Penelitian MPSKS
Penelitian MPSKS
Penelitian MPSKS
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metode Penelitian Sosial Kuantitatif
dan Stastistik
Dosen : Dr.Tukino
Disusun Oleh :
6211191092
Kelas C
2021
KATA PENGANTAR
Segenap Hormat, puji dan syukur saya ingin panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa
karena atas berkat dan hikmat-Nya saya dapat menyelesaikan penelitian ini sesuai pada
waktunya.
Berikut merupakan tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas matakuliah Metode Penelitian Sosial Kuantitatif dan Statistik dan juga sebagai salah
satu syarat dari kelulusan mata kuliah ini.
Segala proses penelitian ini tidak terlepas dari bantuan dosen pengampu mata kuliah Metode
Penelitian Sosial Kuantitatif dan Statistik yaitu Bapak Dr. Tukino , Teman – teman kelas C
2019 program Studi Ilmu Hubungan Internasiol, dan sebagai responden penelitian ini yaitu
saya ucapkan terima kasih karena telah membantu dan terlibat dalam penelitian ini.
Sekalipun penelitian ini sudah selesai, penelitian ini tidak dapat terlepas dari banyak
kekurangan dalam penulisan . Oleh karenanya saya dengan senang hati menerima kritik dan
saran sebagai bahan evaluasi untuk penelitian selanjutnya.
Penulis
KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii
A. Latar Belakang....................................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah............................................................................................... 2
C. Batasan Masalah..................................................................................................... 3
D. Rumasan Masalah.................................................................................................. 4
E. Tujuan Penelitian................................................................................................... 5
F. Kegunaan Hasil Penelitian..................................................................................... 6
PENGAJUAN HIPOTESIS......................................................................................... 2
A. Deskripsi Teori...................................................................................................... 1
B. Kerangka Berfikir.................................................................................................. 2
C. Hipotesis ( bisa tidak ada hipotesis )..................................................................... 3
A. Gambaran Lokasi/Locus...................................................................................... 1
B. Hasil Penelitian ( harus sesuai dengan rumusan masalah di
Bab 1 ).................................................................................................................. 2
C. Pembahasan ( analisis dari peneliti ).................................................................... 3
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI.................................................... 5
A. KESIMPULAN.................................................................................................. 1
B. REKOMENDASI............................................................................................... 2
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 6
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan situasi dunia, aktor, dan teknologi informasi membuat arah diplomasi
tradisional bergeser pada diplomasi yang lebih modern, dalam hal ini diplomasi
publik.Perkembangan teknologi informasi membuat pilihan -pilihan alat diplomasi
menjadi beragam. Jika sebelumnya diplomasi banyak diwarnai isu -isu yang terkait
dengan `perang`, kini isu itu semakin bergeser. Perang bukannya tidak ada, tapi
kemunculan isu -isu lain seperti lingkungan,pariwisata, terorisme, kesehata n, hak asasi
manusia menjadi sasaran dari diplomasi publik. Secara umum, diplomasi publik
merupakan aktivitas yang dilakukan oleh pemerintah ketika berhubungan dan
berkomunikasi dengan publik mancanegara (foreign public). Tujuannya meliputi dua hal,
yaitu mempengaruhi perilaku dari negara bersangkutan dan memfasilitasinya. Karenanya,
soft power menjadi perangkat penting dalam pelaksanaan diplomasi publik. Karakteristik
semacam itu memunculkan pemahaman yang keliru bahwa diplomasi publik tidak jauh
dari model komunikasi publik lainnya. Pemahaman yang keliru ini lantas mengecilkan
arti diplomasi publik itu sendiri. Karena itu, tujuan dari tulisan ini adalah melihat
diplomasi publik dan perannya dalam pencapaian politik luar negeri.1
1
C. Hennida, Departemen Hubungan Internasional, FISIP, Unair. Jl. Airlangga 4 -6 Surabaya 60286. Telp. 031-
5011 744. E-mail: [email protected]
Diplomasi publik dimaknai sebagai proses komunikasi pemerintah terhadap publik
mancanegara yang bertujuan untuk memberikan pemahaman atas negara, sikap, institusi,
budaya, kepentingan nasional, dan kebijakan -kebijakan yang diambil oleh negaranya.2 Jay
Wang melihat diplomasi publik sebagai suatu usaha untuk mempertinggi mutu komunikasi
antara negara dengan masyarakat. Dampak yang ditimbulkan meliputi bidang politik, ekon
omi, sosial, dan dalam pelaksanaannya tidak lagi dimonopoli oleh pemerintah. Sementara itu,
Jan Mellisen mendefinisikan diplomasi publik sebagai usaha untuk mempengaruhi orang atau
organisasi lain di luar negaranya dengan cara positif sehingga mengubah cara pandang orang
tersebut terhadap suatu negara.3 Berdasarkan semua definisi itu, dapat dikatakan bahwa
