Skrining Fitokimia Daun Sirsak
Skrining Fitokimia Daun Sirsak
Skrining Fitokimia Daun Sirsak
PENDAHULUAN
Ayat lain pada Al Quran surat Yunus ayat 101 sebagai berikut:
1
kadar zat yang terdapat dalam setiap macam tanaman. Kandungan
tersebut dapat dimanfaatkan manusia untuk kepentingan kesehatan.
Tanaman sirsak (Annona muricata L.) merupakan salah satu tanaman
dari kelas Dicotyledonae, keluarga Annonaceae, dan genus Annona. Nama
sirsak berasal dari bahasa Belanda, yakni Zuurzak yang berarti kantong asam
(Ersi, 2011).
Daun sirsak telah digunakan secara tradisional untuk mengobati
berbagai penyakit di seluruh belahan dunia antara lain: radang selaput lendir
karena penyakit asma di Andes Peru, mengobati diabetes serta penenang dan
antikejang di Amozania Peru, meredakan demam di Afrika, mengobati
penyakit liver di Madagaskar, mengobati penyakit malaria di Tago, dan
mengobati cacingan pada anak-anak di Guatemala (Zuhud, 2011).
Senyawa biokatif mempunyai berbagai manfaat. Contohnya, senyawa
flavonoid mempunyai fungsi sebagai antioksidan untuk penyakit kanker, anti
mikroba, anti virus, pengatur fotosintetis, dan pengatur tumbuh (Robinson,
1995).
Penelitian E.T Margawati, 1991 menyimpulkan pemberian ekstrak
daun sirsak, mempunyai efek menghambat pertumbuhan sel kanker mammae
mencit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun sirsak
pada dosis 30 mg dapat menghambat pertumbuhan sel kanker mammae
sebesar 26,474%, yaitu dari 65,580% menjadi 39,106%.
Uji fitokimia terhadap kandungan senyawa kimia metabolit sekunder
merupakan langkah awal yang penting dalam penelitian mengenai tumbuhan
obat atau dalam hal pencarian senyawa aktif baru yang berasal dari bahan
alam yang dapat menjadi precursor bagi sintesis obat-obat baru atau menjadi
prototype senyawa aktif tertentu. Oleh karenanya, metode uji fitokimia harus
merupakan uji sederhana tetapi terandalkan. Metode uji fitokimia yang
banyak digunakan adalah metode reaksi warna dan pengendapan yang dapat
dilakukan di lapangan atau di laboratorium (Iskandar, 2012).
Dengan dilakukannya Skrining Fitokimia, maka akan diketahui
senyawa bioaktif apa saja yang terkandung dalam daun Sirsak yang kemudian
akan dianalisis lebih lanjut terkait manfaatnya bagi manusia, seperti zat
2
flavonoid yang berfungsi sebagai antikanker yang membunuh sel-sel kanker
dan membiarkan sel-sel normal tetap hidup tidak sama dengan kemoterapi
(Iskandar, 2012).
1.5.Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui senyawa
kimia yang terkandung pada daun sirsak.
1.6.Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Untuk masyarakat: Agar masyarakat dapat mengetahui informasi tentang
kandungan fitokimia daun sirsak.
2. Untuk Peneliti selanjutnya : Agar dimanfaatkan sebagai referensi untuk
penelitian selanjutnya dan dapat bermanfaat dalam pengembangan sumber
bahan obat.
3
1.5. Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah adanya senyawa kimia yang
terkandung pada daun sirsak yaitu alkaloid, flavonoid, saponin, dan
triterpenoid.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Sirsak
Pohon sirsak (Annona nuricata L.) cukup dikenal terutama buahnya dapat
dibuat berbagai makanan maupun minuman. Jenis ini termasuk dalam suku
Annonaceae yang merupakan suku terbesar, terdiri atas sekitar 120 marga dan
2000 jenis baik berupa pohon perdu maupun merambat. Jenis-jenis Annonaceae
ini tumbuh terbesar di daerah tropik dan subtropik, umumnya mempunyai habitat
dataran rendah. Beberapa jenis dari suku ini selain mempunyai nilai ekonomis
juga berkhasiat sebagai tanaman obat. Bagian tanaman yang umum dimanfaat-
kan sebagai sumber obat-obatan secara langsung maupun sebagai ramuan adalah
bunga, buah, biji, kulit batang dan akar-akar. Pohon sirsak selama ini dapat
dimanfaatkan sebagai obat anti kejang, khususnya berupa rebusan daun
.sedangkan khasiat lainnya belum banyak diketahui (E.T, 1991).
Klasifikasi Ilmiah
5
Sirsak (Annona muricata L.) termasuk tanaman yang dapat tumbuh
dan berbuah sepanjang tahun apabila air tanah mencukupi selama
pertumbuhannya. Menurut beberapa literatur, tanaman sirsak berasal dari
Amerika Tengah. Di Indonesia, tanaman sirsak menyebar dan tumbuh baik
mulai dari daratan rendah beriklim kering sampai daerah basah dengan
ketinggian 1.000 meter dari permukaan laut. Penyebaran hampir merata
disebabkan dengan adanya nama-nama daerah yang berbeda-beda untuk
tanaman sirsak. Tanaman ini memiliki batang utama yang kecil dan
pendek. Daunnya berbentuk bulat telur agak tebal dan pada permukaan
bagian atas yang halus berwarna hijau tua, sedangkan pada bagian bawah
daun warnanya lebih tua. (Ersi, 2011).
