Seni Dan Kreativitas Aud

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

SENI DAN KREATIVITAS

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas

Mata Kuliah : Pengembangan Seni AUD

Dosen Pengampu : Aghnaita, M.Pd.

Oleh :

Kelompok 3

FADILAH UTAMI

NIM 1901180012

PIRASINTIYA

NIM 1901180022

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

1443 H/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. yang dengan rahmat dan
karunia-Nya lah kami bisa menyusun makalah ini. Tidak lupa shalawat dan salam
kita curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw. yang mudah-
mudahan kita diberikan syafat oleh beliau pada hari akhir kelak. Aamiin.

Ungkapan terima kasih juga kami ucapkan kepada Ibu Aghnaita selaku
dosen pengampu mata kuliah Pengembangan Seni AUD yang dengan sabar
membimbing dan memberikan ilmunya kepada kami sehingga dapat terselesaikan
makalah dengan judul “SENI DAN KREATIVITAS”.

Meskipun jika ditinjau makalah ini masih banyak kekurangan di


dalamnya, sehingga kami perlu kritik dan saran untuk bisa lebih baik lagi dalam
membuat makalah kedepannya.

Kami menyadari kekurangan dari makalah ini, sehingga kami memohon


kritik dan saran kepada pembaca. Terima kasih kepada pembaca sekalian.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Palangka Raya, 02 April 2021

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

COVER..............................................................................................i

KATA PENGANTAR.......................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG...........................................................1
B. RUMUSAN MASALAH......................................................2
C. TUJUAN PENULISAN........................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kreativitas......................................................4
B. Ekspresi Kreativitas Anak...............................................5
C. Kreativitas Warisan atau Dipelajari.................................5
D. Hubungan Kreativitas dengan Intelektual.......................8
E. Periode Penting Kreativitas............................................10
F. Peran Seni dalam Meningkatkan Kreativitas Anak........14

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN....................................................................16
B. SARAN.................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Anak adalah harapan masa depan. Karenanya, mereka perlu
disiapkan agar kelak menjadi sumber daya manusia yang berkualitas
danberguna bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Untuk itu perlu
dipersiapkan sejak dini. Anak perlu mendapatkan pendidikan sejak
dini karena anak usia dini mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangan. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang
paling mendasar menempati posisi yang sangat strategis dalam
pengembangan sumber daya manusia (Depdiknas, 2005:1).
Mengingat anak usia dini, yaitu anak yang berada pada rentang
usia lahir sampai enam tahun merupakan rentang usia kritis dan
sekaligus strategis dalam proses pendidikan yang dapat mempengaruhi
proses serta hasil pendidikan pada tahap selanjutnya (Depdiknas,
2005:2). Anak usia dini berada dalam masa keemasan disepanjang
rentang usia perkembangan manusia.
Montessori dalam Hainstock (1999:10-11) mengatakan bahwa
masa ini merupakan periode sensitif, selama masa inilah anak mudah
menerima stimulus-stimulus dari lingkungannya. Usia dini juga
merupakan usia bermain, sehingga belajarpun juga harus dalam bentuk
permainan. Seorang anak akan belajar dengan lebih semangat bila anak
merasa senang. Oleh karena itu pendidik hendaknya selalu mencari
cara yang kreatif. Piaget dalam Mayesty (1990:42) mengatakan bahwa
bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan
menimbulkan kesenangan atau kepuasan bagi diri seseorang,
sedangkan Parten (Mayesty, 1990:61-62) memandang kegiatan
bermain sebagai sarana sosialisasi dimana diharapkan melalui bermain
dapat memberi kesepakatan anak bereksplorasi, menemukan,

