SNI 03-6456.2-2000 Tata Cara Pengontrolan Sungai Bag-2

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 32

SNI 03-6456.

2-2000

Standar Nasional Indonesia

Tata cara pengontrolan sungai


selama pelaksanaan konstruksi bendungan

Bagian 2 - Penutupan alur sungai dan pembuatan


bendungan pengelak

ICS 93.010 Badan Standardisasi Nasional


BSN
Daftar isi

Daftar isi .......................................................................................................................... i


Prakata............................................................................................................................... ii
Pendahuluan ..................................................................................................................... iii
1 Ruang lingkup ............................................................................................................. 1
2 Acuan normatif … ........................................................................................................ 1
3 Istilah dan definisi ..................................................................................................... 1
4 Penutupan alur sungai ............................................................................................... 1
5 Bendungan pengelak................................................................................................... 11

Lampiran A Daftar istilah (informatif) ........................................................................... 24


Lampiran B Tabel (informatif) ........................................................................................ 25
Lampiran C Daftar nama dan lembaga (informatif) ...................................................... 27
Bibliografi ......................................................................................................................... 28
Prakata

Standar tentang ’Tata cara pengontrolan sungai selama pelaksanaan konstruksi


bendungan, Bagian 2 Penutupan alur sungai dan pembuatanbendungan pengelak’
merupakan revisi dari SNI 03-6456.2-2000, ’Tata cara pengontrolan sungai selama
pelaksanaan konstruksi bendungan, Bagian 2 Penutupan alur sungai dan pembuatan
bendungan pengelak.

Standar ini disusun oleh Panitia Teknis Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil
pada Sub Panitia Teknk Bidang Sumber Daya Air melalui Gugus Kerja Pendayagunaan
Sumber Daya Air Bidang Bahan dan Geoteknik.

Tata cara penulisan disusun mengikuti PSN 8 Tahun 2007 dan dibahas pada forum rapat
teknis dan rapat konsensus dengan melibatkan para nara sumber, pakar dan lembaga
terkait.
RSNI0 6456.2:200x

Tata cara pengontrolan sungai selama pelaksanaan konstruksi bendungan


Bagian 2 Penutupan alur sungai dan pembuatanbendungan pengelak

1 Ruang lingkup
Standar ini membahas tentang metode pengontrolan sungai selama pelaksanaan
bendungan untuk memberikan ruangan kerja yang bebas dari air dan aman terhadap
banjir. Metode ini mencakup penutupan alur sungai dan tipe -tipe bendungan pengelak
yang berkaitan dengan pelaksanaan konstruksi dan pengoperasiannya. Standar ini juga
menguraikan metode penutupan bangunan pengelak pada saat bendungan akan
dioperasikan serta kecenderungan yang mungkin terjadi selama pengoperasian
pengendalian aliran sungai.

2 Acuan
SNI 03-1731-1989, Tata cara keamanan bendungan.
SNI 03-3432-1994, Tata cara penutupan banjir desain dan kapasitas pelimpah untuk
bendungan.

3 Pengertian

3.1
penutupan sungai secara vertikal
penutupan dengan membuat semacam tanggul, bergerak secara bertahap dari satu tepi
atau dari keduanya sampai bentang sungai tertutup seluruhnya.

3.2
penutupan sungai secara horisontal
penutupan sungai dengan menempatkan material penutup secara merata dan serentak
di seluruh bentang sungai.

4 Penutupan alur sungai


Penutupan sungai akan bermasalah apabila dilaksanakan pada sungai yang cukup
besar alirannya, walaupun selama musim kemarau. Apabila bendungan dibangun
dalam satu tahap maka penutupan dikerjakan pada awal pelaksanaan dan aliran sungai
dielakkan melalui terowong sementara atau saluran; sedangkan a pabila bendungan
dibangun dalam 2 tahap karena terletak pada lembah yang lebih lebar, maka
melaksanakannya pada akhir tahap pertama dan sungai dielakkan melalui pelepas
terbuka permanen atau sementara yang terletak pada bangunan tahap pertama.
Walaupun harga penutupan merupakan persentasi yang kecil terhadap biaya
pembuatan bendungan, namun kajian yang teliti harus dilakukan mengingat banyak hal
yang akan dipengaruhi oleh pekerjaan penutupan. Sebagai contoh kegagalan atau
keterlambatan penutupan akan menyebabkan kerugian proyek keseluruhan; tekanan air
maksimum penutupan akan menentukan desain pengelak sementara; penetapan
kondisi yang aman dan realistis serta perkiraan harga terkait untuk memperoleh
optimisasi proyek keseluruhan; atau untuk mendapatkan prog ram yang lebih fleksibel
jika pelaksanaan penutupan melampaui satu musim kering.

1 dari 28
RSNI0 6456.2:200x

Analisis penutupan sungai sudah dilakukan dengan sejumlah pendekatan teoritis dan
uji model yang menggambarkan kondisi hidrolika (elevasi air dan kecepatan rata -rata),
tetapi dimensi dan karakteristik material tidak dapat ditetapkan dengan tepat. Oleh
karena itu perlu membuat perbandingan dan pengelompokan sejumlah penutupan yang
telah dibuat pada sungai sungai yang sangat besar; untuk menganalisis kesulitan yang
dihadapi dan menetapkan peraturanperaturan sederhana yang dapat digunakan
sebagai pedoman sementara bagi kajian pendahuluan proyek yang akan datang.
Tabel 1. merupakan daftar data metode penutupan dan beda tekanan maksimum pada
proyekproyek yang ada (periksa lampiran).
Kajian berikut tidak langsung mengarah kepada bangunan pengelak (terowongan atau
saluran) tetapi secara tidak langsung memperhitungkannya seperti elevasi, kecepatan
dan perbedaan tekanan air pada setiap tahap penutupan yang terkait dengan
karakteristik bangunan pengelak. Besarnya aliran yang dielakkan diperoleh dari elevasi
di hilir dan di hulu yang di cek dengan uji model. Apabila aliran yang melewati timbunan
penutup relatif kecil dan tidak diperhitungkan, maka sisa aliran di dalam alur atau di atas
timbunan penutup perlu di taksir pada setiap tahapan. Hampir seluruh penutupan,
penting dilaksanakan dengan :
a) Metode penutupan sungai secara vertikal, ketika penimbunan tanggul dengan elevasi
di atas air dilajukan dari salah satu tebing atau dari keduanya sampai seluruh alur
tertutup
b) Metode penutupan sungai secara horisontal, ketika material penutup ditempatkan
secara merata dan serentak diseluruh bentang sungai (biasanya memerlukan
bangunan khusus seperti jembatan, derek kabel untuk pemindahan material).
Kecuali kasus penutupan yang khusus seperti penutupan langsung dengan peledakan
pada lembah yang curam dan pengisian pasir secara hidrolis pada dataran yang rata
akan disajikan kemudian. Sebelum tahun 1950 kebanyakan penutupan diadakan dengan
metode penutupan horisontal (lebih sesuai dengan peralatan pada saat itu terutama
transportasi kereta api di atas jembatan). Antara tahun 1950 sampai 1960 penutupan
sungai menggunakan kedua jenis metode penutupan tersebut; dalam penutupan vertikal
dimanfaatkan peralatan angkut dump truk dan buldoser, tahun 1960 penutupan
kebanyakan dilaksanakan dengan metode vertikal. Cara tersebut dikerjakan pada aliran
besar, tinggi tekanan air maksimum untuk tanggul tunggal hampir selalu di bawah 5 m.
Sejak 1970 untuk penutupan vertikal yang besar, (Zambezi, Tocantins, Parana, Yellow
River, Manicouagan) dengan tekanan air total lebih dari 3 m, dapat dibagi menjadi dua
atau bahkan tiga tanggul (masing-masing dibatasi sampai 3 m) sehingga total tinggi
tekan dapat mencapai 5 sampai 9 m.
Metode pelaksanaan dan teori analisis sangat berbeda untuk kedua solusi tersebut,
sehingga perlu dilakukan kajian secara terpisah. Kajian berikutnya mengacu pada aliran
sedang atau besar (lebih dari 100 m 3/dt), atau tekanan air yang lebih tinggi, aliran-aliran
yang lebih rendah diperkenankan dengan solusi yang lebih mudah

4.1 Penutupan sungai secara vertikal


4.1.1 Metode dan bahan penutup
Konstruksi tanggul harus cukup lebar untuk jalan masuk dan ruang gerak alat angkut
(biasanya sekitar 15 m) dan elevasi puncak minimal satu meter di atas elevasi muka air
hulu setelah penimbunan selesai. Lebar jalan masuk dapat dikurangi pada bentang
sungai yang pendek. Kecepatan penutupan dapat mencapai 1000 ton/jam, tergantung
kapasitas alat angkut serta fasilitas jalan masuk.
Hanyutnya material kuari lepas atau urugan batu, dapat dikurangi dengan penggunaan
bulldoser kapasitas besar yang dapat mendorong dalam jumlah yang sangat besar dalam
satu waktu, dibandingkan dengan pengangkutan truk yang berulang-ulang.
2 dari 28
RSNI0 6456.2:200x

Penyelesaian penutupan yang tinggi, digunakan beberapa blok yang sangat besar (satu
diantaranya diletakan ke hulu untuk menenangkan air) yang dirangkai dengan kabel
sehingga akan sangat membantu dalam tahap tahap yang sulit.
Material yang paling banyak digunakan untuk penutupan sungai adalah material kuari,
baik sebagai kuari lepas yang beratnya 500 kg sampai 1 ton maupun sebagai batuan
urug terseleksi yang digunakan hanya dari bongkah besar yang beratnya antara 1
sampai 5 ton. Tidak semua kuari dapat menyediakan material berukuran besar, dan
hanya beberapa yang dapat menyediakan batuan berukuran sampai dengan 15 atau 20
ton dalam penetrasi yang besar. Kajian tentang ketersediaan kuari sangat diperlukan
guna menentukan penutupan. Batuan urug terseleksi dapat ditentukan dengan berat
(atau diameter ekuivalen ) batuan tersebut yang sama dengan 1/2 jumlah total (Dso).
Kuari lepas ditentukan dengan D so dari bagian pokoknya dimana biasanya sama dengan
D75 dari kuari lepas. Material yang lebih halus seperti kerakal atau kuari lebih berat
dapat digunakan untuk penutupan rendah atau penutupan yang tinggi pada tahap
pertama.
Material lain yang digunakan untuk penutupan-penutupan penting adalah dengan beton,
baik yang berbentuk kubus maupun struktur yang lebih kompleks. Berat satuannya
biasanya antara 5 sampai 30 ton.
Beberapa hal perlu ditekankan pada penggunaan material-material yang berbeda untuk
penutupan adalah :
a) Rapat massa bahan p, adalah penting karena pada setiap kondisi hidraulik yang
ditetapkan maka hasil D x (p - 1) adalah konstan yang berarti berat volume yang
diperlukan untuk material kapur (p = 2,1) akan 3 kali lebih besar dari material basalt
(p = 2,9) atau blok beton (p = 2,4) akan memerlukan 60% lebih berat dari blok granit
(p = 2,7).
b) Bentuk material juga penting dan kelebihannya berbeda-beda tergantung pada
kondisi hidrauliknya. Bentuk kubus akan lebih baik dalam aliran turbulen dan
superkritis dan bentuk bentuk kerakal akan lebih baik untuk kondisi-kondisi lainnya.
c) Harga material kuari rendah jika berupa material kuari lepas sedangkan yang berasal
dari hasil galian bangunan permanen harganya nol. Harga menjadi jauh lebih tinggi
jika berupa batuan urug terseleksi berukuran besar dan merupakan gambaran
presentasi yang tinggi dari keseluruhan material kuari yang diperlukan. Apabila berat
satuan dan jumlah batuan urug terseleksi tidak terlalu besar maka agar lebih
ekonomis dilakukan seleksi material-material terbesar pada waktu pemuatan material
kuari lepas.
d) Harga beton konstan per m 3 jika berat satuannya berada dalam batas batas tertentu
(misal. antara 5 dan 30 ton) dan bentuknya tidak terlalu kompleks. Dengan demikian
dapat dijelaskan mengapa blok beton yang lebih besar dari yang diperlukan kadang
kadang dipergunakan karena lebih aman dan lebih murah (dengan mengurangi luas
penampang timbunan maka volume total akan berkurang).
e) Perbedaan harga tanggul per m 3 pada material timbunan. Perkiraan perbandingan
harga per m 3 sebagai berikut:
Kerakal atau kuari material lebih berat ( 1 sampai 20 kg) :1
Kuari material lepas (500 kg) :2
Urugan batuan terseleksi ( 1 sampai 10 ton) : 5 - 10
Blok beton (5 sampai 30 ton) : 20 – 50
Uraian di atas menjelaskan mengapa dalam desain penutupan dengan material kerakal
atau kuari lepas diperkenankan adanya banyak material terlepas sedangkan penutup an
dengan balok beton biasanya didesain dengan penampang lintang minimum.