diplomasi publik berfungsi untuk mempromosikan kepentingan nasional melalui pemahaman,
menginformasikan, dan mempengaruhi publik di luar negeri. Karenanya, diplomasi publik
merupakan salah satu instrumen soft power. Jika dibandingkan, ada tiga perbedaan antara
diplomasi publik dengan diplomasi yang sifatnya resmi (tradisional). Pertama, diplomasi
publik bersifat transparan dan berjangkauan luas, sebaliknya diplomasi tradisional cenderung
tertutup dan memiliki jangkauan terbatas. Kedua, diplomasi publik ditransmisikan dari
pemerintah ke pemerintah lainnya. Ketiga, tema dan isu yang diusung oleh diplomasi resmi
(jalur pertama) ada pada prilaku dan kebij akan pemerintah, sedangkan tema dan isu yang
diangkat oleh diplomasi publik lebih ke arah sikap dan perilaku publik. Dalam diplomasi
publik, perlu dipahami bahwa proses diplomasinya tidak hanya di luar negeri tapi juga di
dalam negeri. Evan Potter mengatakan bahwa permasalahan diplomasi publik tidak hanya
tantangan terhadap kebijakan luar negeri, tetapi juga merupakan tantangan nasional. Esensi
dari diplomasi publik adalah `membuat orang lain berada di pihak anda , sedangkan
permasalahan dalam diplomasi publik adalah bagaimana mempengaruhi opini dan perilaku
orang lain. Dalam hal ini, yang dimaksud orang bukan hanya pemangku kebijakan, tetapi
juga khalayak atau publik. Sebagai instrumen soft power, perkembangan diplomasi publik
tergolong pesat. Pesatnya perkembangan ini dipicu oleh kenyataan bahwa upaya -upaya yang
dilakukan oleh pemerintah dalam diplomasi jalur pertama dianggap telah gagal mengatasi
konflik -konflik antarnegara 4. Kegagalan diplomasi jalur pertama tela h mengembangkan
pemikiran untuk meningkatkan diplomasi publik sebagai cara alternatif untuk menyelesaikan
2
Wang, J. (2006) Public Diplomacy and Global Business. The Journal of Business Strategy 27 (3),
[Diakses 22 Januari 2008], p. 49-58. http://proquest.umi.com/
3
Melissen, J. (2006) Public Dipl omacy Between Theory and Practice. In: J. Noya (ed). The
Present and Future of Public Diplomacy: A European Perspective . (California: Rand
Corporation: 43).
4
Potter, Evan. (2006). Branding Canada: Projecting Canada's Soft Power through Public
Diplomacy. Montreal: McGill-Queen’s University Press
konflik -konflik antarnegara 5. Hal ini terjadi karena diplomasi publik memiliki ciri sebagai
kelompok bukan pemerintah, bentuk nya yang informal efektif dalam menurunkan tensi
ketegangan, menghilangkan ketakutan, dan meningkatkan saling ketergantungan di antara
para pihak 6. Meski diplomasi tradisional telah gagal, diplomasi publik tidak lantas
menggantikan diplomasi jalur pertama itu, tetapi melengkapi upaya -upaya yang dilakukan
oleh pemerintah dalam diplomasi tradisional.
Idealnya, diplomasi publik harus membuka jalan bagi negosiasi yang dilakukan
antarpemerintah, memberi masukan melalui info rmasi-informasi penting, dan memberikan
cara pandang yang berbeda terhadap suatu masalah. Untuk itu, diperlukan kerjasama aktor
negara dan non-negara yang ditujukan untuk meningkatkan nilai tawar pemerintah. Aktor
non-negara ini misalnya dapat berinteraksi dengan rekanan mereka dalam mempengaruhi,
memberikan masukan, dan menerapkan kebijakan luar negeri. Diplomasi publik kembali
dibicarakan terutama pasca tragedi 911 pada 2001. Akan tetapi, sebenarnya diplomasi publik
telah dipraktekkan jauh hari sebelumnya. Diplomasi publik muncul setelah Perang Dunia I
dan mendominasi pada masa Perang Dingin. Istilah yang digunakan saat itu adalah
`democratic diplomacy 7. Pasca 1945, negara-negara Eropa banyak menerapkan diplomasi
publik. Negara-negara di benua ini merupakan negara-negara yang paling awal dan paling
banyak menggunakan model diplomasi publik. Beberapa contoh misalnya pada saat
kemunculan negara -negara Bahkan tahun 1990, atau jika ditarik ke belakang contoh
kemunculan Republik Federal Jerman tahun 1949. Perancis menerapakan diplomasi politique
d`influence dengan sasaran pada publik luar negeri guna pemulihan citra setelah
kekalahannya pada dua perang dunia. Belanda menerapkan publieksdiplomatie avant-la-lettre
dalam mengusung isu-isu moral jauh sebelum perang dingin berakhir. Penyebutan diplomasi
publik sendiri muncul pada tahun 1965 oleh Edmund Gullion dari Fletcher School of Law
and Diplomacy, Tufts University dalam penelitiannya mengenai program-program
internasional dan budaya Amerika Serikat 8. Penerapan diplomasi publik tidak terlepas dari
pengkomunikasian kebijakan luar negeri terhadap publik manca. Ciri utama dalam diplomasi
publik adalah melibatkan semua stakeholder dalam prosesnya. Stakeholder di sini tidak hanya
5
McDonald, J. (1991) Further Exploration of Track Two Diplomacy. In: L. Kreisberg & S. J.
Thorson (eds). Timing the De-Escalation of International Conflict . Syracuse: University
Press.
6
Djelantik, S (2004) Diplomasi Publik. Analisis CSIS 33 (3): 352-365.
7
Wang, J. (2006) Public Diplomacy and Global Business. The Journal of Business Strategy 27 (3),
[Diakses 22 Januari 2008], p. 49-58. http://proquest.umi.com/
8
Wang, J. (2006) Public Diplomacy and Global Business. The Journal of Business Strategy 27 (3),
[Diakses 22 Januari 2008], p. 49-58. http://proquest.umi.com/
Departemen Luar Negeri, tetapi juga lintas departemen dalam pemerintah, swasta, NGO,
media, dan individu. Dengan porsi keterlibatan yang beragam dan besar tersebut, maka
rancangan strategi komunikasi harus dikedepankan.
