Jurnal Infertilitas Sekunder

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

JM

Volume 7 No. 2 (Oktober 2019)


© The Author(s)

PENGARUH IMT (INDEKS MASA TUBUH) TERHADAP TERJADINYA


INFERTILITAS SEKUNDER PADA PERAWAT WANITA DI RSUD TAHUN 2017

EFFECT OF BMI (BODY MASS INDEX) ON THE OCCURRENCE OF SECONDARY


INFERTILITY IN FEMALE NURSES IN HOSPITALYEARS 2017

RENNY ADELIA TARIGAN, SUCI RIDMADHANTI


PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN STIKES MITRA BUNDA PERSADA BATAM
Email: [email protected]

ABSTRAK

Obesitas berkaitan dengan tiga perubahan yang mengganggu ovulasi normal dan penurunan
berat badan akan memperbaiki tiga keadaan tersebut : penurunan aromatisasi perifer dari
androgen menjadi estrogen, penurunan kadar globulin pengikat hormone seks (sex hormone),
hormone binding globulin (SHBG), menghasilkan peningkatan kadar estradiol dan testosterone
bebas sehingga dapat mempengaruhi kesuburan. Tujuan penelitian ini melihata apakah ada
pengaruh IMT terhadap terjadinya Infertilitas sekunder pada perawat wanita. Jenis penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain Cross Sectional,
pengumpulan data Infertilitas sekunder dan IMT, dengan menggunakan kuesioner dan
timbangan BB serta pengkur TB. Analisis data Bivariat dengan menggunakan Uji Chi – Square
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat wanita di RSUD Binjai dari 80 responden ada
hubungan yang signifikansi antara IMT dengan terjadinya infertilitas sekunder dengan nilai
p=0,008<0,05 yang artinya ada hubungan yang signifikan antara IMT dengan terjadinya
Infertilitas sekunder pada perawat wanita di ruangan rawat inap RSUD Djoelham Binjai. Nilai
RP = 6,750 yang artinya perawat wanita yang memiliki IMT tidak ideal berisiko 6,750 lebih
besar mengalami kejadian Infertilitas sekunder dibanding dengan pekerja perawat wanita yang
memiliki IMT Ideal dengan 95% CI = 1,433-31,797. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan
bahwa setiap wanita harus tetap di jaga kesehatan reproduksi seperti nutrisi dan aktifitas sehari
– hari sehingga memiliki Indeks masa tubuh yang ideal. Kata Kunci : Infertilitas Sekunder,
IMT, 2017

ABSTRACT

Obesity is associated with three changes that interfere with normal ovulation and weight loss
will improve these three conditions: decreased peripheral aromatization from androgen into
estrogen, decreased levels of sex hormone binding globulin (sex Hormone binding globulin
(SHBG), resulting in increased levels of estradiol and free testosterone so that it can affect
fertility. The purpose of this study saw whether there was a BMI influence on the occurrence of
secondary infertility in female nurses. The type of research used in this study is quantitative
with Cross Sectional design, the collection of secondary and IMT infertility data, using BB
questionnaires and TB weighers. Analysis of bivariate data Using Test Chi – Square results

