Makalah Metodologi Penelitian Kelompok 3
Makalah Metodologi Penelitian Kelompok 3
Makalah Metodologi Penelitian Kelompok 3
PENELITIAN KUANTITATIF
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Rasa terimakasih kami curahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
rahmat-Nya kami dapat menulis makalah “Penelitian Kuantitatif” dengan baik hingga
dapat diselesaikan. Mata kuliah Metodologi Penelitian Bidang Studi bukan hanya
dirancang untuk mengasah kompetensi dasar mahasiswa, namun juga digunakan
untuk membekali ilmu pengetahuan tentang Metodologi Penelitian Bidang Studi.
Pada kesempatan kali ini kami ingin menyampaikan terimakasih kepada Dosen
pengampu mata kuliah Metodologi Penelitian Bidang Studi, karena dengan
bimbingan beliau kami dapat menyelesaikan makalah dengan baik. Terima kasih
kami sampaikan pula pada teman-teman yang berkenan membantu dalam
penyelesaian makalah ini. Penulis merasa bahwasanya makalah ini tentu jauh dari
kesempurnaan dan masih terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Penulis
mengharapkan pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang positif agar
makalah ini dapat diperbaiki. Apabila pembaca menemukan kesalahan dalam
penulisan, kami meminta maaf sebesar-besarnya.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB II : PEMBAHASAN......................................................................................4
2.1 Definisi Penelitian Kuantitatif dan Tujuan ........................................................4
2.1.1 Tujuan Penelitian Kuantitatif ..................................................................10
2.2 Prosedur Penelitian...........................................................................................11
2.2.1 Membuat Rumusan Masalah ..................................................................11
2.2.2 Menentukan Landasan Teori ..................................................................11
2.2.3 Merumuskan Hipotesis ..........................................................................11
2.2.4 Melakukan Pengumpulan Data ..............................................................12
2.2.5 Melakukan Analisis Data .......................................................................12
2.2.6 Menyimpulkan .......................................................................................12
2.3 Masalah ............................................................................................................13
2.3.1 Masalah Penelitian .................................................................................13
2.3.2 Masalah yang Perlu di Antisipasi...........................................................13
2.4 Rumusan Masalah Dalam Penelitian ...............................................................15
2.5 Variabel Penelitian ...........................................................................................16
2.6 Paradigma Penelitian ........................................................................................17
2.6.1 Paradigma Kuantitatif ............................................................................17
BAB III : PENUTUP............................................................................................22
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
( sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana penelitian adalah sebagai instrumen
kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara Purposive dan Snowbaal,
teknik pengumpulan dengan tri anggulasi ( gabungan, analisis data bersifat induktif /
kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari
pada generalisasi. Tujuan penelitian kuantitatif yaitu untuk menjelaskan,
meramalkan, atau mengira-ngira dan mengontrol kejadian melalui pengumpulan data
yang terfokus dari data numerik. Untuk menguji teori melalui proses berpikir deduktif
(umum-khusus).
Tidak ada model penelitian yang cocok untuk semua masalah pendidikan yang
akan dipecahkan. Penelitian kuantitatif mempunyai kekuatan digunakan untuk
menjawab pertanyaan penelitian yang bersifat hasil dari proses yang dihentikan,
namun tidak efektif digunakan dalam penelitian yang mempersoalkan tentang proses
yang berjalan, dinamika, dan interaksi. Oleh karena itu, di samping mempunyai
keunggulan, penelitian kuantitatif juga mempunyai beberapa kelemahan.
Kelebihan metode penelitian kuantitatif
Suryabrata menjelaskan beberapa kekuatan metode penelitian kuantitatif yaitu :
a. Memungkinkan dilakukan pencatatan data hasil penelitian secara eksak.
b. mengikuti tata pikir dan tata kerja yang pasti dan konsisten.
c. Data dapat diringkas dengan cara dan bentuk yang lebih bermakna dan lebih
mudah dianalisis.
d. Memungkinkan penggunaan teknik analisis statistic dan matematis yang dapat
diandalkan dalam penelitian ilmiah.
e. hasil penelitian yang diperoleh memiliki komunikabilitas yang tinggi.
f. Penelitian kuantitatif mempunyai keunggulan dalam menegakkan
objektivitas. Kebenaran diterima secara sepakat oleh para pengamat, sehingga
kesimpulan yang dicapainya kuat.
