Makalah Sosiologi Hukum
Makalah Sosiologi Hukum
Makalah Sosiologi Hukum
MAKALAH
Disusun oleh:
Mahasiswa HESy2
Dosen Pengampu:
TAHUN 2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul menyelesaikan
Makalah Sosiologi Hukum dengan baik.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah pada jurusan
Hukum Ekonomi Syariah. Tidak lupa, kami ucapkan terimakasih kepada pihak yang
telah banyak membantu serta berkontribusi dalam proses penyusunan makalah ini.
Dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki, kami
sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kami mengharap
kritik serta saran untuk perbaikan pembuatan makalah ke depannya. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................3
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................5
A. Sosiologi Hukum.......................................................................................5
B. Ruang Lingkup Hukum.............................................................................8
C. Implementasi Sosiologi Hukum Di Indonesia...........................................12
BAB III PENUTUP.............................................................................................19
A. Kesimpulan................................................................................................19
B. Saran..........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara hukum. Hukum adalah seperangkat peraturan
yang berisi perintah dan larangan dibuat untuk mengatur tingkah laku manusia
dalam kehidupan masyarakat yang bersifat memaksa dan apabila melanggar
maka akan diberi sanksi. Hukum bersifat tegas. Sebagai bagian dari ilmu sosial
Ilmu hukum adalah ilmu yang sangat dinamis.
Kelahiran hukum modern sekaligus menempatkannya dalam posisi yang
cukup sulit, yaitu berada dipersimpangan jalan (bifurcation). Sejak ribuan tahun
sebelum munculnya hukum modern, maka hukum hanya berurusan dengan
perburuan keadilan (Searching for Juctice). Pada waktu itu belum ada hukum
negara atau hukum positif, melainkan hukum alam. Tetapi dengan kelahiran
negara modern dan hukum modern, muncul tuntutan agar hukum itu menjadi
positif dan publik, yang di sebut hukum harus di buat oleh suatu badan khusus,
dirumuskan tertulis dan diumumkan dihadapan publik. Akibatnya bahwa, yang
tidak memenuhi persyaratan itu tidak bisa di sebut sebagai hukum. Berakhirlah
tatanan customary law, interaction law, dan non formal law. Sejak saat itu, maka
hukum tidak lagi tempat untuk berburu keadilan, melainkan menerapkan
undang-undang. Keadaan yang demikian itu menimbulkan persoalan yang amat
besar, bahkan gawat, karena proses hukum bukan hanya mencari keadilan,
melainkan juga menerapkan undang-undang dan prosedur (law enforcement).
Orang sudah menjalankan hukum apabila sudah menerapkan peraturan dan
prosedur positif. Dengan bertindak seperti itu orang sudah bisa mengatakan
bahwa “justice is done” atau “justice is delivered”.
Manusia sejak lahir telah dilengkapi dengan naluri untuk hidup bersama
dengan orang lain, karena itu akan timbul suatu hasrat untuk hidup teratur, yang
mana teratur menurut seseorang belum tentu teratur buat orang lain sehingga
1
akan menimbulkan suatu konflik. Keadaan tersebut harus dicegah untuk
mempertahankan integrasi dan integritas masyarakat. Dari kebutuhan akan
pedoman tersebut lahirlah norma atau kaedah yang hakekatnya muncul dari
suatu pandangan nilai dari perilaku manusia yang merupakan patokan mengenai
tingkah laku yang dianggap pantas dan berasal dari pemikiran normatif atau
filosofis, proses tersebut dinamakan Sosiologi. Seiring berkembangnya ilmu
pengetahuan dan pola perilaku masyarakat dengan adanya proses pengkhususan
atau spesialisasi maka tumbuhlah suatu cabang sosiologi yaitu Sosiologi hukum
yang merupakan cabang dari ilmu ilmu-ilmu hukum yang banyak mempelajari
proses terjadinya norma atau kaedah (hukum) dari pola perilaku tertentu.
