B Tgs2

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

“Pancasila”

Rumah bagi Indonesia


Ramdhan Firdaus Amelia – 2006595753

Judul        : Buku Ajar MPKT-A

Kelas    :B

Nama Pengarang : Tim Revisi Universitas Indonesia

Data Publikasi   : PPKPT Universitas Indonesia, 2017

Tebal Buku   : 276 halaman

Sebagai dasar negara Indonesia, Pancasila lahir dengan berbagai proses dan lika-liku
yang panjang. Banyak sekali tokoh yang menyampaikan pendapatnya untuk mementukan
ideologi bangsa untuk kemajuan bangsa Indonesia yang pada saat itu sedang
memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Berbagai perdebatan terjadi dalam
menentukan dasar negara bangsa Indonesia ini. Perdebatan yang teratur hingga perdebatan
yang hampir menimbulkan perpecahan pun terjadi dalam menentukan ideologi yang tepat
bagi bangsa ini. Sampai akhirnya semua sepakat dan diputuskanlah ideologi Pancasila ini.

Bahkan, sebelum ditetapkannya Pancasila ini, Pak Soekarno, selaku perumus ideologi
Pancasila ini, menawarkan ideologi untuk bangsa Indonesia. Ideologi tersebut adalah ideologi
Trisila dan Ekasila yang inti dari keseluruhan dari ideologi beliau menjunjung tinggi dalam
hal bergotong royong dan ramah tamah dalam keberagaman yang dimiliki negara Indonesia.
Isi Trisila seperti yang diketahui adalah Socio nationalisme, Socio demokratie, dan ke-
Tuhanan, sedangkan isi Ekasila adalah Gotong royong.

Ideologi Pancasila ini memang sangatlah luar biasa dari segi perumusannya. Berbagai
pandangan dan pendapat dipersatukan untuk mencapai kemakmuran bangsa Indonesia, bukan
hanya pada saat itu melainkan juga untuk generasi-generasi penerus bangsa. Kemakmuran
yang diinginkan oleh para pendiri bertujuan untuk menciptakan perdamaian di bangsa
Indonesia yang akhirnya mencapai kebahagiaan di kehidupan masyarakat. Namun, memang
dalam realisasi di kehidupan bermasyarakat saat ini, hal itu belum sepenuhnya dapat dipenuhi
karena masih banyaknya orang yang belum sadar pentingnya dasar negara Pancasila ini.

Padahal, para pendiri bangsa Indonesia banyak mengeluarkan tenaganya untuk


terciptanya ideologi yang sempurna bagi bangsa Indonesia. Mereka berbagai referensi juga
dari gagasan dan ideologi negara lain untuk mendapatkan ideologi yang sempurna dan cocok
untuk negara tercinta ini. Para pendahulu adalah orang-orang yang memang sangat cerdas,
mereka mensinergikan gagasan tatanan sosial filsafat timur sekaligus filsafat barat dengan
mencampurkan juga ideologi pribadi yang sesuai dengan karakteristik Indonesia untuk
mendapatkan dan merumuskan ideologi Pancasila ini. Yang akhirnya, dengan pergabungan
kedua gagasan tersebut, Pancasila pun menjadikan Indonesia sebagai negara religi dengan
kemodernannya atau yang biasa disebut dengan A Religious Modern State.

Gagasan yang disinergikan dari tatanan sosial filsafat barat oleh para pendahulu bangsa
Indonesia untuk menjadi landasan bangsa Indonesia, yaitu:
1. Republik
2. Demokrasi
3. Nomokrasi
4. Negara Kesejahteraan
5. Sistem Hukum Modern

Sedangkan, dari tatanan sosial filsafat timur, gagasan yang disinergikan untuk landasan
bangsa Indonesia, yaitu:
1. Kekeluargaan
2. Religiusitas
3. Kebersamaan
4. Musyawarah
5. Kearifan Lokal