Kekurangan metode penelitian kuantitatif[8]
a. Berdasarkan pada anggapan-anggapan (asumsi)
2
b. Asumsi tidak sesuai dengan realitas yang terjadi atau menyimpang jauh maka
kemampuannya tidak dapat dijamin bahkan menyesatkan.
c. Data harus berdistribusi normal dan hanya dapat digunakan untuk
menganalisis data yang populasi atau sampelnya sama.
d. Tidak dapat dipergunakan untuk menganalisis dengan cuplikan (sampel) yang
jumlahnya sedikit.
Proses pengukuran adalah bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif
karena hal ini memberikan hubungan yang fundamental antara pengamatan empiris
dan ekspresi matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
petunjuk atas pertanyaan-pertanyaan dan hipotesis-hipotesis penelitian. Penelitian
kuantitatif juga menggunakan literatur untuk memperkenalkan masalah atau
menggambarkan secara detail dalam literatur-literatur sebelumnya dalam bagian
khusus berjudul “Literatur Terkait” serta “Tinjauan Pustaka” serta judul-judul
sejenis. Tinjauan pustaka dalam penelitian kuantitatif dapat ditulis untuk
memperkenalkan suatu teori suatu penjelasan atas hubungan-hubungan yang
diinginkan. Menggambarkan teori yang akan digunakan dan menjelaskan
mengapa teori tersebut penting untuk dikaji.
Menurut Cooper (1984) menyarankan tinjauan pustaka yang bersifat
integratif. Peneliti menyimpulkan tema-tema umum yang terdapat dalam literatur.
Menurut Marguerite G. Lodico (2006) semua yang terdapat dalam pendekatan
penelitian kuantitatif tersebut meringkas hasil secara numerik. Dalam pendekatan
kuantitatif yang berbeda dengan penelitian lain adalah tujuan dan prosedur yang
digunakan untuk mengumpulkan data.
Penelitian dengan pendekatan eksperimen adalah suatu penelitian yang
berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam
kondisi yang terkontrol secara ketat. Hal senada juga diungkapkan oleh Creswell
(2012:295), bahwa desain eksperimen digunakan ketika ingin menentukan
menentukan kemungkinan penyebab dan pengaruh variabel bebas dan variabel
terikat. Yang berarti berusaha untuk mengontrol semua variabel yang mempengaruhi
hasil kecuali variabel bebas. Kemudian ketika variabel bebas mempengaruhi variabel
terikat maka dapat dikatakan bahwa variabel bebas menyebabkan atau mempengaruhi
variabel terikat. Adapun karakteristik desain eksperimen menurut Creswell adalah:
1. Penugasan acak (Random Assignment). Sebagai peneliti eksperimen, anda
akan menetapkan siswa menjadi kelompok-kelompok. Pendekatan yang paling tepat
adalah untuk menetapkan siswa secara acak untuk perlakuan. Penugasan acak
merupakan proses untuk menetapkan siswa pada kelompok acak atau pada kelompok
yang berbeda dalam eksperimen. Dengan menggunakan penugasan acak maka
penyimpangan pada karakteristik siswa dalam eksperimen dapat disalurkan secara
5
merata pada tiap kelompok. Dengan pengacakan maka dapat mengontrol karakteristik
yang tidak diinginkan yang kemungkinan dapat mempengaruhi hasil.
