Kisah Nabi Muhammad Saw Dari Lahir Sampai Wafat
Kisah Nabi Muhammad Saw Dari Lahir Sampai Wafat
Kisah Nabi Muhammad Saw Dari Lahir Sampai Wafat
Rasulullah SAW lahir pada Tahun Gajah yaitu tahun dimana pasukan gajah yang dipimpin oleh
Abrahah Habasyah yang tengah ingin merobohkan Ka’bah. Dengan kebesaran-Nya, Allah SWT
menghentikan pasukan tersebut dengan mengirimkan burung-burung ababil untuk menjatuhkan batu-
batu yang membawa wabah penyakit. Kejadian ini terdapat di Al-Quran, Surat Al Fil yang berarti
pasukan gajah.
Di tahun inilah, Nabi Muhammad SAW lahir di Makkah dan dibesarkan sebagai anak yatim karena
Abdullah, ayah Nabi Muhammad, wafat sebelum Rasulullah SAW lahir. Beberapa tahun setelah
menghabiskan waktu dengan ibunya, Aminah, Nabi Muhammad SAW kemudian dibesarkan oleh
kakeknya yaitu Abdul Muthalib.
Sayangnya, umur kakeknya pun juga hanya sebentar. Setelah dua tahun dibesarkan oleh kakeknya,
Abdul Mutholib meninggal pada umur Rasul yang kedelapan dan Nabi diasuh oleh pamannya Abu Thalib.
Abu Thalib dikenal dengan orang yang dermawan walaupun hidupnya fakir atau tidak mencukupi
kebutuhan sehari-harinya. Hanya dengan keadaan tersebut, Nabi Muhammad SAW dapat berkembang
dan tumbuh dengan pamannya.
Sebelum menjadi seorang Rasul, Nabi Muhammad telah mendapatkan beberapa karunia istimewa
dari Allah seperti wajahnya yang bersih dan bersinar yang mengalahkan sinar bulan, tumbuh suburnya
daerah tempat Halimah (ibu yang menyusui Nabi) padahal tadinya gersang dan kering, dan lain
sebagainya. Itulah tanda-tanda kebesaran Allah yang menandakan akan datangnya nabi yang terakhir
yang memiliki kedudukan yang tertinggi nantinya.
Pada saat Rasul ingin mendapatkan wahyu pertamanya, Rasul mendapatkan sebuah mimpi
Malaikat Jibril menghampirinya. Rasul pun menyendiri di Gua Hira tepatnya di sebelah atas Jabal Nur.
Disitulah Rasul diperlihatkan bahwa mimpinya adalah benar.
Malaikat Jibril pun datang kepada Rasul dan turunlah wahyu yang pertama yang ia bawakan dari
Allah SWT,
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia)
dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS.
Al-‘Alaq, 1-4)
Walaupun Nabi merasa ketakutan, disitulah kisal rasul dimulai. Disitulah tempat datangnya Nabi yang
terakhir yang akan membawa kedamaian untuk seluruh umat.
Setelah mendapatkan wahyu yang pertama, Nabi kemudian melakukan dakwah secara sembunyi-
sembunyi. Adapun orang-orang yang menjadi pengikut pertamanya adalah Khadijah, Abu Bakar Al-
Shiddiq dan Zaid bin Haritsah, Ummu Aiman, Ali bin Abu Thalib, dan Bilal bin Rabah.
Setelah beberapa tahun melakukan dakwah secara diam-diam, turunlah perintah Allah SWT dalam
surat al-hijr ayat 94 dan memerintahkan Nabi untuk berdakwah secara terang-terangan.
Artinya: “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
(kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.”
Pada zaman Rasulullah SAW di tahun pertama di Madinah itu, Nabi dan para sahabatnya beserta
segenap kaum muhajirin (orang-orang Islam Quraisy yang hijrah dari Mekah ke Madinah) masih
dihadapkan kepada bagaimana menjalankan usaha penghidupan di tempat baru tersebut. Hal ini
dikarenakan, selain memang tidak semua di antara mereka orang yang berkecukupan, kecuali Usman
bin Affan, semua harta benda dan kekayaan yang mereka miliki juga ditinggal di Mekah.
Saat kondisi kaum Muslimin sudah mulai sejahtera, tepatnya pada tahun kedua Hijriyah, barulah
kewajiban zakat diberlakukan. Nabi Muhammad SAW langsung mengutus Mu’adz bin Jabal menjadi
Qadli di Yaman. Rasul pun memberikan nasihat kepadanya supaya menyampaikan kepada ahli kitab
beberapa hal, termasuk menyampaikan kewajiban zakat dengan ucapan,
“Sampaikan bahwa Allah telah mewajibkan zakat kepada harta benda mereka, yang dipungut dari
orang-orang kaya dan diberikan kepada orang-orang miskin di antara mereka,” sebagai kepala negara
saat itu, ucapan Rasul langsung ditaati oleh seluruh umat muslim tanpa ada perlawanan.
Harta benda yang dizakati di zaman Rasulullah SAW yakni, binatang ternak seperti kambing, sapi,
unta, kemudian barang berharga seperti emas dan perak, selanjutnya tumbuh-tumbuhan seperti syair
(jelai), gandum, anggur kering (kismis), serta kurma. Namun kemudian, berkembang jenisnya sejalan
dengan sifat perkembangan pada harta atau sifat penerimaan untuk diperkembangkan pada harta itu
sendiri, yang dinamakan “illat”. Berdasarkan “Illat” itulah ditetapkan hukum zakat.
Prinsip zakat yang diajarkan Rasulullah SAW adalah mengajarkan berbagi dan kepedulian, oleh sebab
itu zakat harus mampu menumbuhkan rasa empati serta saling mendukung terhadap sesama muslim.
Dengan kata lain, zakat harus mampu mengubah kehidupan masyarakat, khususnya umat muslim.
Nabi Muhammad SAW melaksanakan kurban saat melakukan haji Wada di Mina. Pada saat itu
Rasulullah SAW menyembelih 100 ekor unta. Beliau menyembelih sendiri sebanyak 63 ekor unta,
sementara sisanya disembelih oleh Ali bin Abi Thalib Karamallahu Wajhah. Seluruh hewan kurban
tersebut disembelih setelah Shalat Idul Adha. (QS. Al-Hajj [22]: 36)
Dalam surah Al-Hajj [22] ayat 36 tersebut dijelaskan tentang jenis hewan yang dijadikan kurban, tujuan
dari berkurban, cara menyembelih hewan kurban, waktu memakan daging kurban, dan orang-orang
yang dapat memakan daging kurban. Selengkapnya tentang Apa itu Kurban bisa sahabat klik disini.
Pada tahun kesebelas era Nabi Muhammad SAW terjadi peristiwa yang menyedihkan. Tahun ini
sering disebut dengan tahun kesedihan karena pamannya Abu Thalib dan istrinya Khadijah wafat pada
tahun tersebut.
Setelah peristiwa tersebut, Allah kemudian mengutus Malaikat Jibril untuk mendampingi Rasul
dalam melakukan perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang disebut dengan Isra yang dimana
setelah itu Rasulullah melakukan perjalanan kembali dari Masjidil Aqsa ke langit ke tujuh yang disebut
sebagai Mi’raj. Disitulah, Rasulullah mendapatkan perintah sholat 5 waktu yang wajib dikerjakan seluruh
umat Islam.
Selain itu ada beberapa hal yang perlu sahabat telisik lebih dalam Dibalik Peristiwa Isra Miraj yang
Jarang Diketahui
Pada saat sahabat Abu Bakar sedang tidak di Madinah, terjadi sebuah peristiwa yang sangat
menyedihkan dimana Nabi Muhammad SAW wafat. Pada saat Abu Bakar diberitahu, beliau segera
datang ke rumah Aisyah. Beliau mengucapkan pidato, “Ketahulah, barangsiapa yang menyembah
Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad kin telah mati, dan barangsiapa menyembag Allah, maka
sesungguhnya Allah tetap senantiapa hidup tidak aka perna mati.”
