Modul Kewirausahaan
Modul Kewirausahaan
Modul Kewirausahaan
PENYUSUN
DAFTAR ISI
Halaman
PENYUSUN
DAFTAR ISI
Halaman
Hal ini bisa kita lihat dari ilustrasi penyerapan tenaga kerja berikut ini , dimana hanya
sebagian kecil saja lulusan perguruan tinggi yang dapat terserap di lapangan kerja.
1
Dengan kondisi seperti diatas sangat sulitlah bangsa Indonesia untuk dapat meningkatkan
kesejahteraannya, banyaknya lulusan perguruan tinggi yang tak tertampung dalam lapangan
pekerjaan menjadikan masalah baru bagi pemerintah. Hal ini disebabkan karena kemampuan
lulusan perguruan tinggi tersebut tidak sesuai dengan apa yang diinginkan dunia lapangan kerja
Ditambah lagi, belum bersinerginya kalangan dunia usaha, lembaga pendidikan tinggi, dan
pemerintah juga membuat jarak yang semakin lebar antara tenaga kerja yang melimpah dan
peluang usaha yang semakin terbatas. Akibatnya, banyak sarjana yang bekerja apa adanya, dengan
gaji yang tidak mencukupi kebutuhan. "Tidak bisa dimungkiri kalau para sarjana masih kurang
berminat dalam berwirausaha, mereka masih berorientasi sebagai pekerja upahan," ujar
Zantermans. tentu, pemerintah tidak tinggal diam. Dia mengemukakan, upaya mengurangi jumlah
penganggur antara lain melalui pelaksanaan sistem pendidikan berbasis keterampilan dan kerja
sama antara lembaga pendidikan tinggi dan dunia usaha. "Melalui kerja sama ini, lembaga
pendidikan tinggi dapat mempelajari dan menyerap perkembangan teknologi dan perkembangan
atau perubahan trend produksi sehingga lulusan yang dihasilkan akan selalu sesuai dengan
kebutuhan pasar," kata dia
2
perguruan tinggi sebagai pelaku utamanya, diperlukan konsep baru yang mengintegrasikan
berbagai program pengembangan kewirausahaan yang telah ada. Program baru ini merupakan
penuntasan upaya membentuk wirausaha yang berbasis intelektual dan akademis
Beberapa bukti empiris telah menunjukkan, salah satunya adalah hasil penelitian dari David
Mc Clelland bahwa kesejahteraan penduduk di suatu negara dipengaruhi oleh perkembangan
ekonominya. Sementara itu perkembangan ekonomi ditentukan oleh sejauh mana penduduk negara
tersebut mempunyai spirit kewirausahaan. Spirit kewirausahaan tidak harus dilakukan dengan cara
berwirausaha tetapi dapat ditumbuhkan dalam organisasi yang disebut sebagai intrapreneurship.
Realitas memang menunjukkan kerancuan istilah kewirausahaan yang selalu dikonotasikan dengan
berwirausaha (entrepreneurial) atau wirausahawan (entrepreneur) oleh karenanya perlu diperjelas
pengertian ketiga istilah tersebut.
Indonesia adalah sebuah negeri yang memerlukan banyak entrepreneur baru dan
kebutuhan terhadap sosok yang disebut entrepreneur itu semakin terasa mendesak dari waktu
kewaktu. Setiap kali angka angka pertumbuhan ekonomi dibenturkan dengan jumlah penduduk usia
produktif yang memerlukan pekerjaan, kita langsung diingatkan betapa pentingnya sosok
entrepreneur itu. Mereka kita harapkan dapat menjadi bagian dari solusi atas sejumlah persoalan,
terutama di bidang ekonomi dan ketenagakerjaan di negeri kita, dengan menciptakan pekerjaan
pertama tama untuk dirinya sendiri dan kemudian ikut memperkerjakan orang lain dalam bisnisnya,
kehadiran enterpreneur akan mengurangi jumlah pengangguran. Bukan cuma itu, dengan kreativitas
dan kemampuan inovasinya , seorang entrepreneur juga memberikan nilai tambah kepada
masyarakat yang menikmati produk /jasa hasil karyanya. Dan karya karya entrepreneur ini bisa
diekspor ke mancanegera, maka akan meningkatkan perolehan devisa negara, singkatnya
kehadiran entrepeneur akan memberikan banyak manfaat bagi lingkungan dimana dia berkiprah,
kita tahu semua itu.
Nama-nama besar seperti Ciputra yang terkenal dengan propertynya, Moryati Soedibyo
yang memproduksi komestik tradisional secara modern, Tirto Utomo dengan penemuan air mineral,
Bob Sadino dengan Swalayan Kem Chick nya dan Bill Gates dengan Microsoft, nama-nama tersebut
dikenal sebagai entrepreneur (pengusaha).
3
Mengapa mereka menjadi pengusaha yang sukses? Jika kita amati di sekeliling kita, maka
akan kita dapatkan para pengusaha yang berjalan di tempat, tidak berkembang, dan kemungkinan
akan mati. Mengapa ada entrepreneur yang sukses? Mengapa ada yang tidak sukses? Beberapa
teori kewirausahaan akan dibahas dalam perkuliahan ini yaitu teori peluang dari ekonomi, teori
kewirausahaan berdasarkan perspektif sosiologi, dan perspektif psikologis yang menentukan
pengusaha sukses atau tidak. Proses pembelajaran kewirausahaan di Perguruan Tinggi tidak
semata-mata diarahkan untuk berwirausaha saja tetapi berwirausaha yang sesuai dengan bidang
ilmunya (relevansi). Dengan demikian dalam prespektif ini, yang menjadi fokus dalam
kewirausahaan ini adalah upaya menemukan peluang, melakukan kajian, dan
mengimplementasikan dalam pasar. Hal ini dikenal sebagai inovasi yaitu sebuah ide kreatif dan
mengimplementasikannya, baik dalam bentuk produk, jasa atau proses bisnis yang lain yang
memang dibutuhkan masyarakat.
5
f) Abad 21
Memasuki abad 21 inovasi dan kreativitas melekat erat pada wirausahawan di masa sekarang,
dimana semua produk produk yang beredar mempunyai kreativitas baru ataupun inovasi baru.
Imu Kewirausahaan adalah suatu disipilin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan
(alibilty) dan perilaku sesorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang
dengan berbagai risiko yang mungkin dihadapinya. Kewirausahaan adalah hasil dari disiplin, proses
sistematis penerapan kreativitas dan inovasi dalam memenuhi kebutuhan dan peluang pasar.
Dahulu, kewirausahaan dianggap hanya dapat dilakukan melalui pengalaman langsung di
lapangan dan merupakan bakat yang dibawa sejak lahir (entrepreneurship are born not made),
sehingga kewirausahaan tidak dapat dipelajari dan diajarkan. Sekarang, kewirausahaan bukan urusan
lapangan, tetapi merupakan disiplin ilmu yang dapat dipelajari dan diajarkan. ” Entrepreneurship are
not only born but also made” artinya kewirausahaan tidak hanya bakat bawaan sejak lahir atau
urusan pengalaman lapangan, tetapi juga dapat dipelajari dan diajarkan. Seseorang yang memiliki
bakat kewirausahaan dapat mengembangkan bakatnya melalui pendidikan. Mereka yang menjadi
entrepreneur adalah orang orang yang mengenal potensi (traits) dan belajar mengembangkan potensi
untuk menangkap peluang serta mengorganisir usaha dalam mewujudkan cita citanya. Oleh karena itu
, untuk menjadi wirausaha yang sukses, memiliki bakat saja tidak cukup, tetapi harus memiliki
pengetahuan mengenai segala aspek usaha yang akan ditekuninya dalam dalam usaha yang
dilakukan.
Dilihat dari perkembangannya, sejak awal abad ke 20 kewirausahaan sudah diperkenalkan di
beberapa negara, misalnya di Belanda dikenal dengan nama ”ondernemer" di Jerman dikenal dengan
nama ”unternehmer”. Dibeberapa negara, kewirausahaan memiliki banyak tanggung jawab antar lain
tanggung jawab dalam mengambil keputusan yang menyangkut kepemimpinan teknis, kepemimpinan
organisasi dan komersial, penyediaan modal, penerimaan dan penanganan tenaga kerja, pembelian,
penjualan, pemasangan iklan dan lain lain. Kemudian pada tahun 1950 an pendidikan kewirausahaan
mulai dirintis dan dibeberapa negeaa seperti Eropa, Amerika dan Canada, bahkan sejak tahun 1970
an banyak universitas yang mengajarkan ”entrepreneurship” atau ”small business management”.
