LP Ca Paru
LP Ca Paru
LP Ca Paru
CA Paru
Dosen Pembimbing:
Titan Ligita, S.Kp., MN., Ph.D
Disusun Oleh:
Ridho Fadila Alfajri
I4051201004
CA PARU
A. Pengertian
Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup
keganasan yang berasal dari paru itu sendiri (primer) maupun keganasan dari luar paru
(metastasis). Dalam pengertian klinis yang dimaksud dengan kanker paru primer adalah
tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus (karsinoma bronkus) (Joseph & Rotty,
2020)
Kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan
yang berasal dari paru sendiri (primer). Dalam pengertian klinik yang dimaksud dengan
kanker paru primer adalah tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus (karsinoma
bronkus/bronchogenic carcinoma) (Hudoyo.,et.al, 2017)
Kanker paru atau karsinoma bronkogenik merupakan tumor ganas primer system
mukosa pernapasan bagian bawah yang bersifat epithelial dan berasal dari mukosa
percabangan bronkus (Nanda.2015 ).
B. Etiologi
Penyebab pasti kanker paru belum diketahui, namun paparan atau inhalasi
berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab utama,
disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik,dan lain-lain. Dari
beberapa kepustakaan, telah dilaporkan bahwa etiologi kanker paru sangat berhubungan
dengan kebiasaan merokok. ( Ina, 2016 ) Terdapat hubungan antara rata-rata jumlah
rokok yang dihisap per hari dengan tingginya insiden kanker paru. Dikatakan bahwa 1
dari 9 perokok berat akan menderita kanker paru. Laporan beberapa penelitian
mengatakan bahwa perokok pasif pun berisiko terkena kanker paru. Diperkirakan 25%
kanker paru dari pasien bukan perokok berasal dari perokok pasif. Terdapat
perubahan/mutasi beberapa gen yang berperanan dalam kanker paru, yakni proto
oncogen, tumor supressor gene, dan gene encoding enzyme. ( Ina, 2016 )
Etiologi lain dari kanker paru yang pernah dilaporkan adalah sebagai berikut:
b. Polusi udara
e. Genetik
C. Faktor Risiko
Kelompok pasien dengan risiko tinggi mencakup pasien usia > 40 tahun dengan
riwayat merokok ≥30 tahun dan berhenti merokok dalam kurun waktu 15 tahun
sebelum pemeriksaan, atau pasien ≥50 tahun dengan riwayat merokok ≥20 tahun dan
adanya minimal satu faktor risiko lainnya. Faktor risiko kanker paru lainnya adalah
(Hudoyo.,et.al, 2017)
Pajanan radiasi
D. Klasifikasi
Ada dua jenis utama kanker paru di kategorikan berdasarkan ukuran serta adanya sel ganas yang
terlihat yaitu kanker paru karsinoma bukan sel kecil/NSCLC (Non Small Cell Lung Cancer) dan
kanker paru karsinoma sel kecil/SCLC (Small Cell Lung Cancer. Beberapa jenis kanker paru adalah
(Purba & Wibisono, 2015):
1. Karsinoma sel skuamosa
Merupakan tipe histologik kanker paru yang paling sering ditemukan, berasal dari permukaan
epitel bronkus. Karsinoma sel skuamosa biasanya terletak sentral di sekitar hilus dan menonjol ke
dalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa sentimeter dan cenderung
menyebar secara langsung ke kelenjar getah bening, dinding dada, dan mediastinum.
2. Adenokarsinoma
Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang-kadang dapat
dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi seringkali
meluas ke pembuluh darah dan limfe pada stadium dini dan sering bermetastasis jauh sebelum lesi
primer menyebabkan gejala-gejala. Karsinoma bronkoalveolus dimasukkan sebagai subtipe
adenokarsinoma dalam klasifikasi terbaru tumor paru dari WHO.
3. Karsinoma sel besar
Sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan
ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh
cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh.
4. Karsinoma sel kecil
Umumnya tampak sebagai massa abu-abu pucat yang terletak di sentral dengan perluasan ke
dalam parenkim paru dan keterlibatan dini kelenjar getah bening hilus dan mediastinum.
Gambaran lain pada karsinoma sel kecil, yang paling jelas pada pemeriksaan sitologik adalah
berlipatnya nukleus akibat letak sel tumor dengan sedikit sitoplasma yang saling berdekatan.
