Pengaruh Metode Konstruksi Terhadap Perencanaan Jembatan
Pengaruh Metode Konstruksi Terhadap Perencanaan Jembatan
Pengaruh Metode Konstruksi Terhadap Perencanaan Jembatan
TERHADAP PERENCANAA:I\
JEMBATAN GELAGAR I(OMPO.sIT
ABSTRAK: Sistem gelagar komposit yang memanfaatkan kelebihan dari bahan baja dan beton
dan menggabungkannya dengan
:*"morung shear connector, merupakan struktttr yang lbbih
ekonomis jika clibandingkan dengan tidak menggunakan sher)r connector yang. dikthal sebagai
gelagar non kornposit. Lebih jauh lagi karena lantai beton tidak dapat langsung menahan'beban
luar seperti dalam perhitungan.strukturnya, maka selama pelaksanaan profil balok baja harus
menahan beban beton basah berikut beban hidup. Dengan sifat seperti ini maka metocle koirstruk.si
akan menentukan ukuran profil baja yang dipakai. Dalam tulisan ini, penulis mencoba membahas
tiga metode konstruksi dan membandingkan antara ketiganya untuk mengetahui metode konstruksi
mana yang paling menguntungkan dari segi penggunaan bahan. Metode pertama adalah metode
propped construction yang rnenggunakan tumpuan sementara selama pengecoran beton. Se.telah
beton mengeras dan struktur menjadi komposit, tumpuan sementara dapat dilepaskan. Pada metode i
kedua, metode pengecoran bertahap, pengecoran lantai beton dilakukan pada bagian tengah lebih
dahulu untuk mendapat aksi komposit di daerah momen maksimum, baru kemudian pengecoran I
dilanjutkan pada bagian yang lain, sehingga balok baja hanya menahan sebagian berat beton basah
clarr beban selama pelaksanaan. Sementara metode preflex dengan menggunakan jack up atau
preslre,ssing by cable adalah metode dengan memberikan pra pembebanan (sebelum beban luar
bekerja) dengan cara melengkungkan balok dengan arah yang berlawanan dengan lengkungan
yang akan disebabkan oleh beban-beban luar. Dari perbandingan penggunaan profil baja yang
diperlukan sesuai dengan metode konstruksi yang dipakai akAn tliketahui metode malla yang I
rnenghlsilkan peuggr.rnaan plolil yang paling ringan dan biaya yang palina rirlrrah. i
ABSTRACT: Composite girder systern tl'rat ut.ilizes the benefir r;i'stcei a.r:l concrete rnaterial by
combining both materials using shear connector is known as morc econo.mical structure compared
to non composite system. Furthermore, since concrete slab coulC not imryterliately support external
load as in structiiral calculation, the steel profile that has Lo.support i'r'esh ccr;crete and construction
load. With this nature, we understand that various kinds of construction rnethods could affect th.e
steel profile size needed. In this plper, the authors try to elaborate three ccnstruction methods and
compare which constructiorl method is the best in steel material consud-iption. The first method,
known as the propped constrnction, uses several temporary suppoits cturing the concrete pouring.
After the concrete hardens and the structure becomes comprsite, the temporary supports are
dismantled. In the second method, sequential concrete phasing, the middle portion of the girrler
with maximum positive bending moment is poured. After obtaining the composite action, the rest
o1' the slab is concreted, so by this phasing system the steel protile sLrpports some parts of the
concrete and construction load. In preflex method, thejac" up or the prestressing by cable, during
the construction period the girders are preloaded by prestressing to give negative bending moment
opposing the positive rnoment caused by the traffic loading. By comparing the steel girder profile
sizes in vari<,ltts coustruction rrtethods, it can'be concluded which construction rnethod gives the
Iighl"est steel prolile and which one has the lowest" construction cost.
Pada tulisan ini, penulis.rnencoba membahas aksi komposit antara material beton
dan baja pada jembu,urr'g"lugar (girder bridge) pada 6entang pendek (10 meter
dan 15 meter) dengan lebar lantai kendaraan cukup untuk 2 jalur (6 meter)
I i
I
.:: =,.'
:. i.i
Adapun yang dapat disebut sebagai salah satu perintis desain komposit ini adalah
J. Kahn dalam tahun 1926 dan berkembang pada awal tahun 1930-an. Pada awal
1930-an konstruksi jembatan mulai didesain secara komposit. Tidak sampai awal
tahun 1960-an desain komposit ini diterapkan dalam perencanaan, baik itu
jembatan maupun gedung, sementara penggunaan secara luas desain komposit
dalam perencanaan baik itu gedung ataupun jembatan di Indonesia sudah
dilaksanakan sejak tahun 1980-an.
