Bab 4 Analisis Dan Pembahasan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 55

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB 4
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Tampak dan Potongan Gedung

Gambar 4.1. Pemodelan struktur pada ETABS

commit to user

55
perpustakaan.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id

Gambar 4.2. Tampak Gedung


Sumber : Fusionarc Achitects(2013)

4.2. Data Elevasi Gedung

Pada bangunan gedung yang diteliti mempunyai elevasi lantai tertinggi +33,95 m
pada bagian atap dan elevasi lantai terendah -3,60 m pada bagian basement.
Tinggi lantai bervariasi antara satu tingkat dengan tingkat lainnya. Untuk detail
elevasi pada gedung dapat dilihat pada Tabel 4.1.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.1. Data Elevasi Gedung

Elevasi Tiap Lantai Tinggi tingkat


No Lantai
(m) (m)

1 Atap DAK +33,95 3,25


2 Lantai Atap +30,70 3,95
3 Lantai 8 +26,75 3,60
4 Lantai 7 +23,15 3,60
5 Lantai 6 +19,55 3,60
6 Lantai 5 +15,95 3,60
7 Lantai 3 +12,35 3,60
8 Lantai 2 +8,75 4,40
9 Lantai 1 +4,35 4,40
10 Lantai Dasar -0,05 3,55
11 Basement -3,60 0,00
Sumber : Fusionarc Achitects(2013)

4.3. Spesifikasi Material

4.3.1. Mutu Beton

Mutu beton yang digunakan dalam bangunan ini baik untuk struktur atas maupun
struktur bawah adalah mutu beton f’c 25. Untuk detail mutu beton struktur dapat
dilihat pada Tabel.4.2.

Tabel 4.2. Mutu beton bangunan gedung


Mutu Beton untuk Bangunan Hotel
Fungsi
f'c (MPa) Ec (MPa)
Balok
Balok Induk 25 23500
Balok Anak 25 23500
Balok di dalam core 25 23500
Balok penggantung Lift 25 23500
Balok Shaft 25 23500
Balok Listplank 25 23500
Balok Bordes 25 23500
Kolom
Kolom Struktur commit25 to user 23500
perpustakaan.uns.ac.id 58
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.2. (Lanjutan)


Wall
Core wall 25 23500
Pelat
Pelat lantai 25 23500
Pelat atap 25 23500
Pelat basement 25 23500
Dinding penahan Tanah
Dinding 25 23500
Pondasi
Bored pile 25 23500
Sumber : Fusionarc Achitects(2013)

Contoh perhitungan konversi :


- Ec = 4700 f′c

 Ec = 4700 f′c

Ec = 4700 25
Ec = 23500 MPa

4.3.2. Mutu Baja Tulangan

Baja tulangan yang digunakan terdiri dari baja tulangan ulir (deform) dan baja
tulangan polos. Mutu baja tulangan antara baja tulangan ulir dengan baja tulangan
polos berbeda.

Mutu baja tulangan pada bangunan gedung adalah


fy = 400 MPa ( untuk tulangan ulir )
= 300 MPa ( untuk tulangan polos )

Tulangan geser yang digunakan adalah


Untuk d > 13 mm fy = 400 MPa
Untuk d < 12 mm fy = 300 MPa
Modulus elatisitas baja Es = 200.000 Mpa

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 59
digilib.uns.ac.id

4.3.3. Data Elemen Struktur

4.3.3.1. Pelat Lantai

Tebal pelat lantai pada bangunan gedung bervariasi pada tiap lantainya. Untuk
detail ketebalan pelat lantai dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Tebal pelat lantai bangunan gedung

Pelat Lantai Tebal (mm)

Basement 250
Lantai Dasar 120 ; 200
Lantai 1 120
Lantai 2 120
Lantai 3 120
Lantai 5 120
Lantai 6 120
Lantai 7 120
Lantai 8 120
Lantai Atap 120
Atap DAK 120
Sumber : Fusionarc Achitects(2013)

4.3.3.2. Balok

Balok yang digunakan pada bangunan gedung mempunyai tipe yang beraneka
ragam. Tiap tipe balok mempunyai ukuran dimensi yang berbeda-beda. Untuk
detail tipe dan ukuran balok dapat dilihat pada Tabel 4.4

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 60
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.4. Tipe balok dan dimensi

Basement Lantai 7
No Tipe Dimensi (mm) No Tipe Dimensi (mm)
1 B1=G1 300 x 600 1 B1 300 x 550
2 B2=G2 300 x 600 2 B2 300 x 600
3 B3=G3 300 x 600 3 G1 300 x 500
4 B4 300 x 700 4 g1 250 x 500
5 B5 300 x 700 5 b1=g4 150 x 500
6 G4 300 x 600 6 b2=g2 150 x 400
7 G5 300 x 600 7 g3 150 x 170
8 b1 250 x 500 8 b3=g4 200 x 500
Lantai Dasar Lantai 8
No Tipe Dimensi (mm) No Tipe Dimensi (mm)
1 B1 250 x 500 1 B1 300 x 550
2 B2 250 x 500 2 B2 300 x 600
3 B3 300 x 600 3 G1 300 x 500
4 B4 300 x 600 4 g1 250 x 500
5 B5 300 x 600 5 b1=g4 150 x 500
6 G1 300 x 500 6 b2=g2 150 x 400
7 G2 300 x 500 7 g3 150 x 170
8 G3 300 x 800 8 b3=g4 200 x 500
9 G4 300 x 500 9 B3 300 x 500
10 g1 250 x 500 Lantai Atap
11 g2 250 x 500 No Tipe Dimensi (mm)
12 B6 250 x 600 1 B1 300 x 600
Lantai 1 2 B2 300 x 600
No Tipe Dimensi (mm) 3 G1 300 x 500
1 B1 200 x 500 4 g1 250 x 500
2 B2 300 x 600 5 b1=g4 150 x 500
3 G1 200 x 600 6 b2=g2 150 x 400
4 B2 300 x 500 7 b3=g3 200 x 400
5 G3 300 x 800 8 b6 150 x 600
6 g1 250 x 500 9 b7=g7 250 x 1050
7 B3 200 x 800 Atap DAK
Lantai 2 No Tipe Dimensi (mm)
No Tipe Dimensi (mm) 1 B1 300 x 600
1 B1 200 x 500 2 B2 300 x 600
2 B2 300 x 600 commit to user
3 B3 300 x 600+100 x 100
3 G1 200 x 600 4 b1=g1 150 x 50+100 x 100
perpustakaan.uns.ac.id 61
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.4. (Lanjutan)


4 B2 300 x 500 5 G1 300 x 500
5 G3 300 x 800 6 G2 300 x 500+100 x 100
6 g1 250 x 500 7 g2 250 x 500
7 B3 200 x 800 8 b2=g3 250 x 400
Lantai 3 ; 5 ; 6 9 b3 150 x 500
No Tipe Dimensi (mm)
1 B1 300 x 550
2 B2 300 x 600
3 G1 300 x 500
4 g1 250 x 500
5 b1=g4 150 x 500
6 b2=g2 150 x 400
7 g3 150 x 170
8 b3=g4 200 x 500
Sumber : Fusionarc Achitects(2013)

4.3.3.3. Kolom

Pada bangunan gedung yang diteliti menggunakan kolom berbentuk persegi dan
lingkaran dan setiap bentuk mempunyai ukuran yang berbeda-beda. Detail tipe
kolom dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Tipe kolom dan dimensi