1
mengekspresikan perasaan, berkreasi, dan belajar secara
menyenangkan.
Pendidikan di Taman Kanak-kanak dilaksanakan dengan prinsip
bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain. Dunia anak adalah
dunia bermain. Melalui bermain anak dapat mengekpresikan atau
menyalurkan hobinya, agar hobi yang dimilikinya dapat terlihat atau
muncul. Maka sangat tepat bermain sambil belajar diterapkan untuk
anak usia dini. Taman Kanak-kanak merupakan landasan dasar yang
harus ditempuh sebelum anak usia dini memasuki jenjang pendidikan
selanjutnya. Dalam Garis-Garis Besar Progam Kegiatan Belajar Taman
Kanak-kanak, bermain juga merupakan prinsip dalam pengajaran di
Taman Kanak-kanak, dimana bermain merupakan cara yang paling
baik untuk mengembangkan kemampuan anak didik. Pada prinsipnya
bermain mengandung rasa senang. Perkembangan bermain sebagai
cara pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan perkembangan umur
dan kemampuan anak didik.
Kreatif merupakan kata sifat dari kreativitas yang bermakna
memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu. Sedangkan devinisi
kreativitas sendiri adalah kemampuan untuk memikirkan sesuatu
dengan cara-cara yang baru dan tidak biasa serta melahirkan suatu
solusi yang unik terhadap masalah-masalah yang dihadapi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian kreativitas?
2. Bagaimana ekspresi kreativitas anak?
3. Apakah kreativitas warisan atau dipelajari?
4. Apa hubungan kreativitas dengan intelektual?
5. Apa saja periode penting kreativitas?
6. Apa saja peran seni dalam meningkatkan kreativitas anak?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui pengertian kreativitas.

2
2. Mengetahui ekspresi kreativitas anak.
3. Mengetahui kreativitas warisan atau dipelajari.
4. Mengetahui hubungan kreativitas dengan intelektual.
5. Mengetahui periode penting kreativitas.
6. Mengetahui peran seni dalam meningkatkan kreativitas anak.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kreativitas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kreativitas adalah
kemampuan untuk mencipta; daya cipta. Perihal berkreasi; kekreatifan.
Menurut, Sumanto (2005: 11) kreativitas seni rupa adalah
kemampuan menemukan, menciptakan, membuat, merancang ulang dan
memadukan sesuatu gagasan baru maupun lama menjadi kombinasi baru
yang divisualkan ke dalam komposisi suatu karya seni rupa dengan
didukung kemampuan terampil yang dimilikinya.
Kreativitas anak usia dini adalah kreativitas alamiah yang dibawa
dari sejak lahir dan merupakan kemampuan untuk menghasilkan
pemikiran-pemikiran yang asli, tidak biasa, dan sangat fleksibel dalam
merespon dan mengembangkan pemikiran dan aktivitas. Kreativitas alami
seorang anak usia dini terlihat dari rasa ingin tahunya yang besar. Hal ini
terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan kepada orang tuanya
terhadap sesuatu yang dilihatnya. Adakalanya pertanyaan itu diulang-
ulang dan tidak ada habis-habisnya. Selain itu, anak juga senang
mengutak-atik alat mainannya sehingga tidak awet dan cepat rusak hanya
karena rasa ingin tahu terhadap proses kejadian. Kreativitas anak dapat
dikembangan dengan cara bermain.
Utami Munandar (1999) menguraikan definisi tentang kreativitas
berdasarkan empat P, pertama pribadi (person), bahwa setiap anak
adalah pribadi unik dan kreativitas adalah ungkapan (ekspresi) dari
keunikan pribadi individu. Kedua proses (process), kreativitas sebagai
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru atau untuk
menemukan hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah
ada sebelumnya dalam mencari jawaban baru terhadap suatu masalah,
merupakan manifestasi dari kelancaran, fleksibilitas dan orisinalitas
pemikiran anak. Ketiga pendorong (press), kreativitas dapat berkembang

4
jika ada “press” atau pendorong, baik dari dalam (dorongan internal,
keinginan, motivasi atau hasrat yang kuat dari diri sendiri) untuk berkreasi,
maupun dari luar, yaitu lingkungan yang memupuk dan mendorong
pikiran, perasaan, sikap dan perilaku anak yang kreatif dengan
memberikan peluang kepada anak untuk bersibuk diri secara kreatif.
Keempat produk (product), bahwa produk-produk kreativitas yang
konstruktif pasti akan muncul, karena produk kreativitas muncul dari
proses interaksi dari keunikan individu, di satu pihak dan bahan, kejadian,
orang-orang atau keadaan hidupnya (faktor lingkungan dilain pihak).