3 dari 28
RSNI0 6456.2:200x

4.1.2 Pengamatan penutupan yang ada


Stabilitas material secara teoritis kadang-kadang ditentukan dengan rumus D (p - 1 ) = K
V2 dimana D ditentukan secara konvensional, variasi K tergantung dari bentuk material
dan kemiringan lereng tanggul. Kecepatan aliran (V) yang menyinggung material penutup
akan sangat berbeda dengan kecepatan rata-rata, sehingga berat teoritis material yang
diperlukan tidak tepat, dan kajian terhadap proyek-proyek yang ada merupakan hal yang
sangat perlu diperhatikan.
Suatu perbandingan yang disederhanakan antara penutupan-penutupan yang ada
menunjukkan banyak ketidak-sesuaian antara solusi-solusi dan juga mengenai
penggunaan material pada kasuskasus yang berbeda. Kebanyakan ketidak-sesuaian
tersebut terjadi karena perbedaan penyajian hasil dan karakteristik penutupan atau
beberapa alasan sebagai berikut:
a) Sejumlah desain penutupan memperkenankan adanya kehilangan banyak material.
b) Definisi karakteristik material yang berbeda (dimensi material kuari lepas )
c) Dengan alasan ekonomi, keamanan, ketersediaan material besar, maka material
yang lebih besar dari batas ukuran yang diperlukan kadang kadang dapat
dipergunakan (sering karena aliran dan tekanan air pada saat penutupan lebih kecil
dari ramalan maksimum dalam desain)
d) Sebagai referensi sering dipakai beda tinggi tekanan air terkahir, yang mana jauh
lebih tinggi dari tekanan pada saat yang paling sulit dalam penutupan tersebut
(terutama pada penutupan aliran rendah).
e) Sebagai referensi dipakai juga kecepatan air rata-rata pada alur sedangkan
kecepatan yang akan ditetapkan adalah kecepatan air V yang menyinggung material.
(berat satuan material adalah sepadan dengan V).
Penutupan sungai mempunyai dua tahapan yang sangat berbeda yaitu :
Tahap pertama, apabila perbandingan antara kedalaman dan tekanan air cukup
besar, aliran belum mencapai kritis, kecepatannya yang menyinggung material
penutup lebih rendah dari kecepatan rata-rata di dalam alur sungai. Kepadatan serta
lebar tanggul biasa memerlukan diameter material D yang secara kasar sepadan
dengan 1/3 tinggi tekanan air, dan dapat dikurangi menjadi 1/4 jika material yang
dapat diterima hanya sedikit atau untuk beda tekanan yang kecil. Dalam keadaan
tersebut, material yang mengandung butiran halus atau ukuran sedang dengan
susunan yang proporsional akan sama baiknya dengan material yang mengandung
hanya unsur besar (dengan satu ukuran saja). Bentuk material seperti kerakal sama
baiknya dengan bentuk material kuari lepas dan lebih baik dari material bentuk kubus.
Kondisi yang menguntungkan tersebut akan berubah jika perbandingan ketebalan
dengan beda tinggi air terlalu kecil sehingga terjadi aliran kritis atau super kritis.
Kecepatan aliran yang bersentuhan dengan material bertambah dari 80% menjadi
120% kecepatan rata-rata dan ketika aliran menjadi turbulen atau super kritis
memerlukan suatu berat satuan ( 120/80 )6 atau 10 kali lebih besar. Hal ini secara
efektif akan merubah kondisi keseluruhan dan diperlukan analisa laporan rinci atau
dari uji uji model. Perbandingan kedalaman dengan beda tinggi air dimana mulai
terjadi perubahan kondisi hidraulik biasanya antara dua atau tiga.
Kondisi-kondisi yang lebih sulit ini muncul selama tahap terakhir penutupan, tetapi
dalam beberapa kasus dapat juga muncul lebih awal, misalnya pada kasus penutup
sungai Jupia dengan beda tinggi sebesar 1,5 m, ketebalan air turun sampai lebih kecil
dari 5 m dan timbul kesulitankesulitan. Ukuran blok yang diperlukan meningkat dari
500 kg menjadi lebih dari 10 ton untuk sedikit penambahan pada tekanan tinggi air
dan energi/meter tetapi dengan penurunan angka perbandingan kedalaman dengan
tekanan air yang cukup besar. Pengaruh kedangkalan ini sudah ditegaskan dalam uji
4 dari 28
RSNI0 6456.2:200x

model pada sungai Itaipu. Kondisi tersebut akan menjadi lebih sulit jika batuan dasar
dalam keadaan rata dan blok-blok mudah bergeser.

Pada tahap terakhir penutupan kondisi kritis tidak dapat dihindarkan biasanya terjadi
pada saat ujung timbunan mendekati penyambungan. Untuk mempertahankan
tampang melintang yang tetap dengan menggunakan material yang jauh lebih besar
atau tetap menggunakan material kecil dengan memperkenankan banyak butiran
yang hilang.
Jika hanya sedikit atau tidak ada kehilangan material; persyaratan diameter material
menjadi penting dan diperkirakan sama dengan 80% tinggi tekanan air yang berlaku
bagi beton (yaitu kira kira 40 ton untuk 4 m). Ketika tinggi tekanan air menjadi dua kali
maka berat satuan material dikalikan 8 dan volume material yang disampaikan untuk
kondisi kritis juga dikalikan 8; dari sini dapat dijelaskan bahwa penutupan 4 m sangat
sulit jika dibandingkan dengan penutupan 2 m. Pada penutupan kecil (1,5 m sampai 2
m) dapat dihemat banyak material jika material penutupan (yang dibatasi sampai
beberapa ratus m 3) ditempatkan dengan bulldoser dalam beberapa menit, karena
energi yang diperlukan untuk memindahkan blok-blok sepanjang penutupan selama
waktu tersebut merupakan sebagian besar dari energi air yang tersedia. Penutupan
dengan tekanan yang tinggi sulit dilaksanakan, karena volume yang diperlukan
sampai mencapai ribuan m 3.
Selama tahap terakhir atau ketika aliran kritis terjadi dalam tahap pertama, perilaku
material akan serupa dengan yang dipergunakan sebagai pelindung pemecah
gelombang. Kesimpulan serupa juga dapat diperoleh dalam perbandingan bentuk-
bentuk material.
Jika penutupan sungai tidak diperkenankan adanya material yang terlepas maka lebih
baik material penutup hanya dari material berukuran besar sedangkan yang
berukuran kecil dikeluarkan dari material kuari.
Jika diperkenankan adanya material terlepas maka dimensi blok-blok yang diperlukan
dapat lebih kecil dan selanjutnya kemiringan lereng tanggul hilir i yang terendam
dapat dikurangi. Menurut teori, untuk tanggul terendam dan menurut pengamatan
penutupan, diameter material untuk aliran/m tertentu sebanding dengan i z/3 . Jika
airnya dalam dan diperkenankan banyak material terlepas, ukuran blok diperkecil
dengan faktor 2 dan berat satuan dengan faktor 8. Sungai akan mendistribusi ulang
bagian material tersebut membentuk pelimpah alam sesuai dengan tekanan air,
ukuran material dan kedalaman air. Kehilangan material sama dengan satu atau dua
kali penampang minimum tanggul di daerah penutupan tahap terakhir. Namun jika air
di daerah sekitar penutupannya dangkal akan sulit dihindari penggunaan material
yang agak besar.
Kesimpulan
Sebagai ringkasan analisis dari sejumlah penutupan sungai dengan cara vertikal,
dapat diperiksa Tabel 2 dan 3.

5 dari 28
RSNI0 6456.2:200x

Tabel 1 Berat satuan material ada metode penutupan vertikal (rapat massa = 2,4)
Tinggi tekanan Tahap pertama Tahap terakhir
air yang air dalam ( lebih air dangkal (ku diperkenankan tidak diperkenan
berlaku dari 3x tinggi rang dari kehilangan kan kehilangan
tekanan air) 2x tinggi banyak material material
tekanan air) dan air dalam
m
0,5 2 - 10 kg 10 kg 100 kg
1 60 kg 0,5 - 1 ton 120 kg 0,5 - 1 ton
2 500 kg 5 - 10 ton 1 ton 5 - 10 ton
3 2 ton 4 ton 20 ton
4 8 ton 50 ton

Tabel 2 Berat satuan material ada metode penutupan vertikal (rapat massa 2,4 dan 2,7)
(1) (2) (3) (4) (5)
Tinggi tekanan Tahap pertama Tahap terakhir
diperkenankan
air yang air dalam ( lebih air dangkal (ku tidak diperkenan
banyak material
berlaku dari 3x tinggi rang dr 2x tinggi kan material
terlepas
(m) tekanan air) tekanan air) terlepas
dan air dalam
0,5 1-5 kg - 3-10kg 70k
1 40 k 0,3 - 0,7 ton 80 k 0,5 ton
2 350 k 5 - 10 ton 700 k 4 ton
3 1,5 ton - 3 ton 20 ton beton
8 ton
4 - beton 50 ton beton
beton

Apabila beton (rapat massa 2,4) dipergunakan untuk blok-blok yang lebih berat dari 5 ton
dan material kuari dengan rapat massa lebih besar (2,7) untuk yang di bawah 5 ton,
maka berat satuan tersebut dapat dikurangi sesuai dengan Tabe13.
Berat yang tertera pada kedua Tabel tersebut merujuk kepada ukuran DSO seperti pada
butir 4.1.1, dan bagian material yang lebih kecil dari D SO akan hanyut
a) Ukuran material dipengaruhi oleh tinggi tekanan air sesaat dan bukan oleh tekanan
air terakhir. Sehingga ukuran seluruh material tersebut lebih kecil dari yang
didasarkan pada tekanan air terakhir.
b) Material yang terlepas dengan mudah diterima untuk material kuari maka Tabel 3
kolom 4 dapat dipergunakan untuk tekanan sampai 3 m dimana tidak diperlukan
beton. Pada tekanantekanan yang lebih tinggi umumnya memerlukan pembetonan
dan akan lebih murah jika dihindari kehilangan material terlepas dan dipergunakan
nilai pada kolom 5 .
Tekanan air pada saat yang paling sulit di tahap terakhir biasanya diambil sekitar 10% di
bawah tekanan air terakhir. Walaupun demikian pada tekanan air tertinggi, kecepatan
aliran di dalam alur pada periode sulit tersebut cukup besar, jika total aliran sungai tidak
begitu besar maka tinggi tekanan air yang berlaku dalam kondisi kritis tersebut hanya
70% atau 80% dari tekanan air terakhir, dan berat satuan yang diperlukan hanya antara
50% untuk tekanan air terakhir yang sama.
Batuan dasar sungai yang tertutup lapisan lunak atau butiran halus perlu dibuat
perlindungan lokal terhadap erosi yang tidak diinginkan sebelum penutupan. Dimensi
material pelindung sama seperti material penutup sungai tetapi dapat juga dengan
ukuran lebih kecil untuk bagian yang tidak pada lereng (misalnya 50% dari berat satuan
material penutup). Jika lapisan lunak tidak begitu tebal, maka dibiarkan hanyut oleh aliran
sungai.
6 dari 28
RSNI0 6456.2:200x

Dari gambaran di atas menunjukkan bahwa pada sungai yang cukup dalam dan material
kuari tersedia sampai dengan 1 ton atau 5 ton; maka penutupan dengan tekanan air
sampai 3 m akan mudah dan ekonomis serta dapat diperkenankan kehilangan material
lepas di akhir penutupan. Untuk tekanan di atas 3 m, terutama pada sungai dengan debit
besar diperlukan blok beton (kecuali jika material kuari sangat mudah diperoleh). Secara
ekonomis lebih baik digunakan blok-blok sebesar mungkin (antara 20 sampai 30 ton)
untuk membatasi kerugian. Penutupan dengan tinggi tekanan 4m memerlukan blok beton
sampai 30 ton, sedangkan penutupan dengan tekanan 2 m dapat dicapai dengan
menggunakan material kuari kurang dari l ton.
Perbandingan tersebut menjelaskan adanya kecenderungan penutupan sungai dengan
tinggi tekanan air yang besar dilakukan dengan membagi menjadi dua atau tiga tanggul.