Artinya: “Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula).” (QS. Az-Zumar:
30)
Itulah ringkasan kisah rasul yang seharusnya kita ketahui, terutama kita sebagai umat muslim. Semoga
dengan mengetahui Rasulullah SAW ini kita dapat belajar lagi dan menjadikannya sebagai pedoman
hidup kita. (MR)
Maulid Nabi adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad saw, yang jatuh pada tanggal 12 Rabiul
Awal (kalender Islam).
Sebagai umat Islam, tentu saja kita wajib mengetahui tentang kisah Nabi Muhammad Saw.
Kisah kehidupan beliau bukan hanya untuk dibaca atau didengarkan saja, tetapi dapat dijadikan
contoh dalam kehidupan kita sehari-hari.
Kisah hidup Rasulullah Saw. memang penuh dengan hikmah. Meskipun beliau seorang nabi dan rasul
pilihan Allah, hidupnya tidak lantas selalu bahagia dan mudah.
Beliau juga tetap menerima cobaan dan tantangan dalam berdakwah menyebarkan agama Islam.
Berikut cerita lengkap Nabi Muhammad Saw sejak lahir hingga wafat yang dikutip dari alwib.net:
* Garis Keturunan
Rasulullah Saw mempunyai nama lengkap Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim
bin Abdi Manaf bin Qushayi bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luayy bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin
Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin ‘Adnan
dan selanjutnya bertemu garis keterunan beliau dengan Nabi Ismail as.
Adapun garis keturunan beliau dari sisi Ibunya adalah Muhammad bin Aminahbinti Wahab bin Abdi
Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Dengan demikian, garis keturunan beliau dari sisi ayah dan ibu bertemu
pada kakek beliau, Kilab.
* Tahun Gajah
Pada tahun ini datang pasukan gajah yang dipimpin oleh Abrahah dari negeri Habasyah untuk
merobohkan Ka’bah.
Maksud jahat mereka ini berhasil digagalkan dengan pertolongan Allah SWT yang mengirimkan
burung-burung Ababil, yang menjatuhkan batu-batu yang mengandung wabah penyakit dan
menimpakannya atas pasukan Abrahah.
Menurut pendapat yang paling kuat, Rasulullah Saw dilahirkan pada hari Senin, malam 12 Rabiul
Awwal di Makkah bertepatan dengan awal Tahun Gajah.
Jarak antara kelahiran Nabi Muhammad Saw dengan kelahiran Nabi Isa As adalah 571 tahun, antara
Nabi Isa as hingga wafatnya Nabi Musa As adalah 1716 tahun, antara Nabi Musa As dan Nabi Ibrahim As
adalah 545 tahun, antara Nabi Ibrahim As dan air bah yang terjadi pada masa Nabi Nuh As adalah 1080
tahun, antara air bah Nabi Nuh As dan Nabi Adam As adalah 2242 tahun.
Sehingga jarak antara kelahiran Nabi Muhammad Saw dan Nabi Adam As adalah 6155 tahun,
berdasarkan riwayat yang masyhur dari para ahli sejarah.
Nabi Muhammad Saw dibesarkan di Makkah sebagai anak yatim, karena ayahnya Abdullah wafat di
Madinah dua bulan sebelum Beliau lahir.
Pada waktu itu ayahnya sedang berdagang di Syam dan singgah di Madinah dalam keadaan sakit,
hingga wafat di rumah pamannya dari bani Najjar.
Ayahnya tidak meninggalkan apa-apa kecuali 5 ekor unta dan sahaya perempuan.
Pada waktu itu bangsa Arab mempunyai kebiasaan untuk menitipkan penyusuan anak-anak mereka
kepada perempuan lain di dusun dengan harapan agar anak tersebut di kemudian hari mempunyai
tubuh yang kuat dan omongan yang fasih.
Berdasarkan kebiasaan inilah kakeknya Abdul Muthalib menyerahkan cucunya Muhammad Saw
kepada Halimah binti Dzuaib As-Sa’diyah salah seorang perempuan dari Bani Sa’ad untuk menyusui
Beliau.
Pada saat itu, Bani Sa’ad sedang dilanda paceklik, kemarau panjang melanda daerah tempat tinggal
mereka.
Tapi ketika Muhammad kecil tiba di kediaman halimah dan menetap di sana untuk disusui, lambat
laun tanah di sekitar kediaman Halimah kembali subur.
Ketika Rasulullah Saw tinggal di kediaman Halimah sering terjadi hal-hal luar biasa pada diri Nabi
Muhammad Saw termasuk peristiwa “pembelahan dada”.
Setelah disapih, Nabi Muhammad pun dikembalikan kepada ibundanya Aminah. Saat itu, Rasulullah
Saw baru berusia lima tahun.
Pada tahun keenam dari umur beliau SAW, ibunya membawanya pergi ke Madinah untuk menemui
paman-pamannya di sana.
Namun ketika baru sampai ke desa Abwa, yakni suatu desa yang terletak antara kota Mekkah dan
Madinah, Ibunya, Aminah meninggal dunia.
Maka beliau Saw diasuh oleh Ummu Aiman dibawah tanggungan kakek beliau Abdul Muthalib, dan
ini berlangsung selama dua tahun.
Pada tahun kedelapan dari umur beliau, Abdul Muthalib kakek beliau meninggal dunia, maka beliau
selanjutnya diasuh oleh paman beliau Abu Thalib.
Abu Thalib ini adalah seorang yang dermawan namun kehidupannya fakir yang tak mencukupi
untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Tatkala Nabi Muhammad Saw mencapai usia 12 tahun, Beliau dibawa berniaga oleh pamannya,
Abu Thalib ke negeri Syam, dan ini merupakan perjalanan beliau yang pertama.
Para kafilah dagang ini berkumpul di dekat kota Basrah dan di sana bertemu dengan seorang
pendeta Yahudi bernama Buhaira dan ada pula yang mengatakan pendeta Nasrani.
Pendeta ini memahami adanya keistimewaan pada diri Nabi Muhammad Saw dan berkata kepada
Abu Thalib: “Sesungguhnya anak saudara ini akan mendapatkan kedudukan yang tinggi, maka jagalah
dia baik-baik.”
Pada tahun kelima belas, beliau pernah ikut dalam peperangan Fijar yang terjadi di suatu tempat
antara Nahlah dan Thaif.
Peperangan ini sebenarnya akan dimenangkan oleh kelompok dimana beliau SAW berada di
dalamnya, namun akhirnya terjadi suatu perdamaian diantara dua kelompok yang berperang itu.
Ketika Nabi Muhammad Saw mencapai usia 25 tahun, Beliau pun pergi ke Syam untuk kedua
kalinya dengan membawa barang dagangan milik Khadijah binti Khuwailid, seorang wanita ternama dan
kaya yang dipercayakan kepada Beliau.
Dalam perjalanan itu Nabi Muhammad Saw disertai seorang sahaya Khadijah yang bernama
Maisaroh.
Dalam perjalanan itu beliau bertemu dengan rahib bernama Nasthur, dan ia pun memahami
adanya keistimewaan-keistemewaan pada diri Nabi Muhammad Saw sebagaimana yang pernah dilihat
oleh Buhaira.
* Nabi Muhammad Saw Menikah Dengan Siti Khadijah
Setibanya di Mekkah dari perjalanan dagang ini, Beliau menikah dengan Khadijah binti Khuwailid,
yaitu dua bulan sesudah kedatangannya.
Setelah itu Nabi Muhammad Saw pindah ke rumah Khadijah untuk memulai lembaran baru dari
kehidupannya, umur Khadijah pada waktu itu 40 tahun.