B. Ekspresi Kreativitas Anak


Beberapa cara yang paling umum digunakan anak untuk
mengekspresikan kreativitas pada berbagai usia dijelaskan oleh Hurlock
(1999), sebagai berikut: Animisme adalah kecenderungan untuk
menganggap benda mati sebagai benda hidup. Anak kecil mempunyai
pengetahuan dan pengalaman yang terlalu minim untuk mampu
membedakan antara hal-hal yang mempunyai sifat hidup dan yang tidak.
Pikiran animistik dimulai sekitar usia anak 2 tahun, mencapai puncaknya
antara 4 dan 5 tahun, kemudian menurun dengan cepat dan menghilang
segera sesudah anak masuk sekolah.

C. Kreativitas Warisan atau Dipelajari


Asumsi Tentang Kreativitas
Menurut Dedi Supriadi (1994 : 15). Ada enam asumsi tentang
kreativitas, yaitu :
a. Setiap orang memiliki kemampuan kreatif dengan tingkat yang
berbeda beda. Tidak ada orang yang sama sekali tidak memiliki
kreativitas, dan yang diperlukan adalah bagaimana
menggembangkan kreativitas. Dikemukakan oleh Devito
(1971: 213 – 216) bahwa kreativitas merupakan suatu
kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang dengan

5
kemampuan yang berbeda-beda. Setiap orang lahir dengan
potensi kreatif, dan potensi ini dapat dikembangkan dan
dipupuk.
b. Kreativitas dinyatakan dalam bentuk-bentuk produk-produk
kreatif, baik berupa benda maupun gagasan.produk kreatif
merupakan “criteria puncak” untuk memiliki tinmggi
rendahnya kreativitas seseorang.
c. Aktulalisasi kreativitas merupakan hasil dari proses interaksi
antara faktor-faktor psikologis (internal) dengan lingkungan
(eksternal). Pada setiap orang peranan masing-masing faktor
tersebut berbeda-beda. Asumsi ini disebut juga sebagai asumsi
interaksional (Stain,1967) atau sosial
psikologi (Amabilic,1983, Sumonto, 1975) yang memandang
kedua faktor tersebut secara komplementar. Artinya kreativitas
berkembang berkat serangkaian proses interaksi sosial individu
dengan potensi kreatifnya mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
lingkungan sosial-budaya temapat ia hidup.
d. Dalam diri seorang dan lingkunganya terdapat faktor-faktor
yang menghambat dan menunjang perkembangan  kreativitas
itu. Faktor-faktor tersebut dapat diindentifikasikan persamaan
dan perbedaanya pada kelompok individu atau antara individu
yang satu denga yang lain.
e. Kreativitas seseorang tidak berlangasung dalam bervakuman,
melainkan didahului oleh dan merupakan pengembangan dari
hasil-hasil kreativitas orang-orang yang berkaya sebelumnya.
Jadi kreativitas merupaka kombinasi baru dari hal-hal yang
sudah ada sebelumnya sehingga melahirkan sesuatu yang baru.
Karya kreatif tidak hanya lahir karena kebetulan, melainkan
melalui serangkaian proses kreatif yang menuntut kecapakan,
ketrampilan.

6
f. Karya kreatif tidak hanya lahir karena kebetulan, melainkan
melalui serangkaian proses kreatif yang menuntut kecakapan,
ketrampilan dan motivasi yang kuat. Ada tiga faktor yang
menentukam prestasi seseorang, yaitu motivasi atau komitmen
yang tinggi, ketrampilan dalam bidang yang ditekuninya dan
kecakapan kreatif.

Kreativitas anak dapat dikembangan dengan cara-cara berikut ini:

1. Bermain
Bermain merupakan awal dari perkembangan kreativitas, karena
dalam kegiatan yang menyenangkan, anak dapat mengungkapkan
imajinasinya dengan bebas, oleh karena itu kegiatan bermain dapat
dijadikan dasar dalam mengembangkan kreativitas anak.
2. Melatih Kemampuan Otak Kanan
Untuk melatih kemampuan otak kanan, caranya adalah dengan
mengajak anak-anak  bernyanyi,  berpuisi, menggambar,  dan 
berbagai  macam kegiatan kreatif lainnya, agar kemampuan otak 
kanan dapat bekerja lebih  optimal.  Pada umumnya di sekolah anak-
anak akan lebih cenderung menggunakan otak kiri, dan  bila
kemampuan otak kanan dan kiri bisa bekerja dengan baik dan
seimbang,  maka anak-anak  tidak hanya akan berpeluang
mendapatkan prestasi  di bidang akademis saja,  melainkan bisa meraih
prestasi-prestasi  di bidang yang  lain, misalnya kesenian.
3. Berkreasi Setiap Hari
Agar anak-anak kreatif, kita dapat mengajarkan pada anak-anak
dengan kegiatan menggambar,  melipat  kertas,  bermain game,
bermain puzel, bermain permainan-permaian edukatif,  bernyanyi, 
bercerita, dan masih banyak lagi.
4. Beri Anak Pengalaman Baru
Untuk memberikan pengalaman baru pada anak-anak; berikanl
waktu khusus dengan mengajaknya ke tempat-tempat yang belum

7
pernah dikunjunginya, seperti museum, kebun binatang dan taman
rekreasi. Hal-hal baru ini dapat meningkatkan atau merangsang
imajinasi anak sehingga krrtivitas anak semakin meningkat.
5. Meningkatkan Perbendaharaan Kata pada Anak
Untuk meningkatkan perbendaharaan kata-kata anak, dapat melalui
kegiatan membaca, mendongeng, bercerita pengalaman, tanya jawab,
bernyanyi, dan kegiatan lainnya, karena semakin  tinggi  
perbedaharaan kata  anak,  maka seorang  anak akan menjadi  lebih
mudah  dalam memahami  seseuatu.
6. Melatih Kemampuan Mendengar Anak
Untuk melatih kemampuan mendengar anak, dapat menggunakan
tape recorder dan laoudspeaker. Alat-alat tersebut bisa  digunakan
untuk melatih kemampuan mendengar anak-anak. Agar indera
pendengaran  anak bisa  terlatih dengan baik, lebih baik kita sering
sering  mengajak anak untuk  mendengarkan lagu-lagu, cerita, lalu
menanyakan hal-hal yang yang terdapat pada lagu atau cerita tersebut,
dapat juga belajar bahasa  Inggris, jika usia anak sudah memadai.
7. Sediakan fasilitas yang mendukung kreativitas anak
Untuk merangsang kreativitas anak, yaitu dengan cara
menyediakan fasilitas yang mendukung kreativitas anak, seperti
mainan bongkar pasang, balok susun, puzzle. Ketika bermain
permainan ini, anak akan masuk pada imajinasinya sendiri, maka akan
sangat merangsang proses berfikir dan kreativitas anak.
Jadi kreativitas itu adalah warisan atau bawaan dari lahir yang
sifatnya adalah dipelajari atau diasah terus menerus. Semakin diasah
kemampuan kreativitas orang maka semakin kreatif lah orang tersebut.

D. Hubungan Kreativitas dengan Intelektual


Menurut Monty P. Satiadarma dan Fidelis E.Waruwu adalah :
“keterkaitan antara kreativitas dan inteligensi menunjukkan bahwa sampai
tingkat tertentu terdapat hubungan antara kreativitas dan inteligensi.

8
Hubungan itu merupakan keharusan karena kreativitas tidak dapat
berfungsi dalam suatu kekosongan. Kreativitas menjurus ke penciptaan
suatu yang baru tergantung pada kemampuan untuk mendapatkan
pengetahuan yang sudah umum diterima sebelumnya dan ini tergantung
pada kemampuan intelektual seseorang”.
Menurut Psikolog Dr Seto Mulyadi M.Psi adalah : “antara
kecerdasan dan kreativitas anak itu mempunyai hubungan yang sangat
erat, oleh karena itu anak tidak boleh hanya dididik menjadi seorang anak
yang cerdas saja, tetapi juga menjadi anak yang kreatif dan mempunyai
emosi stabil”.
Menurut Yeni Rachmawati “Kecerdasan dan kreativitas memiliki
kaitan yang erat walaupun tidak mutlak. Orang yang kreatif dapat
dipastikan adalah orang yang cerdas, namun tidak selalu orang yang cerdas
pasti kreatif”.
Menurut Getzels dan Jackson “Hampir tidak ada hubungan antara
kreativitas dan inteligensi”. Teori ini mengatakan bahwa orang yang
mempunyai IQ tinggi mungkin saja kreativitasnya rendah atau sebaliknya,
hal itu menunjukkan kreativitas dan inteligensi adalah dua ranah
kemampuan manusia yang berbeda dalam sifat dan orientasinya,
inteligensi tidak dapat dijadikan kriteria tunggal untuk mengidentifikasi
orang-orang kreatif.
Kemudian Taylor dan Holand berpendapat bahwa, Kecerdasan
hanya memegang peranan yang kecil saja di dalam tingkah laku kreatif,
dan dengan demikian tidak memadai untuk dipakai sebagai ukuran
kreativitas. Berdasarkan teori ini, mengukur kreativitas tidak hanya
menjadikan inteligensi sebagai alat ukur, namun ada aspek aspek lain yang
perlu dikaitkan dalam mengukur kreativitas.
Selain itu ditambahkan oleh Elizabeth B. Hurlock dalam bukunya
yang mengatakan bahwa “kecerdasan dan kreativitas berjalan seiring
tergantung pada faktor diluar kreativitas dan kecerdasan itu sendiri. Faktor
lingkungan atau dalam diri seseorang sering mengganggu perkembangan