E. Komplikasi
Adapun beberapa dari komplikasi yang terjadi pada kasus kanker paru
diantaranya yaitu sebagai berikut: (Ramadhaniah, Mulawarman, Suzanna, &
Andalucia, 2016; Myers & Wallen, 2020; Creekmore, 2019)
1. Kelebihan cairan disekitar paru
Dengan paru-paru yang membesar secara normal, ruang antara paru-paru dan
dinding dada (ruang pleura) berisi sekitar satu sendok teh cairan. Dengan kanker
paru-paru, cairan tambahan dan sel kanker dapat menumpuk dan memenuhi
ruangan. Ini disebut efusi pleura ganas (MPE), dan dapat menyebabkan nyeri dan
sesak napas. Efusi pleura umumnya merupakan komplikasi dari kanker paru
stadium lanjut, keadaan ini sangat menghambat respirasi dan sirkulasi, yang
mempengaruhi kualitas hidup pasien. Sekitar 15% dari pasien kanker paru
memiliki efusi pleura pada saat diagnosis awal, dan 50% berkembang selama
dalam perjalanan penyakitnya. Efusi pleura dapat terjadi pada pasien dengan
karsinoma paru dari semua jenis histologi, namun lebih sering terjadi pada jenis
adenokarsinoma (40% dari semua kasus efusi pleura).
2. Gumpalan Darah
Vena cava superior adalah vena yang mengalirkan darah dari tubuh ke jantung.
Jika kanker menyebar, ia dapat menekan vena ini atau tumbuh ke dalamnya,
menyebabkan penyumbatan besar yang dikenal sebagai sindrom vena cava
superior (SVCS). Kondisi ini hanya terjadi pada sekitar 3,8% penderita kanker
paru-paru
6. Kompresi sumsum tulang belakang
Jika kanker menyebar dan memberi tekanan pada sumsum tulang belakang, hal
itu dapat menyebabkan kompresi sumsum tulang belakang (SCC). Seperti SVCS,
komplikasi ini adalah keadaan darurat medis.
7. Komplikasi Pembedahan
Kebocoran udara
Nyeri
8. Komplikasi kemoterapi
Pansitopenia
Infeksi Hiponatremia
Gagal ginjal
Neuropati perifer
F. Patofisiologi
Berawal dari etiologi penyebab Ca paru ada 2 jenis yaitu primer dan sekunder.
Primer yaitu berasal dari merokok, asap pabrik, zat karsinogen, dll dan sekunder
berasal dari metastase organ lain, Etiologi primer menyerang percabangan segmen/sub
bronkus menyebabkan cilia hilang. Fungsi dari cilia ini adalah menggerakkan lendir
yang akan menangkap kotoran kecil agar keluar dari paru-paru. Jika silia hilang maka
akan terjadi deskuamasi sehingga timbul pengendapan karsinogen. Dengan adanya
pengendapan karsinogen maka akan menimbulkan ulserasi bronkus dan menyebabkan
metaplasia, hyperplasia dan displasia yang selanjutnya akan menyebabkan Ca Paru
(Nurarif & Kusuma, 2015; Bhaskara, 2020).
Ca paru ada beberapa jenis yaitu karsinoma sel skuamosa, adenokarsinoma,
karsinoma sel bronkoalveolar, dan karsinoma sel besar. Setiap lokasi memiliki tanda
dan gejala khas masing masing. Pada karsinoma sel skuamosa, karsinoma bronkus
akan menjadi berkembang sehingga batuk akan lebih sering terjadi yang akan
menimbulkan iritasi, ulserasi, dan pneumonia yang selanjutnya akan menimbulkan
himoptosis. Pada adenokarsinoma akan menyebabkan meningkatnya produksi mukus
yang dapat mengakibatkan penyumbatan jalan nafas. Sedangkan pada karsinoma sel
bronkoalveolar sel akan membesar dan cepat sekali bermetastase sehingga
menimbulkan obstruksi bronkus dengan gejala dispnea ringan. Pada karsinoma sel
besar akan terjadi penyebaran neoplastik ke mediastinum sehingga timbul area
pleuritik dan menyebabkan nyeri akut. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan
biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat
bermetastase ke struktur–struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus,
pericardium, otak, tulang rangka (Nurarif & Kusuma, 2015; Bhaskara, 2020)
Sedangkan pada Ca paru sekunder, paru-paru menjadi tempat berakhirnya sel
kanker yang ganas. Meskipun stadium penyakitnya masih awal, seolah-olah pasien
menderita penyakit kanker paru stadium akhir. Di bagian organ paru, sel kanker terus
berkembang dan bisa mematikan sel imunologi. Artinya, sel kanker bersifat imortal
dan bisa menghancurkan sel yang sehat supaya tidak berfungsi. Paru-paru itu adalah
end organ bagi sel kanker atau tempat berakhirnya sel kanker, yang sebelumnya dapat
menyebar di aera payudara, ovarium, usus, dan lain-lain (Stopler, 2010; Bhaskara,
2020)
WOC: Ca Paru
(PPNI, 2017; Bhaskara, 2020)
Metaplasia, hiperplasi
Penyebaran neoplasma
Malas makan Anemis
ke mediastilin
Defisit nutrisi Kelelahan Area pleuritik
