan antara rendemen dengan akuades dan
rendemen dengan alkohol 70%. Kemudian hasil dari rendemen disaring dengan kertas
saring). Percobaan kedua yaitu masukkan 50-100 mL air kran kedalam beakerglass,
tambahakan 1 sendok makan gula pasir, dan aduklah selama 1 menit. Diamkan selama 10
menit dan catatlah apa yang terjadi. Kemudian saringlah campuran tersebut dengan kertas
saring, dilakukan hal tersebut pada sampel susu, garam, terigu, pasir dan teh. Percobaan
ketiga yang dilakukan yaitu masukkan 5 mL air kran, 2 mL minya goeng dan 2 mL sabun cair
kedalam tabung reaksi, kemudian bolak-balikkan campuran dalam tabung selama 1 menit
(vortex) dan didiamkan selama 10 menit. Kemudian catat apa yang terjadi setelah 10 menit.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 4.1.1 Perbandingan Ektraksi Alkohol dan Air
4
PELARUT
PERBANDINGAN SAMPEL
ALKOHOL 70% AIR
Kuning bening Keruh

Jahe

Orange jernih Orange keruh

Warna Kunyit

Ungu jernih Ungu pekat

Kubis Ungu

Jahe Aroma jahenya menyengat Aroma jahe asli


Aroma Kunyit Aroma kunyit menyengat Aroma kunyit asli
Kubis Ungu Aroma kubis menyengat Aroma kubis asli

Jahe 42 mL 43,5 mL
Volume Kunyit 43 mL 39 mL
Kubis Ungu 43 mL 38 mL

5
Tabel 4.1.2 Sifat Campuran Dari Berbagai Meteri Tunggal dengan Air
CAMPURA
N MATERI SIFAT CAMPURAN

TUNGGAL
KEJERNIHAN
DENGAN KELARUTAN KEKERUHAN ENDAPAN STABILITAS
FILTRAT
AIR
Larut Tidak keruh Tidak ada endapan Jernih Stabil

Gula

Larut Tidak keruh Tidak ada endapan Jernih Stabil

Garam

Larut keruh Tidak ada endapan Tidak jernih stabil

Susu

Larut Keruh Ada endapan Tidak jernih Tidak stabil

Terigu

Larut Keruh Ada endapan Tidak jernih Tidak stabil

Santan

Pasir Tidak Keruh Ada endapan Jernih Stabil

6
Larut Keruh Tidak ada endapan Jernih Stabil

Teh

Tidak Keruh Ada endapan Tidak jernih Tidak stabil

Kopi

Tabel 4.1.3 Sifat Campuran Dari Gabungan Materi dengan air


HASIL PENCAMPURAN
KOMPONEN CAMPURAN
BERCAMPUR TIDAK BERCAMPUR

Air + Minyak Goreng

Air + Minyak Goreng + Sabun


Cair

7
4.2 Pembahasan
Ekstraksi adalah proses pemisahan yang meliputi pemisahan distribusi suatu zat
terlarut antara dua fase cair yang tidak saling bercampur, dimana bermanfaat untuk
memisahkan campuran senyawa dalam berbagai sifat kimia yang berbeda. Sedangkan
ekstraksi yang menggunakan dua fase cair yang berperan sebagai pelaut disebut ekstraksi
pelarut. Pada ekstraksi alkoho dan air terhadap jahe, kunyit, dan kubis ungu. Dapat diketahui
bahwa alkohol bersifat lebih sukar menetes ketika dilakukannya penyaringan menggunakan
kertas saring, ini diakibatkan oleh larutan alkohol mempunyai konsentrasi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan konsentrasi yang ada dalam air sehingga air yang tercampur dengan
jahe, kunyit dan kubis ungu lebih cepat menetes dan mengakibatkan perbandingan volume
alkohol dan air berbeda. Volume alkohol lebih sedikit dibandingkan volume air setelah kedua
larutan tersebut si saring menggunakan kertas saring.