Sosiologi hukum merupakan disiplin ilmu yang sudah sangat
berkembang dewasa ini. Bahkan, kebanyakan penelitian hukum sekarang di
Indonesia dilakukan dengan menggunakan metode yang berkaitan dengan
sosialisasi hukum. Pada prinsipnya, sosiologi hukum (sociology of law)
merupakan derifatif atau cabang dari ilmu sosiologi, bukan cabang dari ilmu
hukum. Memang, ada study tentang hukum yang berkeanan dengan masyarakat
yang merupakan cabang dari ilmu hukum, tetapi tidak disebut sebagai sosiologi
hukum, melainkan disebut sebagai sociological jurispudence. Di dalam
kehidupan bermasyarakat, manusia pasti saling berinteraksi atau berhubungan
satu sama lain sebagai makhluk sosial. Setiap manusia dalam melakukan
aktivitas–aktivitas sosial pasti mempunyai kepentingan masing-masing dan
banyak kepentingan yang bertentangan dengan kehidupan masyarakat yang ada
disekitarnya. Hal ini dapat menimbulkan konflik dan perpecahan dalam
masyarakat.
Di samping itu, ada kekhawatiran dari ahli sosiologi terhadap
perkembangan sosiologi hukum mengingat sosiologi bertugas hanya untuk
mendeskrisipkan fakta-fakta. Sedangkan ilmu hukum berbicara tentang nilai-
nilai dimana nilai- nilai ini memang ingin dihindari oleh ilmu sosiologi sejak
semula. Kekhawatiran tersebut adalah berkenaan dengan kemungkinan
dijerumuskannya ilmu sosiologi oleh sosiologi hukum untuk membahas nilai-
2
nilai. Sebagaimanadiketahui, bahwa pembahasan tentang nilai- nilai sama sekali
bukan urusan ilmu sosiologi.
Bahwa hukum dan budaya bagaikan dua sisi dari satu keping mata uang
yang sama, dalam arti hukum itu merumuskan substansi budaya yang dianut
oleh suatu masyarakat.
Sebagian Sarjana Hukum percaya, bahwa bila hukum sudah dibuat, maka
berbagai persoalan dalam masyarakat berkenaan dengan apa yang diatur dalam
hukum tersebut, sudah dapat diatasi atau bahkan dianggap selesai. Mereka
sangat menjunjung tinggi nilai-nilai objektivitas dan netralitas dalam hukum,
dengan mempercayai bahwa hukum yang objektif dan netral akan memberikan
keadilan bagi setiap warga masyarakat. Dalam hal ini mereka mengartikan
hukum sebatas Undang-undang yang dibuat oleh negara. Hukum negara
merupakan entitas yang jelas batas-batasnya, berkedudukan superior dan
terpisah dari hukum-hukum yang lain.
Pendekatan Sosiologi Hukum menunjukkan bahwa hukum negara
bukanlah satu-satunya acuan berperilaku dalam masyarakat. Dalam
kenyataannya, hukum-hukum lain yang menjadi acuan berperilaku tersebut
justru diikuti secara efektif oleh masyarakat, dikarenakan hukum itulah yang
mereka kenal, hidup dalam wilayah sendiri, diwariskan secara turun-temurun
dan mudah diikuti dalam praktik sehari-hari. Sukar untuk mereka bayangkan
bahwa ada hukum lain yang lebih dapat diandalkan daripada hukum yang
mereka miliki sendiri, terlebih bila hukum itu datang dari domain yang asing,
yang mengklaim diri sebagai otoritas tertinggi yaitu negara.
Oleh karena itu, penulis membuat makalah dengan judul “Sosiologi
Hukum di Indonesia”
B. Rumusan Masalah
Setelah melihat latar belakang yang sudah dikemukakan ada beberapa
permasalahan:
1. Apa yang dimaksud dengan Sosiologi Hukum?
2. Bagaimana ruang lingkup Sosiologi Hukum?
3
3. Bagaimana implementasi Sosiologi Hukum di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui tentang Sosiologi Hukum.
2. Mengetahui tentang ruang lingkup Sosiologi Hukum.
3. Mengetahui tentang implementasi Sosiologi Hukum di Indonesia.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sosiologi Hukum
Sosiologi Hukum adalah satu cabang dari Sosiologi yang merupakan
penerapan pendekatan Sosiologis terhadap realitas maupun masalah-masalah
hukum. Oleh karena itu harus dipahami bahwa Sosiologi Hukum bukanlah suatu
cabang dari studi ilmu hukum, melainkan cabang dari studi Sosiologi. Sosiologi
Hukum berkembang atas dasar suatu anggapan bahwa proses hukum
berlangsungnya di dalam suatu jaringan atau sistem sosial yang dinamakan
masyarakat.