No Tipe Dimensi (mm) Bentuk Kolom

1 K1 500 x 700 Persegi Panjang


2 K2 400 x 600 Persegi Panjang
3 K3 200 x 400 x 400 Bentuk "L"
4 K4 200 x 400 Persegi Panjang
5 K5 250 x 400 Persegi Panjang
6 K6 250 x 400 x 400 Bentuk "L"
7 K7 150 x 400 Persegi Panjang
Sumber : Fusionarc Achitects(2013)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 62
digilib.uns.ac.id

4.4. Pembebanan

4.4.1. Beban Mati

Beban Mati (Berat Sendiri) Bahan Bangunan dan Komponen Gedung


Beton bertulang : 2400 kg/m3 = 2,400 t/m3
Pasir (kering udara sampai lembab) : 1600 kg/m3 = 1,600 t/m3
Adukan semen/spesi (untuk tiap 1 cm) : 21 kg/m2 = 0,021 t/m2
Eternit / Plafond : 11 kg/m2 = 0,011 t/m2
Penggantung langit-langit : 7 kg/m2 = 0,007 t/m2
Penutup lantai (keramik) : 24 kg/m2 = 0,024 t/m2
Ducting AC dan penerangan : 30,6 kg/m2 = 0,0306 t/m2
Dinding pasangan bata merah ½ batu : 250 kg/m2 = 0,250 t/m2
Waterproof (untuk tiap 1 cm) : 14 kg/m2 = 0,014 t/m2
Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983

Profil baja IWF 250.150.6.9 : 29,60 kg/m = 0,0296 t/m


Profil baja CNP 150.50.20.2.3 : 4,960 kg/m = 0,00496 t/m
Sumber : Tabel Profil Konstruksi Baja Ir.Rudy Gunawan

Atap alderon (lebar 1,2 m; tebal 10 mm): 4,200 kg/m = 0,0042 t/m
Atap alderon : 3,500 kg/m2 = 0,0035 t/m2
Sumber : www.alderon.co.id

Kaca : 2550 kg/m3 = 2,550 t/m3


Sumber : SNI 15-0047-2005 mengenai kaca lembaran

Beban Mati di Luar Berat Sendiri per m2

a. Pelat basement
Pasir urug : 0,02 x 1,600 t/m3 = 0,032 t/m2
Spesi 2 cm : 2 x 0,021 t/m2 = 0,042 t/m2
Jumlah = 0,074 t/m2

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 63
digilib.uns.ac.id

b. Pelat lantai dasar – lantai atap


Pasir urug : 0,02 x 1,600 t/m3 = 0,032 t/m2
Spesi 2 cm : 2 x 0,021 t/m2 = 0,042 t/m2
Ducting AC + penerangan = 0,0306 t/m2
Keramik : 1 x 0,024 t/m2 = 0,024 t/m2
Eternit/plafon = 0,011 t/m2
Penggantung langit-langit = 0,007 t/m2
Jumlah = 0,1466 t/m2

c. Pelat lantai atap DAK


Ducting AC + penerangan = 0,0306 t/m2
Waterproof : 2 x 0,014 t/m3 = 0,028 t/m2
Eternit/plafon = 0,011 t/m2
Penggantung langit-langit = 0,007 t/m2
Jumlah = 0,0766 t/m2

d. Pelat Tangga dan Bordes


Pasir urug : 0,02 x1,600 t/m3 = 0,032 t/m2
Keramik : 1 x 0,024 t/m2 = 0,024 t/m2
Spesi 2 cm : 2 x 0,021 t/m2 = 0,042 t/m2
Jumlah = 0,098 t/m2

4.4.2. Beban Hidup

Beban hidup dari bangunan adalah


Beban atap : 100 kg/m2 = 0,100 t/m2
Beban lantai : 250 kg/m2 = 0,250 t/m2
Beban parkir lantai dasar : 800 kg/m2 = 0,800 t/m2

Reduksi beban hidup untuk gedung adalah :


Peninjauan beban gravitasi = 0,75
Peninjauan beban gempa = 0,3
Reduksi beban hidup komulatif di lantai 1 adalah 0,4 n ≥ 8
commit to user
Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983
perpustakaan.uns.ac.id 64
digilib.uns.ac.id

4.4.3. Perhitungan Berat Struktur Tiap Lantai

1. Lantai Basement
Tabel 4.6. Beban Mati Lantai Basement

No Unit Berat (ton)


1 Kolom 0,000
2 Balok 290,521
3 Pelat 492,758
4 Dinding penahan tanah 0,000
5 Lift 1 0,000
6 Lift 2 0,000
7 Tangga 1,171
8 Dinding 1/2 batu 63,418
Jumlah 849,538

Beban mati tambahan lantai basement :


Beban mati pada lantai = luas lantai m2 x beban mati tambahan t/m2
= 1049,38 m2 x 0,074 t/m2
= 77,654 ton
Beban hidup lantai basement :
Beban hidup lantai parkir = luas lantai m2 x beban hidup lantai parkir t/m2
x koefisien reduksi gempa pada bangunan
apartemen/hotel
= 1049,38 m2 x 0,8 t/m2 x 0,3
= 251,852 ton
Berat total basement = Beban struktur + beban mati tambahan + beban
hidup
= 849,538 ton +77,654 ton + 251,852 ton
= 1179,044 ton

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 65
digilib.uns.ac.id

2. Lantai Dasar
Tabel 4.7. Beban Mati Lantai Dasar

No Unit Berat (ton)


1 Kolom 225,360
2 Balok 237,548
3 Pelat 301,156
4 Dinding penahan tanah 473,441
5 Lift 1 21,879
6 Lift 2 36,504
7 Tangga 5,833
8 Dinding kaca 8,118
9 Dinding 1/2 batu 377,945
Jumlah 1687,783

Beban mati tambahan lantai dasar :


Beban mati pada lantai = luas lantai m2 x beban mati tambahan t/m2
= 1018,38 m2 x 0,1396 t/m2
= 142,166 ton
Beban hidup lantai dasar :
Beban hidup lantai dasar = luas lantai m2 x beban hidup lantai parkir t/m2
x koefisien reduksi gempa pada bangunan
apartemen/hotel
= 1018,38 m2 x 0,25 t/m2 x 0,3
= 76,379 ton
Berat total lantai dasar = Beban struktur + beban mati tambahan +
beban hidup
= 1687,783 ton + 142,166 ton + 76,379 ton
= 1906,328 ton

Perhitungan beban struktur untuk lantai lainnya menggunakan cara yang sama
pada perhitungan pada lantai basement dan lantai dasar. Hasil perhitungan berat
gedung semua lantai direkapitulasi pada tabel berikut ini :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 66
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.8. Rekapitulasi Berat Struktur Per lantai

Beban Mati Beban


Beban Total
No Lantai Struktur Total Tambahan Hidup
(ton) (ton) (ton) (ton)
1 Atap DAK 84.269 17.572 6.882 108.723
2 Lantai Atap 501.379 89.451 48.058 638.888
3 Lantai 8 720.016 89.563 48.118 857.697
4 Lantai 7 963.684 89.814 48.253 1101.751
5 Lantai 6 1115.974 90.377 48.555 1254.906
6 Lantai 5 1037.231 90.377 48.555 1176.163
7 Lantai 3 941.612 90.377 48.555 1080.544
8 Lantai 2 987.305 134.741 72.389 1194.436
9 Lantai 1 869.113 134.743 72.390 1076.246
10 Lantai Dasar 1687.783 142.166 76.379 1906.328
11 Basement 849.538 77.654 251.852 1179.044
Jumlah 11574.725