4.1.3 Tanggul penutup ganda


Penggunaan dua tanggul mengakibatkan tekanan air hampir selalu terbagi dua pada
masingmasing tanggul. Perhitungan menunjukkan ketika aliran total sungai tidak terlalu
besar tinggi pengurangan tekanan air saat kritis untuk masing masing tanggul kira -kira
60% tinggi kritis air saat tanggul tunggal. Penutupan ganda lebih mudah dilaksanakan
dibanding penutupan tunggal dan kelebihannya pada air dangkal dapat dihindari kondisi
kritis sebelum tahap akhir.
Mengingat penutup ganda tidak begitu menguntungkan pada tekanan total di bawah 2
atau 3 m, maka umumnya digunakan untuk tekanan yang lebih tinggi dengan alasan
keamanan dan biasa. Jalan masuk menjadi lebih sulit, kecuali jika ada tanggul yang
sangat panjang, tetapi dapat di atasi dengan membagi tanggul pada tahap terakhir
penutupan saja. Jarak antara tanggul harus sedemikian sehingga diperoleh penurunan
kecepatan aliran yang cukup besar pada genangan di antara dua tanggul. Jarak 100 m
cukup baik namun demikian terbukti terlalu kecil dalam uji model untuk aliran khusus
dengan tekanan air yang tinggi. Jarak tersebut dapat diperkecil jika kedua tanggul tidak
dibangun dari tebing yang sama.

4.2 Penutupan sungai secara horisontal


4.2.1 Metode penutupan dan penggunaan material
Penutupan sungai dilakukan dengan membangun tanggul secara merata dan serentak
melintang sungai. Metode ini tidak memerlukan pembuatan pelindung dasar sungai
karena sudah langsung dilindungi oleh material penutup tersebut.
Untuk meletakkan material secara serentak di seluruh bentang alur sungai diperlukan
peralatan khusus, umumnya terdiri dari jembatan, jembatan layang, derek kabel (untuk
blok sampai lOton atau lebih), atau ban berjalan atau kapal kapal keruk (untuk material
ukuran kecil). Keuntungan penggunaan jembatan dapat mengangkut material lebih berat
dan tidak ada resiko kemacetan karena kerusakan mesin peralatan khusus.
Material penutupan horisontal terdiri dari batuan atau beton seperti halnya pada
penutupan vertikal, tetapi persyaratannya sama dengan penutupan vertikal di tahap
terakhir dan material yang sangat kecil dari kuari lepas akan hanyut dalam jumlah besar.
Persyaratan lebih ketat pada sebagian besar penutup (kecuali pada awal pekerjaan) dan
sebagian besar material adalah urugan batu yang diklasifikasi atau blok beton. Seperti
halnya pada penutupan vertikal, sejumlah besar material (yaitu lereng hilir yang landai)
lebih sesuai untuk material kuari dari pada untuk beton yang mana lebih ekonomis jika
digunakan blok beton yang besar.

4.2.2 Pengamatan dan pendekatan teoritis


Jenis penutupan ini hanya ada beberapa yang baru. Dari sudut pandang ekonomis
penggunaan blok-blok beton untuk desain penutupan sungai cukup aman. Walaupun

7 dari 28
RSNI0 6456.2:200x

secara teoritis dapat dipakai material kecil, rupanya ukuran maksimum material tidak
akan kurang dari 40% tekanan air terakhir pada saat penggunaan bahan beton dan 20%
pada saat penggunaan batuan timbun dengan lereng hilir landai; material yang relatip
jauh lebih kecil digunakan pada penutupan dengan material pengerukan yang tekanan air
terakhir 1 m ukuran, material kurang dari 0,10 m, tetapi lereng hilir sangat landai.
Pada tahap pertama penutupan, ukuran material ditentukan oleh tinggi tekanan air;
sedangkan selama tahap terakhir oleh debit aliran per meter pada lereng downstream;
dan selama tahap pertengahan (yang biasanya paling sulit) ditentukan oleh kedua
parameter tersebut dan oleh produk yang dihasilkannya misalnya energi per meter.
Rumus untuk menentukan berat blok tergantung pada spesifik energi, walaupun rumus
tersebut berdasar pada tampang lintang minimum, tetapi masih kurang diyakini terutama
jika digunakan material urugan batu pada jumlah yang besar pada lereng yang landai.
Dari semua pertimbangan teoritis dan uji model, pada tinggi tekanan akhir yang sama
ukuran maksimum material penutup horisontal lebih kecil dari material penutup vertikal.
Tetapi material ukuran paling besar harus digunakan pada sebagian besar penutup
horisontal mengingat hanya sebagian kecil penutup vertikal menggunakannya.
Ukuran material yang diperlukan dapat diperkecil dengan membuat penutupan alur
sebesar mungkin agar dapat mengurangi debit aliran per meter sehingga energi
maksimum dapat berkurang. Secara teoritis dapat digunakan material ukuran kecil pada
sungai yang sangat lebar asalkan aliran per meter sangat kecil pada awal penutupan.
Tetapi jika aliran tersebut tidak seragam sepanjang tanggul pada akhir penutupan
dimana tekanan air terakhir cukup besar akan menjadi suatu bencana karena adanya
konsentrasi aliran pada suatu titik yang rendah. Pemilihan material yang diperlukan
berdasarkan elevasi terendah dan tidak sama dengan elevasi rata-rata (kerusakan
bendungan pengelak urugan batu oleh aliran rata-rata yang relatif kecil yang terjadi
karena konsentrasi aliran yang mengakibatkan suatu aliran per meter jauh lebih besar).
Karena pertimbangan tersebut di atas teori yang rumit dan sedikitnya jumlah penutupan
sungai yang dibuat dengan material urugan batu, penetapan aturan sementara untuk
penutupan horisontal lebih sulit dibanding dengan penutupan vertikal, maka uji model
harus dipergunakan dengan hatihati (perhatian yang sungguh-sungguh diberikan untuk
kestabilan tanggul di akhir penutupan dan kepekaan penutupan terhadap perubahan kecil
dari aliran total atau aliran yang masuk ke bangunan pengelak)

4.2.3 Tanggul penutup ganda


Penutupan horisontal belum pernah dilaksanakan dengan tanggul penutup ganda.
Analisis secara teoritis menunjukkan bahwa penghematan oleh penutup ganda lebih kecil
dibanding dengan penutup vertikal (energi maksimum hanya dibagi 2 untuk penutupan
dan dimensi material untuk masing-masing tanggul jauh lebih besar dari pada setengah
ukuran material untuk satu tanggul). Penggabungan penutup hilir horisontal dan penutup
hulu vertikal dan perhitungan atau uji model dapat dikembangkan sesuai dengan hal
tersebut. Penyelesaian ini telah berhasil dipakai pada 25 tahun yang lalu di Rosaires
(Sudan) untuk tinggi tekanan air 3 m.

4.3 Persyaratan atau metode khusus


Penutupan sungai pada jurang yang curam kadang-kadang dilakukan dengan peledakan
tunggal, dengan keuntungan didapatkan tekanan air yang besar, penghematan waktu,
jumlah material sangat banyak dan pembagian tinggi geometri yang diperlukan betul
betul baik. Perlu diperiksa bahwa tidak terjadi pelimpasan yang cukup besar yang dapat
merusak tanggul.
Penutupan seperti tersebut di atas sudah dilaksanakan dengan berhasil baik pada tahun
1960 di sungai Dex di Iran (peledakan 22.000m 3), tetapi beberapa kesulitan di Mantoro,

8 dari 28
RSNI0 6456.2:200x

Peru pada tahun 1967 (pengalihan aliran 125 m 3/dt dan dengan beda tinggi tekanan akhir
18 m).
Peledakan yang berhasil dan memuaskan di Rusia yang menghasilkan penutupan sungai
dan terutama bendungan permanen pada waktu yang bersamaan, hasil pemadatannya
baik, permeabilitas rendah. Tinggi tekanan air yang dapat diterima sesudah penutupan
jauh lebih bisa dari cara lainnya tetapi pada tempat lain yang sesuai yang agak luar biasa
baik pada tempat ini, solusi ini tidak bukan yang paling murah.
Dimungkinkan juga bendungan urugan batu atau bendungan pengelak dilaksanakan
dengan laju penimbunan dari satu tebing dengan curahan material melalui puncak
tampang lintang terakhir. Cara ini merupakan keuntungan bahwa penutup tersebut
merupakan gabungan besar penutup urugan. Material timbunan merupakan material
berukuran terbesar pada elevasi air. Cara tersebut mungkin biayanya murah dan dapat
diperoleh penutup dengan perbedaan tekanan air yang tinggi, namun kesulitan yang
dihadapi adalah bagaimana membuat struktur kedap air dan perkiraan besarnya
penurunan yang akan terjadi.
Penutupan sungai pada sungai landai berpasir atau berkerakal dapat dilakukan dengan
alat keruk kapasitas besar. Penutupan dengan kerakal sebagian dapat dipelajari sebagai
penutupan normal, tetapi penutupan dengan pengisian pasir akan berbeda. Karena
pertimbangan pengangkutan benda padat oleh aliran sungai terhadap pasokan material
dari luar dapat menjadi faktor penentu dan kapasitas pengeruk yang dibandingkan
dengan energi sungai total dapat untuk menentukan tinggi tekanan air penutupan
maksimum.
Dalam pengembangan pembangkit tenaga pasang surut yang besar, masalah penutupan
yang terjadi pada daerah tangkapan adalah berhubungan dengan aliran yang sangat
besar (sampai dengan 1.000.000 m 3/dt). Meskipun demikian, perbedaan tinggi tekanan
air tidak akan lebih dari 5 m dan biasanya jauh lebih kecil tergantung pada luas
penampang pintu yang sedang dioperasikan. Perubahan arah aliran dapat diharapkan
memperoleh timbunan batu dalam jumlah besar untuk penutupan horisontal, sedangkan
penutup vertikal dengan 1 atau 2 tanggul diharapkan dapat lurus asalkan kondisi dasar
lautnya menguntungkan.

