Eviddence Based Nursing

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 28

EVIDDENCE BASED NURSING: APLIKASI TERAPI ARTEMISININ

COMBINATION THERAPY (ACT) DALAM ASUHAN KEPERAWATAN PADA


PASIEN DENGAN MALARIA

Oleh

Eka Apriani

G3A020136

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

TAHUN AJARAN 2021

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Malaria adalah penyakit infeksi menular yang menyebar melalui gigitan


nyamuk. Penderita malaria akan mengeluhkan gejala demam dan menggigil.
Walaupun mudah menular melalui gigitan nyamuk, malaria bisa sembuh
secara total bila ditangani dengan tepat. Namun jika tidak ditangani, penyakit
ini bisa berakibat fatal dari menyebabkan anemia berat, gagal ginjal, hingga
kematian.(Stiadi,2016)
Gejala malaria timbul setidaknya 10-15 hari setelah digigit nyamuk.
Munculnya gejala melalui tiga tahap selama 6-12 jam, yaitu menggigil,
demam dan sakit kepala, lalu mengeluarkan banyak keringat dan lemas
sebelum suhu tubuh kembali normal. Tahapan gejala malaria dapat timbul
mengikuti siklus tertentu, yaitu 3 hari sekali (tertiana) atau 4 hari sekali
(kuartana).

B. TUJUAN PENILISAN
1. Tujuan instruksional umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
diagnosa medis malaria.
2. Tujuan instruksional khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian Malaria
b. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi Malaria
c. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi Malaria
d. Mahasiswa mampu menyebutkan manifestasi Malaria
e. Mahasiswa mampu menyebutkan penatalaksanaan Malaria
f. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian fokus Malaria
g. Mahasiswa mampu menjelaskan diagnosa keperawatan Malaria
h. Mahasiswa mampu menjelaskan intervensi dan rasional keperawatan
Malaria
i. Mahasiswa mampu mengaplikasikan jurnal Evidence Based pada
pasien dengan Malaria

C. METODE PENULISAN
Metode penulis dari makalah ini dengan cara mencari referensi yang sesuai
melalui sumber kepustakaan buku keperawatan, serta mencari referensi
tambahan melalui internet.
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini disusun dengan sistematika yang terdiri dari poin-poin yang
penting, diantaranya yaitu:
1. BAB I : Pendahuluan
2. BAB II : Konsep Dasar
3. BAB III : Resume Asuhan Keperawatan
4. BAB IV : Aplikasi Jurnal Evidence Based Nursing Riset
5. BAB V : Pembahasan
6. BAB VI : Penutup

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Malaria

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit

yang merupakan golongan plasmodium yang hidup dan berkembang

biak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini secara alami

ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles. Malaria merupakan salah

satu penyakit yang tersebar di beberapa wilayah di dunia. Umumnya

tempat-tempat yang rawan malaria terdapat pada Negara-negara

berkembang dimana tidak memiliki tempat penampungan atau

pembuangan air yang cukup, sehingga menyebabkan air menggenang

dan dapat dijadikan sebagai tempat ideal nyamuk untuk bertelur.


Malaria disebabkan oleh parasit dari genus plasmodium. Ada empat jenis

plasmodium yang dapat menyebabkan malaria, yaitu plasmodium

falciparum dengan masa inkubasi 7-14 hari, plasmodium vivax dengan

masa inkubasi 8-14 hari, plasmodium oval dengan masa inkubasi 8-14

hari, dan plasmodium malaria dengan masa inkubasi 7-30 hari [6].

Parasit-parasit tersebut ditularkan pada manusia melalui gigitan seekor

nyamuk dari genus anopheles. Gejala yang ditimbulkan antara lain adalah

demam, anemia, panas dingin, dan keringat dingin. Untuk mendiagnosa

seseorang menderita malaria adalah dengan memeriksa ada tidaknya

plasmodium pada sampel darah. Namun yang seringkali ditemui dalam

kasus penyakit malaria adalah plasmodium falciparum dan plasmodium

vivax.