Dari pernikahan itu lahir 3 orang putera yaitu Al Qasim, Abdullah dan Thayyib, yang semuanya
meninggal di waktu kecil, serta 4 orang puteri yaitu Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum dan Fatimah.
Keempat puteri itu hidup sampai mereka besar. Yang tertua dari mereka menikah dengan Abil Aash
ibnu Rabi’ bin Abdus Syam.
Ruqayyah menikah dengan Utbah bin abi Lahab, sedang Ummu Kultsum menikah dengan Utaibah
bin Abi Lahab.
Ruqayyah dan Ummu Kultsum kemudian menikah lagi dengan Usman bin Affan. Adapun yang
termuda yaitu Fatimah Az Zahra menikah dengan Ali bin Abi Thalib ra.
Ka’bah adalah bangunan pertama yang didirikan atas nama Allah Swt untuk beribadah dan
menauhidkan-Nya.
Bangunan ini didirikan oleh Abul Anbiya, Nabi Ibrahim As setelah berhasil menghancurkan berhala-
berhala yang disembah kaumnya sekaligus kuil tempat pemujaannya.
Setelah masa Nabi Ibrahim As, ka’bah beberapa kali dilanda bencana yang melemahkan dinding
dan fondasinya.
Nabi Muhammad Saw ikut aktif dalam perbaikan Ka’bah. Beliau ikut memanggul batu di atas
pundaknya dengan beralaskan sehelai kain. Menurut pendapat yang sahih, peristiwa itu terjadi ketika
Nabi Muhammad Saw menginjak usia 35 tahun.
Nabi Muhammad Saw juga memainkan peranan penting dalam memecahkan masalah pelik yang
menyebabkan semua kabilah bertengkar sengit.
Tak kunjung ada keputusan siapa yang paling berhak untuk mendapatkan kehormatan
mengembalikan Hajar Aswad di tempat semula.
* Nabi Muhammad Saw berhasil memecahkan masalah itu dengan sangat brilian.
Beliau memutuskan untuk meletakkan Hajar Aswad di atas surbannya dan masing-masing kabilah
memilih memilih seorang wakil yang memegang ujung sorban dan mengangkatnya bersama-sama,
hingga tiba di tempatnya lalu Nabi Muhammad Saw mengambil Hajar Aswad dan menaruhnya di
tempatnya, maka bereslah persoalannya.
Pada tahun keempat puluh, Allah Swt memuliakan beliau SAW dengan ditetapkannya sebagai Nabi
dan Rasul dengan turunnya Malaikat Jibril kepadanya, dimana sebelumnya beliau menyendiri beruzlah
dan beribadah dengan memilih tempat di Gua Hira disebelah atas Jabal Nur.
Dan pertama kali yang beliau rasakan dan diperlihatkan kepada beliau adalah adanya mimpi yang
benar.
Ketika Nabi Muhammad Saw menyendiri di Gua Hira, turunlah wahyu pertama dibawa oleh Jibril
yang merupakan wahyu dari Allah SWT, ialah firman Allah yang berbunyi :
َ ُّق – ا ْق َر ْأ َو َرب
ك اأْل َ ْك َر ُم – الَّ ِذي َعلَّ َم بِ ْالقَلَ ِم ٍ َق اإْل ِ نسَانَ ِم ْن َعل َ ِّا ْق َر ْأ بِاس ِْم َرب
َ َك الَّ ِذي خَ ل
َ َق – خَ ل
Yang artinya :
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan
perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Al-‘Alaq, 1-4)
Adalah Waraqah bin Nauval anak paman Khadijah binti Khuwailid, seorang yang masyhur di
Makkah karena keluasan ilmunya dalam hal ihwal agama-agama samawi.
Tatkala Jibril turun membawa wahyu kepada Nabi Muhammad Saw, Khadijah pergi menemuinya
dan memberitahukan kepadanya tentang peristiwa tersebut. Waraqah berkata: “Demi Tuhan yang
nyawa Waraqah berada ditangan-Nya, jika engakau percaya hai Khadijah, telah datang malaikat agung
yang pernah datang kepada Musa dan sesungguhnya ia (Nabi Muhammad Saw) adalah nabi dari umat
ini.”
Dan diantara orang yang pertama kali beriman dari kalangan laki-laki adalah Abu Bakar bin
Kuhafah, dan dari kalangan wanita adalah istri beliau, Khadijah dan dari kalangan anak-anak adalah Ali
bin Abi Thalib, dimana Ali belum pernah melakukan sujud sama sekali terhadap suatu patung, sehingga
dengan demikian kepada beliau diberi tambahan (sesudah menyebut namanya) dengan sebutan
Karramallahu Wajhah (Allah telah memuliakan pribadinya).
Kemudian Allah SWT memerintahkan kepada beliau untuk melakukan dakwah secara terang-
terangan, dengan firmanNya,
Yang artinya :
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu)
dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (Al-Hijr, 94)
Maka beliau respon dan sambut perintah Allah SWT ini dengan baik, maka beliau melakukan
dakwah kepada manusia untuk mengesakan Allah dan meninggalkan perbuatan syirik dan kekufuran.
Sebagian mereka ada yang beriman dan sebagian ada yang kafir.
Rasulullah Saw mempunyai nama lengkap Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim
bin Abdi Manaf bin Qushayi bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luayy bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin
Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin ‘Adnan
dan selanjutnya bertemu garis keterunan beliau dengan Nabi Ismail as.
Adapun garis keturunan beliau dari sisi Ibunya adalah Muhammad bin Aminahbinti Wahab bin Abdi
Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Dengan demikian, garis keturunan beliau dari sisi ayah dan ibu bertemu
pada kakek beliau, Kilab.
Nabi Muhammad Saw pernah disakiti oleh kaumnya secara keji, antara lain beliau dilempari dengan
batu atau dengan kotoran di pintu rumahnya. Namun beliau senantiasa bersikap sabar dan sabar,
sehingga akhirnya yang hak mengalahkan yang batil, karena sebenarnya yang batil itu akan kalah dan
hancur.
Pada tahun ini, Nabi Muhammad Saw memerintahkan kepada para sahabatnya untuk berhijrah ke
negeri Habasyah (Ethiopia), setelah mengetahui bahwa Kaum Quraisy selalu melakukan tindakan-
tindakan yang menyakitkan kepada mereka, padahal tidak ada kaum kerabat yang akan menolong dan
menghalang-halangi tindakan kaum Quraisy tersebut.
Maka sebagian sahabat berhijrah untuk menyelamatkan agama mereka, dan ini adalah hijrah
pertama dari Mekkah, dimana jumlah mereka yang berhijrah adalah 80 orang sahabat. Mereka kembali
lagi ke Mekkah dari Habasyah setelah berdiam di sana selama tiga bulan.
Kaum Quraisy menulis isi boikot di lembaran kulit yang digantungkan di Kabah. Maka Nabi
Muhammad Saw memerintahkan kepada para sahabatnya untuk melakukan hijrah ke Habasyah, yakni
hijrah untuk kedua kalinya.
* Penghentian Boikot
Nabi Muhammad Saw dan kaumnya terkurung di dalam Syi’ib selama 3 tahun tidak menerima
makanan kecuali secara sembunyi-sembunyi, sehingga mereka makan dedaunan. Kemudian orang-orang
Quraisy menghentikan pemboikotan, sedang lembaran kulit yang berisi pengumuman biokot itu telah
dimakan rayap.
Maka keluarlah Nabi Muhammad Saw dari tempat yang terkurung itu, perisitiwa itu terjadi pada 10
tahun kenabian.
Pada tahun kesepuluh, Khadijah istri Nabi Muhammad Saw wafat dan dua bulan kemudian wafat
pula paman Nabi Muhammad Saw, Abu Thalib, pada usia delapan puluh tujuh tahun.