4.4 Komentar umum penutupan sungai


a) Sejumlah penutupan ternyata lebih sulit dari yang diperkirakan akibat ketidak
sempurnaan pembongkaran bendungan pengelak. Desain bendungan pengelak dan
penutup harus memperkirakan terjadinya masalah tersebut dan bendungan pengelak
dibuat dengan material berukuran kecil yang mudah hanyut oleh aliran air sesuai
dengan kemajuan pekerjaan penutupan.
b) Terutama pada sungai lebar atau dalam, tanggul penutup dapat digabungkan
menjadi bagian dari profil bendungan pengelak. Hal ini tidak selalu merupakan
penyelesaian paling baik karena daerah bendungan pengelak mungkin tidak sesuai
untuk penutupan (misalnya air terlalu dangkal) dan menimbulkan kesulitan terhadap
sifat kekedapan air pada penggunaan material berukuran besar. Selanjutnya
alinyemen terbaik untuk penutupan tidak selalu tegak lurus pada aliran sungai.
c) Laju penumpukan material yang tinggi akan sangat bermanfaat dan sebaiknya
dilengkapi dengan jalan masuk yang mudah. Keberadaan penutup dalam waktu yang
lama akan berbahaya pada tahap-tahap tertentu untuk penutupan horisontal atau
pada waktu mendekati penyelesaian untuk penutupan vertikal.
Uji model harus dibuat dengan mempertimbangkan parameter-parameter berikut:
geometri sungai, rapat massa, ukuran dan bentuk material, kecepatan penutupan,
pembongkaran bendungan pengelak, kemungkinan tidak ratanya penyebaran material
(terutama pada penutupan horisontal). Kemungkinan kerusakan blok-blok besar tidak

9 dari 28
RSNI0 6456.2:200x

nampak dalam uji model. Bagi penutupan besar akan lebih membantu jika menggunakan
uji model yang menggambarkan penutup selama pelaksanaan dengan memperhatikan
pengukuran dan pengamatan terakhir.
Perlu diperhatikan dalam kenyataan bahwa pengujian umumnya untuk aliran maksimum
yang dikehendaki. Adapun suatu penutupan kadang-kadang menemui kesulitan jika
terjadi penurunan aliran, baik karena berkurangnya tebal air sehingga timbul aliran kritis
lebih awal maupun pada suatu keadaan dimana tekanan air maksimum menjadi lebih
besar pada aliran-aliran rendah (pada bangunan pengelak dengan ambang tinggi)
Uji model dengan menggunakan air yang relatip bersih akan memberikan keleluasaan
untuk pengawasan bagi penutupan horisontal mungkin lebih sulit dilakukan pada
prototipe.
Jika telah dipilih suatu cara penyelesaian, keamanannya lebih ditekankan berdasarkan
pada kepekaan perubahan sifat (tinggi tekanan, energi, aliran/m) dari pada dengan batas
ukuran material. Misalnya: suatu penambahan untuk aliran atau tekanan air, mungkin
beberapa kasus hanya memerlukan penambahan sejumlah material yang sama atau
sejumlah kecill balok-balok besar yang dipergunakan sebagai tindakan pencegahan,
sedangkan pada kasus yang lain akan menyebabkan kerusakan tanggul. Berdasar
analisis kepekaan tersebut (yang dapat juga dipelajari dengan uji model) dapat
ditentukan pilihan diantara beberapa cara teknis penyelesaian.
Perlu dibuat perhitungan kasar tentang biaya dan waktu pelaksanaan bagi berbagai
alternatif rencana bangunan pengelak untuk berbagai besaran aliran guna mendapatkan
optimisasi yang menyeluruh. Untuk mendapatkan perkiraan metode penutupan serta
karakteristiknya perlu dipelajari secara rinci dan diuji dengan model. Optimisasi harus
memperhatikan keterkaitan program keseluruhan sekiranya periode penutupan
diperpanjang hingga melampaui musim kering.

4.5 Ringkasan metode penutupan sungai


Laju pekerjaan penutupan vertikal memerlukan material berukuran agak kecil (diameter
ekivalen = 1/3 tinggi tekanan air) asal sungai cukup dalam dan kondisi hidrauliknya jauh
dari aliran kritis atau super kritis jika terjadi aliran kritis, berat satuan material yang
diperlukan dikalikan mungkin kelipatan 10.
Pada penutupan horisontal atau pada tahap akhir penutupan vertikal, material yang
dipergunakan dapat berukuran besar dalam jumlah minimum atau berukuran jauh lebih
kecil dengan jumlah yang jauh lebih besar (lereng landai).
Jika material kuari mudah diperoleh, maka harga kuari lepas rendah untuk ukuran
sampai 500 atau 1000kg. Batu timbun terseleksi lebih mahal dan sulit didapat untuk berat
satuan di atas 2 atau Ston, terlebih jika hanya material besar yang diperlukan. Harga
beton per m3 hampir sama untuk blok-blok besar (20 sampai 30ton) atau untuk blok-blok
kecil. Hal ini menjelaskan mengapa ketika menggunakan material kuari, terutama
material kzrari lepas, diperkenankan penggunaan material dalam jumlah besar,
sedangkan jika menggunakan beton perlu pembatasan jumlah volume dengan
penggabungan berat satuan yang besar.
Pertimbangan ekonomis ini dapat menjelaskan perkembangan penutupan selama 25
tahun terakhir (periksa Tabel 1.)
Penutup dengan tekanan air terakhir di bawah 3 m sebagian besar dicapai dengan
tanggul tunggal cara vertikal menggunakan material kuari, kecuali untuk penutupan
dengan tinggi tekanan air kecil (kurang dari 1 m) dibuat dengan material lunak dan juga
dengan material pengerukan. Jika jumlah besar material dapat diterima, seluruh penutup
sampai 2 m akan dicapai dengan kuari lepas dibatasi sampai 0,5 atau 1 ton. Jika
tekanan melampaui 1,5 atau 2 m lebih baik atau perlu digunakan blok-blok besar sampai
5 ton pada akhir penutupan sungai.
10 dari 28
RSNI0 6456.2:200x

Untuk penutupan lebih dari 3 m, dapat dilakukan salah satu dari tiga jenis penyelesaian
di bawah ini :
a) Penutupan cara vertikal dengan tanggul tunggal menggunakan blok-blok sangat
besar dan umumnya blok beton pada tahap akhir. Rupanya tekanan air pada
penutupan seperti tersebut di atas pada aliran besar tidak pernah lebih besar dari
Sm, ukuran maksimum blok adalah 30ton untuk beton (kadang-kadang 2 atau 3
dihubungkan dengan kabel) dan untuk batuan 15 - 20 ton.
b) Penutup horisontal menggunakan batuan urug terseleksi atau blok beton. Meskipun
secara teori dimungkinkan untuk dilampaui, tinggi tekanan air maksimum dalam
penyelesaian ini harus di bawah 4 m dengan batu urug dan kira-kira 5 m dengan blok
beton. Penutup semacam itu sudah tidak dibuat sejak 10 tahun yang lalu.
c) Penutup vertikal ganda membagi tekanan air atas 2 atau 3 tanggul dan membatasi
tekanan air untuk masing-masing tanggul sampai 3 m. Penyelesaian ini akan menjadi
yang paling baik untuk waktu yang akan datang, mengingat material yang diperlukan
umumnya murah, penutupan sampai dengan 5 m sangat mudah dilaksanakan
dengan 2 tanggul, dan penutup jauh lebih tinggi (sampai 10 m) akan aman dilakukan
dengan 2 sampai 3 tanggul didepannya.

5 Bendungan pengelak
5.1 Tinjauan umum
Meskipun pada dasarnya kegunaan bendungan pengelak atau bendungan itu sama, akan
tetapi persyaratan pelaksanaan, pengoperasian dan pendeknya umur bendungan
pengelak memiliki banyak perbedaan dari kedua tipe bangunan tersebut.
Beberapa persyaratan yang lebih berat bagi bendungan pengelak adalah :
a) Waktu pembangunan lebih pendek meskipun untuk bendungan pengelak yang tinggi
dan kerap kali berada pada musim yang telah ditetapkan apabila kondisi cuaca tidak
menguntungkan untuk pekerjaan tertentu.
b) Kesulitan atau ketidak mungkinan dilakukan pengeringan pondasi.
c) Kadang-kadang dibangun di tempat yang sempit dan kesulitan untuk jalan masuk.
d) Konstruksi atau pengoperasiannya pada suatu aliran deras.
e) Desain limpasan atau berisikonya lebih tinggi; jika umur bendungan pengelak 1%
atau 2% dari umur bendungan, banjir rencananya sampai pada kisaran 20 tahun dari
pada kira-kira 10.000 tahun untuk sebuah bendungan permanen.
f) Tidak mungkin melakukan pengontrolan pada waktu pengisian reservoir.
Beberapa persyaratan yang lebih menguntungkan untuk bendungan pengelak tetapi tidak
dapat diterima pada bendungan permanen :
a) Pengamatan, pemeliharaan. dan penguatan bendungan pengelak lebih mudah
karena ketersediaan fasilitas di lapangan.
b) Gerakan gerakan yang lebih besar dan laju rembesan yang lebih tinggi sampai
beberapa m 3/dt dapat diterima pada bendungan pengelak, meskipun mahal untuk
bendungan permanen rembesan sekitar 0,1 m 3/dt sudah terlalu tinggi, sekalipun hal
ini tidak selalu dibuktikan.
c) Dalam diskusi dengan para kontraktor atau perusahaan yang ditunjuk untuk
pelaksanaan pekerjaan tersebut, penyelesaiannya selalu menitik beratkan pada
faktor yang lebih ekonomis baik dalam perencanaannya maupun dalam

11 dari 28
RSNI0 6456.2:200x

pelaksanaannya dengan memanfaatkan peralatanperalatan yang tersedia dan


persyaratan-persyaratan yang terencana;
d) Umur yang pendek pada bendungan pengelak membenarkan dengan penggunaan
material seperti baja bukan tahan karat, lembaran plastik kedap air atau filter, dan
lain-lain yang biasanya tidak diperkenankan untuk bendungan permanen;
e) Pada umumnya kerusakannya kecil yang ditimbulkan oleh kegagalan tetapi untuk
bendungan pengelak yang tinggi dengan tandon air besar kegagalannya dapat
berakibat fatal bagi lembah di bagian hilir.
Ada banyak variasi desain bendungan pengelak terutama untuk yang bertekanan air
rendah karena disesuaikan dengan material setempat dan peralatan yang tersedia
(kurangnya peralatan). Perencanaan bendungan pengelak lebih disesuaikan dengan
pengalaman serta fasilitas bangunan setempat khususnya ketersediaan material pada
lokasi berdasarkan pada pendekatan teori stabilitas; misalnya, dalam permasalahan yang
sama dapat di atasi dengan membangun krib, turap bentuk sel, ikatan jerami dan
bronjong kayu, tergantung pada daerah tersebut, atau bendungan pengelak urugan batu
dengan lapisan kedap air di bagian hulu dari lempung yang ditempatkan di bawah air.
Kondisi tersebut di atas lebih memberikan kesempatan untuk perencanaan yang
imajinatif serta pengembangan solusi-solusi baru yang kemudian dapat digunakan untuk
bangunan permanen. Persyaratan tersebut tidak selalu dapat diterapkan apabila
bendungan pengelak dijadikan bagian dari bendungan utama, akan tetapi untuk
menghindari penundaan-penundaan yang tidak perlu, perencanaan umum harus sering
memasukkan spesifikasi yang tidak mengikat pada bendungan pengelak.
Sejarah bendungan pengelak selama dua puluh tahun terakhir digolongkan sebagai
berikut :
a) Tinggi bendungan pengelak semakin bertambah dan sejumlah proyek sekarang
menggunakan tinggi 50 m sesuai dengan pertambahan kedalaman akibat kerusakan
sungai dan atau sesuai dengan beda tinggi tenaga sampai 20 atau bahkan 30 m
antara elevasi muka air maksimum di hulu dan hilir yang sering terjadi selama
pelaksanaan bendungan.
b) Sudah terjadi limpasan pada semua jenis bendungan pengelak, dengan atau tanpa
kerusakan, dan pengalaman dalam hal-hal yang terkait dengan pekerjaan tersebut
merupakan hal yang menarik.
Laporan semacam ini untuk menghindari kajian yang mendalam bagi semua jenis
bendungan pengelak, dan hanya untuk merujuk kepada desain serta persyaratan
konstruksi bendungan pengelak tinggi dan untuk limpasan pada bendungan pengelak.
Pengamatan utamanya ditujukan pada bendungan pengelak bagian hulu yang paling
tinggi tetapi umumnya juga dikenakan pada bendungan pengelak bagian hilir (perlu
dicatat bahwa beban pada bendungan pengelak tersebut berbeda-beda pada keadaan
operasi normal dan ketika terjadi limpasan).

5.2 Tipe bendungan pengelak


5.2.1 Bendungan pengelak beton atau pasangan batu
Bendungan pengelak berskala kecil sering menggunakan konstruksi tipe gravitasi, yang
mempunyai keuntungan sanggup menerima limpasan. Bagi yang berskala menengah dan
tinggi, tipe konstruksi ini tidak menguntungkan dari segi biaya dan waktu.
Penggunaan bendungan pengelak tipe busur telah berhasil baik dengan suatu desain
yang sangat mirip bendungan busur permanen ketika dipergunakan pada bangunan
berpola tunggal atau merupakan bagian besar dari keseluruhan pengaman melingkar
untuk satu tahap dari yang berpola banyak.

12 dari 28
RSNI0 6456.2:200x

Pengalaman di Kariba sangat menarik dengan bendungan pengelak yang tingginya


mencapai 40 m.
Untuk mempercepat pelaksanaan, desainnya lebih sederhana dibanding konstruksi
permanen baik mengenai geometrinya (sering digunakan busur berlingkar vertikal)
maupun penanganan sambungannya. Sebagian dari pondasi dibangun di bawah air (misal
dengan colcrete atau pembetonan di bawah air antara dua dinding tirai dan diperbaiki
dengan grauting), namun yang sangat perlu diperhatikan bahwa pondasi yang menerima
gaya busur utama harus dipasang dengan baik, karena kerusakan bendungan pengelak
tipe busur dapat lebih cepat daripada tipe urugan dan tentunya menimbulkan resiko yang
lebih besar bagi kehidupan manusia.