36 Journal Of Midwifery
showed that women nurses in Binjai HOSPITAL from 80 respondents had a significance
relationship between the IMT and the occurrence of secondary infertility with a value of P =
0,008 < 0.05 which Meaning there is a significant relationship between the IMT and the
occurrence of secondary infertility in female nurses in the inpatient room RSUD Djoelham
Binjai. The value of RP = 6.750 which means women nurses who have a IMT not ideal at risk
6.750 are experiencing secondary incidence of infertility compared to female nurse workers
who have an Ideal IMT with 95% CI = 1,433-31,797. Based on the results of the study, it is
recommended that every woman should keep reproductive health care such as nutrients and
day-to-day activities so that it has an ideal body time index.
Keywords: secondary infertility, BMI, 80 juta pasangan yang belum dikarunia anak.
2017 Diperkirakan muncul sekitar 2 juta pasangan
infertil baru setiap tahun dan jumlah ini terus
PENDAHULUAN meningkat (Chandran 2013).
Menurut Evers pada penelitian Chandran
Kehadiran seorang anak merupakan (2013) memperkirakan 10 – 15 % pasangan di
faktor penting dalam sebuah keluarga. Itulah negara- negara industri mengalami infertilitas.
sebabnya, ketika menikah, sebagian besar Tracey Bushnik dkk memperkirakan
pengantin baru sibuk mencari cara segera prevalensi infertilitas wanita di Kanada berada
mendapatkan momongan namun saat ini diantara angka 11,5 % 15,7 %. Negara- negara
wanita banyak mengalami gangguan pada Afrika prevalensi infertilitas berada di angka
reproduksi seperti infertilitas. Infertilitas 9% di Gambia oleh Sudby dkk. Terdapat
adalah ketidakmampuan untuk mengandung sekitar 11,8 % di Ghana dan diantara 20 - 30%
sampai melahirkan bayi hidup setelah satu di Nigeria.
tahun melakukan hubungan seksual yang Terdapat sedikit data mengenai
teratur dan tidak menggunakan alat infertilitas yang terjadi di Asia dan Amerika
kontrasepsi apapun/setelah memutuskan latin. Namun data dari WHO menyebutkan
untuk mempunyai anak. secara global angka kejadian yang dialami
Infertilitas dapat di kelompokkan wanita pada masa reproduksi di negara Asia
menjadi infertilitas primer dan sekunder. dan Amerika latin berada diantara angka 8- 12
Infertilitas primer terjadi jika pasangan % wanita. Angka infertilitas di Indonesia yang
belum pernah mengalami kosepsi setelah 12 dikemukan oleh Sumapraja berkisar (1215 %).
– 24 bulan berhubungan tanpa kontrasepsi, 13 Banyaknya pasangan infertilitas di
sedangkan infertilitas sekunder terjadi jika Indonesia dapat di perhitungkan dari
pasangan sebelumnya pernah mengalami banyaknya wanita yang pernah kawin dan
konsepsi atau kehamilan minimal satu kali. tidak mempunyai anak yang masih hidup.
Infertilitas membutuhkan perhatian di Menurut sensus penduduk terdapat (12 %) baik
seluruh dunia maupun di Indonesia, karena di desa maupun di kota atau sekitar 3 juta
banyak pasangan infertil di Indonesia pasangan infertil tersebar di seluruh Indonesia,
khususnya pada wanita yang pernah kawin dari Jumlah tersebut terdapat perempuan
tapi tidak memiliki anak (Rahyani, 2013). infertil 15% pada Usia 30- 34 , 30 % pada usia
Data infertilitas di seluruh dunia 35 - 39, dan 64 % pada usia 4044 tahun.
menurut Badan Kesehatan Dunia (World Berdasarkan jenis infertilitas, Samiha dkk
Health Organization, WHO) dan laporan dalam penelitian Chandran (2013) melaporkan
lainnya, diperkirakan 8-12 % pasangan yang dari 215 pasangan yang infertil terdapat 172
mengalami masalah infertilitas selama masa kasus (80 %) pasangan yang mengalami
reproduktif mereka. Jika delapan persen dari infertilitas primer dan 43 kasus (20 %)
gambaran global populasi maka sekitar 60- pasangan yang mengalami infertilitas