Setelah wafat Abu Thalib ini, tindakan menyakiti Nabi Muhammad Saw dari kalangan Quraisy
semakin bertambah keras, karena mereka beranggapan bahwa apa yang telah mereka usahakan dan
capai dari Rasulullah SAW tidak seperti apa yang telah mereka peroleh ketika Abu Thalib masih hidup.
* Hijrah ke Thaif
Pada tahun kesepuluh ini, Rasulullah melakukan hijrah ke Thaif, dan beliau berdiam di sana selama
satu bulan, melakukan dakwah kepada penduduk Thaif. Namun dakwah beliau di sana tidak mendapat
respon dari mereka, bahkan justru menolaknya dengan suatu penolakan dan tindakan yang buruk.
Mereka melakukan pelemparan batu kepada beliau, sehingga mengenai kepala beliau dan
menyebabkan luka-luka di kepalanya. Setelah dakwah di sana gagal, beliau kembali lagi ke Mekkah.
Pada tahun kesebelas ini, terjadinya peristiwa Isra dan Mi’raj. Isra adalah perjalanan Rasulullah Saw
di waktu malam hari dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjdiil Aqsha di Baitul Maqdis di Palestina, dan
beliau pulang kembali pada malam itu juga ke Mekkah. Al-Qur’an telah menjelaskan peristiwa ini dengan
firman Allah Swt :
ِ َصى الَّ ِذي بَا َر ْكنَا َحوْ لَهُ لِنُ ِريَهُ ِم ْن آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُ َو ال َّس ِمي ُع ْالب
صي ُر َ ُس ْبحَانَ الَّ ِذي أَس َْر ٰى بِ َع ْب ِد ِه لَ ْياًل ِّمنَ ْال َمس ِْج ِد ْال َح َر ِام ِإلَى ْال َمس ِْج ِد اأْل َ ْق
Yang artinya :
”Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke
Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari
tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar dan Maha Melihat.” (Al-Isra,
1)
Sedangkan Mi’raj adalah naiknya beliau pada malam itu juga ke alam tinggi dan di sana
diwajibkannya ibadah shalat yang lima waktu.
Dan Rasulullah SAW melakukan kegiatan keluar ke kabilah-kabilah Arab untuk melakukan dakwah
memperkenalkan ajaran islam kepada mereka. Sebagian mereka ada yang beriman dan sebagian ada
yang tetap kafir.
Diantara mereka yang beriman, ada enam orang dari penduduk Madinah, yang antara lain karena
telah tersebarnya Islam di sana.
Pada tahun 12 kenabian, dua belas orang laki-laki dari Madinah menemui Rasulullah SAW.
Diantaranya sepuluh orang dari suku Aus dan dua orang dari suku Khazraj dan kemudian mereka semua
beriman. Dan dari yang dua belas orang ini, lima orang diantaranya adalah dari kelompok mereka yang
enam orang yang telah beriman sebelumnya.
Mereka keseluruhan melakukan baiat dihadapan Nabi untuk tidak menyekutukan Allah dengan
sesuatu apapun, tidak melakukan pencurian dan tidak akan melakukan perbuatan zina, kemudian
mereka kembali ke Madinah. Mereka di sana dengan pertolongan Allah mendakwahkan Islam kepada
penduduk Madinah.
Pada tahun 13 kenabian, datang kepada Rasulullah SAW tujuh puluh orang laki-laki dan dua
perempuan dari penduduk Arab Madinah, dan mereka masuk Islam semuanya serta melakukan baiat
dihadapan Nabi sebagai baiat yang kedua.
Kemudian mereka pulang kembali ke Madinah, dan dengan perantaraan mereka maka tersebarlah
Islam diantara penduduk Madinah secara luas.
* Hijrah ke Madinah
Dan ketika tindakan menyakiti Nabi dan para sahabat serta kaum muslimin bertambah keras dari
kalangan Quraisy, maka Nabi memerintahkan kaum muslimin untuk melakukan hijrah ke Madinah dan
selanjutnya beliau pun bersama-sama dengan Abu Bakar juga melakukan hijrah dengan berjalan kaki
cepat-cepat hingga beliau berdua sampai ke Gua Tsur.
* Nabi Muhammad Saw di Gua Tsur
Di dalam Gua Tsur ini, turun wahyu dari Allah SWT berupa ayat,
َ ِإِ ْذ يَقُو ُل ل
صا ِحبِ ِه اَل تَحْ َز ْن إِ َّن اللَّـهَ َم َعنَا
Yang artinya,
”… di waktu dia berkata kepada temannya, ‘Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah
beserta kita’.” (At-Taubah, 40)
Diriwayatkan bahwa ketika Rasulullah SAW akan tidur di dalam Gua itu, Abu Bakar meletakan
kepala beliau di atas dua lututnya dan sewaktu beliau sedang tidur, Abu Bakar melihat suatu lubang di
dinding gua itu, maka ia meletakkan mata kakinya untuk menutupi lubang tersebut, khawatir di dalam
lubang itu ada sesuatu yang menyakiti Nabi.
Maka pada saat itu mata kaki Abu Bakar disengat oleh kalajengking yang ada di dalam lubang itu,
tetapi Abu Bakar meskipun merasa kesakitan oleh sengatan itu, tidak menggerakkan kakinya, dan ketika
rasa sakitnya memuncak, air mata Abu Bakar berjatuhan mengenai pipi Rasulullah SAW.
Maka beliau terbangun dan menanyakan kepada Abu Bakar kenapa ia menangis? Ia menjawab
bahwa ia disengat kalajengking di kakinya, maka beliau mengusap dengan tangan beliau di tempat yang
sakit itu, dan seketika rasa sakit itu hilang dengan pertolongan Allah SWT.
Setelah tiga malam beliau dan Abu Bakar berdiam di Gua Tsur, seorang petunjuk jalan datang
menemui beliau berdua dengan membawa dua ekor unta tunggangan. Maka kemudian mereka bertiga
pergi berjalan menuju kota Madinah.
Mereka tiba di kota Quba pada hari Senin tanggal dua belas Rabi’ul Awwal. Itulah tanggal hijrahnya
Rasulullah SAW ke Madinah, yang kelak dijadikan awal penanggalan Islam yang dimulai dari bulan
Muharram, yaitu awal Tahun Hijriyah yang disandarkan kepada hijrah beliau ke Madinah.
Di kota Quba ini, Rasulullah SAW mendirikan sebuah masjid yang oleh Allah SWT diberikan sifat
sebagai masjid yang dibangun atas dasar taqwa (kepada Allah) dari semenjak pertama hari dibangunnya.
Di dalamnya terdapat orang-orang yang cinta untuk bersuci, dan Rasulullah SAW melakukan shalat di
dalam masjid ini bersama-sama empat puluh orang sahabatnya.
Setelah melakukan shalat Jum’at pertama yang Rasulullah SAW lakukan di desa Bani Salim bin ‘Auf,
beliau kemudian menaiki untanya menuju kota Madinah.
Di sana para kaum Anshar menyambut beliau dengan suka cita penuh kegembiraan, setaya
mengelilingi beliau, sementara para wanita dan anak-anak keluar dari rumah mereka ingin menemui
beliau seraya mendendangkan nasyid :
Thala’al badru ‘alaina, min tsaniyatil wada’i
Yang artinya,
“Di atas kita telah muncul bulan purnama. Muncul dari Tsaniyah al-Wada. Kita wajib bersyukur
kepadaNya, Seorang Da’I menyeru kita ke jalanNya. Wahai orang yang diutus kepada kami, Kau datang
membawa perintah yang harus ditaati.”
Di kota Madinah Nabi Muhammad SAW, mendirikan masjidnya yang mulia. Beliau secara pribadi
ikut serta membangun masjid tersebut, sebagai bentuk dorongan kepada kaum muslimin untuk cinta
bekerja dan beramal.
Di tahun ini telah pula disyari’atkan adzan, sebagai suatu cara dan saran untuk memanggil kaum
muslimin untuk berkumpul, di kala telah masuk waktu shalat.