Pada tahun 1980 an, hampir 5000 sekolah di Amerika Serikat memberikan pendidikan kewirausahaan,
namun di Indonesia, pendidikan kewirausahaan masih terbatas pada beberapa sekolah atau
perguruan tinggi tertentu saja dan ini menyebabkan Negara kita tertinggal jauh dari mereka.
Sejalan dengan tuntutan perubahan yang cepat pada paradigma pertumbuhan yang wajar
(growth equity paradigm shift) dan perubahan kearah globalisasi (globalization paradigm shift) dan
6
menurut Soeharto Prawirokusumo (1997:4) pendidikan kewirausahaan telah diajarkan sebagai suatu
disipilin ilmu tersendiri yang inpependen karena :
1) Kewirausahaan berisi body of knowledge yang utuh dan nyata, yaitu ada teori, konsep, dan
metode ilmiah yang lengkap.
2) Kewirausahaan memiliki dua konsep, yaitu posisi venture start up dan venture growth, ini jelas
tidak masuk kerangka pendidikan manajemen umum (frame work general management courses)
yang memisahkan antara manajemen dan kepemilikan usaha.
3) Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu yang memiliki obyek tersendiri, yaitu kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create new and different things).
4) Kewirausahaan merupakan alat untuk menciptakan pemerataan berusaha dan pemerataan
pendapatan atau kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur.
Seperti halnya ilmu manajemen yang awalnya berkembang dibidang industri, kemudian
berkembang dan diterapkan di berbagai bidang lainnya, maka disiplin ilmu kewirausahaan dalam
perkembangannya mengalami evolusi yang pesat. Pada mulanya kewirausahaan berkembang dalam
bidang perdagangan, namun kemudian diterapkan diberbagai bidang lainnya seperti industri,
perdagangan, pendidikan, kesehatan dan institusi institusi lain seperti lembaga pemerintah, perguruan
tinggi dan lembaga swadaya lainnya. Dalam bidang bidang tertentu, kewirausahaan telah dijadikan
kompetensi inti dalam menciptakan perubahan, pembaharuan dan kemajuan, kewirausahaan tidak
hanya dapat digunakan sebagai kiat kiat bisnis jangka pendek tetapi juga sebagai kiat kehidupan
secara umum dalam jangka panjang untuk menciptakan peluang.
Dibidang bisnis misalnya , perusahaan sukses dan memperoleh peluang besar karena
memiliki kreativitas dan inovasi melalui proses kreatif dan inovatif, wirausaha menciptakan nilai tambah
atas barang dan jasa. Nilai tambah barang dan jasa yang diciptakan melalui proses kreatif dan inovatif
banyak menciptakan berbagai keunggulan termasuk keunggulan bersaing. Perusahaan seperti
Microsoft, Black Berry, Android, Samsung, Face Book, Tweeter dan Toyota merupakan contoh
perusahaan sukses dalam produknya, karena memiliki kreativitas dan inovasi dibidang teknologi.
Demikian juga dibidang pendidikan, kesehatan dan pemerintahan, kemajuan kemajuan tertentu dapat
diciptakan oleh orang orang yang memiliki semangat, jiwa kreatif dan inovatif.
David Osborne & Ted Gaebler (1992) dalam bukunya ” Reinveting Goverment” mengemukan
bahwa dalam perkembangan dunia dewasa ini dituntut pemerintah yang berjiwa kewirausahaan
(entrepreneurial goverment). Dengan memiliki jiwa kewirausahaan, maka birokrasi dan institusi akan
memiliki motivasi, optimisme dan berlomba untuk menciptakan cara cara baru yang lebih efesien,
efektif, inovatif, fleksibel dan adaptif.
7
2.3. STUDI KEWIRAUSAHAAN
Seperti telah dikemukan sebelumnya bahwa kewirausahaan mempelajari tentang nilai,
kemampuan dan perilaku seseorang dalam berkreasi dan berinovasi, oleh karena itu obyek studi
kewirausahaan adalah nilai nilai dan kemampuan seseorang yang diwujudkan dalam bentuk perilaku.
Menurut Soeparman Soemahamidjaya (1997:14-15) kemampuan seseorang yang menjadi obyek
kewirausahaan meliputi :
1) Kemampuan merumuskan tujuan hidup/usaha. Dalam merumuskan tujuan hidup/usaha
tersebut perlu perenungan, koreksi yang kemudian berulang ulang dibaca dan diamati sampai
memahami apa yang yang menjadi kemauannya.
2) Kemampuan memotivasi diri untuk melahirkan suatu tekad kemauan yang menyala nyala.
3) Kemampuan untuk berinisiatif, yaitu mengerjakan sesuatu yang baik tanpa menunggu perintah
orang lain, yang dilakukan berulang ulang sehingga menjadi kebiasaan berinisiatif
4) Kemampuan untuk membentuk modal , baik berupa uang atau barang modal
5) Kemampuan untuk mengatur waktu dan membiasakan diri untuk selalu tepat waktu dalam
segala tindakan melalui kebiasaan yang selalu tidak menunda pekerjaan.
6) Kemampuan mental yang dilandasi dengan agama
7) Kemampuan untuk membiasakan diri dalam mengambil hikmah dari pengalaman yang baik
maupun yang menyakitkan
1) Proses berkreasi yakni mengkreasikan sesuatu yang baru dengan menambahkan nilainya.
Pertambahan nilai ini tidak hanya diakui oleh wirausahawan semata namun juga audiens yang
akan menggunakan hasil kreasi tersebut.
8
2) Komitmen yang tinggi terhadap penggunaan waktu dan usaha yang diberikan. Semakin besar
fokus dan perhatian yang diberikan dalam usaha ini maka akan mendukung proses kreasi yang
akan timbul dalam kewirausahaan.
3) Memperkirakan resiko yang mungkin timbul. Dalam hal ini resiko yang mungkin terjadi berkisar
pada resiko keuangan, fisik dan resiko sosial.
4) Memperoleh reward. Dalam hal ini reward yang terpenting adalah independensi atau kebebasan
yang diikuti dengan kepuasan pribadi. Sedangkan reward berupa uang biasanya dianggap
sebagai suatu bentuk derajat kesuksesan usahanya.
1. Mengubah gaya hidup atau meninggalkan karir yang telah dirintis. Hal ini biasanya dipicu oleh
keinginan untuk mengubah keadaan yang statis ataupun mengubah gaya hidupnya karena adanya
suatu hal negatif yang menimbulkan gangguan.
2. Keinginan untuk membentuk usaha baru. Faktor yang mendukung keinginan ini antara lain
adalah budaya juga dukungan dari lingkungan sebaya, keluarga, dan partner kerja dalam budaya
Amerika dimana menjadi bos bagi diri sendiri lebih dihargai dari pada bekerja dengan orang lain.
Hal ini lebih memacu seseorang untuk lebih mengembangkan usaha daripada bekerja untuk orang
lain. Selain itu, dukungan pemerintah juga menjadi faktor yang tak kalah penting. Dukungan ini
dapat terlihat melalui pembangunan infrastruktur, regulasi yang mendukung pembentukan usaha
baru, stabilitas ekonomi dan kelancaran komunikasi. Faktor selanjutnya adalah pemahaman
terhadap pasar. Tentu saja hal ini menjadi penting terutama dalam meluncurkan produk baru ke
pasaran. Selanjutnya adalah peranan dari model yang akan mempengaruhi dan juga memotivasi
seorang wirausahawan. Faktor yang terakhir adalah ketersediaan finansial yang akan
menunjang usaha.
Peranan wirausaha tidak hanya sekedar meningkatkan pendapatan perkapita tapi juga
memperluas dan menjadikan lapangan kerja serta memicu dan mendukung perubahan struktur
masyarakat dan bisnis. Dalam hal ini pemerintah dapat berperan sebagai inovator. Pemerintah akan
bergerak sebagi pelindung dalam memasarkan hasil teknologi dan kebutuhan sosial.
9
2.7. KEWIRAUSAHAAN DI PERGURUAN TINGGI
Banyak orang yang salah presepsi dalam memahami konsep kewirausahaan di Perguruan
Tinggi, sering kali kita terjebak dalam pengertian entrepreneurial (berwirausaha). Hal ini tidak salah
100 persen jika yang dijual masih merupakan proses dari pengembangan bidang ilmunya
(intrapreneurship) dan bukan tidak ada kaitannya dengan pengembangan ilmunya.
