Mata4232 M1
Mata4232 M1
Mata4232 M1
PEN D A HU L UA N
Kegiatan Belajar 1
N = {1, 2, 3, 4, . . . }
Ciri yang kedua adalah ciri yang karakteristik dari himpunan yang telah
Anda kenal, yang selanjutnya dinamakan himpunan sederhana. Dinamakan
demikian, karena berlaku pilihan ”either . . . or” (dalam ungkapan lain ”take
it or leave it”) dan tak ada pilihan lain. Ini adalah inti dari logika madzhab
Aristoteles yang telah berpuluh-puluh abad menguasai pemikiran para
ilmuwan. Cikal bakal teori himpunan kabur sudah muncul pada jurnal IEEE
pada tahun 1921. Namun baru tahun 1960-an, melalui pemikiran Lotfi Zadeh,
teori ini berkembang hingga kini telah menjangkau berbagai bidang ilmu.
Selain itu, agar dapat dibedakan dengan pengertian himpunan kabur
(himpunan yang memang tidak sederhana dalam pengertian terdapat banyak
sekali pilihan yang mungkin) yang menjadi topik mata kuliah ini.
Perhatikanlah contoh-contoh berikut untuk memperjelas ciri karakteristik
tersebut di atas.
Contoh 1
Misalkan B himpunan semua nama bulan pada kalender Masehi yang terdiri
atas 30 hari. Maka:
1. Nama-nama bulan berikut ini, merupakan anggota dari B; April, Juni,
September, dan November.
2. Nama-nama bulan selain tersebut di atas bukanlah anggota dari B.
1.4 Himpunan Kabur
Contoh 2
Misalkan M himpunan mahasiswa UT yang mendaftar di UPBJJ Banda
Aceh. Maka setiap mahasiswa UT mungkin anggota M, mungkin bukan
anggota M. Tidak ada kemungkinan lain.
A. FUNGSI KARAKTERISTIK
anggota A atau bukan. Fungsi ini adalah fungsi dari E pada himpunan {0, 1}
yang memenuhi sifat,
1, bila x A
μA x
0, bila x A
Contoh 3
Diketahui himpunan sederhana E = {a, b, c, d, e}.
a. Jika A = {b, c, e}, tentukanlah fungsi karakteristik μ A .
b. Carilah himpunan B, jika fungsi karakteristik μB memenuhi
1, untuk x a, b, d , e
μB x
0 , untuk x yang lain
Penyelesaian
a. Karena A = {b, c, e} maka fungsi karakteristik μ A berbentuk sebagai
berikut.
1, untuk x b, c, e
μA x
0, untuk x yang lain
Pengamatan pada kedua contoh di atas ini membawa kita kepada kesimpulan
berikut.
A E jika dan hanya jika μA x μE x untuk setiap x.
Catatan.
Himpunan-himpunan sederhana E, A dan B tersebut pada contoh di atas dapat
pula dituliskan sebagai berikut.
E = {(a|1), (b|1), (c|1), (d|1), (e|1)}
A = {(a|0), (b|1), (c|1), (d|0), (e|1)}
B = {(a|1), (b|1), (c|0), (d|1), (e|1)}
di mana bilangan 0 dan 1 yang ditulis di belakang tanda ”|” menunjukkan
derajat keanggotaan dari objek yang berada di depan tanda ”|”. Jadi, (a|1)
menyatakan bahwa a adalah anggota himpunan E dan B. Demikian pula,
{(d|0) menyatakan bahwa d bukan anggota A. Cara penulisan inilah yang
akan menghantarkan kita kepada pembicaraan tentang himpunan kabur.
1.6 Himpunan Kabur
B. KOMPLEMEN
Contoh 4
Misalkan E = {a, b, c, d, e} dan A = {b, c, e} seperti pada Contoh 3.
Tentukanlah μ Ac dan Ac .