Tabel 4.9. Berat bangunan dan massa bangunan

Berat Bangunan g Massa Bangunan


No Lantai
(ton.f) (m/s2) (ton)
1 Atap DAK 108.723 9.81 11.083
2 Lantai Atap 638.888 9.81 65.126
3 Lantai 8 857.697 9.81 87.431
4 Lantai 7 1101.751 9.81 112.309
5 Lantai 6 1254.906 9.81 127.921
6 Lantai 5 1176.163 9.81 119.894
7 Lantai 3 1080.544 9.81 110.147
8 Lantai 2 1194.436 9.81 121.757
9 Lantai 1 1076.246 9.81 109.709
10 Lantai Dasar 1906.328 9.81 194.325
11 Basement 1179.044 9.81 120.188
Jumlah 11574.725 1179.890

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 67
digilib.uns.ac.id

4.4.4. Inersia Massa Bangunan

Perhitungan mass moment of inersia (MMIcm) lantai bangunan pada lantai gedung
ini termasuk dalam lantai bangunan yang tidak beraturan, maka menggunakan
rumus sebagai berikut : (Computers and Structures, Inc, 2005)

m (Ix + Iy )
MMIcm =
A
Keterangan :
m = massa per lantai (ton)
A = luas per lantai (m2)
Ix = inersia arah x (m4)
Iy = inersia arah y (m4)

Hasil perhitungan momen inersia lantai bangunan sebagai berikut:


Tabel 4.10. Momen Inersia Lantai Bangunan
Luas Massa Ix Iy MMI
No Lantai
(m²) (ton) (m⁴) (m⁴) (Ton.m²)
1 Atap DAK 229.400 11.083 2120.511 11204.594 643.768
2 Lantai Atap 640.770 65.126 10412.114 136341.180 14915.627
3 Lantai 8 641.570 87.431 10412.117 136341.180 19999.012
4 Lantai 7 643.370 112.309 10412.117 136341.180 25617.775
5 Lantai 6 647.400 127.921 10412.117 136341.180 28997.289
6 Lantai 5 647.400 119.894 10412.117 136341.180 27177.763
7 Lantai 3 647.400 110.147 10412.117 136341.180 24968.280
8 Lantai 2 965.193 121.757 29160.345 238577.249 33774.517
9 Lanati 1 965.204 109.709 29160.345 238577.249 30432.160
10 Lantai Dasar 1018.383 194.325 30775.234 269287.282 57257.110
11 Basement 1049.383 120.188 30775.234 269287.282 34366.773

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 68
digilib.uns.ac.id

4.4.5. Beban Gempa


4.4.5.1. Jenis Tanah Setempat
Tabel 4.11. Bor Log Tanah

Sumber : Lab.Mektan UNS (2013)


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 69
digilib.uns.ac.id

Nilai hasil Test Penetrasi Standar rata-rata pada lapisan tanah setebal 24,50 m
paling atas bernilai 15 < N < 50 maka sesuai dengan klasifikasi situs pada Tabel
2.6., jenis tanah ditetapkan sebagai kelas situs SD atau tanah sedang.

4.4.6. Data Gempa

Fungsi Bangunan : Hotel/Hunian/Apartemen


Lokasi : Surakarta
Tanah Dasar : Tanah Sedang (SD) ( Tabel 2.6. )
Kategori Resiko Bangunan : II ( Tabel 2.1. )
Faktor Keutamaan ( Ie ) : 1,00 ( Tabel 2.2. )
Nilai S1 : 0,32 g (Gambar 2.5. )
Nilai SS : 0,76 g (Gambar 2.6. )

Nilai Fa
Nilai Ss `= 0,76
Pada Tabel 2.5. nilai Fa harus diinterpolasi antara nilai 1,2 (Ss`=0,75) dengan nilai
1,1 (Ss`=1). Hasil interpolasi nilai Fa adalah 1,196

Nilai Fv
Nilai S1 `= 0,32
Pada Tabel 2.4. nilai Fv harus diinterpolasi antara nilai 1,8 (S1`= 0,3) dengan nilai
1,6 (S1`= 0,4). Hasil interpolasi nilai Fv adalah 1,760

Perhitungan Nilai SDS dan SD1


SDS = 2/3 x Fa x SS = 2/3 x 1,196 x 0,76 = 0,606
SD1 = 2/3 x Fv x S1 = 2/3 x 1,760 x 0,32 = 0,375

Penentuan Respon Spektra


- Nilai T0
T0 = 0,2 (SD1/ SDS)
= 0,2 (0,375/0,606)
= 0,124
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 70
digilib.uns.ac.id

- Nilai Ts
Ts = (SD1/ SDS)
= (0,375/0,606)
= 0,620
- Sa untuk saat di T0 ≤ T ≤ TS
Sa = SDS
= 0,606
- Sa untuk nilai T < T0
Sa = SDS (0,4 + 0,6 (T/T0))
= 0,606 (0,4 + 0,6 (0,0/0,124))
= 0,242
- Sa untuk nilai T > Ts
Sa = (SD1/ T)
= (0,375/0,9)
= 0,416

Dari perhitungan di atas selanjutnya di plot kan pada grafik dengan sumbu x
adalah periode (T) dan sumbu y adalah percepatan respons spektrum (Sa). Grafik
yang sudah diplotkan dapat dilihat di Gambar 4.3.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 71
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.12. Periode dan percepatan respon spektrum rencana

T Sa 2.40 0.156
0.00 0.24 2.50 0.150
0.12 0.606 2.60 0.144
0.62 0.606 2.70 0.139
0.90 0.417 2.80 0.134
1.00 0.375 2.90 0.129
1.10 0.341 3.00 0.125
1.20 0.313 3.10 0.121
1.30 0.289 3.20 0.117
1.40 0.268 3.30 0.114
1.50 0.250 3.40 0.110
1.60 0.235 3.50 0.107
1.70 0.221 3.60 0.104
1.80 0.209 3.70 0.101
1.90 0.198 3.80 0.099
2.00 0.188 3.90 0.096
2.10 0.179 4.00 0.094
2.20 0.171
2.30 0.163

Grafik Desain Respon Spektrum


Percepatan Respon Spektum (g)

0.600

0.500

0.400

0.300

0.200

0.100

0.000
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Periode T (detik)

Gambar 4.3. Respon spektrum tanah lokasi bangunan

Menurut SNI 1726-2012 parameter respons gaya harus dikalikan dengan faktor
skala Ie/R sehingga nilai ordinatcommit to user respon gempa rencana harus
dari spektrum
perpustakaan.uns.ac.id 72
digilib.uns.ac.id

dikalikan dengan faktor skala Ie/R. Setelah itu harus dikali juga dengan nilai
percepatan gravitasi pada lokasi bangunan tersebut.

Tabel 4.13. Faktor Skala Spektrum Respon Gempa Rencana

Percepatan Arah Faktor Skala


𝑰𝒆
Gempa (Direction) ( 𝑹 .g)

U1 (100%) 1,401
RSPX
U2 (30%) 0,420
U1 (30%) 0,420
RSPY
U2 (100%) 1,401

4.4.7. Faktor Reduksi Gempa


Faktor reduksi gempa diambil dari tabel nilai R = 7, Ω0 = 2,5 dan Cd = 5,5 (SNI
1726-2012), nilai faktor reduksi gempa dengan jenis sistem ganda dengan rangka
pemikul momen khusus adalah 7.

Tabel 4.14. Faktor R, Cd, dan Ω0 untuk sistem penahan gaya gempa.