B. Klasifikasi Malaria

a. Malaria tertiana adalah jenis malaria yang pertama untuk


dibahas kali ini dan ini merupakan jenis malaria yang juga
disebut dengan malaria vivax. Penyebab utama dari penyakit
malaria ini adalah Plasmodium vivax. Justru jenis malaria
inilah yang tergolong paling umum terjadi dan sudah banyak
kasus di mana orang-orang menderita jenis penyakit malaria
ini.
b. Malaria Quartana disebabkan oleh Plasmodium malariae yang
merupakan penyebab utama yang diketahui memicu timbulnya
malaria quartana ini. Jenis malaria ini berbeda dari tertiana;
bila jenis tertiana memiliki serangan setiap 48 jam, maka jenis
malaria quartana justru terjadi setiap 72 jam. 
c. Malaria Tropika jenis malaria ini termasuk yang berat karena
gejala yang terjadi pada penderitanya memang lebih serius.
Jenis penyakit satu ini penyebabnya diketahui adalah
parasit Plasmodium falcifarum dan malaria tropika ini memiliki
istilah sebutan lain, yakni malaria tertiana maligna/malaria

falciparum.
d. Malaria Ovale malaria jenis ini juga disebut dengan istilah
malaria pernisiosa di mana memang infeksi terjadi akibat
serangan parasit Plasmodium ovale. Dalam istilah lain lagi,
kondisi malaria jenis ini diketahui sebagai kondisi malaria
tertiana ringan dan memang termasuk sangat langka terjadi
pada manusia

C. Etiologi Malaria
Disebabakan oleh bakteri dalam genus protozoa yaitu plasmodium yang
masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk anopheles betina.

D. Faktor Risiko Malaria


a. Lingkungan
b. Riwayat sakit sebelumnya (pernah mengalami malaria)
c. Gaya hidup

E. Patofisiologi Malaria

dr. Saphira Evani, 2020

Siklus hidup Plasmodium dibagi 2, yakni stadium aseksual di dalam tubuh


manusia dan stadium seksual di dalam tubuh nyamuk. Saat menggigit
manusia, nyamuk Anopheles sp. betina yang terinfeksi Plasmodium akan
menginokulasi sporozoit dari air ludahnya ke sirkulasi darah manusia.
Pada siklus eksoeritrositik, sporozoit akan menginvasi hepatosit,
bereplikasi secara aseksual dan mengalami maturasi menjadi skizon.
skizon kemudian ruptur melepaskan merozoit ke peredaran darah. Pasien
asimtomatik selama siklus eksoeritrositik. Siklus eksoeritrositik
berlangsung selama 8–25 hari untuk Plasmodium falciparum, 8–27 hari
untuk Plasmodium vivax, 9–17 hari untuk Plasmodium ovale, dan 15–30
hari untuk Plasmodium malariae.
Sejumlah sporozoit Plasmodium vivax dan Plasmodium
ovale  tidak segera berkembang menjadi merozoit dalam siklus
eksoeritrositik, melainkan menjadi hipnozoit. Hipnozoit mampu bertahan
(dorman) di hepatosit dalam waktu panjang, yakni beberapa minggu
hingga beberapa tahun. Setelah fase dorman tersebut, hipnozoit dapat
kembali aktif dan menghasilkan merozoit untuk dilepaskan ke sirkulasi
darah. Hipnozoit yang menyebabkan kasus malaria relaps. Siklus
Eritrositik merozoit kemudian menginfeksi eritrosit yang menandai awal
siklus eritrositik. Merozoit kemudian berkembang menjadi trofozoit imatur
(cincin), trofozoit matur, terakhir menjadi skizon yang ketika ruptur
kembali melepaskan merozoit dan kembali menginfeksi eritrosit
normal.Sebagian parasit dalam bentuk trofozoit imatur berdiferensiasi
menjadi mikrogametosit (jantan) atau makrogametosit (betina).
Gametosit tersebut akan ikut masuk ke dalam tubuh
nyamuk Anopheles sp. saat menggigit manusia.Durasi siklus eritrositik
berbeda-beda tergantung pada spesies Plasmodium yang berimplikasi pada
gejala demam yang muncul setiap 24 atau 48 jam. Siklus sporogenik
terjadi dalam tubuh nyamuk. Parasit berkembang biak secara seksual, yang
diawali dengan mikrogametosit mempenetrasi makrogametosit dan
menghasilkan zigot. Kemudian, zigot berubah menjadi ookinet yang motil
dan menginvasi dinding saluran pencernaan tengah (midgut) nyamuk dan
berkembang menjadi oocyst. Oocyst kemudian akan ruptur dan
melepaskan sporozoit yang akan masuk ke kelenjar ludah nyamuk.
Patofisiologi : Patofisiologi munculnya gejala pada malaria berkaitan
dengan siklus eritrositik parasit. Parasitemia meningkat setiap kali terjadi
lisis eritrosit dan ruptur skizon eritrosit yang melepaskan ribuan parasit
dalam bentuk merozoit dan zat sisa metabolik ke sirkulasi darah. Tubuh
yang mengenali antigen tersebut kemudian melepaskan makrofag,
monosit, limfosit, dan berbagai sitokin, seperti tumor necrosis factor
alpha (TNF- α), Sitokin TNF-α dalam sirkulasi darah yang sampai ke
hipotalamus akan menstimulasi demam. Demam bertahan selama 6–10
jam, lalu suhu tubuh kembali normal, dan meningkat kembali setiap 48–72
jam saat siklus eritrositik lengkap. Selain TNF-α, ditemukan juga sitokin
proinflamasi lainnya, seperti interleukin 10 (IL-10) dan interferon γ (IFN-
γ). Pada fase infeksi lanjutan, tubuh memproduksi antibodi yang
membantu proses pembersihan parasit melalui jalur makrofag-sel T-sel B.

