Eviddence Based Nursing
Eviddence Based Nursing
Eviddence Based Nursing
Oleh
Eka Apriani
G3A020136
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN PENILISAN
1. Tujuan instruksional umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
diagnosa medis malaria.
2. Tujuan instruksional khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian Malaria
b. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi Malaria
c. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi Malaria
d. Mahasiswa mampu menyebutkan manifestasi Malaria
e. Mahasiswa mampu menyebutkan penatalaksanaan Malaria
f. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian fokus Malaria
g. Mahasiswa mampu menjelaskan diagnosa keperawatan Malaria
h. Mahasiswa mampu menjelaskan intervensi dan rasional keperawatan
Malaria
i. Mahasiswa mampu mengaplikasikan jurnal Evidence Based pada
pasien dengan Malaria
C. METODE PENULISAN
Metode penulis dari makalah ini dengan cara mencari referensi yang sesuai
melalui sumber kepustakaan buku keperawatan, serta mencari referensi
tambahan melalui internet.
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini disusun dengan sistematika yang terdiri dari poin-poin yang
penting, diantaranya yaitu:
1. BAB I : Pendahuluan
2. BAB II : Konsep Dasar
3. BAB III : Resume Asuhan Keperawatan
4. BAB IV : Aplikasi Jurnal Evidence Based Nursing Riset
5. BAB V : Pembahasan
6. BAB VI : Penutup
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Malaria
biak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini secara alami
masa inkubasi 8-14 hari, plasmodium oval dengan masa inkubasi 8-14
hari, dan plasmodium malaria dengan masa inkubasi 7-30 hari [6].
nyamuk dari genus anopheles. Gejala yang ditimbulkan antara lain adalah
vivax.
B. Klasifikasi Malaria
falciparum.
d. Malaria Ovale malaria jenis ini juga disebut dengan istilah
malaria pernisiosa di mana memang infeksi terjadi akibat
serangan parasit Plasmodium ovale. Dalam istilah lain lagi,
kondisi malaria jenis ini diketahui sebagai kondisi malaria
tertiana ringan dan memang termasuk sangat langka terjadi
pada manusia
C. Etiologi Malaria
Disebabakan oleh bakteri dalam genus protozoa yaitu plasmodium yang
masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk anopheles betina.
E. Patofisiologi Malaria
F. Patway Malaria
G. Tanda dan gejala Malaria
H. Pemeriksaan Penunjang
I. Penatalaksanaan Malaria
Terapi Suportif
Terapi suportif yang dapat diberikan untuk pasien malaria adalah terapi
cairan, transfusi darah, terapi simtomatik, koreksi kondisi asidosis dan
hipoglikemia. WHO menyarankan agar pasien dewasa dengan malaria
berat dirawat di ruang perawatan intensif.
Terapi Cairan
Terapi cairan pada malaria berat harus dinilai secara individual. Orang
dewasa dengan malaria berat rentan mengalami kelebihan cairan,
sedangkan anak-anak cenderung dehidrasi. Untuk itu, diperlukan evaluasi
tekanan vena jugularis, perfusi perifer, turgor kulit, capillary refill time,
dan urine output.
Transfusi Darah
Anemia berat umumnya terjadi pada anak. Untuk itu, transfusi
darah direkomendasikan dilakukan pada pasien dengan kadar hemoglobin
di bawah 5 gram/dL. Di daerah dengan endemisitas rendah, kadar
hemoglobin <7 gram/dL merupakan indikasi untuk transfusi darah.
Terapi Simtomatik
Antipiretik harus diberikan jika suhu tubuh >38,5oC. Antipiretik yang
banyak digunakan adalah paracetamol yang dapat diberikan setiap 4 jam.
Penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid, seperti diklofenak dan asam
mefenamat tidak lagi direkomendasikan karena meningkatkan risiko
perdarahan gastrointestinal, gangguan ginjal, dan sindrom Reye.
Antiemetik parenteral dapat diberikan untuk mengurangi mual dan muntah
sampai toleransi oral pasien baik. Jika terjadi kejang, penatalaksanaan
kejang dapat diberikan berdasarkan algoritma kejang pada dewasa atau
anak.
K. Pemeriksaan penunjang
Periksa yang perlu dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit
malaria yaitu pemeriksaan sediaan darah (SD) untuk mengidentifikasi
tebal tipisnya, serta positif atau negatif; dan pemeriksaan atau tes dianotik
cepat (rapid diagnotic test) yang digunakan untuk mendeteksi antigen
parasit malaria. Uji deteksi ini berkangsung cepat, tetapi dapat melewatkan
parasitemia rendah serta tidak dapat menghitung jumlah parasitemia.