5.2.2 Bendungan pengelak urugan batu atau urugan tanah


Solusi yang biasanya digunakan untuk bendungan permanen tidak mungkin langsung
diterapkan pada bendungan pengelak karena kurangnya waktu dan kadang-kadang
mustahil untuk dilakukan pematusan. Ada keuntungan dengan menggunakan material
yang hanya memerlukan sedikit persiapan dan atau persyaratan-persyaratan longgar dan
desain bangunan yang memperkenankan penurunan lebih besar serta memungkinkan
adanya rembesan. Dengan demikian dapat dihindari persiapan yang lama dan biaya
yang mahal pada pekerjaan pondasi. Namun, bukan merupakan peraturan mutlak jika
bendungan pengelak dibangun pada saat kering (selama musim debit kecil dan dengan
perlindungan dari bendungan pengelak pendahuluan yang kecil) menurut desain
bendungan kecil.
Bendungan urugan batu dengan membran di hulu hampir tak pernah digunakan karena
pemasangannya memakan waktu yang sangat lama dan kesulitan dalam pelaksanaan
kaki pondasi hulu untuk membran.
Penempatan inti lempung atau urugan dengan spesifikasi dan pemeriksaan kadar air
yang tepat (terutama jika persediaan bahan timbun terletak di daerah basah) akan
mengalami kesulitan jika harus dikerjakan dalam waktu yang singkat. Demikian juga
penempatan dengan laju yang tinggi dan jumlah yang besar untuk material filter yang
canggih memerlukan persiapan tempat pengolahan yang tidak selalu tersedia di awal
pekerjaan.
Berdasarkan alasan tersebut di atas, untuk mencapai kekedapan pada bendungan
pengelak urugan sedang sampai tinggi dilakukan sebagai berikut :
a) apakah dengan inti lempung dipasang di bawah air sebagaimana kebanyakan
material-material transisi dan urugan (lebar inti berada pada kisaran tinggi
bendungan pengelak). Ada sejumlah contoh di Brasil dengan inti miring di hulu
(Tucurui) atau inti sentral (Itaipu), dan yang terakhir ini merupakan solusi yang lebih
baik apabila diperlukan pembersihan ekstensif dan perlakuan menyeluruh pada
pondasi bawah air.
b) atau dengan diaphragma sentral yang dibangun di tempat kering atau di bawah air
selama atau setelah pengurugan, seperti diaphragma beton (pondasinya dapat
dibuat di air dangkal), contohnya di Cina yaitu bendungan Loyangxia dengan tinggi
SSm. Inti tipis dari semen tanah plastik sudah dipakai pada bendungan permanen di
Jerman (Foermity dan Frau) dan India (Mula) juga sangat menarik dipakai sebagai
bendungan pengelak. Inti dari bahan beraspal (kerapkali digunakan untuk
bendungan permanen dengan tinggi yang sama) rupanya tidak digunakan untuk
bangunan bendungan pengelak.
Dinding turap pancang dapat dihubungkan dengan batuan dasar di tempat kering atau
sebagian alternatif di dalam air (kemungkinan dilengkapi dengan grauting). Bendungan
pengelak dengan tinggi 45m dapat menggunakan cara tersebut seperti yang dikerjakan di
Cabora Bassa. Diaphragma paritan yang awalnya digunakan terutama pada bagian

13 dari 28
RSNI0 6456.2:200x

pondasi, kemudian digunakan untuk bagian atas dari sejumlah bendungan dan
bendungan pengelak.
Injeksi tirai dapat digunakan pada urugan batu yang mula-mula dipasang dua injeksi tirai
pada tekanan rendah, injeksi selanjutnya di antara keduanya dengan tekanan tinggi.
Cara ini diterapkan untuk bendungan pengelak (bendungan) yang dibangun hanya
dengan massa urugan batu dan injeksi tirai. Pilihan ini baik untuk dipertimbangkan dalam
beberapa hal terutama untuk alasan program.
Apabila bendungan pengelak dibangun di atas lapisan material halus yang cukup tebal,
dinding tirai kedap air kadang-kadang ditambahkan dengan memasang sumur-sumur
pembuang yang dalam di bagian hilir.

5.2.3 Bendungan pengelak tipe lain


Solusi dengan turap panjang bentuk sel tanah dengan perkuatan tanah dapat digunakan
sebagai pilihan penggunaan gabungan konstruksi beton dengan urugan tanah atau
urugan batu. Kadangkadang konsep desain terlalu dibatasi oleh klasifikasi yang
disederhanakan antara konstruksi beton menyatu dengan tanggul urugan.
Gabungan pasangan batu kosong dengan urugan batu telah berhasil diterapkan di Cina
dimana diperlukan limpasan dipuncak bendungan dengan debit kecil. Untuk alasan yang
sama bendungan pengelak rollcrete yang belum diklasifikasikan sebagai bendungan
beton, akan menjadi salah satu pilihan yang baik dimasa mendatang. Meskipun
perilakunya mirip dengan ciri-ciri bendungan beton, metode konstruksinya lebih
mendekati bendungan urugan dan strukturnya harus di desain sesuai dengan biaya.
Kajian tentang material ini sedang diikuti perkembangannya oleh commitee technical
untuk material bendungan beton.
Rollcrete mempunyai karakteristik yang mirip dengan beton. Kadar semennya agak
rendah (kerap kali kurang dari 100 kg/m 3) dan metode konstruksinya mirip dengan
tanggul urugan. Secara keseluruhan biaya satuan konstruksi ini akan berkisar antara
50% dari biaya bendungan beton dan kira-kira 5 kali dari keseluruhan biaya satuan
tanggul urugan.
Beberapa keuntungan dengan rollcrete antara lain; sedikitnya pengolahan material,
pencucian material, penyaringan yang rumit dan pendinginan rollcrete yang biasanya
tidak diperlukan, pembangunannya lebih singkat dan mampu menerima limpasan selama
dan setelah pelaksanaan. Bagian dari pondasi mungkin dilaksanakan di bawah air
dengan beton bawah air atau colcrete dimana jumlahnya dibatasi. Suatu desain gravitasi
harus menggunakan material alami yang tersedia seperti pada tanggul urugan. Sebagai
contoh; akan lebih hemat memakai rollcrete lebih dari 20% jika dapat digunakan agregat
alami yang tak diolah, daripada dengan material yang mungkin lebih mahal. Desain dan
konstruksi sistem drainasi dapat lebih dekat tanggul urugan dari pada untuk bendungan
beton gravitas. Meskipun desain struktur gravitas merupakan salah satu pilihan menarik
untuk rollcrete di sepanjang lapisan daripada yang dipakai untuk bangunan beton, desain
lainnya dapat dipertimbangkan dan material yang relatif masih baru ini akan memberikan
hasil yang baik dalam solusi-solusi baru yang mematuhi desain dan konstruksinya.
Meninggikan bendungan tanpa mengosongkan reservoir, sehingga tidak mengganggu
pembangkitan tenaga listrik memerlukan suatu penanganan yang sangat khusus untuk
menjamin agar sungai betul-betul terkendali selama pekerjaan berlangsung. Sekat
terapung merupakan solusi yang digunakan dengan berhasil pada peninggian bendungan
Guri di Venezuela dan bendungan Chief Joseph (USA)

5.3 Limpasan pada bendungan pengelak


Kemungkinan terjadinya limpasan pada bendungan pengelak harus dipertimbangkan
karena bendungan pengelak tersebut mungkin lebih murah boleh terjadi daripada

14 dari 28
RSNI0 6456.2:200x

menyediakan bangunan pengelak berlebih dan juga karena banjir desain untuk
bendungan pengelak hampir selalu rendah (periode ulang 10 sampai 100 tahun) di
samping itu perlu menghindari kerusakan berlebihan pada kejadian banjir yang lebih
dahsyat.
Untuk proyek yang sangat besar seperti Tucurui - Brasil atau Longyangma (sungai
Yellow River China) memerlukan bangunan pelengkap darurat untuk dapat mengatasi
adanya banjir besar yang terjadi selama pelaksanaan. Meskipun telah banyak kajian-
kajian teori, teruji model dan prototipe sudah dilaksanakan atau dibangun pada 15 tahun
terakhir ini, akan tetapi banyak kegagalankegagalan pada bendungan akibat kurang
cukupnya pengalaman atau perencanaan yang tidak memadai. Analisis penyebab
kegagalan ini seperti juga halnya tentang keberhasilan pekerjaan dan penggunaan
aturan pengamanan yang tepat, bagaimanapun harus terarah pada pemilihan solusi-
solusi yang ekonomis dan dapat diandalkan untuk masa mendatang. Bendungan
pengelak yang dapat dilimpasi biasanya diperuntukkan pada debit yang lebih rendah dari
limpasan pada bendungan permanen selama perbedaan tekanan air diantara 10 dan 30
m untuk terowong pengelak atau konduit dan kurang dari 10 m untuk tinggi saluran
pengelak atau pengelakan dua tahap. Suatu keuntungan membagi tinggi tekanan antara
bendungan pengelak hulu dan hilir selama pelimpasan. Tinggi tekanan bervariasi dari 30
m sampai 2 m dan solusi yang berkaitan akan sangat berbeda. Aliran spesifik atau aliran
per meter pada ambang agak rendah (antara 5 sampai 20 m 3/dt per meter) tetapi untuk
sungai-sungai besar dapat mencapai 50 sampai 100 m 3/dt per meter.

5.3.1 Limpasan pada bendungan pengelak beton atau bendungan pengelak


rollcrete
Tipe bendungan pengelak ini, seperti bangunan permanen sejenis, umumnya sesuai
untuk dapat menerima limpasan. Untuk jenis rollcrete, kurang penerapan dengan
prototipe yang mempunyai aliran berkecepatan tinggi. Hasil uji model memuaskan dan
dalam perencanaan untuk debit dengan periode panjang harus ekonomis untuk bagian
pelimpah yang paling terbuka yang dilapis dengan beton konvensional (untuk kecepatan
mencapai 20 m/dt)
Sebagaimana pada pelimpah permanen, harus juga dicegah terjadinya erosi di hilir,
terutama pada tebing, dan pada aliran spesifik yang tinggi, erosi di bawah muka air di
hilir, meskipun pada batuan akan mendekati suatu kedalaman hampir sama dengan beda
tinggi tekanan. Erosi akibat debit yang melewati hulu bendungan pengelak untuk kondisi
tertentu dapat merusakkan bendungan yang sedang dibangun.

5.3.2 Limpasan pada bendungan pengelak urugan batu.


5.3.2.1 Umum
Masalah sambungan dengan tebing menjadi masalah sangat penting dalam setiap desain
seperti masalah hidraulika yang timbul karena meningkatnya kecepatan dan turbulensi
demikian juga masalah mekanis. Untuk itu lebih baik membatasi limpasan di bagian
tengah bendungan pengelak.
Desain kaki hilir bendungan juga agak rumit karena pelindungan permukaan berbeda
dengan pelindungan lereng utama meskipun keduanya berhubungan. Akibat lain yang
harus mendapat perhatian adalah adanya benda-benda terapung (pohon, bambu dll.),
yang tidak boleh diremehkan.
Uji model mungkin sangat berguna tetapi harus dilakukan dengan pembangunan dan
harus digunakan dengan hati-hati karena :
a) sulit menirukan urugan batu karena granulometri blok, bentuk, pengepakan dan juga
permeabilitasnya. Kondisi hidraulika yang anisotrop pada ptototip urugan batu yang

15 dari 28
RSNI0 6456.2:200x

dipadatkan juga sulit untuk ditirukan dalam bentuk model, begitu juga alur rembesan
pada bagian dalam dan hasil pengujian akan menyimpang jauh.
b) kemiringan-kemiringan di prototipe tidak setepat seperti di model.
c) pengaruh-pengaruh mekanik yang berhubungan dengan pondasi, ayakan dan
penulangan baja biasanya tidak dimunculkan di dalam model dan sejumlah
kegagalan baru di prototipe belum pernah diamati di model.
Apabila tinggi bangunan pengelak terbatas, desain untuk dilimpahi dengan menggunakan
sel turap pancang, turap vertikal dengan anker atau tanah diperkuat. Akan tetapi contoh
bendungan pengelak semacam itu tidak banyak dikenal, mungkin karena pertimbangan
biaya atau sulitnya menjamin keamanan pondasi atau perlindungan dasar sungai di
bagian hilir.
Desain lereng hilir bendungan pengelak yang dapat dilimpasi biasanya sama atau lebih
landai dari lereng hilir bendungan pengelak yang tidak dilimpasi. Tiga solusi untuk
pelindungan lereng hilir yaitu : urugan batu yang berkualitas baik atau blok -blok beton pra
cetak, urugan tanah yang diperkuat, dan lapisan beton.