Kanker paru memberikan manifestasi klinis berdasarkan tempat kejadian. Seperti berikut
ini: (Joseph & Rotty, 2020)
Tumor yang tumbuh setempat (lokal/ primer) manifestasi dapat berupa:
Hemoptisis
sesak nafas
kesulitan menelan
peninggian diafragma
pembengkakan wajah
edema ekstremitas
suara serak
ptosis, miosis
facial anhidrosis
Kelemahan
anoreksia
hepatomegali
nyeri
limfadenopati
nyeri kepala
kejang
mual
muntah
Pasien juga mengalami penurunan berat badan yang nyata sehingga kanker
pada kasus ini dicurigai sudah bermetastasis
H. Pemeriksaan Diagnostik
Adapun beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kasus kanker
paru seperti : (Hudoyono.,et.al, 2017)
1. Foto toraks AP/lateral merupakan pemeriksaan awal untuk menilai pasien
dengan kecurigaan terkena kanker paru
2. CT scan toraks dilakukan sebagai evaluasi lanjut pada pasien dengan
kecurigaan kanker paru, dan diperluas hingga kelenjar adrenal untuk menilai
kemungkinan metastasis hingga regio tersebut
3. Bronkoskopi adalah prosedur utama yang dapat menetapkan diagnosis
kanker paru
4. Spesimen untuk menghasilkan pemeriksaan sitologi dan histologi didapat
terutama melalui biopsi bronkus
5. Biposi jarum halus (fine needle aspiration biopsy/FNAB) adalah metode
utama mendapatkan spesimen untuk pemeriksaan sitologi
6. Pemeriksaan transthoracal biopsy (TTB) dapat dilakukan untuk
mendapatkan spesimen untuk pemeriksaan sitologi maupun histopatologi
7. Bila tersedia, tuntunan endobrachial ultrasound (EBUS) juga dapat
dilakukan sebagai pemeriksaan tambahan, terutama untuk evaluasi kelenjar
mediastinal, dan mendapatkan spesimen histopatologi
8. Tindakan biopsi pleura, pleuroscopy dapat dilakukan untuk mendapatkan
spesimen pada pleura
9. Jika hasil sitologi negatif, tetapi masih ada kecurigaan keganasan, maka
penilaian ulang atau CT scan toraks dianjurkan
10. Pemeriksaan molekul marker (gen EGFR, gen KRAS, fusigen EMLALK),
digunakan untuk pemilihan obat sistemik berupa terapi target (targeted
therapy) pada jenis adenokarsinoma, jika fasilitas dan bahan pemeriksaan
memenuhi syarat
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
8. Pekerjaan: Pekerjaan yang berhubungan erat dengan asap dan zat karsinogen
akan meningkatkan resiko lebih besar terserang Ca paru. Beberapa pekerjaan
yang meningkatkan resiko Ca paru adalah pekerja asbes, kapster salon, pabrik
industri, dan lain-lain
9. Status Perkawinan: Tidak ada hubungan antara status perkawinan dengan
angka kejadian Ca paru
10. Tanggal MRS: Dilihat sejak klien masuk IGD
b. Riwayat Kesehatan
1. Diagnosa Medik:
Ca Paru
2. Keluhan Utama:
Batuk produktif, dahak bersifat mukoid atau purulen, atau batuh darah;
malaise; anoreksia; sesak nafas; nyeri dada dapat bersifat lokal atau pleuritik
4. Riwayat kesehatan terdahulu:
Kaji apakah klien memiliki riwayat penyakit paru dan penyakit menular
atau menurun lainnnya sebelumnya. Penyakit paru seperti tuberkulosis dan
penyakit paru obstruktif kronik juga dapat menjadi risiko kanker paru.
Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik berisiko empat sampai
enam kali lebih besar terkena kanker paru
b. Alergi : Kaji alergi klien terhadap makanan, obat, plester, dan lain-lain
Menanyakan pada klien obat apa saja yang dikonsumsi sebelum MRS
Mengkaji apakah terdapat riwayat keluarga sebelumnya yang mengidap Ca paru, penyakit
menular, atau menurun lainnya
g. Pengkajian Keperawatan
Pada klien dengan Ca paru sebagian besar akan merasakan sesak dan
menganggap sesak tersebut adalah sesak biasa karena pada klien Ca paru pada
fase awal akan jarang menimbulkan gejala. Gejala akan timbul biasanya jika
Ca paru sudah semakin meluas. Sehingga klien tidak terlalu perhatian dengan
gejala yang dirasakannya pada gejala awal
2. Pola nutrisi/ metabolik (ABCD)
BAK
- Frekuensi : Mengalami peningkatan
- Jumlah : Mengalami peningkata
- Warna : Kuning
- Karakter : Cair
- Kemandirian : Dibantu
BAB
- Frekuensi : Mengalami sembelit
- Karakter : Keras
- Kemandirian : Dibantu
RR meningkat
tidak ada retraksi dada
Ada batuk dan sputum
- Fungsi kardiovaskuler : irama jantung teratur, nadi normal
Terapi oksigen : menggunakan alat bantu nafas nassal canul
1. Durasi : berkurang
Pasien mampu berhitung dan mengingat apa yang telah dilakukan oleh
perawat saat dilakukan pengkajian.