F. Patway Malaria
G. Tanda dan gejala Malaria

- Tubuh merasakan sensasi dingin dan menggigil


- Demam
- Sakit kepala
- Mual dan muntah
- Kejang, biasanya terjadi pada penderita malaria di usia muda
- Tubuh berkeringat diiringi dengan kelelahan
- Nyeri pada tubuh
- Anemia

H. Pemeriksaan Penunjang

- Lab cek darah lengkap(rdt,pcr, rdt) cek fungsi hati sgot/sgpt

I. Penatalaksanaan Malaria
Terapi Suportif
Terapi suportif yang dapat diberikan untuk pasien malaria adalah terapi
cairan, transfusi darah, terapi simtomatik, koreksi kondisi asidosis dan
hipoglikemia. WHO menyarankan agar pasien dewasa dengan malaria
berat dirawat di ruang perawatan intensif.

Terapi Cairan
Terapi cairan pada malaria berat harus dinilai secara individual. Orang
dewasa dengan malaria berat rentan mengalami kelebihan cairan,
sedangkan anak-anak cenderung dehidrasi. Untuk itu, diperlukan evaluasi
tekanan vena jugularis, perfusi perifer, turgor kulit, capillary refill time,
dan urine output.

Transfusi Darah
Anemia berat umumnya terjadi pada anak. Untuk itu, transfusi
darah direkomendasikan dilakukan pada pasien dengan kadar hemoglobin
di bawah 5 gram/dL. Di daerah dengan endemisitas rendah, kadar
hemoglobin <7 gram/dL merupakan indikasi untuk transfusi darah.

Terapi Simtomatik
Antipiretik harus diberikan jika suhu tubuh >38,5oC. Antipiretik yang
banyak digunakan adalah paracetamol  yang dapat diberikan setiap 4 jam.
Penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid, seperti diklofenak dan asam
mefenamat tidak lagi direkomendasikan karena meningkatkan risiko
perdarahan gastrointestinal, gangguan ginjal, dan sindrom Reye.
Antiemetik parenteral dapat diberikan untuk mengurangi mual dan muntah
sampai toleransi oral pasien baik. Jika terjadi kejang, penatalaksanaan
kejang dapat diberikan berdasarkan algoritma kejang pada dewasa atau
anak.

Terapi pemberian obat


Diberikan sesuai dengan klasifikasi malaria yang dialami.
J. Pengkajian Malaria
-identitas pasien
-riwayat penyakit
-pemeriksaan fisik
-keadaan umum
-ttv
-sistem pernafasan
-sistem kardiofaskuler
-perkemihan
-pencernaan
-muskuluskeletal

K. Pemeriksaan penunjang
Periksa yang perlu dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit
malaria yaitu pemeriksaan sediaan darah (SD) untuk mengidentifikasi
tebal tipisnya, serta positif atau negatif; dan pemeriksaan atau tes dianotik
cepat (rapid diagnotic test) yang digunakan untuk mendeteksi antigen
parasit malaria. Uji deteksi ini berkangsung cepat, tetapi dapat melewatkan
parasitemia rendah serta tidak dapat menghitung jumlah parasitemia.
L. Diagnosa Keperawatan
- Hipertermi
- Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- Kurang pengetahuan

M. Intervensi keperawatan
N. Dx Rencana T
T
D
1. Hipertermi Observasi
b/d proses Identifikasi tanda dan gejala hipertermi
infeksi Identifikasi kemungkinan penyebab hipertermi
Terapeutik,edukasi
Berikan lingkungan yang nyaman
Anjurkan pasien untuk sering minum
Anjurkan pasien memakai pakaian yang nyaman dan menyerap
keringat
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antipiretik
2 Nutrisi Observasi
kurang dari Identifikasi penyebab hilangnya nafsu makan, atau mual muntah
kebutuhan bila terjadi
tubuh b/d Terapeutik
intake Sediakan lingkungan nyaman
anadekuar Edukasi
Anjurkan tirah baring
Anjurkan makan sedikit tapi sering
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan,
Kolaborasi pemberian antiemetik
4 Defisit Berikan penkes terhadap keluarga tentang penyakit, program
pengetahuan terapi, dan bentuk dietserta aktivitas.