2. Kontrol variabel asing (Control Over Extranous Variables). Dalam
menugaskan acak siswa, kita mengatakan bahwa kita mengontrol variabel asing yang
mungkin dapat mempengaruhi hubungan antara kebiasaan baru dan hasilnya. Faktor
asing adalah beberapa pengaruh dari pemilihan subjek, prosedur, statistik, atau desain
yang kemungkinan mempengaruhi hasil dan menghasilkan penjelasan lain untuk hasil
yang telah diperkirakan.
3. Manipulasi perlakuan (Manipulation of Treatment Conditions) Setelah anda
memilih subjek, maka secara acak menetapkan subjek pada salah satu kondisi
perlakuan atau kelompok eksperimen. pada perlakuan ekperimental, peneliti secara
jasmani turut mengubah kondisi yang dialami oleh unit eksperimental.
4. Pengukuran hasil (Outcome Measures) Dalam semua situasi eksperimental,
anda menilai aakah ondisi perlakuan mempengaruhi hasil atau variabel terikat. Pada
eksperimen, hasil penelitian adalah variabel terikat yang diduga berpengaruh pada
variabel perlakuan. Pengaruh ini juga telah diperkirakan pada hipotesis dalam
persamaan sebab akibat.
5. Perbandingan kelompok (Group Comparison) Pada eksperimen, anda juga
membandingkan skor untuk perlakuan yang berbeda pada hasil. Perbandingan
kelompok adalah proses dari peneliti menghasilkan skor untuk individu maupun
kelompok pada variabel terikat dan membandingkan rata-rata dan selisih pada
individu maupun kelompok.
6. Ancaman validitas (Threats of Validity) Ide akhir dalam eksperimen adalah
untuk merancang sehingga penarikan kesimpulan benar atau tepat. Ancaman untuk
menarik kesimpulan yang tepat dibutuhkan untuk ditujukan pada penelitian
eksperimen. Ancaman validitas mengacu pada alasan khusus mengapa dapat terjadi
kesalahan ketika membuat kesimpulan.
6
Jika subyek penelitian diberikan intervensi oleh peneliti maka penelitian
tersebut termasuk dalam desain eksperimen (experiment design). Jika tidak mendapat
intervensi maka termasuk desain non-eksperimen (non-experimental design).
Pada desain non-eksperimen juga tidak ada variabel independen yang akan
dimanipulasi (atau bisa dikatakan hanya terdapat variabel dependen saja. Ciri-ciri
utama desain non-eksperimental antara lain (Brink, 2009):
a. Studi dijalankan dalam kondisi yang normal atau senatural mungkin, dan
fenomena yang muncul diobservasi apa adanya
b. Tujuan utamanya adalah mendeskripsikan masalah dan/atau
mengeksplorasi atau menjelaskan hubungan antar variabel
c. Lemah dalam menjelaskan hubungan sebab-akibat karena tidak adanya
intervensi terhadap subyek penelitian
d. Dapat digunakan untuk mengembangkan pengetahuan dalam kondisi tidak
memungkinkan dilakukan eksperimen, seperti: Adanya masalah etik penelitian, dan
sulit atau tidak mungkin dilakukan intervensi Variabel sulit dimanipulasi atau jika
dilakukan manipulasi ada masalah etika penelitian
e. Untuk menjamin validitas penelitian agar mendekati eksperimen, maka
peneliti dapat mempertimbangkan variabel tambahan.
1. Desain Deskriptif
Desain ini dipakai pada penelitian yang membutuhkan informasi pada bidang
tertentu dalam jumlah banyak melalui penggambaran fenomena atau kejadian secara
alamiah. Ciri-ciri desain penlian deskriptif antara lain:
7
d. Pengumpulan data melalui observasi terstruktur, kuesioner, dan wawancara
atau studi survey
e. Studi ini dapat dijalankan jika: Telah ada kesepakatan untuk mendeskripsikan
variabel penelitian yang merupakan variabel tunggal dari populasi Tidak terdapat
literatur yang cukup yang menggambarkan populasi atau variabel populasi Peneliti
bertujuan menghasilkan alasan rasional sebuah penelitian dilakukan melalui literatur
review, sehingga tidak dibutuhkan kerangka teori. Jenis penelitian kuantitatif dengan
desain deskriptif terdiri dari studi tiga:
8
2. Desain Korelasional
Disebut juga desain ex post facto atau “after the fact”. Tujuan utamanya adalah
mendeskripsikan hubungan antar variabel yang ada, dan menentukan hubungan antara
variabel independen dan dependen. Ciri-ciri desain korelasi antara lain:
9
eksperimental menjadi oendekatan utama yang digunakan dalam penelitian
kuantitatif. Jadi penelitian eksperimental mempelajari pengaruh atau dampak dari
penelitian yang diteliti.