Percobaan selanjutnya yaitu mengetahui sifat dari material tunggal yang dicampurkan
dengan air. Petama yaitu gula, dilarutkan didalam air, kemudian akan larut dan terbentuk
larutan gula. Ketika larutan gula diaduk dan dibiarkan selama beberapa menit, warnanya
menjadi bening dan tidak ada endapan. Ketika disaring dengan kertas filtrat, tidak ada yang
dapat tersaring dari larutan gula, sehingga warna kertasnya tetap bening. Perbandingan warna
larutan gula ketika sebelum disaring dan sesudah disaring dengan kertas filtrat adalah stabil.
 Ketika kristal garam dilarutkan didalam air, garam tersebut akan larut dan terbentuk
larutan garam. Ketika larutan gula diaduk dan dibiarkan selama beberapa menit, warnanya
menjadi bening dan tidak ada endapan. Ketika disaring dengan kertas filtrat, tidak ada yang
dapat tersaring dari larutan garam, sehingga warna kertasnya tetap bening. Perbandingan
warna larutan garam ketika sebelum disaring dan sesudah disaring dengan kertas filtrat
adalah stabil.

8
Pada saat susu dicampurkan dengan air, susu tersebut larut. Susu tersebut ketika
diaduk dan didiamkan selama 10 menit, warnanya menjadi keruh, tetapi tidak ada endapan.
Ketika disaring dengan kertas filtrat, ada yang dapat tersaring dari susu tersebut, sehingga
warna kertasnya menjadi keruh. Perbandingan warna susu ketika sebelum disaring dan
sesudah disaring menggunakan kertas filtrat adalah tidak stabil. Pada saat terigu dicampurkan
dengan air, terigu tersebut tidak larut. Terigu tersebut ketika diaduk dan didiamkan selama
beberapa menit, warnanya menjadi keruh, dan memiliki endapan. Ketika disaring dengan
kertas fitrat, ada yang dapat tersaring dari terigu tersebut, sehingga warna kertasnya menjadi
keruh. Perbandingan warna terigu ketika sebelum disaring dan sesudah disaring dengan
kertas filtrat adalah tidak stabil. Pada saat santan dicampurkan dengan air, santan tersebut
tidak larut. Santan tersebut ketika diaduk dan didiamkan selama 10 menit, warnanya menjadi
keruh, tetapi tidak memiliki endapan. Ketika disaring dengan kertas filtrat, ada yang dapat
tersaring, dan warnanya keruh. Perbandingan warna santan ketika sebelum disaring dan
sesudah disaring dengan kertas filtrat adalah tidak stabil.
Pada saat pasir dicampurkan dengan air, pasir tersebut tidak larut. Santan tersebut
ketika diaduk dan didiamkan selama 10 menit, warnanya menjadi keruh, dan memiliki
endapan. Ketika disaring dengan kertas filtrat, pasir dapat disaring, dan warnanya keruh.
Perbandingan warna pasir ketika sebelum disaring dan sesudah disaring dengan kertas filtrat
adalah tidak stabil. Ketika teh dilarutkan didalam air, teh tersebut akan larut dan terbentuk
larutan teh. Ketika larutan teh diaduk dan dibiarkan selama 10 menit, warnanya menjadi
bening dan tidak ada endapan. Ketika disaring dengan kertas filtrat, tidak ada yang dapat
tersaring dari larutan teh, sehingga warna kertasnya tetap bening. Perbandingan warna larutan
teh ketika sebelum disaring dan sesudah disaring dengan kertas filtrat adalah staibil.
Kemudian ketika kopi dicampurkan dengan air, kopi tersebut tidak larut. kopi tersebut
ketika diaduk dan didiamkan selama 10 menit, warnanya menjadi keruh, dan memiliki
endapan. Ketika disaring dengan kertas fitrat, ada yang dapat  tersaring dari kopi tersebut,
sehingga warna kertasnya menjadi keruh. Perbandingan warna kopi ketika sebelum disaring
dan sesudah disaring dengan kertas filtrat adalah tidak stabil.
Lalu percobaan yang terakhir yaitu sifat campuran dari gabungan material dengan air.
Campuran yang terdiri atas air dan minyak tidak bercampur. Sedangkan campuran yang
terdiri atas air, minyak, dan sabun cair bercampur.