BAB III

LAPORAN KASUS

A. Pengkajian

Identitas Pasien

Nama : Tn.A
Usia : 43 th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Lampu satu
Tanggal masuk : Kamis, 26 Maret 2021 pukul 09.00
Tanggal pengkajian : Kamis, 26 Maret 2021 pukul 11.00
No CM : C8374xx
Diagnose medis : Malaria

Keluhan utama
Riwayat kesehatan Sekarang

Klien dibawa oleh keluarga ke RS Bunda Pengharapan Merauke


pada tanggal 26 Maret 2021 pukul 09.00 WITA dengan keluhan
demam dirasakan sejak 1 minggu yang lalu, keluhan menggigil baru
dirasakan sejak kemarin (25 Maret 2021), merasa mual, muntah satu
kali, tubuh terasa panas, sering berkeringat, kepala pusing, seluruh tubuh
dirasakan sakit dan pegal-pegal. Tiga hari yang lalu klien sudah
minum obat yang di beli di warung yaitu paracetamol guna menurunkan
panas tetapi tidak ada perubahan. Tanda tanda vital : TD : 110/80 mmHg,
Nadi : 86 x/menit, Pernafasan: 22 x/menit, Suhu : 38,60C, Berat badan :
49 kg, Tinggi badan : 165cm

Riwayat kesehatan dahulu

Klien mengatakan belum pernah sakit malaria sebelumnya, keluarga pun


belum ada yang sakit malaria.
Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Lemah


Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Suhu : 38,60C

Pernapasan : 22 x/menit

Pemeriksaan head to toe :

a. Kepala :

1) Rambut :

Inspeksi : Distribusi rambut merata, warna rambut hitam,

kulit kepala terlihat bersih, terlihat banyak

rambut yang gugur pada bantal tempat tidur

klien.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

2) Mata :

Inspeksi : Fungsi penglihatan kurang klien menggunakan

kacamatan, letak simentris, sklera anikterik,

conjungtiva anemis, sekret tidak ada, pupil

isokor, reflek cahaya positif.

3) Mulut :

Inspeksi : Mukosa bibir terlihat kering, lidah terlihat kotor,

tidak ada lesi, tidak ada stomatitis, lidah terasa

pahit, tidak ada karies.

b. Leher :

Inspeksi : Tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada

pembesaran kelenjar tyroid.


Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

c. Thorak

Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada benjolanatau bekas luka

operasi, tidak ada alat bantu pernafasan.

Auskultasi : bunyi nafas vesikuler, tidak ada wheezing, tidak ada

ronchi.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

Perkusi : Redup, resonan pada lapang paru.

d. Abdomen :

Inspeksi : Terlihat distensi, tidak ada benjolan, tidak terdapat

bekas luka operasi.

Auskultasi : Bising usus 12 x/menit.


Palpasi : Nyeri tekan epigastrik (+), tidak ada pembesaran

hepar atau limpa.

Perkusi : Timpani.

e. Ekstermitas :

Atas : Akral dingin, udema tidak ada, tangan kiri

terpasang infus

Bawah: Akral dingin, tidak ada varises, klien jarang

menggerakan kakinya karena masih merasa lemah.

Kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah :

4444 4444

4444 4444

Tabel 3.1 Data Penunjang

Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

Malaria/DDR :
Plasmodium
vivax (+) Positif (-) Negatif
Kimia klinik :
Ureum serum
29.0 Mg/dl 20 -40
Kreatinin serum
0.6 Mg/dl 0.5 -1.2
Glukosa sewaktu :
Glukosa sewaktu
H 167 Mg/dl 70 – 120

15
15
8. Penatalaksanaan Medis :

Tabel 3.2 Penatalaksanaan Medis

Terapi tanggal 26 /3/ 2021 Terapi tanggal 26/03/2021

Intra vena : Intra vena :