37
sekunder. Mosher Secara global dapat menyebabkan infertilitas atau tidak subur.
disimpulkan penyebab terjadinya infertilitas (Etika M, 2016)
diakibatkan dari faktor laki- laki sekitar 30% Data mengenai terjadinya infertilitas
meliputi kelainan pengeluaran sperma, pada seorang wanita di Indonesia umumnya
penyempitan saluran mani karena infeksi dan di kota Medan khususnya masih mulai
bawaan, faktor immunologik/antibodi, meningkat. Sebagaimana yang telah dijelaskan
antisperma, serta faktor gizi dan gangguan dari d iatas bahwa terjadinya infertiltas berbeda di
perempuan 30% yang mempunyai masalah setiap negara dan daerah, karena di setiap
pada vagina, serviks, uterus, kelainan pada Negara berbeda faktor penyebab tergantung
tuba, ovarium dan pada peritoneum. gangguan letak geografis, sosial budaya, ekonomi, gaya
dari keduanya 30% dan yang tidak di ketahui hidup seperti berat badan, Umur, dan riwayat
sekitar 10%. melaporkan dari semua wanita PMS.
yang mengalami infertilitas di Amerika Berdasarkan penelitian yang dilakukan
Serikat, infertilitas primer terdapat 65 % oleh National Center for Health Statistics
wanita dan infertilitas sekunder terdapat 35 % menunjukkan bahwa wanita subur berusia
wanita. dibawah 25 tahun memiliki kemungkinan
Menurut Rahyani (2013) di Indonesia hamil 96% dalam setahun, usia 25 – 34 tahun
diperkirakan sekitar 8 – 12 % atau sekitar 50 – menurun menjadi 86% dan 78% pada usia 35
80 juta pasangan mengalami infertilitas selama – 44 tahun. Gaya hidup dan faktor
masa reproduksi. Infertilitas menyebabkan lingkungan dapat mempengaruhi fertilitas
masalah dalam kehidupan pasangan tujuan dari dan harus mempertimbangkan karena hampir
perkawinan pada setiap pasangan adalah 62% wanita Amerika kelebihan berat badan
mendapatkan keturuna. Berdasarkan hasil dan lainnya 33% obesitas. Kelebihan berat
penelitian di berbagai bnegara, konsepsi terjadi badan di defenisikan dengan Indeks masa
lebih dari 80% pasangan dalam kurun waktu 1 tubuh (BMI) lebih besar dari 25 dan yang
tahun. Sebanyak 25% konsepsi terjadi dalam besar dari 30 disebut obesitas. Abnormalitas
bulan pertama, 75% konsepsi terjadi pada 9 dari sekresi GnRH dan gonadotropin relative
bulan pertama, dan 90% konsepsi terjadi pada sering pada berat badan lebih, obesitas dan
18 bulan pertama. yang berat badan kurang (BMI kurang dari
Angka infertilitas Sekunder yang tinggi, 17).
maka harus diketahui apa saja yang dapat Orang yang mengalami obesitas,
mempengaruhi keadaan infertilitas terutama biasanya cenderung mengkonsumsi makanan
pada wanita bekerja. Berbagai faktor dapat dengan kalori, gula, dan lemak yang tinggi.
menyebabkan seorang wanita menjadi infertil. Ketika tubuh mengkonsumsi terlalu banyak
Penyebab seorang wanita infertilitas salah lemak maka akan muncul hormone
satunya adalah obesitas (Sarwono 2009), leptin.Semakin tinggi kadar leptin
Menurut WHO, pada tahun 2014 menjadikan leptin resisten sehingga akan
terdapat 600 juta orang usia dewasa mengalami gangguan leftin dan dapat
mengalami obesitas. Di Indonesia sendiri mempengaruhi ketidakseimbangan kadar
kejadian obesitas pada kelompok perempuan hormone seksual seperti luteinizing hormone
dewasa tahun 2013 yaitu sebesar 32,9% yang dan estradiol yang merupakan hormone
mengalami kenaikan sebanyak 18% dari tahun kesuburan wanita. Dengan megetahui data-
2017. Obesitas tidak hanya dapat data ini diharapkan pencegahan, penanganan
menyebabkan penyakit kronis tetapi dan pelayanan bagi kasus - kasus infertilitas
perempuan obesitas ternyata beresiko lebih dapat ditingkatkan dan dapat ditangani
mengalami gangguan reproduksi dan lebih komprehensip. (Etika M, 2016)