Penyelesaian
Karena A = {b, c, e}, maka
1, untuk x b, c, e
μA x
0, untuk x a, d
Akibatnya,
1, untuk x a,d
μ Ac x
0, untuk x b,c,e
μ Ac x = 1 – μ A x untuk setiap x
MATA4232/MODUL 1 1.7
μAB x min μA x , μB x
μ A B x = μ A x μB x
0 1
0 0 0
1 0 1
μ A B x = μ A x μB x
1.8 Himpunan Kabur
0 1
0 0 1
1 1 1
μA x μB x μA x μB x μA x μB x
Contoh 5
Diketahui E = {v, w, x, y, z} dan dua himpunan bagiannya A dan B berikut.
A = {(v|0), (w|1), (x|1), (y|0), (z|1)}
B = {(v|1), (w|0), (x|1), (y|0), (z|1)}
Tentukanlah:
a. A B
b. A B c
c. AB
d. A B c
Penyelesaian
a. A B = {(v|0 1), (w|1 0), (x|1 1), (y|0 0), (z|1 1)} = {(v|0), (w|0),
(x|1), (y|0), (z|1)} atau A B = {x, z}
b. Berdasarkan hasil pada butir a, maka:
A B c = {(v|1), (w|1), (x|0), (y|1), (z|0)} atau A B = {v, w, y}
c
c. A B = {(v|0 1), (w|1 0), (x|1 1), (y|0 0), (z|1 1)} = {(v|1), (w|1),
(x|1), (y|0), (z|1)} atau A B = {v, w, x, z}
d. Berdasarkan hasil pada butir c, maka:
A B c = {(v|0), (w|0), (x|0), (y|1), (z|0)} atau A B = {y}.
c
MATA4232/MODUL 1 1.9
A B
A B
maks μABc x , μAc B x
maks μA B x , μB A x
atau,
1.10 Himpunan Kabur
μA B x μA B x μB A x
μA x μBc x μAc x μB x
Catatan.
Dalam beberapa literatur, jumlah disjongtif kadang-kadang disebut beda
simetris (symetric difference).
Contoh 6
Misalkan E = {v, w, x, y, z} dan
A = {(v|0), (w|1), (x|1), (y|0), (z|1)}
B = {(v|1), (w|0), (x|1), (y|0), (z|1)}
Tentukanlah:
a. A – B
b. B – A
c. A B
Penyelesaian
c
a. Karena B = {(v|0), (w|1), (x|0), (y|1), (z|0)}, maka:
A – B = {(v|0 0), (w|1 1), (x|1 0), (y|0 1), (z|1 0)}
= {(v|0), (w|1), (x|0), (y|0), (z|0)}
b. Karena A c = {(v|1), (w|0), (x|0), (y|1), (z|0)}, maka:
B – A = {(v|1 1), (w|0 0), (x|1 0), (y|0 1), (z|1 0)}
= {(v|1), (w|0), (x|0), (y|0), (z|0)}
c. Berdasarkan hasil pada butir a dan butir b, maka:
AB
= A Bc Ac B = (A – B) (B – A)
= {(v|0 1), (w|1 0), (x|0 0), (y|0 0), (z|0 0)}
= {(v|1), (w|1), (x|0), (y|0), (z|0)}
MATA4232/MODUL 1 1.11
LAT IH A N
R A NG KU M AN
= μA B x μB A x
TES F OR M AT IF 1
Maka:
1) P Q =
A. {(a |0), (b |0), (c |1), (d |1), (e |0), (f |0), (g |0)}
B. {(a |0), (b |1), (c |0), (d |0), (e |0), (f |0), (g |0)}
C. {(a |1), (b |1), (c |0), (d |0), (e |1), (f |1), (g |0)}
D. {(a |1), (b |0), (c |1), (d |1), (e |1), (f |1), (g |1)}
2) P Qc =
A. {(a |0), (b |1), (c |1), (d |1), (e |0), (f |1), (g |1)}
B. {(a |0), (b |1), (c |0), (d |0), (e |1), (f |1), (g |1)}
C. {(a |1), (b |0), (c |1), (d |1), (e |0), (f |0), (g |0}
D. {(a |1), (b |0), (c |0), (d |0), (e |1), (f |0), (g |0)}
3) P Q R =
c
4) P Q c Rc =
A. {(a |1), (b |1), (c |1), (d |1), (e |1), (f |1), (g |1)}
B. {(a |0), (b |1), (c |0), (d |1), (e |1), (f |0), (g |0)}
C. {(a |0), (b |0), (c |1), (d |0), (e |1), (f |1), (g |1)}
D. {(a |0), (b |0), (c |0), (d |1), (e |0), (f |0), (g |0)}
5) (P Q) – R =
A. {(a |0), (b |1), (c |1), (d |0), (e |1), (f |1), (g |0)}
B. {(a |1), (b |1), (c |0), (d |1), (e |1), (f |1), (g |0)}
C. {(a |1), (b |1), (c |0), (d |0), (e |1), (f |1), (g |1)}
D. {(a |1), (b |1), (c |1), (d |0), (e |0), (f |0), (g |1)}
1.14 Himpunan Kabur
6) P Q c R =
A. E
B.