Pengembangan kewirausahaan di perguruan tinggi harus tetap dikembangkan dalam
kerangka pengembangan ilmu melalui riset-riset yang dilakukan dan dicoba untuk dipasarkan.
Sehingga fokus utama pada inventor, kemudian baru kewirausahaan. Berdasarkan riset diharapkan
mempunyai ‘keunggulan-keunggulan’ jika dipasarkan. Banyak contoh di sekeliling kita seperti
pengembangan sistem akutansi, pengembangan sistem informasi, pengembangan sitem manajemen
sesuai dengan kemampuan para mahasiswa.
10
BAB 3
Schumpeterian Kiznerian
Disequilibrating Equilibrating
Requires new information Does not requires new information
11
Berdasarkan perbedaan tersebut terlihat bahwa Kiznerian lebih mengutamakan peluang dari
sesuatu yang telah mapan (cateris paribus). Informasi yang diperlukan bukan informasi yang bersifat
radikal sehingga inovasi yang muncul biasa terjadi. Namun sangat berlainan dengan Schumpeterian,
peluang terjadi dalam situasi ketidak seimbangan dalam situasi ini, informasi yang didapatkan banyak
dan sering kali bersifat radikal dan sifat radikal ini menyebabkan inovasi jarang terjadi karena situasi
yang radikal juga jarang terjadi.
1) PERUBAHAN TEKNOLOGI
Kemajuan dan perubahan teknologi pada saat ini merupakan sumber penting dalam
kewirausahaan karena memungkinkan untuk mengalokasikan sumber daya dengan cara yang berbeda
dan lebih potensial (Casson, 1995). Faksimili, surat, telegram dan telepon sering digunakan
masyarakat sebelum ditemukannya e-mail. Namun email ternyata lebih produktif untuk mengirim
informasi dibandingkan tipe yang lain, penemuan internet ini memungkinkan orang membuat kombinasi
sumber daya baru yang disebabkan perubahan teknologi, sebagai contoh orang yang mampu
mendesain situs situs web berkesempatan untuk mencari peluang dengan membuka jasa pembuatan
situs web. Pada saat ini banyak perusahaan maupun perorangan yang melakukan binis online dan
mempromosikan usahanya melalui internet dan web site dan tentunya semuanya itu membutuhkan
desain yang menarik. Pada saat sekarang ini komputer dan telepon selular yang sudah menjadi bagian
dari smart phone sudah bukan merupakan barang mahal, dan hampir setiap keluarga mempunyai
komputer, dan hampir setiap orang dewasa juga menggunakan smart phone, permintaan akan
komputer dan smartphone ini sangat meningkat begitu pula dengan purna jualnya , hal ini menjadikan
menjamurnya toko toko dan pelayanan komputer dan smartphone . Blau (1978) telah meneliti
wirausahawan mandiri di AS selama dua dekade dan menemukan bahwa perubahan teknologi
meningkatkan jumlah wirausahawan mandiri. Demikian juga dengan hasil penelitian Shane (1996)
memperlihatkan bahwa jumlah organisasi dari tahun ke 1899 sampai dengan 1988 meningkat, seiring
dengan meningkatnya perubahan teknologi.
12
2) PERUBAHAN POLITIK DAN KEBIJAKAN
Perubahan politik dan kebijakan di suatu negara maupun daerah terkadang menjadi sumber
peluang kewirausahaan hal ini disebabkan karena perubahan tersebut memungkinkan rekombinasi
sumber daya agar lebih produktif. Beberapa kejadian empiris mendukung argumen bahwa perubahan
politik adalah peluang usaha. Delacoxroix dan Carool (1993) meneliti Koran Argentina dari tahun 1800-
1900 dan Koran Irlandia 1800 – 1925 yang menemukan bahwa ada hubungan positif antara perubahan
politis dengan meningkatnya pertumbuhan perusahaan baru. Bahkan perang pun dapat menjadi
peluang usaha dengan menyediakan peralatan perang. Di Indonesia dengan perubahan dalam
Pemilihan Kepala Daerah secara langsung, baik ditingkat nasional, propinsi, dan kaputen/ kota
memberikan ruang berwirausaha seperti even organizer, sablon, percetakan, dan lain lain, bahkan ada
beberapa usaha semacam team sukses yang berupaya untuk mempromosikan keunggulan calon
calon kepala daerah tersebut.
Kebijakan juga dapat menumbuhkan minat berwirausaha. Regulasi ini penting karena menyangkut
legalitas sebuah perusahaan. Studi yang dilakukan oleh Kelly & Kelly dan Amburgey (1991)
menemukan bahwa pertumbuhan airline di Amerika meningkat setelah adanya paket deregulasi airline.
Demikian juga di Indonesia, jika jaman orde baru hanya didominasi dengan 2 atau 3 airline, dalam era
reformasi ini lebih dari 10 airline. Hal ini menjadikan minat seseorang membuka peluang usaha untuk
menjadi agen tiket airline. Sebelum terkena banjir lumpur Lapindo Sidoarjo adalah kabupaten yang
menerapkan layanan satu atap. Hasilnya memang mampu mendorong iklim usaha karena kemudahan
wirausaha mendapatkan ijin usaha. Pengalaman sukses ini telah diadopsi oleh kabupaten yang lain
seperti halnya Kota Yogyakarta dan kabupaten Sragen dan juga Pemerintah Kota Balikpapan
3) PERUBAHAN DEMOGRAFI
Struktur demografi mempengaruhi pola usaha, kita ambil contoh Kota Yogyakarta. Yogyakarta
selain dikenal sebagai kota pelajar dan budaya, juga dikenal sebagai daerah tujuan bagi pensiunan.
Dengan semakin banyaknya mahasiswa dari luar daerah yang ingin studi di Yogyakarta, maka semakin
subur usaha pemondokan atau yang biasa disebut kos kosan, yang berdampak pula pada usaha
catering dan cucian yang memang sangat dibutuhkan oleh penghuni kos. Sebagai kota pariwisata
tentunya kerajinan dan makanan asli dari daerah ini sangat cepat berkembang , karena banyak
wisatawan yang ingin membeli sesuatu untuk dibawa sebagai buah tangan di kota kediamannya.Hal ini
membawa dampak bagi jenis usaha yang dikembangkan di kota Yogyakarta.
Struktur demografi di Balikpapan juga mempengaruhi pola usaha, seperti kita ketahui bahwa
Balikpapan dalam 10 tahun terakhir ini sangat berkembang, baik dari populasi penduduknya maupun
dengan perkembangan dunia usaha. Hal ini yang menjadikan diberbagai sudut kota bermunculan
usaha rumah makan, catering dan pemondokan atau tempat kos, juga usaha lain yaitu laundry dan
jasa cucian mobil dan motor, semua ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Balikpapan.
13
3.3. INSTITUSI PENDIDIKAN
Institusi pendidikan adalah sumber peluang usaha karena sebagai pusat penelitian. Hasil-hasil
penelitian tersebut menjadi dasar peluang usaha. Zucker dkk (1998) meneliti tentang berdirinya
perusahaan bioteknologi. Mereka menemukan bahwa jumlah ilmuwan dan universitas ternama dalam
suatu daerah tersebut meningkatkan stok dan peningkatan jumlah perusahaan bioteknologi.
Universitas bergengsi menghasilkan hak paten yang lebih banyak. UGM dengan Research University
merupakan salah satu langkah menghasilkan penelitian-penelitian yang dapat menghasilkan paten dan
dapat diterima di pasar. Dan saat ini peluang peluang usaha di perguruan tinggi sangat banyak,
terutama sebagai konsultan baik itu di pemerintahan ataupun di swasta. Baru baru ini salah satu SMK
di Solo telah menciptakan mobil murah dan apabila itu dikelola secara profesional akan berkembang
dan maju bagi perindustrian otomotif di Indonesia.
3.4. BAHAN DISKUSI
Perhatikan kreativitas dari para anak anak muda dibawah ini, berikan pendapatmu apa
saja yang mereka kerjakan dalam melakukan terobosan terobosan dalam bisnis mereka .