Tabel Sistem Struktur Beton Bertulang Penahan Gaya Seismik R Ωo Cd

1. Sistem dinding penumpu


- Dinding geser beton bertulang khusus 5,0 2,5 5,0
- Dinding geser beton bertulang biasa 4,0 2,5 4,0
- Dinding geser beton polos didetail 2,0 2,5 2,0
- Dinding geser beton polos biasa 1,5 2,5 1,5
- Dinding geser pracetak menengah 4,0 2,5 4,0
- Dinding geser pracetak biasa 3,0 2,5 3,0
2. Sistem rangka bangunan
- Dinding geser beton bertulang khusus 6,0 2,5 5,0
- Dinding geser beton bertulang biasa 5,0 2,5 4,5
- Dinding geser beton polos didetail 2,0 2,5 2,0
- Dinding geser beton polos biasa 1,5 2,5 1,5
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 73
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.14. (Lanjutan)


- Dinding geser pracetak menengah 5,0 2,5 4,5
- Dinding geser pracetak biasa 4,0 2,5 4,0
3. Sistem rangka pemikul momen
- Rangka beton bertulang pemikul momen khusus 8,0 3,0 5,5
- Rangka beton bertulang pemikul momen menengah 5,0 3,0 4,5
- Rangka beton bertulang pemikul momen biasa 3,0 3,0 2,5
4. Sistem ganda dengan rangka pemikul momen khusus
- Rangka baja dengan bresing eksentris 8,0 2,5 4
- Dinding geser beton bertulang khusus 7,0 2,5 5,5
- Dinding geser beton bertulang biasa 6,0 2,5 5,0
Sumber : Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non
Gedung SNI 1726-2012

4.4.8. Tekanan Tanah Pada Dinding Basement

Data tanah berdasarkan data pada perencanaan pembangunan hotel di wilayah


Purwosari,Surakarta. Semua data tanah di seluruh tempat diasumsikan sama
dengan data tanah yang ada. Berdasarkan data tanah dari bor log dan pengujian
lab, lapisan tanah dari kedalaman 0 m sampai -3,60 m mempunyai sifat yang
mirip. Parameter semua lapisan itu adalah sebagai berikut :
Kadar air = 57,71 %
Berat jenis = 2,64 gr/cm3 = 26,4 kN/m3
γb = 1,68 gr/cm3 = 16,8 kN/m3
γk = 0,701 gr/cm3 = 7,01 kN/m3
c = 0,0195 kg/cm2 = 1,95 kN/m2
θ = 21,078ᵒ

Untuk tekanan aktif pada jenis tanah yang terdapat parameter kohesi (c) maka
tekanan aktif tersebut harus di kurangi dengan tekanan pasif akibat kohesi karena
pada dasarnya sifat kohesi tersebut mengikat tanah sehingga akan mengurangi
gaya dorong atau tekanan tanah. Maka dari itu diasumsikan bahwa nilai c tidak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 74
digilib.uns.ac.id

berpengaruh terhadap pengurangan tekanan aktif agar tekanan di dinding


basement menjadi besar.

Gambar 4.4. Beban Tekanan Tanah

Tekanan tanah aktif pada Pa


Pa = 0,5 x γ x Ka x h x h dimana Ka = tan2(45-θ/2)
= 0,5 x 7,01 x 0,0,471 x 3,60 x 3,60
= 21,394 kN/m
Berdasarkan analisis di atas tekanan tanah yang membebani dinding basement
sedalam 3,60 m adalah 21,394 kN/m sehingga untuk tekanan tanah pada dinding
basement tiap m2 adalah 5,943 kN/m2 atau 0,594 t/m2

4.5. Analisis Statik Ekivalen

4.5.1. Periode Getar Bangunan

Berdasarkan SNI 1726-2012 periode getar suatu bangunan dibatasi nilai


maksimum dan nilai minimum dimana nilai-nilai tersebut berbeda antara arah x
dan arah y bangunan sesuai dengan parameternya.

a. Periode getar arah x


- Nilai periode getar minimum
Ta minimum = Ct . hnx
Ct = 0,0488 (Tabel 2.11)
x = 0,75 (Tabel 2.11)
commit to user
hn = 37,55 m (Ketinggian gedung dari elevasi dasar sampai atap)
perpustakaan.uns.ac.id 75
digilib.uns.ac.id

Ta minimum = Ct . hnx
= 0,0488 x 37,55 0,75
= 0,740 detik
- Nilai periode getar maksimum
Ta maksimum = Cu . Tamin
Cu = 1,4 (Tabel 2.10)
Tamin = 0,740 detik
Ta maksimum = Cu . Tamin
= 1,4 x 0,740
= 1,036 detik

- Nilai periode getar alami berdasarkan ETABS


Ta ETABS = 1,142 detik
- Periode getar arah x
Tamin ≤ Ta ETABS ≤ Tamak
Tamin = 0,740 detik
Tamak = 1,036 detik
Ta ETABS = 1,142 detik
Maka Ta yang digunakan adalah Tamak yaitu 1,036 detik
b. Periode getar arah y
- Nilai periode getar minimum
Ta minimum = Ct . hnx
Ct = 0,0488 (Tabel 2.11.)
x = 0,75 (Tabel 2.11)
hn = 37,55 m (Ketinggian gedung dari elevasi dasar sampai atap)
Ta minimum = Ct . hnx
= 0,0488 x 37,55 0,75
= 0,740 detik
- Nilai periode getar maksimum
Ta maksimum = Cu . Tamin
Cu = 1,4 (Tabel 2.10)
Tamin = 0,740 detik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 76
digilib.uns.ac.id

Ta maksimum = Cu . Tamin
= 1,4 x 0,740
= 1,036 detik

- Nilai periode getar alami berdasarkan ETABS


Ta ETABS = 1,264 detik
- Periode getar arah y
Tamin ≤ Ta ETABS ≤ Tamak
Tamin = 0,740 detik
Tamak = 1,036 detik
Ta ETABS = 1,264 detik
Maka Ta yang digunakan adalah Tamak yaitu 1,036 detik

4.5.2. Koefisien Respon Seismik (Cs)

Penentuan koefisien respon seismik suatu bangunan sama seperti penentuan


periode getar bangunan yaitu terdapat batasan nilai minimum dan nilai maksimum
berdasarkan arah bangunannya. Menurut SNI 1726-2012 penentuan nilai Cs
adalah sebagai berikut.

a. Koefisien respon seismik (Cs) arah x


- Koefisien respon seismik (Cs) minimum
Cs minimum = 0,044 SDS Ie ≥ 0,01
SDS = 0,606
Ie = 1,00 (Tabel 2.2)
Csmin = 0,044 SDS Ie ≥ 0,01
= 0,044 x 0,606 x 1,00
= 0,0267
- Koefisien respon seismik (Cs) maksimum
𝑆𝐷 1
Cs maksimum = 𝑅
𝑇( )
𝐼𝑒

SD1 = 0,375

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 77
digilib.uns.ac.id

R =7 (Tabel 2.3)
T = 1,036 detik
𝑆𝐷 1
Csmak = 𝑅
𝑇( )
𝐼𝑒

0,375
= 7
1,036( )
1,00

= 0,0518
- Koefisien respon seismik (Cs) hitungan
𝑆𝐷 𝑆
Cs hitungan = 𝑅
( )
𝐼𝑒

0,606
= 7
( )
1,00

= 0,0866
- Koefisien respon seismik (Cs)
Csmin ≤ Cshitungan ≤ Csmak
Csmin = 0,0267
Cshitungan = 0,0866
Csmak = 0,0518
Maka Cs digunakan nilai Csmak yaitu 0,0518

b. Koefisien respon seismik (Cs) arah y


- Koefisien respon seismik (Cs) minimum
Cs minimum = 0,044 SDS Ie ≥ 0,01
SDS = 0,606
Ie = 1,00 (Tabel 2.2)
Csmin = 0,044 SDS Ie ≥ 0,01
= 0,044 x 0,606 x 1,00
= 0,0267
- Koefisien respon seismik (Cs) maksimum
𝑆𝐷 1
Cs maksimum = 𝑅
𝑇( )
𝐼𝑒
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 78
digilib.uns.ac.id