* Disyariatkannya Berperang
Sebagaimana kita ketahui, bahwa Nabi SAW tidak pernah memaksa seseorang untuk memeluk
agama Islam, juga beliau tidak memiliki sebuah pedang untuk menebas leher-leher orang.
Tugas yang diemban beliau adalah semata-mata untuk berdakwah mengajak orang untuk beriman,
sekaligus menyampaikan kabar gembira dengan datangnya Islam.
Namun karena kaum kafir Quraisy terus menerus menyakiti orang-orang islam, disebabkan hasad
dan dengki, maka kepada kaum muslimin diijinkan untuk berperang mempertahankan diri atas tindakan
mereka.
Di tahun ini terjadi perang Waddan, yaitu suatu desa yang terletak diantara kota Mekkah dan kota
Madinah, juga perang Buwath, yaitu suatu pegunungan dari pegunungan Juhainah, dan perang
Al-‘Asyirah yaitu suatu tempat antara Yanbu’ dan Dzil Marwah, yang kesemua itu semata-mata untuk
menghambat perjalanan kaum Quraisy, bukan untuk membinasakannya.
Pada tahun kedua hijrah ini, arah kiblat dirubah, yang semula menghadap ke arah Baitul Maqdis di
Palestina, kini ke arah Ka’bah yang ada di Mekkah.
Juga pada tahun ini, diwajibkannya puasa Ramadhan, dimana Rasulullah SAW sebelumnya
berpuasa sebanyak tiga hari setiap bulannya.
* Kewajiban Zakat Mal (Harta)
Pada tahun kedua hijriah ini, juga ditetapkannya kewajiban untuk mengeluarkan zakat bagi orang-
orang kaya dari umat Islam, yang diberikan kepada orang-orang fakir dan miskin dan golongan-golongan
lainnya, sebagaimana dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an,
Yang artinya,
”Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-
pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan
yang diwajibkan oleh Allah dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (At-Taubah, 60)
Pada tahun kedua hijriah juga terjadi Perang Badar Kubra, yaitu ketika Nabi Muhammad Saw keluar
kota Madinah dengan membawa pasukan sebanyak 313 personil. Ketika kaum kafir Quraisy mengetahui
hal tersebut, maka mereka mengumpulkan pasukannya yang berjumlah 1000 personil.
Dan kedua pasukan ini, bertemu di Badar, maka terjadilah pertempuran antara keduanya, dan Allah
SWT dalam pertempuran ini menolong pasukan Islam dengan mendatangkan para malaikat yang ikut
bertempur bersama mereka.
Dalam jarak waktu yang tidak lebih dari satu jam, pasukan Quraisy dapat dikalahkan, mereka lari
dengan meinggalkan korban mati dari pihak mereka sebanyak 70 orang dan tertawan sebanyak 70 orang
juga. Firman Allah SWT,
Yang artinya :
”Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu)
orang-orang yang lemah.” (Ali Imran, 123)
Tawanan-tawanan Quraisy pada waktu itu terbagi menjadi 2 bagian. Satu bagian terdiri dari orang-
orang kaya dan satu bagian terdiri dari orang-orang miskin.
Adapun orang-orang kaya, mereka itu ditebus oleh keluarga mereka dengan harta sedangkan
orang-orang miskin tebusannya ialah tiap-tiap orang harus mengajar membaca dan menulis kepada
sepuluh orang anak di Madinah.
Pada tahun kedua hijrah ini, Ali menikah dengan Fatimah, semoga Allah SWT meridhoi keduanya.
Saat itu Ali berusia 21 tahun, sementara Fatimah berusia 15 tahun. Juga di tahun itu Rasulullah SAW
menikahi Aisyah binti Abu Bakar Shiddiq, semoga Allah meridhoi keduanya dan menjadikan surga
tempat tinggalnya.
* Perang Ghathafan
Perang Ghathafan terjadi pada tahun 3 hijriah. Peperangan ini sebenarnya tidak begitu penting,
akan tetapi dalam perang ini terjadi suatu peristiwa besar. Pada waktu itu keluar 450 orang dari Bani
Tsa’labah dan Muharib di bawah pimpinan Du’tsur bin Harits Al Muharibi yang ingin menyerbu Madinah.
Maka keluarlah Nabi Muhammad Saw dengan pasukannya dan larilah musuh ke gunung-gunung.
Tatkala Nabi Muhammad Saw sedang berisirahat dan menjemur bajunya yang basah sambil duduk
di bawah pohon, tiba-tiba muncul Du’tsur secara diam-diam hendak membunuh Beliau seraya berkata:
Maka orang itu pun merasa takut dan pedangnya terjatuh dari tangannya, lalu Nabi Muhammad
Saw mengambilnya seraya berkata: “Siapakah yang dapat melindungimu dariku?”
Maka Nabi Muhammad Saw memaafkannya dan ia pun masuk Islam serta mengajak kaumnya
memeluk agama Islam.
* Perang Uhud
Pada tahun 3 hijriah terjadi peperangan Uhud, 3000 personil pasukan Quraisy yang terdiri dari
pasukan berkuda dan perbekalan perang yang cukup banyak, berangkat menuju kota Madinah untuk
melaksanakan balas dendam atas terbunuhnya para bangsawan mereka di peperangan Badar.
Dan ini merupakan hari-hari yang cukup menyedihkan bagi kaum muslimin karena pada perang ini
telah mati syahid Hamzah, paman Rasulullah SAW. Jumlah pasukan Islam yang terbunuh secara syahid
sebanyak 70 lebih personil diantaranya 6 orang dari kaum Muhajirin dan selebihnya dari kaum Anshar.
Sementara dari pihak kaum Musyrikin yang tewas ada sebanyak 23 orang.
Pada tahun ini dilahirkannya Hasan bin Ali r.a dan Usman bin Affan menikah dengan Ummi Kulsum
putrid Rasulullah SAW, setelah wafatnya Ruqoyah, saudara Ummi Kulsum. Oleh karena itulah Usman bin
Affan dijuluki Dzun Nurain(yang mempunyai dua cahaya). Pada tahun ini juga Rasulullah SAW menikahi
Hafsah binti Umar bin Khattab r.a.
Pada tahun ini Allah SWT mengharamkan khamar secara mutlak, karena bahayanya yang demikian
besar terhadap akal, harta benda dan fisik manusia. Allah SWT berfirman,
َنصابُ َواأْل َ ْزاَل ُم ِرجْ سٌ ِّم ْن َع َم ِل ال َّش ْيطَا ِن فَاجْ تَنِبُوهُ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون
َ َ يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا إِنَّ َما ْال َخ ْم ُر َو ْال َم ْي ِس ُر َواأْل
Yang artinya,
”Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khammar, berjudi, (berkorban untuk)
berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaithan. Maka jauhilah pebuatan-
perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (Al-Maidah, 90)
Pada tahun ini Rasulullah SAW memerintahkan kaum Yahudi untuk pergi meninggalkan kota
Madinah. Sebelumnya diantara mereka dengan Rasulullah SAW telah diadakan suatu perjanjian, dimana
diantara kedua belah pihak harus saling memelihara dan menjaga keamanan masing-masing dan tidak
saling mengkhianati terhadap perjanjian itu.
Namun pihak Yahudi berkhianat terhadap Rasul dan berusaha membunuh beliau, karena terbujuk
oleh rayuan syaithan.
Oleh karena itulah mereka diperintahkan untuk keluar atau diusir oleh Rasulullah SAW dari
Madinah. Namun mereka enggan mematuhi perintah beliau, dan mereka tetap tidak mau pergi. Maka
kaum muslimin mengepung mereka dan melakukan pemboikotan terhadap mereka serta memaksa
mereka untuk pergi meninggalkan Madinah, dan akhirnya mereka pergi.