Kasus diambil dari Koran Kompas, Minggu 19 Februari 2012
Oleh : Yulia Sapthiani & Sari Febrianie
Ditengah pesta korupsi yang memuakan di negeri ini, masih banyak kaum muda yang kreatif dan produktif
berwirausaha. Mereka inovatif, mandiri dan menghidupi orang lain dengan berbagai usaha.
Sarjana singkong, itulah julukan bagi Firmansyah Budi Prasetyo (30) setelah ia berbisnis singkong. Lelaki
asal Yogyakarta itu sejak tahun 2006 membuat singkong goring yang renyah dan pulen berbentuk stik dengan nama
Tela Krezz. Kata “tela” diambil dari ketela atau “telo” alias singkong. Ditangan Firmansyah , singkong dalam wujud
tepung juga bias berubah menjadi kue bolu dan brownies. Khusus di Yogayakarta, kedua produk tersebut diberi nama
Cokro Tela cake. Sementara diluar Yogayakarta dikenal dengan nama Kassafa.
“Kami menggunakan 100 persen singkong tanpa tambahan terigu” ujar Firmasnyah, yang dengan bangga
menyebut dirinya master of singkong. “Gelar” sarjana tela yang dia singkat menjadi ST dan MSi dari master of
singkong bahkan dicantumkan pada kartu nama lulusan Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada Yogayakarta ini. ”
Dari sepuluh teman gaul jaman kuliah, delapan orang jadi PNS, satu pengacara dan saya jualan singkong” ujar
Firmansyah.
Si laris Sally
Kita tengok kegigihan kaum muda lain , yaitu Donny Pramono (29) kelahiran kendari Sulawesi Tenggara
yang bersekolah di Surabaya Jawa Timur. Ia membuka usaha Sour Sally di Mall Senayan City, Jakarta . Pertama kali
dibuka pada pertengahan tahun 2008, hingga berbulan bulan kemudian antrean panjang pembeli selalu mewarnai
toko pertamanya itu. Toko yang tidak menyertakan nama produk tersebut memang mengundang tanda Tanya. Setelah
berada di dalam kios, barulah pengunjung akan mendapati produk yang dijual, yaitu youghurt beku dengan berbagai
topping. Pada awalnya banyak mengira Sour Sally adalah waralaba dari luar negeri. Donny, yang bergelar master di
bidang pemasaran dari University of La Verne, California,Amerika Serikat, punya pemikiran sendiri tentang bisnis yang
terilhami dari gaya hidup makan youghurt di AS. Baginya pencitraan merk berperan sangat penting untuk menciptakan
gaya hidup yang sama di Indonesia.
”Saya ingin, ketika bicara yoghurt, orang langsung ingat pada Soru Sally, bagi saya siapapun bias membuat
yoghurt, jadi bisnis ini harus kuat di branding ! kata Donny. Untuk mewujudkan mimpinya itu, Donny menyiapkan
konsep dagang dengan memakai jasa konsultan desain merek di Singapura.Dari konsultasi inilah lahir nama Sour
Sally.
14
”Sally itu seorang gadis kecil yang anis, lalu dipadukan dengan sour yang artinya asam. Nama ini sesuai
dengan produk yang dijual, yaitu yoghurt, jadi Sour Sally tidak hanya produk, tetapi juga merek dan karakter tutur
Donny.
Inovasi seperti dikatakan pakar pemasaran, Rhenal Kasali, menjadi kunci seorang wirausaha. ”Inovasinya
bisa berupa produk, servis juga cara memasarkan, inovasi inilah yang menjadi pembeda dengan mereka yang disebut
pedagang” kata Rhenald. Di sekeliling kita, inovasi produk salah satunya bias dilihat pada produk kuliner. Banyak yang
memilih bidang kuliner dengan mengambil semangat ke Indonesiaan. Lihat saja orang orang memadukan cokelat
dengan berbagai rasa jamu dan makanan tradisional, ada pula yang mengubah singkong atau ubi menjadi brownies,
mie, muffin atau pie.
JUALAN DI BUS
Inovasi juga menjadi salah satu kunci sukses Fiki Satari (36) pemilik bisnis clothing di Bandung
dengan nama Airplane Systm. Clothing adalah sebutan untuk bisnis yang memproduksi sendiri, lengkap
dengan label dari produk produknya. Airplane Systm, sejak didirikan tahun 1998, punya beragam produk
mode, seperti kaus, jaket, sweater, jins, sepatu, tas, ikat pinggang dan dompet.
Seiring dengan tumbuhnya pemilik clothing, distro, factory outlet dan mal yang menjual produk
produk bermerek internasional, persaingan yang kian ketat tak terelakan. Fikipun ber inovasi, salah satunya
dalam desain produk. Dia menerapkan apa yang berlaku didunia mode. Sejak tahun 2007 dibuatlah trend
berdasarkan musim.
Lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran ini membagi setiap tahunnya kedalam tiga
musim dan membuat tema yang berbeda untuk setiap musim. Tema tema ini diterapkan pada warna dan
gambar produk, terutama pada kaus. Sumber ide beragam. Untuk musim terbaru ini, idenya berasal dari
usia Airplane Systm yang mencapai 14 tahun. Berdasarkan angka tersebut dan target pasar untuk
kalangan remaja, tema baru ini diberi nama Fourteen for Teenage. Salah satu koleksi kaus dari tema ini
akan bergambar karya seniman 14 seniman, diantaranya Tere dan Tisna Sanjaya.
Fiki juga pernah membuat tema dancing Smoke tahun 2009 yang inspirasinya berasal dari asap
obat nyamuk. ”Waktu melamun, saya lihat bentuk asap obat nyamuk. Ternyata kalau dilihat dengan teliti
bagus juga karena bentuknya bias berubah rubah’ kata Fikri
Dari bentuk asap ini, terciptalah berbagai gambar abstrak yang disablon diatas kaus. Tidak hanya
itu, setiap gmbar dimaknai sebagai personafikasi karakter manusia. Misalnya, tipe aliran asap yang lembut
(laminar) cocok untuk mereka yang berkarakter tenang, sedangkan asap yang berputar putar bias dipakai
untuk mereka yang bertipe agresif. Dengan pilihan ini, setiap pembeli bias memilih kaus sesuai dengan
karakternya.
Fiki juga membuat cara pemasaran kreatif. Sejak tahun 2006 dia membuat toko berjalan dengan
menggunakan sebuah bus yang disebut Airbus One. Bagian dalam bus dirombak, dipasangai rak untuk
memajang produk produk Airplane Systm dan bus ini didapat atas kerja sama dengan teman yang bekerja
diperusahaan otobus.
”Ide dan jaringan yang luas adalah kunci berwirausaha, biaya juga , tetapi untuk biaya, sumbernya
bias berasal dari mana saja, seperti yang saya lakukan dengan membuat Airbus One” kata Fiki.
Inovatif cerdas, tekun dan kerja keras membuka peluang usaha, itulah yang dilakukan kaum muda
tersebut, bukan korupsi yang menyengsarakan rakyat .
15
BAB 4
PERSPEKTIF SOSIOLOGI SEBAGAI PELUANG USAHA
A. PENGALAMAN HIDUP
Aktivitas atau kegiatan tertentu seseorang memberikan referensi pada pengetahuan yang
dibutuhkan untuk mengetahui peluang. Dalam faktanya, penelitian sebelumnya telah menunjukkan
kejadian dari dua aspek pengalaman hidup yang meningkatkan probabilitas seseorang untuk
mengetahui peluang usaha yaitu dengan pekerjaan dan pengalaman yang berbeda. Banyak orang
16
yang mampu melihat peluang usaha dikarenakan karena pengalaman hidupnya, terutama terdapat
orang orang disekitarnya yang melakukan kegiatan usaha, dari kegiatan sehari hari yang dia lihat
sehingga orang tersebut akhirnya mampu melihat atau peluang usaha.
B. PEKERJAAN
Pekerjaan seseorang dapat mengantarkan seseorang untuk menemukan peluang baru,
sebagai contoh, ahli kimia atau fisika lebih dulu dapat menemukan teknologi dibandingkan ahli
sejarah karena penelitian memberikan mereka akses pada informasi tentang peluang dimana
orang lain tidak mendapatkannya (Freeman, 1982). Diantara tipe-tipe pekerjaan yang
menyediakan akses pada informasi, yang paling signifikan adalah Research and Development
(Klepper dan Sleeper, 2001).