Soft power adalah kemampuan untuk mendapatkan apa yang dimaui dengan menarik
perhatian atau mempengaruhi pihak lain agar mau mengadopsi tujuan -tujuan negara-negara
yang menggunakan soft power tersebut. Model exercise soft power dalam diplomasi publik
yang dianggap berhasil pada saat Perang Dingin adalah AS. Nilai -nilai AS seperti demokrasi
dan HAM dapat membendung nilai-nilai sosialis yang diusung oleh Uni Soviet. AS juga
memiliki industri budaya melalui film dan musik yang ditemukan di seluruh dunia dan
mempenga ruhi perilaku anak muda di seluruh dunia. Bersama-sama dengan kemampuan
hard power-nya, AS muncul sebagai kekuatan utama dunia. Lebih dari 50 persen pemimpin
dunia; lebih dari 200 orang adalah pemimpin dan bekas pemimpin negara; 1500 orang pada
tingkat men teri dan anggota kabinet dan banyak pemimpin perusahaan dan sektor -sektor
swasta lainnya saat ini, dulunya adalah peserta program pertukaran budaya dan pendidikan di
AS 9. Kemampuan tersebut kemudian menurun ketika harus dihadapkan pada permas alahan
war on terrorism, khususnya pada negara-negara dengan penduduk muslim besar. Informasi
yang diusung melalui diplomasi publiknya di negara -negara muslim tidak diikuti dengan
penerapan di lapangan, kredibilitasnya kemudian dipertanyakan. Sikap memusuh i negara
muslim seperti Irak dan Iran dengan penyebutan poros setan, red tape dalam pengurusan visa,
pengontrolan yang sangat ketat terhadap warga muslim kemudian menurunkan citra AS,
mendorong sentimen anti - AS, melemahkan dukungan masyarakat internasional, dan
memunculkan pengalihan dukungan dunia terhadap kekuatan-kekuatan baru selain AS.
Contoh penerapan diplomasi publik dalam kerangka soft power lainnya adalah Cina. Cina
dengan keberhasilan pembangunan ekonominya kemudian populer di kalangan negara –
negara berkembang. Cina berhasil mencitrakan dirinya bahwa rezim yang tidak demokratis
dapat membangun perekonomiannya. Konsep Konsensus Beijing yang memaduk an model
otoritarian dan ekonomi pasar menjadi populer jika dibanding konsep Konsensus Washington
10
yang memadukan demokrasi dengan ekonomi liberal . Secara militer dan ekonomi, Cina
tidak bisa dibandingkan dengan AS. Cina tidak punya industri budaya sebesar Hollywood
dan universitasnya tidak semaju AS. Cina juga memiliki jumlah NGO yang minim jika
dibanding AS. Secara politik, Cina mengalami masa -masa korupsi,inequality, kurangnya
9
Ross, C. (2003) Pillars of Public Diplomacy. Public Diplomacy 25 (2), [Diakses 22 Januari
2008], 23-26. http://proquest.umi.com
10
Nye, J.S. Jr. (2007) Squandering the US `Soft Power` Edge. Washington 16 (1), [Diakses 22
Januari 2008], p. 4-7. http://proquest.umi.com/
iklim demokrasi, permasalahan HAM, dan sulitnya penegakan hukum. Dengan semua
permasalahan tersebut, Cina membuktikan dapat bangkit menjadi satu kekuatan besar dunia.
Hal ini yang menyebabkan Konsensus Beijing banyak ditiru dan menarik perhatian negara-
negara otoritatif dan semi otoritatif. Melihat dua hal diatas, dalam pandangan Nye, kerangka
soft power yang potensial untuk di-exercise adalah pertukaran pendidikan, broadcasting,
developing assistance, pertukaran militer, dan disaster relief .
Gastro diplomasi merupakan bagian dari diplomasi publik dan diplomasi budaya, yang
merupakan cara halus untuk dapat meningkatkan apresiasi, membangun saling pengertian dan
memperbaiki citra bangsa 14. Gastro diplomasi merupakan bagian dari diplomasi publik yang
dapat berperan membantu proses komunikasi pemerintah terhadap publik mancanegara.
Gastro diplomasi menggunakan makanan sebagai sarana untuk meningkatkan brand
awareness bangsa menekankan nilai-nilai yang memuat gambaran mengenai kebudayaan
suatu negara. Gastro diplomasi menjadi alternatif bagi negara untuk untuk memproyeksikan
11
Paul S. Rockower, “Projecting Taiwan: Taiwan’s Public Diplomacy Outreach”, Issues & Studies 47, no.1
(Maret 2011): 107-152.
12
Noor Nirwandy dan Ahmad Azran Awang, “Conceptualizing Public Diplomacy Social Convention Culinary:
Engaging
Gastro Diplomacy Warfare for Economic Branding”, Procedia - Social and Behavioral Sciences 130 (2014): 325 –
332.
13
Juyan Zhang, “The Foods of the Worlds: Mapping and Comparing Contemporary Gastrodiplomacy
Campaigns”, International
Journal of communication Vol.9, (2015): 568–591.