9
kreativitas”. Berdasarkan teori ini menjelaskan bahwa hubungan
kreativitas dan kecerdasan mendapat pengaruh dari faktor lainnya, seperti
sikap otoriter orang tua dirumah akan membekukan kreativitas anak
walaupun tingkat inteligensi anak tersebut tinggi, hal ini menyebabkan
hubungan antara inteligensi dan kreativitas rendah.
Kemudian hal yang serupa dan mendukung penelitian ini juga
dikatakan oleh Torrance yang menyatakan bahwa “anak anak yang tinggi
kreativitasnya mempunyai taraf inteligensi dibawah rata-rata IQ kelompok
sebayanya. Dalam konteks keberbakatan, bahwa IQ tidak dapat dijadikan
kriteria tunggal untuk mengidentifikasi orang-orang yang berbakat, jika
hanya IQ yang digunakan sebagai kriteria, maka sekitar 70% orang yang
tinggi kreativitasnya akan tereliminasi”. Hal ini dimaksudkan bahwa IQ
atau skor penilaian inteligensi jika dijadikan sebagai satu-satunya alat
untuk mengukur kreativitas, maka tidak akan memberikan hasil baik,
karena masih banyak kriteria lain yang terkait dalam pengukuran
kreativitas.
Selain itu,Hayes mengemukakan bahwa “creativity and intelligence
are not fundamentally related but that intelligence may be needed in order
to display creativity”. (kreativitas dan kecerdasan secara mendasar tidak
berhubungan, tetapi kecerdasan mungkin diperlukan untuk menampilkan
kreativitas). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa secara umum
kreativitas dan inteligensi tidak berhubungan tetapi untuk meningkatkan
kreativitas salah satunya membutuhkan inteligensi, walapun tidak
signifikan berpengaruh tetapi ada arah positif.

E. Periode Penting Kreativitas


Masa anak merupakan masa terpanjang dalam rentang kehidupan,
masa di mana terjadinya periode perkembangan dan pertumbuhan yang
dimulai dari periode prenatal sampai remaja. Pada rentang perkembangan
dan pertumbuhannya seorang anak akan melewati periode penting, berupa
kritis perkembangan atau yang disebut golden age yang terjadi pada