SD1 = 0,375
R =7 (Tabel 2.3)
T = 1,374 detik
𝑆𝐷 1
Csmak = 𝑅
𝑇( )
𝐼𝑒

0,375
= 7
1,036(1,00 )

= 0,0518
- Koefisien respon seismik (Cs) hitungan
𝑆𝐷 𝑆
Cs hitungan = 𝑅
( )
𝐼𝑒
0,606
= 7
( )
1,00

= 0,0866
- Koefisien respon seismik (Cs)
Csmin ≤ Cshitungan ≤ Csmak
Csmin = 0,0267
Cshitungan = 0,0866
Csmak = 0,0518
Maka Cs digunakan nilai Csmak yaitu 0,0518

4.5.3. Gaya Geser Dasar Seismik

Berdasarkan SNI 1726-2012 gaya geser dasar seismik ditentukan dengan


persamaan berikut

V = Cs . Wt
Keterangan
Cs = Koefisien respon seismik
Wt = Berat total gedung

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 79
digilib.uns.ac.id

V arah x = Csarah x . Wt
= 0,0518 x 11574,725 ton
= 599,072 ton

V arah y = Csarah y . Wt
= 0,0518 x 11574,725 ton
= 599,072 ton

4.5.4. Distribusi Vertikal Gaya Gempa

Berdasarkan SNI 1726-2012 gaya gempa lateral (F) yang timbul di semua tingkat
harus ditentukan dengan persamaan berikut:

F = Cvx . V

dan
𝑊𝑥 𝑕 𝑥 𝑘
Cvx = 𝑛 𝑘
𝑖=1 𝑊 𝑖 𝑕 𝑖

Keterangan :
Cvx = faktor distribusi vertikal
V = gaya lateral atau gaya geser struktur
Wi dan Wx = berat tingkat struktur
hi dan hx = tinggi dasar sampai tingkat i
k = eksponen terkait dengan periode, T ≤ 0,5 maka k = 1
T ≥ 2,5 maka k = 2
a. Distribusi vertikal gempa arah x
Tarah x = 1,036 detik maka k = 1,268 (hasil interpolasi)
Perhitungan distribusi vertikal gempa arah x dapat dilihat pada Tabel 4.15.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 80
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.15. Perhitungan distribusi vertikal gempa arah x

Lantai Tinggi Berat Wx hxk Cvx Fy = Cvx V Vx


Atap DAK 37.550 108.723 10794.451 0.026 15.711 15.711
Lantai Atap 34.300 638.888 56551.533 0.137 82.309 98.021
Lantai 8 30.350 857.697 65008.226 0.158 94.618 192.639
Lantai 7 26.750 1101.751 71150.467 0.173 103.558 296.196
Lantai 6 23.150 1254.906 67468.132 0.164 98.198 394.395
Lantai 5 19.550 1176.163 51034.714 0.124 74.280 468.675
Lantai 3 15.950 1080.544 36220.274 0.088 52.718 521.392
Lantai 2 12.350 1194.436 28945.831 0.070 42.130 563.522
Lantai 1 7.950 1076.246 14918.788 0.036 21.714 585.236
Lantai Dasar 3.550 1906.328 9505.671 0.023 13.835 599.072
Basement 0.000 1179.044 0.000 0.000 0.000 599.072
11574.725 411598.086 1 599.072

b. Distribusi vertikal gempa arah y


Tarah y = 1,036 detik maka k = 1,268 (hasil interpolasi)
Perhitungan distribusi vertikal gempa arah y dapat dilihat pada Tabel 4.16.

Tabel 4.16. Perhitungan distribusi vertikal gempa arah y

Lantai Tinggi Berat Wx hxk Cvx Fy = Cvx V Vy


Atap DAK 37.550 108.723 10794.451 0.026 15.711 15.711
Lantai Atap 34.300 638.888 56551.533 0.137 82.309 98.021
Lantai 8 30.350 857.697 65008.226 0.158 94.618 192.639
Lantai 7 26.750 1101.751 71150.467 0.173 103.558 296.196
Lantai 6 23.150 1254.906 67468.132 0.164 98.198 394.395
Lantai 5 19.550 1176.163 51034.714 0.124 74.280 468.675
Lantai 3 15.950 1080.544 36220.274 0.088 52.718 521.392
Lantai 2 12.350 1194.436 28945.831 0.070 42.130 563.522
Lantai 1 7.950 1076.246 14918.788 0.036 21.714 585.236
Lantai Dasar 3.550 1906.328 9505.671 0.023 13.835 599.072
Basement 0.000 1179.044 0.000 0.000 0.000 599.072
11574.725 411598.086 1 599.072

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 81
digilib.uns.ac.id

4.5.5. Arah Gaya Gempa

Arah gempa yang sebenarnya tidak dapat dipastikan. Untuk mengantisipasi hal
tersebut maka dalam SNI 1726-2012 disebutkan bahwa pembebanan gempa arah
utama dianggap efektif sebesar 100% dan ditambah dengan pembebanan gempa
sebesar 30% pada arah tegak lurusnya.
Tabel 4.17. Arah pembebanan gempa
Arah x Arah y
Lantai
Fx = Cvx V 100% 30% Fy= Cvx V 100% 30%
Atap DAK 15.711 15.711 4.713 15.711 15.711 4.713
Lantai Atap 82.309 82.309 24.693 82.309 82.309 24.693
Lantai 8 94.618 94.618 28.385 94.618 94.618 28.385
Lantai 7 103.558 103.558 31.067 103.558 103.558 31.067
Lantai 6 98.198 98.198 29.459 98.198 98.198 29.459
Lantai 5 74.280 74.280 22.284 74.280 74.280 22.284
Lantai 3 52.718 52.718 15.815 52.718 52.718 15.815
Lantai 2 42.130 42.130 12.639 42.130 42.130 12.639
Lantai 1 21.714 21.714 6.514 21.714 21.714 6.514
Lantai Dasar 13.835 13.835 4.151 13.835 13.835 4.151
Basement 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

4.5.6. Eksentrisitas

Antara pusat massa dan pusat rotasi suatu lantai tingkat harus ditinjau suatu
eksentrisitas rencana (ed). Tinjauan ini sangat penting karena untuk mendapatkan
koordinat pusat massa lantai tingkat bangunan. Koordinat pusat massa yang baru
setelah ditinjau eksentrisitasnya nantinya digunakan sebagai koordinat gaya
gempa antar lantai baik yang arah x maupun arah y.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 82
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.18. Eksentrisitas dan koordinat pusat massa yang baru


Koordinat pusat
Lantai Pusat Massa Pusat Rotasi ed = e - 0,05 b massa
x y x y x y x y
Atap DAK 24.642 14.034 31.76 10.958 -7.77675 1.866 39.53675 9.092
Lantai Atap 32.765 12.074 32.071 10.881 -0.0435 -1.33825 32.1145 12.21925
Lantai 8 35.128 12.07 31.961 10.709 2.4295 -1.17025 29.5315 11.87925
Lantai 7 35.31 12.049 31.663 10.533 2.87825 -1.01525 28.78475 11.54825
Lantai 6 35.302 12.048 31.381 10.372 3.15225 -0.85525 28.22875 11.22725
Lantai 5 35.302 12.048 31.136 10.239 3.39725 -0.72225 27.73875 10.96125
Lantai 3 35.302 12.048 30.946 10.146 3.58725 -0.62925 27.35875 10.77525
Lantai 2 36.021 11.67 30.722 10.138 4.34775 -1.20675 26.37425 11.34475
Lantai 1 36.153 11.716 30.363 10.337 4.83875 -1.35975 25.52425 11.69675
Lantai dasar 32.092 12.068 28.37 11.533 2.7333 -2.418 25.6367 13.951
Basement - - - - - - - -