C. {(a |1), (b |1), (c |1), (d |1), (e |0), (f |1), (g |1)}
D. {(a |0), (b |0), (c |0), (d |0), (e |1), (f |1), (g |0)}
7) P Q =
A. E
B.
C. {(a |1), (b |0), (c |0), (d |1), (e |0), (f |1), (g |0)}
D. {(a |1), (b |0), (c |1), (d |1), (e |1), (f |1), (g |0)}
8) μ P R c x =
A. 0 untuk x = a dan b
B. 0 untuk x = a dan 1 untuk x = b
C. 1 untuk x = a dan 0 untuk x = b
D. 1 untuk x = a dan b
9) μ P Q c
R x =
A. 0 untuk x = a dan d
B. 0 untuk x = a dan 1 untuk x = d
C. 1 untuk x = a dan 0 untuk x = d
D. 1 untuk x = a dan d
10) μQ R x =
A. 0 untuk x = b dan e
B. 0 untuk x = b dan 1 untuk x = e
C. 1 untuk x = b dan 0 untuk x = e
D. 1 untuk x = b dan e
MATA4232/MODUL 1 1.15
Kegiatan Belajar 2
di mana bilangan antara tanda ”|” dan ”)” menyatakan harga fungsi
karakteristik pada elemen yang berada di depan tanda ”|”. Himpunan A yang
dinyatakan melalui konsep matematik tersebut di atas, dinamakan himpunan
bagian kabur dari E. Untuk selanjutnya kita tuliskan: A E (di bawah
huruf ”A” ada tanda tilde ”~” untuk menunjukkan bahwa A adalah suatu
himpunan kabur). Agar kita dapat membedakan himpunan bagian kabur
dengan himpunan bagian sederhana, maka pengertian keanggotaan pada
himpunan bagian kabur diberi simbol sebagai berikut.
x A
A( x )
Contoh 1
Perhatikan kembali himpunan bagian kabur A di atas;
A = {(a|0,2), (b|0), (c|0,3), (d|1), (e|0,8)}
Maka:
a A ; b A ; c A ; d A ; dan e A
0 ,2 0 0 ,3 1 0 ,8
Catatan.
Tanda (di bawah tanda ”” ada bilangan yang menunjukkan derajat
1
keanggotaan) ekivalen dengan . Sedangkan tanda ekivalen dengan .
0
Oleh karena itu pada contoh di atas dapat kita tuliskan b A dan d A .
Himpunan bagian kabur A pada contoh di atas dapat pula ditulis dalam
bentuk
A = {(x| μ A x ) | x E}
Definisi
Misalkan E himpunan semesta. Himpunan bagian kabur A dari E adalah
himpunan yang berbentuk,
{(x| μ A x ) | x E}
1.18 Himpunan Kabur
Contoh 2
Misalkan R himpunan bilangan real dan a R. Maka himpunan
adalah himpunan bagian kabur dari R, karena x bisa berharga berapa saja di
sekitar a.
Contoh 3
Misalkan U himpunan mahasiswa UT. Kita tuliskan B = {x | x U, x
berprestasi baik} atau B adalah himpunan mahasiswa UT yang berprestasi
baik. Maka B adalah himpunan bagian kabur dari U, karena x bisa berharga
berapa saja di sekitar (misalnya) 9.
Contoh 4
Misalkan M himpunan mahasiswa Indonesia dan C = {x|x M, x berbadan
tegap}. Jadi, C adalah himpunan mahasiswa Indonesia yang berbadan tegap.