2.1.2 Kandungan Kimia
Kandungan daun sirsak mengandung senyawa acetogenin, antara
lain asimisin, bulatacin dan squamosin. Pada konsentrasi tinggi, senyawa
acetogenin memiliki keistimewaan sebagai anti feedent. Dalam hal ini,
serangga hama tidak lagi bergairah untuk melahap bagian tanaman yang
disukainya. Sedangkan pada konsentrasi rendah, bersifat racun perut yang
bisa mengakibatkan serangga hama menemui ajalnya. Ekstrak daun sirsak
dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi hama belalang dan hama-hama
lainnya. (Septerina, 2002).
2.1.3 Sifat Kimiawi dan Efek Farmakologi
Daun sirsak dimanfaatkan sebagai pengobatan alternatif untuk
pengobatan kanker, yakni dengan mengkonsumsi air rebusan daun sirsak.
Selain untuk pengobatan kanker, tanaman sirsak juga dimanfaatkan untuk
pengobatan demam, diare, antikejang, anti jamur, anti parasit, antimikroba,
sakit pinggang, asam urat, gatal-gatal, bisul, flu, dan lain-lain. Daun sirsak
berpotensi sebagai antihipertensi, antispasmodik, obat pereda nyeri,
hipoglikemik, antikanker, emetic (menyebabkan muntah), vermifuge
(pembasmi cacing). Daun sirsak juga memiliki efek yang bermanfaat
dalam meningkatkan aktivitas enzim antioksidan dan hormon insulin pada
jaringan pankreas serta melindungi dan menjaga selsel β-pankreas
(Adewole, 2006).
6
Pada daun sirsak ditemukan senyawa acetogenin yang bermanfaat
mengobati berbagai penyakit. Acetogenin berperan serta dalam
melindungi sistem kekebalan tubuh serta mencegah infeksi yang
mematikan (Erlinger, 2004).
7
karenanya, metode uji fitokimia harus merupakan uji sederhana tetapi
terandalkan . Metode uji fitokimia yang banyak digunakan adalah metode
reaksi warna dan pengendapan yang dapat dilakukan di lapangan atau di
laboratorium (Harborne, 1987).
penentuan kelarutan
bilangan Rf
ciri spektrum UV
8
asam organik, lipid dan sejenisnya, biosintesisnya berasal dari asetat
9
Flavonoid sering terdapat sebagai glikosida, golongan terbesar
flavonoid berciri mempunyai cincin piran yang menghubungkan rantai tiga
karbon dengan salah satu dari cincin benzene. Efek flavonoid terhadap
macam-macam organism sangat banyak macamnya dan dapat menjelaskan
mengapa tumbuhan yang mengandung flavonoid dipakai dalam
pengobatan tradisional. Flavonoid tertentu merupakan komponen aktif
tumbuhan yang digunakan secara tradisional untuk mengobati gangguan
hati (Markham, 1988).
10
BAB III
METODE PENELITIAN
11
Penjepit tabung 1 buah
Alu mortar 1 buah
Kertas saring Secukupnya
Kantong plastik Secukupnya
3.4.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah.
Serbuk simplisia daun Sirsak 4,6 gram
Aquades 30 ml
Etanol 100% 5 ml
H2SO4 2-3 tetes
HCl 2N Pekat 5 tetes
HCl 2 tetes
Bubuk Mg 0,2 gram
Kloroform 50 ml
Amoniak 10 ml
Asam sulfat 2N 10 tetes
Asam asetat glasial 10 ml
Pereaksi Mayer 2 tetes
Pereaksi Dragendorff 2 tetes
Pereaksi Wagner 2 tetes
12
4. Sampel dikeringkan di oven selama 5 hari dengan suhu 40˚C.
Pengeringan dianggap selesai apabila bahan sudah dapat dipecah atau
patah apabila diremas dengan tangan.
5. Diperoleh daun sirsak kering /simplisia kemudian ditimbang dan
diperoleh berat sampel sebanyak 500 gr.
6. Diblender
7. Simplisia ditumbuk/dihaluskan sehingga diperoleh serbuk simplisia.
8. Ditimbang serbuk simplisia dan diperoleh berat serbuk simplisia 150 gr.
9. Dilakukan skrining fitokimia serbuk simplisia daun sirsak
13
dalam tabung reaksi.
c. Selanjutnya ditambah beberapa tetes HCl 2N pekat.
d. Kemudian ditambahkan 0,2 g bubuk Mg. Hasil positif ditunjukkan
dengan timbulnya warna merah tua dalam waktu 3 menit.