Karena penelitian dan pengembangan itu menciptakan sebuah informasi baru yang
menyebabkan perubahan teknologi, sehingga menjadi sebuah sumber utama dari peluang
(Aldrich, 1999), maka orang yang bekerja dalam bidang penelitian dan pengembangan akan lebih
cepat mengetahui tentang adanya peluang dan perkembangan teknologi dibandingkan orang lain.
Contoh yang paling dekat dengan kita adalah penemuan VCO oleh dosen MIPA Kimia UGM,
Bapak Bambang Prastowo, beliau adalah seorang peneliti yang menemukan cara untuk
mengambil minyak kelapa tanpa ada proses pemanasan. Hasilnya ternyata minyak tersebut
memiliki khasiat yang banyak dan lebih baik dan dengan hasil penelitiannya tersebut beliau
menjual dan bisa mendapatkan keuntungan banyak dari royality.
17
D. IKATAN SOSIAL
Salah satu cara yang penting agar individu bisa mendapatkan akses informasi tentang
peluang kewirausahaan adalah melalui interaksi dengan orang lain atau jejaring sosial mereka,
ketika hal ini dilakukan maka akan terjadi komunikasi yang bisa mendapatkan segala informasi.
Struktur dari jejaring sosial seseorang akan mempengaruhi informasi apa yang mereka terima dan
mengkategorikan informasi tersebut. Di Indonesia banyak dari sekompok suku yang merantau dan
berhasil dalam membangun jaringan usahanya, dan kemudian menyampaikan kepada rekan
rekannya di tempat asalnya yang akhirnya mereka ikut merantau dimana rekan rekannya berada,
hal ini bisa dilihat dikota kota besar seperti Jakarta , Surabaya , Balikpapan dan Samarinda.
Ikatan yang kuat pada seseorang yang kita percayai sepenuhnya, juga sangat
menguntungkan dalam menemukan peluang, dalam ikatan yang kuat, terdapat kepercayaan
sehingga individu dapat mempercayai sepenuhnya keakuratan informasi yang datang dari orang
tersebut. Kepercayaan dalam keakuratan informasi merupakan hal yang penting untuk penemuan
peluang karena wirausahawan membutuhkan akses informasi, dan selanjutnya
mensintesiskannya.
Beberapa penelitian mendukung pendapat ini bahwa ikatan sosial meningkatkan
kemungkinan seseorang dalam menemukan peluang kewirausahaan. Sebagai contoh, Zimmer
dan Aldrich (1987) mempelajari kelompok etnik yang bekerja secara mandiri di tiga kota di Inggris
dan menemukan bahwa kebanyakan pemilik usaha mendapatkan informasi tentang peluang
kewirausahaan melalui channel mereka.
18
BAB 5
PERSPEKTIF PSIKOLOGI SEBAGAI PELUANG USAHA
20
Selain itu, jaringan dukungan sosial dari orang-orang di sekitar entrepreneur akan
berperan terutama ketika usaha tersebut menghadapi kesulitan ataupun ketika berada dalam
keadaan stagnan dalam prosesnya.
Keberadaan jaringan ini dikategorikan menjadi:
• Jaringan dukungan moral. Jaringan ini bisa berawal dari dukungan pasangan,teman-
teman, dan saudara.
• Jaringan dukungan dari profesional. Jaringan ini akan membantu seorang entrepreneur
dalam mendapatkan nasihat dan konseling mengenai perkembangan usahanya. Jaringan
ini bisa berawal dari mentor, asosiasi bisnis, asosiasi perdagangan, dan hubungan yang
bersifat personal.
C. Evaluasi Diri
1) Locus of control
Locus of control didefinisikan sebagai kepercayaan seseorang bahwa ia mampu
mengendalikan lingkungan di sekitarnya. Seorang entrepreneur yang memiliki internal locus of
control lebih mampu dalam memanfaatkan peluang kewirausahaan. Mereka memiliki
kepercayaan dapat memanfaatkan peluang, sumber daya, mengorganisasikan perusahaan,
dan membangun strategi. Hal ini dikarenakan kesuksesan dalam menjalankan aktivitas
entrepreneur tergantung pada keinginan seseorang untuk percaya pada kekuatannya sendiri.
2) Self Efficacy
Self-efficacy adalah kepercayaan seseorang pada kekuatan diri dalam menjalankan tugas
tertentu. Entrepreneur sering membuat penilaian sendiri pada keadaan yang tidak menentu,
oleh karena itu mereka harus memiliki kepercayaan diri dalam membuat pernyataan,
keputusan mengenai pengelolaan sumber daya yang mereka miliki.
D. Karakteristik Kognitif
Karakteristik kognitif merupakan faktor yang mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir
dan membuat keputusan. Dalam mengembangkan peluang kewirausahaan, seorang entrepreneur
harus membuat keputusan positif mengenai sesuatu yang mereka belum pahami, dalam
ketidakpastian, dan informasi yang terbatas. Dalam membuat keputusan positif tersebut
dibutuhkan karakteristik kognitif yang membantu entrepreneur untuk memetakan cara bagaimana
memanfaatkan peluang wirausaha. Karakteristik tersebut antara lain:
1) Overconfidence
Overconfidence merupakan kepercayaan pada pernyataan diri yang melebihi keakuratan
dari data yang diberikan. Sikap percaya yang berlebihan ini sangat membantu entrepreneur
terutama dalam membuat keputusan pada situasi yang belu pasti dan informasi yang terbatas.
Mereka akan melangkah lebih pasti dalam menjalankan keputusannya meskipun kesuksesan
21
yang diinginkan belum pasti. Hal ini sebenarnya bias dari rasa optimisme. Overconfidence
mendorong orang mampu memanfaatkan peluang usaha (Busenitz dalam Shane, 2003).
Beberapa riset yang mendukung teori bahwa overconfidence mendorong memanfaatkan
peluang usaha. Shane (2003) mempresentasikan beberapa penelitian yang mendukung
kenyataan ini. Gartner dan Thomas pada tahun 1989 melakukan survei terhadap 63 pendiri
perusahaan software computer. Hasilnya menunjukkan bahwa mereka cenderung
overconfidence dan perkiraan rata-rata penjualan 29% di atas penjualan tahun sebelumnya.
Sementara penelitian yang dilakukan oleh Cooper dkk tahun 1988 menunjukkan bahwa 33,3%
dari yang mereka percaya bahwa mereka akan sukses dan dua pertiga dari yang mereka
survei merasa yakin akan kesuksesan yang akan diraihnya.
Entrepreneur cenderung lebih overconfidence dibandingkan dengan manajer. Hasil
penelitian Busenizt dan Barney tahun 1997 dengan cara membandingkan 124 pendiri
perusahaan dan 74 manajer dalam sebuah organisasi besar. Hasilnya menunjukkan bahwa
pendiri perusahaan lebih overconfidence dibandingkan dengan manajer. Demikian juga
penelitian yang dilakukan oleh Amir dkk tahun 2001, yang dilakukan dengan cara wawancara
pada 51 pendiri perusahaan dan 28 manajer senior (bukan pendiri) di Kanada. Pendiri
perusahaan memperkirakan mereka mempunyai peluang sukses lebih besar dibandingkan
dengan perkiraan manajer senior.
2) Representatif
Representatif merupakan keinginan untuk menggeneralisasi dari sebuah contoh kecil
yang tidak mewakili sebuah populasi. Bisa dalam representatif akan mendorong seorang
entrepreneur dalam membuat keputusan. Ia menjadi lebih mudah dalam membuat keputusan
terutama dalam keadan yang tidak menentu.
Penelitian mengenai hal ini dilakukan oleh Busenitz dan Barney di tahun 1997 dengan
cara membandingkan 124 pendiri perusahaan dengan 74 manajer, hasilnya menunjukkan
bahwa para pendiri perusahaan memiliki sekor representativeness yang lebih tinggi
dibandingkan dengan manajer. Hal ini menunjukkan bahwa gaya pemecahan masalah antara
entrepreneur dan manajer berbeda.
3) Intuisi
Sebagian besar entrepreneur menggunakan intuisi daripada menganalisis informasi
dalam membuat keputusan. Kegunaan intuisi untuk memfasilitasi pembuatan keputusan
mengenai ketersediaan sumber daya, mengorganisasi dan membangun strategi baru. dengan
memfasilitasi pembuatan keputusan maka argumen akan muncul, dan intuisi selanjutnya akan
meningkatkan performa dalam kegiatan entrepreneur.