10
2.2 Prosedur Penelitian
11
diperoleh selanjutnya disebut dengan jawaban sementara atau hipotesis.Jawaban
sementara adalah hipotesisi. Jadi hipotesis dirumuskan dengan cara membaca atau
mencari teori-teori yang cocok dengan solusi dari rumusan masalah dalam penelitian.
Bila instrumen sudah selesai dibuat selanutnya peneliti mengumpulkan data. Data
dalam penelitian kuantitatif dapat berupa data angka atau data deskribsi yang
dikuantitatifkan.
2.2.6 Menyimpulkan
Setelah melakukan analisis data, maka tahap terakhir adalah menyimpulkan.
Kesimpulan adalah hasil dari pengujian hipotesis apakah diterima atau hipotesis di
tolek. Kesimpulan di tulis dengan singkat, padat dan jelas.
12
2.3 Masalah
2.3.1 Masalah Penelitian
Peneliti perlu menunjukkan masalah atau isu yang dapat menuntut ada
signifikasi signifikasi peneliti sebagai contohnya adalah Artikel terezini et al
(2001) yang membahas problem yang unik yaitu perjuangan untuk
meningkatkan keragaman ras dan etnik di Universitas AS. Masalah penelitian
akan jelas jika penelit mau mengidentifikasi dengan mengajukan sejumlah
pertanyaan seperti “apa kepentingan atau motivasi diadakannya penelitian ini
dan “masalah apa yang mempengaruhi untuk melakukan penelitian ini”.
Beberapa permasalahan yang timbul pada penelitian :
13
Dalam merancang tujuan penelitian atau rumusan masalah peneliti
perlu menjelaskan tujuan penelitian kepada para partisipan. Penipuan
sering kali muncul ketika partisipan memahami satu tujuan, tetapi
penelitian memiliki tujuan lain yang berbeda. Untuk mengatasi
masalah ini, peneliti perlu menentukan sponsorship atas penelitian
mereka. Misalnya, dalam merancang surat-surat pendahuluan untuk
penelitian survey, sponsorship merupakan elemen penting yang dapat
membangun kepercayaan dan kredibilitas instrument survey yang
disebarkan peneliti.
• Masalah-masalah dalam Pengumpulan Data
Peneliti diharuskan respek terhadap para partisipan dan tempat-tempat
yang akan diteliti. Banyak masalah etis muncul selama tahap
pengumpulan data.
• Masalah-masalah dalam Analisis dan Interpretasi Data
Peneliti mengantisipasi masalah dalam interpretasi data maka perlu
memastikan bahwa informasi yang diperoleh benar-benar akurat.
Untuk mengetahui akurasi ini dalam penelitian kuantitatif peneliti
dapat bernegoisasi dan berinterograsi dengan para partisipan.
• Masalah-masalah dalam Menulis dan Menyebarluaskan Hasil
Penelitian
Masalah juga bisa terjadi dalam proses penulisan dan penyebaran
laporan penelitian pada akhir hasil final. Untuk menghindari masalah-
masalah peneliti harus mengantisipasi tidak menggunakan bahasa atau
kata-kata yang mengandung bias pada orang, gender, orientasi sosial,
ras, etnis tertentu.