14
Tulus Warsito dan Wahyuni Kartikasari, Diplomasi
Kebudayaan: Konsep dan Relevansi bagi Negara
Berkembang, Studi Kasus Indonesia. (Yogyakarta:
Ombak, 2007), 29-30.
pengaruh mereka kepada publik negara lain15. Makanan menjadi sarana komunikasi non
verbal yang sangat kuat untuk mengubah persepsi publik internasional dan mempromosikan
negara di panggung global. Meskipun ada banyak cara bagi suatu negara untuk menentukan
dan memvisualisasikan identitasnya, makanan adalah salah satu yang sangat nyata. Sepuluh
tahun terakhir, gastro diplomasi berkembang sebagai cara bagi negara berkembang untuk
mempromosikan diri mereka di panggung global 16. Gastro diplomasi dikembangkan karena
diplomasi tidak lagi hanya ditujukan untuk tataran pemerintah dan negara saja, tetapi aktor-
aktor internasional di tingkatpublik. Dengan bergeser pada aktor-aktor yang mempengaruhi
para pembuat kebijakan dinegara tersebut seperti bisnis, media, kelompok kepentingan,
maupun individu di masingmasing negara. Bentuk diplomasi ini menambah “daya jual”
negara pada forum internasional dan memperkuat bargaining power. Meski peran makanan
mempunyai pengaruh yang signifikan itu dalam pembentukan identitas,baik individu maupun
kolektif, peran sentraldari makanan sebagai kebutuhan dasar manusia seringkali diabaikan
dalam diplomasi. Istilah kuliner di Indonesia baru populer secara umum tahun 2005 seiring
dengan maraknya acara kuliner di berbagai televisi nasional. Kuliner menurut definisi
ekonomi kreatif adalah: Kegiatan persiapan, pengolahan, penyajian produkmakanan, dan
minuman yang menjadikan unsur kreativitas, estetika, tradisi, dan/atau kearifan lokal sebagai
elemen terpenting dalam meningkatkan citarasa dan nilai produk tersebut, untuk menarik
daya beli dan memberikan pengalaman bagi konsumen salah satu aspek budaya sebuah
bangsa yang cukup efektif untuk mempromosikan negaranya 17.
Thai Tea adalah varian teh asal negeri gajah putih Thailand yang kini sudah mendunia.
Pada tahun 1980'an, pedagang dari China menyalurkan teh yang mejadi bahan baku Thai Tea
yaitu Cha Yen Tea yang merupakan teh hitam atau black tea, namun karena harganya yang
melambung, Cha Yen kemudian digantikan dengan seduhan teh Ceylon, teh hitam beraroma
sangat pekat yang berasal dari Sri Lanka. Teh yang dipilih memang tak bisa sembarangan
15
Paul S. Rockweller, The State of Gastronomi. Op.cit
16
Braden Ruddy, “Hearts, Minds, and Stomachs:
Gastrodiplomacy and the Potential of National Cuisine
in Changing Public Perception of National Image”, 2014,
diakses 18 Maret 2016, http://publicdiplomacymagazine.
com/hearts-minds-and-stomachs-gastrodiplomacy-andthe-potential-of-national-cuisine-in-changing-
publicperception-of-national-image/.
17
Tim Studi dan Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif,
Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Kuliner Nasional
2015-2019, 6, Jakarta: PT Republik Solusi, 2004, diakses
22 Februari 2016, FA Layout_Kuliner_280515.pdf.
karena seduhan teh tersebut haruslah memiliki aroma yang tajam dan rasa teh hitam yang
sangat kuat pula. Maka dari itu, tidak heran kalau Cha Yen atau Ceylon yang terpilih.18
B. Identifikasi Masalah
Kitchen of The World adalah program diplomasi publik Thailand yang bertujuan untuk
mengubah image negara Thailand. Kitchen of The World pertama kali dimunculkan oleh
negara Thailand pada tahun 2002. Adanya program Kitchen of The World sebagai diplomasi
publik Thailand, menjadi upaya pemerintah Thailand selain tidak hanya untuk mengubah
gambaran negaranya yang negatif karena sex tourism tapi juga untuk meningkatkan jumlah
restoran negara mereka secara global. Diplomasi publik Thailand yang berupa program
Kitchen of The World ini juga didukung dengan adanya panduan berupa website yang dapat
diakses langsung dalam laman resmi Departemen Luar Negeri dengan nama Thailand
Kitchen of The World. Kitchen of The World tidak hanya menyangkut tentang bagaimana
merasakan dan memakan makan Thailand, tapi di dalam Kitchen of The World ini juga
menyangkut ekspor produk makanan dan peningkatan pertanian Thailand. Thailand
merupakan negara yang kaya akan budaya makanannya. Negara Thailand menjadi salah satu
negara terbesar dan produsen paling maju dalam mengekspor produk makanan olahan.
Makanan dan industri pertanian sektor utama bagi negara Thailand. Thailand menghasilkan
lebih dari USD 20 miliar dari mengekspor makanan dan juga salah satu eksportir beras
19
terbesar di dunia . National Food Institute (NFI), merupakan bagian yang bertanggung
jawab atas keamanan dan keselamatan makanan di Thailand, National Food Institute
mempromosikan keamana pangan dengan membantu pengusaha yang menghasilkan produk
yang sesuai dengan standar internasional. Tugas dari National Food Institute
yaitu:
18
https://www.kompasiana.com/poseednachan/598039bfa208c0393a464472/ternyata-inilah-asal-usul-thai-
tea-yang-belum-banyak-di-ketahui?page=all#:~:text=Thai%20Tea%20adalah%20varian%20teh,Thailand
%20yang%20kini%20sudah%20mendunia.&text=Teh%20yang%20dipilih%20memang%20tak,Yen%20atau
%20Ceylon%20yang%20terpilih.