Beberapa riset mendukung fakta di atas. Shane (2003) melaporkan beberapa hasil
penelitian berikut ini. Hasil penelitian Allison dkk membandingkan 156 pendiri perusahaan dan
22
perusahaan yang masuk daftar dalam British Publication Local Heroes sebagai perusahaan
yang berkembang dengan 546 manajer. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pendiri
perusahaan lebih intuitif dalam pengambilan keputusan dibandingkan dengan manajer.
26
D. Berani memulai.
Dunia kewirausahaan adalah dunia ketidakpastian sementara informasi yang dimiliki oleh
yang akan memulai usaha sedikit. Oleh karenanya, ‘sedikit agak gila’ (overconfidence) dan berani
mengambil resiko adalah sangat perlu dilakukan. Lakukan dulu. Jalankan dulu. Jika ada
kesulitan, baru dicari jalan keluarnya.
A. Merintis Usaha Baru yaitu membentuk dan mendirikan usaha baru dengan menggunakan modal,
ide organisasi dan manajemen yang dirancang sendiri. Ada 3 bentuk yang dapat dirintis yaitu :
1) Usaha yang dimiliki dan dikelola sendiri oleh seseorang.
2) Persekutuan (partnership) yaitu berupa kerja sama dua orang atau lebih yang secara
bersama sama menjalankan usaha bersama.
3) Usaha yg didirikan atas dasar Badan Hukum dengan modal dan saham
B. Membeli perusahaan orang lain , yaitu dengan membeli perusahaan yang telah didirikan atau
dirintis dan di kelola oleh orang lain dengan nama dan organisasi yang sudah ada.besar
C. Kerja sama manajemen, yaitu suatu kerja sama antara entrepreneur (franchisee) dengan
perusahaan dalam persetujuan jual beli hak monopoli untuk menyelenggarakan usaha. Kerja sama
ini biasanya ditentukan dalam pemilihan tempat, rencana bangunan, pembelian peralatan, pola
arus kerja,dsbnya.
27
Sejak itu saya stress jika mendengar telepon berdering, takut ada pesanan mendadak, akhirnya saya
berhenti menjadi pemasok setelah enam bulan berjalan,” cerita Dewi, yang juga pernah bekerja
sebagai asisten dosen ketika masih lajang. Berhenti menjadi pemasok, Dewi tergerak untuk berjualan.
Namun apa yang dijual, Dewi belum tahu. Sampai pada awal tahun 2002, ketika dia membaca iklan di
surat kabar tentang pameran pendidikan, dia tertarik ikut. “Ada teman saya yang membuat mainan
anak dari kayu. Dia bersedia meminjamkan barang-barang itu untuk saya jual, jadi, barang-barang
yang tidak laku boleh dikembalikan ke dia.
Saya cuma bermodalkan uang Rp. 500.000 untuk sewa tempat,” cerita ibu dua putri ini, ternyata
semua barang yang dipinjam Dewi dari temannya itu habis terjual. “Mungkin karena barang yang dijual
sesuai dengan tema pameran. Mainan anak-anak dari kayu semuanya mempunyai nilai pendidikan.
Yakni untuk melatih otak maupun motorik halus. Pengunjung yang datang sebagian besar guru,
pendidik dan orang tua sehingga mainan saya laku, “ kenang dia. Sukses dalam menjual mainan
anak-anak membuat Dewi terketuk terjun ke dunia bisnis itu. Padahal selama ini dia merasa sulit
menemukan bidang bisnis yang cocok buat dia. “Orang tua saya pernah menawarkan modal untuk
bisnis, tetapi saya tolak karena tidak tahu akan berbisnis apa. Setelah saya menemukan bisnis
mainan anak ini, sekarang saya justru mencari-cari modal,” ungkap Dewi sambil tertawa. Dewi lalu
mulai mempelajari pembuatan mainan kayu itu. Kebetulan di rumahnya yang terletak di bilangan
Pondok bambu, Jakarta Timur banyak perajin kayu. “Saya minta ke perajin kayu itu, bisa tidak mereka
membuat mainan seperti ini. Lalu untuk penawaran, saya menggambar sendiri atau saya sablon.
Kebetulan saya juga mempunyai tukang sablon karena suami saya punya usaha sablon,” ujar Dewi
yang memegang ijazah sarjana akuntansi dari Universitas Trisakti ini. Membuat mainan dari kayu
bukan berarti Dewi mematikan usaha kawannya yang meminjamkan barang. “Dia sudah merasa jenuh
bekerja di bidang itu, dan ingin berhenti barang barang yang dipinjamkan ke saya adalah barang-
barang sisa. Jadi saya tidak mematikan usaha dia, “ kata Dewi menjelaskan. Setelah memutuskan
terjun ke bisnis mainan anak, Dewi mulai belajar lagi, dia membuka internet dan mencari berbagai
topik seputar pendidikan. Di sana banyak tersedia contoh mainan yang mempunyai unsur pendidikan
dan terapi untuk anak. “Sudah saya tetapkan, saya hanya menjual mainan yang mempunyai nilai
edukasi”.
Makanya, saya tidak membuat dan menjual mainan robot, mobil dengan radio kontrol, pedang
pedangan, juga pistol-pistolan,” ujar dia menegaskan. Mainan edukasi itu juga diusahakan agar tidak
berbahaya bagi anak-anak. Contohnya, setiap benda persegi dibuat tidak memiliki sudut, tetapi agak
melingkar. Kayu yang dipakai adalah serbuk kayu yang dipadatkan. “Selain ringan, kayu ini juga
mempunyai warna yang cerah sehingga menarik,” kata Dewi. Selain itu Dewi juga rajin datang ke
seminar-seminar yang berkaitan dengan pendidikan atau kesehatan. Dia juga membaca buku
psikologi pendidikan dan psikologi anak. Dia juga rajin berdiskusi dengan konsumen – yang
kebanyakan pendidik – untuk mendapatkan informasi mainan seperti apa yang dibutuhkan.
Setelah mendapat gambaran, baru suami saya mencoba membuat contoh barangnya. Dia insinyur
teknik sipil sehingga bisa mengukur dan memotong,” kata istri M. Arif ini. Contoh barang itu kemudian
dibawa ke tukang untuk dibuat dalam jumlah banyak. “saat ini saya tidak lagi memakai tukang di
sekitar rumah. Saya sekarang mempunyai dua tukang tetap di daerah Cianjur, jawa barat. Ongkos
produktif lebih murah disana, “ ujar Dewi. Setelah dibuat dan dihaluskan, barang dibawa ke rumah
Dewi untuk di beri warna dan dikemas. Di rumahnya, Dewi dibantu lima karyawan untuk melakukan
semua pekerjaan itu, termasuk menjaga pameran.
Hingga kini pemasaran yang dilakukan Dewi hanyalah lewat pameran. Menurutnya, untuk
memenuhi permintaan pameran saja, dia sudah agak kewalahan. “Sedikitnya setiap bulan satukali
saya berpameran. Untuk pamerannya sih tidak berat, tetapi setelah itu, pemesanan pasti
membeludak,” ujar Dewi menjelaskan.Pernah suatu kali dia menerima pesanan dari Angkatan Udara
28
untuk memasok mainan keseluruh taman kanak-kanak milik Angkatan Udara. Jumlahnya hingga
ribuan. Pelanggannya memang sebagian besar adalah sekolah dan lembaga-lembaga lain yang
berkaitan dengan pendidikan.
“Saya juga sering mendapat pesanan dari majalah anak. Mereka memesan untuk hadiah bagi
pembacanya, ujar dia. Menurut Dewi, ketekunan mengikuti pameran merupakan kunci sukses
bisnisnya. Dewi mengakui tidak semua pameran yang diikutinya mendatangkan keuntungan. Ada juga
pameran-pameran yang justru membuatnya merugi. Namun Dewi tidak melihat satu per satu
pameran, tetapi keseluruhannya dalam satu tahun. “Kalau satu tahun, kita akan melihat mengikuti
pameran itu mendatangkan keuntungan, terutama pemesanan setelah pameran selesai,” kata dia.