Pelat Beton
'-t-
I
I
6
+_
I
Balok Baja
Untuk lebih mernudahkan pengertian dari konsep aksi komposit ini, maka ada
baiknya melihat lebih dahulu bagaimana kelakuan dari balok non-komposit
(Gambar 2). Pada balok non-komposit, slip antara pelat beton dan balok baja
dibiarkan terjadi, sehingga pelat beton dan balok baja dalam memikul beban tidak
berlaku sebagai satu kesatuan, tetapi secara terpisah. OIeh karena itu, ketika
struktur non-komposit menahan beban, maka yang terjadi adalah: permukaan
bagian bawah pelat. beton berada dalam keadaan tertarik (in tension) dan terjadi
pemanjangan (elongation), dan permukaan bagian atas dari balok baja berada
dalam keadaan tertekan (in compression) dan terjadi pemendekan (shortening).
Diskontinuitas ini terjadi di bidang kontak antara profil gelagar baja dan lantai
beton, karena gaya geser longitudinal yang terjadi tidak dapat ditahan oleh gesek
(friction) antara permukaan baja dan beton tersebut, dan hanya gaya dalam
vertikal saja yang terjadi antara pelat beton dan balok baja. Akibat diskontinuitas
tegangan antara pelat beton dan balok baja ini, maka momen yang terjadipun
diserap oleh masing-masing bagian balok baja dan pelat beton sesuai dengan
kekakuan masing-masing pelat beton dan balok baja tersebut.
Pada sistem komposit (Garnbar 3), karena pelat dan balok dihubungkan
sedemikian rupa sehinggga kedua material yang berbeda itu menjadi satu
kesatuan, rnaka ketika sistem mengalami pembebanan, gaya geser longitudinal
yang bekerja pada permukaan bagian bawah pelat beton menyebabkan p-elat
tertekan dan terjadi pemmdekan, ldan pada iaat yang sama gaya tersebut
menyebabkan permukaan tragian atas balok baja mengalami pemanjangan. trill
METODE PELAKSANAAN ;
i ':'
.-.'):,
Pengaruh Metode Konstruksi ieimaap rerencanaan Jembatan (Haryadi & yonatan) 65
I
il
:.;-
{.ji 1
metode propped construction yang dalam pelaksanaannya dilakukan dengan I
Bagian pertama yang ditakukan pengecoran tentunya pada bagian tengah bentang
karena di situ terjadi momen lentur yang maksimal sebasar 0.l25ql', di-ara q
adalah beban yang dipikul dan 1 adalah panjang benrang,: Sedangkan seberapa
panjang bentang yang dicor, tidak ada aturan yang baku mengenai hal tersebut.
Berdasarkan pengalaman, pengecoran sering dilakukan adalah sebesar ll3 patjang
bentang. Namun demikian akan dianalisa juga apakah pengecoran sepanlang tl5
panjang bentang akan lebih menguntungkan.
Berikut ini adalah analisa jika pengecoran dilakukan pertama kali sebesar l/3 dan
1/5 panjang bentang. Jika bagian yang dicor pertama kali adalah rt3 panjang
bentang maka: Tahap 1, terjadi momen maksimal sebesar M*u1, 0.0695qt'oai
=
lendutan 6*ur.,=0.002421q1481). Pada tahap ini semua beban mati akibat berat
sendiri profil baja, beton basah dan beban hidup selama pelaksanaan ditahan
hanya oleh balok baja (Gambar 4). I
r-Ll3 | u3 I u3 |
Lendutan
Gambar 4. Bidang momen dan lendutan yang terjadi pada pengecoran tahap pertama
sepanjang I/3 bentang di tengah balok
i
I
-. tl
iI
a-- ,{
l!
TahapII, di mana bagiar,r tepi bentang juga dicor setelah bagian tengah menajdi
komposit, terjadi rno*$n maksirnal sebesar M*uks = 0.0555q12 dan lendutan
6rurr=0.01929(ql4t91). Nlomen rnaksimal tersebut ditahan oleh balok komposit
(Gambar 5). r
25 4La
i266 hEi-ro.po"n
Gambar 5. Momen dan lendutan yang terjadi pada pengecoran tahap kedua masing-
masing sepanjang 1/3 bentang pada kedua sisi balok baja yang belum dicor
Kesimpulan: karena momen yarig dipikul oleh balok baja pada pengecoran
sepanjang 1/5L lebih besar (sebesar 0.08q12) dibanding dengan pengecoran].3'L
(sebesar 0.0555q12), maka pengecoran awal pada sepanjang 1/3 panjang bentang
lebih menguntungkan. :
Dengan istilah tumpuan sementara ini, dapat berarti bahwa balok baja dapat juga
diletakkan di atas tanah, lalu lantai beton dicor, kemudian baru diangkat atau
didorong ke tengah bentang sungai untuk dipasang pada tempatnya. Cara ini lebih
disukai pada pembangunan jembatan di mana tumpuan sementara di tengah
sungai sukar dilaksanakan. Cara ini tentu memerlukan alat yang mampu
mengangkat balok ketika dipasangkan pada tempatnya atau menariknya lewat
bentangan sungai.