Setelah proses perdebatan panjang dilalui, akhirnya disepakatilah Pancasila sebagai


ideologi bangsa Indonesia, dengan tujuan memakmurkan bangsa Indonesia itu sendiri, pada 1
Juni 1945. Tanggal 1 Juni juga sampai saat ini dijadikan sebagai Peringatan Hari lahirnya
Pancasila. Seperti yang kita ketahui saat ini, butir-butir Pancasila yang dirumuskan adalah
sebagai berikut:
1. Ketuhanan yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/
Perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, para pendiri bangsa Indonesia merumuskan


Pancasila ini agar terciptanya karakter masyarakat Indonesia yang berlandaskan nilai-nilai
kebudayaan asli bangsa Indonesia. Hal ini juga bertujuan agar masyarakat Indonesia memiliki
norma dasar atau ideologi bangsa sekaligus pondasi perilaku yang benar dalam kehidupan
sehari-hari mereka. Dengan begitu, adanya Pancasila ini menjadi pondasi karakter
berkehidupan bagi masyarakat Indonesia.

Pancasila juga dapat menjadi pondasi dalam perilaku masyarakat Indonesia. Kalimat
“Pancasila menjadi pondasi karakter” ini juga sangat berhubungan materi MPK Terintegritas
sebelum ini. Dalam materi “Jati Diriku sebagai Cendekia” yang mana mengharuskan kita
untuk memiliki karakter yang baik dan sesuai. Disinilah peran dari keberadaan Pancasila itu
sendiri. Karakter disini dapat dikaitkan dengan Perilaku masyarakat Indonesia dalam
kehidupan sehari-hari. Pancasila diharapkan dapat membatasi karakter-karakter yang
berkembang di lingkungan masyarakat Indonesia. Karakter yang diharapkan dengan
keberadaan Pancasila ini adalah karakter yang berkebudayaan Indonesia dan karakter yang
menjadi ciri khas budaya Indonesia. Dengan begitu, budaya Indonesia pun tidak hilang dan
lenyap dari negara tercinta kita ini.

Seperti yang kita ketahui, banyak sekali perilaku masyarakat Indonesia yang sudah
melenceng dari pondasi di dalam Pancasila. Sikap toleransi dalam beragama saat ini seperti
sudah tergerus oleh keadaan. Penistaan agama, kasus-kasus pidana yang selalu dikaitkan
dengan suatu agama, pengucilan kaum-kaum “minoritas” yang menjadi contoh masalah dari
banyaknya permasalahan toleransi beragama ini. Padahal, dalam Pancasila sudah jelas diatur
bahwa kita berbeda-beda tetapi tetap satu tujuan. Walaupun berbeda-beda kita harus Bersatu
untuk kemajuan bangsa Indonesia dan agar terciptanya perdamaian dan kebersamaan. Jika hal
seperti ini terus terjadi, Kapan perdamaian yang diinginkan para pendiri ini terjadi?
Sampai mana kekacauan ini terus berlangsung?.

Bahkan, banyak sekali “oknum-oknum” yang menginginkan pergantian ideologi


Pancasila ini dengan opini perlu diganti ke arah yang lebih “religi”. Hal ini tentu dapat
menjadikan perpecahan bagi bangsa Indonesia dan bahkan hancurnya negara ini. Ini adalah
kondisi yang sangat genting dan tidak bisa dibiarkan saja. Bahkan, Pak Presiden Indonesia,
Joko Widodo saat berpidato menegaskan bahwa “Pancasila adalah rumah kita Bersama.
Tidak ada toleransi sedikitpun bagi yang mengganggu Pancasila. Tidak akan ada lagi orang
Indonesia yang tidak mau ber-bhineka tunggal ika, tidak ada lagi yang tidak menerima
perbedaan.” Pidato Pak Jokowi ini memang berdasarkan berbagai masalah yang dihadapi
bangsa Indonesia, terutama masalah yang berkaitan dengan pergantian ideologi bangsa ini.
Tentu ini adalah masalah yang besar melihat betapa pentingnya Pancasila bagi negara kita ini.

