ANTIBIOTIKA
ANTIBIOTIKA
ANTIBIOTIKA
IDENTIFIKASI ANTIBIOTIKA
Disusun Oleh :
Kelas : Reguler 1B
Dosen pembimbing :
1. Dra. Hj Kusriati
2. Vera astuti, S.Farm.Apt
3. Ferawati Suzalin S.Farm,Apt, M.Sc
POLTEKKES KEMENKES
I. latar Belakang
Antibiotik merupakan obat yang paling banyak digunakan, terkait dengan
banyaknya kejadian infeksi bakteri yang diderita oleh banyak orang. Disamping itu
penggunaan antibiotik dapat menimbulkan masalah resistensi dan efek obat yang tidak
dikehendaki ( Juwono, 2004).Salah satu penyakit infeksi adalah demam tifoid, penyakit
ini sering dijumpai pada anak-anak dan dewasa muda. Frekuensi paparan lebih sering
pada kelompok ini, karena sering makan makanan dari luar dan belum menyadari
pentingnya higiene dan sanitasi. Kemungkinan lain adalah karena sistem kekebalan
mereka yang masih belum pernah atau sering terpapar kuman penyebab penyakit ini,
sehingga belum terbentuk kekebalan yang memadai pada kelompok ini ( Sekartini dkk,
2003).
Penyebab penyakit ini adalah bakteri golongan Salmonella yang memasuki
tubuh penderita melalui saluran pencernaan. Ada dua sumber penularan Salmonella
typhi, yaitu pasien dengan demam tifoid dan yang lebih sering carrier. Orang tersebut
mengekskresi (mengeluarkan) 109 sampai 1011 kuman per gram tinja. Di daerah
endemik transmisi terjadi melalui air yang tercemar. Makanan yang tercemar oleh
carrier merupakan sumber penularan yang paling sering di daerah non endemik
( Juwono, 2004). Saat ini demam tifoid merupakan penyakit endemik di Indonesia.
Prevalensi demam tifoid di Indonesia diperkirakan 350-810 kasus/100.000 penduduk
per tahun atau kurang lebih sekitar 600.000-1,5 juta kasus setiap tahun. Delapan puluh
sampai sembilan puluh persen dari angka di atas adalah anak berusia 2-19 tahun.
Demam tifoid menduduki peringkat kedua di antara penyakit usus setelah
gastroenteristis ( Sekartini dkk, 2003) Berdasarkan laporan pola penyakit dari unit
rekam medik RSU Pandan Arang Boyolali tercatat setiap tahunnya demam tifoid masih
merupakan penyakit yang menduduki peringkat ke 13 besar penyakit di rawat inap.
Penggunaan dengan Antibiotik merupakan suatu kelompok obat yang paling sering
digunakan untuk penyakit infeksi saat ini. Menurut perkiraan sampai sepertiga pasien
rawat inap mendapat antibiotik ( Lim, 1997). Pemberian antibiotik khususnya
kloramfenikol dapat mengurangi komplikasi dan angka kematian. Dalam 48 jam setelah
pemberian antibiotik, penderita akan merasa lebih baik dan dalam 4-5 hari suhu badan
akan kembali normal. Masa inkubasi demam tifoid berlangsung selama 7-14 hari
(bervariasi antara 3-60 hari) tergantung jumlah dan strain kuman yang tertelan
( Soegijanto, 2002). Pada umumnya terapi demam tifoid meliputi nutrisi yang
memadai, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian antibiotik dan
mencegah serta mengatasi komplikasi yang terjadi. Kortikosteroid hanya diberikan
pada penderita demam tifoid yang toksik. Obat standar yang digunakan untuk terapi
demam tifoid untuk saat ini adalah kloramfenikol, amoksisilin, dan kotrimoksazol
( Soegijanto, 2002).
I. Dasar Teori
Antibiotika (L.anti=lawan,bios=hidup) adalah zat-zat kimia yang dihasilkan
oleh fungi dan bakteri,yang memiliki khasiat yang mematikan atau menghambat
pertumbuhan kuman,sedangkan toksisitasnya bagi manusia relative kecil.