Sosiologi Hukum adalah bagian dari Sosiologi Jiwa manusia yang
menelaah sepenuhnya realitas Sosial Hukum, dimulai dari hal-hal yang nyata
dan observasi perwujudan lahiriah, di dalam kebiasaan-kebiasaan kolektif yang
efektif. Sosiologi Hukum menafsirkan kebiasaan-kebiasaan ini dan perwujudan-
perwujudan materi hukum berdasarkan intinya, pada saat mengilhami dan
meresapi mereka, pada saat bersamaan mengubah sebagian dari antara mereka
(kebiasaan dan perwujudan materi hukum).
Sosiologi Hukum memulai khususnya dari pola-pola pelambang hukum
tertentu sebelumnya, seperti mengorganisasi hukum, prosedur-prosedur, dan
sanksi-sanksinya, sampai pada simbol-simbol hukum yang sesuai, seperti
kefleksibelan peraturan-peraturan dan kespontanan hukum.
Pemikiran Sosiologi Hukum lebih berfokus pada keberlakuan empiric
atau factual dari hukum. Hal ini memperlihatkan bahwa Sosiologi Hukum tidak
secara langsung diarahkan pada hukum sebagai sistem konseptual, melainkan
pada kenyataan sistem kemasyarakatan yang didalamnya hukum hadir sebagai
pemeran utama. Objek utama Sosiologi Hukum adalah masyarakat dan pada
tingkatan kedua adalah kaidah-kaidah hukum.
Hal tersebut di atas berbeda dengan ilmu hukum normative yang
memandang hukum dalam hukum itu sendiri (apa yang tertuang dalam
5
peraturan). Dalam hal ini Sosiologi Hukum mencoba untuk memperlakukan
sistem hukum dari sudut pandang ilmu sosial. Pada dasarnya, Sosiologi Hukum
berpendapat bahwa hukum hanyalah salah satu dari banyak sistem sosial dan
bahwa justru sistem sosial yang lain, yang terdapat dalam masyarakat, memberi
arti dan pengaruh terhadap hukum.
Untuk lebih mengkonseptualisasikan Sosiologi Hukum, kita perlu
mengadopsi beberapa pengertian Sosiologi Hukum dari beberapa ahli
terkemuka;
- Soerjono Soekanto
Sosiologi Hukum adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang secara analitis
dan empiris menganalisis atau mempelajari hubungan timbal balik antara
hukum dengan gejala-gejala sosial lainnya.
- Satjipto Raharjo
Sosiologi Hukum (Sociology of Law) adalah pengetahuan hukum terhadap
pola perilaku masyarakat dalam konteks sosialnya.
- R. Otje Salman
Sosiologi Hukum adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik
antara hukum dengan gejala-gejala sosial lainnya secara empiris analitis
- H.L.A. Hart
H.L.A. Hart tidak mengemukakan definisi tentang sosiologi hokum. Namun,
definisi yang dikemukakannya mempunyai aspek sosiologi hukum. Hart
mengungkapkan bahwa suatu konsep tentang hokum memngandung unsur-
unsur kekuasaan yang terpusatkan kepada kewajiban tertentu di dalam gejala
hukum yang tampak dari kehidupan bermasyarakat. Menurut Hart, inti dari
suatu sistem hukum terletak pada kesatuan antara aturan utama/primary
rules dan aturan tambahan /secondary rules. Aturan utama merupakan
ketentuan informal tentang kewajiban-kewajiban warga masyarakat yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pergaulan hidup sedangkan aturan
tambahan terdiri atas:
a. Rules of recognition, yaitu aturan yang menjelaskan aturan utama yang
diperlukan berdasarkan hierarki urutannya,
6
b. Rules of change, yaitu aturan yang mensahkan adanya aturan utama
yang baru.
c. Rules of adjudication, yaitu aturan yang memberikan hak-hak kepada
orang perorangan untuk menentukan sanksi hukum dari suatu peristiwa
tertentu apabila suatu aturan utama dilanggar oleh warga masyarakat.