Pada tahun ini disyariatkannya shalat Khauf, shalat karena takut dan diturunkannya wahyu tentang
tayammum. Juga di tahun ini, Rasulullah SAW memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk mempelajari tulisan
orang Yahudi agar Zaid bias menuliskan untuk Nabi surat kepada orang Yahudi, dan membacakan
kepada beliau surat-surat yang datang dari mereka. Pada tahun ini pula, Husein bin Ali r.a dilahirkan.
Pada tahun 5 hijriah terjadi perang Khandaq, dimana orang Musyrik dan orang-orang Yahudi
bergabung untuk memerangi kaum Muslimin. Jumlah mereka sebanyak 10.000 orang yang dipimpin
oleh Abu Sufyan, dan mereka mengepung kota Madinah serta mengadakan penekanan-penekanan ketat
kepada kaum Muslimin, dan mempersempit ruang gerak mereka.
Rasulullah SAW beserta segenap kaum Muslimin, tidak keluar sama sekali dari kota Madinah, tetapi
atas saran Salman Al-Farisi beliau memerintahkan kaum Muslimin untuk menggali parit, sebagai bentuk
strategi untuk menghindari serbuan mereka.
Selama dalam pengepungan terhadap kaum Muslimin itu, Nabi berdoa kepada Allah SWT untuk
kehancuran musuh, beliau mengucapkan doa, yang artinya,
”Ya Allah Tuhan yang menurunkan Kitab, Tuhan yang cepat perhitunganNya, hancurkanlah kaum
sekutu (musyrik dan yahudi). Ya Allah hancurkanlah mereka sehancur-hancurnya, dan porak-porandakan
mereka.”
Doa Nabi Muhammad Saw didengan Allah SWT, Tuhan mengirim angin putting beliung yang
memporak-porandakan pasukan sekutu, dan mereka lari pontang panting meninggalkan kota Madinah
pada malam itu juga.
Pada tahun 5 hijriah juga diberlakukannya ketentuan memakai hijab terhadap para istri Nabi SAW
dengan diturunkannya ayat hijab. Allah SWT berfirman,
ْ َب ۚ ٰ َذلِ ُك ْم أ
طهَ ُر لِقُلُوبِ ُك ْم َوقُلُوبِ ِه َّن ٍ َوإِ َذا َسأ َ ْلتُ ُموه َُّن َمتَاعًا فَاسْأَلُوه َُّن ِمن َو َرا ِء ِح َجا
Yang artinya,
”Dan apabila kamu meminta sesuatu kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang
tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (Al Ahzab, 53)
Dan Nabi SAW telah bersabda yang artinya, “Seseorang laki-laki tidak dibenarkan duduk-duduk
berdua dengan seseorang perempuan di tempat yang sunyi kecuali bersama muhrimnya.”
Pada tahun kelima hijriah ini, ibadah haji diwajibkan bagi mereka yang mampu mengadakan
perjalanan ke Mekkah. Allah SWT berfirman,
Yang artinya,
”…mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah SWT, yaitu (bagi) orang yang
sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.” (Ali Imran, 97)
Hikmah diwajibkannya ibadah haji cukup banyak, diantaranya yang terpenting dan paling esensi
adalah berkumpulnya kaum Muslimin yang sedang melaksanakan ibadah haji ini. Dengan perbedaan
kulit, etnis dan bahasa, dan Negara, berkumpul di satu tempat dalam rangka memperbaharui janji ikatan
ukhuwah islamiyyah dan tekad kesetian untuk menegakkan kalimah Allah di muka bumi.
*Perjanjian Damai Hudaibiyah
Pada tahun 6 hijriah telah terjadi Shulhul Hudaibiyah (perjanjian damai hudaibiyah). Rasulullah
SAW bersama-sama kaum Muslimin sebanyak 1400 orang pergi meninggalkan kota Madinah menuju
Mekkah untuk melaksanakan ibadah Umroh.
* Mereka tidak membawa senjata, hanya perlengkapan untuk bepergian sebagai musafir.
Ketika sampai di Hudaibiyah, rombongan Rasulullah SAW dicegat oleh orang-orang kafir Quraisy
dan mereka dihalang-halangi untuk melanjutkan perjalanan ke Baitullah Haram.
Setelah diadakan perundingan diantara kedua belah pihak, dicapai kesepakatan damai meliputi
lima hal, yaitu :
Disepakati adanya gencatan senjata (penghentian perang) antara kedua belah pihak selama
sepuluh tahun.
Kaum Muslimin agar kembali pulang ke Madinah, tidak meneruskan perjalanan untuk Umrah pada
tahun ini.
Rasulullah SAW harus mengembalikan ke pihak kaum Musyrikin Quraisy bila ada dari mereka yang
datang ke Madinah, meskipun telah masuk Islam.
Tidak ada kewajiban bagi kaum Musyrikin Quraisy untuk mengembalikan kepada Rasulullah SAW
orang yang datang ke pihak mereka dari Madinah.
Barangsiapa yang ingin masuk ke kelompok Muhammad, boleh masuk ke kelompoknya. Dan
barangsiapa yang ingin masuk ke kelompok Quraisy, juga dipersilahkan masuk ke kelompoknya.
* Bai’atur Ridwan
Setelah Teks Perjanjian Damai Hudaibiyah selesai ditulis, Nabi Muhammad Saw menunjuk Usman
bin Affan untuk mengirimkan Teks Perjanjian dimaksud ke pihak kaum Musyrikin dengan ditemani oleh
beberapa orang sahabat.
Sesampainya Usman ke sana, mereka menangkapnya. Berita penangkapan Usman ini sampai ke
kalangan kaum Muslimin. Bahkan telah tersebar desas desus bahwa Usman dan kawan-kawan telah
dibunuh oleh pihak kaum Musyirikin.
Maka Nabi Muhammad Saw setelah mendenga rumor bahwa Usman telah dibunuh, Beliau seketika
memerintahkan seluruh kaum Muslimin untuk berkumpul, untuk melakukan bai’at di bawah suatu
pohon, bahwa mereka siap mati untuk menyelamatkan Usman.
Setelah berita bai’at ini didengar oleh kalangan kaum Musyrikin, mereka merasa takut dan gentar.
Akhirnya mereka membebaskan Usman dan kawan-kawannya. Allah Swt berfirman:
Yang terjemahannya sebagai berikut :
“Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu, sesungguhnya mereka berjanji setia
kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka.” (Al-Fath,10).
“Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mu’min ketika mereka berjanji setia
kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka, lalu menurunkan
ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat
(waktunya).” (Al-Fath, 18).
Nabi Muhammad Saw pada tahun 6 hijriah ini berkirim surat kepada beberapa orang Raja,
mengajak mereka untuk memeluk Islam. Surat-surat itu diberi stempel dengan sebuah cincin yang
terbuat dari perak yang tertulis padanya kata-kata: Muhammad Rasulullah.
Sebagian mereka ada yang menyambut ajakan ini dan masuk Islam, dari sebagian lagi ada yang
tetap dalam kekafirannya. Dan diantara mereka yang beriman, adalah Najasyi Raja Habasyah, Mundzir
bin Sawa Raja Bahrain dan Jaifar dan ‘Abd dan dua orang Raja ‘Amman.
* Perang Khaibar
Pada tahun 7 hijriah terjadi Perang Khaibar. Pihak yang menyerang pada kali ini adalah mereka
yang pernah menyerang sebelumnya ke kota Madinah pada perang Khandak.
Maka Rasulullah Saw dengan 1600 prajuritnya menyongsong mereka serta kemudian
mengepungnya selama enam hari. Dan pada malam ketujuh, Rasulullah Saw menyerahkan bendera
perang kepada Ali bin Abi Thalib (semoga Allah memuliakannya) untuk memimpin perang.