38 Journal Of Midwifery
METODE PENELITIAN hubungan bermakna antara variabel
dependen dengan variabel indenpenden dan
Jenis penelitian ini adalah bila p> α berarti tidak ada hubungan
observasional analitik dengan rancangan bermakna antara variabel dependen dengan
penelitian cross sectional.Penelitian ini variabel independen.
dilakukan pada bulan Januari 2017 - April
2017 Populasi penelitian ini adalah seluruh HASIL PENELITIAN
perawat wanita di ruang rawat inap di RSUD
Dr. R.M Djoelham Binjai dengan 9 ruangan, A. IMT pada Perawat Wanita Perawat
ruang perawatan bedah 20 (2 ruangan) orang,
ruangan perawatan anak 25 orang (2 ruagan), wanita yang di RSUD Djoelham Binjai
ruang perawatan kebidanan (2 ruangan) 15
orang dan penyakit dalam (3 ruangan yaitu di peroleh bahwa mayoritas memiliki
Interna laki – laki, perempuan dan isolasi) 40
orang total populasi sebanyak 100ang. IMT tidak ideal diperoleh sebanyak 51
Pengambilan sampel pada penelitian ini di
lakukan dengan menggunakan teknik orang (63,8%) dan yang memiliki IMT
purposive sampling. yaitu teknik dengan
Ideal 29 orang (36,3%).
tujuan atau pertimbangan tertentu yang
memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut :
jenis kelamin wanita, lama bekerja 2 (dua
Tabel 1. Distribusi Frekuensi IMT pada
tahun), lama menikah 2 tahun atau lebih,
perawat wanita Tahun 2017
tergolong usia produktif (20–35 tahun), yang
Stress kerja Jumlah (n) Persentasi
termasuk pada kriteria tersebut adalah dari (%)
ruangan bedah 22 orang, ruangan anak 12 Indeks Masa
orang, ruangan kebidanan 14 orang, dan Tubuh 51 63,8
ruangan penyakit dalam 32 orang, total Tidak Ideal 29 36,3
sampel sebanyak 80 orang. Ideal
Penelitian ini menggunakan data 80 100
primer dan data sekunder. Data primer Total
diperoleh dengan cara: Melakukan B. Infertilitas Sekunder Perawat Wanita
pengukuran terhadap stress kerja dengan
menggunkan kuesioner stress kerja yang Perawat wanita yang di RSUD Djoelham
telah di uji Validitas dan Reliabilitas di RSU Binjai di peroleh bahwa mayoritas tidak
Sembiring Delitua. Untuk melihat perawat mengalami Infertilitas diperoleh sebanyak 61
wanita yang mengalami Infertilitas sekunder orang (76,3%) dan yang mengalami
atau tidak dengan menggunakan wawancara Infdertilitas sekunder 19 orang (23,8%).
dan memberikan pertanyaan terbuka.
Defenisi operasional IMT Berat badan Tabel 2. Distribusi Frekuensi terjadinya
perawat saat penelitian yang akan di hitung infertilitas sekunder pada perawat wanita
menggunakan rumus IMT. Untuk tahun 2017
Infertilitas Jumlah (n) Percentage
membuktikan ada atau tidaknya pengaruh
sekunder (%)
antara dua variabel tersebut, dilakukan uji
Ya 19 23,8
statistik Chi-Square dengan derajat Tidak 61 76,3
kepercayaan 95% dengan p<0.05. Melalui Jumlah (n) 80 100.00%
perhitungan uji Chi-Square di tarik suatu
kesimpulan, bila p<α (0,05) maka ada