I,-F
Pada umumnya pemakaian tulnpuan sementara ini tidak perlu ditempatkan
menerus sepanjang bentang balok, tetapi cukup di tengah*'tengah bentang, pada
seperempat bentang atau pada sopertiga bentang, Pertiirlbangan pemakaian
beberapa banyaknya tumpuan sementara juga didasartarr'atas mahalnya biaya
yang dikeluarkan untuk pengadaan tumpuan sementara, dan derajat kesukaran
dalarn pelaksanaan pemasangan tumpuan sementara.
-i
Berikut ini diperlihatkan besarnya momen yang timbul baik dengan menggunakan
satu tumpuan pada tengah bentang maupun menggunakan dua tumpuan pada
sepertiga bentang (Gambar 6 danT).
o.ouzsltz
o.otts 4tz
w
o.olts Ttz
w
Gambar 6. Momen yang terjadi pada balok yang di-proppeil dengan satu tumpiran
o.ooae o.aoztt p2
1t' lt? o.ooee
Gambar 7. Momen yang terjadi pada balok yang di-propped. dengan dua tumpuan
*{"'nt' @
Gambar 8. Bidang momen yang terjadi pada balok yang di-prestress dengan kabel
ELEVASI
SKALA 1 . ?O
I
POTONGAN A. A
SKALA I :4o
Karena pada metode ini digunakan kabel baja tegangan tinggi, maka bentuk
konstruksi kabel yang paling kecil ideal adalah bentuk parabola yang sesuai
dengan bentuk momen yang terjadi akibat beban luar. Tetapi karena bentuk
parabola ini sulit dalam pelaksanaan di lapangannya, maka umumnya cukup
dibuat bentuk poligon.
r, ilt
,.' {.i
I
r- -:gIr
i
HASIL PERHITUNGAN
Kekuatan dan Kekakuan
/l
V -+-
/t -T
/l
A A A
Os-max Os-max Os-max Os-max
Gambar ll. Diagrarn tegangarr maksimum yang terjadi pada tepi atas pelat beton dan tepi
bawah balok baja
'' ir'
Tabel 2. Hasil perhitungan dengan panjang bentang L5m
Analisa Biaya
Dengan mengambil studi kasus untuk jembatan gelagar komposit dengan bentang
10 m dan 15 m, dan meninjau biaya yang terjadi pada setiap metode konstruksi di
atas didapat bahwa untuk bentang 10 m, metode konstruksi yang paling ekonomis
adalah metode propped 2 tumpuan, metode propped 1 tumpuan, metode
pengecoran bertahap dan metode preflex (masing-masing lebih mahal lI.2 7o,
12.7 Vodan 13.6 7o terhadap propped 2 tumpuan).
Dengan cara yang sama maka untuk bent4ng 15 m didapat yang paling ekonomis
adalih metode preJlex, baru kemudian metode propped 2 tumpuan, metode
propped 1 tumpuan dan terakhir metode pengecoran bertahap (masing2 9.8Vo,
19.2?o dan39.4 %o:terhadap metode preflex).
rt
I
'j
' -- -'.:'-- - ---=-1
il
!
I
KESIMPULAN a.ii
Metode pelaksanaan atau metode di
lapangan sangat berpengaruh dalam
perencanaan jembatan gelagar komposit. Metode konstruksi berpengaruh dari segi
kekuatan (tegangan dan lendutan), penggunaan bahan (berat profil), dan biaya.
1. Keempat metode konstruksi masing-masing dapat memenuhi syarat kekuatan,
tetapi dalam penggunaan profil ternyata metode preflex bisa lebih ekonomis
(lebih ringan) dibanding dengan metode konstruksi lainnya. Hal ini
disebabkan karena dalam perencanaan dengan cara preflex, beban yang
dipikul sebagian besar diambil alih oleh momen yang dihasilkan oleh gaya
prestress. .f,
,;:
REFERENSI
Burhan, H, "Balok Gabungan - Composite Beam", Lab. Ko-nstruksi Baja, ITB :
Direktolul" Bina Prograrn Jalan, Dirjen Bina Marga. (1978). "Design-Specification for Steel
Bridges", Departemen Pekerjaan Umum.
JJuvudi,
I' K' (1996),r'"struktur Jembatan Jalan Raya", Jurusan
l Teknik Sipil, universitas pelir.a
Harapan, Karawaci. ' ,li '
Japan International Agency. (r.gg7).,Bridge Design-Highway
.g":g:.n* ' -"-o- Ll'6ttwsr Engineering,.
-""'',
Texsbook Series No. 56, JICA.
Leong, T' W' "Prestressed steel and concrete composite
Floor Beam,,, Departement of Building
Science National University of Singapore.
fiokrodihardjo, S. dan Supriyadi, B. (1986) "A Small Bridge With prestressed Steel
No.112, Berita HAKI. Girder,,, Edisi