Pada saat itu, Ali mengeluh sedang menderita sakit mata, maka ketika Rasulullah Saw mengetahui
itu, kedua mata Ali diusap oleh tangan beliau sambal berdoa untuk kesembuhan kedua matanya. Maka
dengan atas izin Allah Swt, kedua mata Ali seketika sembuh.
Pada perang Khaibar ini, Allah Swt memberikan kemenangan kepada pihak kaum Muslimin
dibawah komando Ali, dengan membawa rampasan perang yang cukup besar.
Pada tahun 7 hijriah juga dilakukan Umatul-Qadha. Nabi Muhammad Saw memerintahkan kepada
para sahabatnya di bulan Dzulqa’dah untuk mengerjakan umrah sebagai pengganti umrah yang belum
sempat dilaksanakan karena mereka dihalang-halangi oleh kaum Musyrikin pada hari dilakukannya
Perjanjian Damai di Hudaibiyah.
Mereka berangkat menuju kota Mekkah untuk melaksanakan umrah dengan jumlah yang cukup
besar. Ketika mengetahui hal ini, kaum Musyrikin keluar dari kota Mekkah, menyingkir ke puncak-
puncak gunung, menghindar untuk melihat orang-orang mukmin melakukan tawaf di Baitil Haram.
Setelah selesai melaksanakan umrah, kaum muslimin kembali ke Madinah, setelah mereka berdiam di
Mekkah selama tiga hari.
* Perang Mu’tah
Pada tahun 8 hijriah terjadi Perang Mu’tah yang terkenal itu. Ketika itu Nabi Muhammad Saw
mempersiapkan prajuritnya sebanyak 3000 orang dan menugaskan Zaid bin Haritsah untuk menjadi
pimpinannya. Sementara pihak Romawi telah mengerahkan pasukannya sebanyak 150000 prajurit.
Kedua pasukan bertemu di Mu’tah dan terjadilah pertempuran diantara keduanya. Kalau tidak
karena tipu daya Khalid bin Walid serta strateginya yang jitu, kaum Muslimin di awal-awal pertempuran
hampir mengalami kekalahan, tetapi berkat strategi Khalid tersebut akhirnya pasukan kaum Muslimin
mendapatkan kemenangan.
Kaum Musyrikin Quraisy ternyata merobek-robek Perjanjian Damai yang pernah disepakati di
Hudaibiyah dan mengkhianati butir-butir yang tercantum di dalamnya. Menghadapi kenyataan ini maka
Nabi Muhammad Saw mempersiapkan dan mengerahkan prajurit Muslimin untuk diberangkatkan ke
Mekkah.
Nabi Muhammad Saw beserta sebagian prajurit berangkat melalui jalan sebelah bawah, sementara
Khalid bin Walid mengepalai sebagian prajuritnya berangkat melalui jalan sebelah atas. Ketika Rasulullah
Saw sampai di kota Mekkah, Beliau mendapati bahwa di sekeliling Ka’bah terdapat tiga ratus enam
puluh patung yang tergantung padanya, maka dengan kayu di tangan, Beliau hancurkan patung-patung
itu seraya mengatakan:
“Yang benar telah dating dan yang bathil telah lenyap.” (Al-Isra’, 81)
Firman-Nya lagi:
“Kebenaran telah datang dan yang bathil itu tidak akan memulai dan tidak (pula) akan memulai.”
(Saba, 49).
Kemudian Nabi Muhammad Saw menyampaikan pidato sambal berdiri di tengah-tengah Masjidil
Haram: Sesungguhnya Allah Swt telah memuliakan Mekkah pada hari diciptakannya langit dan bumi,
dan ia berkedudukan mulia dengan kemuliaan Allah Swt sampai hari kiamat. Maka tidak halal bagi
seseorang yang beriman kepada Allah Swt dan hari akhir untuk melakukan pertumpahan darah atau
menebang atau mencabut sesuatu pohon di kota Mekkah.
Bila ada seseorang yang menganggap ringan untuk memerangi Rasulullah Saw di kota Mekkah,
maka katakanlah oleh kamu: Bahwasanya Allah Swt telah memberikan ijin kepada Rasul-Nya dan tidak
memberikan ijin kepadamu, dan bahwasanya telah dihalalkan dan dibolehkan bagiku pada saat diwaktu
siang dan kini kemuliaan kota Mekkah pada hari ini telah kembali, sebagaimana kemuliaannya di hari
kemarin. Maka hendaknya yang hadir diantara kalian pada saat ini, untuk menyampaikan berita ini
kepada yang tidak hadir.
“Sesungguhnya Allah Swt telah menolong kami (hai para mukminin) di medan peperangan yang
banyak dan (ingatlah) peperangan Hunain, yang diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya
jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang
luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai-berai.” (At-
taubah, 25).
Nabi Muhammad Saw saat itu keluar dari kota Madinah dengan 10000 orang prajurit. Kaum
Mukminin melihat jumlah yang demikian besar itu merasa congkak.
Kemudian ketika pasukan Muslim bertemu dengan pasukan musuh, yang saat itu mereka
tersembunyi dari penglihatan pasukan Muslim dengan batu-batu besar. Betapa terkejutnya pasukan
Muslim ketika melihat kenyataan ini, dan mereka dapat dikalahkan oleh pasukan musuh, dan lari
bercerai-berai.
Tidak ada yang bertahan bersama Rasulullah Saw kecuali sekolompok sahabat yang tetap bertahan
bersama beliau, diantaranya Abu bakar, Umar, Ali, abbas dan Abu sufyan bin Haris anak paman
Rasulullah Saw.
Nabi Muhammad Saw dan para sahabatnya kembali ke Madinah setelah sebelumnya berdiam di
Ji’ranah selama tiga belas malam.
Dari Ji’ranah ini beliau berihram untuk melaksanakan umrah, kemudian memasuki kota Mekkah di
waktu malam hari, maka beliau bertawaf dan bersa’i memberi isyarat dengan tangan beliau ke arah
Hajar Aswad. Rasulullah Saw telah meninggalkan kota Madinah selama dua bulan enam belas hari.
* Ekspedisi Tabuk
Pada tahun 9 hijriah terjadi Perang Tabuk yang dinamakan Perang ‘Usrah yakni perang di masa
susah dan sulit, karena peperangan ini terjadi ketika kaum muslimin sedang mengalami kesulitan hidup,
karena paceklik dan udara pun sangat panas.
Ketika itu Nabi Muhammad Saw mengumpulkan sejumlah pasukan dari Mekkah dan Madinah serta
dari beberapa kabilah Arab, setelah mendengar berita bahwa orang-orang kafir mengerahkan
pasukannya di daerah Syam untuk melakukan penyerangan terhadap kaum muslimin di negeri mereka,
yakni Madinah.
Maka datanglah Abu Bakar memberikan sumbangan dengan seluruh harta kekayaannya, Umar bin
Khattab dengan separuh kekayaannya, Usman bin Affan dengan sepuluh ribu dinar, sementara para ibu-
ibu muslimat menyumbangkan perhiasan-perhiasan mereka sekedar kemampuan mereka.
Kemudian Nabi Muhammad Saw beserta prajurit tentaranya yang berjumlah 30000 personil
berangkat menuju Tabuk. Namun sesampai di sana Beliau beserta prajuritnya sama sekali tak melihat
pasukan musuh sebagaimana yang Beliau dengar itu. Maka akhirnya Rasulullah Saw memutuskan untuk
kembali ke Madinah, setelah berdiam di Tabuk selama dua puluh malam dan dalam perjalanan pulang
kembali itu, sempat membangun beberapa masjid.
Pada tahun 9 hijriah telah datang kepada Nabi Muhammad Saw, utusan dari Tsaqif dan mereka
semuanya memeluk Islam dan melakukan dakwah terhadap kaumnya yakni penduduk Thaif, maka
mereka merespon ajakan tersebut dengan memeluk Islam.