39
C. Hubungan Stress Kerja Terhadap Variabel karakteristik responden Berat
terjadinya Infertilitas Sekunder pada badan secara statistik menunjukkan bahwa
perawat wanita kemungkinan berat badan yang tidak ideal
mempenagruhi kesuburan pada wanita . hal ini
Berdasarkan tabulasi silang antara IMT sejalan dengan penelitian(Kasdu 2008). Gaya
dengan terjadinya Infertilitas sekunder pada hidup dan faktor lingkungan dapat
perawat wanita menunjukkan bahwa dari 51 mempengaruhi fertilitas dan harus
orang yang tidak ideal terdapat 17 orang mempertimbangkan karena hampir 62%
(33,3%) mengalami infertilitas sekunder dan wanita Amerika kelebihan berat badan dan
sebanyak 34 orang (66,7%) yang tidak lainnya 33% obesitas. Kelebihan berat badan
mengalami infertilitas sekunder. Pada 29 orang di defenisikan dengan Indeks masa tubuh
yang memiliki IMT ideal terdapat sebanyak 2 (BMI) lebih besar dari 25 dan yang besar dari
orang (6,9%) yang mengalami Infertilitas 30 disebut obesitas. Abnormalitas dari sekresi
sekunder dan 27 orang (93,1%) tidak GnRH dan gonadotropin relative sering pada
mengalami infertilitas sekunder. Hasil uji berat badan lebih, obesitas dan yang berat
bivariat menunjukkan bahwa nilai badan kurang (BMI kurang dari 17).
p=0,008<0,05 yang artinya ada hubungan yang Hubungan antara BMI dan kesuburan
signifikan antara IMT dengan terjadinya pada pria belum teliti secara rinci. Frekuensi
Infertilitas sekunder pada perawat wanita di obesitas pada wanita dengan anovulasi dan
ruangan rawat inap RSUD Djoelham Binjai. suatu ovarium polikistik telah dilaporkan
Nilai RP = 6,750 yang arinya perawat wanita adalah berkisar dari 35% hingga 60%.
yang memiliki IMT tidak ideal berisiko 6,750 Obesitas berkaitan dengan tiga perubahan yang
lebih besar mengalami kejadian Infertilitas mengganggu ovulasi normal dan penurunan
sekunder dibanding dengan pekerja perawat berat badan akan memperbaiki tiga keadaan
wanita yang memiliki IMT Ideal dengan 95% tersebut : penurunan aromatisasi perifer dari
CI = 1,433-31,797. androgen menjadi estrogen, penurunan kadar
globulin pengikat hormone seks (sex
Tabel 3. Hubungan IMT Dengan hormone), hormone binding globulin (SHBG),
Terjadinya Infertilitas Sekunder Pada menghasilkan peningkatan kadar estradiol dan
Perawat Wanita tahun 2017 testosterone bebas sehingga dapat
Infertilitas mempengaruhi kesuburan.
sekunder Penghitungan indeks massa tubuh
Ya Tidak n Jumlah RP 95%C (Body Mass Index (BMI)) dihitung dari
IMT p.
%n% I tinggi dan berat badan (kg/m2) – kisaran
normal BMI adalah 20-25 kg/m2.
n % Penampilan/ rupa pasien secara keseluruhan
Tidak 17 33,3 34 66,7 51 100, dapat memberikan petunjuk mengenai
Ideal penyakit sistemik ataupun masalah
6,750
Ideal 2 6,9 27 93,1 29 100, 8 797
endokrin .Wanita dengan siklus menstruasi
0
yang tidak teratur dan tampilan fisik obesitas
0 0,00 1,433;31,
mungkin saja berhubungan dengan diagnosis
SOPK. Pada umumnya wanita dengan
PEMBAHASAN
tampilan overweight atau obesitas
mengalami kelainan berupa resistensi insulin
A. Pengaruh IMT Terhadap Terjadinya
atau bahkan sindroma metabolik. Hasil uji
Infertilitas Sekunder Pada Perawat wanita di
bivariat menunjukkan bahwa nilai
Ruangan Rawat Inap RSUD Djoelham Binjai
p=0,008<0,05 yang artinya ada hubungan
Tahun 2017