Infus RL 20 tts/menit Infus RL 20 tts/menit


Ondan sentron 1 x 1
7) Dexamethasone
Ranitidin 2 x 1
8) Dhipinehidramine
Cefotaxime 2 x 1
Cefotaxime 2 x 1
Obat oral :
Paracetamol 3 x 1 Obat oral :

Dexanta sirup 3 x 1 Malarex (4) – (4) – 2

Neorodex 2 x 1 Dexanta sirup 3x1

Vometa 3 x 1 Vometa 3x1

Neorodex 2 x 1
9. Kebiasaan sehari – hari

Tabel 3.3 Kebiasaan sehari-hari

Kebiasaan Dirumah Dirumah sakit

Nutrisi :

A. Makan

- Pola makan 3x sehari 3 x sehari

- Porsi 1 porsi 3 sendok makan

- Jenis makanan Nasi, lauk, sayur, dan Bubur, nasi, buah, susu,
buah sayur

Tidak ada -

- Pantangan
Eliminasi :

 Pola BAB 1 x sehari 1x sehari


Konsistensi Lembek Lembek
Bau Khas Khas
Kuning Kuning
Kesulitan Tidak ada Tidak ada

 Pola BAK
Frekuensi
Warna 4 – 5 x sehari 3 -4 x sehari
Personal Hygiene

 Mandi 2 x sehari 2x (dilap oleh ibu


dengan air hangat).
Istirahat / tidur :

 Frekuensi 6 – 8 jam / hari 4-6 jam / hari

 Kesulitan Tidak ada Tubuh sering terasa


panas ketika malam
hari, sering berkeringat,
nyeri pada sendi tulang
dan otot, tubuh terasa
pegal-pegal sehingga
Pola aktivitas tidur
Klien dapat melakukan Klien menjadi
mengatakan

aktivitas sendiri seperti tubuhnya lemah.


mandi, makan dan Aktivitas klien seperti
aktivitas lainya. makan, minum,
personal hygiene dan
eliminasi dibantu oleh
keluarga dan perawat.
10. Status nutrisi

BB : 49 kg

TB : 165 cm
IMT : Indeks Masa Tubuh

BB Kg
IMT :
TB2 (m)

: 49 kg

(1,65 m)2

: 49 kg

2.7225 m
: 20.4 (Normal)

Ket : <20 : Underweight

20 -25 : Normal

25 – 30 : overweight

>30 : obesitas

No Data focus Masalah Etiologi

2 Ds : klien mengeluh Hipertermi Infeksi bakteri


tubuhnya terasa
panas, panas yang
dirasakan hilang
timbul, dan paling
sering muncul ketika
malam hari.
Do :
 Tubuh klien teraba
panas

 Suhu 38,60C

 Klien tampak gelisah


 Mukosa bibir tampak
kering
2 Ds : Klien mengatakan Nutrisi kurang dari Mual muntah
bahwa klien tidak kebutuhan
nafsu makan dan
perutnya terasa
mual,dan pernah
muntah 1x, lidah
terasa pahit dan uluh
hati terasa nyeri.
Do :
 Porsi makan yang
dihabiskan terlihat
hanya 3 sendok makan
 Keadaan umum
tampak lemah

 BB : 49 kg

 Tinggi badan : 165 cm

 Klien tampak pucat

 Mukosa bibir tampak


kering
1 Hipertermi Tujuan : Setelah 1. Evaluasi TTV
berhubungan dilakukan pada setiap
dengan pergantian sif
peningkatan perawatan dalam atau setiap ada
metabolisme, waktu 3x24 keluhan dari
efek langsung jamterjadi klien
sirkulasi penurunan suhu
kuman pada tubuh dan panas
hipotalamus. tidak berulang.
2. Anjurkan klien
untuk
memakaikan
Kriteria hasil :
pakaian yang
 Pada palpasi tipis dan dapat
tubuh teraba menyerap
tidak panas keringat.
 Suhu tubuh
normal
 Mukosa bibir 3. Anjurkan
lembab memberikan
selimut bila
 DDR (-) menggigil.
 Klien tidak
gelisah
4. Beri kompres
 Klien mampu
menjelaskan dengan air
kembali hangat - hangat
pendidikan kuku pada
kesehatan yang aksila, lipat
diberikan.
paha, dan
 Klien mampu temporal bila
termotivasi terjadi panas.
untuk 5. Berikan klien
melaksanakan
penjelasan yang banyak minum
telah diberikan.
2000-3000
cc/hari.

71
7. Kolaborasi
untuk
pemberian

antipiretik, anti
malaria, dan
anti biotik.

