Satuan Acara Bermain

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Satuan Acara Bermain (Terapi Kolase Dengan Biji-bijian)

Tempat : Ruang Kanthil RSUD Banyumas

Kelompok : 29

1. Tiffatul Jannah Firdausya (2011040184)

2. Istiana Dewi (2011040171)

3. Dika Prasasti (2011040172)

4. Yunita Sari (2011040197)

5. Muhammad Rafi’ Fathurrohman(2011040143)

Mengetahui Pembimbing Akademik (CT) Pembimbing Lahan (CI)


SATUAN ACARA BERMAIN

(TERAPI KOLASE DENGAN BIJI-BIJIAN)

Pokok bahasan : Terapi Bermain Kolasi dengan biji-bijian

Sub pokok bahasan : Terapi Bermain Pada Anak Sakit yang Dirawat di Rumah
Sakit dengan Cara Stimulasi Motorik dan Sosial

Waktu : 60 menit

Hari/tanggal : Jum’at, 12 Maret 2021

Tempat : Ruang Kanthil (Anak)

Peserta : Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah pasien di


Ruang Kanthil yang memenuhi kriteria:

1. Anak usia 3-5 tahun

2. Tidak mempunyai keterbatasan fisik

3. Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga

4. Pasien kooperatif

Peserta terdiri dari : anak usia pra sekolah sebanyak 5 orang didampingi
keluarga

A. Alasan Dilakukan Terapi Bermain

Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai


perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas,
sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang
dialami anak karena menghadapi  beberapa stressor yang ada dilingkungan
rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan  permainan anak akan terlepas dari
ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan
anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi)
dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan (Whaley, 2001).
Oleh karena itu, dalam melakukan permainan, anak lebih bebas, spontan, dan
menunjukkan otonomi baik dalam memilih mainan maupun dalam aktivitas
bermainnya. Anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Oleh karena itu
seringkali mainannya dibongkar-pasang, bahkan dirusaknya. Untuk itu harus
diperhatikan keamanan dan keselamatan anak dengan cara tidak memberikan
alat permainan yang tajam dan menimbulkan perlukaan (Kalpan, 2000).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah mendapatkan terapi bermain selama 60 menit agar dapat


mencapai tugas  perkembangan secara optimal sesuai tahap
perkembangan walaupun dalam kondisi sakit.

2. Tujuan Khusus

a. Setelah dilakukan terapi bermain selam 60 menit anak mampu:

b. Bersosialisasi dengan perawat baru

c. Menunjukkan ekspresi nonverbal dengan tertawa, tersenyum dan


saling bercanda.

C. Metode dan Media

1. Metode

a. Bermain bersama  

b. Mendengarkan tanggapan anak/tanya jawab

2. Media

a. Biji-bijian yang sudah diwarnai (beras)

b. Pewarna makanan
c. Kertas bergambar

d. Double tape/ Lem kertas

e. Cat air

f. Tissue basah

D. Kegiatan

1. Pengorganisasian

a. Leader : Rafi

b. Co leader : Tifa

c. Fasilitator : Isti dan Yunita

d. Observer : Dika

Pembagian tugas :

a. Peran Leader

1) Mengkoordinasi seluruh kegiatan

2) Memimpin jalannya terapi bermain dari awal hingga berakhirnya


terapi

3) Membuat suasana bermain agar lebih tenang dan kondusif.

b. Co Leader

1) Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan

2) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang

3) Membantu memimpin jalannya kegiatan

4) Menggantikan leader jika terhalang tugas


c. Fasilitator

1) Memotivasi anak agar dapat kooperatif dalam permainan yang akan


dilakukan

2) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah

3) Fasilitator bertugas sebagai pemandu dan memotivasi anak agar


dapat kooperatif dalam permainan yang akan dilakukan.

4) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan


kegiatan

5) Membimbing kelompok selama permainan 4)

d. Observer

1) Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu,


tempat dan jalannya acara

2) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota


kelompok dengan evaluasi kelompok

2. Setting Tempat

1 2 3 4 5 6

: Pasien : Co-leader

: Orang tua pasien : Observer

: Leader : Fasilitator
3. Kegiatan Bermain

No Waktu Terapis Anak

1 5 menit Pembukaan:

1. Leader membuka dan 1. Menjawab


mengucapkan salam salamMendengarkan
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
3. Memperkenalkan 3. Mendengarkan
pembimbing

4. Memperkenalkan anak
satu persatu dan anak 4. Mendengarkan dan
saling berkenalan dengan saling  berkenalan
temannya

5. Co leader kontrak waktu


dengan anak 5. Mendengarkan

6. Mempersilahkan leader 6. Mendengarkan

2 35 menit Kegiatan bermain:

1. Co leader menjelaskan 1. Mendengarkan


cara bermain

2. Menanyakan pada anak,


anak mau  bermain atau 2. Menjawab
tidak pertanyaan

3. Membagikan permainan 3. Menerima permainan


Bermain
4. Leader, co leader, dan
fasilitator memotivasi 4. Bermain
anak

5. Observer mengobservasi
anak

6. Menanyakan perasaan 6. Mengungkapkan


anak perasaan
3 5 menit Penutup:

1. Leader menghentikan 1. Selesai bermain


permainan

2. Menanyakan perasaan
anak 2. Mengungkapkan
perasaan
3. Menyampaikan hasil
permainan 3. Mendengarkan

4. Menanyakan perasaan 4. Senang


anak

5. Leader menutup acara


5. Mengungkapkan
perasaan

6. Mengucapkan salam 6. Membalas salam

E. Evaluasi

1. Evaluasi Struktur Yang diharapkan:

a. Alat-alat yang digunakan lengkap

b. Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana

2. Evaluasi Proses Yang diharapkan:

a. Terapi dapat berjalan dengan baik

b. Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik

c. Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi

d. Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai tugasnya

3. Evaluasi Hasil Yang diharapkan:

a. Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan menyusun biji-bijian


kemudian berhasil
b. Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik

c. Anak merasa senang

d. Anak tidak takut lagi dengan perawat

e. Orang tua dapat mendamping kegiatan anak sampai selesai

f. Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan terapi bermain


Lampiran materi:

TERAPI BERMAIN KOLASE BIJI-BIJIAN


DENGAN KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK

A. Perkembangan
1. Pengertian
Perkembangan (development) adalah perubahan yang bersifat
kuantitatif dan kualitatif, yaitu bertambahnya kemampuan (skill) struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Termasuk didalamnya
perkembangan kognitif, bahasa, motorik, emosi, dan perkembangan
prilaku (Soetjiningsih, 2014). Perkembangan menurut Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) (2008) adalah bertambahnya kemampuan struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang lebih teratur, dapat
diperkirakan, dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi
sel, jaringan tubuh, organ-organ, serta sistemnya yang terorgaanisasi.
Jadi perkembangan adalah proses perubahan struktur dan fungsi
tubuh yang meliputi perkembangan kognitif, bahasa, motorik, emosi, dan
perkembangan prilaku.
Bermain dengan cara kolase biji-bijian pada dasarnya tidak hanya
membantu mengembangkan kemampuan motorik anak saja tetapi juga
berperan penting dalam  proses pengembangan kognitif klien dan
emosional klien, serta membantu klien untuk menggunakan kemampuan
bahasanya dengan bertanya sehingga klien akan terbiasa dengan proses
sosialisasi dengan orang, lingkungan dan kondisi disekitarnya. Ketika
anak sudah mampu bermain kolase biji-bijian secara lancar maka dia
sudah siap untuk meningkatkan kemampuannya ke tingkat yang lebih
lanjut seperti  bersosialisasi dengan orang lain seperti mengenalkan diri
2. Stimulasi Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun
Stimulasi yang diperlukan anak usia 3-5 tahun adalah:
a. Gerakan kasar, dilakukan dengan memberi kesempatan anak
melakukan permainan yang melakukan ketangkasan dan kelincahan.
b. Gerakan halus, dirangsang misalnya dengan membantu anak belajar
menggambar.
c. Bicara bahasa dan kecerdasan, misalnya dengan membantu anak
mengerti satu separuh dengan cara membagikan kue.
d. Bergaul dan mandiri, dengan melatih anak untuk mandiri, misalnya
bermain ke tetangga (Suherman, 2000)
3. Ciri-ciri perkembangan
Ciri-ciri tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling
berkaitan. Ciri ciri tersebut adalah sebagai berikut:
a. Perkembangan menimbulkan perubahan. Perkembangan terjadi
bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai dengan
perubahan fungsi, misalnya perkembangan intelegensia pada seorang
anak akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf.
b. Perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan
selanjutnya. Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap
perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya.
c. Perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda. Sebagaimana
pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda-
beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi
organ dan perkembangan pada masing-masing anak.
d. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan. Pada saat
pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi
peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain.
e. Perkembangan mempunyai pola yang tetap. Perkembangan fungsi
organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap, yaitu:
1) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian
menuju ke arah kaudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal).
2) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak
kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang
mempunyai kemampuan gerak halus (pola proksimodistal).
f. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan. Tahap perkembangan
seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Tahap-tahap
tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu
mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak,
anak mampu berdiri sebelum berjalan dan sebagainya (Narendra,
2002).
4. Aspek-aspek perkembangan yang dipantau
a. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang
melibatkan otot-otot besar, seperti duduk, berdiri, dan sebagainya.
b. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan
bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi
memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu,
menjepit, menulis dan sebagainya.
c. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan
dengan kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara,
berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.
d. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan
selesai bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi
dan berinteraksi dengan lingkungannya, dan sebagainya (Kemenkes
RI, 2016).