3. Analisis Saponin
a. Sebanyak 200 mg Daun Sirsak (Annona muricata L.) yang telah
dihaluskan dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
b. Ditambah aquades sehingga seluruh cuplikan terendam, dididihkan
selama 2-3 menit, dan selanjutnya didinginkan,
c. Kemudian dikocok kuat-kuat lalu ditambahkan 2 tetes HCl. Apabila
masih terbentuk buih yang stabil, maka sampel positif mengandung
saponin.
4. Analisis Triterpenoid
a. Sebanyak 200 mg Daun Sirsak (Annona muricata L.) yang telah
dihaluskan.
b. Ditambahkan asam asetat glasial sampai sampel terendam semuanya,
dibiarkan selama kira-kira 15 menit.
c. Enam tetes larutan dipindahkan ke dalam tabung reaksi dan ditambah
2-3 tetes H2SO4.
d. Adanya triterpenoid ditunjukkan dengan terjadinya perubahan warna
menjadi warna kecoklatan atau violet.
14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 1. Uji senyawa alkaloid: (a) Pereaksi Dragendorff (b) Pereaksi Mayer
(c) Pereaksi Wagner
15
Hasil dari skrining senyawa alkaloid pada pereaksi dragendorff
yaitu terbentuk endapan warna merah jingga, hasil yang diperoleh dari
pereaksi mayer yaitu terbentuk endapan warna putih sedangkan hasil
yang diperoleh dari pereaksi wagner yaitu terbentuknya endapan warna
merah kecoklatan. Sehingga diketahui bahwa daun sirsak (Annona
muricata L.) mengandung alkaloid.
16
Gambar 2. Uji senyawa kimia flavonoid
17
Gambar 3. Uji senyawa kimia Saponin
18
Skrining Hasil positif menurut Hasil yang
Kesimpulan
Fitokimia pustaka diperoleh
Terbentuk warna
Triterpenoi Terbentuk warna
kecoklatan atau Positif
d kecoklatan
violet
BAB V
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Skrining Fitokimia Daun Sirsak (Annona
muricata L.) maka dapat disimpulkan bahwa daun sirsak mengandung
senyawa bioaktif alkaloid, flavonoid, saponin, dan triterpenoid. Terbukti
pada Senyawa bioaktif Alkaloid yang direaksikan dengan pereaksi
Dragendorff, Mayer, dan Wagner terjadi endapan berturut-turut merah
jingga, putih, dan endapan merah kecoklatan.
19
4.2. Saran
Saran bagi peneliti selanjutnya adalah perlu adanya penelitian lebih lanjut
tentang Skrining Fitokimia Daun Sirsak (Annona muricata L.) khususnya
terkait senyawa bioaktif lainnya, dan juga terkait penelitian kuantitif atau uji
kadar kandungan senyawa bioaktif sehingga akan diperoleh data lanjutan
mengenai hasil Skrining Fitokimia.
DAFTAR PUSTAKA
20
E.T, Margawati. 1991. Pengaruh ekstrak daun sirsak (annona muricata l.)
Terhadap siklus reproduksi pada mencit putih dara. Bul. Penelit Kesehat.
19 (1).
Erlinger, Thomas P. 2004. Wbc count and the risk of cancer mortality in a
national sample of u.s. adults: Results from the second national health
and nutrition examination survey mortality study. Cancer Epidemiology,
Biomarker & Prevention 13:1052.
Ersi, H. 2011. Khasiat dan Manfaat Daun Sirsak dalam Menumpas Kanker.
Jakarta :Tim Elang Media.
Harborne, J.B.,1987. Metode Fitokimia , terjemahan K. Radmawinata dan I.
Soediso, 69-94, 142-158, 234-238. Bandung : ITB Press.
21
Bell Boy. Dept of Agronomy[online]. http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?
mod=browse&op=read&id=jiptumm-gdl-s1-2002-niken-5226-ekstrak.
(Diakses tanggal: 21 Mei 2016).
Simbala, Herny. E.i., 2009. Analisis Senyawa Alkaloid Beberapa Jenis Tumbuhan
Obat Sebagai Bahan Aktif Fitofarmaka. Pacific Journal.
Widiyati, Eni. 2006. Penentuan adanya senyawa triterpenoid dan uji aktifitas
Biologi pada beberapa spesies tanaman obat tradisional masyarakat
pedesaan bengkulu .Jurnal gradien, 2, 116-122
Zuhud, E. A. 2011. Bukti Kedahsyatan Sirsak Menumpas Kanker. Agromedia
Pustaka. Jakarta
http://www.plantamor.com. (Di akses tanggal 21 Mei 2016).
LAMPIRAN
22
b. Gambar Pengamatan
1. Identifikasi senyawa kimia Alkaloid
23
4. Identifikasi senyawa kimia Triterpenoid
c. Langkah Kerja
1. Identifikasi senyawa kimia Alkaloid
4 g Serbuk Simplisia
24
+ pereaksi Dragendorff + pereaksi Mayer + pereaksi Wagner
+ alkaloid
5 ml etanol
HCl 2N pekat.
+ Flavonoid
(Merah tua kehijauan)
aquades
2 tetes HCl
25
+ Saponin
(hitam kehijauan)
+ Triterpenoid
(Kecoklatan atau violet)
26