Untuk memperbanyak macam barang, Dewi juga membeli mainan pendidikan dari Cina. Semua
mainan yang dibeli juga harus mempunyai nilai edukasi. Namun, yang dibeli hanyalah mainan yang
terbuat dari plastik. “Kalau bahan bakunya kayu, produk kita masih bisa bersaing dalam harga. “Tetapi
kalu dari plastik, produk China lebih unggul,” kata Dewi.Pemasaran yang bisa dibilang cukup sukses
itu tanpa disadari membuat usaha Dewi semakin besar. Sekarang dia sudah dipercaya oleh pemasok
bahan baku sehingga untuk belanja bisa memakai giro. Dia menaksir, barang-barang yang ada di
tempat penyimpanan saat ini bernilai 100 juta. Ini belum termasuk barang-barang yang dia titipkan di
beberapa pusat terapi anak. “Tanpa terasa modal yang hanya Rp. 500.000 itu sekarang sudah
menjadi Rp. 100 juta. Modalnya hanya ketekunan dan tidak takut rugi.” tutur Dewi.
Tetap membina
Bakso Ino tidak hanya berkembang di Pulau Jawa. Saat ini Tri mempersiapkan satu gerai di mal
terbesar di kawasan Nagoya, Batam. Dari hanya tiga karyawan, kini Tri mempekerjakan sekitar 300
orang. ”Sudah ada lima anak buah saya yang juga berdagang bakso. Mereka sukses menjiplak cara
29
saya berusaha dan saya rela. Kalau saya tidak membiarkan mereka berkembang dan membinanya,
justru saya yang salah. Keberhasilan mereka berusaha menjadi bagian dari kesuksesan saya. Kepada
pekerja yang lain, saya tawarkan juga untuk mandiri,” kata Tri.
Pada skala kecil, Kiton menerapkan prinsip serupa. Ayah empat anak yang mulai berdagang sejak
tahun 1997 itu awalnya hanya memiliki satu warung satai padang kaki lima di dekat pasar tekstil
Cipulir, Ciledug. ”Sejak enam tahun lalu saya membuka satu cabang lagi di Pesanggrahan. Rusman,
anak saya, yang mengurus,” kata Kiton. Namun, sebulan terakhir ini ia harus menjaga kedua
warungnya karena Rusman (30) memperluas usahanya dengan memasok produk tekstil ke pertokoan
di sekitar Tangerang, Banten. Beruntung, pengoperasian warung di Cipulir mengikuti aktivitas
perdagangan tekstil yang mulai sepi sekitar pukul 15.00. ”Kalau satai sudah habis, bisa langsung
tutup. Tetapi, kalau belum, ya, tunggu sampai Pasar Cipulir mulai sepi. Setelah istirahat di rumah,
kembali berdagang di Pesanggrahan mulai pukul 17.00,” ujar Kiton. Tekad kuat untuk membangun
kewirausahaan juga mengalir dalam diri Bimada (41). Ayah tiga anak asal Surabaya, Jawa Timur, ini
banting setir dari pekerjaannya di bidang kargo menjadi produsen mi ayam.
”Yang diperlukan adalah inovasi. Kita mesti cerdik, tetapi jangan curang,” kata Bimada, yang kini
memiliki 100 mitra restoran di berbagai daerah. Menurut Bimada, pasang iklan mengeluarkan duit.
Oleh karena itu, apa salahnya sesekali duit itu dipakai untuk mentraktir. ”Undang saja kawan-kawan.
Niscaya, apabila enak pelayanannya, enak sajiannya, dan enak lokasinya, mereka pasti akan
bercerita kepada teman-teman lainnya,” tuturnya. Berawal dari 193 gerobak dorong bermerek dagang
Bakmi Raos, kini mitra strategis Bimada makin berkembang. Nama yang diusung tetaplah ”Raos”,
diambil dari bahasa Sunda yang artinya enak. Bisa pula sebuah akronim dari ”rasa restoran”. Bagi
Bimada, wirausahawan acap kali hanya berpikir soal modal dan lokasi berjualan. Memang, keduanya
penting, tetapi yang paling dibutuhkan adalah semangat kewirausahaan, gigih, dan pantang
menyerah.
Untuk menarik lebih banyak mitra, Bimada melebarkan sayap usahanya tidak lagi hanya di wilayah
Jakarta, yang pasarnya 4.000- 5.000 porsi per hari, tetapi juga merambah ke Batam, Tanjung Balai
Karimun, Jambi, Surabaya, dan Ponorogo.
Kenaikan harga berbagai kebutuhan pokok belum disikapi oleh Bimada ataupun mitra binaannya
dengan menaikkan harga jual. Namun, dia meyakini, lambat laun konsumen akan menyesuaikan
keuangannya untuk tetap membeli. Jangan takut! (HAM/OSA)
Daerah pesisir di Kabupaten Menpawah, Kalimantan Barat mengalami abrasi cukup parah.
Namun belum ada pihak yang bekerja secara berkelanjutan untuk mengatasi persoalan tersebut. Hal
itu yang membuat Raja Fajar Azansyah (37) khawatir. Iapun menghimpun rekan rekannya untuk
mengonservasi mangrove di kawasan pesisir itu sejak 2011 hingga sekarang.
Untuk menjamin keberhasilan rencananya, Raja Fajar Azansyah pun melibatkan masyarakat
sekitar pantai. Apalagi hutan mangrove itu habis karena ditebang dan kayunya dijaduikan kayu bakar
oleh masyarakat sekitar. Penebangan ini terjadi akibat ketidaktahuan masyarakat terhadap manfaat
mangrove untuk menhan abrasi. Garis pantai Mempawah panjangnya 120 kilometer, dari 120
kilometer itu seluruhnya rawan abrasi. Bahkan abrasi yang dahsyat kini memisahkan sebagaian
30
wilayah Desa Pemibung sejauh 100 meter lebih dari desa induksnya. Bagian wilayah desa itu lalu
seperti pulau tersendiri yang dikelilingi perairan.
”Mangrove yang rusak saat itu diantaranya di Bakau Besar dan Desa Parit banjar. Bahkan, hutan
mangrove didaerah itu sudah habis, ” kata Raja. Melihat kondisi yang memprihatinkan ini, Raja
memulai langkahnya dari kota Mempawah, ibu kota Kabupaten Mempawah, terlebih dahulu.” Awalnya
kami tertatih tatih juga, bahkan tidak jarang menggunakan uang pribadi untuk kegiatan konservasi
mangrove atau pohon bakau didaerah Mempawah” ujar Raja. Semula Raja mengajak rekan rekannya
secara mandiri menanam mangrove. Setelah satu tahun berjalan, mereka mencari relawan untuk ikut
dalamkegiatan kosenservasi. Meski mulai banyak yang terlibat, masyarakat saat itu belum ada yang
mau. Akhirnya , Rajapun mengajak Palang Merah Remaja dan pelajar setempat untuk menanam
mangrove.
Baru pada tahun 2013, ketika jerih payah mereka mulai terlihat, masyarakat mulai ada yang mau
terlibat. Menurut Raja, keengganan masyarakat terlibat sejak awal karena kuatnya pandangan
masyarakat yang menganggap mangrove bisa tumbuh sendiri.” Selain itu mereka menganggap bahwa
upaya konservasi itu merupakan proyek” ujar Raja yang tak lelah mengajak dialog warga sekitar
hingga akhirnya merekapun tertarik untuk bergabung.
Masyarakat yang terlibat pun kian banyak, didesa Sungai Bakau Besar laut pada tahun 2013, ada
20 warga yang terlibat dalam konservasi mangrove. Dalam perjalannya, pada tahun 2014 di desa
Sungai Bakau Kecil ada 12 orang dan dari Desa Penibung ada 10 orang yang bergabung. ” Saat ini
relawan yang ikut seluruhnya mencapai 150 orang yang terdiri dari komunitas pelajar, komunitas
motor dan mahasiswa” ujarnya.
Tantangan
Meski dikatakan persoalan klasik, masalah dana merupakan kendala nyata. Untuk mengatasi itu,
Raja bersiasat memanfaatkan barang bekas untuk pembudidayaan mangrove. Bahkan barang bekas
yang dipakai antara lain botol bekas minuman, sementara untuk buah mangrove ia mencari sendiri
dengan dibantu pemerhati lingkungan.
Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam konservasi mangrove, Raja pun
memperkenalkan cara mengolah buah mangrove menjadi dodol. Selama ini mangrove hanya
digunakan masyarakat untuk dijadikan kayu bakar. Kalau ada manfaat ekonominya masyarakat bias
lebih semangat dalam memelihara bahkan mengonserasi mangrove, karena buahnya bias
dimanfaatkan” katanya.