B. Teknik Kolase
1. Pengertian kolase
Kata kolase, yang dalam bahasa Inggris disebut “collage” berasal
dari kata”coller” dalam bahasa Prancis, yang berarti “merekat”.
Selanjutnya kolase dipahami sebagai sebuah teknik seni menempel
berbagai macam materi selain cat, seperti kertas, kain, kaca, logam, dan
sebagainya, atau dikombinasikan dengan penggunaan cat atau teknik
lainnya.1 Kolase adalah sebuah teknik menempel berbagai macam unsure
ke dalam satu frame sehingga menghasilkan karya seni yang baru.
Dengan demikian, kolase adalah karya seni rupa yang dibuat dengan cara
menempelkan bahan apa saja kedalam satu komposisi yang serasi
sehingga menjadi satu kesatuan karya.
Kolase adalah karya aplikasi yang dibuat dengan menggabungkan
teknik melukis(lukisan tangan) dengan menempel bahan-bahan tertentu.
Kolase berasal dari bahasa Perancis. Collage yang berarti merekat. Kolase
adalah kreasi aplikasi yang dibuat dengan menggabungkan teknik melukis
(lukisan tangan) dengan menempelkan bahan-bahan tertentu.2 Dalam
pembuatan kolase memerlukan kesabaran yang tinggi dan keterampilan
dalam memadukan, menyusun, dan menempel bahan yang ada sehingga
menjadi sebuah karya seni yang indah.
Disebutkan juga bahwa kolase menuntut kreativitas dan ide yang
lebih sulit dibanding dengan pembuatan karya seni rupa yang lain, karena
di dalam pembuatan kolase dituntut untuk memiliki, mencari, dan
menemukan bahan yang khusus dan cocok untuk membuat kolase,
kemudian bagaimana cara memadukan antara bahan yang satu dengan
bahan yang lainnya.3 Bahan yang digunakan bisa berupa bahan alam,
bahan buatan, bahan setengah jadi, bahan jadi dan bahan sisa. Potensi
kreatif yang sudah dimiliki anak sejak lahir penting untuk dikembangkan
melaui pembelajaran yang unik, menarik dan menyenangkan bagi anak
sehingga anak dapat bereksploratif dan memunculkan ide-ide baru .
Berdasarkan dari beberapa penjelasan teori diatas maka
disimpulkan bahwa kolase merupakan suatu karya seni dengan
menempelkan bahan-bahan tertentu yang bervariasi bisa berupa bahan
bekas, bahan dari alam, bahan jadi dan lain sebagainya sehingga menjadi
suatu karya seni yang serasi dengan memadukan lukisan tangan atau
teknik lainnya.