10
rentang usia 0-5 tahun. Dalam proses tersebut orang tua harus menemani
anak agar bisa menciptakan gain moments bersama anak yang juga
dibutuhkan dalam perkembangannya, terutama di periode emas kehidupan
anak. Anak diberikan suatu perhatian yang lebih agar anak menjadi anak
yang diharapkan oleh orang tua.
Masa usia dini paling efektif dalam pengembangan kreativitas.
Potensi anak seusia mereka berada pada masa yang amat penting untuk
dirangsang perkembangannya. Oleh karena itu, diperlukan program-
program pembelajaran yang akan tetap memelihara potensi kreatif anak.
Perkembangan kreativitas juga merupakan perkembangan proses
kognitif, maka kreativitas dapat ditinjau melalui proses perkembangan
kognitif Jean Piaget, menurutnya ada empat tahap perkembangan, yang
akan dijabarkan melaui penjelasan dibawah ini:
1. Tahap Sensori-Motori
Tahap ini dialami pada usia 0-2 tahun, menurut Piaget pada
tahap ini interaksi anak dengan lingkungannya, termasuk
orang-tuanya, terutama dilakukan melalui perasaan dan otot-
ototnya. Dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya,
termasuk juga dengan orang tuanya, anak mengembangkan
kemampuannya untuk mempersepsi, melakukan sentuhan-
sentuhan, melakukan berbagi gerakan, dan secara perlahan-
lahan belajar mengordinasikan tindakannya (Crain, 2014).
Mengenai kreativitasnya menurut Piaget, pada tahap ini belum
memiliki kemampuan untuk mengembangkan kreativitasnya,
sebab pada tahap ini tindakan anak masih merupakan tindakan
fisik yang bersifat refleksi, pandangannya terhadap objek masih
belum permanen, belum memiliki konsep ruang dan waktu,
belum memiliki konsep sebab-akibat, bentuk permainannya
masih merupakan pengulangan refleks-refleks,dan belum
memiliki kemampuan berbahasa (Ngalimun, 2013).
2. Tahap Pra-Operasional

11
Tahap ini berlangsung pada usia 2-7 tahun. Tahap ini disebut
juga tahap intuisi sebab perkembangan kognitifnya
memperlihatkan kecenderungan yang ditandai oleh suasana
intuitif. Artinya, semua pemikiran rasionalnya tidak didukung
pemikiran tetapi oleh unsur perasaan, kecenderungan alamiah,
sikap-sikap yang diperoleh dari orang-orang bermakna, dan
lingkungan sekitarnya (Crain, 2013). Pada tahap ini menurut
Jean Piaget, anak sangat bersifat egosentris sehingga seringkali
mengalami masalah dalam interaksi lingkungannya, termasuk
orang tuanya. Pada akhir tahap ini menurut Jean Piaget ,
kemampuan mngembangkan kreativitasnya sudah tumbuh
karena anak sudah mulai mengembangkan memori dan telah
memiliki kemampuan untuk memikirkan masa lalu dan masa
mendatang, meskipun dalam jangka pendek. Di samping itu,
anak-anak memilki kemampuan untuk menjelaskan peristiwa-
peristiwa alam di lingkunganya secara animistik dan
antropomorfik. Penjelasan animistik adalah menjelaskan
peristiwa-peristiwa alam dengan menggunakan perumpamaan
hewan, adapun penjelasan antropomorfik adalah menjelaskan
peristiwa-peristiwa alam dengan menggunakan perumpamaan
manusia (Ngalimun, 2013).
3. Tahap Operasional Konkret
Tahap ini berlangsung antara 7-11 tahun. Pada tahap ini, anak
mulai menyesuaiakan diri dengan realitas konkret dan
berkembang rasa ingin tahunya. Menurut Jean Piaget,
interaksinya dengan ingkungan, termasuk orang tua, sudah
semakin berkembang dengan baik karena egosentrisnya sudah
semakin berkembang dengan baik karena egosentrisnya sudah
berkurang (Crain, 2014).Menurut Jean Piaget kreativitasnya
juga semakin berkembang. Faktro-faktor memungkinkan
semakin berkembangnya kreativitas itu adalah sebagai berikut