Maka jelas, C adalah himpunan bagian kabur dari M, karena x bisa berharga
berapa saja di sekitar suatu nilai yang menunjukkan ketegapan.
Berikut ini akan Anda temukan beberapa contoh lagi tentang himpunan
bagian kabur beserta dengan derajat keanggotaannya.
Contoh 5
Misalkan E = {a, b, c, d, e} dan A E. Tentukanlah A , jika
0; untuk x a, d, f
A x = 0,5; untuk x c, e
1; untuk x b
Penyelesaian
A = {(a |0), (b |1), (c |0,5), (d |0), (e |0,5), (f |0)}
Pada contoh ini, keanggotan dalam himpunan kabur A dapat dituliskan
sebagai berikut.
a A atau a A ; b A atau b A ; c A;
0 1 0 ,5
dA; e A ; dan f A
0 ,5
Contoh 6
Misalkan E ={0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9} dan A E. Jika
5 x
μA x = untuk setiap x di E,
5
tentukanlah A .
Penyelesaian
μ A 0 = 1; μ A 1 = 0,8; μ A 2 = 0,6;
μ A 3 = 0,4; μ A 4 = 0,2; μ A 5 = 0;
μ A 6 = 0,2; μ A 7 = 0,4; μ A 8 = 0,6; dan μ A 9 = 0,8.
Ini berarti,
1.20 Himpunan Kabur
0 A ; 1 A ; 2 A ; 3 A ; 4 A;
0 ,8 0,6 0, 4 0, 2
5 A ; 6 A ; 7 A ; 8 A ;dan 9 A.
0, 2 0, 4 0,6 0 ,8
Jadi,
Contoh 7
Misalkan E ={x | x real dengan 0 x 3} dan A E. Diketahui fungsi
keanggotaan dalam A diberikan oleh,
3 x 2
μA x 8 0
t dt untuk x E
0, untuk x E
Penyelesaian
a. 2 A dengan derajat keanggotaannya sebesar,
μA 2
2 2
3 1 3
μA 2 = t 2 dt t 1
8 0 8 0
1 1
3 1
μ A 1 = t 2 dt t 3 0,125
8 0 8 0
μ A 4 = 0, sebab 4 E.
MATA4232/MODUL 1 1.21
LAT IH A N
x
μA x et dt .
0
Hitunglah derajat keanggotaan x dalam A , jika:
x=1
x = 1,5
x=2
e dt 1.
-t
(i)
0
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
4) P =
A. {(a |0,4), (b |0,4), (c |0,4), (d |0,4), (e |0), (f |0)}
B. {(a |0,5), (b |0,2), (c |0), (d |0,4), (e |0), (f |0)}
C. {(a |0), (b |0,5), (c |0,4), (d |1), (e |0), (f |0,2)}
D. {(a |1), (b |0,4), (c |0), (d |0), (e |0), (f |0,2)}
5) Q =
A. {(a |0), (b |0,2), (c |0,4), (d |1), (e |0), (f |0,2)}
B. {(a |1), (b |0,2), (c |0), (d |0,4), (e |0), (f |0)}
C. {(a |0,4), (b |0,2), (c |0,4), (d |0,4), (e |0,2), (f |0)}
D. {(a |0,5), (b |0,2), (c |0), (d |1), (e |0,2), (f |0,2)}
7) μP 4 =
A. 1
B. 0,8
C. 0,2
D. 0
9) P =
A. {(1|0,2), (2|0,4), (3|0,6), (4|0,8), (5|1)}
B. {(-5|0), (-4|0,2), (-3|0,4), (-2|0,6), (-1|0,8), (1|0,8), (2|0,6), (3|0,4),
(4|0,2), (5|0)}
C. {(-5|0), (-4|0,2), (-3|0,4), (-2|0,6), (-1|0,8), (0|1), (1|0,8), (2|0,6),
(3|0,4), (4|0,2), (5|0)}
D. {(-5|0), (-4|0,2), (-3|0,4), (-2|0,6), (-1|0,8), (0|1)}
Daftar Pustaka
Gray J.B dan Ling R.F. (1984)./ k-klustering as a detection tool for
influential subsets in regression. Technometrics, Vol.26,No.4.