19
Ikaset.psru.ac.th
Pemerintah dan organisasi yang mendukung pertumbuhan dan daya saing industri pengolahan
makanan di Thailand meliputi, National Food Institute, The Halal Standard Institute of
Thailand, The Halal Science Centre Chulangkorn University, Kasetsart University20.
Masakan Thailand merupakan warisan budaya bangasa yang dipraktekkan sebagai seni dan
diturunkan dari generasi ke generasi. Namun, karena banyaknya restoran Thailand yang
tersebar di dunia, dan karena popularitas makanan Thailand yang besar, banyak restoran di
luar negeri mencoba mengambil keuntungan dengan cara dengan menemai tempat mereka
sebagai “restoran Thailand” atau menyajikan makanan Thailand, tetapi banyak dari restoran
tersebut bahkan tidak memiliki menu makanan Thailand di restorannya. Menyadari situasi ini
sangat penting untuk menjaga standar dan kualitas makanan Thailand, oleh karena itu
pemerintahan Thailand mengeluarkan program “Thai Select”, yaitu bentuk sertifikasi yang
nantinya akan diberikan kepada restoran-restoran Thailand di luar negeri, yang kemudian
pada tahun 2012 diperluas untuk mencangkup restoran Thailand lokal dan makanan olahan
Thailand. Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan pengakuan kualitas restoran
Thailand dan produk makanan olahan serta mendorong restauran-restauran Thailand dan
produsen makanan yang memproduksi makanan Thailand untuk meningkatkan kualitas
mereka, sehingga nilai otentik masakan akan tetap terjaga.
Minuman ala Thailand yang disebut Thai Tea ini adalah salah satu menu yang menjadi
terkenal di kalangan remaja Indonesia saat ini, dengan keunikan dan berbagai rasa yang
dimiliki membuat masyarakat penasaran untuk mencobanya. "Thai tea itu beda dengan
minuman lainnya. Teh ditambah susu lalu dicampur dengan berbagai macam rasa yang
membuat kalangan remaja sekarang penasaran dengan rasanya. Thai Tea bisa dikatakan
sebagai minuman masa kini. "Karena orang Indonesia suka hal-hal yang baru, dengan
munculnya minuman khas Thailand ini menjadi sangat terkenal dan ada di mana-mana.
Namun, ketika menurut mereka sudah biasa, ya akan dianggap biasa lagi," katanya. Seorang
pemilik kedai minuman Thai Tea, Pago Cha, di kawasan Dipatiukur Bandung, menuturkan
Thai Tea saat ini memang tengah menjadi minuman yang sedang diminati banyak kalangan
remaja dan mahasiswa 21.
C. Batasan Masalah
20
www.boi.go.th
21
https://www.pikiran-rakyat.com/gaya-hidup/pr-01288522/minuman-ini-tengah-menjadi-khas-di-kalangan-
remaja-masa-kini-412844
Jadi dalam Gastro diplomasi Thailand melalui Thai tea terhadap Indonesia , Thailand ingin
membuktikan bahwa The Kitchen Of The World dengan kulinernya yaitu Thai Tea masuk ke
Indonesia berharap bisa berhasil tidak hanya dalam keuntungan ekonomi tetapi juga salah
satu cari berdiplomasi publik dengan Indonesia. Keefektifan ini dapat dilihat dari statistika
penjualan Thai Tea di Indonesia dalam waktu tertentu.
D. Rumusan Masalah
Dengan latar belakang yang demikian maka penulis mengambil rumusan masalah sebagai
berikut :
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah penulis mengetahui keefektifan Gastro diplomasi Thailand
melalui Thai Tea terhadap Indonesia ?
BAB II
A. Deskripsi Teori
Telah dikenal istilah baru dari diplomasi di bidang makanan yang disebut dengan
gastrodiplomasi. Gastrodiplomasi merupakan suatu praktek komunikasi state-to-public yang
menggunakan makanan sebagai elemen utama untuk memberikan pemahaman budaya
kuliner suatu negara kepada publik asing. Kata gastrodiplomasi merupakan gabungan dari
kata gastronomi dan diplomasi. Gastronomi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai tata
boga atau makanan. Praktik diplomasi publik melalui makanan ini pertama kali diungkapkan
oleh Paul Rockower 22 .Rockower, mengklaim bahwagastrodiplomasimengacu Kepada alat
diplomasi publik23 .Rockower sendiri menarik perbedaan mendasar antara diplomasi kuliner,
diplomasi makanan dan juga gastrodiplomasi. Pengertian gastrodiplomasi kerap disamakan
dengan diplomasi lainnya, dan secara teknis terdapat perbedaan yang mendasar antara ketiga
hal tersebut. Ketiga hal itu memang menggunakan makanan sebagai instrumen utamanya,
akan tetapi memiliki metode yang berbeda dalam penggunaannya. Diplomasi makanan
adalah metode diplomasi yang digunakan sebuah negara untuk menjalin relasi dengan negara
lain ketika terjadinya krisis bencana alam sehingga penggunaannya hanya sebatas menangani
krisis saja, sedangkan diplomasi kuliner merupakan upaya diplomatis yang dilakukan yang
melampaui ranah elit suatu negara dengan menggunakan makanan sebagai tata cara formal
yang dilakukan oleh kedua negara dengan tujuan mempererat hubungan di antara pihak-pihak
terkait dengan cara formal. Praktek gastrodiplomasi melalui diplomasi budaya yang berupaya
untuk meningkatkan kesadaran serta pemahaman nasional budaya kuliner dengan publik
asing, dan melampaui ranah komunikasi state-to-public. Jadi, ketika makanan digunakan
untuk memfasilitasi keterlibatan people-to-people untuk meningkatkan pemahaman budaya,
ini dikategorikan sebagai bentuk dari praktek gastrodiplomasi 24 .Program gastrodiplomasi ini
berusaha untuk meningkatkan citra nasional dengan menggunakan makanan suatu negara
sebagai alat untuk mengubah persepsi publik dan mempromosikan dirinya di panggung
global. Meskipun ada banyak cara bagi suatu negara untuk menentukan dan
memvisualisasikan identitasnya, makanan adalah salah satu instrumen yang sangat nyata
dalam mempertegas identitas suatu negara. Pemerintah menggunakan makanan sebagai
bagian dari strategi dari diplomasi budaya yang lebih luas. Strategi ini berusaha untuk
mengekspor makanan khas yang ada ke dunia yang lebih luas dalam bentuk masakan
nasional25 .Dengan menggunakan sumber daya kuliner khas bangsa, dunia publik akan
22
9Paul S. Rockower. Projecting Taiwan : Taiwan’s Public Diplomacy Outreach.( Institute of
International Relations, National Chengchi University, Taipei, Taiwan, 2011), hal. 107-152
23
Paul S. Rockower, "Recipes for Gastrodiplomacy." Place Branding and Public Diplomacy
(2012), hal. 235-346
24
Paul Rockower, “Opinion Piece”, (2011), hal. 14.