L. Diagnosa Keperawatan
- Hipertermi
- Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- Kurang pengetahuan
M. Intervensi keperawatan
N. Dx Rencana T
T
D
1. Hipertermi Observasi
b/d proses Identifikasi tanda dan gejala hipertermi
infeksi Identifikasi kemungkinan penyebab hipertermi
Terapeutik,edukasi
Berikan lingkungan yang nyaman
Anjurkan pasien untuk sering minum
Anjurkan pasien memakai pakaian yang nyaman dan menyerap
keringat
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antipiretik
2 Nutrisi Observasi
kurang dari Identifikasi penyebab hilangnya nafsu makan, atau mual muntah
kebutuhan bila terjadi
tubuh b/d Terapeutik
intake Sediakan lingkungan nyaman
anadekuar Edukasi
Anjurkan tirah baring
Anjurkan makan sedikit tapi sering
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan,
Kolaborasi pemberian antiemetik
4 Defisit Berikan penkes terhadap keluarga tentang penyakit, program
pengetahuan terapi, dan bentuk dietserta aktivitas.
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
Identitas Pasien
Nama : Tn.A
Usia : 43 th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Lampu satu
Tanggal masuk : Kamis, 26 Maret 2021 pukul 09.00
Tanggal pengkajian : Kamis, 26 Maret 2021 pukul 11.00
No CM : C8374xx
Diagnose medis : Malaria
Keluhan utama
Riwayat kesehatan Sekarang
Pernapasan : 22 x/menit
a. Kepala :
1) Rambut :
klien.
2) Mata :
3) Mulut :
b. Leher :
c. Thorak
ronchi.
d. Abdomen :
Perkusi : Timpani.
e. Ekstermitas :
terpasang infus
4444 4444
4444 4444
Malaria/DDR :
Plasmodium
vivax (+) Positif (-) Negatif
Kimia klinik :
Ureum serum
29.0 Mg/dl 20 -40
Kreatinin serum
0.6 Mg/dl 0.5 -1.2
Glukosa sewaktu :
Glukosa sewaktu
H 167 Mg/dl 70 – 120
15
15
8. Penatalaksanaan Medis :
Neorodex 2 x 1
9. Kebiasaan sehari – hari
Nutrisi :
A. Makan
- Jenis makanan Nasi, lauk, sayur, dan Bubur, nasi, buah, susu,
buah sayur
Tidak ada -
- Pantangan
Eliminasi :
Pola BAK
Frekuensi
Warna 4 – 5 x sehari 3 -4 x sehari
Personal Hygiene
BB : 49 kg
TB : 165 cm
IMT : Indeks Masa Tubuh
BB Kg
IMT :
TB2 (m)
: 49 kg
(1,65 m)2
: 49 kg
2.7225 m
: 20.4 (Normal)
20 -25 : Normal
25 – 30 : overweight
>30 : obesitas
Suhu 38,60C
BB : 49 kg
71
7. Kolaborasi
untuk
pemberian
antipiretik, anti
malaria, dan
anti biotik.
APLIKASI EBN
A. Identifikasi pasien
Nama lengkap : Tn. A
No. Registrasi : C8374xx
Umur : 43 Tahun
Tanggal masuk : Kamis, 26 Maret 2021 pukul 09.00
Jenis kelamin : laki- laki
Diagnosa Medis : Malaria
B. Data focus
DS :
Tn.A mengatakan demam sudah sejak satu minggu lalu, mual muntah mulai
kemarin ( 25 maret)
DO :
TD : 110/80 mmHg
S : 38,6 ºC
N : 86 x/mnt
RR : 22 x/mnt
Pasien dalam keadaan cm
C. Diagnose keperawatan
Hipertermi b/d proses infeksi
D. Aplikasi Ebn yang diterapkan
Terapi artemisinin combination therapy (ACT)
E. Alasan dan justifikasi penerapan EBN
Infeksi plasmodium baik hepar/ eritrosit
Kompensansi tubuh
hipertermi
Landasan teori
Efektifitas terapi ACT, dengan tidak adanya parasitemia dan suhu aksila
24 jam pertama pasien demam dan obat harus dimi- num habis dalam 3 hari. Kami
menemukan efektifitas terapi ACT adalah 95%, sedangkan proporsi peng- obatan
efektif di Indonesia adalah 45,5 persen. Lima provinsi tertinggi dalam pengobatan
malaria secara efektif adalah Bangka Belitung (59,2%), Sumatera Utara (55,7%),
Bengkulu (53,6%), Kalimantan Tengah (50,5%), dan Papua (50,0%).
Rasional : mencegah infeksi bakteri plasmodium dalam hati dan sel darah
1. Kelebihan
Salah satu terapi yang efektif untuk membunuh bakteri atau mencegah
perkembangan bakteri baik dalam hati maupun sel darah merah.
2. Kekurangan
Efektifitas pemberian terapi act tergantung pada usia, dan riwayat
malaria sebelumnya.
3. Hambatan
a. Pasien tidak mematuhi program minum obat sampai habis
BAB VI
PENUTUP
F. Kesimpulan
Malaria dapat dialami oleh siapa saja terkhusus di daerah
endemic malaria seperti Papua, dengan adanya terapi ACT yang lebih
efektif dibandingkan kina, menjadi salah satu alternative bagi pasein
dengan malaria.
G. Saran
1. Diharapkan perawat akan terus meningkatkan kualitas dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien malaria.
2. Diharapkan pasien mampu mengaplikasikan dan juga
melibatkan keluarga dalam penanganan malaria.