Sumber : Tabel ETABS Center Mass Rigidity (Pusat Massa dan Pusat Rotasi)

4.5.7. Drift Control

Tabel 4.19. Displacement Maksimal Atap (Dt)

Displacement Maksimal Atap (Dt)


Arah x 0.0722 m
Arah y 0.1229 m
Sumber : Tabel ETABS building data

Tabel 4.20. Displacement diatas penjepit lateral (D1)

Displacement diatas penjepit lateral (D1)


Arah x 0.0005 m
Arah y 0.0006 m
H atap 37.55 m
Sumber : Tabel ETABS building data

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 83
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.21. Hasil Performance Level

Parameter Arah x Arah y


Maksimal Total Drift 0.001922 0.003273
Immediate Occupancy Immediate Occupancy
Performace Level (IO) (IO)
Maksimal in-elastic
Drift 0.001909 0.003257
Immediate Occupancy Immediate Occupancy
Performace Level (IO) (IO)
Sumber : ATC 40

Contoh perhitungan Performance Level


Arah x
H atap = 37.55 m
Displacement Maksimal Atap = 0.0722 m
Displacement diatas penjepit lateral = 0.0005 m

1. Maksimal Total Drift

𝐷𝑡 0.0722
Maksimal Total Drift = 𝐻𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = = 0.001922
37.55

2. Maksimal in-elastic Drift

𝐷𝑡−𝐷1
Maksimal in-elastic Drift = 𝐻𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 0.001909

3. Performance level

Maksimal Total Drift < 0,01 dan Maksimal in-elastic Drift < 0,005 termasuk
kriteria struktur tahan gempa Immediate Occupancy dimana apabila gempa
terjadi, struktur mampu menahan gempa tersebut, struktur tidak mengalami
kerusakan struktural dan tidak mengalami kerusakan non struktural sehingga
dapat langsung dipakai.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 84
digilib.uns.ac.id

4.6. Analisis Pushover


Tahapan analisis pushover menggunakan ETABS sebagai berikut :
1. Menamai Diagfragma untuk menentukan pusat masa pada masing-masing
lantai (define-diagfragma)

Gambar 4.5. Diagfragma untuk masing-masing lantai


Sumber : Gambar simulasi 3D pada ETABS

2. Memasukkan define hinges property balok dan kolom (define-frame hinge


property)

Gambarcommit to user
4.6. Define Frame Hinge Property
Sumber : Gambar simulasi 3D pada ETABS
perpustakaan.uns.ac.id 85
digilib.uns.ac.id

3. Memasukkan jenis- jenis beban dan faktor pengalinya (define-static load


case)

Gambar 4.7. Static Load Case Names


Sumber : Gambar simulasi 3D pada ETABS

4. Menentukan identitas analisis Static Nonlinier yakni GRAV dan PUSH


untuk memasukan data pushover (Define-static nonlinear cases)

Gambar 4.8. Identitas analisis gravitasi dan pushover


Sumber : Gambar simulasi 3D pada ETABS

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 86
digilib.uns.ac.id

5. Memasukkan data static nonlinier (Grave )

Gambar 4.9. Property data grave


Sumber : Gambar simulasi 3D pada ETABS

6. Memasukkan data static nonlinier (Push )

Gambar 4.10. Property data push


Sumber : Gambar simulasi 3D pada ETABS

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 87
digilib.uns.ac.id

7. Memasukkan property sendi

Gambar 4.11. Property Sendi balok dan kolom


Sumber : Gambar simulasi 3D pada ETABS

Gambar 4.12. Gambar hinge pada balok dan kolom


Sumber : Gambar simulasi 3D pada ETABS

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 88
digilib.uns.ac.id

8. Mencentang dinamyc analisis dan pΔ

Gambar 4.13. Gambar analisis final chapter


Sumber : Gambar simulasi 3D pada ETABS

9. Dilanjutkan run static kemudian run pushover

Gambar 4.14. Run static kemudian dilanjutkan run pushover


Sumber : Gambar simulasi 3D pada ETABS

4.7. Hasil Analisis Pushover


4.7.1. Kurva Kapasitas
ETABS melakukan literasi, sehingga didaptkan kurva kapasitas (capacity curve.)
Merupakan kurva hubungan antara perpindahan lateral lantai teratas / atap
(displacement) dengan gaya geser dasar (Base shear ) sebagai hasil dari analisis
pushover yang disajikan dalam gambar.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 89
digilib.uns.ac.id

Gambar 4.15. Kurva Kapasitas arah x


Sumber : Simulasi 3D pada program ETABS

Gambar 4.16. Kurva Kapasitas arah y


Sumber : Simulasi 3D pada program ETABS

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 90
digilib.uns.ac.id

4.7.2. Kurva Kapasitas Spektrum

Gambar 4.17. Kurva Kapasitas spektrum arah x


Sumber : Simulasi 3D pada program ETABS

Gambar 4.18. Kurva Kapasitas spektrum arah y


Sumber : Simulasi 3D pada program ETABS

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 91
digilib.uns.ac.id

Memasukan Ca dan Cv untuk yang didapat dari perhitungan respons spektrum


desain dengan tipe struktur A berdasarkan ATC-40 tabel 8-3

4.7.3. Pembahasan
Tabel 4.22. Nilai performance point
Arah x
V (Ton), D (m) 1304.508 ; 0.117
Sa (g), Sd (m) 0.401 ; 0.072
Teff (detik), βeff 0.818 ; 0.061

Arah y
V (Ton), D (m) 1078.784 ; 0.112
Sa (g), Sd (m) 0.333 ; 0.083
Teff (detik), βeff 0.998 ; 0.078

PERFORMANCE LEVEL
1. Menurut SNI 1726-2012 ditentukan 0.02 x H = 0.02 x 37.55 = 0.751 m
Arah x = 0.751 m > 0.117 m dan
Arah y = 0.751 m > 0.112 m ,maka kinerja gedung displacement baik.
2. T1 = 1.036
3. C1= 0.0518 (didapatkan dari perhitungan gaya geser dasar )
Maka sesuai dengan rumus sebagai berikut :
V1 = C1. Wt
= 0.0518 x 11574.725 = 599.571 ton
(Untuk arah x dan y sama )
Syarat: V > 0.8 V1,
Arah x , 1304.508 > 0.8 x 599.571 = 479.657
Arah y, 1078.784 > 0.8 x 599.571 = 479.657 ,maka dapat disimpulkan bahwa
base share struktur gedung terhadap pembebana gempa nominal akibat
pengaruh gempa rencana pada arah x dan y telah memenuhi persyaratan
SNI 1726 -2002
4. Displacement maksimal atap (Dt)
Arah x = 0.117 m , arah y = 0.112 m
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 92
digilib.uns.ac.id

5. Displacement diatas penjepit lateral (D1)


Arah x = 0.0005 m , arah y = 0.0006 m
6. Tinggi atap = 37.55 m
𝐷𝑡
7. Maksimal drift =
𝐻 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝐷𝑡 −𝐷1
8. maksimal in elastic drift =
𝐻𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

Tabel 4.23. Kinerja Gedung


Parameter Arah x Arah y

Maksimal Total Drift 0.00312 0.00298


Immediate Occupancy Immediate Occupancy
Performance Level (IO) (IO)
Maksimal in-elastic
Drift 0.00310 0.00297
Immediate Occupancy Immediate Occupancy
Performance Level (IO) (IO)
Sumber: ATC 40