7
5. Sosiologi hukum memberikan kemungkinan dan kemampuan-kemampuan
untuk mengadakan evaluasi terhadap efektivitas hukum di dalam
masyarakat.
8
- Pertama, Sosiologi Hukum akan menjelaskan apakah yang dimaksud dengan
hukum yang menjadi objek kajiannya itu, baik hukum tertulis maupun yang
tidak tertulis. Dalam Sosiologi Hukum, kedua ragam hukum itu (yang
berlegalitas formal dan yang berlegitimitas sosial) sama-sama dibicarakan
dalam suatu hubungan yang mungkin fungsional dan sinergis, atau bahkan
mungkin disfungsional dan kontroversial.
- Kedua, Sosiologi Hukum akan menjelaskan ihwal lembaga-lembaga negara
yang berfungsi membentuk atau membuat serta menegakkan hukum itu.
Selain itu, dikemukakan dan diperbincangkan juga ihwal sumber otoritas
yang akan dijadikan dasar normatif untuk membenarkan dilaksanakannya
fungsi-fungsi tersebut oleh lembaga-lembaga yang bersangkutan.
Selanjutnya, sejarah perkembangan sistem hukum berikut struktur yang
berfungsi sebagai penopang otoritasnya juga akan dibicarakan disini. Ihwal
yang sering dibicarakan berkisar kebijakan-kebijakan unifikasi dan fakta riil
tentang bertahannya pluralisme dalam sejarah perkembangan hukum.
- Ketiga, Hubungan interaktif antara sistem hukum yang formal (sebagaimana
ditopang oleh otoritas negara) dan tertib hukum rakyat (yang bertumpu pada
dasar-dasar moralitas komunitas). Perbincangan akan tertuju ke pencarian
jawab tentang sejauh manakah hukum akan mampu bekerja secara efektif,
baik dalam peran yang konservatif sebagai sarana kontrol maupun dalam
peran yang lebih progresif sebagai salah satu faktor fasilitator yang akan
memudahkan terjadinya perubahan sosial. Memperbincangkan ihwal
keefektifan hukum, diskusi akan berkisar di seputar usaha mengidentifikasi
berbagai variabel sosial dan variabel kultural yang boleh diduga akan
berpengaruh pada bekerjanya hukum dalam masyarakat itu.
9
kembali yang jelas sinergitas antara kedua disiplin tersebut dapat melahirkan
suatu perubahan yang sekiranya berguna bagi kita semua.
Ruang lingkup yang paling sederhana dari kajian sosiologi hukum adalah
memperbincangkan gejala sosial yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat
dalam hubungannya dengan tindakan melawan hukum, tindakan menaati hukum,
tindakan melakukan upaya hukum di kepolisian, kejaksaan dan pengadilan,
penafsiran masyarakat terhadap hukum, dan hukum sebagai produk penafsiran
masyarakat.
Oleh karena itu, sosiologi hukum menjadi alat pengkaji hukum yang berlaku
di masyarakat dengan paradigma yang sangat luas. Keluasannya disebabkan
sosiologi sebagai ilmu yang menguras kehidupan sosial, bukan oleh hukum yang
menjenuhkan dan selalu mempertahankan kebenaran hitam diatas putih.
1. Dasar-dasar sosial dari hukum atau basis sosial dari hukum. sebagai
contoh dapat disebut misalnya: Hukum Nasional di Indonesia, dasar
sosialnya adalah Pancasila, dengan ciri-cirinya: gotong royong,
musyawarah, dan kekeluargaan.
2. Efek-efek hukum terhadap gejala-gejala sosial lainnya. sebagai contoh
dapat disebut misalnya: - Undang-undang tentang hak cipta - Undang-
undang mengenai Pemilihan Presiden secara langsung terhadap gejala
politik.
10
Karakteristik kajian Sosiologi Hukum adalah fenomena hukum di dalam
masyarakat dalam mewujudkan:
11
subjek yang diaturnya, maupun soal bekerjanya hukum itu, dicoba untuk
dijelaskan dalam hubungannya dengan tertib sosial yang lebih luas.