14
2.4 Rumusan Masalah dalam Penelitian
Menurut Marguirete G. (2006) untuk penelitian kuantitatif, tulisiah dua jenis
rumusan masalah. Jenis rumusan pertama ditulis secara deskriptif tentang variabel
bebas dan variabel terikat dalam penelitian. Jenis rumusan kedua ditulis secara
inferensial yang menghubungkan (atau membandingkan) variabel bebas dan variabel
terikat. Ikutilah model yang disajikan dalam bab ini tentang pengombinasian rumusan
masalah deskriptif dan rumusan masalah inferensial.
Menurut Arikunto (1992; 22), dalam bukunya Prosedur Penelitian: Suatu
Pendekatan Praktik, dikatakan bahwa masalah itu mesti merupakan bagian dari
“kebutuhan” seseorang untuk dipecahkan. Penyebab orang ingin mengadakan
penelitian adalah karena ia ingin mendapatkan jawaban dari masalah yang dihadapi.
Sementara itu Sedarmayanti dan Hidayat (2011), dalam bukunya Metodologi
Penelitian, mengatakan bahwa masalah adalah peristiwa yang terjadi dalam
kehidupan kita sehari-hari. Sedangkan apa yang disebut dengan permasalahan
penelitian adalah suatu pembatasan fokus perhatian pada ruang lingkupnya sampai
menimbulkan pertanyaan dalam diri orang-orang yang mencari
permasalahan.Pendapat lain mengatakan bahwa masalah adalah suatu keadaan yang
bersumber dari hubungan antara 2 faktor atau lebih yang menghasilkan situasi yang
menimbulkan tanda tanya dan dengan sendirinya memerlukan upaya untuk mencari
sesuatu jawaban.Dari ketiga pendapat mengenai definisi masalah di atas, maka kami
menyimpulkan bahwa masalah adalah rangkaian peristiwa yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari yang menimbulkan pertanyaan dalam setiap individu manusia,
serta secara otomatis membutuhkan upaya untuk mencari suatu jawaban atas masalah
yang dihadapi tersebut. Masalah adalah titik tolak terpenting dalam melakukan
sebuah penelitian. Karena tanpa adanya masalah, maka penelitian tidak akan terjadi
atau pun berjalan dengan lancar. Oleh karena itu, langkah pertama yang mesti
dilakukan dalam rangka mengadakan sebuah penelitian adalah mencari atau memilih
sebuah masalah untuk diteliti.
15
2.5 Variabel Penelitian
Variabel merujuk pada karakteristik atau atribut seorang individu atau suatu
organisasi yang dapat diukur atau observasi (Creswell, 2013; 76). Variabel bebas
merupakan variabel yang mungkin menyebabkan, mempengaruhi, atau berefek pada
outcome. Sedangkan variabel terikat merupakan hasil dari pengaruh variabel bebas
(Creswell, 2013; 77). Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel yang digunakan,
yaitu:
1. Variabel terikat atau dependent variabel (Y) adalah variabel penelitian yang
diukur untuk mengetahui besarnya efek atau pengaruh variabel lain. besar
efek tersebut diamati dari ada tidaknya, timbul hilangnya, besar mengecilnya,
atau berubahnya variasai yang tampak sebagai akibat perubahan pada
variabel.
2. Variabel bebas atai independent variabel (X) yaitu suatau variabel yang
variasinya mempengaruhi variabel lain. dapat pula dikatakan bahwa variabel
bebas adalah variabel yang pengaruhnya terhadap variabel lain ingin
diketahui. Variabel ini dipilih dan sengaja dimanipulasi oleh peneliti agar
efeknya terhadap variabel lain tersebut dapat diamati dan diukur.
16
2.6 Paradigma Penelitian
Ada pernyataan dari Egon G. Guba yang cukup menarik untuk ditanggapi di
sini, yaitu bahwa “A paradigm may be viewed as set of basic beliefs (or metaphisies)
that deals with ultimetes or principles. Keyakinan itu, menurut Guba,
merepresentasikan pandangan dunia tentang hakikat sesuatu, serta merupakan dasar
di dalam nurani dimana ia diterima dengan penuh kepercayaan. Sesuatu yang diyakini
kebenarannya tanpa didahului penelitian sistematis, dalam filsafat ilmu, disebut
dengan aksioma atau asumsi dasar. Keyakinan (beliefs), aksioma atau asumsi dasar
tersebut menempati posisi penting dalam menentukan skema konseptual penelitian, ia
merupakan dasar permulaan yang melandasi semua proses dan kegiatan penelitian.
