BAB. 3 Kelas Xii Materi
BAB. 3 Kelas Xii Materi
BAB. 3 Kelas Xii Materi
BAB.3.
Hak Asasi Manusia Dalam Perspektif Alkitab
1. HAM, adalah hak-hak yang paling asasi yang melekat pada diri manusia yang melekat
secara kodrati pada diri manusia sebagai karunia Allah (bdk Kej 1:26-29; 2:17-18). HAM
Bersifat: Fundamental > sangat mendasar Universal > berlaku bagi manusia dimana saja
tanpa membedakan usia, suku dll Yang dimaksud dengan fundamental adalah bahwa
HAM telah ada pada diri manusia sejak ia didalam kandungan sampai ia mati. Hak itulah
yang justru menunjukkan dia adalah manusia yang memiliki harkat dan martabat.
Universal mengandung maksud bahwa HAM berlaku bagi setiap manusia di seluruh
dunia, tanpa membedakan usia, jenis kelamin, suku, bangsa, etnis, agama, warna kulit,
dan perbedaan-perbedaan lainnya.
2. Hak Asasi mencakup: • Hak sebagai warga Negara; yakni yang mencakup ruang bebas
yang harus dijamin oleh pemerintah bagi setiap bagi setiap warganya. Pemerintah tidak
boleh campur tangan dalam ruang pribadi warganya. • Hak politik; hak untuk
memberikan “saham”, baik sendiri maupun bersama-sama, kepada pemerintah dalam
menjalankan pemerintahannya. Didalamnya tercakup hak untuk berserikat, membentuk
partai politik ikut serta memilih dan dipilih dalam pemilihan umum, menduduki jabatan
pemerintahan, dan sebagainya. • Hak ekonomi dan sosial; yakni hak yang dimiliki
seseorang dalam berhadapan dengan negara, untuk tujuan menghilangkan kesenjangan
sosial dan ketimpangan ekonomi dan membatasi kerugian-kerugian yang disebabkan oleh
alam, umum, dan sebagainya. • Hak golongan minoritas ; menentukan status
internasional, pemerintahan yang sesuai dengan aspirasi rakyatnya, hak untuk merdeka
sendiri.
3. HAM di dalam Perspektif Iman Kristen HAM Dalam Perspektif Teologi Kristen
berbicara tentang Hak Asasi Manusia dari perspektif teologi Kristen, perlu mengakui
kedua dimensi Hak Asasi Manusia yaitu: Dimensi universalnya dan Dimensi historisnya.
Perspektif Kristen tentang Hak Asasi Manusia dapat dilihat melalui dua sisi yaitu: 1)
Mengkaji dari sudut iman serta teologi kristiani, apa, mengapa dan bagaimana Hak Asasi
Manusia yang berlaku universal bagi setiap orang di semua tempat; dan 2) Meletakkan
upaya tersebut di dalam rangka upaya bersama seluruh umat manusia untuk
mengusahakan yang terbaik bagi setiap orang dan semua orang sesuai dengan hak-hak
asasinya sebagai manusia.Hak Asasi Manusia adalah satu hal, perumusan tentang Hak
Asasi Manusia adalah satu hal yang lain.
4. Kedaulatan Allah yang Universal Allah berdaulat atas manusia, HAM bersumber dari
Allah, melanggar HAM berarti melanggar ketentuan Allah. Tidak ada satu lembaga pun
atau satu orang pun termasuk Negara berwenang membatalkan atau mengurangi hak-hak
tersebut, kecuali Allah itu sendiri. Jurgen Moltman mengatakan, kedaulatan Allah
didalam diri manusia mencakup: • Dimensi individual : martabatnya sebagai manusia; •
Dimensi sosial: hidup kebersamaan dengan manusia lain;dan • Dimensi futurologisnya:
kesempatan untuk memiliki masa depan. Pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia, oleh
karenanya, adalah pelanggaran terhadap hak-hak asasi Allah sendiri!. “Jangan ada
padamu Allah lain di hadapanKu” (Keluaran 20:3). Tidak boleh ada yang bersikap seperti
“Allah” terhadap sesamanya, dalam arti mempunyai kekuasaan yang tak terbatas dan
berhak menuntut ketaatan mutlak dari sesamanya, dan tidak boleh pula ada yang
diperlakukan sebagai “allah-allah kecil” di samping Allah.
