Makalah Gratifikasi
Makalah Gratifikasi
Makalah Gratifikasi
“GRATIFIKASI”
DOSEN PENGAJAR
DISUSUN OLEH:
711440120044
TINGKAT 1A
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH.............................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH..........................................................................5
1.3 TUJUAN PENULISAN...........................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................6
A. Larangan gratifikasi dalam Birokrasi Pelayanan Publik........................6
B. Pemberian dalam konsep Gratifikasi.....................................................7
C. Tata cara pelaporan Gratifikasi...........................................................10
BAB III KESIMPULAN.................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
Akan tetapi, yang tak kalah memprihatinkan adalah dampak korupsi bagi
pembentukan sikap pandang masyarakat sehari-hari. Ditengarai,
masyarakat dewasa ini cenderung tidak berkeberatan atau setidaknya abai
tentang perilaku korupsi. Akibatnya, kondisi yang serba abai ini akan dapat
menjelma menjadi serba mengijinkan (permisif). Lama-kelamaan kondisi
sosial ini akan berpotensi memberi ruang pembenaran bahkan kesempatan
bagi pelaksanaan korupsi. Karena, bukannya menjadi sumber nilai-nilai
yang benar, baik dan pantas, kondisi sosial yang serba mengijinkan ini
justru akan dapat menimbulkan kekaburan patokan nilai-nilai. Akibatnya
korupsi pun menjadi hal yang biasa. Termasuk didalam kebiasaan
melakukan pungutan tambahan atas proses pengurusan pembayaran
pajak, perijinan, pengurusan pasport dan pengurusan KTP, maupun
penerimaan baik berupa barang atau uang yang diterima oleh
penyelenggara negara maupun pegawai negeri apabila ada kaitan langsung
terhadap tugasnya. Maka penerimaan tersebut dapat dikategorikan
penerimaan gratifikasi. Di dalam Undang-undang No.20 tahun 2001 pasal
12B pemberian gratifikasi tersebut dianggap perbuatan suap dan masuk
kategori korupsi.
(2) Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara adalah pidana
penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun
dan paling lama 20 (dua puluh) tahun, dan pidana denda paling sedikit Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Dilihat dari perumusan ketentuan yang terdapat dalam pasal 12 B ayat (1),
“gratifikasi” bukan merupakan kualifikasi dari tindak pidana korupsi
tentang gratifikasi, tetapi hanya merupakan unsur dari tindak pidana
korupsi tentang gratifikasi.[1]
Namun Pasal 12 C UU. No. 31 Tahun 1999 jo UU. No. 20 Tahun 2001 ini
sebenarnya telah memberikan pengecualian mengenai delik gratifikasi ini
sendiri, dimana ditegaskan bahwa: Ketentuan setiap gratifikasi dianggap
pemberian suap tidak berlaku, jika penerima melaporkan gratifikasi yang
diterimanya kepada Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Penyampaian laporan wajib dilakukan oleh penerima gratifikasi paling
lambat 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal gratifikasi tersebut
diterima.
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam waktu paling lambat
30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal menerima laporan wajib
menetapkan gratifikasi dapat menjadi milik penerima atau milik negara.
Dalam analisa yuridis dari ketentuan pasal 12B dan pasal 12 C UU. NO. 31
Tahun 1999 JO UU. No. 20 Tahun 2001:
Yang merupakan tindak pidana dari ketentuan yang terdapat dalam pasal
12 B ayat (1) tersebut bukan mengenai “pemberian gratifikasi” tetapi
mengenai “penerimaan gratifikasi”.[2]
Sesuai dengan ketentuan Pasal 12C UU. No. 31 Tahun 1999 jo UU. No. 20
Tahun 2001 laporan wajib dilakukan oleh penerima gratifikasi paling
lambat 30 (tiga puluh) hari kerja disampaikan secara tertulis dengan
mengisi formulir sebagaimana ditetapkan oleh Komisi Pemberantasan
Korupsi dengan melampirkan dokumen yang berkaitan dengan gratifikasi.
Hartati Evi. 2007. Tindak Pidana Korupsi. Edisi kedua. Jakarta: Sinar
Grafika.