Apabila di sini boleh dipakai istilah, sebab-sebab sosial, maka sebab-
sebab yang demikian itu hendak ditemukan, baik dalam kekuatan-
kekuatan budaya, politik, ekonomi atau sebab-sebab sosial yang lain”
Sosiologi hukum utamanya menitikberatkan tentang bagaimana hukum
melakukan interaksi di dalam masyarakat. Sosiologi hukum menekankan
perhatiannya terhadap kondisi-kondisi sosial yang berpengaruh bagi
pertumbuhan hukum, bagaimana pengaruh perubahan sosial terhadap
hukum, dan bagaimana hukum mempengaruhi masyarakat.
12
Sering yang terjadi pada kajian-kajian yang selalu menafsir secara
subjektifitas integritas dari Sosiologi Hukum, sebagaimana ada beberapa faktor
sebagai penyebab kurangnya perhatian para Sosiolog terhadap hukum
- Pertama, Para Sosiolog mengalami kesulitan untuk menyoroti sistem hukum
semata-mata 3 sebagai himpunan kaedah-kaedah yang bersifat normatif
sebagimana halnya dengan para yuris. Para Sosiolog sulit menempatkan diri
dalam normatif karena Sosiologi merupkan suatu disiplin yang kategoris.
- Kedua, Pada umumnya para Sosiolog dengan begitu saja menerima pendapat
bahwa hukum merupakan himpunan peraturan-peraturan yang statis. Hal ini
tercermin pada pertanyaan-pertanyaan yang biasanya diajukan para ahli
hukum; hukum apakah yang mengatur Perpajakan, hukum apakah yang
mengatur penanaman modal asing dan lain sebagainya.
- Ketiga, Sosiolog sering mengalami kesulitan untuk menguasai keseluruhan
data tentang hukum yang demikian banyaknya yang pernah dihasilkan oleh
beberapa generasi ahli-ahli hukum.
- Keempat, Lambatnya perkembangan Sosiologi Hukum adalah kesulitan-
kesulitan terjadinya hubungan antara para Sosiolog dengan para ahli hukum
karena kedua belah pihak tidak mempergunakan bahasa dan kerangka
pemikiran yang sama. Sosiologi Hukum diperlukan dan bukan merupakan
penanaman yang baru bagi suatu ilmu pengetahuan yang telah lama ada.
13
yang interdisipliner. Sulitnya komunkasi antara seorang Sosiolog dengan ahli
hukum dipertajam dengan kenyataan, bahwa masing-masing mempunyai pusat
perhatian yang berbeda.
14
Sosiologi hukum telah dikuliahkan sejak zaman Rechtshogeschool
walaipun tidak secara kontinyu dan telah dikuliahkan di Universitas di
Indonesia sejak tahun 1978 di beberapa universitas seperti Universitas
Indonesia, Universitas Padjadjaran, Universitas Sriwijaya dan lainnya. Bagi
suatu perguruan tinggi hukum yang penting adalah bahwa kriteria untuk
menentukannya adalah kriteria yuridis karena yang memerlukannya adalah
pendidikan hukum. Bedanya dengan materi sosiologi pada fakultas lain
adalah bahwa pada fakultas hukum yang diperlukan adalag pemanfaatan
ilmu sosiologi dan hasil penelitiannya
3. Penelitian Sosiologi Hukum
Dalam penelitian sosiologis asumsi dasarnya adalah bahwa kemungkinan
besar terdapat perbedaan antara hukum positif tertulis dengan hukum yang
hidup (yang merupakan fakta). Apabila telah diteliti selanjutnya adalah
menelaah proses-proses hukum dan sosial lainnya dengan menganalisa dari
kerangka sebab akibat. Dalam hal ini peneliti dapat melakukan hal-hal
sebagai berikut:
a. mengadakan identifikasi terhadap keajegan-keajegan daripada kausalitas
yang ada.
b. menguji hipotesa-hipotesa melalui penelitian yang bersifat eksplanatoris.
15
Sosiologi hukum dapat diimplementasikan pada para penegak hukum.