5. Hak Asasi Manusia merupakan sebuah pengertian yang holistik: hak manusia untuk
bebas; haknya untuk berkomunitas; haknya untuk mengelola; membangun dan
memanfaatkan alam ciptaan; haknya untuk mempunyai masa depan yang lebih baik dan
lebih sejahtera. Hak-hak tersebut mengimplikasikan Kewajiban – Artinya: 1. Hak saya
untuk bebas dan bermartabat mengimplikasikan kewajiban saya untuk menghormati
kebebasan dan martabat orang lain. 2. hak saya untuk berkomunikasi (hak untuk memberi
dan menerima informasi serta mengekspresikan diri seotentik-otentikny a) serta
berkomunitas dengan orang-orang lain mengimplikasikan kewajiban saya untuk memberi
informasi yang seakurat-akuratnya kepada orang lain, kewajiban saya untuk menghormati
kebebasan dan perbedaan yang ada pada manusia dalam mengekspresikan dirinya, serta
menghormati eksistensi serta identitas komunitas-komunitas yang lain. 3. hak saya atas
alam ciptaan mengimplikasikan kewajiban saya untuk memelihara kelestariannya, dan 4.
hak saya atas masa depan mengimplikasikan kewajiban dan tanggung jawab saya atas
kesejahteraan generasi-generasi yang akan datang.
Penjelasan dan Pembahasan Materi
6. Citra Allah Pada Diri Manusia. “Imago Dei”. (Kej 1:27). Dalam kisah penciptaaan secara
gambling disebutkan bahwa Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya (
Kejadian 1:29 ) atau di kenal dengan istilah IMAGO DEI ( IMAGO = Citra/gambar , DEI
= Allah ) Hal tersebut berarti manusia secara unik memantulkan Allah yang bermartabat.
Citra Allah yang melekat pada manusia itu juga mengandung kewajiban kewajiban asasi
yang sebanding. Misal manusia memantulkan Allah yang adil dengan kewajibannya
untuk menegakkan keadilan. Tiap orang diciptakan sama berharganya di hadapan Allah
apapun latar belakang usia, suku dll. Di hadapan Allah “ Dalam hal ini tidak ada orang
Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau
perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus. ” Dengan demikian
orang memiliki HAK yang sama. Untuk itu ia wajib mewujudkan kemanusiannya yang
sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai citra Allah Sebagai “citra Allah”, manusia
tidak cuma “makhluk ciptaan” seperti makhluk-makhluk ciptaan yang lain, melainkan
setiap orang adalah suatu pribadi yang utuh, pribadi di hadapan Allah dan bertanggung
jawab kepada Allah. Oleh karena setiap orang adalah citra Allah, maka setiap orang
mempunyai hak-hak dan kewajiban-kewajiban asasi yang sama, tidak ada yang lebih dan
tidak ada yang kurang. Perbedaan-perbedaan antar manusia yang bersifat kondisional dan
eksternal tidak sedikit pun mengurangi atau menambah kesamaannya. Setiap orang dan
semua orang diciptakan sama berharganya di hadapan Allah apa pun latar belakang
rasial, warna kulit, tingkat budaya dan status sosial-ekonominya.
7. Pelanggaran HAM Sesungguhnya pelanggaran HAM telah terjadi sejak adanya manusia.
Pergerakan perjuangan HAM pada awalnya terjadi karena manusia menyadari bahwa di
dalam berbagai kejadian di dalam masyarakat, baik kejadian yang bersifat sosial, politik,
hukum, maupun ekonomi, telah menjadi ketidakadilan, ketidakbenaran, yang
mengidikasikan adanya pelanggaran atas hak asasi mereka. Dahulu pelanggaran HAM di
lakukan berkisar pada perbudakan atau diskrimanasi rasial. Sekarang pelanggaran HAM
yang terjadi lebih bersifat sistemik dan terstruktur. Misal : pelanggaran di lakukan dengan
menyusun peraturan atau perundang undangan yang merugikan bahkan menindas orang
kecil. Tindakan yang membiarkan terjadinya kekerasan juga merupakan pelanggaran
HAM.
8. Indonesia nampak menerima perspektif yang lebih luas itu, sebagaimana yang terlihat
dari takrif pelanggaran hak asasi manusia yang diberikan oleh UU. No. 39/1999 sebagai
berikut ini: Pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau
kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau
kelalaian yang secara melawan hak hukum, mengurangi, menghalangi, membatasi, dan
atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh
Undang-Undang ini, dan tidak mendapat, atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh
penyelesaian hukum yang adil dan benar, Berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku
[pasal 1 butir 7] : 1. Pelanggaran HAM sesungguhnya dari awal dunia diciptakan sudah
ada pelanggaran. Contoh Kain yang membunuh adiknya Habel (Kej 4). 2. Pelanggaran
terhadap HAM, berarti pelanggaran terhadap ketetapan Allah. 3. Kepentingan kelompok,
kekuasaan dan keserakahan manusia. 4. Jaman dulu pelanggaran HAM berupa
perbudakan dan diskriminasi. sekarang sistemik melaui peraturan atau perundang-
undangan. Wujud yang lain adalah persekongkolan untuk menghilangkan nyawa warga
negara demi alasan tidak sepaham dalam hal-hal tertentu atau perbedaan pandangan
politik. Tindakan yang membiarkan terjadinya kekerasan juga merupakan pelanggaran
HAM.