12
(Ngalimun, 2013): Anak sudah mampu menampilkan operasi-
operasi mental, anak mulai berpikir logis dalam bentuk
sederhana, anak mulai berkembang kemampuannya untuk
memelihara identitas diri, konsep tentang ruang sudah semakin
meluas, anak sudah amat menyadari akan adanya masa lalu,
masa kini, dan masa yang akan datang, anak sudah mampu
mengimajinasikan sesuatu, meskipun biasanya memerlukan
bantuan-bantuan objek konkret.Pada tahap ini peran
lingkungan, termasuk orang tua sangat berpengaruh pada
perkembangan kreativitas anak, karena anak harus memerlukan
bantuan-bantuan benda konkret untuk meningkatkan imajinasi
anak tersebut.
4. Tahap Operasional Formal
Tahap ini dialami oleh anak pada usia 11 tahun ke atas. Pada
tahap ini, menurut Jean piaget, interaksinya dengan lingkungan
sudah amat luas menjangkau banyak teman sebanyak-
banyaknya dan bahkan berusaha untuk dapat berusaha
berinteraksi dengan orang dewasa, pada tahap ini ada semacam
tarik menarik antara ingin bebas dengan ingin dilindungi
(Crain, 2014).Dilihat dari perspektif ini, perkembangan
kreativitas remaja pada posisi seiring dengan tahapan
operasional-formal. Artinya, perkembangan kreativitas,
menurut Jean Piaget, sedangberada pada tahap yang amat
potensial bagi perkembangan kreativitas. Beberapa faktor yang
mendukung berkembangnya potensi kreativitas, antara lain
sebagai berikut (Ngalimun, 2013) : Remaja sudah mampu
melakukan kombinasi tindakan secara proporsional
berdasarkan pemikiran logis, remaja sudah mampu melakukan
kombinasi objek-objek secara proporsional berdasarkan
pemikiran logis, remaja sudah memiliki pemahaman tentang
ruang relatif, remaja sudah mampu melakukan pemisahan dan

13
pengendalian variabel-variabel dalam menghadapi masalah
yang kompleks remaja sudah memiliki diri ideal (ideal self),
remaja sudah menguasai bahasa abstrak. Jadi, dapat dikatakan
bahwa perkembangan kreativitas terjadi pada tahap ini, karena
seluruh syarat potensial untuk mengembangkan kreativitas ada
ada tahap ini, seperti pemikiran yang logis, pemahaman relatif,
dan juga problem solving yang dimiliki individu tersebut sudah
mampu menghadapi permasalahn yang kompleks.

F. Peran Seni dalam Meningkatkan Kreativitas Anak


Lowenfeld (dalam Pekerti, 2010:1.24) menjelaskan bahwa kegiatan
seni berperan dalam mengembangkan berbagai kemampuan dasar dalam
dirinya, seperti kemampuan fisik, perseptual, pikir/ intelektual, emosional,
kreativitas, sosial dan estetik.
Pembelajaran seni rupa dalam bentuk kegiatan kreatif yang
menyenangkan juga difungsikan untuk memberikan dasar-dasar
pengalaman edukatif. Dikemukakan oleh Soeharjo (dalam Sumanto,
2005:23), sebagai pengalaman edukatif intinya adalah: 1) seni membantu
pertumbuhan dan perkembangan anak, 2) seni membina perkembangan
estetik, 3) seni bermanfaat mengembangkan bakat, dan 4) seni membantu
menyampurnakan kehidupan. Berdasarkan fungsi pendidikan seni rupa
tersebut, pembelajaran seni rupa untuk anak usia dini sangat penting. Oleh
karena pembelajaran seni rupa sangat penting, untuk itu diperkenalkan
tentang seni.
Pendidikan seni rupa untuk anak usia dini memiliki peranan yang
penting sebagai upaya meningkatkan daya ekspresi, eksplorasi, imajinasi,
kreasi, dan seni dalam bermain kreatif, juga sebagai sarana yang dapat
memfasilitasi anak dalam mengekspresikan pikiran dan jiwa mereka.
Peranan kesenian dalam kreativitas anak antara lain ; seni
membantu anak membangun kreatifitas dan bakat-bakat kreatifnya.
Kesenian memberikan ruang yang luas kepada anak untuk

14
mengembangkan berpikir melalui imajinasi kreatif. Gray (1989)
membuktikan dalam penelitiannya bahwa siswa yang mempelajari
kesenian pada umumnya memperlihatkan orisinalitas dan kreativitas ;
mempelajari seni membantu siswa untuk belajar memahami makna. Pada
proses kesenian diperoleh pengalaman langsung untuk belajar memahami
makna yang tersirat dari suatu fenomena dan memahami pikiran dan
perasaan orang lain.
Menurut Depdiknas (2003:1), kesenian memiliki peran
multidimensional, multilingual, dan multikultural.
Seni memiliki peranan dalam pengembangan kreativitas, kepekaan
rasa dan inderawi, serta kemampuan berseni melalui pendekatan belajar
dengan seni, belajar melalui seni, dan belajar tentang seni. Bidang-bidang
seni seperti musik, tari, teater, rupa, dan media memiliki kekhasan
tersendiri berdasarkan kaidah keilmuan masing-masing. Dalam
pembelajaran seni, aktivitas berseni harus menampung kekhasan tersebut
yang tertuang dalam gagasan-gagasan keterampilan/keahlian proses kreasi
seni serta mengapresiasikan seni dengan cara meng-ilustrasikan
pengalaman pribadi, mengeksplorasi (menggali) rasa, melakukan
pengamatan dan penelitian (mempelajari) atas elemen, prinsip, proses dan
teknik berkarya yang dikaitkan dengan nilai-nilai budaya serta keindahan
dalam masyarakat yang beragam.