Berdasarkan nilai Drift untuk arah x dan y kurang dari 0.01 maka kinerja gedung
termasuk dalam Immediate Occupancy sedangkan nilai in elastic drift untuk arah
x dan y lebih kecil atau sama dengan 0.005 maka nilai level kinerja termasuk
Immediate Occupancy.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 93
digilib.uns.ac.id

4.8. Perhitungan Performance Point Menurut ATC 40 Dalam Format ADRS

4.8.1. Perhitungan Kurva Kapasitas menjadi Kurva Spektrum


1. factor α dan PF

Tabel 4.24. Nilai displacement tiap lantai

Tinggi Dispacement (m)


No Lantai
(m) x y
1 Atap DAK 37.550 0.0722 0.1229
2 Lantai Atap 34.300 0.0657 0.1112
3 Lantai 8 30.350 0.0575 0.0966
4 Lantai 7 26.750 0.0492 0.0822
5 Lantai 6 23.150 0.0405 0.0674
6 Lantai 5 19.550 0.0316 0.0524
7 Lantai 3 15.950 0.0227 0.0377
8 Lantai 2 12.350 0.0148 0.0244
9 Lantai 1 7.950 0.0061 0.0098
10 Lantai Dasar 3.550 0.0005 0.0006
11 Basement 0.000 0.0000 0.0000
Sumber : output permodelan ETABS

Tabel 4.25. faktor α dan PF arah x


Displacement mi.φi²
No Lantai Berat (ton) mi.φi (t.m)
(m) (t.m²)
1 Atap DAK 0.0722 119.0461 8.5951 0.6206
2 Lantai Atap 0.0657 638.8882 41.9750 2.7578
3 Lantai 8 0.0575 857.6967 49.3176 2.8358
4 Lantai 7 0.0492 1101.7507 54.2061 2.6669
5 Lantai 6 0.0405 1254.9057 50.8237 2.0584
6 Lantai 5 0.0316 1176.1627 37.1667 1.1745
7 Lantai 3 0.0227 1080.5437 24.5283 0.5568
8 Lantai 2 0.0148 1194.4357 17.6776 0.2616
9 Lantai 1 0.0061 1076.2463 6.5651 0.0400
10 Lantai Dasar 0.0005 1906.3282 0.9532 0.0005
11 Basement 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
Jumlah 10406.0039 291.8085 12.9728

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 94
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.26. faktor α dan PF arah y

Displacement mi.φi²
No Lantai Berat (ton) mi.φi (t.m)
(m) (t.m²)

1 Atap DAK 0.0722 119.0461 14.6308 1.7981


2 Lantai Atap 0.0657 638.8882 71.0444 7.9001
3 Lantai 8 0.0575 857.6967 82.8535 8.0036
4 Lantai 7 0.0492 1101.7507 90.5639 7.4444
5 Lantai 6 0.0405 1254.9057 84.5806 5.7007
6 Lantai 5 0.0316 1176.1627 61.6309 3.2295
7 Lantai 3 0.0227 1080.5437 40.7365 1.5358
8 Lantai 2 0.0148 1194.4357 29.1442 0.7111
9 Lantai 1 0.0061 1076.2463 10.5472 0.1034
10 Lantai Dasar 0.0005 1906.3282 1.1438 0.0007
11 Basement 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
Jumlah 10406.0039 486.8758 36.4274

Arah x

(∑mi.φi)² = 291.8085²

= 85152.172

(∑mi.φi²) = 12.9728

(∑mi) = 10406.0039
( mi .φi)² 85152 .201
α= = 12.9728 x 10406 .0039 = 0.631
mi .φi 2 .( mi )

( mi .φi) 291.8085
PF = ( x ϕ𝑟𝑜𝑜𝑓 = 𝑥 0.0722= 1.624
mi .φi²) 12.9728

Arah y

(∑mi.φi)² = 486.8758²

= 237048.085

(∑mi.φi²) = 36.4274

(∑mi) = 10406.0039 commit to user


perpustakaan.uns.ac.id 95
digilib.uns.ac.id

( mi .φi)² 237048 .045


α =( = 36.4274 x 10406 .0039 = 0.625
mi .φi²) .( mi )

( mi .φi) 486.8758
PF = ( x ϕ𝑟𝑜𝑜𝑓 = x 0.1229 = 1.643
mi .φi²) 36.4274

Merubah Kurva Kapasitas Menjadi Kapasitas Spektrum

𝑉𝑏/𝑊𝑡
𝑆𝑎/𝑔 =
𝛼
𝑋𝑟𝑜𝑜𝑓
𝑆𝑑 =
𝑃𝐹 𝑥 𝜙𝑟𝑜𝑜𝑓

Tabel 4.27. Perhitungan kurva kapasitas arah x dalam format ADRS

Displacement Base force W total Sa/g Sd


No α
(m) (ton) (ton) (m) (m)

0 0.0000 0.0000 0.6308 10406.0039 0.0000 0.0000


1 0.0084 124.0111 0.6308 10406.0039 0.0189 0.0052
2 0.1588 1761.8311 0.6308 10406.0039 0.2684 0.0978
3 0.2757 2473.1455 0.6308 10406.0039 0.3768 0.1698
4 0.0191 893.2214 0.6308 10406.0039 0.1361 0.0118

Tabel 4.28. Perhitungan kurva kapasitas arah y dalam format ADRS

Displacement Base force W total Sa/g Sd


No α
(m) (ton) (ton) (m) (m)

0 0.0000 0.0000 0.6254 10406.0039 0.0000 0.0000


1 0.0143 175.2899 0.6254 10406.0039 0.0269 0.0235
2 0.1109 1070.7820 0.6254 10406.0039 0.1645 0.1822
3 0.2635 1843.9674 0.6254 10406.0039 0.2834 0.4328
4 0.2698 1872.2855 0.6254 10406.0039 0.2877 0.4432
5 0.0678 920.8697 0.6254 10406.0039 0.1415 0.1114

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 96
digilib.uns.ac.id

0.4
0.16963 , 0.37676

0.35

0.3
0.09770 , 0.26840
0.25
Sa (m)

0.2

0.15

0.1

0.05
0.00516 , 0.01889
0 0.00000 , 0.00000

0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16 0.18 0.2
Sd (m)
Gambar 4.19. Kurva Kapasitas Spektrum arah x format ADRS

0.35

0.3
0.44317
0.43282 ,, 0.28789
0.28353

0.25

0.2
Sa (m)

0.18216 , 0.16464
0.15

0.1

0.05
0.02348 , 0.02695

0 0.0000 , 0.0000

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5
Sd ( m)

commit Spektrum
Gambar 4.20. Kurva Kapasitas to user arah y format ADRS
perpustakaan.uns.ac.id 97
digilib.uns.ac.id

4.8.2. Demand Spektrum

Untuk T = 0.124 detik, didapat dari nilai T0

T2 = 0.0153 detik

𝑆𝑑
T= 2𝜋 (ATC-40, Table 8-11)
𝑆𝑎

𝑆𝑑
T2= 4𝜋² 𝑆𝑎 .𝑔 (ATC-40, Table 8-11)

𝑆𝑑
0.0153 = 4𝜋² 0.602.9.81

Sd = 0.0021 m

Untuk T = 0.620 detik, didapat dari nilai Ts

T2 = 0.3844 detik

𝑆𝑑
T= 2𝜋 (ATC-40, Table 8-11)
𝑆𝑎

𝑆𝑑
T2= 4𝜋² 𝑆𝑎 .𝑔 (ATC-40, Table 8-11)