Berkait dengan proposisi di atas, penelitian kuantitatif dan kualitatif memiliki
perbedaan paradigma yang amat mendasar. Penelitian kuantitatif dibangun
berlandaskan paradigma positivisme dari August Comte (1798-1857), sedangkan
penelitian kualitatif dibangun berlandaskan paradigma fenomenologis dari Edmund
Husserl (1859-1926).
2.6.1 Paradigma kuantitatif :
Paradigma kuantitatif merupakan satu pendekatan penelitian yang dibangun
berdasarkan filsafat positivisme. Positivisme adalah satu aliran filsafat yang menolak
unsur metafisik dan teologik dari realitas sosial. Karena penolakannya terhadap unsur
metafisis dan teologis, positivisme kadang-kadang dianggap sebagai sebuah varian
dari Materialisme (bila yang terakhir ini dikontraskan dengan Idealisme).
17
mengindikasikan, bahwa secara ontologis, obyek studi penelitian kuantitatif adalah
fenomena dan hubungan-hubungan umum antara fenomena-fenomena (general
relations between phenomena). Yang dimaksud dengan fenomena di sini adalah
sejalan dengan prinsip sensory experience yang terbatas pada external appearance
given in sense perception saja. Karena pengetahuan itu bersumber dari fakta yang
diperoleh melalui pancaindera, maka ilmu pengetahuan harus didasarkan pada
eksperimen, induksi dan observasi.
Bagaimana pandangan penganut kuantitatif tentang fakta? Dalam penelitian
kuantitatif diyakini sejumlah asumsi sebagai dasar otologisnya dalam melihat fakta
atau gejala. Asumsi-asumsi dimaksud adalah;
(1) obyek-obyek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain, baik bentuk,
struktur, sifat maupun dimensi lainnya;
(2) suatu benda atau keadaan tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu
tertentu; dan
(3) suatu gejala bukan merupakan suatu kejadian yang bersifat kebetulan, melainkan
merupakan akibat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jadi diyakini adanya
determinisme atau proses sebab-akibat (causalitas).
Dalam kaitannya dengan poin terakhir, lebih jauh Russel Keat & John Urry,
seperti dikutip oleh Tomagola, mengemukakan bahwa setiap individual event/case
tidak mempunyai eksistensi sendiri yang lepas terpisah dari kendali empirical
regularities. Tiap individual event/case hanyalah manifestasi atau contoh dari adanya
suatu empirical regularities.
Sejalan dengan penjelasan di atas, secara epistemologi, paradigma kuantitatif
berpandangan bahwa sumber ilmu itu terdiri dari dua, yaitu pemikiran rasional data
empiris. Karena itu, ukuran kebenaran terletak pada koherensi dan korespondensi.
Koheren besarti sesuai dengan teori-teori terdahulu, serta korespondens berarti sesuai
dengan kenyataan empiris. Kerangka pengembangan ilmu itu dimulai dari proses
perumusan hipotesis yang deduksi dari teori, kemudian diuji kebenarannya melalui
verifikasi untuk diproses lebih lanjut secara induktif menuju perumusan teori baru.
18
Jadi, secara epistemologis, pengembangan ilmu itu berputar mengikuti siklus; logico,
hypothetico, verifikatif.