40 Journal Of Midwifery
yang signifikan antara IMT dengan Aisah, S. 2010. Kecemasan Pada Pasangan
terjadinya Infertilitas sekunder pada perawat Menikah Yang Belum Memiliki
wanita di ruangan rawat inap RSUD Keturunan. Universitas Gunadarma
Djoelham Binjai. Nilai RP = 6,750 yang Aisyaroh, N. (2012). Kesehatan Reproduksi
arinya perawat wanita yang memiliki IMT Remaja. Jurnal Majalah Ilmiah Sultan
tidak ideal berisiko 6,750 lebih besar Agung di terbitkan oleh
mengalami kejadian Infertilitas sekunder Unissula.www.unnissula.ac.id
dibanding dengan pekerja perawat wanita Anastasya, O. 2014.Faktor – Faktor yang
yang memiliki IMT Ideal dengan 95% CI = Mempengaruhi Infertilitas pada Wanita
1,433-31,797. di Klinik Fertilitas Endokrinologi
Reproduksi, Program Stiudi
KESIMPULAN Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Unsri
Didapatkan IMT yang tidak ideal dan Al, L. E.T. (2002). Associations of body
kejadian Infertilitas sekunder pada perawat mass index and obesity with physical
wanita di ruangan Rawat Inap RSUD activity, food choices, alcohol intake,
Djoelham Binjai. Perawat wanita yang and smoking in the. Am J Cin Nutr
memiliki IMT tidak ideal beresiko terjadinya Arikunto S. Prosedur Penelitian Suatu
Infertilitas sekunder. Hubungan antara BMI Pendekatan Praktik. Jakarta.Rineke
dan kesuburan pada pria belum teliti secara Cipta. 2006
rinci. Frekuensi obesitas pada wanita dengan Arisman. (2010). Gizi Dalam Daur
anovulasi dan suatu ovarium polikistik telah Kehidupan: Buku Ajar Imu Gizi,
dilaporkan adalah berkisar dari 35% hingga Jakarta: EGC
60%. Obesitas berkaitan dengan tiga Arief M., (2008). Pengantar Metodologi
perubahan yang mengganggu ovulasi normal Penelitian untuk imlu kesehatan.
dan penurunan berat badan akan Surakarta: LPP UNS dan UNS Press.
memperbaiki tiga keadaan tersebut : Kasdu, Dini, 2011. Kiat Sukses Pasangan
penurunan aromatisasi perifer dari androgen Memperoleh Keturunan, Jakarta : Puspa
menjadi estrogen, penurunan kadar globulin Swara
pengikat hormone seks (sex hormone), Mumtaz et al. Reproductive Health 2013, 10:3
hormone binding globulin (SHBG), http://www.reproductive-
menghasilkan peningkatan kadar estradiol healthjournal.com/content/10/1/3
dan testosterone bebas sehingga dapat
mempengaruhi kesuburan. Rasmun, 2008, Stress, Koping dan Adaptasi.
Jakarta : Sagung Seto
SARAN Ryo S. Gobel 2014. Faktor – Faktor Yang
Berhubungan Dengan Stres Kerja Pada
Perlu adanya peringatan kepada setiap Perawat di Ruang ICU dan UGD RSUD
wanita yang sudah menikah untuk tetap Datoe Binangkang Kabupaten Bolang
menjaga indek masa tubuh yang ideal agar Mongondow.
menjaga nutrisi dan lakukan olahraga atau Suharsini, A, 2012 Prosedur Penelitian Suatu
aktifitas yang membakar lemak. Pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka
Cipta
DAFTAR PUSTAKA Suma’mur, 2009. Higene Perusahaan dan
Kesehatan Kerja, Jakarta : Gunung
Adriani, M(2012). Pengantar Gizi Agung
Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Tarwaka. 2010 Ergonomi Industri. Dasar –
Media Dasar Pengetahuan Ergonomi dan