𝑆𝑑
0.3844 = 4𝜋² 0.602.9.81

Sd = 0.0576 m

Untuk T > 0.620 detik

𝑆𝑎 0.375 0.375
= =
𝑔 𝑇 𝑆𝑑
2𝜋
𝑆𝑎

𝑆𝑎 0,0192
= (Persamaan 1)
𝑔 𝑆𝑑

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 98
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.29. Demand Spektrum Desain format ADRS

Sd Sa 0.20 0.10
0 0.24 0.21 0.09
0.0021 0.61 0.22 0.09
0.06 0.61 0.23 0.08
0.06 0.37 0.24 0.08
0.07 0.27 0.25 0.08
0.08 0.24 0.26 0.07
0.09 0.21 0.27 0.07
0.10 0.19 0.28 0.07
0.11 0.17 0.29 0.07
0.12 0.16 0.30 0.06
0.13 0.15 0.31 0.06
0.14 0.14 0.32 0.06
0.15 0.13 0.33 0.06
0.16 0.12
0.17 0.11
0.18 0.11
0.19 0.10

Kurva Demand Spektrum


0.70

0.60

0.50

Sa 0.40

0.30

0.20

0.10

0.00
0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35
Sd

Gambar 4.21. Kurvacommit


Demand Spektrum format ADRS
to user
perpustakaan.uns.ac.id 99
digilib.uns.ac.id

PENGGABUNGAN KURVA KAPASITAS DENGAN KURVA DEMAND


SPEKTRUM ARAH X
0.7

0.6

0.5

0.4

0.3
Sa(m)
0.08; 0.23
0.2

0.1

0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35

Sd (m)

Gambar 4.22. Penggabungan Kurva Kapasitas Spektrum dengan Kurva Demand


Spektrum arah x format ADRS

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 100
digilib.uns.ac.id

PENGGABUNGAN KURVA KAPASITAS DENGAN KURVA DEMAND


SPEKTRUM ARAH Y
0.7

0.6

0.5

0.4

0.3
Sa(m)

0.2

0.14; 0.13
0.1

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5

Sd (m)

Gambar 4.23. Penggabungan Kurva Kapasitas Spektrum dengan Kurva Demand


Spektrum arah y format ADRS

4.8.3. Performance Level


Tabel 4.30. Koordinat performance point
x y
Sd sa sd sa
0.08 0.23 0.14 0.13

Arah x

PF x roof sd H x roof /H

1.624 0.129 commit 0.08


to user 37.55 0.00346
perpustakaan.uns.ac.id 101
digilib.uns.ac.id

Arah y

MPF x roof sd H x roof /H

1.642 0.229 0.14 37.55 0.00612

Contoh perhitungan Performance level

Arah x

Koordinat performance point (0.08;0.23)

𝑋𝑟𝑜𝑜𝑓
Sd =
𝑃𝐹 𝑥 𝜙𝑟𝑜𝑜𝑓

Xroof = Sd x PF

= 0.08 x 1.624 = 0.129

𝑥𝑟𝑜𝑜𝑓 0.129
= 37.55 = 0.00346
𝐻

Sehingga performance point pada kondisi Immidiate occupancy

Indek kepercayaan efektif (βeff)= = 10 + ( βo x k ), untuk mendapat kan nilai βeff


perlu dihitung nilai β0 dengan rumus:

63,7(ay.dpi  dy.api) ( ATC-40)


0 
api.dpi

Dengan membuat garus bantu pada point pertama, kemudian dihubngkan dengan
point terakhir sebelum struktrur mengalami keruntuhan untuk mendapatkan nilai
dy dan ay. nilai api dan dpi didapatkan dari nilai performance point dikarenakan
penggabungan kurva kapasitas sektrum dengan kurva demand spektrum format
ADRS langsung berpotongan maka nilai api dan dpi langsung di dapat tanpa perlu
literasi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 102
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.31. Hasil perhitungan βeff

arah dpi api dy ay β0 (%) βeff

x 0.08 0.23 0.005 0.018 1.117 11.117

y 0.14 0.13 0.023 0.026 0.045 10.045

4.9. Skema Distribusi Sendi Plastis

Arah x

Gambar 4.24. Gambar sendi plastis arah x step 4


Sumber : Gambar simulais 3D pada program ETABS

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 103
digilib.uns.ac.id

Gambar 4.25. Gambar sendi plastis arah x step 4


Sumber : Gambar simulais 3D pada program ETABS

Gambar 4.26. Tabel sendi plastis arah x


Sumber : Gambar simulais 3D pada program ETABS

Step 4 menunjukkan balok sudah masih sama mengalami level D- E terjadinya


degradasi kekuatan struktur yang besar sehingga kondisi struktur stabil dan
hampir collaps pada step ini struktur mengalami displacement 0.2757 m.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 104
digilib.uns.ac.id

Gambar 4.27. Gambar 3D sendi plastis arah x step 4


Sumber : Gambar simulais 3D pada program ETABS

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 105
digilib.uns.ac.id

Arah y

Gambar 4.28. Gambar sendi plastis arah y step 4


Sumber : Gambar simulais 3D pada program ETABS

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 106
digilib.uns.ac.id

Gambar 4.29. Gambar sendi plastis arah y step 4


Sumber : Gambar simulais 3D pada program ETABS

Pada step 4 semua balok dan kolom mengalami sendi plastis sebagian besar
pada level B ke IO dimana terjadi kerusakkan yang kecil atau tidak berarti pada
struktur. Tapi ada bagian balok yang mengalami C-D yaitu batas maksimum
gaya geser yang masih mampu ditahan gedung

Gambar 4.30. Tabel sendi plastis arah y


Sumber : Gambarcommit
simulais to
3Duser
pada program ETABS
perpustakaan.uns.ac.id 107
digilib.uns.ac.id

Gambar 4.31. Gambar 3D sendi plastis arah y step 4


Sumber : Gambar simulais 3D pada program ETABS

Tabel 4.32. Tingkat kerusakan struktur akibat tebentuknya sendi plastis


Keterangan Simbol Penjelasan

menunjukan batas linier yang kemudian diikuti terj


B adinya perlelehan pertama pada gedung

terjadinya kerusakan yang kecil atau tidak berarti


IO pada struktur, kekakuan struktur hampir sama pada
saat belum terjadi gempa

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 108
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.32. (Lanjutan)

terjadi kerusakan mulai dari kecil sampai tingkat


sedang kekakuan struktur berkurang tetapi masih
LS
mempunyai ambang yang cukup besar terhadap
keruntuhan

CP terjadi kerusakan yang parah pada struktur hingga


kekuatan dan kekakuannya berkurang banyak

batas maksimum gaya geser yang masih mampu


C ditahan gedung

D terjadinya degradasi kekuatan struktur yang besar


sehingga kondisi struktur stabil dan hampir collepse

E struktur sudah tidak mampu menahan gaya geser

4.10. Rekapitulasi Perbandingan Evaluasi Kinerja antara Statik Ekivalen


dengan Analisis Pushover
Tabel 4.33 Evaluasi Kinerja dengan statik ekivalen

Parameter Arah x Arah y


Maksimal Total
0.00192 0.00327
Drift
Immediate Occupancy Immediate Occupancy
Performace Level
(IO) (IO)
Maksimal in-
0.00190 0.00325
elastic Drift
Immediate Occupancy Immediate Occupancy
Performace Level
(IO) (IO)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 109
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.34 Evaluasi Kinerja dengan analisis Pushover (ETABS)

Parameter Arah x Arah y


Maksimal Total
0.00312 0.00298
Drift
Immediate Occupancy Immediate Occupancy
Performace Level
(IO) (IO)
Maksimal in-
0.00310 0.00297
elastic Drift
Immediate Occupancy Immediate Occupancy
Performace Level
(IO) (IO)

commit to user

Anda mungkin juga menyukai