5.3.2.2 Urugan batu yang berkualitas baik atau blok beton pra cetak
Banyak teori dan uji model telah digunakan dalam desain pelindung urugan batu yang
berkualitas baik dan telah diusulkan sejumlah rumus.
Apabila beda tinggi tekanannya besar, rumus atau pengujian tersebut menunjukkan
bahwa kebanyakan blok-blok dengan diameter ekivalen "d" dan rapat massa "p" dapat
menahan gaya seret akibat kecepatan air yang tinggi sepanjang jarak "L". Energinya
ekivalen dengan aliran spesifk "q" dengan tinggi tekanan total "H" yang berarti beraliran
spesifik yang dapat diterima akan bertambah apabila kemiringan lereng hilir "i" (H/L)
berkurang dan ketika diameter serta rapat massa blok bertambah.
Belum ada rumus yang secara tepat dapat menggambarkan permasalahan yang sangat
kompleks akibat dari pengaruh turbulensi lokal, pencampuran udara, pengepakan blok
dll. Salah satu rumus yang paling sederhana (memberikan perkiraan kasar) adalah
sebagai berikut:
qi  kd 3 / 2   1
dimana k konstan dan bervariasi sesuai dengan pengepakan blok-blok dan kekasaran
lereng hilir (kekasaran lereng dapat memusatkan aliran yang membahayakan dan
meningkatkan turbulensi) Dengan asumsi nilai k dari 0,1 sampai 0,25 (masih layak)
kepadatan urugan batu sekitar 3 ton dapat menahan aliran spesifik maksimum berkisar
dari 0,5 hingga 1 m 3/dt untuk kemiringan lereng hilir 3:1. Berdasar stabilitas tanah pada
umumnya, kemiringan lereng tanggul urugan dengan limpasan yang besar tidak boleh
lebih dari 1,5:1 atau 2:1 dan nampak bahwa pelindung urugan batu mempunyai nilai
terbatas, sehingga penghematan biaya tidak seimbang dengan biaya pelindungan
tersebut dan diterapkannya lereng hilir yang lebih landai.
Bendungan Laughing Jack di Australian (lereng hilir 1,3:1) telah menerima aliran 1 m 3/dt
per m, beda tinggi tekanan 12 m dan sebagian besar debit lewat urugan bendungan.
Sebaliknya di bendungan Qros di Brasil limpasan aliran spesifik kurang dari lm 3/dt per m
telah menghancurkan timbunan, sebagaimana juga dengan bendungan Hell Hole dimana
tinggi tekanannya sampai 30 m dan erosi yang terus-menerus mengurangi penampang
lintang dan menyebabkan limpasan (hal demikian telah dimengerti tetapi bendungan ini
tidak didesain untuk menerima limpasan).
Menurut teori, dengan beton pracetak 20 ton akan memungkinkan aliran yang diijinkan 2
atau 3 kali lebih besar namun biayanya akan meningkat tajam, sehingga secara
ekonomis dipilih desain alternatif.

16 dari 28
RSNI0 6456.2:200x

Kesimpulannya, tidak disarankan penggunaan blok pelindung untuk bendungan pengelak


yang menerima beda tinggi tekanan yang besar maupun debit aliran yang besar. Namun
bila dimungkinkan, dengan biaya rendah, perlu memilih batuan terbesar sewaktu
penambangan dan menempatkannya di lereng hilir. Dengan demikian ada tambahan
pada batas kemampuan untuk bagi gelombang dan untuk membatasi limpasan.
Akibatnya penggenangan air naik satu atau dua meter, dengan memberikan kenaikan
kapasitas tampungan banjir dan kapasitas debit aliran melalui bangunan pengelak. Untuk
pelimpahan yang tinggi, aliran spesifik maksimum yang ditentukan oleh kecepatan
maksimum yang diijinkan pada lapisan blok yang bersangkutan. Permasalahan jadi jauh
berbeda pada tekanan air pelimpahan rendah, ketika kecepatan maksimumnya
ditentukan oleh tinggi tekanan air, lebih kecil dari kecepatan maksimum yang dapat
diterima oleh blok-blok. Karena pengadaan lereng landai dengan tekanan air rendah
tidak mahal, setiap aliran spesifik dapat diterima oleh pelapisan blok, dimana diameter
ekivalen blokblok tersebut kira-kira 50% dari tinggi tekanan air untuk lereng diantara 2 :l
atau 3 : 1. Hal ini berarti bahwa 2 - 3 ton batuan urugan berkualitas baik dapat menerima
tekanan air total 3 m dan 20 ton blok beton untuk sekitar 5-6 m tinggi tekanan air total.
Pelindung semacam ini tampak memiliki stabilitas jangka panjang dan secara tepat dapat
ditentukan melalui uji model. Pengalaman pada pemecah gelombang di laut dapat
menyediakan data yang berguna untuk desain-desain serupa.
Pelindung urugan batu sebesar 3 - 5 ton pada bendungan pengelak hulu di Cabora
Bassa telah menyangga aliran spesifik 50 m 3/det dengan tinggi tekanan air di bawah 3-4
m, meskipun uji model menunjukkan kerusakan pelindungan tersebut pada tinggi tekanan
melebihi 4 m. S sistem serupa juga diterapkan di Bendungan Laroux di Afrika Selatan
dengan material serta tekanan air lebih kecil. Pada kedua kasus tersebut bendungan
yang dapat tererosi dengan ketinggian beberapa meter di atas bendungan pengelak hulu
menambah beda tinggi muka air sebelum teijadi limpasan (pemecahan masalah ini dapat
dipertimbangkan pada beberapa kasus).
Meskipun tinggi tekanan yang dapat diterima cukup rendah namun dengan memisahkan
bendungan pengelak hulu dan hilir desain yang ekonomis dapat dicapai untuk jumlah
tahapan pekerjaan 2 tahap.

5.3.2.3 Urugan batu diperkuat


Urugan batu diperkuat digunakan untuk mencegah kerusakan karena erosi atau
rembesan yang terpusat ketika dipergunakan anker panjang dalam penempatan
pelindung luar dan guna menjamin kestabilan lereng hilir tanggul terhadap longsoran.
Desain stabilitas urugan batu diperkuat serupa dengan urugan batu tanpa perkuatan
pada bendungan yang dapat dilimpasi air. Kestabilan pelindung yang terbuka dan dapat
dilepas karena kecepatan tinggi merupakan yang sulit ditetapkan dengan teori atau
percobaan-percobaan, karena kerusakannya sering disebabkan oleh perpindahan
material halus dan getaran tulangan baja yang sebagian besar tergantung pada desain
rinci dan pelaksanaan yang baik. Pembatasan kecepatan untuk pelindung ini ( antara 10
dan 15 m/det) tidak dapat ditentukan dengan tepat dan sangat bervariasi seperti yang
diterangkan di atas.
Pengalaman pekerjaan pada bangunan yang sudah dilimpasi merupakan hal penting dan
laporan Australia merupakan laporan yang berharga karena meliputi sebagian besar
contoh-contoh dan gambaran perkembangan desain rinci dan besarnya aliran yang dapat
diterima. Sejumlah bangunan tersebut sudah dilaksanakan dimana konsekuensi
terjadinya kerusakan secara umum telah dibenahi. Perbandingan antara yang berhasil
dan yang rusak merupakan kunci dalam desain mendatang.
Dari sekitar 20 bangunan yang sudah dilimpasi, 10 buah di antaranya dengan aliran
spesifik yang sangat besar, 5 buah sudah hancur atau rusak berat tetapi mempunyai
alasan untuk dihindari pada masa mendatang (sambungan dengan tebing, bagian lereng

17 dari 28
RSNI0 6456.2:200x

yang tidak dilindungi, urugan batuan yang meluncur pada anyaman dan merusakkannya).
Pengaruh benda terapung terutama oleh pohon-pohon besar merupakan resiko yang
tidak dapat dihindari. Berdasar pengalaman pelaksanaan dan pengoperasian di atas
kebanyakan desain memilih lereng yang agak curam (1,3:1 atau 1,5:1) dengan 50 kg
baja per m 2 dimana ± 25% berupa anyaman, 25% merupakan batang memanjang
(biasanya 3 atau 5 x 20 mm batang per meter) dan 50% berupa panjang anker yang
jumlahnya semakin meningkat.
Cukup beralasan dan sangat memungkinkan untuk menerima aliran spesifik dari 10
sampai 15 m 3/det per meter bagi tinggi jatuh yang besar (pada bendungan Googang
mempunyai tinggi jatuh 20m), dan aliran spesifik yang jauh lebih besar jika kecepatan
yang diijinkan ditetapkan oleh tinggi tekanan bukan oleh debit aliran (kemungkinan di
bawah 10 m). Sepertinya tidak ada bangunan yang mampu menahan kecepatan lebih
dari 15 m/det atau mampu menahan pelimpasan dengan kecepatan di. atas 10 m/det
pada waktu yang lama.
Peningkatan kerusakan pada struktur jenis ini lebih banyak dari pada bendungan
pengelak urugan batu tanpa perkuatan; kerusakan ini akan mengurangi debit puncak
aliran bagian hilir (hal ini telah diperhitungkan dalam proyek Revelstock di Canada).
Penggunaan jenis bangunan demikian dengan biaya yang murah dan mudah
dilaksanakan harus ditingkatkan untuk masa mendatang (khususnya pada lokasi
terpencil). Desain rinci dan pelaksanaan yang baik perlu dijamin, dan juga untuk
membatasi aliran spesifik pada tinggi tekanan air yang besar dan menghindari sampah
terapung yang banyak.
Penggantian puncak dengan lapisan rollcrete akan menguntungkan secara konstruksi
maupun operasional. Perencanaan blok beton pracetak khusus untuk pelindung luar dan
penjangkarannya akan merupakan suatu solusi yang baik untuk kecepatan-kecepatan
tinggi, asal saja antisipasi rembesan melalui blok-blok beton ini sama dengan rembesan
melalui urugan batu.

5.3.2.4 Pelapisan beton


Kurangnya pengalaman pelapisan beton dikarenakan oleh banyaknya pelapisan lain
yang lebih murah telah digunakan (mungkin agak optimis) atau karena dianggap
penempatan bangunan kaku di atas timbunan tanggul untuk waktu lama tidak dapat
diterima (yang juga sudah menghambat pelaksanaan lapisan lereng hulu dengan beton
bertulang kedap air). Adapun keuntungan pelapisan ini dapat menahan aliran spesifik
yang sangat besar walaupun dengan tekanan yang tinggi, sehingga biaya pelimpahan air
per m 3/det masih dapat diterima.
Sedikitnya 4 (empat) proyek yang telah berhasil dan menjadi acuan:
a) Bendungan Meak's Canyon, USA (tinggi 46m)
b) Bendungan Riley's Creek, Australia (tinggi 15 m), tebal beton 0,15 m; aliran spesifik
= 5 m 3/s/m
c) Lereng hilir pada bendungan pengelak Cabora Bassa (tinggi 45 m tetapi hanya
dioperasikan dengan beda tinggi tekanan kurang dari 4 m pada 70 m 3/dt per meter
untuk beberapa bulan; tebal beton 2,5 m)
d) Bendungan pengelak Zhexi di China yang di desain untuk 25 m 3/det per meter
dengan perbedaan tinggi tekanan 20 m dan kenyataannya efektif untuk banjir
ekivalen dengan 10 In 3/det per meter.
Pada ke empat contoh tersebut di atas tidak ditemui adanya permasalahan.
Teori bendungan pengelak tersebut berbeda dengan blok-blok pelindung atau pelindung
dari urugan batu diperkuat, sebagaimana pelapisan diasumsikan kedap air dan rembesan

18 dari 28
RSNI0 6456.2:200x

melalui sambungan atau retakan dikumpulkan melalui drainasi di bawah urugan batu.
Dengan demikian stabilitas bangunan lebih mudah tercapai dan peng-anker-an di bagian
dalam tidak diperlukan. Keadaan kritis dari pelapisan yaitu timbulnya akibat retakan yang
besar, getaran dan sambungan yang tidak baik pada ujung kaki lereng hilir. Tendensinya
adalah memperkuat pelapisan ke arah memanjang dan menghindari atau menjaga
sambungan-sambungan melintang.
Karena beberapa alasan (getaran, pengurangan gaya angkat, pengaruh air , dalam
retakan atau sambungan), ketebalan pelapisan tersebut seharusnya tidak dikurangi
secara berlebihan pada debit besar atau kecepatan tinggi dan diperlukan penulangan
membujur yang kuat.
Meskipun belum ada pengalaman, penggunaan lapisan rollcrete untuk masa mendatang
merupakan pilihan yang baik, paling tidak untuk tekanan air yang rendah dan menengah.
Asalkan ketebalan pelapisannya cukup, diharapkan dapat menahan kecepatan air yang
tinggi dan aliran spesifik, juga dapat membatasi retakan, tidak peka terhadap
permasalahan getaran dan tekanan ke atas yang tidak terduga. Bahkan mungkin di masa
mendatang dapat di adopsi desain untuk bendungan pengelak jenis ini untuk tekanan air
yang tinggi.