Akhirnya pada pertengahan tahun 2014 didesa bakau Besar, Mempawah dibentuk kelompok
pengelolaan buah mangrove dengan melibatkan ibu ibu disekitar pantai. Untuk memulai itu, Raja
mengundang orang yang paham tentang cara mengolah buah mangrove menjadi dodol. Langkah ini
pun tidak mdah karena ibu ibu yang tergabung dalam kegiatan ini sering gagal membuat dodol,
namun setetlah berulang ulang mencoba , akhirnya mereka berhasil. Setelah mereka bisa membuat
dodol dari buah mangrove, kami mengajukan sertifikasi halal. Dengan demikian, mereka tinggal focus
pada pembuatan dan pemasaran dodol dari mangrove. Penghasilan belum begitu besar, tetapi yang
terpenting mereka terus mengembangkam usaha itu dan mangrove pun tetap terjaga” kata Raja.
Target Raja selanjutnya adalah membuat diferensiasi produk buah mangrove, misalnya diolah
menjadi tepung, saat ini ibu ibu sudah berhasil membuat tepung. Agar mereka bias menjalankan
usaha itu secara mandiri, Raja tidak henti hentinya memotivasi warga. Selain itu, ia juga rutin
menggelar evaluasi dan bertukar pikiran tentang kendala yang dihadapai, untuk mencari solusinya.
” Dengan kegiatan kegiatan ini , bukan keuntungan finasial yang menjadi sasaran saya, tetapi
kepuasan batin dengan melihat pohon mangrove tumbuh kembali dan ekonomi masyarakat mulai
berkembang. Selain itu masyarakat sekitar pantai bisa selamat dari abrasi pantai, katanya.
31
BAB 7
IDE DAN PELUANG DALAM KEWIRAUSAHAAN
32
1) Ide dapat digerakan secara internal melalui perubahan atau cara cara/metode yang lebih baik
untuk melayani dan memuaskan pelanggan dalam memnuhi kebutuhannya.
2) Ide dapat dihasilkan dalam bentuk produk dan jasa baru
3) Ide dapat dihasilkan dalam bentuk modifikasi, bagaimana pekerjaan dilakukan atau modifikasi
cara melakukan pekerjaan.
Hasil dari ide ide tersebut secara keseluruhan adalah perubahan dalam bentuk arahan atau
petunjuk bagi perusahaan atau kreasi baru tentang barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan.
Banyak wirausaha yang berhasil bukan atas ide sendiri tetapi hasil pengamatan dan penerapan ide
ide orang lain yang dapat dikembangkan atau dimodifikasi yang semuanya itu bisa dijadikan
peluang.
Dengan demikian, jelaslah bahwa wirausaha yang sukses perlu menciptakan produk dan jasa baru
yang lebih unggul yang memberikan nilai kepada konsumen, misalnya apakah produk produk
barang dan jasa tersebut dapat meningkatkan efesiensi bagi pemakainya ? Berapa besarnya ?
Apakah perbaikan dalam efesiensi dapat diketahui juga oleh pembeli potensial ? Berapa persen
target yang ingin dicapai dari segmentasi pasar tersebut ? pertanyaan pertanyaan ini menjadi
sangat penting dalam menciptakan peluang pasar. Agar apa yang kita ciptakan dari ide ide kreatif
tersebut mengena di hati konsumen.
33
2) Mengamati Pintu Peluang
Wirausaha harus mengamati potensi potensi yang dimiliki pesaing, misalnya kemungkinan
pesaing mengembangkan produk baru, pengalaman keberhasilan dalam mengembangkan
produk baru, dukungan keuangan dan keunggulan keunggulan yang dimiliki pesaing dipasar.
Kemampuan pesaing untuk mempertahankan posisi pasar dapat dievaluasi dengan mengamati
kelemahan kelemahan dan risiko pesaing dalam menanamkan modal barunya.
Pintu peluang dapat diperoleh dengan cara seperti gambar dibawah ini :
34
Wirausaha itu berfungsi sebagai perencana (planner) sekaligus sebagai pelaksana usaha
(businessman). Sebagai perencana (planner) wirausaha berperan :
1) Merancang perusahaan
2) Mengatur strategi perusahaan
3) Pemrakarsa ide ide perusahaan
4) Pemegang visi untuk memimpin
Karena wirausaha itu indentik dengan pengusaha kecil yang berperan sebagai pemilik dan
manajer, maka wirausaha yang memodali, mengatur, mengawasi, menikamati, dan menanggung
resiko. Seperti telah dibahas sebelumnya bahwa untuk menjadi wirausaha pertama tama yang harus
dimiliki adalah modal dasar berupa ide atau visi yang jelas, kemampuan dan komitmen yang kuat,
kecukupan modal baik uang maupun waku, kecukupan tenaga dan pikiran.
Modal modal tersebebut sebenarnya tidak cukup apabila tidak dilengkapi dengan beberapa
kemampuan yaitu seperti yang disampaikan menurut Casson (1982) ;
2) Imagination, memiliki imajinasi, ide, dan perspektif serta tidak mengandalkan sukses dimasa lalu.
7) Communication skill, kemampuan berkomunikasi, bergaul dan berhubungan dengan orang lain.
35
BAB 8
Macam Inovasi berdasarkan fungsi ada dua yaitu inovasi teknologi dapat berupa produk,
pelayanan atau proses produksi dan inovasi administrasi dapat bersifat organisasional, struktural, dan
inovasi sosial (Brazeal & Herbert, 1997).
37
& Kemp, 2003). Yang dimaksud dengan perilaku inovatif dalam penelitian ini adalah semua perilaku
individu yang diarahkan untuk menghasilkan dan mengimplementasikan hal-hal ‘baru’, yang
bermanfaat dalam berbagai level organisasi; yang terdiri dari dua dimensi yaitu kreativitas dan
pengambilan resiko dan proses inovasinya bersifat inkremental.
Inovasi sebagai suatu proses digambarkan sebagai proses yang siklus dan berlangsung terus
menerus, meliputi fase kesadaran, penghargaan, adopsi, difusi dan implementasi (Damanpour dkk
dalam Brazeal, D.V. dan Herbert, T.T. 1997). De Jong & Den Hartog (2003) merinci lebih mendalam
proses inovasi dalam 4 tahap sebagai berikut:
1. Melihat kesempatan
Bagi karyawan untuk mengidentifikasi kesempatan Kesempatan dapat berawal dari
ketidak sinambungan dan diskontinuitas yang terjadi karena adanya ketidak sesuaian dengan pola
yang diharapkan misalnya timbulnya masalah pada pola kerja yang sudah berlangsung, adanya
kebutuhan konsumen yang belum terpenuhi, atau adanya indikasi trends yang sedang berubah.
2. Mengeluarkan ide.
Dalam fase ini, karyawan mengeluarkan konsep baru dengan tujuan menambah
peningkatan. Hal ini meliputi mengeluarkan ide sesuatu yang baru atau memperbaharui
pelayanan, pertemuan dengan klien dan teknologi pendukung. Kunci dalam mengeluarkan ide
adalah mengombinasikan dan mereorganisasikan informasi dan konsep yang telah ada
sebelumnya untuk memecahkan masalah dan atau meningkatkan kinerja. Proses inovasi biasanya
diawali dengan adanya kesenjangan kinerja yaitu ketidak sesuaian antara kinerja aktual dengan
kinerja potensial.
3. Implementasi.
Dalam fase ini, ide ditransformasi terhadap hasil yang konkret. Pada tahapan ini sering
juga disebut tahapan konvergen. Untuk mengembangkan ide dan mengimplementasikan ide,
karyawan harus memiliki perilaku yang mengacu pada hasil. Perilaku Inovasi konvergen meliputi
usaha menjadi juara dan bekerja keras. Seorang yang berperilaku juara mengeluarkan seluruh
usahanya pada ide kreatif. Usaha menjadi juara meliputi membujuk dan mempengaruhi karyawan
dan juga menekan dan bernegosiasi. Untuk mengimplementasikan inovasi sering dibutuhkan
koalisi, mendapatkan kekuatan dengan menjual ide kepada rekan yang berpotensi.
4. Aplikasi.
Dalam fase ini meliputi perilaku karyawan yang ditujukan untuk membangun, menguji,
dan memasarkan pelayanan baru. Hal ini berkaitan dengan membuat inovasi dalam bentuk proses
kerja yang baru ataupun dalam proses rutin yang biasa dilakukan.
38