25
Wilson, (2012).
menemukan cita rasa istimewa yang berbeda 26 .Gastrodiplomasidapat digunakan oleh negara
untuk menciptakan pengertian lintas budaya dengan harapan dapat meningkatkan interaksi
dengan publik atau masyarakat yang menjadi targetnya. Hal ini karena makanan adalah
bagian vital bagi kehidupan masyarakat dalam kaitannya sebagai kelompok manusia dan juga
makanan dapat mewakili sebuah sejarah, tradisi, dan budaya dalam suatu masyarakat atau
dalam suatu negara 27 .Meskipun ada banyak contohdarikementerian negara asing yang
melakukan percobaan kuliner sebagai unsur diplomasi publik dan budaya, dan menawarkan
berbagai urusan budaya demonstrasi memasak sebagai pemograman diplomasi budaya lokal,
gastrodiplomasi merupakan cara yang lebih luas dibandingkan dengan cara yang lainnya.
Gastrodiplomasi adalah perpaduan diplomasi publik antara pemerintah nasional dengan
institusi pemerintah yang menggabungkan kuliner dan diplomasi kebudayaan yang didukung
oleh investasi moneter, untuk meningkatkan citra negaranya28 .Dengan memperluas makna
istilah yang digunakan Rockower, Mary Jo.A. Pham mendefinisikan gastrodiplomasi sebagai
usaha pemerintah dalam memancing kesadaran masyarakat terhadap merek nasional bangsa,
mendorong investasi ekonomi dan perdagangan, dan melibatkan diri pada tingkat budaya
baik secara pribadi dengan berkomunikasi dengan pengunjung yang datang sehari-hari.
Kampanye gastrodiplomasi pemerintah hadir dengan cara yang ideal untuk memperkenalkan
kepada pengunjung setiap harinya di seluruh dunia, kelezatan gastronomi masakan nasional
negara mereka, dan secara halus berkomunikasi mengenai rasa, sejarah, budaya, dan nilai-
nilai yang ada29 .Peran makanan dalam dunia diplomasi juga diakui oleh beberapa para ahli
gastronomi, salah satunya Mary Jo A.Pham yang menyatakan 30 :
26
News letter Indotimes edisi no.22 (Juni 2013), diakses pada tanggal 17 Januari 2015.
27
4Sam Chapple-Sokol.”Culinary Diplomacy : Breaking Bread to Win Hearts and Mind”. The Hague
Journal of Diplomacy (Martius Hijhoff Publishers. USA, 2013), hal. 161-183.
28
Paul S Rockower, (2012). hal. 315.
29
Mary Jo Pham, (2013), hal. 11-12
30
Ibid
proceed for a globalization of ambience and food culture.
Pendapat Pham lainnya juga ada yang mendukung pernyataan Rockower, bahwa
gastrodiplomasi adalah kendaraan yang sangat penting dan persuasif bagi negara dengan
kekuatan menengah yang berusaha untuk membedakan diri dengan negara lain, dengan
menetapkannya sebagai citra positif bagi konsumen kelas menengah. Tindakan ini
melibatkan khalayak masyarakat yang lebih luas hingga ke luar negeri, sehingga
gastrodiplomasi ini kini berada di bawah payung diplomasi publik. Gastrodiplomasi itu
sendiri memiliki karakteristik yang menentukan apakah proses tersebut termasuk ke dalam
gastrodiplomasi atau bukan. Paul Rockower memberikan beberapa pandangan mengenai
karakteristik gastrodiplomasi, dengan membandingkan dengan praktik diplomasi kuliner.
B. Praktek gastrodiplomasi ini berusaha untuk meningkatkan citra merek makanan bangsa
melalui diplomasi budaya yang kemudian menyoroti dan mempromosikan kesadaran dan
pemahaman budaya kuliner nasional kepada publik asing.
C. Gastrodiplomasi berupa hubungan state to public relations. Menurut Robbitt & Sullivan,
Ronald, dan juga Theaker & Yaxley, yang merupakan ahli yang mempelajari mengenai
strategi sebuah kampanye public relations, sebagai subfield praktik diplomasi publik,
kampanye gastrodiplomasi memerlukan elemen dasar dari perencanaan strategi komunikasi.