15
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kreativitas adalah
kemampuan untuk mencipta; daya cipta. Perihal berkreasi; kekreatifan.
Beberapa cara yang paling umum digunakan anak untuk
mengekspresikan kreativitas pada berbagai usia dijelaskan oleh Hurlock
(1999), sebagai berikut: Animisme adalah kecenderungan untuk
menganggap benda mati sebagai benda hidup.
Jadi kreativitas itu adalah warisan atau bawaan dari lahir yang
sifatnya adalah dipelajari atau diasah terus menerus. Semakin diasah
kemampuan kreativitas orang maka semakin kreatif lah orang tersebut.
Kreativitas dan kecerdasan secara mendasar tidak berhubungan,
tetapi kecerdasan mungkin diperlukan untuk menampilkan kreativitas.
Masa usia dini paling efektif dalam pengembangan kreativitas.
Potensi anak seusia mereka berada pada masa yang amat penting untuk
dirangsang perkembangannya. Oleh karena itu, diperlukan program-
program pembelajaran yang akan tetap memelihara potensi kreatif anak.
Peranan kesenian dalam kreativitas anak antara lain ; seni
membantu anak membangun kreatifitas dan bakat-bakat kreatifnya.
Kesenian memberikan ruang yang luas kepada anak untuk
mengembangkan berpikir melalui imajinasi kreatif.
B. SARAN
Hendaknya para pembaca bisa menggunakan referensi selain dari
makalah ini agar tidak terpaku dari sumber-sumber yang kami cantumkan
dan menambah wawasan para pembaca sekalian. Kami sadar banyak
sekali kekurangan dari isi makalah ini. Semoga kedepannya bisa lebih baik
lagi dari ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

Supriyenti, Adi. Meningkatkan Kreativitas Seni Rupa Anak


Melalui Kegiatan Mencetak Dengan Bahan Alam Di Paud Aisyiyah
Lansano Pesisir Selatan. Program Studi Pendidikan Luar Sekolah,
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang.
Mariyana, Rita. 2008. Pembelajaran Kreativitas Untuk Anak Usia
Dini. Program Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Paud), Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia.
https://kebugarandanjasmani.blogspot.com/2015/12/pengertian-
kreativitas-definisi-menurut.html?m=1 diakses 02 April 2021
https://p4tktkplb.kemdikbud.go.id/index.php/pages/sejarah-
lembaga/meningkatkan-kreativitas-anak-usia-dini-melalui-berbagai-
permainan diakses 02 April 2021
Ayu Srie Dewanti, Larasati. 2016. Hubungan Antara Inteligensi
Dengan Kreativitas Pada Siswa Smk Pgri 16 Jakarta. Program Studi
Pendidikan Ekonomi Konsentrasi Pendidikan Akuntansi, Jurusan
Ekonomi Dan Administrasi, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta
.
Hafizallah, Yandi. 2017. Tahap Dan Perkembangan Kreativitas
Anak. GOLDEN AGE Jurnal Ilmiah Tumbuh Kembang Anak Usia Dini
Volume. 2 No. 1. Maret 2017 e-ISSN: 2502-3519. Program pasca sarjana,
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Destiani, Ardita, Saparahayuningsih, Sri dan Wembrayarli. Upaya
Peningkatan Kreativitas Seni Rupa Siswa Melalui Teknik
Pencetakandengan Bantuan Media Asli. Jurnal Ilmiah Potensia, 2016,
Vol. 1 (1), 7-14 7.
Mariyana, Rita. 2008. Pembelajaran Kreativitas Untuk Anak Usia
Dini
Program Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Paud), Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia.

17

Anda mungkin juga menyukai