41
Aplikasi di Tempat Kerja, Surakarta 2. total populasi sebanyak 100ang.
Wade, Carole, Tavris, Carol. 2007. Psikologi, Pengambilan sampel pada penelitian
Jakarta : Penerbit Erlangga. ini di lakukan dengan menggunakan
teknik purposive sampling. yaitu
teknik dengan tujuan atau
pertimbangan tertentu yang
memenuhi kriteria inklusi sebagai
berikut : jenis kelamin wanita, lama
bekerja 2 (dua tahun), lama menikah
2 tahun atau lebih, tergolong usia
produktif (20–35 tahun), yang
termasuk pada kriteria tersebut
adalah dari ruangan bedah 22 orang,
ruangan anak 12 orang, ruangan
kebidanan 14 orang, dan ruangan
penyakit dalam 32 orang, total
sampel sebanyak 80 orang.
3. Penelitian ini menggunakan data
primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dengan cara:
Melakukan pengukuran terhadap
stress kerja dengan menggunkan
kuesioner stress kerja yang telah di
uji Validitas dan Reliabilitas di RSU
Sembiring Delitua. Untuk melihat
perawat wanita yang mengalami
Infertilitas sekunder atau tidak
dengan menggunakan wawancara
dan memberikan pertanyaan terbuka.
Defenisi operasional IMT Berat
badan perawat saat penelitian yang
akan di hitung menggunakan rumus
IMT. Untuk membuktikan ada atau
Widi Astuti tidaknya pengaruh antara dua
S1 kebidanan lintas jalur variabel tersebut, dilakukan uji
STIKES Baiturrahim Jambi statistik Chi-Square dengan derajat
Jurnal prakonsepsi kepercayaan 95% dengan p<0.05.
Melalui perhitungan uji Chi-Square
di tarik suatu kesimpulan, bila p<α
(0,05) maka ada hubungan bermakna
antara variabel dependen dengan
Kesimpulan:
variabel indenpenden dan bila p> α
1. Judul jurnal yaitu PENGARUH IMT
berarti tidak ada hubungan bermakna
(INDEKS MASA TUBUH)
antara variabel dependen dengan
TERHADAP TERJADINYA
variabel independen.
INFERTILITAS SEKUNDER
4. Berdasarkan tabulasi silang antara
PADA PERAWAT WANITA DI
IMT dengan terjadinya Infertilitas
RSUD TAHUN 2017

42 Journal Of Midwifery
sekunder pada perawat wanita Sitasi dalam jurnal menggunakan 17
menunjukkan bahwa dari 51 orang sumber, penulisan Stasi tidak
yang tidak ideal terdapat 17 orang beraturan. Stasi terdiri dari: 11 buku,
(33,3%) mengalami infertilitas 2 web, 3 jurnal, 1 koran
sekunder dan sebanyak 34 orang
(66,7%) yang tidak mengalami
infertilitas sekunder. Pada 29 orang
yang memiliki IMT ideal terdapat
sebanyak 2 orang (6,9%) yang
mengalami Infertilitas sekunder dan
27 orang (93,1%) tidak mengalami
infertilitas sekunder.
5. Hasil uji bivariat menunjukkan
bahwa nilai p=0,008<0,05 yang
artinya ada hubungan yang signifikan
antara IMT dengan terjadinya
Infertilitas sekunder pada perawat
wanita di ruangan rawat inap RSUD
Djoelham Binjai. Nilai RP = 6,750
yang arinya perawat wanita yang
memiliki IMT tidak ideal berisiko
6,750 lebih besar mengalami
kejadian Infertilitas sekunder
dibanding dengan pekerja perawat
Wanita yang memiliki IMT Ideal
dengan 95% CI = 1,433-31,797.
6. Obesitas berkaitan dengan tiga
perubahan yang mengganggu ovulasi
normal dan penurunan berat badan
akan memperbaiki tiga keadaan
tersebut : penurunan aromatisasi
perifer dari androgen menjadi
estrogen, penurunan kadar globulin
pengikat hormone seks (sex
hormone), hormone binding globulin
(SHBG), menghasilkan peningkatan
kadar estradiol dan testosterone
bebas sehingga dapat mempengaruhi
kesuburan.
7. Perlu adanya peringatan kepada
setiap wanita yang sudah menikah
untuk tetap menjaga indek masa
tubuh yang ideal agar menjaga
nutrisi dan lakukan olahraga atau
aktifitas yang membakar lemak.

43

Anda mungkin juga menyukai