3 Resiko Tujuan : Setelah 1. Kaji


ketidakseimb dilakukan pengetahuan
angan nutrisi klien tentang
kurang dari perawatan dalam intake nutrisi.
kebutuhan waktu 3x24 jam
tubuh kliendapat 2. anjurkan klien
berhubungan mempertahankan makan sedikit
dengan intake kebutuhan nutrisi tapi sering
yang tidak yang adekuat.
3. kolaborasi
dekuat:
pemberian
anorexia,
antiemetik
mual/muntah. Kriteria hasil :

 Berat badan klien


normal seimbang
dengan tinggi
badan
 Klien mampu
menghabiskan
porsi makan
yang disajikan
BAB IV

APLIKASI EBN

A. Identifikasi pasien
Nama lengkap : Tn. A
No. Registrasi : C8374xx
Umur : 43 Tahun
Tanggal masuk : Kamis, 26 Maret 2021 pukul 09.00
Jenis kelamin : laki- laki
Diagnosa Medis : Malaria

B. Data focus
DS :
 Tn.A mengatakan demam sudah sejak satu minggu lalu, mual muntah mulai
kemarin ( 25 maret)
DO :
 TD : 110/80 mmHg
 S : 38,6 ºC
 N : 86 x/mnt
 RR : 22 x/mnt
 Pasien dalam keadaan cm
C. Diagnose keperawatan
Hipertermi b/d proses infeksi
D. Aplikasi Ebn yang diterapkan
Terapi artemisinin combination therapy (ACT)
E. Alasan dan justifikasi penerapan EBN
Infeksi plasmodium baik hepar/ eritrosit

Kompensansi tubuh

hipertermi
Landasan teori

Efektifitas terapi ACT, dengan tidak adanya parasitemia dan suhu aksila

<37,50C sampai hari ke 4, menunjukkan efektifitas 95%. Hal tersebut


menunjukkan tidak adanya kegagalan terapi dini. Dua pasien yang tidak sembuh
karena terdapat gizi buruk dan hasil hapusan darah tebal masih didapatkan parasitemia.
Apakah kedua hal ini berhubungan, penelitian kami belum bisa menjawab dan
diperlukan penelitian khusus tentang itu, efek samping pemberian terapi ACT tidak
menunjukkan efek samping yang berat. Pengobatan efektif adalah pemberian ACT pada

24 jam pertama pasien demam dan obat harus dimi- num habis dalam 3 hari. Kami
menemukan efektifitas terapi ACT adalah 95%, sedangkan proporsi peng- obatan
efektif di Indonesia adalah 45,5 persen. Lima provinsi tertinggi dalam pengobatan
malaria secara efektif adalah Bangka Belitung (59,2%), Sumatera Utara (55,7%),
Bengkulu (53,6%), Kalimantan Tengah (50,5%), dan Papua (50,0%).

Mekanisme penerapan EBN

 Kaji TTV, mengecek td suhu nadi dan respirasi


Rasional : untuk mengetahui keadaan umum dan suhu pasien setelah
diberikan terapi sebelumnya
 Persiapkan obat. Dhidroartemisinin + piperaquen (DHP) selama 3 hari sesuai
advids dokter

Rasional : mencegah infeksi bakteri plasmodium dalam hati dan sel darah

A. Hasil Dan Analisa Kasus


DS :
DO :
 Pasien dalam keadaan cm
 TTV
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 37,50C
RR : 22 x/menit
GCS 15 (E4V5M6)

Hambatan Selama Aplikasi Evidence Based Nursing Practice

1. Kelebihan
Salah satu terapi yang efektif untuk membunuh bakteri atau mencegah
perkembangan bakteri baik dalam hati maupun sel darah merah.
2. Kekurangan
Efektifitas pemberian terapi act tergantung pada usia, dan riwayat
malaria sebelumnya.
3. Hambatan
a. Pasien tidak mematuhi program minum obat sampai habis
BAB VI

PENUTUP

F. Kesimpulan
Malaria dapat dialami oleh siapa saja terkhusus di daerah
endemic malaria seperti Papua, dengan adanya terapi ACT yang lebih
efektif dibandingkan kina, menjadi salah satu alternative bagi pasein
dengan malaria.
G. Saran
1. Diharapkan perawat akan terus meningkatkan kualitas dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien malaria.
2. Diharapkan pasien mampu mengaplikasikan dan juga
melibatkan keluarga dalam penanganan malaria.

Anda mungkin juga menyukai