Elemen-elemen kampanye gastrodiplomasi tersebut dilihat dari strategi taktik yang telah
dikelompokkan menjadi beberapa bagian yaitu :
1. Pemasaran Produk.
2. Penggunaan Even.
6. Melalui Pendidikan.
Gastrodiplomasi, sebagai salah satu bentuk diplomasi, bukanlah suatu kegiatan yang dapat
berdiri sendiri, dibutuhkan peran aktoraktor internasional lain dalam pelaksanaanya
Diplomasi berkaitan dengan pengelolaan hubungan antar negara dan antara negara dengan
aktor internasional lainnya. Isu yang menjadi inti pembahasan dapat melampaui isu politik-
strategis, namun dengan tetap mengarah pada kepentingan nasional. Pelaku diplomasi
diperluas tidak hanya diplomat tetapi juga aktor internasional lainnya, termasuk para pejabat
dari berbagai kementerian dalam negeri atau perorangan31. Peran aktor di dalam
gastrodiplomacy tidak terbatas hanya pada pemerintahan Negara saja melainkan mencakup
perusahaan makanan, chef selebriti, agensi turis, firma public relation, praktisi diplomasi
publik, pertunjukan TV mengenai masakan dan sosial media. Selama beberapa tahun,
beberapa Negara mengikuti jejak kesuksesan Thailand terhadap kampanye gastrodiplomacy
dan sudah memulai program untuk mempromosikan kuliner nasional dan budaya kuliner
milik mereka 32.
B. Kerangka Berfikir
31
R.P. Barston, Modern Diplomacy, Fourth Edition (London;
Routledge, 2014), 1
32
Food as ambassador: Thailand’s gastro-diplomacy. (2002, February 21). The Economist. Di
akses dalam http://www.economist.com/node/999687 (12/12/2017)
Rumusan Masalah :
Bagaimana keefektifan Gastro
diplomasi Thailand melalui
Thai Tea terhadap Indonesia ?
Teori : Gastrodiplomasi
Hipotesis :
C. Hipotesis
Jika statistik penjualan thai tea di Indonesia dalam waktu tertentu menunjukkan grafik
yang naik dapat disimpulkan bahwa gastro diplomasi Thailand melalui thai tea dinilai
efektif terhadap Indonesia.
Jika statistik penjualan thai tea di Indonesia dalam waktu tertentu menunjukkan grafik
yang turun dapat disimpulkan bahwa gastro diplomasi Thailand melalui thai tea
dinilai tidak efektif terhadap Indonesia.
BAB III
METODE PENELITIAN
King thai tea adalah salah satu dari sekian banyak usaha industri minuman jenis thai tea yang
hadir di kota Bandung. Akan tetapi seiring perkembangan usaha minuman King thai tea ini,
yang telah hadir ± 3 tahun. Masih terdapat berbagai kendala/masalah yang harus dihadapi.
Hal ini bisa dilihat dari fluktuasi penjualan minuman, juga dengan munculnya pesaing
(kompetitor) yang semakin banyak bermunculan. Berikut ini data fluktuasi penjualan yang
didapatkan dari tahun 2012-2015.
Berdasarkan data diatas penjualan King Thaitea mencapai angka 802 Unit pada tahun 2012.
Pada Juni 2015 King Thaitea terjual hingga 7889 Unit , dari perbandingan penjualan King
Thaitea juni 2012 sampai juni 2015 dapat dilihat bahwa angka penjualan naik hingga 10
kalinya. Hal ini menyimpulkan bahwa pengetahuan, ,minat masyarakat terhadap produk
thaitea juga mengalami peningkatan, artinya proses Gastrodiplomasi Thailand melaui thaitea
( Studi Kasus King Thaitea di Bandung ) bisa dibilang efektif.
BAB IV
Kota Bandung adalah kota metropolitan terbesar di Provinsi Jawa Barat, sekaligus menjadi
ibu kota provinsi tersebut. Kota ini terletak 140 km sebelah tenggara Jakarta, dan merupakan
kota terbesar di wilayah Pulau Jawa bagian selatan. Sedangkan wilayah Bandung Raya
(Wilayah Metropolitan Bandung) merupakan metropolitan terbesar ketiga di Indonesia
setelah Jabodetabek dan Gerbang kertosusila. Di kota ini tercatat berbagai sejarah penting, di
antaranya sebagai tempat berdirinya sebuah perguruan tinggi teknik pertama di Indonesia
(Technische Hoogeschool te Bandoeng - TH Bandung, sekarang Institut Teknologi Bandung
- ITB) , lokasi ajang pertempuran pada masa kemerdekaan , serta pernah menjadi tempat
berlangsungnya Konferensi Asia-Afrika 1955, suatu pertemuan yang menyuarakan semangat
anti kolonialisme, bahkan Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru dalam pidatonya
mengatakan bahwa Bandung adalah ibu kotanya Asia-Afrika. Pada tahun 1990 kota Bandung
terpilih sebagai salah satu kota paling aman di dunia berdasarkan survei majalah Time. Kota
kembang merupakan sebutan lain untuk kota ini, karena pada zaman dulu kota ini dinilai
sangat cantik dengan banyaknya pohon dan bunga-bunga yang tumbuh di sana. Selain itu
Bandung dahulunya disebut juga dengan Parijs van Java karena keindahannya. Selain itu kota
Bandung juga dikenal sebagai kota belanja, dengan mall dan factory outlet yang banyak
tersebar di kota ini, dan saat ini berangsur-angsur kota Bandung juga menjadi kota wisata
kuliner. Dan pada tahun 2007, konsorsium beberapa LSM internasional menjadikan kota
Bandung sebagai pilot project kota terkreatif se-Asia Timur. Saat ini kota Bandung
merupakan salah satu kota tujuan utama pariwisata dan pendidikan.