5.3.2.5 Kesimpulan
Limpasan pada bendungan pengelak dapat diterima dengan baik untuk aliran spesifik
yang tinggi asalkan desain rincinya didasarkan pada pengalaman terdahulu; pemilihan
desain tergantung pada perbedaan tinggi tekanan total yaitu :
a) Urugan batu yang berkualitas sampai ±3m
b) Blok beton pracetak (20 ton) ±5-6m
c) Urugan batu diperkuat ± 10 m
d) Pelapisan beton bertulang ±30m
Selain itu, urugan batu diperkuat dapat digunakan untuk tinggi tekanan yang lebih tinggi
dengan aliran spesifik di bawah 10 sampai 15 m 3/det per meter. Pelapisan rollcrete tebal
juga baik digunakan namun harus dicoba lebih dahulu untuk tinggi tekanan kurang dari
10 m.
Pada kebanyakan kasus, karena biaya tidak tergantung pada aliran spesifik, kadang-
kadang lebih menarik mengkonsentrasikan limpasan pada bagian tengah bendungan
pengelak, hal ini juga untuk menghindarkan adanya kesulitan penyambungan dengan
tebing. Pada keseluruhan kasus, pemasangan pelindung pada pondasi lereng hilir harus
di studi dengan hati-hati.
Karena banyaknya pilihan desain dengan biaya rendah untuk tinggi tekanan rendah dan
panjang pelapisan, biaya pelindung per m 3/det per meter meningkat tajam dengan
meningkatnya tinggi tekanan; sehingga dalam banyak hal akan lebih murah jika
memisahkan beda tinggi tekanan antara bendungan pengelak hilir dan hulu meskipun
diperlukan tambahan volume urugan di hilir. Perbandingan biaya yang tepat antara
pelindung bendungan pengelak dan bangunan pengelak khusus harus dilakukan untuk
setiap kasus, tetapi dari sejumlah perbandingan, terlihat bahwa biaya pelapisan untuk
pelimpasan satu m3/det biasanya antara 10 dan 50 % dari biaya yang sudah termasuk
tambahan pada bangunan pengelak khusus.

5.3.3 Limpasan bendungan pengelak urugan tanah


Tersingkapnya tanah lunak secara langsung berhubungan langsung dengan aliran air
pada kecepatan sedang atau tinggi tidak diperkenankan, tetapi masalah limpasan air
pada bendungan pengelak urugan tanah pada prinsipnya tidak jauh berbeda dengan
bendungan pengelak urugan batu. Puncak dan bagian hilir bangunan yang dipengaruhi
19 dari 28
RSNI0 6456.2:200x

oleh limpasan adalah identik dengan bendungan pengelak urugan batu dan pada
dasarnya penanggulangannya serupa. Namun demikian, beberapa masalah yang perlu
mendapat perhatian khusus adalah : drainasi di bawah pelapisan beton, erosi pada
sambungan antara tanah atau urugan tanah transisi dengan urugan batu, serta
sambungan di puncak bendung antara pelapisan dengan inti. Jika urugan batu tidak
tersedia, pelindung dengan bronjong dapat dipertimbangkan untuk tekanan air rendah (di
bawah 5 m) sedangkan untuk tekanan lebih tinggi dengan pelapisan beton. Susunan
drainasi transisi yang memadai harus didesain dengan hati-hati, dan kemiringan lereng
yang diijinkan lebih datar daripada untuk bendungan pengelak urugan batu.
Ada beberapa pengalaman dengan pelapisan beton di Rusia yang pengembangannya
banyak dianjurkan. Kegagalan satu bendungan pengelak dari tanah sudah terjadi di
Australia, kemungkinan dikarenakan lapisan beton terlalu tipis dan tidak mencukupi untuk
sambungansambungannya.

6 Penutupan bangunan pengelak.


Penutupan akhir bangunan pengelak merupakan tahapan penting di dalam program
konstruksi dan harus direncanakan secara hati-hati. Sebelum semua pendapatan lahan
reservoir, waduk dibebaskan penduduk, dimungkinkan kembali instalasi konstruksi dan
bangunan sementara dibongkar, pekerjaan penutupan ini belum dapat dimulai.
Penutupan sungai harus dilakukan dalam syarat-syarat spesifikasi debit sungai, setelah
mendapat kepastian dari hasil kajian hidrologi yang menyatakan periode air rendah yang
paling menguntungkan.
Pengoperasian akan menjadi rumit dan sulit karena masalah-masalah jalan masuk.
Perencana harus dapat menetapkan kesulitan-kesulitan yang akan timbul misalnya :
balok-balok kayu yang terapung, benda-benda lain yang menghambat pelaksanaan
pekerjaan.
Pengoperasian akan lebih mudah jika ada dua terowong pengelak, karena jika salah satu
tetap dibuka sementara lainnya dapat ditutup.
Penutupan saluran pengelak dengan metode-metode fisik meliputi dinding baja dan
beton, balokbalok kayu besar atau bola-bola beton, dua deret stoplog beton dengan
beton curah diselanya, stoplog beton setengah lingkaran yang dijatuhkan di depan pintu
di hulu, dan panel saringan di bagian depan urugan batu yang dituangkan, kemudian
diikuti penempatan batu-batu yang lebih kecil, pasir dan lempung.
Segera setelah material tersebut berada ditempatnya, isian beton permanen dapat
dicurahkan dan kadang-kadang pintu kontrol dibongkar untuk digunakan di tempat lain.
Seperti yang sudah diterangkan, beberapa konduit pengelak dapat diubah menjadi
saluran permanen sesudah penutupan. Dalam hal ini, konduit harus memiliki pintu yang
dapat digunakan untuk penutupan akhir, sehingga dapat mengurangi pembiayaan dan
mempermudah pekerjaan. Beberapa hal khusus yang harus diperhatikan adalah : jika
suatu turap baja atau beton dipasang untuk menutup bagian bangunan pengelak, harus
betul-betul aman terhadap kemungkinan terangkat sebelum sumbat permanen
dicurahkan. Kerusakan karena kavitasi yang terjadi di Tarbela berkaitan dengan
permasalahan tersebut.
Berikutnya, bagian-bagian tetap pada pintu dan lain-lainnya, yang tertanam dalam beton
biasanya terbuka karena aliran turbulen selama beberapa tahun dan dapat mengalami
kerusakan sebelum penutupan. Lobang-lobang tersebut dapat terblokir dengan potongan
sisa beton atau baja atau reruntuhan yang hanyutk di sungai. Untuk alasan tersebut,
dengan hati-hati diberikan alternatif darurat seperti saringan logam yang di depannya

20 dari 28
RSNI0 6456.2:200x

urugan batu dapat dicurahkan agar tidak hanyut, dan disusul material yang semakin lama
semakin halus. Metode ini telah dilaksanakan pada bendungan Guri dan Kariba.
Karena biasanya penutupan dilakukan pada air yang mengalir, balok-balok stoplog atau
jenisjenis lainnya harus di desain dengan memperhitungkan adanya gaya angkat
hidrodinamis. Untuk proyek -proyek besar disarankan melakukan pengujian dengan
model.
Setelah penutupan, elevasi muka air akan naik dengan cepat, sehingga balok stoplog
dan lainlainnya harus didesain agar dapat menahan tinggi tekanan air pada elevasi
waduk saat penuh sebelum pekerjaan penutupan permanen selesai dikerjakan.
Kebutuhan air di hilir juga harus diperhitungkan sehingga selama pekerjaan penutupan
dilakukan, pengaturan pelepasan aliran sampai saatnya bangunan permanen mampu
menerima debit aliran.

7 Kecenderungan fasilitas pengendalian sungai


a) Pada sungai besar, lokasi dan pengaturan bangunan permanen harus
mempertimbangkan masalah-masalah pengendalian sungai selama pelaksanaan
pekerjaan, konstruksi bendungan beton lebih sesuai dibandingkan urugan batu dan
jauh lebih sesuai dibanding dengan urugan tanah. Penempatan bangunan yang
kompleks (pembangkit tenaga listrik, pelimpah) pada lokasi yang pengeringannya
mudah atau berada pada tebing sungai dapat menghasilkan pilihan lokasi pada
lembah yang lebih luas daripada yang sempit. Melonjaknya biaya untuk bangunan
permanen yang lebih penting akan diimbangi dengan pengurangan harga satuan dan
suatu pengurangan program jumlah dan waktu pelaksanaan yang lebih pendek.
b) Bangunan permanen biasanya dilaksanakan dalam dua atau satu tahap, dimana
sungai sebelumnya sungai dielakkan melalui terowong bawah tanah (kecuali untuk
aliran sangat besar atau kondisi batuan sangat jelek) atau dengan saluran untuk
aliran yang besar. Biaya dan waktu yang diperlukan untuk konstruksi bangunan
pengelak sering di luar dugaan, apahila harus selesai selama periode mobilisasi
ketika fasilitasnya terbatas. Ada kecenderungan untuk mengurangi aliran maksimum
yang dielakkan dan memperkenankan limpasan pada bangunan beton selama
pelaksanaan, dan kadang-kadang pada bendungan urugan batu atau bendungan
pengelak.
c) Lebih dari 25 tahun kebanyakan penutupan sungai menggunakan penutup cara
vertikal. Penutupan dengan tinggi tekanan di bawah 1 m menggunakan material
berukuran kecil; penutupan sampai dengan 3 m sering dengan material kuari lepas
atau urugan batu yang diklasifikasi. Penutupan dengan tinggi tekanan dilakukan dari
3 sampai 5 m dengan penutupan vertikal yang menggunakan urugan batu yang
sangat berat jika tersedia atau dengan blok beton pra cetak (biasanya ± 20 ton untuk
mengurangi volume total) atau dilakukan dengan dengan dua tanggul sejajar,
masing-masing hanya menahan sebagian perkuatan tinggi tekanan dan digunakan
material kuari lepas. Biaya rendah dan keberhasilan desain yang baik dimungkinkan
pada penggunaan tinggi tekanan yang besar selama penutupan dengan konsekuensi
penghematan waktu pembangunan dan biaya bangunan pengelak (dengan
pengurangan tampang lintang atau meninggikan permukaan) dan atau mengijinkan
pengoperasian penutupan di luar musim kering.
d) Ketinggian bendungan pengelak dapat mencapai 50 m atau lebih. Bendungan
pengelak tipe busur kadang-kadang digunakan sedangkan bendungan pengelak
gravitas beton terlalu mahal untuk bendungan pengelak tinggi, tetapi penggunaan
"rollconcrete" merupakan pilihan yang baik. Semua bangunan tersebut dapat
menerima limpasan dengan aman dan murah pada saat terjadinya banjir besar.