9
Adapun perbedaan larutan dan senyawa yaitu berdasarkan koposisinya materi dibadi
menjadi 3 yaitu unsur, senyawa, dan campuran. Unsur adalah bentuk sederhana dari mareri
dan tidak dapat diurai lagi. Senyawa adalah gabungan dua atau lebih unsur dengan
perbandingan tentu dan tetap. Sedangkan campuran yaitu gabungan berbagai unsur dan
senyawa yang membentuk sebuah materi. Berdasarkan persebarannya campuran terbagi
menjadi campuran dispersi homogen dan campuran dispersi heterogen. Dispersi homogem
inilah yang biasa disebut dengan larutan. Maka dapat disimpulkan bahwa larutan dan
senyawa perbedaanya terdapat pada susunan yang terkandung dalamnya. Jadi larutan adalah
gabungan unsur dan senyawa yang dapat membentuk meterial berupa larutan.
Prinsip pemisahan minyak dan air didasari oleh perbedaan berat jenis masing-masing
senyawa. Dengan berat jenis air 1 kg/m3dan berat jenis minyak 0,8 kg/m3, dapat terlihat
bahwa minyak memiliki berat jenis yang lebih rendah / ringan sehingga ketika proses
separasi, posisi minyak akan berada diatas air. Alat untuk separasi air dan minyak dinamakan
separator. Karena pemisahan minyak dan air terdiri dari 2 fasa, maka yang digunakan dalam
teknologi ini ialah separator 2 fasa. Air merupakan senyawa polar tidak akan pernah larut
dengan minyak yang merupakan senyawa nonpolar. Hal ini dikarenakan minyak hanya dapat
membentuk dipol sesaat. Misalkan saja suatu saat ujung pertama minyak bermuatan positif
dan ujung keduanya bermuatan negatif. Maka ujung pertama yang positif akan berinteraksi
dengan O dari air yang parsial negatif. Demikian sebaliknya. Namun jika tiba-tiba, muatan
minyak berganti, ujung pertama menjadi negatif dan ujung kedua menjadi positif, maka
interaksi akan hancur dan rusak. Oleh karena itu antara minyak dan air tidak akan larut. (J.E.
House 2008)
Alkohol 96% atau bisa disebut juga Ethanol (ethyl alcohol), berfungsi sebagai pelarut pada
proses praktikum ekstraksi karena sifatnya yang mudah larut dalam air.
Fungsi alkohol 96% adalah untuk membuat jahe, kunyit dan kubis ungu menjadi bening /
clear. Aquades berfungsi untuk sebagai pelarut pada saat melarutkan senyawa, sebagai
penjelas warna pada indikator pp. Dalam suatu pembuatan media, aquades sangat diperlukan
untuk melarutkan bahan yang akan digunakan. Aquades juga merupakan sumber air yang
nantinyaakan digunakan oleh mikroorganisme untuk bisa hidup.
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih
partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah) tersebar secara
merata di dalam zat lain (medium pendispersi/pemecah). Ukuran partikel koloid berkisar

10
antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal
dari suatu partikel. Contoh dari sistem koloid adalah tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk
warna (padat) dengan cairan (air). Selain tinta, masih terdapat banyak sistem koloid yang
lain, seperti mayonais, hairspray, jelly, dan lain-lain (Nabilah,2008).

BAB V
KESIMPULAN
Dari percobaan di atas, dapat disimpulkan bahwa praktikan harus memahami cara,
teknis, dan pelaksanaan keselamatan di laboratorium serta masing-masing alat laboratorium
memiliki prosedur tersendiri sesuai dengan guna dan fungsinya. Serta praktikan telah
mengetahui cara menimbang, mengencerkan, dan menakar bahan-bahan. Praktikan juga telah
mengetahui alat-alat yang teliti digunakan untuk mengukur. Serta praktikan dapat
membedakan larutan, koloid dan suspensi dalam kegiatan praktikum.
11
DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin, Maswati dan Aziz, Fitria. Modul Manajemen Laboratorium. Makassar: jurusan
Kimia UIN Alauddun, 2013
Buku penuntun praktikum kimia 2013.laboratorium teknologi pertanian unib. Bengkulu

House, J. E. (2008). Inorganic Chemistry. USA: Academic Press

Nabilah.2008.” Koloid” ( www.nabilahfirest.multiply.com). Diakses pada 29-09-2011

Rudi.  2012. Buku Petunjuk Praktikum Dasar-Dasar Pemisahan Analitik. Universitas

Haluoleo. Kendari.
12
Sulistiyani.2009.(http://staffnew.uny.ac.id/upload/198001032009122001/pendidikan/1-materi-dan-

hukum-dasar-kimia.pdf). Diakses tanggal 20 Desember 2009.

Tim Kimia Analitik. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Analitik II. Jambi: Universitas Jambi.

13

Anda mungkin juga menyukai