Indonesia dikenal beberapa penegak hukum atau pelaksana hukum seperti:
hakim, jaksa, polisi, advokat yang masing-masing mempunayi fungsi-fungsi
sendiri-sendiri. Yang menjadi persoalan bagaimana peranan sosiologi hukum
terhadap para Penegak Hukum atau pelaksana hukum yang ada dalam negara
kita.
a. Hakim
Di Indonesia putusan atau vonis diserahkan sepenuhnya oleh hakim dan
hakim memutus berdasarka keyakinannya. Apapun yang ditunutu oleh jaksa
dan pembelaan terdakwa dan advokat dalam suatu persidangan, semuanya
semua tergantung dari putusan dari hakim. Apabila berhubungan dengan
keyakinan hakim maka hal ini menyentuh wilayah psikologis bukan lagi
hukum. Kondisi psikologis hakim sangat mempengaruhi dan menentukan
kualitas hasil putusan hakim. Sebelum mengambil putusan, akan timbul
pertanyaan-pertanyaan seperti; siapa hakimnya, berapa usianya, bagaimana
latar belakang pendidikannya, bagaimana kondisi ekonominya, kulturalnya
dan lain-lain menjadi acuan penting. Hakim juga sangat berperan dalam
mengentaskan bangsa Indonesia yang banyak terjadi Korupsi disegala lini
kekuasaan baik ditingakat pusat sampai daerah yang seolah-olah tidak
pernah habis dan banyak koruptor-koruptor kelas kakap yang lolos karena
hukum positif tidak bisa menjangkau. Maka dengan jalan memilih
pengadilan progresif dengan hakim-hakim partisan.
Di Indonesia dapat dikelompokkan dua tipe hakim:
1. Hakim yang apabila memeriksa, dan memutus terlebih dahulu
menanyakan hati nuraninya atau mendengarkan keputusan hati nuraninya
dengan kemudian mencari pasal-pasal dalam peraturan perundang-
undangan untuk mendukung keputusan tersebut. Yang termasuk dalam
kelompok ini dapat dimasukkan hakim- hakim seperti bismar Siregar,
Adi Andoyo Soetjipto dan masih banyak lagi. Kedua contoh hakim
tersebut sekedar contoh karena sering keputusannya dianggap
kontroversional.
16
2. Hakim yang apabila memutus terlebih dahulu berkonsultasi dengan
kepentingan perutnya dan kemudian mencari pasal-pasal dalam peraturan
perundang-undangan untuk memberikan legitimasi terhadap putusannya
yang berdasar putusan perutnya tanpa menanyakan terlebih dahulu pada
hati nuraninya. Hakim yang seperti ini merupakan hakim yang menjual
keputusannya untuk kepentingannya sendiri dalam rangka untuk
memperkaya diri sendiri.
b. Jaksa
Dalam sistem peradilan peranan jaksa kejaksaan sangat sentral karena
kejaksaan merupkan lembaga yang menentukan apakah sesorang harus
diperiksa oleh pengadilan atau tidak. Jaksa pula yang menentukan apakah
seorang tersangka akan dijatuhi hukuman atau tidak melalui surat dakwaan
dan tuntutan yang dibuat. Sedemikian penting posisi jaksa bagi proses
penegakan hukum di Indonesia sehingga lembaga ini harus diisi oleh orang-
orang yang profesional dan memilki integritas yang tinggi. Keberdaan
lembaga kejaksaan ini di Indonesia diatur oleh Undang-undang No 16 tahun
2004.
Dalam lembaga peradilan kita sudah menjadi rahasia umum, perilaku
jaksa yang menyalahgunakan kewenangannya untuk kepentingan pribadi
atau kelompoknya seperti permainan dalam hal penuntutan, jual beli perkara,
dan sebagainya. Jaksa yang seperti ini tidak memperdulikan suara hati
nuraninya tetapi melakukan nego dengan terdakwa atau pengacara terdakwa
bagaimana agar tuntutannya lebih ringan dengan yang seharusnya yang
ujung-ujngnya adalah maslah perut. Dalam Proses Peradilan pidana ada
beberapa hal yang berkaitan dengan kinerja kejaksaan yang selama ini rawan
terjadi penyimpangan bahkan menjadi abuse of power diantaranya:
1. Proses Penyidikan
Pada tahap ini jaksa sebagi penuntut umum sering melakukan
negosiasi atau tawar menawar dengan pihak tersangka, keluarga,
pengacaranya dengan tawaran kasus tersebut bisa di SP3. bisa juga
menggantung status seseorang mau diperlanjut atau diberhentikan.