Menurut Waksman:
Antibiotik adalah (pada umumnya) zat yang dibentuk oleh mikroorganisme yang
dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan mikroorganisme lain.
Menurut Benedict :
Bahan kimia yang dihasilkan oleh jasad renik tertentu atau tutunannya yang dapat
dipergunakan untuk membunuh mikroba jenis lain.
Kemudian ,para peneliti diseluruh dunia memperoleh banyak zat lain dengan khasiat
antibiotis. Akan tetapi berhubungan dengan sifat toksisitasnya bagi manusia,hanya
sebagian kecil saja yang digunakan sebagai obat.Yang terpenting diantaranya adalah
sterptomisin,kloramfenikol,tetrasiklin,eritromisin,rifampisin,dll.
Pembuatannya :
Antibiotik digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi akibat kuman atau juga
untuk prevensi infeksi,misalnya pada pembedahan besar.Yang berguna hanyalah
antibiotika yang mempunyai kadar hambatan minimum in vitro lebih kecil dari kadar
zat yang dapat dicapai dalam tubuh dan tidak toksik.
1. Golongan β laktam
Penisilin : Penisilin-G,Penisilin-V,Fenetisilin-K,Metisilin-Na dan Ampisislin
Sefalosforin : Sefaloglisin, Sefaleksin, Sefadroksil, Sefaklor, Sefalotin,
Sefaloridin ,Sefazolin, Sefapirin.
Golongan β laktam lain : Tienamisin,Nokardisin,Asam klavulanat.
2. Antibiotika aminoglikosida
Washman (1944) → antibiotic dengan toksisitas rendah tetapi digunakan dalam
terapi hanya beberapa yaitu :
o Kanamisin
o Neomisin
o Streptomisin
o Paromomisin
o Gentamisin
3. Antibiotika tetrasiklin
o Tetrasiklin
o Klortetrasiklin
o Doksisiklin
4. Makrolida
Yang termasuk kelompok makrolida adalah :
o Eritomisin
o Spiramisin
5. Linkomisin
Yang termasuk kelompok linkomisin adalah linkomisin yang diisolasi
streptomyces lincolnensis dan senyawa sintesis parsial turunannya yaitu
klindamisin.
6. Polipeptida
o Polimiksin B
o Kolistin
o Basitrasin
o Tirositin
1) Chloramphenicol
2) Penisilin-V
3) ampisilin
4) Amoksisilin
5) Streptomisin
II. MONOGRAFI
1. Chloramphenicol
C11H12CI2N2O5
2. Penisilin-V
C16H18N2O5S
3. Ampicillinum
C16H19N3O4S
Ampisilin mengandung tidak kurang dari 95,0% C 16H19N3O4S, dihitung terhadap zat
anhidrat.
Pemerian : serbuk hablur renik; putih; tidak berbau atau hampir tidak berbau;
rasa pahit.
Kelarutan : larut dalam 170 bagian air, praktis tidak larut dalam etanol
(95%)P, dalam kloroform p, dalam eter p, dalam aseton p dan dalam minyak
lemak.
Khasiat dan kegunaan : antibiotikum
Wadah dan penyimpanan : penyimpanan dalam wadah tertutup baik
Penandaan pada etiket harus juga tertera : daluarsa
Identifikasi Kualitatif
1. Kedalam suspensi 10 mg zat dalam 1 ml air ditambahkan 2 ml larutan Fehling (2 :
6) timbul warna ungu (fuhsin)
2. Reaksi asam hidroksamat
Kedalam 15 mg zat dalam 3 N NaOH ditambahkan 0,3 g hidroksilamin HCl dan
dibiarkan selama 5 menit lalu diasamkan dengan beberapa tetes 6 N HCl
kemudian ditambahkan 1 ml FeCl3 1% timbul warna merah-ungu kotor
3. Reaksi Iod-Azida
Kedalam 2 ml larutan 0,003 N iodium (3 ml 0,1 N iod + air) ditambahkan
beberapa tetes larutan kanji dan 100 mg Na-azida padat larutan menjadi biru,
kemudian kedalam larutan ini ditambahkan 50 mg zat penisilin dengan
pengocokan warna hilang menjadi jernih dah tampak gelembung gas N 2. Selain
penisilin senyawa yang positif : thiamin, sulfathiazole, metionin. Untuk golongan
fenothiazin reaksi negatif.