Dengan permasalahan itu dapat dikatakan bahwa masyarakat Indonesia sangat perlu
diberikan edukasi betapa pentingnya Pancasila. Edukasi yang dapat mempersatukan
Indonesia di dalam perbedaan sangat perlu dilakukan. Secara pribadi, saya terkesan dengan
apa yang dilakukan oleh seorang Habib, yaitu Habib Husein Ja’far Al-Hadar, yang mana ia
tidak segan dalam berbincang-bincang dengan seorang pendeta yang notabennya memiliki
agama yang berbeda. Mereka berdua saling bertukar pikiran mengenai agama masing-masing
untuk menciptakan kedamaian di Indonesia terutama dari segi keagamaan. Hal ini yang harus
ditingkatkan. Perbedaan bukan untuk menghancurkan bangsa, tetapi memperkokoh bangsa.
Tujuan ini pun sudah sangat jelas dijunjung tinggi oleh Pancasila.

Tentu masyarakatnya pun harus memiliki kesadaran dan berjiwa Pancasila. Masyarakat
haruslah memahami peran-peran Pancasila dan manfaat-manfaat yang akan hilang jika
Pancasila tidak ada. Perlu disadari sepenuhnya bahwa Pancasila bukan hanya sebagai dasar
negara dan pedoman perilaku masyarakat Indonesia. Namun, Pancasila ini juga berperan
sebagai landasan A Religious Modern State yang dimiliki Indonesia dan juga menjadi
pemersatu bangsa Indonesia agar terciptanya persatuan dan kesatuan. Bayangkan jika
Pancasila ini tidak ada, mungkin keragaman yang dimiliki bangsa Indonesia ini akan hancur
dan saling menyerang antar ras, suku, atau bahkan antar agama. Jangan sampai kita
kehilangan NKRI yang tercinta ini, jangan sampai kehilangan daerah Timur-Timur Kembali
terulang.
REFERENSI

Saidi, Anas. (2009). Relasi Pancasila, Agama dan Kebudayaan: Sebuah Refleksi. Jurnal
Masyarakat dan Budaya, 11(1), 25-50.

Al-Hadar, Habib Husen Ja’far, dkk. (2021, Maret 05). Kenapa & Bagaimana Kita Bersama
Meski Tak Sama?. Dipetik 15 Maret 2021, dari YouTube
https://www.youtube.com/watch?v=zxqCZVrCJvU

Mukalu, Yosi, dkk. (2014, Agustus 15). KAMI INDONESIA. Dipetik 15 Maret 2021, dari
YouTube https://www.youtube.com/watch?v=TIKbhfaBrvs

Widodo, Joko. (2019, Juli 14). Jokowi: Ini Bukan Tentang Aku Atau Kamu, Ini Tentang
Bangsa Indonesia. Dipetik 16 Maret 2021, dari YouTube
https://www.youtube.com/watch?v=qpJQZANK_qM

Putri, Megawati Soekarno. (2020, Januari 30). Memahami Lahirnya Pancasila Dari Jejak
Rekam Ir. Soekarno. Dipetik 16 Maret 2021, dari YouTube
https://www.youtube.com/watch?v=esPjjsjerL4

Soenjoto, Sudhamek Agoeng Waspodo. (2020, Oktober 27). Pancasila Sebagai Pemersatu
Bangsa. Dipetik 16 Maret 2021, dari YouTube https://www.youtube.com/watch?
v=oqJ2gm4zWOE

Wahyudi, Yudian. (2020, Juni 02). Dalam Memaknai Hari Lahir Pancasila. Dipetik 17 Maret
2021, dari YouTube https://www.youtube.com/watch?v=MQbeLRBgNKQ

Agristina, Rima. (2020, Oktober 27). Pancasila dan Keanekaragaman Budaya Indonesia.
Dipetik 17 Maret 2021, dari YouTube https://www.youtube.com/watch?
v=YnHWyOUZwPY

Emas2.ui.ac.id. Video BPIP Penanaman dan Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila.


https://emas2.ui.ac.id/mod/url/view.php?id=296814
https://emas2.ui.ac.id/mod/url/view.php?id=296819
Tim Revisi UI. (2017). Jati Diriku Sebagai WNI yang Setia pada Pancasila. Dalam Buku Ajar
MPKT A (hal. 213-218). Depok.

Anda mungkin juga menyukai