21 dari 28
RSNI0 6456.2:200x

Desain bendungan pengelak urugan biasanya berbeda dengan desain bendungan


permanen. Spesifikasi dan pemilihan material sering disederhanakan, diperkenankan
adanya pengurangan persiapan atau pembersihan pondasi, biasanya tidak menggunakan
alur pengeringan, dan kadangkadang memerlukan volume material yang lebih banyak.
Apabila menggunakan inti kedap air, lebar inti biasanya jauh lebih besar dari yang
digunakan pada bendungan permanen namun spesifikasinya kurang ketat dan beberapa
di antaranya dilaksanakan dengan dengan inti sebagian di bawah air. Beberapa desain
yang mengandalkan membran kedap air (dibangun di tempat kering atau di bawah air)
seperti dinding beton, dinding pancang, dinding diafragma plastik, injeksi tirai dan lain -
lainnya. Dinding diafragma dan injeksi tirai (dibangun secara terpisah atau serempak)
lebih lanjut dikembangkan untuk digunakan pada galian pondasi (cut ofj) dan inti
bendungan pengelak.
Pengalaman lebih dari 10 tahun terhadap sejumlah bendungan pengelak urugan batu
yang dapat menerima limpasan telah mencatat keberhasilan dan kegagalan. Penyebab
kegagalan tersebut dapat diidentifikasi dan biasanya dihindari pada saat berikutnya
penghematan yang besar jika limpasan diperkenankan (memperhatikan perlunya
perbaikan dan pengambilan koefisien keamanan yang memadai) dalam banyak kasus
akan membenarkan pendekatan ini. Desain dengan pelapisan yang dapat tembus air
(urugan batu atau blok beton, urugan batu diperkuat, dll) harus menahan erosi eksternal
begitu juga akibat rembesan material yang tidak teratur. Analisis stabilitas keseluruhan
harus memperhitungkan keberadaan dan gerakan dari air di dalam badan urugan.
Pelapisan kedap air (beton bertulang, kemungkinan rollconcrete) dapat menghindari
kedua masalah tersebut tetapi sistem drainasi internal harus dapat mengendalikan
rembesan yang melalui sambungan atau retakan pelapisan dan menghindari tekanan ke
atas yang berlebihan dan pelapisan dibawahnya. Batasan penggunaan terutama yang
berhubungan dengan tinggi tekanan air maksimum total dapat diperkirakan untuk
masing-masing pelapisan. Desain atau pengaturan lainnya dapat dipertimbangkan
namun sampai sekarang tidak ada yang menghasilkan perkembangan yang berarti.
Karena pembatasan penggunaan pelapisan, harga pengelak dengan limpasan 1 M3 Met,
meningkat paling tidak sebanding dengan beda tinggi tekanan dan mungkin lebih murah
dilakukan dengan pemisahan tinggi tekanan antara bendungan pengelak hulu dan
bendungan pengelak hilir.
Dalam banyak hal, biaya langsung pelindung limpasan antara 10 sampai 50% dari biaya
bangunan pengelak untuk aliran yang sama. Namun demikian biaya tak langsung dari
limpasan (hilangnya waktu untuk pelaksanaan bendungan utama dan pelindung
bendungan yang sedang dalam konstruksi) harus dipertimbangkan untuk menetapkan
aliran maksimum yang melewati bangunan pengelak. Secara umum dapat disimpulkan
bahwa untuk aliran rendah pada bendungan urugan yang tinggi lebih baik mengelakkan
banjir maksimum melalui terowongan, tetapi untuk aliran sedang dan tinggi harus
dipelajari penggunaan bendungan pengelak dengan limpasan yang aman. Sebagai
contoh untuk biaya yang sama akan lebih baik memperkenankan terjadi limpasan banjir
dengan periode ulang 5 sampai 10 tahun dari pada menanggulangi resiko banjir dengan
periode ulang 20 atau 50 tahun. Apabila banjir besar dapat diperkirakan hanya sebentar
dalam satu tahun, dan alirannya rendah pada sebagian besar waktu tersebut, maka akan
lebih menguntungkan dengan mengijinkan limpasan sekali dalam setahun (mungkin pada
bendungan yang dalam pembangunan) sehingga hanya memerlukan bangunan
pengelakan kecil saja.
a) Penutupan akhir dari bangunan pengelak (terowong, konduit, saluran) kerap kali
merupakan tahap yang sulit, dan kesulitan tersebut dapat menimbulkan biaya yang
sangat mahal. Para perencana harus mempelajari dengan hati-hati kemungkinan-
kemungkinan yang terjadi termasuk persiapan semua permasalahan yang diduga
akan timbul.

22 dari 28
RSNI0 6456.2:200x

b) Uji model sangat berguna dalam menganalisis permasalahan-permasalahan yang


berkaitan dengan pengendalian sungai, terutama bangunan pengelak termasuk
interaksinya dengan sistem sungai dan penutupan dasar sungai. Namun yang
terpenting, parameter yang tepat termasuk kondisi batas, rapat massa dan bentuk
material, hubungan antara elevasi air dan aliran sungai disajikan dengan benar.
Yang perlu diperhatikan juga, dalam uji model, ada beberapa permasalahan yang
sulit untuk disimulasikan (rembesan melalui urugan, getaran baja atau plat beton
tipis, tegangan internal dalam material, pertemuan dengan tebing, retakan ultimit dari
blokblok besar, dan lain-lain). Dengan alasan tersebut uji model tidak dapat
menyajikan secara akurat kemungkinan kerusakan terutama pada limpasan
bendungan pengelak urugan batu atau urugan tanah.
c) Kegagalan pengendalian sungai sedang maupun besar selama pelaksanaan sering
menimbulkan masalah yang rumit dan secara teknis sulit dipecahkan. Untuk itu
disajikan untuk mempertegas beberapa peraturan yang disederhanakan dan
menetapkan data desain sementara terutama berdasar pengalaman dengan tujuan
untuk mempermudah kajian pendahuluan, keseluruhan optimisasi untuk rencana
mendatang serta agar dapat menghindari permasalahan. Metode baru atau
pengembangan lebih lanjut dari yang ada dapat mengarah kepada peningkatan
kinerja, terutama pada bendungan pengelak yang dapat terkena limpasan. Tujuan
penulisan ini akan tercapai jika aspek-aspek praktis dan ekonomis untuk berbagai
persoalan yang muncul dalam pengendalian sungai diperhatikan demikian juga
dengan luasnya publikasi yang muncul dan banyaknya solusi pilihan untuk rencana
yang akan datang.

23 dari 28
RSNI0 6456.2:200x

Lampiran A
(informatif)

Gambar bagan alir

Gambar A.1 Contoh bagan alir

24 dari 28
RSNI0 6456.2:200x
Lampiran B
(informatif)

Tabel B.1 Penutupan pada dasar sungai

Tipe Penutupan
Debit HT: Cara Horisontal
Tgl. Tinggi
selama PT: Cara Vertikal Material yang digunakan
Penu Proyek Sungai Tekanan Air
penutupan SM: Cara Khusus (Observasi)
tupan Maksimum
m3/det
HT SM PT
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1933 Lower-Svir Svir 680-850 1.97 HT
1934 Bonneville Columbia (USA) - 2.4 HT Urugan Batu 5,5 - 27 ton
1939 Genissiat Rhone (France) 400 4.3 HT SM Urugan batu 30 - 400 kg (2 bendungan pengelak)
500 tetrahedron baja tinggi 2,3 m dengan berat
130 kg ditahan dengan kabel
1948 Davis Colorado (USA) 710 - HT SM Urugan batu 1 ton dengan menggunakan struktur
baja
1951 Me Nary Columbia (USA) 4 310 >5 HT 2 000 tetrahedron 11 ton lintas kabel
1952 Fort Randall Missouri 795 1.0 HT Timbunan hidraulik batu kapur diameter 75 mm
1952 Donzere Rhone (France) 1200 0.80 PT 0 - 50 kg
1953 Kamsk Kama 1100 -1400 1.35 HT Batu : 40 cm Kubus : 4.2 ton
1954 Chief Joseph Columbia 280 - PT Ditahan 18 ton batu
1954 Albeni Falls Pend Oriele (USA) 475 1.2 PT Urugan batu : 5 ton ( rata-rata 2 ton)
1954 Paulo Alfonso San Fransisco 1 000 HT (2) SM Menempatkan urugan batu di depan ayakan baja
(Brazil) -
1955 Kakhov Dniepr 1500 -1700 0.94 HT Kuari kapur : lOcm
Kubus 2,4 ton = tetraeds :St
1955 Gorkov Volga 1200 -1300 0.88 HT Batu : 25 - 40 cm
Kubus beton bertulang : 2,5 dan 5 ton

1955 Volga (Lenin) Volga 3 800 1.96 HT Batu dan tetraeds - 10 ton

1968 Wloclawek Wisla (Pologne) 850 0.65 PT Urugan batu kemudian blok 5 - 10 ton
Ikatan matras
1969 Ust-Ilim Angara 3 000 3.82 PT 600 - 650 m3/jam; 30% lempung; 70% argilite dan
batu pasir; Untaian batuan sampai dengan 15 ton
pada kabe125 mm
1969 Portes de Fer Danube 6 700 3.70 HT Urugan batu kemudian blok beton 25 ton

25 dari 28
RSNI0 6456.2:200x
Tipe Penutupan
Debit HT: Cara Horisontal
Tgl. Tinggi
selama PT: Cara Vertikal Material yang digunakan
Penu Proyek Sungai Tekanan Air
penutupan SM: Cara Khusus (Observasi)
tupan Maksimum
m3/det
HT SM PT
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1970 Chocon Limay 1 000 4 PT Urugan : 15 ton
1971 Cabora Bassa Zambeze 1 600 7 PT3 Quarry run 0-400 kg - 3 digues
1971 Cabora (test) Zambeze 2 000 9 PT3 Quarry run 7% hilang - 3 digues
1971 Cabora (test) Zambeze 2 000 9 PT2 Quarry run 20% hilang - 2 digues
1971 Manicouagan Manicouagan 280-560 3.70 PT2 Quarry run dan urugan batu sampai 2 ton
1972 Ilha Solteira Parana (Brazil) 4 230 1.90 PT2 Urugan batu. Penutupan akhir menggunakan dua
(penutupan bendungan pengelak sejajar; diakhiri dengan
akhir) curahan urugan batu sampai 3 ton (ukuran rata
rata maks. 500 kg)( hl - 1.20 m- - h2 - 0,70
m di kedua bendungan pengelak tersebut
mengalami kehilangan tinggi energi)
1974 Salto Grande Uruguay 6 000 5 PT Urugan batu : 6 ton
(tahap kesatu)
1976 Salto Grande Uruguay 3 500 - PT Urugan batu : 20 ton
(tahap kedua)
1977 Peage du Rhone 1 000 0.51 PT Kerikil0-10 cm; 20% hilang
roussilion
1977 Peage du Rhone 2 000 0.85 PT Kerikil0-10 cm; 40% hilang
Roussillon
(test)
1978 Tucurui Tocantins (Brazil) 3 800 1.40 PT2 Penutupan dengan dua bendungan pengelak
(fase 2) dengan curahan dibagian ujung; Batuan sampai
dengan 11 ton
1978 Itaipu Parana 8 100 3.86 PT2 Dua tanggul urugan batu sampai dengan 2 ton
1979 LongYang Yellow River 200-800 PT2 Urugan batu
Xia
Sanshenggong Yellow River 500-1350 HT Kumpulan ikatan ranting jalan masuk dengan
kapal
1980 Damua Hunshui (China) 1 400 2.33 PT Urugan batu
1981 Gezhouba Yangtze 4 400 3.23 PT Urugan batu - Bronjong
(akhir) tetrahedron beton sam ai den an 25 ton

26 dari 28
RSNI0 6456.2:200x

Lampiran C
(informatif)

Daftar nama dan lembaga

1) Pemrakarsa
Pusat Penelitian dan Pengambangan Sumber Daya Air, Badan Penelitian dan
Pengembangan, Departemen Pekerjaan Umum

2) Penyusun awal
NAMA LEMBAGA

Dr. Ir. Isdiyana, CES. Pusat Litbang Sumber Daya Air

Ir. Syaiffudin, M.Sc. Pusat Litbang Sumber Daya Air

27 dari 28
RSNI0 6456.2:200x

Bibliografi

SNI 03-6456.1-2000, Metode pengontrolan sungai selama pelaksanaan konstruksi


bendungan, Bagian 2 : Penutupan alur sungai dan pembuatanbendungan pengelak.

28 dari 28

Anda mungkin juga menyukai