2. Jenis Kolase

Karya kolase dapat dibedakan menjadi beberapa segi, yaitu segi fungsi,
matra, corak dan material

a. Menurut Fungsi

Dari segi fungsi, kolase dikelompokkan menjadi dua, yaitu seni


murni (fine art) dan seni pakai (applied art). Seni murni adalah suatu
karya seni yang dibuat semata mata untuk memenuhi kebutuhan
artistic. Orang menciptakan karya seni murni, umumnya, untuk
mengekspresikan cita rasa estetis. Dan, kebebasan berekspresi dalam
seni murni sangat diutamakan.4 Sedangkan, seni terapan atau seni
pakai(applied art) adalah karya seni rupa yang dibuat buntuk
memenuhi kebutuhan praktis. Aplikasi seni terapan umumnya lebih
menampilkan komposisi dengan kualitas artistic yng bersifat dekoratif

b. Menurut Matra

Berdasarkan matra , jenis kolase dapat dibagi dua, yaitu kolase


pada permukaan bidang dua dimensi (dwimatra) dan kolase pada
permukaan bidang tiga dimensi (trimatra).

c. Menurut Corak

Menurut coraknya, wujud kolase dapat dibagi menjadi dua jenis,


yaitu representative dan nonrepresentatif. Representative artinya
menggambarkan wujud nyata yang bentuknya masih dikenali.
Sedangkan nonrepresentatif artinya dibuat tanpa menampilkan bentuk
yang nyata, bersifaat abstrak, dan hanya menampilkan komposisi
unsure visual yang indah.

d. Menurut Material

Material (bahan) apapun dapat dimanfaatkan dalam pembuatan


kolase asalkan ditata menjadi komposisi yang menarik atau unik.
Berbagai material kolase tersebut akan direkatkan pada beragam jenis
permukaan, seperti kayu, plastic, kertas, kaca, keramik, gerabah,
karton, dan sebagainya asalkan relative rata atau memungkinkan
untuk ditempeli.

Secara umum bahan baku kolase dapat dikelompokkan menjadi


dua, yaitu: bahan-bahan alam (daun, ranting, bunga kering, kerang,
biji-bijian, kulit, batu-batuan dan lain-lain), dan bahan-bahan bekas
sintesis (plastic, seraat sintesis, logam, kertas bekas, tutup botol,
bungkus permen/cokelat, kain perca dan lain-lain).

3. Peralatan dan Teknik

Secara umum peralatan utama yang dibutuhkan adalah:

a. Alat potong: gunting, cutter, dan sebagainya.

b. Bahan perekat: lem kertas, perekat vinyl, lem putih/PVC, lem plastic,
jarum dan benang jahit, serta jenis perekat lainnya (disesuaikan
dengan jenis bahan).

Dalam hal teknik, pada umumnya, karya kolase dapat dibuat dengan
teknik yang bervariasi, seperti: teknik sobek, teknik gunting, teknik potong,
teknik rakit, teknik rekat, teknik jahit, teknik ikat, dan sebagainya. Dan dua atau
lebih teknikpun dapat dikombinasikan untuk membuat sebuah karya kolase.

Berbagai metode yang digunakan untuk membuat kolase antara lain:

a. Tumpang tindih atau saling tutup (overlapping)

b. Penataan ruang (spatial arrangement)

c. Repetisi/pengulangan ( repetition)

d. Komposisi/kombinasi beragam jenis tekstur dari berbagai material.

4. Pembelajaran Kolase Bagi Anak

Pembelajaran kolase bagi anak khususnya di PAUD/TK atau SD,


tentunya perlu dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal:
a. Gunakan alat pemotong yang mudah digunakan, misalnya
gunting.namun, sebaiknya guru mendampingi saat anak memotong.

b. Bahan yang disediakan sebaiknya mudah dipotong sehingga tidak


menyulitkan anak. misalnya daun kering, kertas, karton bekas dan
lain-lain.

c. Bidang dasar kolase menggunakan kertas tebal, karton atau kertas


duplex yang tidak nterlalu besar sehingga anak tidak kesulitan untuk
menempel bidang tersebut secara keseluruhan.

d. Teknik boleh dipadukan antara gambar tangan dan tempelan atau


kolase. Misalnya anak menggambar kepala untuk figure manusia,
mungkin tentang dirinya, ibunya atau temannya. Selanjutnya, bagian
lain (baju, celana, rok dan lain-lain) dibuat dengan teknik kolase.

Anda mungkin juga menyukai