b. Fungsi dan keadaan
indera : Keadaan indera
pasien baik
8. Pola persepsi diri
a. Gambaran diri: Klien biasanya mengkhawatirkan jika dia tidak bisa bekerja
seperti biasanya
b. Identitas diri: dilakukan dengan mengkaji identitas umum klien (jenis
kelamin, umur, dll)
c. Harga diri: Klien biasanya merasa malu memiliki penyakit kanker dan
khawatir jika setelah kemoterapi rambutnya akan rontok
e. Peran Diri : Pasien dengan Ca paru biasanya adalah seseorang dalam usia
produktif dan sedang bekerja (>40 tahun)
9. Pola seksualitas & reproduksi
a. Pola seksualitas
b. Fungsi reproduksi
i. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum:
b. Tanda vital:
1. Kepala
Inspeksi: kepala simetris, rambut tersebar merata berwarna hitam kaji uban),
distribusi normal, kaji kerontokan rambut jika sudah dilakukan kemoterapi
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat lesi, tidak ada perdarahan, tidak
ada lesi.
2. Mata
Inspeksi: konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil isokor, refleks pipil
terhadap cahaya (+/+), kondisi bersih, bulu mata rata dan hitam
Palpasi: tidak ditemukan nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal
3. Telinga
Inspeksi: telinga simetris, lubang telinga bersih tidak ada serumen, tidak ada
kelainan bentuk.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal
4. Hidung
Inspeksi: mukosa bibir lembab, mulut bersih, lidah berwarna merah, gigi
bersih tidak ada karies gigi
6. Dada
Paru Jantung
Inspeksi: Betuk dada kadang tidak simetris, Inspeksi: Tidak ada pembesaran jantung
kaji adanya retraksi dada Palpasi: Tidak ada edema dan nyeri tekan
Palpasi: Pengembangan paru tidak simetris, Perkusi: Suara jantung pekak
kaji adanya kemungkinan flail chest Auskultasi: Tidak ada bunyi jantung
Perkusi: Suara paru sonor tambahan (Gallop, Gargling, Mur-mur,
Auskultasi: Ada suara nafas tambahan Friction rub)
Wheezing
7. Abdomen
Auskultasi: Kaji adanya penurunan bising usus karena penurunan nafsu makan
8. Urogenital
9. Ekstremitas
Inspeksi : Turgor kulit tidak baik, tidak ada lesi, kuku berwarna pink
Palpasi : kondisi kulit lembab, CRT <2 detik, dan akral dingin.
11. Keadaan local
9. Diagnosa
Bhaskara, K. Y. (2020). KTI: Asuhan Keperawatan Pada Klien Kemoterapi Dengan Ca Paru Yang Dirawat Di Rumah Sakit. Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Jurusan Keperawatan Prodi D-III Keperawatan Samarinda, 11-12.
Hudoyo, A., Et.Al. (2018). Panduan Penatalaksanaan : KANKER PARU. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. From
http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKParu.pdf
Ina. (2016). Pulmonologi. Kanker Paru, Jurnal Chest crit and Emerg Med. Vol. 4, No. 1 Joseph, J., & Rotty, L. W. (2020). Kanker Paru: Laporan
Kasus. Medical Scope Journal (MSJ). 2(1) e-ISSN 2715-3312, 17-25
Myers, D. J., & Wallen, J. M. (2020). Lung Adenocarcinoma. NCB. From: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK519578/
Nurarif, Amin Huda Dan HardhiKusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Dan Nanda Nic-Noc.Edisi Revisi
Jilid 1. Jogjakarta :MediAction
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai Kasus.
Jogjakarta: Mediaction
PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia
Purba, Ardina Filindri & Wibisono. 2015 Pola Klinis Kanker Paru di RSUP dr. Kariadi Semarang Periode Juli 2013- Juli 2014.
http://eprints.undip.ac.id/46681/3/BAB_II_HASIL_KTI.pdf
Ramadhaniah, F., Mulawarman, A., Suzanna, E., & Andalucia, L. R. (2016). Gambaran Kanker Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil dengan Efusi
Pleura. J Respir Indo Vol. 36 No. 2, 60-66
Stoppler, M. C. (2010). Lung Cancer. Available from http://www.medicinenet.com/lung_cancer/article
Nurarif, Amin Huda Dan HardhiKusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Dan Nanda Nic-Noc.Edisi Revisi Jilid 1.
Jogjakarta :MediAction