Di tahun ini telah wafat Ummu Kultsum putri Rasulullah Saw, isteri Usman bin Affan Ra. Juga telah
wafat Abdullah bin Abi Salul, pemimpin orang-orang munafik, dimana dengan meninggalnya ini kaum
Muslimin merasa lega karena bebas dari kejahatan-kejahatannya.
Pada bulan Dzulqa’dah tahun 9 hijriah, Nabi Muhammad Saw memerintahkan kepada Abu Bakar
melaksanakan ibadah haji dengan kaum Muslimin, sekaligus diperintahkan untuk mengumumkan
kepada mereka pada hari Nahar, bahwa setelah tahun ini, orang musyrik tidak dibolehkan melaksanakan
ibadah haji, dan orang telanjang tidak dibenarkan untuk melakukan thawaf keliling Baitullahil-Haram.
Untuk peristiwa ini, Allah Swt menurunkan wahyu-Nya:
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah
mereka mendekati Masjidil-Haram sesudah tahun ini.” (At-Taubah, 28).
Pada tahun 10 hijriah Nabi Muhammad Saw mengutus Ali bin Abi Thalib ke Bani Madzij dari
penduduk Yaman. Maka beliau berangkat ke sana dan sesampainya di sana beliau menemui mereka dan
mengajak mereka untuk memeluk agama Islam.
Mereka menolak ajakan Ali ini dan melempari kaum Muslimin dengan bongkahan batu-batu, maka
oleh kaum Muslimin tindakan mereka itu dibalesnya dan akhirnya mereka kalah dan minta damai, dan
oleh Ali permintaan mereka ini dipenuhi.
Dan Ali menemui mereka dan mengajak mereka untuk memeluk Islam, maka mereka mengikuti
ajakan Ali dan masuk Islam semuanya.
Dan pada tahun ini juga Rasulullah Saw mengutus Mu’adz bin Jabal dan Abu Musa Al-Asy’ari untuk
mengajarkan ajaran-ajaran syariat islam. Mu’adz diutus ke penduduk Kurah al-‘Ulya dari arah ‘Adn,
sementara Abu Musa diutus ke Kurah as-Sufla.
* Haji Wada’
Nabi Muhammad Saw beserta seluruh sahabatnya pada tahun 10 hijriah berangkat menunaikan
ibadah haji tepatnya pada hari Sabtu tanggal 25 Dzulqo’dah menuju kota Mekkah. Sesudah sampai di
kota Mekkah, maka pada tanggal 8 Dzulqo’dah Beliau berangkat menuju Mina dan bermalam di sana.
Dan pada tanggal 9 Dzulhijjah Beliau menuju Arafah dan di sana Beliau berkhutbah yang dikenal
dengan nama Khutbatul Wada’, dimana Beliau dalam khutbah itu menjelaskan tentang hal-hal
terpenting dari pokok-pokok dan cabang-cabang Agama Islam.
Dan pada hari itu turun wahyu Allah Swt yang berbunyi:
“Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku cukupkan kepadamu
ni’mat Ku, dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama bagimu.”(Al-Maidah, 3).
Setelah selesai menunaikan ibadah haji, Nabi Muhammad Saw pulang ke Madinah dengan selamat.
Dan dengan berakhirnya tahun kesepuluh dari hijrahnya Rasulullah Saw dari Mekkah ke Madinah,
maka telah sempurna misi Beliau di Madinah selama sepuluh tahun kurang dua bulan dan sebelas hari.
Pada tahun 11 hijriah Nabi Muhammad Saw mulai sakit-sakitan. Dan ketika sakit Beliau semakin
parah, Beliau meminta ijin kepada seluruh isterinya, agar Beliau bisa dirawat di kediaman Aisyah saja.
Ketika Beliau merasa udzur untuk melaksanakan shalat berjamaah dengan kaum Muslimin para
sahabatnya, beliau menyuruh Abu Bakar agar shalat mengimami mereka.
Beliau sendiri kemudian pergi keluar masjid, berjalan dipapah oleh Ali dan Fadhal, sementara Abbas
mendahului berjalan di depan.
Nabi Muhammad Saw dibebat kepalanya sambil berjalan tertatih-tatih dengan kedua kakinya,
hingga sampai di undakan terbawah dari mimbar.
Maka para sahabat mengerumuni Beliau berebutan.
Maka Beliau mengucapkan hamdalah seraya memuji dan memuja Allah Swt, kemudian bersabda:
Wahai manusia, sampai berita kepadaku bahwa engkau semua takut kematian nabimu. Apakah ada Nabi
sebelum aku ini yang kekal, sehingga aku juga akan kekal (tidak mati)? Ketauhilah, bahwa Aku akan
menemui Rabbku, dan kamu akan menemuiku kelak. Maka aku wasiatkan kepadamu agar berbuat paik
terhadap para Muhajirin Pertama, dan juga Aku wasiatkan kepadamu agar sesama kamu semua berbuat
kebajikan. Kemudian berkata di akhir khutbahnya: Ketauhilah bahwa Aku adalah pendahulu bagimu dan
kamu akan menyusul menemuiku. Ketauhilah bahwa sesungguhnya janjimu nanti ketemu di Haudh
(Telaga). Ketauhilah, bahwa barangsiapa yang senang untuk bisa datang ke telaga itu dan bertemu
denganku, maka hendaklah tangan dan lidahnya dijaga dari berbuat dan berkata yang tidak pada
tempatnya, kecuali yang pantas untuk dikerjakan.
Ketika Nabi Muhammad Saw wafat, sahabat Abu Bakar sedang tidak ada di Madinah. Sewaktu
diberi tahu bahwa Nabi Muhammad Saw wafat, maka beliau segera datang ke rumah Aisyah dan masuk
ke dalam seraya membuka kain penutup wajah jenazah Rasulullah Saw dan kemudian menciumnya dan
terus menangis.
Selanjutnya beliau keluar dan mengucapkan pidato, maka beliau memuji Allah dan menyanjungnya.
Selanjutnya berkata: “Ketauhilah, barangsiapa yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya
Muhammad kini telah mati, dan barangsiapa menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah tetap
senantiasa hidup tidak akan pernah mati. Kemudian beliau membaca firman Allah Swt:
“Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula).” (Az-Zumar, 30).
“Muhammad, itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa
orang Rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu akan berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa
yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan
Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (Ali Imran, 144)
Jenazah Nabi Muhammad Saw baru dimakamkan setelah selesai ditetapkan dan dibai’atnya Abu
Bakar menjadi Khalifah pengganti Beliau, menjadi pemimpin kaum Muslimin.
Jasad Rasulullah Saw dimandikan kemudian dikafani dengan tiga helai kain, tidak ada padanya baju,
dan tidak adanya pula surban.
Kemudian jamaah kaum Muslimin menshalati jenazah Beliau satu persatu tanpa imam, secara
bergantian. Pertama kaum lelaki, kemudian wanita dan selanjutnya anak-anak.
Dimakamkan pada malam rabu tengah malam, dan di atas makamnya dipercikkan air oleh Bilal,
sementara letaknya agak ditinggikan sekedar satu jengkal dari permukaan bumi.
Semoga Allah Swt menganugerahkan shalawat dan salam kesejahteraan kepada Beliau, dan kepada
keluarga serta para sahabatnya semua.
Usia Nabi Muhammad Saw adalah 63 tahun. Empat puluh tahun dijalani sebelum ditetapkannya
sebagai Nabi di Mekkah, tiga belas tahun sesudah beliau menjadi Nabi di Mekkah juga, dan sepuluh
tahun beliau jalani di Madinah sesudah hijrah.
Para ahli tarikh telah bersepakat bahwa hari lahir Nabi Muhammad Saw, hijrahnya dan wafatnya
adalah pada hari senin tanggal 12 Rabiul Awwal. Semoga Allah Swt menganugerahkan shalawat dan
salam kesejahteraan kepada Beliau dan kepada keleuarga serta para sahabatnya semua. (*)