4. Amoxicillin
C16H19N3O5S.3H2O
Rumus Molekul:C21H39N7O12
Berat Molekul: 1457,50 gr/mol
Bentuk: Padat
Pemerian: Warna putih atau hampir putih, tidak berbau atau bau lemah, rasa
agak pahit
Kelarutan: Sangat mudah larut dalam air, praktis tidak larut dalam
etanol,kloroform, dan eter,
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Alat :
- Tabungreaksi
- Spatula
- Beaker glass
- Botolsemprot
- Cawanpenguap
- Droplet plate
- lampuspiritus
- Water Bath
Bahan:
- Chloramphenicol
- Penisilin-V
- Ampicillin,
- Amoxycillin
- Streptomisin
Tabel
No Nama Zat Prosedur Hasil Pengamatan Gambar
1 1. Zat
+ HCl Larutan kuning
padat, berasap
+ Serbuk Zinc, Putih susu, lalu
panaskan larutan kuning
+ DAB HCl
Chloramphenicol
2. Reaksi kristal
asefan air zat
+ Aseton
dipanaskan
(amati bawah
mikroskop)
C11H12CI2N2O5
2 Penisilin-V 1. Zat
+ Larutan Iodium Larutan Merah
C16H18N2O5S
betadine
2. Zat
+ Pereaksi Meyer Larutan bening, tdk
(1,36 HgCl + 5 g larut
KI dilarutkan dan
diencerkan dgn
aquadest ad 100
ml)
3. Zat
+ NaOH Laurtan bening,
(dibiaskan kurang tidak larut
lebih 1 menit)
+ FeCl3 Larutan merah
betadine
3 Ampicillinum 1. Zat
+ Air
C16H19N3O4S
+ 2 ml comp. Larutan ungu ada
Kalium tembaga endapan
tatrat (kaNa
Tartrat + CuSO4)
2. Zat
+ Air Larutan putih,
seperti tidak larut
+ FeCl3 (1-2 Larutan coklat,
tetes) seperti jahe, endapan
putih
3. Zat
+ Pereaksi
Marqurs (10 ml
Formaldehid + 50
ml H2SO4
dipanaskan selama
2 menit,
dinginkan)
4 Amoxicillin 1. Zat
+ H2So4 Larutan kuning
C16H19N3O5S.3H2O
terang
2. Zat
+ Pereaksi Larutan Kekuningan
Maqus
(formaldehid)
40% 2 tetes +
H2SO4 3 ml)
5 Streptomisin 1. Zat
C21H39N7O12 + NaOH Larutan bening, agak
panaskan kekuningan
+ HCl Larutan kuning
bening
+FeCl3 Larutan coklat
(beberapa tetes) keunguan
PEMBAHASAN
Percobaan dilanjutkan dengan reaksi warna, reaksi warna yang spesifik yang pertama
kali dilakukan adalah sampel +H2SO4 p amoxicillin membentuk larutan berwarna orange,
kloramfenikol membentuk larutan berwarna kuning dan ampicillin membentuk larutan
berwarna kuning terang. Ketiga senyawa tersebut ditambah reaksi chen cao ( Sampel +
NaOH padat+aquadest kemudian dipanaskan di WB chloramphenicol yang menunjukkan
larutan berwarna merah bata, amoxicillin menunjukkan larutan berwarna kuning, tetrasiklin
menunjukkan larutan berwarna merah kecoklatan dan ampicillin menunjukkan larutan
berwarna kuning.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Tim Penyusun, Buku Pedoman Praktikum Kimia Farmasi , Poltekkes Kemenkes Jakarta II,
2010