17
2. Surat Dakwaan
Dalam dakwaan pasal-pasal yang seharusnya memasang pasal berlapis
namun dikenakan pasal yang ringan atau membuat dakwaanya kabur
sehingga sulit untuk dibuktikan.
3. Penuntutan
Pada tahap ini jaksa menggunakan lembaga yang berat ringannya
tuntutan yang dikeluarkan Kajari ditentukan oleh besar kecilnya uang
atau pemberian lainnya dari terdakwa.
4. Penahanan
Tersangka yang ditahan biasanya memanfaatkan jaksa atau sebaliknya,
lewat keluarga atau pengacaranya terdakwa meminta jaksa untuk
difasilitasi. Kolusi dibidang penahanan menyangkut penagguhan
penahanan dan perubahan status tahanan.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sosiologi Hukum adalah bagian dari Sosiologi Jiwa manusia yang
menelaah sepenuhnya realitas Sosial Hukum, dimulai dari hal-hal yang nyata
dan observasi perwujudan lahiriah, di dalam kebiasaan-kebiasaan kolektif yang
efektif. Sosiologi Hukum menafsirkan kebiasaan-kebiasaan ini dan perwujudan-
perwujudan materi hukum berdasarkan intinya, pada saat mengilhami dan
meresapi mereka, pada saat bersamaan mengubah sebagian dari antara mereka
(kebiasaan dan perwujudan materi hukum). Objek utama. Sosiologi Hukum
adalah masyarakat dan pada tingkatan kedua adalah kaidah-kaidah hukum.
Sosiologi hukum memiliki kegunaan yang bermacam-macam.
Ruang lingkup sosiologi hukum meliputi pola-pola perilaku (hukum)
warga masyarakat, hukum dan pola-pola perilaku sebagai ciptaan dan wujud dari
kelompok-kelompok sosial, dan, hubungan timbal-balik antara perubahan-
perubahan dalam hukum dan perubahan-perubahan sosial dan budaya.
Karakteristik kajian Sosiologi Hukum adalah fenomena hukum di dalam
masyarakat dalam mewujudkan sosiologi Hukum berusaha untuk memberikan
deskripsi terhadap praktik-praktik hukum, menjelaskan: mengapa suatu praktik-
praktik hukum didalam kehidupan sosial masyarakat itu terjadi, sebab-sebabnya,
faktor-faktor apa yang berpengaruh, latar belakangnya, dan sebagainya, menguji
kesabsahan empiris dari suatu peraturan atau pernyataan hukum, sehingga
mampu memprediksi sesuatu hukum yang sesuai dan atau tidak sesuai dengan
masyarakat tertentu, dan tidak melakukan penilaian terhadap hukum.
Implementasi Sosiologi Hukum di Indonesia seperti sosiologi hukum dan
hukum adat, sosiologi hukum dan perguruan tinggi, dan penelitian sosiologi
hukum. Sosiologi hukum dapat diimplementasikan pada para penegak hukum.
Indonesia dikenal beberapa penegak hukum atau pelaksana hukum seperti:
19
hakim, jaksa, polisi, advokat yang masing-masing mempunayi fungsi-fungsi
sendiri-sendiri.
B. Saran
Saran agar para sosiolog yang ada di Indonesia semakin memahami
secara mendalam mengenai sosiologi hukum karena sosiologi hukum sudah
banyak diimplementasikan oleh masyarakat Indonesia.
20
DAFTAR PUSTAKA
Soekanto, Soerjono. 1988. Pokok-Pokok Sosiologi Hukum. Jakarta: Rajawali Pers cet-5.
Soekanto, Soerjono. 1987. Sosiologi Hukum suatu Pengantar Cetakan VI. Jakarta:
Yayasan Penerbit UI.
Utsman, Sabian. 2013. Dasar-Dasar Sosiologi Hukum, Makna Dialog Antara Hukum
Dan Masyarakat. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
21