B. Hasil penelitian
Bagaimana keefektifan Gastro diplomasi Thailand melalui Thai Tea terhadap Indonesia ?
Menjawab rumusan masalah dari penelitian ini, Berikut adalah hasil penelitian yang penulis
dapatkan. Gastrodiplomasi adalah sebuah cara lain dalam berdiplomasi yaitu dengan
mengedepankan makanan sebagai media diplomasi negara. Thailand dengan moto THE
KITCHEN OF THE WORLD berusaha untuk mempraktekkan Gastrodiplomasi ini ke
negara – negara di dunia. Banyak makanan yang Thailand coba promosikan ke negara lain,
salah satu contohnya adalah Thai tea . Melalui data yang diperoleh dari perusahaan King Thai
tea. Data penjualan tersebut menunjukkan kenaikan peminat Thai tea di kota Bandung. Mulai
dari 2012 dimana titik terendah penjualannya itu berada di angka 802 Unit terus mengalami
kenaikan sampai pada tahun 2015 dengan angka penjualan tertingginya adalah 7789 Unit
( per bulan ).
C. Pembahasan
Sesuai dari hasil penelitian, maka penulis dapat menjawab rumusan masalah penelitian ini.
Angka kenaikan penjualan tersebut mempunyai hubungan erat dengan jumlah peminat Thai
tea, apabila penjualan naik maka peminat pun naik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
Thailand telah berhasil melalukan Gastrodiplomasi melalui Thai tea di Indonesia.
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Bahwa Gastrodiplomasi Thailand melalui Thai tea terhadap Indonesia dinilai efektif, dilihat
dari setiap data yang dikelola, Penulis juga menyimpulkan bahwa cara Thailand berdiplomasi
dengan cara Gastro adalah langkah yang tepat, dimana Thailand sendiri mempunyai segudang
kuliner, masakan dan minuman yang bervarian. Penulis juga melihat bahwa dengan cara
Gastrodiplomasi ini, Thailand menunjukan motonya THE KITCHEN OF THE WORLD
adalah langkah yang cocok karena dengan segudang kulinernya.
B. Rekomendasi
Penulis berharap langkah yang di ambil oleh Thailand ini dapat diikuti oleh Indonesia.
Mengetahui bahwa Indonesia-pun mempunyai kekayaan kuliner. Contohnya seperti Rendang,
Gado – Gado, Nasi goreng dan makanan – makanan lain yang dapat dipromosikan ke kancah
Internasional sebagai Gastrodiplomasi Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
C. Hennida, Departemen Hubungan Internasional, FISIP, Unair. Jl. Airlangga 4 -6 Surabaya
60286. Telp. 031-5011 744. E-mail: [email protected]
Juyan Zhang, “The Foods of the Worlds: Mapping and Comparing Contemporary
Gastrodiplomacy Campaigns”, International
McDonald, J. (1991) Further Exploration of Track Two Diplomacy. In: L. Kreisberg & S. J.
Melissen, J. (2006) Public Dipl omacy Between Theory and Practice. In: J. Noya (ed). The
Corporation: 43).
Nye, J.S. Jr. (2007) Squandering the US `Soft Power` Edge. Washington 16 (1), [Diakses 22
Noor Nirwandy dan Ahmad Azran Awang, “Conceptualizing Public Diplomacy Social
Convention Culinary: Engaging
Paul S. Rockower, “Projecting Taiwan: Taiwan’s Public Diplomacy Outreach”, Issues &
Studies 47, no.1 (Maret 2011): 107-152.
International Relations, National Chengchi University, Taipei, Taiwan, 2011), hal. 107-152
Paul S. Rockower, "Recipes for Gastrodiplomacy." Place Branding and Public Diplomacy
(2012), hal. 235-346
Potter, Evan. (2006). Branding Canada: Projecting Canada's Soft Power through Public
Routledge, 2014), 1
Ross, C. (2003) Pillars of Public Diplomacy. Public Diplomacy 25 (2), [Diakses 22 Januari
Press.
Wang, J. (2006) Public Diplomacy and Global Business. The Journal of Business Strategy 27
(3),
Wilson, (2012).
Gastro Diplomacy Warfare for Economic Branding”, Procedia - Social and Behavioral
Sciences 130 (2014): 325 – 332.
com/hearts-minds-and-stomachs-gastrodiplomacy-andthe-potential-of-national-cuisine-in-
changing-publicperception-of-national-image/.
https://www.kompasiana.com/poseednachan/598039bfa208c0393a464472/ternyata-inilah-
asal-usul-thai-tea-yang-belum-banyak-di-ketahui?page=all#:~:text=Thai%20Tea%20adalah
%20varian%20teh,Thailand%20yang%20kini%20sudah%20mendunia.&text=Teh%20yang
%20dipilih%20memang%20tak,Yen%20atau%20Ceylon%20yang%20terpilih.
Ikaset.psru.ac.th
www.boi.go.th
News letter Indotimes edisi no.22 (Juni 2013), diakses pada tanggal 17 Januari 2015.
4Sam Chapple-Sokol.”Culinary Diplomacy : Breaking Bread to Win Hearts and Mind”. The
Hague
Ibid