Dalam metode kuantitatif, dianut suatu paradigma bahwa dalam setiap
event/peristiwa sosial mengandung elemen-elemen tertentu yang berbeda-beda dan
dapat berubah. Elemen-elemen dimaksud disebut dengan variabel. Variabel dari
setiap even/case, baik yang melekat padanya maupun yang
mempengaruhi/dipengaruhinya, cukup banyak, karena itu tidak mungkin menangkap
seluruh variabel itu secara keseluruhan. Atas dasar itu, dalam penelitian kuantitatif
ditekankan agar obyek penelitian diarahkan pada variabel-variabel tertentu saja yang
dinilai paling relevan. Jadi, di sini paradigma kuantitatif cenderung pada pendekatan
partikularistis.
Lebih khusus mengenai metode analisis dan prinsip pengambilan kesimpulan,
Julia Brannen, ketika menjelaskan paradigma kuantitatif dan kualitatif, mengungkap
paradigma penelitian kuantitaif dari dua aspek penting, yaitu: bahwa penelitian
kuantitatif menggunakan enumerative induction dan cenderung membuat generalisasi
(generalization). Penekanan analisis data dari pendekatan enumerative induction
adalah perhitungan secara kuantitatif, mulai dari frekuensi sampai analisa statistik.
Selanjutnya pada dasarnya generalisasi adalah pemberlakuan hasil temuan dari
sampel terhadap semua populasi, tetapi karena dalam paradigma kuantitatif terdapat
asumsi mengenai adanya “keserupaan” antara obyek-obyek tertentu, maka
generalisasi juga dapat didefinisikan sebagai universalisasi.
Bertolak dari perbedaan-perbedaan disebut di atas, dapat dicatat berbagai
perbedaan paradigma yang cukup signifikan antara penelitian kuantitatif dengan
kualitatif. Seperti dikemukakan sebelumnya, penelitian kuantitatif memiliki
perbedaan paradigmatik dengan penelitian kualitatif. Secara garis besar, perbedaan
dimaksud mencakup beberapa hal :
19
KUANTITATIF
1. Positivistik
2. Deduktif-Hipotetis
3. Partikularistik
4. Obyektif
5. Berorientasi kpd hasil
6. Menggunakan pandangan ilmu pengetahuan alam
KUALITATIF
1. Fenomenologik
2. Induktif
3. Holistik
4. Subyektif
5. Berorientasi kpd proses
6. Menggunakan pandangan ilmu sosial/antropological
2.6.1 Paradigma Kuantitatif
1. Cenderung menggunakan metode kuantitatif, dalam pengumpulan dan analisa
data, termasuk dalam penarikan sampel.
2. Lebih menenkankan pada proses berpikir positivisme-logis, yaitu suatu cara
berpikir yang ingin menemukan fakta atau sebab dari sesuatu kejadian dengan
mengesampingkan keadaan subyektif dari individu di dalamnya.
3. Peneliti cenderung ingin menegakkan obyektifitas yang tinggi, sehingga dalam
pendekatannya menggunakan pengaturan-pengaturan secara ketat (obstrusive) dan
berusaha mengendalikan stuasi (controlled).
4. Peneliti berusaha menjaga jarak dari situasi yang diteliti, sehingga peneliti tetap
berposisi sebagai orang “luar” dari obyek penelitiannya.
5. Bertujuan untuk menguji suatu teori/pendapat untuk mendapatkan kesimpulan
umum (generasilisasi) dari sampel yang ditetapkan.
20
6. Berorientasi pada hasil, yang berarti juga kegiatan pengumpulan data lebih
dipercayakan pada intrumen (termasuk pengumpul data lapangan).
7. Keriteria data/informasi lebih ditekankan pada segi realibilitas dan biasanya
cenderung mengambil data konkrit (hard fact).
8. Walaupun data diambil dari wakil populasi (sampel), namun selalu ditekankan
pada pembuatan generalisasi.
9. Fokus yang diteliti sangat spesifik (particularistik) berupa variabel-variabel
tertentu saja. Jadi tidak bersifat holistik.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
22
DAFTAR PUSTAKA
Edmons, W.A & Kennedy, T.D. 2017. An Applied Guide to Research Designs:
Quantitative, Qualitative, and Mixed Methods. London:SAGE Publications.
23